Anda di halaman 1dari 41

Laporan General Training Nugroho hartono

GENERAL TRAINING PAPER

PT. Mitra Kreasidharma (MKD) didirikan pada tahun 1988. Pada awal operasinya,
MKD hanya memproduksi EAGLE IPA 360 AS, sebuah produk herbisida yang dijual ke
perkebunan. Seiring perkembangannya, sekarang MKD telah memproduksi lebih dari 25
produk pestisida. MKD mempunyai kantor perwakilan di Makassar, Surabaya, Solo, Cirebon,
Bandung, Bandar Lampung, Padang, Palembang, Bengkulu, Pekanbaru, dan Medan. Selain
itu, MKD juga memproduksi antioksidan yang disuplai ke PT. Chandra Asri PC, PT
Petrokimia Nusantara Interindo (PENI), PT Pertamina dan diekspor ke Iran, Turki, dan India.
Pada tahun 1996, dibangunlah PT Indonox Mitra Pratama yang merupakan produsen
antioksidan pertama di Indonesia. Antioksidan yang diproduksi adalah Indonox P-168 yang
merupakan secondary antioksidan berbasis phospite dan diformulasikan dengan primary
antioksidan seperti Indonox B-410, Indonox B-210 dan lainnya. Total kapasitas produksinya
adalah 600 ton Indonox dan 400 ton formulasi campuran. Produk-produk ini disuplai ke
industri – industri yang memproduksi polyethylene, polypropylene, acrylonitrile-butadiene-
styrene dan polimer lainnya. MKD group mempunyai fasilitas formulasi pestisida dan
repacking dibawah PT Inti Everspring Indonesia sebagai salah satu perusahaan formulasi
agrochemical terbesar di Indonesia.

1. Plant Administration
1.1. Prosedur mutu PA
a) Pengiriman barang atau dokumen
b) Pengelolaan drum bekas
c) Pengadaan barang dan jasa di pabrik
d) Pemeliharaan infrastruktur(gedung, alat transportasi, dan alat komunikasi)
e) Permintaan dan pemenuhan tenaga kerja outsourcing

1
Laporan General Training Nugroho hartono

1.2. Sasaran mutu PA

No Sasaran mutu Action plan


1 Pelatihan terlaksana 90%  Monitoring jadwal pelatihan setiap bulan
dari jumlah topik yang  Koordinasi dengan bagian yang
direncanakan terkait/instruktur dalam pembuatan materi
pelatihan(up to date atau terbaru)
 Koordinasi peserta pelatihan untuk
memastikan keikutsertaannya
2 Penerimaan tenaga kerja  Membuat perencanaan bekutuhan tenaga
baru dan promosi terlaksana kerja dalam setahun
sesuai kebutuhan(waktu dan  Membuat perencanaan kebutuhan promosi
kualifikasi pekerja) minimal  Membuat bank data pelamar dan selalu
90% update
 Membuat database kualifikasi karyawan PT.
IEI
3 Social incident, maksimal 2  Melakukan koordinasi dengan lingkungan
kejadian pertahun perusahaan tentang isu sosial yang ada
 Membekali pengetahuan kepada petugas
security dalam penanganan social incident
4 Perizinan ketenagakerjaan  Monitoring masa berlaku perizinan setiap
100% sesuai masa berlaku bulan
 Koordinasi dengan instansi terkait(waktu dan
biaya)
 Membuat dokumentasi perizinan
5 Jumlah temuan  Monitoring pelaksanaan petugas
housekeeping di area housekeeping di lapangan setiap hari
terbuka, maksimal 3 temuan  Melakukan petugas housekeeping dalam
perbulan pelaksanaan pembersihan
6 Tingkat kepuasan karyawan  Membuat kuisioner setiap 3 bulan
terhadap general service  Evaluasi kegiatan general service setiap 3
minimal 90% bulan terkait dengan hasil kuisioner
7 Pengadaan barang dan jasa
 Monitoring complain karyawan
perbulan, minimal 95%
 Merealisasikan pengadaan barang dan jasa
sesuai RDD

2
Laporan General Training Nugroho hartono

 Kontrol realisasi pengadaan barang dan jasa


8 Penerimaan RS dan invoice  Monitoring penerimaan RS dan invoice
di finance dengan batas
waktu 10 hari kerja dari
tanggal RS, minimal 80%

2. Produksi
2.1. Prosedur mutu
Prosedur mutu bagian produksi
a) QP-PROD-A001 : Proses reaksi MIC(Methyl Isocyanate)
b) QP-PROD-A002 : Proses reaksi karbamasi dan reaksi kristalisasi
c) QP-PROD-A003 : Proses recovery solvent ML(mother liquor) karbamasi
d) QP-PROD-A004 : Proses O-IPOP(ortho isopropoxy phenol)
e) QP-PROD-A005 : Proses sodium sulfate(Na2SO4) anhydrous
f) QP-PROD-A006 : Proses formulasi liquid dan powder
g) QP-PROD-A007 : Proses pengemasan(packing) atau pengemasan
ulang(repacking) produk liquid dan powder
h) QP-PROD-A008 : Proses pengemasan(packing) atau pengemasan
ulang(repacking) produk baru
i) QP-PROD-A009 : Production test

2.2. Sasaran mutu


Sasaran mutu produksi merupakan target yang harus dicapai oleh bagian produksi,
dimana pencapaian ini akan dilaporkan saat management review setiap enam bulan
sekali.

No Sasaran mutu produksi Action plan

1 Keluhan pelanggan dengan  Pengendalian proses produksi secara


Finished Good repacking nol optimal
kejadian perbulan  Identifikasi critical point pada proses
2 Produk off spec dengan status
produksi
rework dan reject maksimal 1
 Pengendalian peralatan proses produksi
batch/bulan

3
Laporan General Training Nugroho hartono

3 Overall equipment secara optimal


effectiveness(OEE) minimal  Memberikan training secara
85% perbulan berkesinambungan pada personel
4 Nilai kerugian proses produksi
produksi yang bertugas dalam proses
maksimum 2% perbulan
5 Menyelesaikan SPKP sesuai  Monitoring penyediaan bahan baku dari
yang diminta, minimum 95% PPIC
perbulan  Monitoring persediaan bahan baku
pendukung proses
 Monitoring kesiapan alat atau mesin
produksi
 Monitoring penyelesaian perbaikan,
pemeliharaan, kalibrasi alat atau mesin
produksi
 Monitoring realisasi SPKP
 Pengaturan jadwal kerja
6 Produktivitas jam tenaga kerja  Pengendalian proses produksi secara
untuk repacking minimum 65% optimal
perbulan  Pengendalian jam kerja tenaga kerja
dioptimalkan
 Memberikan training secara
berkesinambungan pada personel
produksi yang bertugas dalam proses

2.3. Alur kerja proses produksi

4
Laporan General Training Nugroho hartono

Keterangan :
SPKP : Surat permintaan kerja produksi
IS : Issuence slip
TS : Transfer slip
RTS : Return slip

Alur pekerjaan proses produksi pestisida berawal dari perintah PPIC dengan
mengeluarkan SPKP. Dalam SPKP tersebut terdapat keterangan mengenai bahan aktif
yang akan diproduksi, jumlah bahan aktif yang akan diproduksi, serta jumlah masing-
masing raw material yang akan digunakan pada proses produksi. Dalam SPKP juga
termuat tanggal jatuh tempo produk pestisida telah selesai dibuat oleh produksi. PPIC
juga membantu produksi untuk membuat IS yang ditujuakan ke ware house untuk
meminta raw material yang akan digunakan.
Pada proses produksi harus dilakukan analisis terhadap intermediate atau
finished good yang dibantu oleh QA dengan membuat FPA. Analisis ini dilakukan
guna menjaga agar standard intermediate atau finished good sesuai spesifikasi yang
ditetapkan.
Setelah proses produksi selesai, apabila terdapat raw material sisa maka
produksi akan membuat RTS yang akan ditujukan ke PPIC. Raw material sisa tersebut
akan dikembalikan ke ware house. Kemudian untuk mentransfer finished good ke
ware house digunakan TS dari produksi yang ditujukan ke PPIC.

