Anda di halaman 1dari 13

Lampiran I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari
individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (friedman, 1998).
2. Tipe keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut
Friedman (1998) Tipe keluarga ada 2 yaitu :
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti (The Nuclear Family), yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga besar (The Extended Family), yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek,
nenek, keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga tanpa anak (The Dyad Family), yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
4) Keluarga orang tua tunggal (The Single-Parent Family) yaitu suatu rumah
tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak
(kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
5) The Childless Family, yaitu Keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang
disebabkan mengejar karier / pendidikan yang terjadi pada wanita.
6) Keluarga adopsi, yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab dalam
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
7) Commuter Family, yaitu kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang
bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
“weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.
8) Multigeneration Family, yaitu keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-Network Family, Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dan
lain-lain
10) Blended Family (keluarga campuran), yaitu Duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
Lampiran I

11) Dewasa lajang yang tinggal sendiri, Keluarga yang terdiri dari orang
dewasa yang hidup sendiri karena pilihan atau perpisahan (separasi),
seperti perceraian atau ditinggal mati.
12) Keluarga binuklir, yaitu merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai
dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua
rumah tangga inti, ibu dan ayah dari berbagai macam kerja sama antara
kerduanya serta waktu yang digunakan dalam setiap rumah tangga.

b. Tipe keluarga non tradisional


1) The Unmarried Teenege Mother, keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family, keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune Family, beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anaak bersama.
4) The Nonmarital Heterosexual Cohibitang Family, keluarga yang hidup
bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family, seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).
6) Cohabitating Family, Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marrige family, beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family, Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-
nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family, Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
10) Homeless family, keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang, sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

3. Struktur Peran
Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen dalam situasi
sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial. Peran biasanya menyangkut
Lampiran I

posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem
sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat homogen.
Peran formal yang standar dalam keluarga, antara lain: pencari nafkah, ibu rumah
tangga, pengasuh anak, supir, tukang renovasi rumah, tukang masak, dan lain-
lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang untuk memenuhi peran
tersebut, maka anggota keluarga berkesempatan untuk memerankan beberapa
peran dalam waktu yang berbeda.
1) Peran parental dan perkawinan
2) Peran-peran dalam keluarga
3) Peran seksual perkawinan
4) Peran ikatan keluarga atau kinkeeping
5) Peran kakek/nenek
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang antaranya :
1) Ayah
Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sabagai pencari nafkah,
pendidikan, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga, dan
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
2) Ibu
Ibu sebagi pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta
sebagai anggota masyarakat atau kelompok tertentu.
3) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik,
mental, sosial, dan spiritual

b. Peran-peran informal keluarga


Peran-peran informal keluarga (peran tertutup) biasanya bersifat implisit, tidak
tampak permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional
atau untuk menjaga keseimbangan keluarga
4. Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya interaksi
yang terus-menerus antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur didasari oleh
organisasi (keanggotaan dan pola hubungan yang terus menerus). Fungsi keluarga
menurut Friedman (2003)
1) Fungsi efektif dan koping : keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan
saat terjadi stress.
2) Fungsi sosialisasi : keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping; memberikan feedback dan memberikan petunjuk
dalam penyelesaian masalah.
3) Fungsi reproduksi : keluarga melahirkan anaknya.
Lampiran I

4) Fungsi ekonomi : keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan


kepentingan di masyarakat.
5) Fungsi pemeliharaan kesehatan : keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbungan, perkebangan,
dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.

5. Perkembangan Keluarga
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat
melalui tahap tersebut dengan sukses. Tiap individu mempunyai tugas-tugas
perkembangan yang harus mereka capai agar mereka merasa puas selama tahap
perkembangan dan agar mereka mampu beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil.
Setiap tahap perkembangan keluarga pun punya tugas-tugas perkembangan yang
spesifik.
a. Tahap I : pasangan baru (begining family)
Tahap perkembangan keluarga dengan pasangan beru menikah berawal dari
perkawinan sepasang anak adam menandai bermulanya sebuah keluarga baru.
Keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau
status lajang kehubungan baru yang intim. Masing-masing belajar hidup bersama
serta baradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan
makan, tidur, bangun pagi, dan sebagainya.
Tugas perkembangan tahap ini diantaranya :
1) Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan Pada saat dua
orang diikat dalam ikatan pernikahan, perhatian awal mereka adalah
menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru.
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana mempunyai anak (menjadi orang tua) keingina
untuk memiliki anak dan menentuan waktu untuk hamil merupaka suatu
keputusan keluarga yang sangat penting.

