PT. Mitra Kreasidharma (MKD) didirikan pada tahun 1988. Pada awal operasinya,
MKD hanya memproduksi EAGLE IPA 360 AS, sebuah produk herbisida yang dijual ke
perkebunan. Seiring perkembangannya, sekarang MKD telah memproduksi lebih dari 25
produk pestisida. MKD mempunyai kantor perwakilan di Makassar, Surabaya, Solo, Cirebon,
Bandung, Bandar Lampung, Padang, Palembang, Bengkulu, Pekanbaru, dan Medan. Selain
itu, MKD juga memproduksi antioksidan yang disuplai ke PT. Chandra Asri PC, PT
Petrokimia Nusantara Interindo (PENI), PT Pertamina dan diekspor ke Iran, Turki, dan India.
Pada tahun 1996, dibangunlah PT Indonox Mitra Pratama yang merupakan produsen
antioksidan pertama di Indonesia. Antioksidan yang diproduksi adalah Indonox P-168 yang
merupakan secondary antioksidan berbasis phospite dan diformulasikan dengan primary
antioksidan seperti Indonox B-410, Indonox B-210 dan lainnya. Total kapasitas produksinya
adalah 600 ton Indonox dan 400 ton formulasi campuran. Produk-produk ini disuplai ke
industri – industri yang memproduksi polyethylene, polypropylene, acrylonitrile-butadiene-
styrene dan polimer lainnya. MKD group mempunyai fasilitas formulasi pestisida dan
repacking dibawah PT Inti Everspring Indonesia sebagai salah satu perusahaan formulasi
agrochemical terbesar di Indonesia.
1. Plant Administration
1.1. Prosedur mutu PA
a) Pengiriman barang atau dokumen
b) Pengelolaan drum bekas
c) Pengadaan barang dan jasa di pabrik
d) Pemeliharaan infrastruktur(gedung, alat transportasi, dan alat komunikasi)
e) Permintaan dan pemenuhan tenaga kerja outsourcing
1
Laporan General Training Nugroho hartono
2
Laporan General Training Nugroho hartono
2. Produksi
2.1. Prosedur mutu
Prosedur mutu bagian produksi
a) QP-PROD-A001 : Proses reaksi MIC(Methyl Isocyanate)
b) QP-PROD-A002 : Proses reaksi karbamasi dan reaksi kristalisasi
c) QP-PROD-A003 : Proses recovery solvent ML(mother liquor) karbamasi
d) QP-PROD-A004 : Proses O-IPOP(ortho isopropoxy phenol)
e) QP-PROD-A005 : Proses sodium sulfate(Na2SO4) anhydrous
f) QP-PROD-A006 : Proses formulasi liquid dan powder
g) QP-PROD-A007 : Proses pengemasan(packing) atau pengemasan
ulang(repacking) produk liquid dan powder
h) QP-PROD-A008 : Proses pengemasan(packing) atau pengemasan
ulang(repacking) produk baru
i) QP-PROD-A009 : Production test
3
Laporan General Training Nugroho hartono
4
Laporan General Training Nugroho hartono
Keterangan :
SPKP : Surat permintaan kerja produksi
IS : Issuence slip
TS : Transfer slip
RTS : Return slip
Alur pekerjaan proses produksi pestisida berawal dari perintah PPIC dengan
mengeluarkan SPKP. Dalam SPKP tersebut terdapat keterangan mengenai bahan aktif
yang akan diproduksi, jumlah bahan aktif yang akan diproduksi, serta jumlah masing-
masing raw material yang akan digunakan pada proses produksi. Dalam SPKP juga
termuat tanggal jatuh tempo produk pestisida telah selesai dibuat oleh produksi. PPIC
juga membantu produksi untuk membuat IS yang ditujuakan ke ware house untuk
meminta raw material yang akan digunakan.
Pada proses produksi harus dilakukan analisis terhadap intermediate atau
finished good yang dibantu oleh QA dengan membuat FPA. Analisis ini dilakukan
guna menjaga agar standard intermediate atau finished good sesuai spesifikasi yang
ditetapkan.
