Anda di halaman 1dari 84

MAKALAH MATERI

PENGANGGARAN PERUSAHAAN

DIBUAT OLEH :
AGUNG PANGESTU (1501025098)

UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MANAJEMEN
BAB I
PENGERTIAN ANGGARAN

1.1 Pengertian Anggaran


Anggaran (budget) adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan
program-program yang telah disahkan.
Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang
dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka
waktu tertentu.
Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Jadi anggaran bukan
tujuan dan tidak dapat menggantikan manajemen.
Dalam penyusunan anggaran perlu dipertimbangkan faktor-faktor berikut ini:
a.       Pengetahuan tentang tujuan dan kebijaksanaan umum perusahaan.
b.      Data-data waktu yang lalu.
c.       Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.
d.      Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing.
e.       Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah.
f.       Penelitian untuk pengembangan perusahaan.

Dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran dengan
cara mempertimbangkan, hal-hal berikut ini:
a.                 Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak terlalu
rendah  atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu rendah tidak menggambarkan
kedinamisan, sedangkan anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.
b.                 Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan partisipasi top management (direksi).
c.                 Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak merasa
tertekan, tetapi termotivasi.
d.                Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat
waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang merugikan dapat segera diantisipasi
terlebih dini.

Anggaran yang dibuat akan mengalami kegagalan bila hal-hal berikut ini tidak diperhatikan:
a.       Pembuat anggaran tidak cakap, tidak mampu berpikir ke depan tidak memiliki wawasan
yang luas.
b.      Kekuasaan membuat anggaran tidak tegas.
c.       Pelaksana tidak cakap.
d.      Tidak didukung oleh masyarakat.
e.       Dana tidak cukup.

Anggaran memang berkaitan secara unik dengan system akuntansi perusahaan dalam hal-hal:
a.       Komponen keuangan dari suatu anggaran yang umumnya disusun dalam suatu format
akuntansi.
b.      Anggaran perusahaan mempunyai kaitan erat dengan akuntansi manajemen, yaitu berupa
akuntansi harga pokok standar, akuntansi harga pokok variabel.
c.       Akuntansi keuangan mencatat transaksi waktu yang lalu, sedangkan anggaran perusahaan
mencatat transaksi waktu akan datang.
d.      Untuk memperbandingkan anggaran dengan realisasi diperlukan data yang dihasilkan olek
akuntansi keuangan.
e.       Akuntansi keuangan memberikan input-input data historis yang relevan terutama untuk
tujuan-tujuan analisis dalam pengembangan anggaran perusahaan.

1.2Tujuan dan Manfaat Anggaran

1.2.1 Tujuan Penyusunan Anggaran


Ada beberapa tujuan disusunnya anggaran, antara lain:
a.       Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan penggunaan
data.
b.      Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
c.       Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan dana, sehingga
dapat mempermudah pengawasan.
d.      Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat mencapai hasil yang
maksimal.
e.       Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas
dan nyata terlihat.
f.       Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan
dengan keuangan.
1.2.2        Manfaat dan Kelemahan Anggaran
Anggaran mempunyai banyak manfaat, antara lain:
a.       Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
b.      Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.
c.       Dapat memotivasi pegawai.
d.      Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai.
e.       Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
f.       Sumber daya, seperti: tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefesien
mungkin.
g.      Alat pendidikan bagi para manajer.

Anggaran disamping mempunyai banyak manfaat, namun anggaran juga mempunyai


beberapa kelemahan, antara lain:
a.       Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga mengandung unsur
ketidakpastian.
b.       Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu , uang, dan tenaga yang tidak sedikit,
sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif)
dan akurat.
c.       Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan
mereka mengerutu dan menentang, sehingga anggaran tidak efektif.

1.3    Fungsi dan Macam-Macam Anggaran

1.3.1 Fungsi dari Anggaran.


1. Fungsi Perencanaan; Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang
teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang.
2. Fungsi Pelaksanaan; Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pekerjaan  dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba).
3. Fungsi Pengawasan; Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling). Pengawasan berarti
mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara:
a.       Memperbandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).
b.      Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila terdapat penyimpangan
yang merugikan).
Adapun fungsi lain dari anggaran selain disebutkan diatas, anggaran mempunyai 4 prinsip
tujuan yaitu:

Menyelaraskan dengan rencana Stratejik. Perencanaan stratejik mempunyai karakteristik


sebagai berikut: dipersiapan pada awal tahun, dikembangkan berdasarkan informasi terbaik
yang tersedia pada saat itu, persiapannya melibatkan beberapa manajer dan dinyatakan dalam
tahapan yang lebih luas. Anggaran yang telah selesai sebelum permulaan tahun anggaran ,
menyediakan peluang untuk menggunakan informasi akhir yang tersedia dan didasarkan pada
judgment peramalan disemua level dalam organisasi.

Koordinasi. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam organisasi berpartisipasi dalam


penyusunan anggaran. Selanjutnya, tatkala staf mengumpulkan “berbagai potongan”
anggaran menjadi suatu anggaran induk, maka inkonsistensi ini adalah adanya kemungkinan
bahwa berbagai rencana produksi organisasi tidak selaras dengan volumepenjualan yang
dianggarkan, baik secara total maupun menurut lini produksi tertentu.

Penetapan Tanggung Jawab. Anggaran yang telah disetujui seyogyanya mempertegas


tanggung jawab setiap manajer terkait. Anggaran tersebut juga mengotorisasi para manajer
pusat pertanggungjawaban guna membelanjakan sejumlah dana tertentu sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya tanpa perlu persetujuan dari pejabat yang lebih tinggi.

Dasar untuk Evaluasi Kinerja. Anggaran mencerminkan suatu komitmen dari pembuatan
-nya dengan atasannya. Oleh karena itu, anggaran menjadi tolak ukur (bencmark) di mana
kinerja aktual kelak akan dibandingkan terhadapnya. Komitmen dapat berubah bila asumsi-
asumsi yang mendasarinya juga berubah, namun demikian, anggaran merupakan titik awal
yang paling baik dalam menilai kinerja.

1.3.2 Macam-Macam dari Anggaran.


Ø  Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (Kisar) kapasitas
(aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan
pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda.
b. Anggaran Tetap,yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu.
Ø  Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari:
a.   Anggaran Periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada
umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran.
b.  Anggaran Kontinu, adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang
pernah dibuat.
Ø  Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari:
a.       Anggaran Jangka Pendek (anggaran taktis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka
waktu paling lama sampai satu tahun.
b.      Anggaran Jangka Panjang (anggaran strategis), adalah anggaran yang dibuat dengan
jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran  untuk keperluan investasi barang modal
merupakan anggaran jangka panjang yang disebut anggaran modal (capital budget).
Ø  Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari:
a.       Anggaran Operasional, adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan rugi laba.
Anggaran ini terdiri dari anggaran penjualan; anggaran biaya pabrik yang terdiri dari
anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead
pabrik; anggaran beban usaha; anggaran laporan rugi laba.
b.      Anggaran Keuangan, adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran ini
terdiri dari anggaran kas, anggaran piutang, anggaran persediaan, anggaran utang, anggaran
neraca.
Ø  Menurut kemampuannya, anggaran terdiri dari:
a.       Anggaran Komperehensif, merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang
disusun secara lengkap.
b.      Anggaran Partial, adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap , anggaran yang
hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja.
Ø  Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari:
a.       Appropriation budget, adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak
boleh digunakan untuk manfaat lain.
b.      Performance budget, adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi aktivitas yang
dilakukan dalam perusahaan untuk menilai apakah biaya / beban yang dikeluarkan oleh
masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.

1.4 Hakikat Suatu Anggaran


Anggaran merupakan bagian yang penting untuk perencanaan efektif jangka pendek dan
kontrol dalam organisasi. Penyelenggaraan anggaran biasanya meliputi waktu satu tahun dan
menyatakan pemasukan dan pengeluaran selama satu tahun itu.
Anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.      Anggaran memperkirakan keuntungan yang potensial dari unit perusahaan.
2.      Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung dengan
jumlah non-moneter.
3.      Biasanya meliputi waktu selama satu tahun.
4.      Merupakan perjanjian manajemen, bahwa manajer setuju untuk bertanggung jawab untuk
pencapaian tujuan dari anggaran.
5.      Usulan anggaran diperiksa dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari pembuatan
anggaran.
6.      Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
7.      Secara berkala kinerja keuangan actual dibandingkan dengan anggaran dan perbedaannya
dianalisis dan dijelaskan.

Proses persiapan anggaran harus dibedakan dari Strategi Perencanaan dan Peramalan.

Kaitannya dengan Perencanaan Stratejik


Perencanaan Stratejik adalah proses menentukan hakikat dan ukuran dari beberapa
program yang harus dijalankan dalam mengimplementasikan berbagai strategi organisasi.
Baik perencanaan stratejik dan anggaran melibatkan perencanaan, namun kedua jenis
kegiatan perencanaan tersebut berbeda dalam prosesnya. Proses pembuatan anggaran
difokuskan pada satu tahun, sedangkan perencanaan strategi difokuskan pada kegiatan yang
diperluas pada periode beberapa tahun.
Perbedaan lain antara rencana stratejik dan anggaran adalah bahwa rencana stratejik
terstruktur melalui pusat tanggung jawab.

Perbedaan terhadap Kegiatan Peramalan


Bertentangan dengan anggaran, peramalan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.      Peramalan dapat atau tidak dinyatakan dalam istilah moneter.
2.      Dapat dilakukan setiap waktu.
3.      Peramal tidak menerima tanggung jawab akan hasil dari ramalannya.
4.      Peramalan biasanya tidak disetujui oleh kekuasaan yang lebih tinggi.
5.      Peramalan diperbaharui secepatnya informasi baru menunjukkan adanya perubahan
kondisi.
6.      Berbagai varian dalam peramalan tidak dianalisis secara formal ataupun berkala.

Contoh dari peramalan adalah yang dibuat oleh bendahara kantor untuk membantu
perencanaan keuangan. Peramalan tersebut termasuk dalam penentuan pendapatan, beban dan
item lain yang mempengaruhi arus kas. Bendaharawan, bagaimanapun juga, tidak
bertanggung jawab dalam penjualan, pengeluaran atau item lain yang berkaitan dengan
peramalan. Peramalan keuangan tidak jelas oleh manajemen puncak; dapat berubah dalam
waktu seminggu atau harian, tanpa persetujuan dari pejabat tinggi; dan biasanya perbedaan
antara kenyataan dan peramalan tidak analisis.

Isi dari Anggaran Operasi

Rencana Stratejik Operasi Anggaran Anggaran Modal


Pendapatan dan Untuk organisasi secara Masing-masing proyek
pengeluaran untuk tiap keseluruhan dan untuk tiap modal yang utama
program penting unit bisnis didaftarkan secara terpisah
Dibedakan pusat
Tidak perlu bagi pusat pertanggung jawaban
pertanggung jawaban khususnya meliputi:
Tidak banyak detail seperti ·  Pendapatan
dalam Anggaran Operasi ·  Biaya produksi dan
penjualan
·  Biaya pemasaran
·  Biaya logistik (kadang kala)
·  Umum dan administratif
·  Penelitian dan
pengembangan
·  Pajak penghasilan
Sebagian besar biaya ·  Pendapatan bersih
bersifat variabel Biaya berupa:
Biaya fleksibel
Biaya kebijakan
Biaya yang sudah disepakati
Untuk beberapa tahun (comitted)
Untuk waktu satu tahun yang
dibagi perbulan atau
Rekonsiliasi jumlah total kuartalan
terhadap anggaran operasi
Rekonsiliasi jumlah total Total pengeluaran proyek
terhadap stratejik (kecuali per tiga bulan
untuk yang telah direvisi)

Dari tampilan diatas menunjukkan isi dari anggaran operasi dan perbedaannya dengan
tipe lain dari dokumen perencanaan; rencana stratejik; dan anggaran modal, anggaran kas dan
anggaran neraca. Jumlahnya adalah jumlah dolar yang direncanakan pada tahun itu,
bersamaan dengan jumlah kuantitatif.