2.4. Plant Technical

5
Laporan General Training Nugroho hartono

2.4.1. Proses pembuatan MIC(methyl isocyanate)


Methyl isocyanate merupakan intermediate yang akan digunakan untuk reaksi
karbamasi. Dimana salah satu reaktan yang digunakan untuk proses karbamasi
adalah methyl isocyanate. Methyl isocyanate dibuat dengan mereaksikan
dimethyl sulfate dan sodium cyanate.
Persamaan reaksi :

O O
+- - +
CH3 O S O CH3 + 2 Na O C N 2 O C N CH3 + Na O S O Na
O O

Reaksi ini terjadi pada suhu 190 oC tekanan 1 atm dengan solven yang
digunakan yaitu ortho dichloro benzene(ODCB). Penggunaan solvent ini
dimaksudkan untuk mempertemukan antara sodium cyanate dan dimethyl
sulfate dikarenakan keduanya larut dalam ortho dichloro benzene. Reaksi ini
menggunakan K2CO3 yang dimaksudkan untuk menangkap air yang masih
terdapat selama reaksi, sehingga air tidak mengganggu reaksi.

Tahapan proses pembuatan methyl isocyanate


Dehy Dehy
drasi drasi Heatin
1 2 g
Aging MIC
reactor
reactio reactio
Washi ODCB
n n
ng separati
a)
reactor
Dehydrasi 1
on
Tahapan pertama proses pembuatan methyl isocyanate yaitu dehydrasi
ODCB. Tujuan dehidrasi adalah untuk menghilangkan air yang terdapat
dalam ODCB. Adanya air disini bisa mengurangi yield MIC.
b) Dehydrasi 2

6
Laporan General Training Nugroho hartono

Tahapan kedua ini juga dimaksudkan untuk menghilangkan air, akan tetapi
yang terdapat dalam K2CO3 dan Na2SO4.
c) Heating reactor
Selanjutnya reactor dipanaskan sampai 190 oC dengan menggunakan
dowterm.
d) Reaksi methyl isocyanate
Setelah suhu reaktor tercapai, selanjutnya dilakukan dropping DMS dengan
kecepatan tertentu. Dropping dilakukan sampai DMS di vessel habis.
e) Aging reactor
Setelah dropping selesai kemudian dilakukan aging untuk memberikan
waktu agar semua reaktan habis bereaksi dalam reaktor.
f) Washing reactor
Setelah reaksi selesai, kemudian reactor di cuci menggunakan air proses.
ODCB dan Na2SO4 akan terikut dalam pencucian ini. Na2SO4 dipisahkan
dari cairannya dengan sentrifugasi, sementara cairan yang lolos(ODCB+air)
akan dipisahkan menggunakan decanter.
g) ODCB separation
Pemisahan ODCB dengan air proses pencucian dilakukan dengan dasar
perbedaan berat jenis, karena keduanya tidak saling larut.

2.4.2. Proses pembuatan Ortho isopropoxy phenol(O-IPOP)


Dalam peoses pembuatan O-IPOP terdapat tiga tahapan proses, yaitu
• O IPOP Reaction step(OR)
• O IPOP high consentration step(OH)
• O IPOP Purification step(OP)

2.4.2.1. O-IPOP reaction step


Proses OR dilakukan dengan mereaksikan 1,2 dihydroksi phenol(cathecol)
dengan isopophyl bromide(IPB) dan sodium carbonate, dimana sodium
carbonate memiliki fasa padat. Reaksi ini menggunakan solven berupa
methyl sellosolve(MCS).

7
Laporan General Training Nugroho hartono

Persamaan reaksi :
OH OH
Br CH3 O
O
OH + CH3 CH CH3 + -
C
-
O CH + NaBr + -
C
-

O O O O +
+
Na
+
Na CH3 H+ Na

Reaksi dijalankan pada suhu 150 oC dan tekanan 4 bar.


Ada satu hal yang harus diperhatikan dalam reaksi ini yaitu kadar air
dalam MCS harus dibawah 5%, dikarenakan :
• 1,2 dihydroksi benzene(cathecol) larut dalam air(solubility dalam air
43gram/100mL) sedangkan isoprophyl bromide sedikit larut dalam air
sehingga tidak akan bereaksi
• IPB akan bereaksi dengan air membentuk isoprophyl alcohol dan asam
bromida

Feeding
Feedi
Tahapan proses OR
IPB,
ng Heatin
cathecol
MCS g
&Na2CO3
Sentr Aging(
reactor
M
ifuga cooling
L1
si
Na )
a) Feeding MCS
Br
Tahapan pertama yang dilakukan yaitu pemasukan MCS sesuai
kebutuhan reaksi.
b) Feeding IPB, cathecol, Na2CO3
Pemasukan cathecol dan Na2CO3 dilakukan melalui hopper yang
terdapat dibagian atas reaktor.
c) Heating reactor
Pemanasan reaktor dilakukan dengan menggunakan steam yang
dihasilkan plant utility sampai suhu reaksi terpenuhi.
d) Aging

8
Laporan General Training Nugroho hartono

Setelah semua kondisi reaksi terpenuhi kemudian dilakukan aging


guna memberikan waktu agar reaktan habis bereaksi.
e) Sentrifugasi
Setelah reaksi selesai, produk hasil reaksi berupa padatan(NaBr) dan
cairan(O-IPOP). Selanjutnya slurry padatan dipisahkan dengan cara
sentrifugasi, dimana fase cairan yang terlewat disebut sebagai mother
liquor1(ML1). ML1 ini mengandung O-IPOP dengan kadar sekitar
25% dengan komponen lainnya yaitu MCS. Selanjutnya ML1 ini akan
digunakan untuk proses O-IPOP high concentration.

2.4.2.2. O-IPOP high concentration step(OH)


Tujuan proses OH ini dimaksudkan untuk meninggikan konsentrasi O-
IPOP pada ML1 dengan cara distilasi, dimana thapan prosesnya seperti
gambar dibawah ini:
Distil
M at
Trans
L1
Prea Distila (MCS
fer
para tion )
MCS
tion M MCS Cool
N
L2 ing
Sentrifu
a
- gasi ML-
B
O OH
r dilakukan
ML1, hasil OR step dimasukkan ke tangki distilasi. Kemudian
proses distilasi,H
karena MCS memiliki titik didih yang jauh lebih rendah
daripada O-IPOP maka MCS akan naik sebagai distilat. MCS yang
dihasilkan dari proses distilasi ini memiliki kandungan air diatas 5%, jadi
tidak dapat langsung digunakan sebagai solvent. Setelah distilasi selesai
kemudian dilakukan sentrifugasi untuk mengambil NaBr yang masih
terdapat dalam proses OH.

9
Laporan General Training Nugroho hartono

2.4.2.3. O-IPOP purification step


• OP proses bertujuan untuk memurnikan produk dengan kolom distilasi
panjang.
• Hasil distilasi berupa MCS, MCS+O IPOP, O IPOP 90% up, O IPOP +
high dimer.
• Hasil distilasi diperoleh dengan cara pengaturan refluks.

2.4.3. Reaksi Karbamasi


Reaksi karbamasi adalah reaksi antara methyl isocyanate dengan bahan
intermediate lain, misalnya O-IPOP, O-SBP, M-1, dan OIPP. Reaksi yang
terjadi adalah:
Propoxur : MIC + O-IPOP à Propoxur
BPMC : MIC + O-SBP à BPMC
Methomyl : MIC + M-1 à Methomyl
MIPC : MIC + O-IPP à MIPC

10
Laporan General Training Nugroho hartono

Dalam reaksi karbamasi digunakan triethyl amine(TEA) yang digunakan


sebagai katalis.