Setelah proses produksi selesai, apabila terdapat raw material sisa maka
produksi akan membuat RTS yang akan ditujukan ke PPIC. Raw material sisa tersebut
akan dikembalikan ke ware house. Kemudian untuk mentransfer finished good ke
ware house digunakan TS dari produksi yang ditujukan ke PPIC.
5
Laporan General Training Nugroho hartono
O O
+- - +
CH3 O S O CH3 + 2 Na O C N 2 O C N CH3 + Na O S O Na
O O
Reaksi ini terjadi pada suhu 190 oC tekanan 1 atm dengan solven yang
digunakan yaitu ortho dichloro benzene(ODCB). Penggunaan solvent ini
dimaksudkan untuk mempertemukan antara sodium cyanate dan dimethyl
sulfate dikarenakan keduanya larut dalam ortho dichloro benzene. Reaksi ini
menggunakan K2CO3 yang dimaksudkan untuk menangkap air yang masih
terdapat selama reaksi, sehingga air tidak mengganggu reaksi.
6
Laporan General Training Nugroho hartono
Tahapan kedua ini juga dimaksudkan untuk menghilangkan air, akan tetapi
yang terdapat dalam K2CO3 dan Na2SO4.
c) Heating reactor
Selanjutnya reactor dipanaskan sampai 190 oC dengan menggunakan
dowterm.
d) Reaksi methyl isocyanate
Setelah suhu reaktor tercapai, selanjutnya dilakukan dropping DMS dengan
kecepatan tertentu. Dropping dilakukan sampai DMS di vessel habis.
e) Aging reactor
Setelah dropping selesai kemudian dilakukan aging untuk memberikan
waktu agar semua reaktan habis bereaksi dalam reaktor.
f) Washing reactor
Setelah reaksi selesai, kemudian reactor di cuci menggunakan air proses.
ODCB dan Na2SO4 akan terikut dalam pencucian ini. Na2SO4 dipisahkan
dari cairannya dengan sentrifugasi, sementara cairan yang lolos(ODCB+air)
akan dipisahkan menggunakan decanter.
g) ODCB separation
Pemisahan ODCB dengan air proses pencucian dilakukan dengan dasar
perbedaan berat jenis, karena keduanya tidak saling larut.
7
Laporan General Training Nugroho hartono
Persamaan reaksi :
OH OH
Br CH3 O
O
OH + CH3 CH CH3 + -
C
-
O CH + NaBr + -
C
-
O O O O +
+
Na
+
Na CH3 H+ Na
Feeding
Feedi
Tahapan proses OR
IPB,
ng Heatin
cathecol
MCS g
&Na2CO3
Sentr Aging(
reactor
M
ifuga cooling
L1
si
Na )
a) Feeding MCS
Br
Tahapan pertama yang dilakukan yaitu pemasukan MCS sesuai
kebutuhan reaksi.
b) Feeding IPB, cathecol, Na2CO3
Pemasukan cathecol dan Na2CO3 dilakukan melalui hopper yang
terdapat dibagian atas reaktor.
c) Heating reactor
Pemanasan reaktor dilakukan dengan menggunakan steam yang
dihasilkan plant utility sampai suhu reaksi terpenuhi.
d) Aging
8
Laporan General Training Nugroho hartono
9
Laporan General Training Nugroho hartono
10
Laporan General Training Nugroho hartono
11
Laporan General Training Nugroho hartono
sehingga akan terbentuk kristal karena titik berada pada kondisi diatas
saturated point.
Setelah proses kristalisasi selesai, kemudian slurry dimana padatannya
merupakan propoxur atau MIPC dipisahkan dengan cairannya dengan
sentrifugasi. Produk bahan aktif berupa propoxur atau MIPC kemudian
dilakukan drying agar kandungan cairan dalam padatan berkurang.