Kategori Anggaran Operasi

Dalam organisasi yang lebih kecil, terutama yang tidak mempunyai unit bisnis,
keseluruhan anggaran mungkin cukup satu halaman saja. Dalam organisasi yang lebih besar,
ada halaman ringkasan, dan halaman lain yang berisi detail bisnis unit , plus penelitian dan
pengembangan, dan pengeluaran umum administratif. Item pendapatan disusun pertama,
karena itu merupakan item pertama dalam laporan pendapatan dan juga karena jumlah
anggaran pendapatan mempegaruhi jumlah banyak item lainnya.

1.5 Proses Penyusunan Anggaran

1.5.1 Organisasi
Departemen Anggaran. Departemen anggaran, yang biasanya melaporkann kepada
pengawas perusahaan, menyusun arus informasi dari sistem pengontrolan anggaran.
Departemen anggaran melakukan beberapa fungsi berikut ini :
1.      Mengeluarkan bentuk dan prosedur untuk persiapan anggaran.
2.      Mengkoordinasi dan mengeluarkan perkiraan dasar ke seluruh perusahaan yang akan
menjadi dasar bagi anggaran.
3.      Memastikan bahwa informasi disampaikan dengan baik antar unit perusahaan yang terkait.
4.      Menganalisis anggaran yang diajukan dan mengajukan usulan, pertama kepada pembuat
anggaran dan kemudian pada senior manajemen.
5.      Menyusun proses pembuatan perbaikan anggaran selama tahun tersebut.
6.      Mengkoordinasi pekerjaan dari departemen anggaran eselon yang lebih rendah.
7.      Menganalisis laporan pekerjaan terhadap anggaran, mengartikan hasilnya dan menyiapkan
ringkasan untuk senior manajemen.

Panitia Anggaran. Panitia anggaran terdiri dari anggota senior manajemen, seperti kepala
bagian eksekutif, kepala bagian operasi dan kepala bagian keuangan. Panitia anggaran
melakukan peranaan yang penting. Mereka menilai dan juga menyetujui dan menyesuaikan
tiap anggaran. Dalam perusahaan yang besar, panitia anggaran mungkin hanya sampai pada
pejabat pelaksana senior yang menilai anggaran untuk unit bisnis atau group anak
perusahaan.

1.5.2 Pengeluaran Garis Pedoman


Jika sebuah perusahaan mempunyai proses strategi perencanaan, tahun pertamanya
adalah permulaan dari proses persiapan anggaran, manajer harus memikirkan masa depan
sesuai dengan usulan sebagai dasar persiapan anggaran.
Tidak seperti persiapan anggaran, perkembangan dari strategi perencanaan biasanya
tidak melibatkan tanggung jawab manajer tingkat rendah. Walaupun ada atau tidak ada
strategi rencana, langkah pertama dalam proses persiapan anggaran adalah untuk
mengembangkan garis pedoman yang memerintah persiapan anggaran, untuk disebarkan
kepada semua manajer.

1.5.3 Awal Proposal Anggaran


Menggunakan garis pedoman, tanggung jawab manajer, dibantu dengan staf mereka,
mengembangkan permintaan anggaran. Karena sebagian besar tanggung jawab akan memulai
anggaran tahunan dengan fasilitas yang sama, personel dan sumber lain yang mereka miliki
pada saat ini, anggaran ini didasarkan pada level-level yang ada, yang kemudian diubah agar
sesuai dengan garis pedoman. Perubahan dari level awal pekerjaan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (a) perubahan dalam kekuatan eksternal dan (b) perubahan dalam kebijakan
dan pelaksanaan internal. Yang termasuk di  dalamnya adalah, tetapi tidak dibatasi, adalah
sebagai berikut :
1.            Perubahan dalam Kekuatan Eksternal
a.       Perubahan dalam level umum kegiatan ekonomi sebagai sebuah pengaruh terhadap volume
penjualan.
b.      Perubahan yang diharapkan pembelian bahan dan pelayanan.
c.       Perubahan yang diharapkan dalam upah buruh.
d.      Perubahan yang diharapkan dalam biaya kegiatan bebas.
e.       Perubahan dalam harga penjualan

2.            Perubahan dalam Kebijakan dan Pelaksanaan Internal


a.       Perubahan dalam biaya produksi, menggambarkan peralatan dan metode baru.
b.      Perubahan dalam biaya bebas, berdasarkan antisipasi perubahan dalam pekerjaan..
c.       Perubahan dalam pasar saham dan produksi campuran.

1.5.4 Negosiasi
Pembuatan anggaran membahas anggaran yang diajukan dengan atasannya. Ini pusat
kegiatan dari proses. Atasan cenderung menilai validitas dari tiap penyesuaian. Biasanya,
pertimbangan yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran tahunan merupakan perkembangan
dari pelaksanaan dari tahun sebelumnya. Atasan mengenali bahwa ia akan menjadi pembuat
anggaran pada level selanjutnya dalam proses pembuatan anggaran dan karena itu harus
mempertahankan anggaran yang telah disetujui.

1.5.5 Pemeriksaan dan Persetujuan


Anggaran yang diajukan melalui beberapa level dalam organisasi. Sewaktu mereka
mencapai puncak unit perusahaan, analis menaruh potongan menjadi satu dan memeriksa
totalnya. Secara terpisah, analis mempelajari konsistensi. Secara terpisah, pemeriksaan akan
mempertanyaakn apakah anggaran akan menghasilkan keuntungan yang memuaskan. Jika
tidak, akan dikirm kembali untuk dikerjakan ulang.
Persetujuan terakhir disarankan oleh panitia anggaran kepada kepala eksekutif. CEO
juga memasukkan anggaran yang telah disetujui kepada dewan direksi untuk disahkan. Hal
ini terjadi pada bulan Desember, tepat sebelum anggaran tahunan dimulai.

1.5.6 Perbaikan Anggaran


Ada dua tipe umum perbaikan anggaran  :
1.      Prosedur yang dipersiapkan secara sistematis (tiap triwulan) memperbaharui
anggaran.
Memperbaharui tentunya memerlukan kerja ekstra. Kurang lebih, perusahaan besar Jepang
menganggap hal ini berharga. Mereka mempersiapkan anggaran untuk setahun, tetapi hanya
6 bulan pertama dari anggaran ini yang disetujui oleh manajemen senior. Anggaran 6 bulan
kedua diperbaiki dan disetujui sebelum waktunya dimulai.
2.      Prosedur yang mengizinkan membuat perbaikan dalam keadaan tertentu.
Jika perbaikan anggaran terbatas hanya pada situasi tertentu, perbaikan seperti itu harus
selalu diperiksa. Secara umum, izin untuk memperbaiki sulit untuk didapat. Perbaikan
anggaran harus dibatasi pada kemungkinan dimana anggaran yang disetujui sangat tidak
relistis sehingga tidak lagi sebagai alat kontrol yang berguna.

1.5.7 Anggaran Kontinjensi


Beberapa perusahaan mempersiapkan anggaran kebetulan yang menandakan bahwa
manajemen perlu mengambil tindakan jika ada penurunan dalam volume penjualan yang
telah diantisipasi dalam perkembangan anggaran. Anggaran kebetulan menyediakan jalan
yang lebih cepat untuk mengubah kondisi jika situasinya telah tiba. Jika volume penjualan
turun 20%, manajer unit bisnis dapat memutuskan sendiri, sesuai dengan keputusan
pembuatan anggaran kebetulan, tindakan harus dilakukan.

1.6 Aspek Perilaku

1.6.1 Partisipasi dalam Proses Pembuatan Anggaran


Proses anggaran ada dua baik dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas. Dengan
anggaran dari atas ke bawah, manajemen senior membuat anggaran untuk level yang lebih
rendah. Dengan anggaran dari bawah ke atas, manajer tingkat rendah berpartisipasi dalam
menentukan besarnya anggaran.
            Sebenarnya proses persiapan anggaran yang efektif adalah menggabungkan kedua
pendekatan tersebut. Pembuatan anggaran mempersiapkan draft pertama dari anggaran untuk
pembagian daerah tanggung jawab, yang merupakan dari bawah ke atas, tetapi mereka
melakukannya dengan garis panduan yang dibuat oleh atasan, yang merupakan dari atas ke
bawah. Manajer senior memeriksa dan mengkritik anggaran yang diusulkan. Proses
persetujuan yang keras membantu memastikan pembuat anggaran tidak bermain-main dengan
sistem anggaran. Proses pemeriksaan, kurang lebih, harus dirasakan adil;jika atasan
mengubah jumlah anggaran, dia harus meyakinkan pembuat anggaran bahwa hal itu masuk
akal.
            Penelitian telah menunjukkan bahwa partisipasi anggaran (proses dimana pembuat
anggaran ikut terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penentuan besar anggaran)
mempunyai efek yang positif dari motivasi manajemen untuk 2 alasan :
a.       Ada penerimaan yang lebih besar dari tujuan anggaran jika mereka merasa berada dalam
kontrol manajer, dibandingkan dengan ada paksaan dari luar.
b.      Hasil partisipasi pembuatan anggaran adalah pertukaran informasi yang efektif.

1.6.2 Derajat Kesulitan dari Target Anggaran


Ada beberapa alasan mengapa manajemen senior menyetujui pencapaian anggaran unit
bisnis  :
1.      Jika target anggaran terlampau sulit, manajer termotivasi untuk mengambil tindakan jangka
pendek yang tidak terdapat dalam kepentingan jangka panjang.
2.      Target anggaran yang mudah dicapai mengurangi motivasi para manajer untuk
menggunakan manipulasi data.
3.      Jika anggaran keuntungan dari unit bisnis menyediakan target yang mudah dicapai, senior
manajemen pada saatnya menyingkap target keuntungan untuk analisis keamanan, pemegang
saham dan faktor eksternal lainnya dengan harapan untuk menjadi benar.
4.      Keuntungan anggaran yang biasanya sulit dicapai biasanya terdapat pada seluruh target
penjualan yang optimis.
5.      Pada saat manajer unit bisnis dapat mencapai dan melebihkan target mereka, ada suasana
kemenangan dan sikap positif dalam perusahaan.

1.6.3 Keterlibatan Manajemen Senior


Keterlibatan manajemen senior penting agar setiap sistem anggaran efektif dalam memotivasi
pembuat anggaran. Manajemen harus berpartisipasi dalam memeriksa dan menyetujui
anggaran, dan persetujuan tidak hanya sebagai stempel. Tanpa partisipasi aktif mereka dalam
proses persetujuan, akan ada godaan besar untuk pembuat anggaran untuk “bermain” dengan
sistem–dimana, beberapa manajer akan dengan mudah memasukkan anggaran atau anggaran
yang berisi pinjaman yang berlebihan untuk kemungkinan yang ada.

1.6.4 Departemen Anggaran


Departemen anggaran mempunyai kesulitan tertentu dalam masalah tingkah laku. Hal itu
harus dapat menganalisis anggaran secara detail, dan harus yakin bahwa anggaran
dipersiapkan dengan baik dan informasi yang ada akurat. Untuk mencapai tugas ini,
departemen anggaran kadang harus bertindak dengan jalan dimana manajer merasa terancam
atau dimusuhi.
1.7 Teknik – Teknik Kuantitatif  

1.7.1 Simulasi
Simulasi adalah metode yang membuat model dari situasi yang sebenarnya dan memanipulasi
model ini dengan jalan tertentu untuk menggambarkan beberapa kesimpulan tentang situasi
yang sebenarnya. Persiapan dan pemeriksaan anggaran adalah proses simulasi. Dengan
simulasi komputer, manajemen senior dapat menanyakan apa efek dari beberapa tipe
perubahan yang berbeda dan akan mendapatkan jawabannya seketika.