2.4.3.1. Proses reaksi karbamasi Propoxur dan MIPC


Tahapan proses serta solvent yang digunakan pada reaksi karbamasi
propoxur dan MIPC sama, sehingga proses ini akan dijelaskan sekaligus.
Xylene,
O- Droppin
Preapa
IPOP/OI g MIC
ration
PP Reaksi
Aging 1
(reakto
Transf karbamasi
r A)
er ke Adjusti
Aging 2
reaktor ng
Propox
B ur/MIP
kristral sentrif
Washi
isasi ugasi xylen C
ng e
reaktor
B
Reaksi karbamasi propoxur atau MIPC diawali dengan feeding solven
berupa xylene dan O-IPOP atau OIPP. Kemudian reaksi karbamasi
dilakukan dengan dropping MIC dengan kecepatan tertentu. Lalu dilakukan
aging pertama pada reaktor untuk memberikan waktu agar reaksi karbamasi
sempurna. Akan tetapi apabila masih terdapat reaktan yang tersisa, dalam
hal ini MIC dikarenakan MIC diproduksi dari proses sebelumnya dimana
jumlah yang dihasilkan tidak selalu konstan, maka dilakukan adjusting,
yaitu penambahan reaktan O-IPOP atau O-SBP.
Setelah dilakukan adjusting, kemudian dilakukan aging kedua pada
reactor A. Setelah reaksi selesai, kemudian cairan yang ada direaktor A
ditransfer ke reaktor B untuk proses kristalisasi bahan aktif. Kristalisasi
dilakukan dengan mendinginkan material menggunakan chiller
water(CHW) sampai suhu reakctor kristalisasi sekitar 0 – 5 oC. Proses
kristalisasi ini dilakukan dengan menjenuhkan larutan, dimana semakin
rendah suhu akan mengakibatkan saturated point akan semakin turun,

11
Laporan General Training Nugroho hartono

sehingga akan terbentuk kristal karena titik berada pada kondisi diatas
saturated point.
Setelah proses kristalisasi selesai, kemudian slurry dimana padatannya
merupakan propoxur atau MIPC dipisahkan dengan cairannya dengan
sentrifugasi. Produk bahan aktif berupa propoxur atau MIPC kemudian
dilakukan drying agar kandungan cairan dalam padatan berkurang.

2.4.3.2. Proses reaksi karbamasi methomyl

Water,M Droppin
-1
Preapar g MIC
ation Reaksi
Aging 1
(reaktor
Transfe karbamasi
A) r ke Adjusti
Aging 2
reaktor ng
B Meth
kristrali sentrifu omyl
sasi
Washin gasi Wate
g r
reaktor
B
Pada dasarnya tahapan proses karbamasi methomyl sama dengan karbamasi
propoxur/MIPC, hanya saja solven yang digunakan berupa air. Air dapat
digunakan sebagai solven dikarenakan MIC lebih reaktif dengan M-1
daripada dengan air. Selain itu air juga dapat melarutkan baik MIC ataupun
M-1. Proses sentrifugasi masih meninggalkan sedikit methomyl yang larut
dalam air sehingga perlu mengoptimalkan kristalisasi, selain itu juga agar
air buangan tidak mencemari lingkungan.

12
Laporan General Training Nugroho hartono

2.4.3.3. Proses reaksi karbamasi BPMC

O- Droppin
SB g MIC
Preapa
P
ration Reaksi
Aging 1
(reakto karbamasi
r A)
Distilla Adjusti
Aging 2
tion ng
Tahapan reaksi karbamasi BPMC diawali dengan feeding O-SBP ke dalam
reaktor A. Pada reaksi karbamasi ini berbeda dengan karbamasi
sebelumnya karena hasil reaksi(BPMC) berupa cairan sehingga tidak ada
tahapan sentrifugasi. Untuk meninggikan kadar BPMC dilakukan dengan
cara distilasi.

2.5. Plant Formulasi


Formulasi produk pestisida
Setelah reaksi karbamasi selesai, maka bahan aktif akan dicampur dengan bahan-
bahan lain untuk mendaparkan karakteristik produk tertentu. Pada prinsipnya proses
formulasi hanya dengan prinsip mixing dan milling. Untuk formulasi bentuk liquid
hanya dengan mixing saja.

Feeding
Preapa Agin
RM ke
ration g1
mixer 1
Transfer
Aging Milli
ke mixer
2 ng
Packin 2
g
Tahapan pertama formulasi padatan yang dilakukan yaitu pemasukan sejumlah
material dengan berat tertentu ke dalam mixer. Kemudian dilakukan mixing selama

13
Laporan General Training Nugroho hartono

waktu yang ditentukan agar pemerataan partikel bahan aktif dalam produk formulasi
merata. Setelah proses mixing pertama selesai kemudian dilakukan milling untuk
mendapatkan ukuran produk sesuai yang diinginkan. Untuk menjamin meratanya
kandungan bahan aktif dilakukan mixing kedua. Setelah selesai produk formulasi
kemudian di check di QA apakah telah sesuai dengan spesifikasi ataukah belum.
Apabila telah sesuai, maka produk formulasi siap untuk di packing.

2.6. Plant Antioxidant(anox)


Antioksidan ini akan digunakan untuk aditif pada produksi plastik. Pembuatan
antioksidan/indonox dilakukan dengan cara mereaksikan 2,4 ditertier buthyl phenol
(2,4 DTBP) dengan PCl3. Reaktor yang digunakan yaitu carbon steel dengan lining
berupa glass. Lining tersebut dimaksudkan untuk mencegah korosi pada reaktor
karena produk samping reaksi adalah HCl, dimana HCl sangat korosif karena
keasamannya.
Persamaan reaksi :

o
Reaksi dijalankan pasa suhu 50 - 90 C dengan katalis berupa dimethyl
formamide(DMF) dan solven berupa xylene.

14
Laporan General Training Nugroho hartono

Feeding Feedi
2,4 ng Drop
Persia
DTBP, PCl3 ping
pan Feedi
DMF, ke
Purgi PCl3
Heati
Purgi ng
xylene vessel
ng N2 ng
ng N2 xylen
Feeding perta reakt
kedua e
Heati
RM II: ma or
Trans
baru
ng
IPA,xylen Aging fer
reakt
Trans
e, AC Recov slurry
Kristal or
ferII Holdi
001 ery
isasi IPA ng
xylen
slurry recov slurry
e
Washi ery
sentri Dryin
ng fugasi g
Sebelum proses reaksi 2,4 DTBP dipanaskan dulu dengan bak agar lebih encer. Pada
reaksi ini N2 digunakan untuk mengambil HCl sehingga reaksi akan bergeser ke
kanan. Feeding solven berupa xylene dilakukan dua kali karena ada xylene yang
menguap pada reaksi awal, sehingga perlu dilakukan feeding xylene baru. Tujuan dari
feeding AC 001/NDBA digunakan untuk menstabilkan PCl3, sedang feeding
isoprophyl alcohol(IPA) untuk menghilangkan sisa asam dalam reaktor.

3. Research & Development


3.1. Prosedur mutu R&D
a) QP-RD-A1001 : Pelaksanaan pengembangan produk dilaboratorium
b) QP-RD-A1002 : Perancangan kemasan
c) QP-RD-A1003 : Penanganan SPPR jenis perbaikan produk
d) QP-RD-A1004 : Validasi packaging material dan pembuatan SPPS
e) QP-RD-A1005 : Pencarian metode pemusnahan peroduk reject

15
Laporan General Training Nugroho hartono

3.2. Sasaran mutu R&D

No Sasaran mutu Action plan


1 Menyelesaikan permintaan riset  Membuat perancangan eksperimen
jenis pengembangan sesuai target per SPPR jenis pengembangan
yang tercantum dalam SPPR 90%  Monitoring jadwal dan kegiatan riset
2 Menyelesaikan permintaan riset  Membuat perancangan eksperimen
jenis perbaikan sesuai target yang per SPPR jenis pengembangan
tercantum dalam SPPR 100%  Monitoring jadwal dan kegiatan riset

3.3. Alur kerja riset pada pengembangan produk baru atau perluasan penggunaan
produk

PD RND QA
SPP Rise
FPA
R t
Uji
Efikasi Penetapan
Rekomend spec baru
asi
Permintaan riset mengenai pengembangan produk baru atau perluasan penggunaan
produk berasal dari product development(PD). PD akan menentukan ruang lingkup
produk baru atau perluasan penggunaan produk, kemudian R&D akan melakukan
research di laboratorium untuk menentukan komposisi/formula pestisida. Sebelum
hasil formulasi diberikan ke PD untuk di uji coba dilapangan, hasil-hasil formulasi
lebih dahulu di cek spesifikasi formulanya oleh QA, apakah telah sesuai dengan
standard yang berlaku secara internasional(dalam hal ini FAO atau lembaga yang
lain) ataukah belum.
Kemudian PD akan melakukan uji efikasi untuk menentukan formula yang mana yang
sesuai untuk produk baru atau untuk perluasan penggunaan produk. Formula yang
paling baik untuk mengontrol hama yang akan dipilih untuk direkomendasikan ke

16
Laporan General Training Nugroho hartono

R&D. Kemudian R&D akan meminta QA untuk menganalisis spesifikasi produk baru
atau spesifikasi perluasan penggunaan produk baru.