Masalah yang terjadi pada tahap ini:

Masalah-masalah utama yang terjadi pada tahap ini adalah penyesuaian seksuan
dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling keluarga berencana,
penyuluhan dan konseling prenatal dan komunikasi. Kurangnya informasi sering
kali mengakibatkan masalah-masalah seksual dan emosional, ketakutan, rasa
bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kehamilan
sebelum ataupun sesudah perkawinan.

b. Tahap II : keluarga “ child-bearing” (kelahiran anak pertama)


Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama berlanjut sampai anak
pertama berusia 30 bulan. Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan
perubahan-perubahan bagi anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan.
kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui
beberapa tugas perkembangan yang penting diantaranya:
Lampiran I

1) Persiapan menjadi orang tua


2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarag : peran, interaksi, hubungan
seksual, dan kegiatan
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan pasangan.
Masalah yang terjadi pada tahap ini: Suami merasa diabaikan oleh sang istri.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga sehingga
pasangan harus beradaptasi dengan perannya dalam memenuhi kebutuhan bayi.
Pada tahap ini, ditandai dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena
fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Masalah kedua adalah sering
terjadi peningkatan perselisihan dan argumentasi antara suami dan istri serta
terjadinya interupsi yang kontiyu (begitu lelah sepanjang waktu). Peran utama
perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi merespon.

c. Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah


Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak usia 5 tahun. Pada tahap ini, keluarga tumbuh dengan baik dalam jumlah
serta kompleksitas fungsi dan permasalahan. Tugas perkembangan pada tahap
anak prasekolah yaitu:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus dipenuhi.
4) Memepertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
Penambahan jumlah anggota keluarga dapat memicu timbulnya perubahan peran,
ketegangan peran, serta konflik peran antara suami dan istri akibat tugas sehingga
dapat mengancam stabilitas perkawinan. Orang tua mempunyai peran untuk
menstimulus perkembangan individu anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Permasalah yang dapat timbul
pada tahap ini adalah :
1) Kecelakaan pada anak yang terjadi di dalam rumah
2) Frustasi atau konflik peran orang tua sehingga timbul sikap proteksi dan
disiplin yang berlebih dapat menghambat kreativitas anak.
3) Frustasi terhadap prilaku anak atau permasalahan laian dalam keluarga
yang memicu tindakan kekerasan pada anak (child abuse).
4) Terjadinya kegagalan peran sehingga menyebabkan orang tua menolak
berpartisipasi dalam peran pengasuh anak sehingga terjadi penelantaran
pada anak.
5) Masalah kesulitan makan pada anak.
Lampiran I

6) Masalah kecemburuan dan persaingan antar anak.

d. Tahap IV : keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun. Pada fase ini, umumnya keluarga mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah,
masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Tugas perkembangan
keluarga dengan anak sekolah
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan termasuk
meningkatkan prestasi anak sekolah dan mengembangan hubungan
dengan teman sebaya yang sehat.
2) Mempertahankan keintiman dengan pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat
kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan
pada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas disekolah maupun diluar sekolah.
Masalah yang terjadi pada tahap ini: Selama tahap ini orang tua merasakan
tekanan yang luar biasa dari komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan
berbagai sosiasi diluar keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka
menyesuaikan diri dengan standar-standar komunitas bagi anak. Hal ini
cenderung memengaruhi keluarga-keluarga kelas menengah untuk lebih
menekankan nilai-nilai tradisional pencapaian dan produktivitas.
Selain itu resiko gangguan kesehatan pada anak akibat pencemaran lingkungan
dari berbagai proses kegiatan pembangunan makin meningkat, misalnya makin
meluas gangguan akibat paparan asap, emisi gas buang sarana transportasi,
kebisisngan, limbah industri dan rumah tangga serta gangguan kesehatan akibat
bencana

e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja Periode remaja dianggap penting karena
terjadi perubahan fisik yang diikuti dengan perkembangan mental yang cepat tak
jarang, perkembangan mental pada remaja yang merupakan masa transisi dari
anak-anak menuju dewasa menimbulkan dampak negatif pada mental anak
remaja sehingga diperlukan penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan
minat baru tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir
dengan 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan menberi tanggung
jawab pada tahap-tahap sebelumnya. Tugas perkembangan keluarga dengan anak
remaja
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan intim dala keluarga.
3) Memperthankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
menghindari perdebatan, permusuhan, dan kecurigaan.
Lampiran I

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.