1.7.2 Perkiraan Probabilitas,


Tiap angka dalam anggaran adalah poin perkiraan yang mana, jumlah tunggal “yang paling
sering”. Sebagai contoh, perkiraan penjualan dinyatakan dalam angka tertentu per unit dari
tiap tipe produk yang akan dijual. Poin perkiraan sangat penting untuk tujuan pengontrolan.
Untuk tujuan perencanaan, bagaimanapun juga, jarak probabilitas yang keluar mungkin dapat
lebih menolong. Setelah anggaran disetujui, hal itu mungkin dengan model komputer untuk
menggantikan distribusi probabilitas untuk tiap poin perkiraan. Model ini kemudian
dijalankan beberapa kali, dan distribusi probabilitas dari keuntungan yang diharapkan dapat
membantu  dan dikalkulasikan untuk tujuan perencanaan. Ini disebut proses Monte Carlo.
BAB II
ANGGARAN PENJUALAN

2.1 Pengertian Anggaran dan Anggaran Penjualan

Glenn A. Welsch mendefenisikan anggaran sebagai berikut:


"Profit planning and control may be broadly as de fined as sistematic and formalized
approach for accomplishing the planning, coordinating and control responsibility of
management". Dari pengertian tersebut, anggaran dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar
manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Jadi bila
anggaran dihubungkan fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi perencanaan,
mengarahkan, mengorganisasi dan mengawasi setiap satuan dan bidang-bidang
organisasional didalam badan usaha.
Perencanaan merupakan satu diantara fungsi-fungsi manajemen, begitu juga dengan
pengendalian. Perencanaan dan pengendalian adalah dua hal yang erat kaitannya dengan
anggaran. Perencanaan yang telah disiapkan dengan baik, tidak akan ada manfaatnya tanpa
ada pengendalian, demikian pula sebaliknya.
Anggaran merupakan suatu perencanaan yang terinci dalam bentuk kuantitatif yang
menunjukan bagaimana sumber daya diperoleh dan digunakan dalam suatu periode tertentu.
Anggaran penjualan merupakan anggaran yang sangat penting dalam penentuan
proyeksi penjualan dan penghasilan yang realistis dan pendukung utama dalam menyusun
rencana anggaran komprehensip perusahaan. Sebab jika anggaran penjualan bersifat tidak
realistis seperti "over convidance" atau terlalu percaya diri maka sebagian besar bagian dari
rencana laba keseluruhan juga akan ikut tidak realistis
Adapun defenisi dari anggaran penjualan itu sendiri adalah "Anggaran yang
menerangkan secara terperinci dan teliti tentang penjualan perusahaan dimasa datang dimana
didalamnya ada rencana tentang jenis barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan
barang
Anggaran penjualan perlu dikembangkan dengan teliti agar anggaran-anggaran operasi
dan anggaran finansial saling isi mengisi dan saling memantau dalam menyusun rencana
anggaran komprehensip. Agar anggaran penjualan lebih teliti dan meyakinkan maka
diperlukan "Tim Peramal Penjualan" yang terdiri dari beberapa ahli dari bidang distribusi dan
didukung oleh ahli-ahli bidang keuangan, produksi dan dari bidang lainnya. Peramalan
penjualan akan menilai target penjualan yang akan dicapai sebagai dasar penjualan.
Pengertian anggaran penjualan menurut M. Nafarin (2007:166) yaitu :
“ Anggaran penjualan merupakan rencana tertulis yang dinyatakan dalam angka dari produk
yang akan dijual perusahaan pada periode tertentu ”.

Selain itu menurut Darsono dan Ari Purwanti (2008:15) anggaran penjualan adalah :
“Anggaran Penjualan ialah rencana pendapatan (revenue) perusahaan dalam kurun waktu satu
tahun atau lebih ”.

Menurut Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:45) pengertian anggaran penjualan
adalah sebagai berikut :

Anggaran Penjualan ialah budget yang direncanakan secara lebih terperinci penjualan
perusahaan selama periode yang akan datang yang di dalamnya meliputi rencana tentang
jenis (kualitas) barang yang akan di jual, jumlah (kuantitas), harga barang, waktu penjualan
serta tempat atau daerah penjualannya.

Kesimpulan kedua, yang dimaksudkan dengan anggaran penjualan adalah dasar


penyusunan anggaran lainnya dan umumnya disusun terlebih dahulu sebelum menyusun
anggaran lainnya. Oleh karena itu, anggaran penjualan sering disebut dengan anggaran kunci.
Berhasil tidaknya sebuah perusahaan bergantung pada keberhasilan bagian penjualan dalam
meningkatkan penjualannya. Penjualan merupakan ujung tombak dalam mencapai tujuan
perusahaan mencari laba secara maksimal. Kesalahan dalam penyusunan anggaran penjualan
mengakibatkan kesalahan pada anggaran yang lain.

Dari pengetian tersebut, jelaslah bahwa budget penjualan hanyalah merupakan salah
satu bagian saja dari seluruh rencana perusahaan di bidang pemasaran (sales planning).
Beberapa rencana perusahaan di bidang pemasaran yang lain misalnya:

1. Rencana tentang sasaran atau tujuan pemasaran selama periode yang akan datang, seperti
misalnya mencapai laba maksimal, penetrasi pasar ( market penetration ), pengembangan
pasar (market develovment), mempertahankan market share, memperkenalkan produk baru,
dan sebagainya.
2. Rencana tentang organisasi penjualan yang akan dipergunakan selama periode yang akan
datang.
3. Rencana tentang saluran disrtibusi yang akan dipergunakan selama periode yang akan datang.
4. Rencana tentang biaya distribusi selama periode yang akan datang.
5. Rencana tentang media-media promosi yang akan dipergunakan selama periode yang akan
datang.
6. Rencana tentang biaya promosi selama periode yang akan datang.
7. Rencana tentang pengembangan produk selama periode yang akan datang, dan sebagainya.

2.2 Mengapa Anggaran Penjualan Diperlukan

Anggaran penjualan sangatlah diperlukan dalam memulai suatu usaha dalam


perusahaan. Karena perusahaan dapat mengetahui berapa target penjualan dan berapa harga
yang akan dijual untuk setiap produknya pada periode yang akan datang. Dengan begitu
perusahaan dapat menargetkan penjualan pada periode yang akan datang sesuai apa yang
diharapkan oleh perusahaan. 

2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Penjualan

Menurut M. Nafarin (2007 : 169), bahwa anggaran penjualan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya:

1. Faktor Pemasaran

Luas pasar, apakah bersifat lokal, regional, nasional,atau internasional; keadaan persaingan,
apakah bersifat monopoli, oligopoli, atau bebas; keadaan konsumen, bagaimana selera
konsumen apakah konsumen akhir atau konsumen industri.

2. Faktor Keuangan

Yang perlu diperhatikan perusahaan antara lain mengenai kemampuan modal kerja
mendukung pencapaian target penjualanyang dianggarkan, seperti untuk membeli bahan
baku, membayar upah, biaya promosi produk dan lain-lain.

3. Faktor Ekonomis
Yang perlu diperhatikan perusahaan antara lain dengan meningkatnya penjualan berarti
meningkatkan laba (rentabilitas) atau sebaliknya.

4. Faktor Kebijakan Perusahaan

Yaitu seperti kebijakan membuat produk dengan kualitas nomor satu sehingga kesempatan
untuk menjual produk nomor dua dan nomor tiga menjadi tertutup

5. Faktor Perkembangan Penduduk

Faktor perkembangan penduduk juga mempengaruhi anggaran, misalnya peningkatan


kelahiran dapat meningkatkan konsumsi susu, pakaian, mainan dan lain-lain.

6. Faktor Kondisi Politik, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan

7. Faktor Teknis

Apakah kapasitas seperti mesin dan alat mampu memenuhi target penjualan yang
dianggarkan apakah bahan baku dan tenaga kerja mudah dan murah.

8. Faktor Lainnya

Apakah pada musim tertentu anggaran penjualan ditambah, apakah kebijaksanaan pemerintah
tidak berubah sampai lama anggaran yang disusun harus dapat dipertahankan.

Sedangkan ada dua faktor lagi yang akan disebutkan dan harus dipertimbangkan dalam
penyusunan anggaran penjualan menurut Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:45) yaitu:

1. Faktor Intern
Yang termasuk dalam faktor intern adalah data, informasi, dan pengalaman yang terdapat
didalam perusahaan sendiri. Faktor- faktor tersebut yaitu:

a. Penjualan tahun-tahun yang lalu meliputi baik kualitas, kuantitas, harga, waktu maupun
tempat penjualannya.
b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penjualan, seperti tentang
pemilihan saluran distribusi, pemilihan media-media promosi, cara penetapan harga jual dan
sebagainya.
c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan serta kemungkinan perluasannya diwaktu yang
akan datang.
d. Tenaga kerja tersedia, baik jumlahnya maupun keterampilan dan keahliannya, kemungkinan
pengembangannya diwaktu yang akan datang.
e. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan, serta kemungkinan perluasannya diwaktu
yang akan datang.
2. Faktor Ekstern
Yang termasuk dalam faktor ekstern adalah data, informasi, dan pengalaman yang terdapat
di luar perusahaan, tetapi di sana mempunyai pengaruh terhadap budget penjualan
perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:

a. Keadaan persaingan dipasar.


b. Posisi perusahaan dalam persaingan.
c. Tingkat pertumbuhan penduduk.
d. Tingkat penghasilan masyarakat.
e. Elastisitas permintaan terhadap harga barang yang dihasilkan perusahaan, yang terutama akan
mempengaruhi dalam merencanakan harga jual dalam budget penjualan yang akan disusun.
f. Agama, adat- istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat.
g. Berbagai kebijakan pemerintah baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun
keamanan.
h. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional.
i. Kemajuan teknologi, barang-barang substitusi, selera konsumen dan kemungkinan
perubahannya, dan sebagainya.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memprediksi penjualan yang akan datang
adalah :
1. Pengalaman masa lalu (volume penjualan)
2. Prospektif kebijaksanaan harga jual
3. Jumlah pesanan penjualan yang belum terpenuhi
4. Studi penelitian pasar
5. Kondisi ekonomi secara umum
6. Promosi
7. Persaingan dalam industri

2.4 Periode Anggaran Penjualan

Menurut Welsch Hilton dan Gordon (2000 : 175), periode anggaran penjualan:

1. Anggaran Penjualan Jangka Panjang (Strategi Sales Plan)

Anggaran penjualan yang waktunya sesuai dengan corporate plan, anggaran penjualan jangka
panjang biasanya dalam jumlah tahunan dan menyangkut analisis mendalam mengenai
potensi pasar di masa mendatang yang dapat diakibatkan oleh perubahan populasi, keadaan
perekonomian dan lain-lain.
2. Anggaran Penjualan Jangka Pendek (Tactical Sales Plan)

Anggaran penjualan yang periodenya biasanya hanya mencangkup satu tahun atau dua belas
bulan, lalu dirinci lagi dalam triwulan atau bulanan. Anggaran penjualan jangka pendek harus
disusun berdasarkan daerah pertanggung jawaban untuk memudahkan perencanaan dan
pengendaliannya. 

2.5 Langkah Dalam Menyusun Anggaran Penjualan

Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu diperhatikan menurut M. Nafarin
(2007 : 176), yaitu:

1. Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi anggaran penjualan.

2. Menetapkan harga jual untuk produk tertentu dan daerah tertentu.

3. Membuat taksiran (ramalan penjualan) tiap jenis produk yang akan dijual dan penentuan
produk yang akan dijual pada daerah tertentu.

4. Memperhitungkan anggaran penjualan.

5. Menyusun anggaran penjualan

2.6 Bentuk Anggaran Penjualan

Tidak ada suatu bentuk standar yang harus dipergunakan oleh perusahaan jika akan
menyusun budget penjualan. Ini berarti tiap-tiap perusahaan mempunyai kebebasan untuk
menentukan bentuk serta formatnya. Namun harus mencakup rencana tentang jenis (kualitas)
barang yang akan dijual, jumlah (kuantitas) barang yang akan dijual, harga barang yang akan
dijual, waktu penjualan serta tempat (daerah) penjualan.