3.4. Alur kerja riset dari permintaan produksi

Produksi RND Ri QA
SP FP
se
PR A
t
Impleme Rekom
Apabila ntasiasi
bagian produksi ada kendalaendasi
proses yang memerlukan tindakan riset, maka
produksi akan membuat SPPR yang akan ditujukan ke R&D. Kemudian R&D akan
melakukan riset di laboratorium, hasil riset yang optimal yang optimal yang akan
direkomendasikan oleh R&D untuk di implementasikan pada proses produksi.
Salah satu contohnya yaitu apabila terdapat produk dengan status rework. Sebelum
dilakukan proses rework, produksi akan meminta R&D untuk melakukan riset agar
didapatkan produk sesuai spesifikasi yang dikehendaki. Seletah ditemukan cara untuk
menangani produk rework, maka R&D akan merekomendasikannya ke produksi.

3.5. Jenis formulasi pestisida


• Powder formulation
wettable powder(WP), soluble powder(SP)
• Liquid formulation
soluble liquid(SL), emulsifiable concentrate(EC)

Formulasi Padat Formulasi liquid


Komposisi Komposisi
Bahan aktif Bahan aktif
Bahan pembawa Bahan pelarut
Bahan penyebar (dispersing agent) Surfaktan(emulsifier)
Bahan pembasah(wetting agent) Stabilizer
Aditif lain(pewarna, anti caking) Aditif lain(pewarna, anti caking)
Spesifikasi Spesifikasi

17
Laporan General Training Nugroho hartono

Toleransi kadar bahan aktif Toleransi kadar bahan aktif


Kadar air Suspensibilitas
Suspensibilitas Persisten foam
Wetting time pH
Persistent foam Storage stability
pH
Ukuran partikel
Storage stability
Jika formulasi tidak larut ke air, maka Jika pelarutnya adalah air maka
pelarutnya adalah senyawa formulasinya digolongkan pada SC
organik(umumnya polar)

4. Quality Assurance
4.1. Prosedur mutu quality assurance
a) Pemeriksaan Finished Good repacking
b) Inspeksi dan pengujian barang datang
c) Inspeksi dan pengujian intermediate
d) Inspeksi dan pengujian Finished good
e) Analisis sampel khusus
f) Pembuatan atau perubahan spesifikasi
g) Kalibrasi peralatan, inspeksi, pengujian dan pengukuran
h) Pengadaan contoh produk
i) Analisis permintaan sampel berkala
j) Pemeliharaan peralatan QA
k) Perbaikan peralatan QA
l) Penanganan keluhan produk
m) Pengujian sampel untuk kualifikasi vendor
n) Penanganan barang atau produk(FG) yang off spec

4.2. Sasaran mutu QA

No Sasaran mutu Action plan

18
Laporan General Training Nugroho hartono

1 Indeks product off spec  Pengendalian raw material dan packaging material
karena proses produksi  Bersama produksi, memonitoring proses yang
maksimal 0.07 per dilakukan sesuai prosedur dan spesifikasi proses
tahun  Pengendalian spesifikasi dari semua proses yang
ada
 Pengendalian perubahan raw material dan
packaging material(alternative vendor)
2 Total keluhan  Pengendalian raw material dan packaging material
pelanggan terhadap  Pengendalian spesifikasi dari semua proses yang
mutu produk maksimal ada
4 keluahan pertahun  Pengendalian perubahan raw material dan
packaging material(alternative vendor)
 Monitoring produk yang direlease selama masa
jaminan (2 tahun)

4.3. Alur kerja quality assurance

M
Ch
QA
E
Pr FP
ec
od
PP A
R k
IC
N
SH
D
E
Apabila pada bagian ME, Produksi, PPIC, R&D, SHE memerlukan analisis yang
memerlukan peralatan laboratorium maka bagian tersebut akan meminta bantuan QA
untuk analisis dengan mengajukan permintaan analisis. Setelah di analisis oleh QA,
selanjutnya hasil analisis akan dikembalikan ke bagian yang meminta. Analisis ini
lebih banyak ditujukan untuk mengontrol intermediate dan finished good.
Beberapa macam analisis :
 Finished Good(FG)

19
Laporan General Training Nugroho hartono

 Production Test(PT)
 Intermediat(INT)
 Sampel khusus(SK)
 Raw Material(RM)

5. Production Planning & Inventory Control (PPIC)


e.1.Prosedur mutu PPIC
• Perencanaan pengadaan bahan baku untuk produksi
• Penerimaan dan repacking benih jagung
• Penerimaan dan penyimpanan barang eksternal
• Pengiriman benih jagung eksternal
• Penerimaan dan penyimpanan barang internal
• Pengeluaran barang eksternal
• Pengeluaran barang internal termasuk barang pasokan pelanggan
• Pemeriksaan berkala
• Perencanaan production test

e.2.Sasaran mutu PPIC

No Sasaran mutu Action plan


1 Realisasi WO yang mencapai  Melaksanaan perencanaan produksi dan
90% lebih, minimal 95%perbulan pengadaan material
 Menjawab konfirmasi tanggal penyerahan
apabila bahan baku benar-benar sudah
tersedia
2 Realisasi WO yang terlambat  Melaksanakan perencanaan produksi sesuai
paling lama 10 hari kerja dari rencana ketersediaan material
tanggal penyerahan WO  Monitoring kedatangan material
3 Jenis barang yang selisih antara  Transaksi ditutup pada tanggal akhir bulan
laporan stock dengan aktualnya berjalan
<1%, minimal 80%  Monitoring stock melalui laporan mingguan
 Melakukan pengecekan kesesuaian stock

20
Laporan General Training Nugroho hartono

secara berkala
 Menetapkan metode perhitungan yang
mendekati
4 Ketepatan pengiriman barang  Rakap tanggal pengiriman IS
untuk proses produksi sesuai  Melakukan perencanaan pengiriman ke
tanggal pengiriman IS, minimal produksi
95%  Monitoring pengiriman actual ke produksi

e.3.Alur kerja PPIC

Marketing PPIC

Forecast/ WO MRP PR PO Supplier


budget

MPS
PO Customer Ware house(RM)

Produksi

DO (dri mkt) FPA(QA)

SJ (dri mkt) Ware house(FG)

customer

Keterangan :
MRP : Material request planning
MPS : Master production schedule
SJ : Surat jalan
WO : Work Order
PO : Purchasing Order
PR : Purchasing request
DO : Delivery order

Deskripsi pekerjaan bagian PPIC

21
Laporan General Training Nugroho hartono

• Planning proses produksi


PPIC akan menentukan berapa lama waktu untuk bagian produksi memuat
pestisida. Terkait dengan waktu pembuatan bahan technical dan intermediate, juga
waktu untuk perencanaan formulasi dan packing produk akhir(finished good).
• Planning kebutuhan material(raw dan packaging material)
Sesuai dengan alur diatas apabila stock material di ware house tidak mencukupi
untuk kebutuhan produksi, maka PPIC akan mengeluarkan purcashing
requirement yang ditujukan ke procurement untuk keperluan pembelian raw
material dan packaging material.
• Loading, unloading dan penyimpanan barang/produk
PPIC juga memiliki tanggung jawab terhadap jumlah barang yang terdapat di ware
house, terkait dengan barang masuk dang barang keluar ware house.

Beberapa pekerjaan lain yang dikerjakan PPIC misalnya bersama marketing ikut
melakukan forecast terhadap rencana penjualan pestisida. Forecast ini didasarkan
pada musim, history dan juga pada strategi pemasaran yang baru. Forecast ini harus
akurat dikarenakan jika meleset akan mengakibatkan inventory tinggi.