Water,M Droppin
-1
Preapar g MIC
ation Reaksi
Aging 1
(reaktor
Transfe karbamasi
A) r ke Adjusti
Aging 2
reaktor ng
B Meth
kristrali sentrifu omyl
sasi
Washin gasi Wate
g r
reaktor
B
Pada dasarnya tahapan proses karbamasi methomyl sama dengan karbamasi
propoxur/MIPC, hanya saja solven yang digunakan berupa air. Air dapat
digunakan sebagai solven dikarenakan MIC lebih reaktif dengan M-1
daripada dengan air. Selain itu air juga dapat melarutkan baik MIC ataupun
M-1. Proses sentrifugasi masih meninggalkan sedikit methomyl yang larut
dalam air sehingga perlu mengoptimalkan kristalisasi, selain itu juga agar
air buangan tidak mencemari lingkungan.
12
Laporan General Training Nugroho hartono
O- Droppin
SB g MIC
Preapa
P
ration Reaksi
Aging 1
(reakto karbamasi
r A)
Distilla Adjusti
Aging 2
tion ng
Tahapan reaksi karbamasi BPMC diawali dengan feeding O-SBP ke dalam
reaktor A. Pada reaksi karbamasi ini berbeda dengan karbamasi
sebelumnya karena hasil reaksi(BPMC) berupa cairan sehingga tidak ada
tahapan sentrifugasi. Untuk meninggikan kadar BPMC dilakukan dengan
cara distilasi.
Feeding
Preapa Agin
RM ke
ration g1
mixer 1
Transfer
Aging Milli
ke mixer
2 ng
Packin 2
g
Tahapan pertama formulasi padatan yang dilakukan yaitu pemasukan sejumlah
material dengan berat tertentu ke dalam mixer. Kemudian dilakukan mixing selama
13
Laporan General Training Nugroho hartono
waktu yang ditentukan agar pemerataan partikel bahan aktif dalam produk formulasi
merata. Setelah proses mixing pertama selesai kemudian dilakukan milling untuk
mendapatkan ukuran produk sesuai yang diinginkan. Untuk menjamin meratanya
kandungan bahan aktif dilakukan mixing kedua. Setelah selesai produk formulasi
kemudian di check di QA apakah telah sesuai dengan spesifikasi ataukah belum.
Apabila telah sesuai, maka produk formulasi siap untuk di packing.
o
Reaksi dijalankan pasa suhu 50 - 90 C dengan katalis berupa dimethyl
formamide(DMF) dan solven berupa xylene.
14
Laporan General Training Nugroho hartono
Feeding Feedi
2,4 ng Drop
Persia
DTBP, PCl3 ping
pan Feedi
DMF, ke
Purgi PCl3
Heati
Purgi ng
xylene vessel
ng N2 ng
ng N2 xylen
Feeding perta reakt
kedua e
Heati
RM II: ma or
Trans
baru
ng
IPA,xylen Aging fer
reakt
Trans
e, AC Recov slurry
Kristal or
ferII Holdi
001 ery
isasi IPA ng
xylen
slurry recov slurry
e
Washi ery
sentri Dryin
ng fugasi g
Sebelum proses reaksi 2,4 DTBP dipanaskan dulu dengan bak agar lebih encer. Pada
reaksi ini N2 digunakan untuk mengambil HCl sehingga reaksi akan bergeser ke
kanan. Feeding solven berupa xylene dilakukan dua kali karena ada xylene yang
menguap pada reaksi awal, sehingga perlu dilakukan feeding xylene baru. Tujuan dari
feeding AC 001/NDBA digunakan untuk menstabilkan PCl3, sedang feeding
isoprophyl alcohol(IPA) untuk menghilangkan sisa asam dalam reaktor.
15
Laporan General Training Nugroho hartono
3.3. Alur kerja riset pada pengembangan produk baru atau perluasan penggunaan
produk
PD RND QA
SPP Rise
FPA
R t
Uji
Efikasi Penetapan
Rekomend spec baru
asi
Permintaan riset mengenai pengembangan produk baru atau perluasan penggunaan
produk berasal dari product development(PD). PD akan menentukan ruang lingkup
produk baru atau perluasan penggunaan produk, kemudian R&D akan melakukan
research di laboratorium untuk menentukan komposisi/formula pestisida. Sebelum
hasil formulasi diberikan ke PD untuk di uji coba dilapangan, hasil-hasil formulasi
lebih dahulu di cek spesifikasi formulanya oleh QA, apakah telah sesuai dengan
standard yang berlaku secara internasional(dalam hal ini FAO atau lembaga yang
lain) ataukah belum.