2.7 Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyusunan Anggaran Penjualan

a. Rincian jumlah dan jenis produk perusahaan.


Anggaran penjualan hendaknya menyebutkan dengan jelas jenis produk yang akan
dijual serta jumlah unit dari masing-masing produk tersebut. Walaupun nantinya seluruh
penjualan akan dijumlahkan, namun untuk keperluan pengawasan perlu masing-masing jenis
peroduk yang dijual tersebut diketahui jumlahnya.

b. Rincian daerah pemasaran.


Dewasa ini merupakan hal yang umum apabila suatu perusahaan mempunyai daerah
pemasaran yang cukup luas. Bagi perusahaan-perusahaan seperti ini di dalam penyusunan
anggaran penjualannya perlu untuk memperlihatkan kemana saja produk perusahaan tersebut
akan dijual. Hal ini sangat membantu para pelaksana penjualan serta memudahkan
pengawasan penjualan. Pada umumnya daerah pemasaran yang luas ini akan dibagi menjadi
beberapa daerah pemasaran dengan dasar-dasar tertentu yang sesuai dengan kondisi
perusahaan. Dasar yang paling umum digunakan adalah letak geografis dan tidak jarang pula
yang mempergunakan pembagian atas dasar kota tujuan atau kelompok kota tujuan
pemasaran.

c. Diskriminasi harga
Didalam penentuan harga jual produk, terdapat beberapa perusahaan yang menetapkan
harga yang sama bagi penjualan produknya untuk seluruh daerah pemasaran yang ada.
Namun demikian tidak disangkal pula bahwa terdapat beberapa perusahaan yang menerapkan
kebijakan diskriminasi harga untuk daerah yang berbeda. Untuk perusahaan-perusahaan
semacam ini harga yang dapat ditentukan untuk masing-masing daerah pemasaran tersebut
harus jelas sehingga dapat diketahui dan diawasi pelakksanaannya dengan mudah. Jika harga
untuk masing-masing daerah pemasaran ini tidak dijelaskan maka penjualan produk
perusahaan tersebut akan mengalami beberapa kesulitan didalam pemantauannya, karena
terdapat beberapa harga yang berbeda antara satu daerah dengan daerah pemasaran yang
lainnya. 

d. Potongan harga
Didalam pelaksanaan penjualan produk perusahaan sangat sering dijumpai adanya
potongan harga. Bagi pembeli atau distributor yang membeli dalam jumlah tertentu, atau
pembayarannya dengan jangka waktu tertentu seringkali mendapatkan perlakuan harga yang
berbeda. Untuk memudahkan pengawasan penjualan produk perusahaan ini, maka didalam
anggaran yang disusun seharusnya disebutkan seberapa banyak potongan yang akan
diberikan oleh perusahaan sehubungan dengan pembelian dengan persyaratan-persyaratan
khusus tersebut. Pengawasan pemberian potongan pembelian ini akan lebih mudah apabila
perusahaan telah mempersiapkan didalam anggaran yang ddisusun tersebut. Bagi perusahaan-
perusahaan dimana potongan pembelian ini merupakan hal yang rutin, misalnya dihubungkan
dengan waktu pembayaran, maka lebih baik bila anggaran penjualan yang disusun tersebut
dilengkapi dengan anggaran potongan pembelian. Pelaksanaan penyusunan anggaran ini
dapat disusun sendiri atau berdiri sendiri, namun tidak jarang pula yang langsung
digabungkan dengan anggaran penjualan yang ada.

e. Pada umumnya anggaran penjualan ini disusun untuk satu periode atau satu tahun. Namun
untuk keperluan perencanaan, koordinasi dan pengawasan dalam perusahaan tersebut
selayaknya anggaran penjualan yang disusun ini juga dilengkapi dengan rincian penjualan
bulanan. Bahkan beberapa perusahaan yang mendasarkan penyusunan anggaran penjualan
dari pada pengecer, agen dan distributor, tidak jarang disusun perencanaan penjualan produk
perusahaan perbulan dahulu baru kemudian dijadikan perencanaan tahunan dengan jalan
menjumlahkan seluruh penjualan bulanan yang ada. Namun bagi perusahaan yang menyusun
peramalan penjualan tahunan, pada umumnya pemecahan perencanaan penjualan bulanan ini
akan dilaksanakan atas dasar pola penjualan bulanan yang telah ada dari beberapa periode
yang telah lalu. Atas dasar pola ini ditentukan berapa besarnya jumlah penjualan perbulan
pada periode yang bersangkutan.
Semakin jelas anggaran penjualan dalam perusahaan tersebut disajikan, semakin mudah
pula manajemen perusahaan yang bersangkutan melaksanakan koordinasi dan pengawasan
kegiatan penjualan perusahaan ini.

2.8 Teknis Penyususan Anggaran Penjualan dan Ilustrasi

Ketika ingin menyusun anggaran penjualan, terlebih dahulu harus melihat data penjualan
pada periode yang lalu.

Contoh : PT. Usaha Maju yang berdiri pada tahun 2009 adalah perusahaan yang
memproduksi berbagai macam jenis boneka. Dalam menyusun anggaran penjualan PT. Usaha
Maju mengumpulkan data penjualan tahun lalu. 

Table 1, Data Penjualan untuk bulan berakhir Desember 2012

Keterangan Ukuran Besar Ukuran sedang Ukuran Kecil


Penjualan (unit) 3000 5000 8000
Harga Jual (unit) Rp100.000 Rp55.000 Rp20.000

Rp300.000.000 Rp275.000.000 Rp160.000.000


Untuk bulan Januari 2013, manajemen PT. Usaha Maju menargetkan penjualan masing-
masing sebanyak 5%. 

PT. Usaha Maju

Anggaran Penjualan untuk Bulan Berakhir pada Januari 2013

Keterangan Ukuran Besar Ukuran sedang Ukuran Kecil


Penjualan (unit) 3150 5250 8400
Harga Jual (unit) Rp100.000 Rp55.000 Rp20.000

Rp315.000.000 Rp288.750.000 Rp168.000.000


Caranya :

1. dengan menambahkan persentase kenaikan penjualan pada periode yang lalu.

Penjualan bulan Januari = penjualan bulan Desember x(1+ Pertumbuhan Bulan


Januari).

Jadi penjualan (unit) untuk boneka di bulan Januari 2013 ialah

· Ukuran Besar 3000x(1+5%) = 3150 unit

· Ukuran Sedang 5000x(1+5%) = 5250 unit

· Ukuran Kecil 8000x(1+5%) = 8400 unit

2. menghitung harga penjualan

Penjualan (Rp) = Penjualan (unit) x harga jual perunit

· Ukuran Besar 3150x Rp 100.000 = Rp 315.000.000

· Ukuran Sedang 5250x Rp 55.000 = Rp 288.750.000

· Ukuran Kecil 8400x Rp 20.000 = Rp 168.000.000

Dalam memperkirakan penjualan ada 4 metode yang dapat di pakai yaitu :

1. Metode Rata-rata Bergerak

2. Metode Trend Moment

3. Metode Perkiraan Asosiatif; Regresi dan Analisis Kolerasi


4. Metode Analisis Industri

Berikut contoh anggaran penjualan berdasarkan metode analisis industri

Pada bulan Desember 2012, PT. Usaha Maju menjual produknya sebesar 16.000 unit dan
penjualan industri pada saat itu 50.000 unit. Pada bulan Januari, Februari dam Maret tahun
2013 mengalami kenaikan penjualan industri sebesar 5%, 10%, dan 5%. Pangsa pasar untuk
ketiga bulan tersebut sama seperti tahun sebelumnya.

Caranya :

1. Hitunglah pangsa pasar untuk perusaah PT. Usaha Maju

· Pangsa pasar bulan Desember 2013 = penjualan perusahaan/ penjualan indutri

· Pangsa pasar bulan Desember 2013 = 16.000/50.000 = 32%

2. setelah mendapatkan pangsa pasar perusahaan, kemudian menghitung kenaikan penjualan


industri dan penjualan perusahaan.

Bulan Januari 2013

· Penjualan industri 2013 = 50.000 x(1+5%) = 52.500 unit

· Penjualan perusahaan 2013 = 52.500 x 32% = 16.800 unit

Bulan Februari 2013

· Penjualan industri = 52.500 x (1+10%) = 57.750 unit

· Penjualan perusahaan = 57.750 x 32% =18.840 unit

Bulan Maret 2013

· Penjualan industri = 57.750 x (1+5%) =60.638 unit

· Penjualan perusahaan =60.638 x 32% =19.405 unit

PT. Usaha Maju

Anggaran Penjualan untuk Triwulan yang berakkhir 31 Maret 2013

Keterangan Ukuran Besar Ukuran Sedang Ukuran kecil Total


Januari 4000 5000 6800 16800
Februari 4840 6000 8000 18840
Maret 4905 6500 8500 19405
2.9 Tujuan, Manfaat, Dan Fungsi Anggaran Penjualan

Menurut Welsch Hilton dan Gordon (2000 : 174), manfaat anggaran penjualan:

1. Untuk mengurangi ketidakpastian tentang pendapatan dimasa datang.

2. Untuk memasukkan kebijakan dan keputusan manajemen ke dalam proses perencanaan


(contoh dalam rencana pemasaran).

3. Untuk memberikan informasi penting berisi pembentukan elemen lain dari rencana laba
yang menyeluruh.

4. Untuk memudahkan pengendalian manajemen atas kegiatan penjualan yang dilakukan.

Menurut Tendi Haruman & Sri Rahayu (2007:45) tujuan penyusunan anggaran penjualan
adalah :

“ Untuk merencanakan setepat mungkin tingkat penjualan pada periode yang akan datang
dengan memperhatikan data yang merupakan pencerminan kejadian yang dialami perusahaan
di masa lalu, khususnya di bidang penjualan “.

Sedangkan kegunaan dari anggaran penjualan ialah :

“ Sebagai pedoman kerja, alat koordinasi dan pengawasan kerja serta sebagai dasar bagi
penyusunan budget-budget lainnya “.

Fungsi dari anggaran penjualan dalam suatu perusahaan dapat disimpulkan yaitu:
1. Anggaran penjualan adalah dasar perencanaan atas kegiatan perusahaan pada umumnya.
2. Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan setiap pelaksanaan divisi
pemasaran.
3. Anggaran penjualan sebagai alat pengorganisasian.
4. Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi manajemen.
BAB III
ANGGARAN PERUSAHAAN

3.1. PENGENDALIAN PRODUKSI

Secara umum tujuan suatu perusahaan adalah memperoleh keuntungan di samping


tercapainya kelanjutan dan pengembangan usaha. Dengan keuntungan yang diperoleh
tersebut perusahaan akan mampu membayar kompensasi manajemen dan karyawan dengan
baik dalam konteks tingkat kompensasi yang memadai dan ketepatan waktu pembayaran,
membayar tagihan dari pihak ketiga, misalnya pembayaran sewa listrik, sewa gudang, pajak,
bahan mentah, bahan baku, serta bahan pembantu dari pihak pemasok, memelihara dengan
baik peralatan produksi agar dapat berjalan dengan lancar dan ekonomis, mengganti mesin-
mesin dan peralatan lainnya yang memang sudah saatnya harus diganti, dan melakukan
perluasan atau ekspansi perusahaan sehingga dengan demikian perusahaan tersebut betul-
betul maju dan berkembang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perancanaan dan pengendalian produksi


merupakan usaha manajemen untuk merencanakan dasar proses produksi dan aliran bahan,
sehingga menghasilkan produk yang dibutuhkan pada waktunya, dengan biaya yang
seminimal mungkin, serta mengatur dan menganalisis organisasi dan koordinasi bahan-
bahan, mesin-mesin dan peralatan, tenaga manusia, dan tindakan-tindakan lain yang
dibutuhkan. Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan, diperlukan adanya koordinasi
manajemen berupa koordinasi dari berbagai bagian atau antar kegiatan dari perusahaan
tersebut, sehingga dapat tercapai suatu kerjasama yang baik antara bagian pembelian, teknik,
akuntansi, penjualan, dan sebagainya, sebagai satu team yang terkoordinasikan untuk
memproduksi dan menjual hasil produksi dengan efektif dan efisien. Diketahui bahwa usaha
koordinasi segala aktivitas yang menyangkut kegiatan produksi menjadi tanggung jawab
production manager atau plant manager. Akan tetapi karena luasnya tugas dan tanggung
jawab production manager, maka seorang production manager dapat melimpahkan wewenang
atau otoritasnya kepada kepala bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi dengan tugas
kewajiban dan wewenang jelas.
Peranan perencanaan dan pengendalian produksi adalah mengkoordinasikan kegiatan
dari bagian-bagian yang langsung atau tidak langsung dalam berproduksi, merencanakan,
menjadwalkan, dan mengendalikan kegiatan produksi dari mulai tahapan bahan baku, proses,
sampai output yang dihasilkan sehingga perusahaan betul-betul dapat menghasilkan barang
atau jasa dengan efektif dan efisien.Production, Planning, Perencanaan Produksi,
Perencanaan produksi harus memiliki karakteristik sebagai berikut :