6. Maintenance & Engineering


6.1.Prosedur mutu ME
1. Perancanaan, pelaksanaan dan verifikasi engineering
2. Pemeliharaan mesin atau peralatan
3. Perbaikan mesin atau peralatan
4. Pelaksanaan overhaul

6.2. Sasaran mutu ME

No Sasaran mutu Action plan


1 Unplanned dowtime level  Memperkuat system preventive maintenance
perbulan, plant technical  Menciptakan seorang maintenance planner

22
Laporan General Training Nugroho hartono

3%, formulation & filling yang kuat


1%  Menjalankan secara konsisten
a) TAG management
b) Routine inspection
c) Melengkapi routine preventive
maintenance sebagai dasar penyusunan
maintenance schedule
 Menerapkan working shift untuk crew
maintenance(membagi group menjadi 3 shift)
2 Unplanned maintenance  Memperkuat system preventive maintenance
level perbulan maksimal  Menciptakan seorang maintenance planner
20% yang kuat
 Menjalankan secara konsisten
d) TAG management
e) Routine inspection
f) Melengkapi routine preventive
maintenance sebagai dasar penyusunan
maintenance schedule
3 Spare parts stock accuracy  Implementasi WH & inventory management
minimal 99.5% perbulan system untuk spare parts
 Menciptakan seorang storeman yang kuat
4 Penyelesaian perancangan  Membuat jadwal perancangan dan atau
dan atau pelaksanaan pelaksanaan
pekerjaan engineering yang  Monitoring jadwal perancangan dan atau
sesuai waktu yang pelaksanaan
ditetapkan minimal 80% per  Melakukan koordinasi dengan user dan bagian
semester terkait

Dalam ME terdapat bagian maintenance dan engineering yang masing-masing


memiliki deskripsi pekerjaan yang berbeda. Untuk bagian maintenance memiliki
deskripsi kerja untuk pemeliharaan mesin dan peralatan, perbaikan mesin dan
peralatan, dan kalibrasi alat pengukuran. Sedang bagian engineering lebih
menekankan pada pekerjaan pelaksanaan proyek improvement mesin atau peralatan
dan untuk modifikasi mesin dan peralatan.

23
Laporan General Training Nugroho hartono

6.3. Alur kerja ME

Produks
SPPM ME
Actio
i,PPIC
P
PA,RND n
SPPE
,QA
Feed
back
SPPMP : Surat Permintaan Perbaikan Mesin dan Peralatan
SPPE : Surat Permitaan Pekerjaan Engineering

Pekerjaan maintenance & engineering berawal dari permintaan pekerjaan dari bagian
lain dengan membuat SPPMP atau SPPE. Kemudian ME akan melakukan
perencanaan pelaksanaan pekerjaan tersebut, misalnya seperti jadwal rencana
pekerjaan dan siapa yang akan mengerjakan pekerjaan itu. Setelah pekerjaan
perbaikan atau pekerjaan engineering tersebut selesai akan dilaporkan kembali ke
pihak yang meminta pekerjaan tersebut. ME memiliki wewenang untuk meminta
pihak lain, dalam hal ini kontraktor untuk melakukan pekerjaan tersebut apabila
sumber daya yang ada di perusahaan tidak mencukupi.

6.4. Beberapa metode untuk pekerjaan maintenance


a) Preventive maintenance

24
Laporan General Training Nugroho hartono

Medote perawatan ini digunakan untuk mencegah terjadinya permasalahan pada


mesi atau peralatan, misalnya dengan pelumasan, dengan jadwal maintenance
rutin.
b) Predictive maintenance
Metode ini dilakukan dengan menganalisis mesin atau peralatan secara langsung,
misalnya dengan mendengarkan perbedaan kebisingan mesin atau melihar secara
langsung.
c) Breakdown maintenance
Breakdown maintenance sebetulnya tidak dikehendaki, akan tetapi apabila mesin
atau peralatan sudah rusak maka akan dilakukan breakdown maintenance.

7. Safety, Health and Environment


7.1.Prosedur mutu SHE
a) Tanggap darurat
b) Penanganan incident dan accident
c) Identifikasi potensi bahaya
d) Pemberian ijin dan pengawasan SHE
e) Inspeksi dan pemeliharaan peralatan tanggap darurat
f) Safety patrol
g) Pengelolaan limbah B3

7.2. Sasaran mutu SHE

No Sasaran mutu SHE Action plan


1 Kecelakaan kerja yang  Himbauan menggunakan alat pelindung
memerlukan tindakan P3K(first diri sebelum bekerja
aid accident) : 0 kejadian  Melengkapi rambu-rambu alat
perbulan pelindung diri di lokasi kerja
2 Kecelakaan kerja yang
 Pengawasan penggunaan alat pelindung
memerlukan tindakan medis : 0
diri di lapangan
kejadian perbulan
3 Kecelakaan yang  Pelatihan keselamatan dan kesehatan

mengakibatkan kehilangan kerja dan safety behavior

waktu kerja : 0 perbulan  Menyediakan alat pelindung diri yang

25
Laporan General Training Nugroho hartono

4 Kecelakaan yang sesuai


mengakibatkan korban  Melakukan pemeriksaan resiko bahaya
meninggal : 0 pertahun secara periodik

5 Kejadian keracunan methomyl  Pelatihan keselamatan dan kesehatan


di area repacking : 0 perbulan kerja dan safety behavior
 Safety patrol
 Perubahan system kerja dan perbaikan
lingkungan pabrik
 Melengkapi rambu-rambu alat
pelindung diri di lokasi kerja
6 Indeks Limbah yang dihasilkan  Segregasi limbah
pabrik maksimal 70 kg/ton  Pelatihan cara penanganan limbah
produk  Perubahan system kerja dan perbaikan
lingkungan pabrik
7 Limbah cair yang tidak  Pelatihan cara penanganan limbah
memenuhi baku mutu : 1  Perbaikan saluran yang bocor menuju
perbulan ke saluran air pembuangan akhir
 Melakukan pemantauan baku mutu air
limbah domestik seminggu sekali di 4
titik pantau air selokan oleh
laboratorium internal
 Melakukan pemantauan baku mutu air
limbah domestik 3 bulan sekali oleh
laboratorium eksternal

Metode pengukuran terhadap sasaran mutu


Berdasarkan jumlah kejadian kecelakaan kerja yang mengakibatkan fatality selama
satu bulan
Berdasarkan frekuensi rate atau tingkat keseringan terjadinya kecelakaan kerja
Berdasarkan severity rate atau tingkat keparahan kecelakaan kerja
Pemberlakuan kebijakan-kebijakan SHE juga didasarkan pada kebijakan pemerintah,
misalnya :
 UU no. 1 th 1970 mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja

26
Laporan General Training Nugroho hartono

 Per Men no. 80 th 1980 mengenai Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
 Kepmenaker no. 186 th 1999 mengenai Penanggulangan kebakaran
 Kep Men LH no. 122 2003 mengenai Air Limbah
 Permen no. 5 th 1988 mengenai Pesawat Uap
 Permen no. 1 th 1982 mengenai Bejana Tekan
 Kep Men no. 75 th 2002 mengenai Instalasi Listrik

7.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


PT. Inti Everspring Indonesia menempatkan nilai tertinggi jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja bagi karyawan, sub kontraktor, pihak ketiga, dan pengunjung dengan
cara :
1) Mengembangkan sistem kerja yang dapat melindungi keselamatan dan kesehatan
kerja serta lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
2) Melakukan pelatihan pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja serta
lingkungan secara periodik
3) Menyediakan tempat kerja yang sehat dan aman bagi pekerja
4) Menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk memelihara keselamatan dan
kesehatan kerja serta lingkungan
5) Seluruh pekerja bekerja dengan teliti, aman, dan sehat sesuai dengan sistem kerja
yang berlaku

7.4. Kebijakan pencegahan kontaminasi


PT. Inti Everspring Indonesia bertekad untuk bekerja dengan teliti dan bertanggung
jawab dalam mencegah terjadinya kontaminasi produk dengan cara :
1) Mengembangkan sistem kerja yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi
2) Melakukan pelatihan pencegahan kontaminasi secara berkesinambungan
3) Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi

7.5. Pemberian Ijin dan Pengawasan SHE


Untuk meminta pengawasan pekerjaan lapangan dari bagian SHE, permintaan
pengawasan akan ditujukan ke SHE. Kemudian SHE akan menunjuk petugas

27
Laporan General Training Nugroho hartono

pengawas lapangan yang telah lulus seleksi. Petugas ini juga akan diberikan work
instruction dan form laporan untuk melengkapi laporan pengawasan.