Kemudian PD akan melakukan uji efikasi untuk menentukan formula yang mana yang
sesuai untuk produk baru atau untuk perluasan penggunaan produk. Formula yang
paling baik untuk mengontrol hama yang akan dipilih untuk direkomendasikan ke
16
Laporan General Training Nugroho hartono
R&D. Kemudian R&D akan meminta QA untuk menganalisis spesifikasi produk baru
atau spesifikasi perluasan penggunaan produk baru.
Produksi RND Ri QA
SP FP
se
PR A
t
Impleme Rekom
Apabila ntasiasi
bagian produksi ada kendalaendasi
proses yang memerlukan tindakan riset, maka
produksi akan membuat SPPR yang akan ditujukan ke R&D. Kemudian R&D akan
melakukan riset di laboratorium, hasil riset yang optimal yang optimal yang akan
direkomendasikan oleh R&D untuk di implementasikan pada proses produksi.
Salah satu contohnya yaitu apabila terdapat produk dengan status rework. Sebelum
dilakukan proses rework, produksi akan meminta R&D untuk melakukan riset agar
didapatkan produk sesuai spesifikasi yang dikehendaki. Seletah ditemukan cara untuk
menangani produk rework, maka R&D akan merekomendasikannya ke produksi.
17
Laporan General Training Nugroho hartono
4. Quality Assurance
4.1. Prosedur mutu quality assurance
a) Pemeriksaan Finished Good repacking
b) Inspeksi dan pengujian barang datang
c) Inspeksi dan pengujian intermediate
d) Inspeksi dan pengujian Finished good
e) Analisis sampel khusus
f) Pembuatan atau perubahan spesifikasi
g) Kalibrasi peralatan, inspeksi, pengujian dan pengukuran
h) Pengadaan contoh produk
i) Analisis permintaan sampel berkala
j) Pemeliharaan peralatan QA
k) Perbaikan peralatan QA
l) Penanganan keluhan produk
m) Pengujian sampel untuk kualifikasi vendor
n) Penanganan barang atau produk(FG) yang off spec
18
Laporan General Training Nugroho hartono
1 Indeks product off spec Pengendalian raw material dan packaging material
karena proses produksi Bersama produksi, memonitoring proses yang
maksimal 0.07 per dilakukan sesuai prosedur dan spesifikasi proses
tahun Pengendalian spesifikasi dari semua proses yang
ada
Pengendalian perubahan raw material dan
packaging material(alternative vendor)
2 Total keluhan Pengendalian raw material dan packaging material
pelanggan terhadap Pengendalian spesifikasi dari semua proses yang
mutu produk maksimal ada
4 keluahan pertahun Pengendalian perubahan raw material dan
packaging material(alternative vendor)
Monitoring produk yang direlease selama masa
jaminan (2 tahun)
M
Ch
QA
E
Pr FP
ec
od
PP A
R k
IC
N
SH
D
E
Apabila pada bagian ME, Produksi, PPIC, R&D, SHE memerlukan analisis yang
memerlukan peralatan laboratorium maka bagian tersebut akan meminta bantuan QA
untuk analisis dengan mengajukan permintaan analisis. Setelah di analisis oleh QA,
selanjutnya hasil analisis akan dikembalikan ke bagian yang meminta. Analisis ini
lebih banyak ditujukan untuk mengontrol intermediate dan finished good.