Berjangka Waktu

Proses produksi merupakan proses yang sangat kompleks. Proses tersebut


memerlukan keterlibatan bermacam-macam tingkat keterampilan tenaga kerja, peralatam,
modal, dan informasi yang biasanya dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu
yang sangat lama. Lingkungan yang dihadapi perusahaan, pola permintaan, tersedianya bahan
baku dan bahan penunjang, iklim usaha, peraturan pemerintah, persaingan, dan lain-lain,
selalu menunjukkan pola yang tidak menentu dan akan selalu berubah dari waktu kewaktu.
Oleh karena itu suatu perusahaan tidak mungkin dapat membuat suatu rencana produksi yang
dapat digunakan selamanya. Rencana baru harus dapat dibuat bila keadaan yang digunakan
sebagai dasar pembuatan rencana yang lama sudah berubah. Karena perubahan yang akan
terjadi bersifat sulit untuk diramalkan sebelumnya, maka secara periodik harus diadakan
pengecekan apakah rencana produksi yang sudah dibuat masih berlaku. Pendekatan yang
biasa dilakukan adalah dengan membuat rencana produksi yang mencakup periode waktu
tertentu dan akan diperbaharui bila periode waktu tersebut sudah di capai.

Dalam perencanaan produksi, terdapat tiga jenis perencanaan berdasarkan periode


waktu yang dicakup oleh perencanaan tersebut, yaitu:
Perencanaan Produksi Jangka Panjang
Perencanaan Produksi Jangka Menengah
Perencanaan Produksi Jangka Pendek

3.2. BERJENJANG
Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk
selamanya. Perancanaan produksi harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang. Artinya,
perencanaan produksi akan bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai
perencanaan produksi level rendah, di mana perencanaan produksi pada level yang lebih
rendah adalah merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengelompokan perencanaan produksi atas dasar jangka, maka dapat dijelaskan
secara lebih mendalam sebagai berikut:

Pemilihan jenis perancangan produksi yang tepat bagi suatu perusahaan bergantung
kepada beberapa faktor, yaitu faktor eksternal berupa pangsa pasar yang diraih, struktur
ekonomi, dan lainnya serta faktor internal berupa ide manajemen dalam menghadapi
tantangan ke depan, ketersediaan tenaga ahli dan pelaksanaanya, dan lainnya. Yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan jenis perencanaan produksi tersebut adalah untuk berapa
lama perencanaan produksi tersebut disiapkan. Dalam hubungannya dengan horizon waktu
perencanaan, maka perencanaan produksi dapat dibagi menjadi perencanaan produksi jangka
panjang, perencanaan produksi jangka menengah, dan perncanaan produksi jangka pendek.
Masing-masing tipe perencanaan produksi tersebut akan berbeda dalam macam informasi
yang menjadi inputnya, jangkauan keterbatasan yang dimiliki, serta jumlah variabel yang
dapat dikontrol oleh pihak manajemen.

3.3. PERENCANAAN PRODUKSI JANGKA PANJANG


Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 5 tahun atau lebih ke depan. Jangka
waktu terpendeknya adalah ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengubah kapasitas yang tersedia. Hal tersebut meliputi waktu yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan desain dari bangunan dan peralatan prbrik yang baru konstruksinya,
instalasinya, dan hal-hal lainnya sampai fasilitas baru tersebut siap dioperasikan.

Perencanaan produksi jangka panjang dibuat dengan sangat mempertimbangkan ramalan


kondisi umum perekonomian dan kependudukan, situasi politik dan sosial, perubahan
teknologi, dan perilaku pesaing, di mana semua faktor tersebut akan dievaluasi dampaknya
terhadap aktivitas perusahaan. Perencanaan produksi jangka panjang berhubungan dengan
efek yang mungkin muncul di masa mendatang yang mempengaruhi tujuan sistem dan
tindakan yang diperlukan dalam menghadapi perubahan tersebut,. è Contoh – dengan
pengembangan produk baru, pelayanan yang lebih baik, teknologi proses yang baru, dan
lokasi baru.

3.4. PERENCANAAN PRODUKSI JANGKA MENENGAH (PERENCANAAN


AGREGAT)
Perencanaan agregat mempunyai horizon perencanaan umumnya antara 1 sampai 18
bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan pada perencanaan
produksi jangka panjang. Perencanaan agregat didasarkan pada peramalan permintaan
tahunan dari bulan kebulan dan sumber daya produktif yang ada, seperti jumlah tenaga kerja,
tingkat persediaan, biaya produksi, jumlah supplier dan subkontraktor, dengan asumsi
kapasitas produksi relatif tetap.

3.5. PERENCANAAN PRODUKSI JANGKA PENDEK


Perancanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan kurang dari 1
bulan, dengan bentuk perencanaan berupa jadwal produksi. Tujuan dari jadwal produksi
adalah menyeimbangkan permintaan aktual yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang
diterima dengan sumberdaya yang tersedia, termasuk jumlah departemen, waktu shift yang
tersedia, banyaknya operator, tingkat persediaan yang dimiliki, dan peralatan yang ada,
sesuai batasan-batasan yang ditetapkan pada perencanaan agregat.

TERPADU
Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor, seperti bahan baku, mesin dan
peralatan, tenaga kerja, dan waktu. Kesemua faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan
yang direncanakan dalam mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan.
Masing-masing faktor tidak direncanakan sendiri-sendiri sesuai dengan keterbatasan yang
ada pada masing-masing faktor yang dimiliki perusahaan, tetapi dibuat dengan mengacu pada
satu rencana terpadu untuk produksi. Rencana produksi tersebut juga harus terkait dengan
rencana-rencana lain yang berpengaruh langsung terhadap rencana produksi, seperti
pemeliharaan, rencana tenaga kerja, rencana pengadaan material, dan sebagainya.

Keterpaduan tersebut tidak hanya secara horizontal saja, tetapi juga secara vertikal.
Hal tersebut berarti rencana jangka pendek harus mengacu pada rencana jangka menengah
dan rencana jangka menengah harus terpadu dengan rencana jangka panjang, demikian juga
sebaliknya.
BERKELANJUTAN
Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan masa
berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya, maka harus dibuat rencana baru
untuk periode waktu berikutnya lagi. Rencana baru tersebut harus dibuat berdasarkan hasil
evaluasi terhadap rencana sebelumnya. Hal yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan,
yang telah dihasilkan dan bagaimana perbandingan hasilnya dengan target yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, rencana baru tersebut merupakan kelanjutan dari rencana yang
dibuat sebelumnya.

TERUKUR
Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu dimonitor
untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Untuk
mengetahui ada tidaknya penyimpangan, maka rencana produksi harus menetapkan suatu
nilai yang harus diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada
tidaknya penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target produksi yang bisa
dinyatakan dalam satuan unit produk, kilogram, lusin dan lain-lain. Jika dalam realisasinya
nanti tidak memenuhi target produksi, maka dengan mudah dapat diukur berapa besar
penyimpangan tersebut, sehingga hasilnya dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
menyusun rencana berikutnya.

REALISTIS
Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di
perusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistis untuk dapat
dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat. Jika
rencana produksi dibuat terlalu muluk tanpa memperhitungkan kondisi yang ada
padaperusahaan, maka perencanaan yang dibuat tidak akan berguna karena target produksi
yang ditetapkan sudah pasti tidak dapat dicapai. Selain itu penyimpangan pelaksanaannya
tidak akan dapat diketuahui karena pelaksanaanya tidak akan pernah tepat sesuai dengan
rencana. Dengan membuat rencana yang realistis, maka akan dapat memotivasi pelaksana
uuntuk berusaha mencapai apa yang telah disusun pada rencana tersebut.

AKURAT
Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi yang akurat tentang kondisi
internal dan eksternal sehingga angka-angka yang dimunculkan dalam target produksi dapat
dipertanggungjawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi akan
berakibat fatal terhadap rencana produksi yang disusun. Demikian pula perhitungan yang
dilakukan dalam penetuan nilai variabel produksi berdasarkan nilai parameter produksi harus
dilakukan seteliti mungkin, sehigga tidak akan terjadi kesalahan yang sama.

MENANTANG
Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal tersebut bukan
berarti rencana produksi harus menetapkan target yang dengan mudah dapat dicapai. Rencana
produksi yang baik harus menetapkan target yang dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-
sungguh.

3.6. PENGENDALIAN PRODUKSI


Rencana produksi yang telah disusun tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya
pengendalian terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Hal tersebut disebabkan rencana yang
dibuat berdasarkan perkiraan yang bisa saja meleset. Karena itu meskipun rencana telah
dibuat sebaik mungkin, tujuan-tujuan manajemen tidak akan dapat dicapai tanpa adanya
program pengendalian yang efektif. Tetapi suatu perencanaan yang disusun dengan
mempertimbangkan semua persyaratan di atas akan dapat mempermudah program
pengendalian.

Pengendalian produksi umumnya mereupakan fungsi staff dan tidak merupakan


wewenang langsung dari lini organisasi. Pengendalian produksi mungkin diadakan untuk
setiap tingkatan manajemen bergantung kepada kebutuhan pabrik. Biasanya pengendali
produksi terdapat di tingkat yang sama seperti engineering, pembelian dan personalia.
Organisasi pengawasan produksi yang baik umumnya tidak melapor kepada seseorang yang
berada di bawah level manajer pabrik (Plant Manager), tetapi langsung kepada manager
pabrik.

Secara sederhana, pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dibuat
untuk menjaga agar realisasi dari suatu aktivitas sesuai dengan yang direncanakan. Oleh
karena itu, pengendalian terdiri atas prosedur-prosedur untuk menetukan penyimpangan dari
rencana yang telah ditetapkan dan tindakan–tidakan perbaikan yang diperlukan untuk
mengeliminasi penyimpangan tersebut.

Sesuai dengan fungsinya, pengendalian produksi melakukan aktivitas-aktivitas sebagai


berikut:

Mengukur realisasi dari rencana produksi


Dalam aktivitas tersebut, hasil perencanaan produksi dicatat dalam satuan ukuran (unit,
kilogram, meter, dsb) seperti yang digunakan pada target produksi. Pengukuran harus
dilakukan cukup sering sehingga penyimpangan akan dengan cepat dapat terdeteksi.
Membandingkan realisasi dengan rencana produksi

Hasil pencatatan dari pelaksanaan produksi harus dibandingkan dengan rencana / target yang
telah ditetapkan sebelumnya untuk dijadikan dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya.
Bila terjadi penyimpangan yang cukup berarti, maka harus dilakukan langkah-langkah
perbaikan.