Laporan pengawasan

SPIP : Surat Permintaan Ijin Pengawasan


SIMA : Surat Ijin Menggunakan Api
SIMV : Surat Ijin Masuk Vessel
SIUPBL : Surat Ijin Untuk Pekerjaan Berbahaya lainnya

Adapun SIMA disini dapat digolongkan menjadi :


 Penggunaan gerinda(selain diworkshop)
 Penggunaan mesin lan(selain diworkshop)
 Penggunaan mesin blender(selain diworkshop)
 Penggunaan soldier diruang konvensional dan instrument, QA
 Penggunaan soldier diruang analisis dan R&D
Untuk mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan api ada beberapa alat
perlindungan diri yang harus digunakan misalnya sarung tangan las, kedok las, sepatu
safety dan ear plug serta alat pemadam api.
Adapun SIMV dapat dikategorikan menjadi :
 Masuk ke dalam mixer
 Masuk ke dalam tangki
 Masuk ke dalam dryer
 Masuk ke dalam vessel
 Masuk ke dalam ruang bakar incinerator

28
Laporan General Training Nugroho hartono

 Masuk ke dalam bak penampungan ware house dan ME


Adapun alat perlindungan diri apabila akan masuk vessel seperti masker, kaca mata,
safety helmet, sepatu safety, sarung tangan, blower, lampu penerangan, tangga, infra
red thermometer, tabung oksigen, full body hardnesses, alat angkat emergency.
Blower harus dinyalakan dahulu selama kurang lebih 3 jam sebelum masuk vessel
untuk mengindari masih adanya toksikan yang tersisa di vessel. Untuk saat ini
perusahaan masih belum terdapat alat angkat emergency sehingga itu akan menjadi
masukan untuk kegiatan safety.
Sedangkan pekerjaan berbahaya lainnya seperti pekerjaan yang berhubungan dengan
ketinggian diatas 2 meter dan pekerjaan pengeboran dinding. Hal itu juga memerlukan
pengawasan petugas lapangan agar keamanan pekerja dapat lebih terjamin. Adapun
peralatan perlindungan diri yang harus dipakai adalah safety helmet, sarung tangan,
kaca mata, dan safety belt atau full body hardness.

Pekerjaan pengawasan terhadap pekerjaan berbahaya perlu mendapatkan perhatian


serius, karena accident/incident tidak hanya dipengaruhi oleh peralatan atau bahan
saja melainkan juga dikarenakan human error. Untuk itu, seleksi petugas pengawas
SHE lapangan harus benar-benar dikendalikan agar ketika implementasi di lapangan
akan optimal. Ada beberapa tahapan untuk pelatihan menjadi petus SHE lapangan,
seperti mengikuti pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, juga mengikuti
training petugas SHE lapangan. Oleh karena semua hal diatas, kualifikasi petugas
SHE lapangan harus diseragamkan. Berikut kualifikasi petugas SHE lapangan :
1) Memiliki kemampuan teknis dan menerapkannya
 Mampu menggunakan APD
 Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan
 Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian kebakaran
 Mempu melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan
 Mampu menggunakan alat pemadan kebakaran
 Mampu menerapkan tata cara kerja yang aman
 Mampu melakukan briefing K3
 Mampu mengidentifikasi potensi bahaya (tabel QRA matriks)
 Mampu melakukan koordinasi penanggulangan kondisi darurat
 Mempu membuat laporan dan investivigasi k3

29
Laporan General Training Nugroho hartono

2) Memiliki pengetahuan teknis


 Memahami sistem pencegahan dini terjadinya kebakaran
 Memahami sifat - sifat fisik dan kimia bahan / material yang digunakan dalam
proses produksi
 Memahami jenis dan fungsi Alat Pelindung Diri ( APD )
 Memahami jenis dan fungsi Alat Pemadam Kebakaran
 Memahami Prosedur Tanggap Darurat

Selain mempelajari mengenai unsafe condition perlu pula dipahamai mengenai sifat-
sifat dari bahan yang akan ditangani. Apakah termasuk dalam golongan bahan
berbahaya, atau bukan berbahaya. Oleh karena itu telah di buat lembar data
keselamatan bahan untuk penanganan material tersebut. lembar data ini merupakan
rangkuman dari material safety data sheet(MSDS). Adapun isi dari lembar data
keselamatan bahan(LDKB) yaitu :
a) Sifat-sifat bahaya material
Terdapat tiga kategori bahaya yang dicantumkan dalam LDKB yaitu efek terhadap
kesehata, kebakaran, dan reaktifitas. Efek bahan terhadap kesehatan seperti
apabila terhirup, tertelan atau terkena kulit misalnya dapat merusak paru-paru dan
ginjal, atau berdampak karsinogen atau yang lain. Dalam LDKB juga
dicantumkan nilai ambang batas, yaitu nilai ambang boleh terpapar bahan
tersebut. Selain efek terhadap kesehatan juga dibahas mengenai kebakaran,
misalnya terkait dengan titik nyala(flash point), suhu bakar(iqnition point).
Sedang untuk reaktifitas material kereaktifan terhadap senyawa lain.
b) Sifat-sifat fisika material
Sifat-sifat fisika yang dicantumkan dalam LDKB seperti titik didih, titik leleh,
tekanan uap, berat jenis, kelarutan dalam air, dll.
c) Keselamatan dan pengamanan
Keselamatan dan pengamanan harus sangat dipahami oleh pekerja yang
berhubungan dengan bahan tersebut karena terkait dengan alat perlindungan diri.
Untuk handle bahan kimia sangat berbahaya harus menggunakan chemical clothe
karena terpapar sedikit saja dapat menimbulkan efek yang sangat berbahaya.
Dalam LDKB dicantumkan bagaimana cara untuk :
 Penanganan dan penyimpanan material

30
Laporan General Training Nugroho hartono

 Penanganan terhadap tumpahan dan kebocoran


 Alat perlindungan diri yang harus digunakan
 Pertolongan pertama
 Pemadam api yang terjadi akibat kebakaran dari bahan tersebut
d) Informasi lingkungan
Informasi ini ditujukan agar lingkungan tidak terpapar bahan ini. Apabila
termasuk dalam golongan baha kimia berbahaya maka akan sangat mempengarihu
ekosistem dilingkungan tersebut. untuk itu handle agar bahan tidak mencemari
lingkungan harus dilakukan untuk menuju indrustrial hygiene.

Efek terhadap kesehatan, flammability, dan reaktifitas bahan dalam bentuk diamond.
Angka yang terdapat dalam diamond tersebut menunjukkan tingkat resiko bahan
tersebut terhadap sekitar, sehingga perlu pengendalian terhadap safety atau
pengawasan supervisi secara ekstra. Angka tertinggi adalah 4, dimana hal itu
menandakan bahwa bahan/material tersebut adalah sangat berbahaya, apakah sangat
toksik ataukah sangat flammable. Sedangkan angka terendah adala nol, yang
menunjukkan bahwa bahan tersebut tidak berbahaya dalam segi kereaktifan,
flammability ataukan toksikologi.

8. Sistem Jaminan Halal(SJH)


Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa
tahap untuk membuktikan bahwa bahan, fasilitas produksi, proses produksi, produk dan
Sistem Jaminan Halal memenuhi persaratan LPPOM MUI .
Sistem jaminan halal adalah suatu jaringan kerja dimulai dari komitmen manajemen
puncak dan prosedur - prosedur yang disusun saling berhubungan, diterapkan dan
dipelihara untuk menghasilkan produk halal, menghindari kontaminasi terhadap produk
halal dan menjamin tidak adana penyimpangan pada proses pengembangan produk atau
reformulasi.
Plant yang disertifikasi halal adala plant indonox, karena terkait produk yang dihasilkan
akan digunakan sebagai aditif pembuatan plastik dimana plastik akan digunakan untuk
pengemasan makanan sehingga harus mendapat setifikasi halal. Dalam penerapannya

31
Laporan General Training Nugroho hartono

perusahaan harus memiliki kebijakan bahwa sistem jaminan halal diimplementasikan dan
dipelihara.