Beberapa macam analisis :
Finished Good(FG)
19
Laporan General Training Nugroho hartono
Production Test(PT)
Intermediat(INT)
Sampel khusus(SK)
Raw Material(RM)
20
Laporan General Training Nugroho hartono
secara berkala
Menetapkan metode perhitungan yang
mendekati
4 Ketepatan pengiriman barang Rakap tanggal pengiriman IS
untuk proses produksi sesuai Melakukan perencanaan pengiriman ke
tanggal pengiriman IS, minimal produksi
95% Monitoring pengiriman actual ke produksi
Marketing PPIC
MPS
PO Customer Ware house(RM)
Produksi
customer
Keterangan :
MRP : Material request planning
MPS : Master production schedule
SJ : Surat jalan
WO : Work Order
PO : Purchasing Order
PR : Purchasing request
DO : Delivery order
21
Laporan General Training Nugroho hartono
Beberapa pekerjaan lain yang dikerjakan PPIC misalnya bersama marketing ikut
melakukan forecast terhadap rencana penjualan pestisida. Forecast ini didasarkan
pada musim, history dan juga pada strategi pemasaran yang baru. Forecast ini harus
akurat dikarenakan jika meleset akan mengakibatkan inventory tinggi.
22
Laporan General Training Nugroho hartono
23
Laporan General Training Nugroho hartono
Produks
SPPM ME
Actio
i,PPIC
P
PA,RND n
SPPE
,QA
Feed
back
SPPMP : Surat Permintaan Perbaikan Mesin dan Peralatan
SPPE : Surat Permitaan Pekerjaan Engineering
Pekerjaan maintenance & engineering berawal dari permintaan pekerjaan dari bagian
lain dengan membuat SPPMP atau SPPE. Kemudian ME akan melakukan
perencanaan pelaksanaan pekerjaan tersebut, misalnya seperti jadwal rencana
pekerjaan dan siapa yang akan mengerjakan pekerjaan itu. Setelah pekerjaan
perbaikan atau pekerjaan engineering tersebut selesai akan dilaporkan kembali ke
pihak yang meminta pekerjaan tersebut. ME memiliki wewenang untuk meminta
pihak lain, dalam hal ini kontraktor untuk melakukan pekerjaan tersebut apabila
sumber daya yang ada di perusahaan tidak mencukupi.
24
Laporan General Training Nugroho hartono
25
Laporan General Training Nugroho hartono
26
Laporan General Training Nugroho hartono
Per Men no. 80 th 1980 mengenai Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Kepmenaker no. 186 th 1999 mengenai Penanggulangan kebakaran
Kep Men LH no. 122 2003 mengenai Air Limbah
Permen no. 5 th 1988 mengenai Pesawat Uap
Permen no. 1 th 1982 mengenai Bejana Tekan
Kep Men no. 75 th 2002 mengenai Instalasi Listrik
27
Laporan General Training Nugroho hartono
pengawas lapangan yang telah lulus seleksi. Petugas ini juga akan diberikan work
instruction dan form laporan untuk melengkapi laporan pengawasan.
Laporan pengawasan
28
Laporan General Training Nugroho hartono
29
Laporan General Training Nugroho hartono
Selain mempelajari mengenai unsafe condition perlu pula dipahamai mengenai sifat-
sifat dari bahan yang akan ditangani. Apakah termasuk dalam golongan bahan
berbahaya, atau bukan berbahaya. Oleh karena itu telah di buat lembar data
keselamatan bahan untuk penanganan material tersebut. lembar data ini merupakan
rangkuman dari material safety data sheet(MSDS). Adapun isi dari lembar data
keselamatan bahan(LDKB) yaitu :
a) Sifat-sifat bahaya material
Terdapat tiga kategori bahaya yang dicantumkan dalam LDKB yaitu efek terhadap
kesehata, kebakaran, dan reaktifitas. Efek bahan terhadap kesehatan seperti
apabila terhirup, tertelan atau terkena kulit misalnya dapat merusak paru-paru dan
ginjal, atau berdampak karsinogen atau yang lain. Dalam LDKB juga
dicantumkan nilai ambang batas, yaitu nilai ambang boleh terpapar bahan
tersebut. Selain efek terhadap kesehatan juga dibahas mengenai kebakaran,
misalnya terkait dengan titik nyala(flash point), suhu bakar(iqnition point).
Sedang untuk reaktifitas material kereaktifan terhadap senyawa lain.
b) Sifat-sifat fisika material
Sifat-sifat fisika yang dicantumkan dalam LDKB seperti titik didih, titik leleh,
tekanan uap, berat jenis, kelarutan dalam air, dll.
c) Keselamatan dan pengamanan
Keselamatan dan pengamanan harus sangat dipahami oleh pekerja yang
berhubungan dengan bahan tersebut karena terkait dengan alat perlindungan diri.