Jika tidak terjadi penyimpangan yang cukup berarti maka tidak perlu diadakan
langkah-langkah perbaikan. Karena itu target yang dibuat harus menyertakan batas kewajaran
dalam penyimpangan yang masih ditoleransikan, sehingga suatu target biasanya diberikan
dalam bentukinterval dengan batas atas dan batas bawah yang lebarnya sangat bergantung
kepada besarnya variasi dari besaran yang dikendalikan.

Mengamati penyimpangan yang terjadi Penyimpangan yang terjadi dapat


dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyimpangan yang dapat ditoleransikan dan
penyimpangan yang tidak dapat ditoleransikan. Penyimpangan yang tidak dapat
ditoleransikan adalah penyimpangan yang terjadi karena proses produksi yang sedang
berjalan memang betul-betul sudah menyimpang dari yang direncanakan, sehingga perlu
diadakan tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan perbaikan yang masih bisa ditoleransikan
adalah penyimpangan bersifat semu yang terjadi karena faktor-faktor acak. Oleh karena itu,
perlu penetapan berapa persen penyimpangan dari target produksi yang masih dapat
dikategorikan sebagai penyimpangan semu, sehingga tidak perlu diadakan langkah-langkah
perbaikan.

Menganalisis sebab terjadinya penyimpangan Untuk dapat melakukan pebaikan


secara tepat, maka harus diketahui terlebih dahulu faktor penyebab sesungguhnya dari
penyimpangan yang terjadi. Hal tersebut merupakan langkah yang sulit karena harus
dibedakan mana yang merupakan gejala dan mana yang merupakan faktor penyebab
sesungguhnya. è Contoh – Keterlambatan dalam pengiriman pesanan tidak mesti disebabkan
karena bagian pengiriman bekerja secara lambat, Tetapi bisa juga disebabkan karena kualitas
produk yang dihasilkan terlalu jelek sehingga harus diadakan reworking (pengerjaan ulang)
dan akibatnya barang tidak dapat dikirim tepat pada waktunya.
Melakukan tindakan perbaikan
Setelah penyebab diketahui dengan pasti, maka tindakan perbaikan dapat dilakukan
untuk menghilangkan penyebab tersebut dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang dapat
mengkonpensasikan penyimpangan yang terjadi. Proses pengendalian produksi tersebut
memakai konsep umpan balik, di mana output dari suatu proses (realialisasi) setelah terlebih
dahulu dibandingkan dengan standar (target) akan digunakan untuk menyesuaikan input
(tindakan) atau proses (rencana) sebelumnya sehingga tindakan atau rencana yang akan
datang dapat lebih baik dan realistis dibandingkan dengan tindakan atau rencana sebelumnya.

BAB IV
ANGGARAN PRODUKSI

4.1 Pengertian Anggaran Produksi


Anggaran produksi adalah suat perencanaan secara terperinci mengenai jumlah unit
produk yang akan diproduksi selama periode yang akan datang, yang di dalamnya mencakup
rencana mengenai jenis (kualitas), jumlah (kuantitas), waktu (kapan) produksi akan
dilakukan. Anggaran produksi berarti anggaran kegiatan, karena produksi adalah proses
kegiatan membuat produk. Produksi tidak perlu dianggarkan, tetapi dijadwalkan (Ellen
Christina, 2001: 60 )
Dalam pengertian sempit anggaran produksi adalah merupakan jumlah yang harus
diproduksi. Jumlah barang yang akan dijual akan mencerminkan pendekatan yang berbeda
yaitu kebijaksanaan tingkat produksi yang menekankan pada stabilitas produksi persediaan
yang mengambang, dan jika kebijaksanaan ditekankan pada tingkat penjualan maka
pengendalian tingkat persediaan yang mengambang. Kombinasi keduanya akan
memunculkan produksi dan persediaan akan berubah dalam batas waktu tertentu.
Anggaran produksi disusun dengan memperhatikan semua kegiatan produksi yang
yang diperlukan untuk menunjang anggaran penjualan yang telah disusun. Rencana produksi
meliput penentuan produk yang harus diproduksi untuk memenuhi penjualan yang
direncanakan dan memepertahankan tingkat persediaan barang jadi yang diinginkan.

Anggaran produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai


orang-orang, bahan-bahan, mesin-mesin, dan peralatan lain serta modal yang diperlukan
untuk memproduksi barang pada suatu priode tertentu dimasa depan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan atau diramalkan (Adi Saputro, 1995:  35 ).

4.2 Tujuan Pelaksana Anggaran Produksi


Anggaran produksi berguna untuk pedoman kerja, koordinasi kerja, dan pengendalian
kerja divisi produksi. Semua level manajer di divisi produksi harus bekerja berdasar anggaran
produksi. Di samping itu anggaran produksi berguna untuk:
a.       menunjang kegiatan penjualan,
b.      menjaga tingkat persediaan barang jadi yang sewaktu-waktu di minta oleh konsumen,
c.       mengendalikan kegiatan produksi agar dapat meneipta harga pokok produksi yang
serendah – rendahnya.
Secara umum anggaran produksi berguna sebagai pedoman kerja , pengkoordinasian
kerja dan pengawasan kerja. Sedangkan secara khusus anggaran produksi dapat berguna
sebagai (Apandi Nasehatun,1999 :27 ) :
Menunjang kegiatan penjualan, sehingga produk dapat disediakan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan. Menjaga tingkat persediaan yang memadai dengan cara
mengusahakan persediaan yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Mengatur produksi
agar biaya produksi dapat ditekan seminimal mungkin.
Adapun tujuan dari anggaran produksi adalah sebagai berikut :
a)      Untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu, misalnya berapa hasil yang diproduksi supaya
dapat dicapai tingkat keuntungan dengan persentase tertentu dari keuntungan setahun
terhadap penjualan yang diinginkan.
b)      Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil perusahaan ini tetap mempunyai market
share tertentu.
c)      Untuk mengusahakan supaya perusahaan pabrik ini bekerja pada tingkat efisien tertentu.
d)     Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan kerja yang
sudah ada dapat sernakin berkembang.

4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Anggaran Produksi


Anggaran produksi seperti dihitung berdasarkan anggaran penjualan menentukan
anggaran penggunaan bahan, anggaran pembelian bahan, anggaran biaya upah buruh atau
anggaran biaya tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya ovehead pabrik. Perencanaan dan
penjadwalan produksi adalah tugas pabrik yang menyangkut penentuan jumlah barang yang
diproduksi dan penentuan waktu produksi. Oleh sebab itu faktor-faktor yang mempengaruhi
penyusunan anggaran produksi antara lain adalah:

1)      Rencana penjualan yang tertuang dalam anggaran penjualan,


2)      Kapasitas pabrik dan peralatan pabrik yang tersedia termasuk teknologi yang digunakan,
3)      Tenaga buruh termasuk rekruitmen, pelatihan, penempatan, penggpahan, dan pemutusan
hubungan kerja,
4)      Bahan baku termasuk teknik transportasi dan pergudangan, dan
5)      Modal kerja untuk menjalankan proses produksi

Faktor-faktor Internal dan Eksternal dalam Penyusunan Budget Produksi :


Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada dalam perusahaan yang mempunyai
pengaruh terhadap kelangsungan perusahaan :
a. Penjualan tahun lalu’bisajadi patokan
b. Kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan harga jual
c. Syarat pembayaran barang yang dijual
d. Pemilihan saluran distribusi
e. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan (Quantitatif atau Qualitatif)
f. Modal kerja yang dimiliki perusahaan (Current asset -Current liabilities)
g. Fasilitas yang dimiliki perusahaan
h. Kebijaksanaan perusahaan yang dimiliki

perusahaan dibidang-bidang lain.


Faktor-faktor eksternal/ faktor luar perusahaan, tapi memiliki pengaruh terhadap perusahaan :
a. Persaingan
b. Tingkat pertumbuhan penduduk
c. Tingkat penghasilan masyarakat
d. Tingkat pendidikan masyarakat
e. Tingkat penyebaran masyarakat
f. Agama, adat istiadat dan kebijaksanaan masyarakat
g. Kebijaksanaan pemerintah
h. Keadaaan perekonomian internasional maupun nasional dan kemajuan tehnologi.

Penyusunan Anggaran Produksi


Dalam penyusunan anggaran produksi yang mengutamakan stabilitas produksi
ditentukan terlebih dahulu kebutuhan selama 1 tahun, kemudian diperkirakan kebutuhan
setiap bulannya. Akhirnya tingkat persediaan disesuaikan dengan kebutuhan, agar produksi
tetap stabil.
Penyusunan anggaran produksi tergantung pada anggaran penjualan. Dalam kondisi
pasar persaingan sempurna, anggaran penjualan merupakan acuan utama untuk menyusun
anggaran produksi, anggaran biaya pemasaran, anggaran biaya administrasi dan anggaran
laba operasi. Manajer produksi sebelum melaksanakan kegiatan menyusun anggaran produksi
dalam unit dan anggaran persediaan barang jadi dalam unit (Munandar, 1999 : 32 ).
Suatu produksi dapat berjalan dengan lancar apabila interaksi antara faktor¬faktor
produksi yang digunakan. Apabila hal tersebut dilakukan dengan sempurna maka akan
menghasilkan output yang baik. Dengan adanya pengaturan dalam faktor-faktor produksi
tersebut dapat diperbaiki tingkat efektifitas dan efisiensi proses produksi yang akhirnya
tujuan manajemen produksi akan dapat dicapai dengan baik.
Pengolahan faktor-faktor produksi yang ada sebaiknya dilakukan berdasarkan
kesempatan yang dimiliki selanjutnya dipilih kesempatan yang mana dapat dicapai,
sebenarnya sangat banyak kesempatan terbuka untuk dilaksanakan, tetapi karena adanya
keterbatasan dalam faktor-faktor produksi, maka harus dilakukan suatu prosedur sesuai
dengan jenis usaha dan kegiatan yang dilakukan. “Secara formal dapat dinyatakan bahwa
prosedur merupakan bagian dari urutan kronologis dan cara yang ditetapkan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan. Urutan kronologis merupakan ciri khas dari setiap prosedur,
sebuah prosedur menunjukkan bagaimana masing-masing tugas akan dilaksanakan dan siapa
yang akan melaksanakannya”.
Untuk itu peranan prosedur perencanaan produksi dalam setiap perusahaan sangat
besar, karena seluruh tugas yang dilakukan dalam proses produksi harus ditetapkan dalam
rencana. Dalam menetapkan prosedur perencanaan maka pimpinan harus memperhatikan
tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Menetapkan tujuan maupun serangkaian tujuan


b. Merumuskan keadaan saat ini
c. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan

 4.4 Langkah Praktis Menyusun Anggaran Produksi                                    


        Langkah-langkah umum penyusunan anggaran produksi:
a.       Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar dalam penyusunan anggaran
produksi yang selaras dengan periode yang digunakan dalam penyusunan anggaran
penjualan.
b.      Menentukan satuan fisik dari barang yang akan dihasilkan
c.       Menentukan standar penggunaan sumber daya (bahan baku, tenaga kerja langsung dan
penggunaan fasilitas.
d.      Menentukan kebijakan pola produksi dan kebijakan persediaan.
e.       Menyajikan Anggaran produksi dalam sebuah tabel. Penyajian dalam bentuk sederhana
setidaknya memuat informasi tentang waktu dan jumlah produksi. Jumlah produksi dihitung
dengan mempertimbangkan persediaan awal dan persediaan akhir barang jadi. Produksi =
Penjualan+ pewrsediaan akhir – persediaan awal.
f.       Untuk kasus-kasus yang lebih kompleks penyajian dapat disesuaikan dengan prinsip jelas
dan informatif

4.4.1Langkah-Langkah Pelaksanaan Anggaran Produksi


        Di samping itu dapat pula disusun langkah-langkah utama yang dilakukan dalam rangka
menyusun anggaran produksi pelaksanaanya:
a.    Tahap perencanaan
Menentukan periode waktu yang akan dipake sebagai dasar dalam penyusunan bagian
produksi. Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus dihasilkan.
b.    Tahap pelaksanaan
      Menentukan kapan barang diprodusir.
      Menentukan dimana barang akan diprodusir
      Menentukan urut-urutan prose produksi
      Menetukan standar penggunaan fasilitas-fasilitas produksi untuk mencapai efisiensi
      Menyusun progam tentang penggunaan bahan mentah ,buruh, service dan peralatan.
      Menyusun standar produksi
      Membuat perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan.
        Dalam tahap perencanaan diatas, dikatakan bahwa penentuan jumlah satuan fisik barang
yang harus diprodusir disesuaikan dengan rencana penjualan. Pada umumnya rencana
penjualan disajikan dalam unit fisik,sehingga menghitung jumlah barang yang harus
diprodusir adalah mudah.