8.1.Kebijakan halal PT. Indonox Mitra Pratama


Managemen dan karyawan PT. Indonox Mitra Pratama bertekad untuk memproduksi
produk halal secara konsisten dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan melalui:
1) Menjamin seluruh produk akhir yang dihasilkan disertifikasi oleh LPPPOM MUI
2) Menjamin sluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan produk-produk kami
adalah halal
3) Menjamin proses produksi dalam kondisi bersih dan bebas dari bahan-bahan yang
tidak halal dan najis

8.2. Ruang lingkup SJH


a) Persyaratan Bahan
 Semua bahan (bahan baku, pembantu, dan penolong) yang digunakan harus
halal, harus memiliki standar persetujuan bahan.
 Bahan yang berupa intermediet atau raw product tidak boleh dihasilkan dari
fasilitas produksi yang juga digunakan untuk membuat produk yang
menggunakan babi atau turunanna sebagai salah satu bahannya.
 Perusahaan yang menerapkan pengkodean bahan atau produk harus dapat
menjamin traceability (bahan, produsen, status halal)
b) Persyaratan Fasilitas Produksi
 Lini produksi dan peralatan tidak boleh digunakan bersama atau bergantian
dengan produk yang mengandung babi atau turunannya.
 Lini produksi atau peralatan yang pernah digunakan untuk produk yang
mengandung babi atau turunannya harus dicuci tujuh kali dengan air dan salah
satunya dengan tanah atau bahan lain (untuk menghilangkan rasa, bau dan
warna).
 Lini produksi dan peralatan yang digunakan secara bersama dengan produk
yang tidak disertifikasi (bahan tidak berasal dari babi/turunannya) harus
dicuci/dibersihkan untuk menjamin tidak terjadi kontaminasi.
 Seluruh fasilitas produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk yang
disertifikasi harus didaftarkan.

32
Laporan General Training Nugroho hartono

 Perusahaan yang membuat produk di tempat lain (maklon), harus mewajibkan


pabriknya menerapkan SJH dan mendokumentasikannya secara khusus.
c) Persyaratan Proses Produksi
Proses produksi yang hanya berupa pengenceran, standarisasi, pemurnian, dapat
didaftarkan untuk sertifikasi bila produknya bersertifikat halal MUI
d) Persyaratan Produk
 Nama atau orientasi deskripsi produk tidak boleh merupakan atau mengarah
pada sesuatu yang haram atau ritual agama lain.
 Jika suatu produk dengan merk tertentu didaftarkan untuk sertifikasi, maka
semua produk dengan merk yang sama juga harus didaftarkan.
 Produk repacking atau relabelling dapat didaftarkan untuk disertifikasi hanya
jika produk tersebut bersertifikat halal MUI atau dilakukan audit di tempat
produksi.
 Khusus untuk restoran, semua menu harus didaftarkan untuk sertifikasi.
e) Persyaratan Sistem Jaminan Halal
 Perusahaan harus menerapkan Sistem Jaminan Halal.
 SJH adalah suatu jaringan kerja dimulai dari komitmen manajemen puncak dan
prosedur - prosedur yang disusun saling berhubungan, diterapkan dan dipelihara
untuk menghasilkan produk halal, menghindari kontaminasi terhadap produk
halal dan menjamin tidak adana penyimpangan pada proses pengembangan
produk atau reformulasi.
 SJH perusahaan harus didokumentasikan dalam bentuk Manual SJH.
 Manual SJH harus didokumentasikan secara terpisah dari manual sistem yang
lain sedangkan prosedur, instruksi kerja dan form dapat diintegrasikan dengan
sistem mutu yang lain.

8.3. Pentingnya sistem jaminan halal


Perspektif syariah
• Halal merupakan hal yang wajib bagi kaum muslim
• Pedoman mengenai harus mengkonsumsi sesuatu yang halal telah dijelaskan dalam
Al quran dan Hadist
Perspektif teknologi, managemen, dan bisnis
• Trend Peningkatan Pasar Produk Halal secara Global
• Perkembangan pesat teknologi dan siklus hidup produk cenderung makin pendek
33
Laporan General Training Nugroho hartono

• Penerapan Supply chain management dalam pasar global


• Produksi Halal adalah tanggungjawab bersama di lingkungan perusahaan
(penerapan Total Quality Management)
• LPPOM MUI adalah lembaga eksternal
Perusahaan wajib untuk mendokumentasikan, mengiplementasikan, dan memelihara
sistem jaminan halal. Waktu berlakunya sertifikasi halal adalah selama dua tahun.
Maksud terdokumentasikan yaitu telah disetujui oleh top managemen untuk
diimplementasikan, dilakukan persetujuan ulang bila direvisi, revisi terakhir
teridentifikasi, yang tersedia adalah versi terbaru, dan juga mudah dibaca dan
diidentifikasi. Adapum maksud dari terimplementasi adalah perusahaan melaksanakan
semua pekerjaan sesuai yang telah tertulis dalam manual sistem jaminan halal. Dalam
implementadi harus didukung oleh pengendalian dokumen, kegiatan pelaksanaan
proses atau bahan dan pelaksanaan prosedur SJH. Sedangkan terpelihara maksudnya
perusahaan harus melaksanakan perbaikan berkelanjutan dengan berbagai cara,
misalnya audit internal, tindakan koreksi dan managemen review.

8.4. Standar sistem managemen halal


Dalam implementasi sistem jaminan halal perusahaan harus mengikuti aturan baku
yang distandardisasi oleh badan sertifikasi jaminan halal, seperti MUI. Berikut adalah
standar sistem managemen halal:
1) Kebijakan Halal
2) Tim Manajemen Halal
3) Pendidikan dan Pelatihan
4) Bahan
5) Produk
6) Fasilitas Produksi
7) Prosedur Tertulis untuk Aktivitas Kritis
8) Penanganan Produk untuk yang tidak memenuhi kriteria
9) Mampu Telusur (Traceability)
10) Internal Audit
11) Kaji Ulang Manajemen (Management Review)

8.5. Manfaat penerapan system jaminan halal :

34
Laporan General Training Nugroho hartono

• Perusahaan memiliki pedoman dalam menjaga kesinambungan proses produksi


halal
• Menjamin kehalalan produk selama berlakunya Sertifikat Halal MUI
• Memberikan Jaminan dan ketentraman batin bagi masyarakat
• Mencegah terjadinya kasus-kasus yang terkait dengan penyimpangan yang
menyebabkan ketidakhalalan produk terkait dengan sertifikat halal
• Menghindari kasus ketidakhalalan produk bersertifikat halal
• Meningkatkan kepercayaan konsumen atas kehalalan produk
• Membangun kesadaran internal halal perusahaan untuk bersama menjaga
kesinambungan produksi halal
• Reward dari lembaga eksternal (memperoleh dan mempertahankan sertifikat halal)
dan pengakuan masyarakat (customer satisfaction)

9. ISO 9001 : 2008


ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen Mutu /
kualitas. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan - persyaratan dan rekomendasi untuk
desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu. ISO 9001:2008 bukan
merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan - persyaratan yang harus
dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001:2008 hanya merupakan standar
sistem manajemen mutu. Namun, bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk yang
dihasilkan dari suatu sistem manajemen mutu internasional, akan berkualitas baik
(standar).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Quality Management Systems (ISO 9001:2008)
adalah merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek - praktek standar untuk
manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk
(barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau
persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan
organisasi.

35
d
e
P
a
C
scti
kIn
o
W
trM
u
m
Laporan General Training

9.1.Tingkatan dokumen

1) Pedoman Mutu
CUSTOMER
statifiscation
Nugroho hartono

Pedoman Mutu merupakan kebijakan perusahaan untuk menggambarkan sistem


mutu. Baik PT. IEI dan PT. IMP masing-masing memiliki kebijakan mutu yang
telah disetujui oleh top managemen. Kebijakan mutu tersebut terdapat dalam sub
9.2. dan 9.3. Dalam pedoman mutu berisikan tujuan mutu, kebijakan mutu,
struktur organisasi tim, tanggung jawab dan wewenang.
2) Prosedur Mutu
Dokumen yang menggambarkan kegiatan organisasi untuk mengimplementasikan
pedoman mutu/kebijakan mutu. Dalam dokumen ini terdapat penjelasan mengenai
interaksi antar bagian dalam organisai.