Ini merupakan tahap paling sulit karena oorang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap
dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya). Sering kali muncul
konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk
melakukan aktivitas sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol
aktivitas. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka,
menghindari kecurigaan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja
tetap harmonis.

f. Tahap VI : keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)


Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir. Lamanya tahap ini tergantung pada jumlah anak dalam
keluarga atau jika anak yang belom berkeluaga tetap tinggal bersama orang tua.
Tahap utama pada tahap ini adalah mengorganisasian kembali keluarga melepas
anak untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit atau memasuki masa
tua
4) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Keluarga mempersiapkan anak yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri
dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada saat anak semua
meninggalkan rrumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan
suami istri seperti fasse awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam
merawat anak dan merasa “kosang” karena anak-anak sudah tidak tinggal
serumah lagi. Untuk mengatasi masalah keadaan ini, orang tua perlu melakukan
aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara
hubungan dengan baik.

g. Tahap VII : keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir kali meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan
fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak, dan
perasaan gagal menjadi orang tua.
Tugas perkembangan keluarga dengan usia pertengahan :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan suami istri fokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas : pola hidup yang sehat,
diet seimbang, olahraga rutin, menikmati hidup, dan pekerjaan, dan sebagainya.
Lampiran I

Pasangan juga mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga


anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi (anak dan
cucu) sehingga pasangan dapat merasakan kebahagian sebagai kakek nenek

h. Tahap VIII : keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga lanjut ini dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat
dihindari karena berbagai stresor dan kehilangan yang dialami keluarga. Stresor
tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,
kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi
kesehatan.
Tugas perkembangan keluarga dengan usia lanjut
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat sosial.

6. x
B. x
Lampiran I

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

I. Data Umum
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. R
2. Alamat dan telepon : Teupin Siron
3. Komposisi keluarga dan genogram

NO NAMA JK HUB DGN UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN KEADAAN


KK
1 Tn. R L Suami 30 th SMA
2 Ny. R P Istri 22 th SMA IRT
3 An. U P Anak 1 bulan -
18 hari
Genogram

Ny.R Tn.R

An. U

Ket :
Laki-laki

Perempuan

4. Tipe keluarga
Keluarga Tn.R merupakan tipe keluarga inti yang terdiri dari Tn.R, Ny.R dan anak
perempuan An.U
5. Suku bangsa
Keluarga Ny. R berasal dari suku aceh dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa aceh
Lampiran I

6. Agama
Keluarga Ny.R menganut agama Islam
7. Status sosial ekonomi keluarga
Tn.R memiliki pekerjaan sebagai ustad dan penghasilan yangdidapat tidak tentu.
8. Aktivitas rekreasi keluarga
Ny.R mengatakan ketika ada waktu luang mereka akan berkumpul dengan keluarga
besar
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
9. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.R memiliki satu anak perempuan yang baru berusia 1 bulan 18 hari,
tahap perkembangan pada keluarga Tn.R adalah keluarga Childbering.
10. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
11. Riwayat keluarga inti
Ny.R mengatakan saat ini keluarganya dalam keadaan sehat dan tidak ada yang sakit
12. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny.R mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti
hipertensi, DM dan Hepatitis. Ny.R mengatakan pernah dirawat dirumah sakit karena
tipes 3 tahun yang lalu.

III. Pengkajian lingkungan


13. Karakteristik rumah
Rumah keluarga Tn. R terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur dan 1 ruang
keluarga/tamu. Sumber air yang digunakan menggunakan sumur. memiliki sirkulasi
udara yang baik, memiliki sitem sanitasi yang baik dan memiliki sistem penerangan
ruang yang baik.

14. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Rumah Tn.R terletak diarea pesantren dan disamping kanan dan kirinya terdapat
tetangga

15. Mobilitas geografis keluarga


Belum pernah pindah rumah

16. Perkumpulan keluarga dan interkasi dalam masyarakat


Ny.R mengatakan jarang berkumpul

17. Sistem pendukung keluarga


Tn.R dan Ny.R mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke bidan
dan pukesmas

18. Pola komunikasi keluarga


Komunikasi keluarga Ny.R sehari-hari dengan bahasa aceh

19. Struktur kekuatan keluarga


Lampiran I

Ny.R mengatakan apabila ada masalah keluarga diselesaikan dengan musyawarah.