4.5 Rencana Produksi


Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan sangat luas meliputi
perkiraan dan perhitungan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan
datang mengikuti suatu urutan tertentu. Perencanaan merupakan salah satu sarana manajemen
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan karena itu setiap tingkat manajemen dalam
organisasi sangat membutuhkan aktivitas perencanaan
Tujuan perencanaan harus tegas, jelas dan mudah dimengerti. Seringkali perencanaan
harus mengalami perubahan, oleh karena itu perencanaan harus besifat luwes dan terbuka
untuk dapat dirubah bila diperlukan. Sifat luwes ini mengakibatkan pelaksanaan kegiatannya
harus dimonitor dan dikendalikan terus menerus yang disesuaikan dengan kondisi yang ada
namun perencanaan harus tetap pada tujuan yang ditetapkan.
Perencanaan juga merupakan fungsi memilih sasaran perusahaan secara
kebijaksanaan, program dan pemilihan langkah-langkah apa yang harus dilakukan, siapa yang
melakukan dan kapan aktivitasnya dilaksanakan.
Dalam perencanaan produksi kita selalu menginginkan agar diperoleh perencanaan produksi
yang baik namun merencanakan proses produksi bukanlah hal yang mudah karena banyaknya
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor internal relative mudah dapat dikuasai oleh
PPC manager, namun faktor external tidak demikian. Karena itu perencanaan harus dibuat
ketat namun tidak kaku, artinya dapat dirubah bila diperlukan dan kemungkinan perubahan
ini juga harus diperhitungkan agar tidak menimbulkan kesulitan. Perencanaan yang baik
hanya akan diperoleh dengan didasarkan kepada informasi yang baik dan pengukuran
keberhasilan didasarkan kepada standard yang ditetapkan.

BAB V
ANGGARAN BAHAN BAKU

5.1.Pengertian Bahan Baku


Dalam pengendalian bahan baku, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
perusahaan adalah dengan membuat anggaran pembelian bahan baku. Bahan baku
dapat dianggarkan dalam satuan (unit) uang. Anggaran pembelian bahan baku berisi
rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode
waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah
dan waktu pembelian.

Anggaran Bahan  Baku  adalah  semua  anggaran  yang  berhubungan  dan


merencanakan secara  lebih  terperinci  tentang  penggunaan  bahan  baku  untuk
proses produksi selama periode yang akan datang.Bahan   baku   yang   digunakan 
dalam   proses   produksi dikelompokkan menjadi        Bahan  Baku    Langsung
(Direct Material) dan   Bahan Baku Tak Langsung  (Indirect  Material).  Bahan  baku 
langsung  adalah  semua  bahan  baku yang   merupakan  bagian barang  yang jadi 
yang   dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli  bahan  baku  langsung  ini
mempunyai   hubungan yang  erat  dan sebanding  dengan  jumlah  barang  jadi 
yang  dihasilkan.  Sehingga biaya  bahan  baku  langsung  merupakan  biaya 
variable  bagi perusahaan.  Bahan baku   tak   langsung  adalah   bahan   mentah
yang  ikut  berperan   dalam   proses produksi,        tetapi   tidak  secara langsung
tampak            pada barang     jadi      yang dihasilkan. Seandainya barang jadi  yang
dihasilkan adalah meja  dan kursi kayu merupakan  bahan  baku  baku  langsung, 
sedangkan  paku  dan  cat merupakan bahan baku tak langsung.

Anggaran  bahan  baku  hanya  merencanakan  kebutuhan  dan  penggunaan


bahan  baku langsung. Bahan  mentah  tak  langsung  akan  direncanakan  dalam
anggaran biaya overhead pabrik.

5.1.1 Fungsi Anggaran Kebutuhan Bahan Baku


Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu:
Sebagai dasar untuk menyusun budget pembelian bahan mentah, jumlah satuan
bahan mentah yang dibeli ditentukan oleh beberapa banyak satuan bahan mentah
yang dibutuhkan oleh berapa banyak satuan bahan mentah dibutuhkan dalam
proses produksi.
Sebagai dasar untuk menyusun anggran biaya bahan mentah besarnya biaya
bahan mentah ditentukan oleh berapa banyak satuan bahan mentah tersebut
dibutuhkan untuk proses produksi.
Sebagai Data dan informasi untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan
mentah
Manfaat Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
        Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :
a.    Sebagai pedoman kerja.
b.    Sebagai alat untuk menciptakan koordinasi kerja.
c.    Sebagai alat untuk melakukan pengawasan kerja.

5.1.2 Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
        Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan
baku adalah:
Rencana produksi yang tertuang dalam anggaran yang akan diproduksi. Khususnya
tentang jumlah dari masing-masing jenis barang yang akan diproduksi dari waktu ke
waktu selama periode tertentu.
Berbagai standar pemakaian bahan baku dari masing-masing bahan baku
untuk proses produksi, yang ditetapkan dan berlaku di perusahaan. Standar
pemakaian bahan baku diperlukan untuk mengendalikan efisiensi pemakaian bahan
baku (controlling).
Ada 2 metode yang menetapkan standar data dan informasi dalam
perusahaan, yaitu:
a.       Data historis atau data pengalaman diwaktu-waktu yang telah lalu.
Caranya adalah dengan melihat jumlah unit yang dihasilkan di suatu waktu yang lalu
dan kemudian membandingkan dalam satuan jumlah satuan unit bahan mentah
yang habis terpakai untuk waktu produksi pada bulan tersebut, maka dari hasil itu
dapat diketahui penggunaan bahan mentah rata-rata untuk unit produk.
b.      Data penelitian khusus. Pada data penelitian khusus dengan mengabaikan
data pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Cara ini misalnya dapat dilakukan
dengan :
Mengukur secara fisik barang jadi yang telah selesai diproduksi, agar dapat
diketahui jumlah satuan unit bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan produk
tersebut. Misalnya PT. Charisma yang bergerak dalam produksi mebel akan 
menghasilkan meja dan kursi. Maka, hal yang dilakukan adalah mengukur meja dan
kursi yang telah selesai diproduksi, hal ini dimaksudkan  untuk mengetahui
kebutuhan bahan baku berupa kayu yang dipakai.
Melakukan penelitian dan pengukuran secara laboratories terhadap produk yang
dihasilkannya. Hal ini biasanya dipakai pada barang atau produk yang tidak mudah
diukur penggunaan bahan baku secara visual, tanpa bantuan alat khusus, Misal
obat-obatan, minuman, kosmetik, dll.

Mengadakan percobaan-percobaan proses produksi secara efisien, sambil diukur


pemakaian bahan mentahnya. 
5.2. Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku
Secara ringkas tujuan penyusunan angaran bahan baku, antara lain :
1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku
2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan
3. Sebagai   dasar            untuk   memperkirakan            kebutuhan       dana    yang 
diperlukan
Untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
4. Sebagai dasar penyusunan biaya  produksi,  yakni  memperkirakan komponen
harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.

5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.

5.3.   Jenis - jenis Anggaran Bahan Baku


Anggaran Bahan Baku ini terdiri dari empat jenis anggaran, yaitu :

5.3.1 Anggaran   Kebutuhan   Bahan    Baku   (Unit   of   Direct   Materials 


Used Budget)

Anggaran  Kebutuhan  Bahan  Mentah  disusun  untuk  merencanakan


jumlah  fisik  bahan  baku  langsung  yang  diperlukan,  bukan  nilainya  dalam
rupiah.
Secara terperinci anggaran ini harus dicantumkan :
a. Jenis barang jadi yang dihasilkan.
b. Jenis bahan baku yang digunakan.
c.  Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.
d.  Standar penggunaan bahan baku.
e.  Waktu penggunaan bahan baku.
Standar     penggunaan     bahan   (SP)     adalah  bilangan           yang
menunjukkan      berapa satuan bahan            baku    yang    diperlukan       untuk
menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.
Contoh:
Standar  Penggunaan  =  2,  untuk  barang  jadi  A  dan  bahan  baku  X.  Artinya
untuk menghasilkan unit barang A diperlukan 2 unit bahan baku X.

Manfaat dari anggaran kebutuhan bahan baku berguna  sebagai dasar untuk 
penyusunan  Anggaran  Pembelian  Bahan  Baku  dan  Angaran  Biaya Bahan Baku.
Adapun   faktor-faktor   yang   mempengaruhi   penyusunan   kebutuhan anggaran
bahan baku, yaitu:
ü  Anggaran  Unit  yang  akan  Diproduksi,  khususnya  rencana  tentang  jenis
(kualitas)   dan   jumlah   (kuantitas)   barang   yang   akan   diproduksi   dari waktu 
ke   waktu   selama   periode   yang   akan   datang.   Semakin   besar jumlah unit 
yang akan diproduksi,  akan semakin besar  pula  jumlah unit bahan  bakunya, 
semakin  kecil  jumlah  unit  yang  akan  diproduksi,  akan semakin   kecil   pula 
jumlah   unit   bahan   baku   yang   dibutuhkan  untuk proses produksi.

Berbagai   standar   pemakaian   bahan   (   Standard   Usage   Rate   )   dari
masing-masing   jenis   bahan   baku   untuk   proses   produksi   yang   telah
ditetapkan   perusahaan.   Dalam  rangka   mengetahui  jumlah   unit   bahan baku   
yang    dibutuhkan      untuk   proses  produksi,         pada    umumnya perusahaan 
telah  menetapkan  standar-standar  pemakaian  tiap-tiap  jenis bahan baku. Untuk 
menetapkan  angka-angka   standard  ini   dapat   dilakukan  dengan dua metode,
yaitu :
1.      Dengan            cara      yang    mendasarkan   diri       pada    data     historis
atau pengalaman  dari  periode  waktu  yang  lalu.  Dengan  membandingkan antara 
jumlah  produk  yang  dihasilkan  pada   suatu  periode  dengan jumlah bahan baku 
yang digunakan  untuk berproduksi  pada  periode yang sama.
2.      Dengan            cara      yang    mendasarkan   diri       pada    penelitian-
penelitian khusus di dalam pabrik atau dengan melihat angka penggunaan rata-rata
yang ditentukan secara statistik.

5.3.2.   Anggaran Pembelian Bahan Baku


Anggaran   Pembelian   Bahan   Baku   berisi   rencana   kuantitas   bahan
baku yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus 
dilakukan secara   hati-hati   terutama   dalam   hal   jumlah   dan   waktu pembelian.
 Apabila jumlah    bahan   baku    yang    dibeli   terlalu  besar akan
mengakibatkan   berbagai   resiko, misalnya   bertumpuknya   bahan   baku   di
gudang  yang  mungkin  itu  dapat  mengakibatkan  penurunan  kualitas,  terlalu
lamanya bahan baku yang bergiliran untuk diproes, atau biaya penyimpanan yang
menjadi lebih besar.
Apabila   jumlah   bahan   baku   yang   dibeli   terlalu   kecil,   juga   akan
mendatangkan   resiko   berupa   terhambatnya            kelancaran   proses     
produksi akibat           kehabisan        bahan   baku, serta timbulnya            biaya   
tambahan         untuk  mencari bahan baku pengganti secepatnya.

Jumlah    Pembelian      yang    paling  Ekonomis       (economical    order quantity).