36
Laporan General Training Nugroho hartono

3) Work Instruction
Menjelaskan langkah detail dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam dokumen ini
tidak terdapat interaksi antar bagian dalam organisasi. Missalnya work instruction
proses pembuatan methyl isocyanate, proses karbamasi BPMC dll.
4) Catatan mutu
Merupakan bukti pelaksanaan langkah kerja. Para karyawan harus selalu mencatat
rincian kerjanya dalam dokumen yang telah disediakan.

9.2. Kebijakan Mutu PT. Inti Everspring Indonesia


Managemen dan seluruh karyawan PT. Inti Everspring Indonesia bertekad untuk :
1) Senantiasa bekerja secara cermat, komunikatif, proaktif, dan transparan serta
bertanggung jawab menyediakan produk dan pelayanan
2) Meningkatkan mutu secara proses dan mutu peralatan serta mutu SDM melalui
pelatihan dan pengembangn wawasan yang terencana untuk mencapai
produktifitas yang tinggi sehingga mampu bersaing pada tingkat global
3) Memiliki komitmen untuk selalu meningkatkan penerapan sistem managemen
mutu yang telah berlaku secara efektif dan berkesinambungan

9.3. Kebijakan Mutu PT. Indonox Mitra Pratama


Managemen dan seluruh karyawan PT. Indonox Mitra Pratama bertekad
mengutamakan kepuasan pelanggan dengan :
1) Menyediakan produk dan memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
pelangggan.
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu secara konsisten dengan sistem
managemen mutu yang berkesinambungan menuju International Good
Manufacturing Practice(IGMP)
3) Memiliki komitmen untuk secara konsisten mematuhi peraturan dan perundang-
undangan

Sebagai konsekensi penerepan sistem managemen mutu ada beberapa program yang
harus dilaksanakan oleh organisasi atau perusahaan, yaitu :
• Audit Mutu Internal(AMI)
• Audit badan sertifikasi(surveilance)
• Audit second party(customer)
37
Laporan General Training Nugroho hartono

• Management review(every six month)


Konsekuensi ISO 9001:2008
• Melaksanakan tugas dan tanggung jawab quality management(QM), quality
prosedur(QP), dan work instruction(WI)
• Menetapkan sasaran mutu pada masing-masing bagian, pencapaian sasaran mutu akan
dibahas dalam management review
Kendala penerapan ISO 9001:2008
• Komitmen kurang atau tidak ada
• Kurang awareness (ketidaksadaran)
• ISO dianggap sebagai bahan tambahan pekerjaan
• Support related sistem kurang
• Budaya kerja kurang(lebih ke personelnya)
Ruang lingkup kendala yang dihadapi dalam penerapan ISO adalah pada proses, manusia
dan sistem. Meskipun kendala pada manusia hanya kecil, akan tetapi hal ini sulit
dikendalikan dikarenakan budaya kerja yang kurang.

10.Audit Mutu Internal


10.1. Tujuan pelaksanaan AMI
• Mempelajari bagaimana cara menjalankan audit internal yang efektif
• Perencanaan dan Pelaksanaan Audit Mutu Internal (AMI)
• Melaksanakan sistem managemen mutu berdasarkan ISO 9001:2008

10.2. Jenis-jenis audit mutu internal


• Audit pihak pertama
 Menguji dan meningkatkan Sistem Manajemen Mutu
 membuktikan bahwa sistem mutu di bawah pengendalian
 menjaga agar selalu siap terhadap audit oleh pelanggan
 memenuhi persyaratan ISO 9000
 menemukan dan mengkoreksi ketidaksesuaian sebelum ditemukan oleh
pelanggan atau pihak lain.
• Audit pihak kedua
 Persyaratan dari pihak pelanggan

38
Laporan General Training Nugroho hartono

 masukkan untuk menyeleksi, menentukan tingkat dan memperbaiki mutu


pemasok
• Audit pihak ketiga
 Pengakuan kesesuaian dengan standar international
 membantu daya saing perusahaan

10.3. Organisasi audit mutu internal


• Koordinator AMI
Merencanakan Audit
Membuat jadwal rencana audit
Menetapkan tujuan dan ruang lingkup audit
• Ketua tim audit
Membuat check list audit
Melaksanakan dan melaporkan hasil audit
Memverivikasi tindakan koreksi dan pencegahan(TKP)
• Anggota tim audit
Membuat check list audit
Membantu ketua tim audit

Proses kerja audit

Perencanaan
Pelaksanaan Laporan Tindak Lanjut
Audit Audit Audit (TP & TK)

Feed
back
Tim Audit
• fungsi bersilangan (cross-fungsional)
• tidak lebih dari 3 orang dan lebih baik berpasangan
• Independen terhadap pihak yang diaudit
• ditentukan ketua Tim Audit (Auditor Utama)

39
Laporan General Training Nugroho hartono

Pelaksanaan audit mutu internal dimulai dari opening meeting, dalam meeting
tersebut coordinator AMI akan menyampaikan ruang lingkup pelaksanaan audit.
Kemudian setelah opening, auditor akan melaksanakan audit selama waktu yang
ditentukan(sekitar 2 jam). Audit ini bertujuan untuk mencari ketidaksesuaian
terhadap standar document. Apabila auditor menemukan ketidaksesuaian, hal itu
akan menjadi laporan temuan yang akan disampaikan dalam closing meeting.
Auditor akan menghimbau pihak yang diaudit untuk melaksanakan tindak lanjut
untuk menyelesaikan ketetidaksesuaian tersebut. Dalam laporan temuan terdapat 2
kriteria temuan, yaitu:
• NC (non confermence)
Kekurangan dalam prosedur / instruksi kerja atau operasi perusahaan yang tidak
mengidentifikasikan kegagalan sistem atau berdampak negatif / berbahaya
terhadap produk.
• SFI(scope for improvement)
Ada berupa tindakan koreksi atau pencegahan untuk memperbaiki prosedur atau
instruksi kerja atau operasi perusahaan.

11. Product Development


11.1. Prosedur mutu
1) Pengembangan produk pestisida
2) Registrasi produk pestisida
3) Pembuatan atau perubahan teks label
4) Proses pengujian produk inhouse
5) Proses pengujian produk untuk regristrasi

11.2. Sasaran mutu

No Sasaran mutu Action plan


1 Regristrasi produk baru minimal 2  Mencari dan menetapkan sumber
produk pertahun dari yang bahan aktif
diusulkan marketing  Menyediakan dokumen dan

40
Laporan General Training Nugroho hartono

kelengkapan dokumen untuk


pendaftaran
 Melakukan pendaftaran produk
 Memonitor pelaksanaan percobaan
untuk pendaftaran
 Memonitor proses regristrasi di
Kementan
2 Regristrsi perluasan penggunaan  Melakukan percobaan untuk perluasan
produk minimal 2 penggunaan penggunaan produk atas permintaan
baru pertahun Sales & Marketing
 Melakukan pendaftaran produk
 Menyediakan dokumen dan
kelengkapan dokumen untuk
pendaftaran
 Memonitor proses regristrasi di
Kementan
3 Pendaftaran ulang produk PT  Monitoring produk yang masa
MKD(7 produk) dan PT IEI(3 berlakunya habis pada tahun berjalan
produk)  Melakukan uji lapangan untuk produk
a. Menyiapkan paket pendaftaran yang akan didaftarkan ulang pada
produk 3 bulan sebelum masa tahun genap
berlaku berakhir  Mempersiapkan dokumen dan
b. Mengirimkan paket menyerahkan ke Kementan
pendaftaran ke Kementan 2
bulan sebelum masa berlaku
berakhir
4 Uji efikasi sampel produk yang  Memonitor sampel produk yang
dikirim oleh R&D dibuatkan dikirim dari R&D
laporan paling lambat 1 bulan  Melakukan kajian di lapangan atau
setelah kajian selesai rumah kaca dengan kolaborator atau
internal
 Memonitor jadwal pelaksanaan
percobaan dan membuat hasil kajian

41

Anda mungkin juga menyukai