Untuk handle bahan kimia sangat berbahaya harus menggunakan chemical clothe
karena terpapar sedikit saja dapat menimbulkan efek yang sangat berbahaya.
Dalam LDKB dicantumkan bagaimana cara untuk :
Penanganan dan penyimpanan material
30
Laporan General Training Nugroho hartono
Efek terhadap kesehatan, flammability, dan reaktifitas bahan dalam bentuk diamond.
Angka yang terdapat dalam diamond tersebut menunjukkan tingkat resiko bahan
tersebut terhadap sekitar, sehingga perlu pengendalian terhadap safety atau
pengawasan supervisi secara ekstra. Angka tertinggi adalah 4, dimana hal itu
menandakan bahwa bahan/material tersebut adalah sangat berbahaya, apakah sangat
toksik ataukah sangat flammable. Sedangkan angka terendah adala nol, yang
menunjukkan bahwa bahan tersebut tidak berbahaya dalam segi kereaktifan,
flammability ataukan toksikologi.
31
Laporan General Training Nugroho hartono
perusahaan harus memiliki kebijakan bahwa sistem jaminan halal diimplementasikan dan
dipelihara.
32
Laporan General Training Nugroho hartono
34
Laporan General Training Nugroho hartono
35
d
e
P
a
C
scti
kIn
o
W
trM
u
m
Laporan General Training
9.1.Tingkatan dokumen
1) Pedoman Mutu
CUSTOMER
statifiscation
Nugroho hartono
36
Laporan General Training Nugroho hartono
3) Work Instruction
Menjelaskan langkah detail dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam dokumen ini
tidak terdapat interaksi antar bagian dalam organisasi. Missalnya work instruction
proses pembuatan methyl isocyanate, proses karbamasi BPMC dll.
4) Catatan mutu
Merupakan bukti pelaksanaan langkah kerja. Para karyawan harus selalu mencatat
rincian kerjanya dalam dokumen yang telah disediakan.
Sebagai konsekensi penerepan sistem managemen mutu ada beberapa program yang
harus dilaksanakan oleh organisasi atau perusahaan, yaitu :
• Audit Mutu Internal(AMI)
• Audit badan sertifikasi(surveilance)
• Audit second party(customer)
37
Laporan General Training Nugroho hartono
38
Laporan General Training Nugroho hartono
Perencanaan
Pelaksanaan Laporan Tindak Lanjut
Audit Audit Audit (TP & TK)
Feed
back
Tim Audit
• fungsi bersilangan (cross-fungsional)
• tidak lebih dari 3 orang dan lebih baik berpasangan
• Independen terhadap pihak yang diaudit
• ditentukan ketua Tim Audit (Auditor Utama)
39
Laporan General Training Nugroho hartono
Pelaksanaan audit mutu internal dimulai dari opening meeting, dalam meeting
tersebut coordinator AMI akan menyampaikan ruang lingkup pelaksanaan audit.
Kemudian setelah opening, auditor akan melaksanakan audit selama waktu yang
ditentukan(sekitar 2 jam). Audit ini bertujuan untuk mencari ketidaksesuaian
terhadap standar document. Apabila auditor menemukan ketidaksesuaian, hal itu
akan menjadi laporan temuan yang akan disampaikan dalam closing meeting.
Auditor akan menghimbau pihak yang diaudit untuk melaksanakan tindak lanjut
untuk menyelesaikan ketetidaksesuaian tersebut. Dalam laporan temuan terdapat 2
kriteria temuan, yaitu:
• NC (non confermence)
Kekurangan dalam prosedur / instruksi kerja atau operasi perusahaan yang tidak
mengidentifikasikan kegagalan sistem atau berdampak negatif / berbahaya
terhadap produk.
• SFI(scope for improvement)
Ada berupa tindakan koreksi atau pencegahan untuk memperbaiki prosedur atau
instruksi kerja atau operasi perusahaan.
40
Laporan General Training Nugroho hartono
41