Pengambilan keputusan ditentukan oleh kepala keluarga.

20. Struktur peran


a. Tn. R sebagai kepala keluarga, suami dan bapak, mecari nafkah untuk anak
dan istrinya
b. Ny.R sebagai istri dan ibu
c. An.U sebagai anak pertama dan baru berusai 1 bulan 18 minggu

21. Nilai atau norma keluarga


Keluarga Tn.R menerapkan aturan sesuai dengan ajaran agama islam, budaya sopan
santun dan saling menghormati

IV. Fungsi keluarga


22. Fungsi afektif
Hubungan antara keluarga baik, Ny.R mengatakan jika ada yang sakit langsung
dibawa ke bidan atau petugas kesehatan.

23. Fungsi sosialisasi


Ny.R mengatakan setiap hari keluarga selalu berkumpul dirumah
24. Fungsi perawatan kesehatan
25. Fungsi reproduksi
26. Fungsi ekonomi

V. Stress dan koping keluarga


27. Stresor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek : Ny.R
b. Stressor jangka panjang :
28. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Jika adalah masalah keluarga maka Ny.R dan Tn.R selalu membahas masalahnya
bersama-sama. Keluarga Ny.R berdoa supaya anggota keluarganya selalu diberi
kesehatan
29. Strategi koping yang digunakan
Ny.R mengatakan jika ada masalah beliau selalu membahas bersama suaminya dan
keluarganya.
30. Strategi adaptasi disfungional
Biasanya Ny.R jika salah akan ditegur oleh suaminya Tn.R

VI. Pemeriksaan Fisik

VII.Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar anggota keluarganya senantiasa diberikan kesehatan dan
diberikan kemudahan dalam menjaga kesehatan anggota keluarganya.
Lampiran I

KEPERAWATAN KELUARGA
PERTEMUAN KE:1 TANGGAL 22-02-2020

I. Latar Belakang
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan, adopsi
dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu
yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama (friedman, 1998).
Pada keluarga terdapat tahap perkembangan dan tugas perkembangan. Tahap
perkembangan keluarga menurut teori Duval 1985 dalam Setiadi (2008) dibagi dalam delapan
tahap perkembangan, yaitu keluarga baru (Berganning Family), keluarga dengan anak pertama
< 30 bulan (Childbearing), keluarga dengan anak pra sekolah, keluarga dengan anak usia sekolah
(6-13 tahun), keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun), keluarga dengan anak dewasa (anak
pertama meninggalkan rumah), keluarga usia pertengahan (Midlle Age Family), dan keluarga
lanjut usia.
II. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan :
Belum bisa ditegakkan karena, belum dilakukan pengkajian.
2. Tujuan umum :
Untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi lansia melalui pendekatan.
3. Tujuan khusus
Setelah 45 menit interaksi yang diharapkan
a. Dapat terjalin hubungan saling percaya antara perawat dan lansia
b. Mendapatkan informasi tentang keluarga secara umum
c. Mendapatkan data tentang kemampuan yang dimiliki oleh lansia
III. Rencangan Kegiatan
1. Topik : Mengkaji Biodata Pasien
2. Metode : Wawancara Tanya jawab dan observasi
3. Media : Format pengkajian
4. Waktu : 13.30 wib
5. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)
NO Alokasi Waktu Kegiatan
1 Pukul 13.30- 14.00 Fase orientasi
Lampiran I

 Mengucapkan salam
 Menanyakan kabar dan perasaan pasien
pada hari ini
 Membuat kontrak waktu
 Menjelaskan tujuan dan topic yang ingin
dilakukan

Fase kerja
 Melakukan pengkajian
 Menulis data umum keluarga pasien
 Riwayat dan tahap perkembangan
 Pengkajian lingkungan
 Fungsi keluarga
 Stress dan koping keluarga
 Pemeriksaan fisik
 Harapan keluarga

Fase Terminasi
 Menulis hasil pengkajian
 Membuat kontrak waktu, topik
 Mengucapkan salam

IV. Kriteria Evaluasi (Kegiatan hari ini)


Kriteria Struktur : Tercapai keseluruhan pengkajian
Kriteria proses : Keluarga comparative dan pengkajian lancar
Kriteria Hasil : Lancar (100 %)

Anda mungkin juga menyukai