Hal yang   perlu    dipikirkan        oleh     perusahaan      selain   besarnya
kebutuhan   juga   besarnya   jumlah   bahan   baku   setiap   kali   dilakukan
pembelian,yang  menimbulkan           biaya    paling  rendah tetapi   tidak
mengakibatkan            kekurangan      bahan baku.     Jumlah pembelian        dapat
dihitung  dengan  EOQ  (Economical  Order  Quantity).  Dalam  EOQ  ini
dipertimbangkan 2 jenis biaya yang bersifat varibel, yaitu :
a. Biaya Pemesanan
Yaitu  biaya - biaya  yang dikeluarkan sehubungan  dengan kegiatan
pemesanan  bahan  baku.  Biaya  ini  berubah  -  ubah  sesuai  dengan frekuensi
pemesanan, semakin tinggi pemesanannya semakin tinggi pula biaya 
pemesannanya. Sebaliknya  biaya ini berbanding terbalik dengan  jumlah 
(kuantitas)  bahan  baku  setiap  kali  pemesanan.  Hal ini disebabkan karena
semakin besarnya jumlah setiap kali pemesan dilakukan, berarti frekuensi
pemesanan menjadi semakin rendah.
Contoh  :  biaya  -  biaya  persiapan  pemesanan,  biaya  administrasi,
biaya pengiriman pesanan, dll.
b. Biaya Penyimpanan
Yaitu biaya -   biaya  yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
penyimpanan bahan baku yang telah  dibeli.  Biaya  ini  juga  berubah sesuai 
dengan  jumlah  bahan  baku  yang  disimpan.  Semakin  besar jumlah bahan baku
setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan akan            semakin           besar   
pula.   Jelaslah bahwa  biaya            penyimpanan mempunyai sifat yang
berlawanan dengan biaya pemesanan.
Contoh   :   biaya   pemeliharaan,   biaya   asuransi,   biaya   perbaikan
kerusakan, dll.

Waktu Pembelian Bahan Mentah


Untuk  menjaga  kelancaran  proses  produksi  tidak  cukup  ditentukan
jumlah bahan baku    yang    dibeli.            Harus   ditentukan       pula     kapan
pemesanan   bahan   baku   harus   dilakukan   agar   bahan   baku   itu   dapat
datang   tepat pada waktu dibutuhkan.            Bahan  baku yang datang terlambat
akan mengakibatkan terganggunya   kelancaran      proses produksi.   Kadang-
kadang   perlu   dicari   bahan   baku   pengganti   agar proses  produksi  tidak 
berhenti.  Biaya-biaya  yang  terpaksa  dikeluarkan karena keterlambatan datangnya
bahan baku disebut Stock Out Cost.
Sebaliknya, bahan            mentah            yang    datangnya       terlalu  awal     akan
menimbulkan masalah pula. Harus disediakan tempat penyimpanan dan harus 
ditanggung  pula   biaya   pemeliharaan   ekstra.   Biaya-biaya   yang dikeluarkan     
karena  bahan   baku dating terlalu      awal diebut   Extra Carrying Cost.

Karena  itu  dalam  menentukan  waktu  pemesanan  bahan  baku  perlu


diperhatikan  factor Lead  Time.  Lead  Time  adalah  jangka  waktu  sejak
dilakukannya  pemesanan  sampai  datangnya  bahan  abku  yang  dipesan dan siap
untuk        digunakan       dalam  proses  produksi.         Setelah diperhitungkan 
factor  lead  time,  maka  akan  dapat  ditentukan Reorder Point.  Reorder  Point 
adalah  saat  di  mana  harus  dilakukan  pemesanan kembali bahan baku yang
diperlukan.

Jadi  untuk  merencanakan  saat  pemesanan  bahan  baku  pasa  periode


mendatang,  perlu  diperhatikan  factor  Lead  Time,  Extra  Carrying  Cost dan 
Stock   Out   Cost.   Dalam   melakukan   pengamatan   dengan   data historis, 
harus            dilakukan terhadap   beberapa   data   untuk  kemudian dihitung
probabilitasnya dari total pengamatan.

Bentuk Dasar Anggaran Pembelian Bahan  Baku telah diuraikan sebelumnya 


bahwa  anggaran  pembelian  bahan  baku dapat  disusun  apabila  total  kebutuhan 
bahan  baku  untuk  suatu  periode telah ditentukan, dengan perhitungan sebagai
berikut :
Persediaan Akhir                                                                                                                         
xx
Kebutuhan   bahan baku untuk produksi                                                              xx
+
Jumlah kebutuhan                                                                                                                               
xx
Persediaan Awal                                                                                                                         
xx
±
PembelianBahan Baku                                                                                                               
xx

Dalam anggaran pembelian bahan baku dicantumkan :


1.Jenis bahan yang digunakan dalam proses produksi.
2. Jumlah yang harus dibeli.
3. Harga per satuan bahan mentah.

5.3.3.   Anggaran Persediaan Bahan Baku


Dalam penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Baku dan Anggaran
Pembelian  Bahan  Baku  di  muka,  tampak  bahwa  masalah  nilai  persediaan awal
dan persediaan akhir bahan baku selalu diperhitngkan. Setiap   perusahaan     
mempunyai      kebijkasanaan  dalam menilai persediaan   yang   berbeda.  

Tetapi   pada   dasarnya   kebijaksanaan   tentang penilaian persediaan dapat


dikelompokkan menjadi :
1.   Kebijaksanaan FIFO (First In First Out)
2.   Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out)
Dalam       kebijaksanaan  FIFO,  bahan   mentah            yang    lebih    dahulu
digunakan untuk produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di
gudang,  sehingga  sering  diterjemahkan  Masuk  Pertama  Keluar  Pertama.
Dengan   kata   lain,   penilaian   bahan   baku   di   gudang   nilainya   diurutkan
menurut urutan waktu pembeliannya.
Perlu   diperhatikan   dahulu   oleh   perusahaan,   kebijaksanaan   mana yang akan
dipilih.  

Hal      penting            dalam  rangka penyusunan     Anggaran Persediaan 


Bahan   Baku  dan   Anggaran   Biaya   Bahan   Baku   yang   habis digunakan, 
karena  adanya  perbedaan  factor  perbedaan  harga  dari  waktu  ke waktu.  Harga 
bahan  baku  mungkin  berbeda  dari  waktu  ke  waktu,  dan  ini perlu  diperhatikan 
karena  nilai  bahan  baku  yang  ada  di  dalam  gudang  dan dipakai untuk produksi
juga  berbeda  dari waktu ke waktu. Karena itu harus diperhitungkan, apakah bahan
mentah digunakan secara LIFO atau FIFO.

Salah   satu  tujuan   penyusunan   Anggaran  Perusahaan   Bahan   Baku


adalah  untuk  pengawasan,  tingkat  persediaan  bahan  baku  di  gudang  yang 
tidak  terkontrol   akan  sangat   membahayakan  perusahaan  sendiri.   Dengan
mendasarkan   diri   pada   Anggaran   Persediaan   Bahan   Baku,   maka   dapat
dilihat apakah penggunaan bahan baku dan bahan baku yang tersisa sebagai
persediaan sesuai dengan rencana semula ataukah terjadi penyimpangan.
Besarnya  bahan  baku  yang harus  tersedia  untuk  kelancaran  proses produksi
tergantung pada beberapa factor, seperti :

1. Volume  produksi selama  satu  periode  waktu tertentu (dapat  dilihat  pada
   Anggaran Produksi).
2.Volume   Bahan   Baku   Minimal,   yang   disebut  safety   stock   (persediaan 
besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis.
4.Estimasi   tentang   naik   turunnya   harga   bahan   baku   pada   waktu-waktu 
mendatang.
5. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
6. Tingkat kecepatan bahan baku rusak.

Persediaan Besi
Persediaan  besi  adalah  persediaan minimal  bahan  baku  yang  harus
dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Di muka telah
disinggung sedikit  bahwa  persediaan bahan besi  merupakan salah satu      factor 
yang    harus dipertimbangkan dalam menentukan     saat dilakukannya pemesanan
bahan baku (Re Order Period).Besarnya   persediaan  besi   ditentukan  oleh 
beberapa   factor,   antara lain :
1. Kebiasaan leveransir         menyerahkan   bahan   baku    yang    dipesan, apakah
selalu  tepat  pada  waktunya  atau  tidak.  Apabila  leveransir selalu  tepat  waktu 
dalam  menyerahkan  pesanan  kita   maka  resiko kehabisan  bahan   mentah 
relative   kecil,   sehingga   persediaan  besi tidak  terlalu  besar.  Sebaliknya,  bila 
leveransir  biasanya  terlambat datang maka resiko kehabisan bahan mentah terlalu
besar, sehingga perlu ada persediaan besi yang besar pula.

2. Jumlah   bahan   baku   yang   dibeli   setiap   kali   pemesanan.   Apabila jumlah 
bahan  baku  yang  dibeli  besar,  maka  persediaan  rata-rata  di atas  persediaaan 
besi  besar  pula,  sehingga  resiko  kehabisan  bahan baku relative kecil, begitu pula
sebaliknya.
3. Dapat   diperkirakan   atau   tidaknya   kebutuhan   bahan   baku   secara tepat.
Bagi   perusahaan      yang     dapat   memperkirakan            jumlah kebutuhan 
bahan  baku secara  tepat,  maka  resiko  kehabisan  bahan baku  kecil  (karena 
bahan  baku  yang  dibutuhkan  sudah  disediakan sepenuhnya), begitu pula
sebaliknya.
4. Perbandingan   antara   biaya   penyimpanan   bahan   baku   dan   biaya ekstra 
karena  kehabisan  bahan  baku.  Apabila  biaya  penyimpanan tampak  lebih  besar 
daripada  biaya  ekstra  akibat   kehabisan  bahan baku  maka  tidak  perlu  adanya 
persediaan  besi  yang terlalu  besar, begitu pula sebaliknya.

Bentuk Dasar Anggaran Persediaan Bahan Baku


Dalam   Anggaran   Persediaan   Bahan   Baku   perlu   diperinci   hal-hal
sebagai berikut :
1.  Jenis bahan baku yang digunakan
2.    Jumlah           masing-masing            jenis     bahan   baku    yang    tersisa 
sebagai persediaan
3.    Harga per unit masing-masing jenis bahan baku,Nilai bahan baku yang
disimpan sebagai persediaan.

5.3.4.   Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan dalam Produksi
Tentu  tidak  semua  bahan  baku  yang  tersedia  akan  habis  digunakan
untuk produksi. Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :
1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode
berikutnya.
2. Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak terganggu akibat
kehabisan bahan baku.

Bahan  mentah  yang  telah  digunakan  dalam  proses  produksi  harus


dihtung  nilainya.  Rencana  besarnya  nilai  bahan  baku  yang  habis  digunakan
dalam  proses  produksi  dituangkan  dalam  suatu  anggaran  tersendiri  disebut
Anggaran Bahan Baku yang Habis Digunakan.Manfaat  disusunnya  Anggaran 
Bahan  Baku  yang  Habis  Digunakan antara lain adalah ;
1. Untuk keperluan Produk Costing, yaitu perhitungan harga pokok barang yang
dihasilkan perusahaan.
2. Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan baku.

Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan Dalam
anggaran ini standar penggunaan bahan baku masih diperhatikan, tetapi tidak
dicantumkan pada Anggaran KebutuhanBahan Baku. Anggaran biaya bahan baku
yang habis digunakan perlu memperinci hal-hal :
1.   Jenis bahan baku yang digunakan.
2.   Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk produksi.
3.   Harga per unit masing-masing jenis bahan baku.
4.   Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan dalam proses produksi.
5.   Jenis barang yang (dihasilkan dan) menggunakan bahan baku.
6.   Waktu penggunaan bahan baku.

Fungsi Perencanaan, Koordinasi, dan Pengawasan pada Anggaran  - anggaran


Bahan Baku
Seperti halnya anggaran produksi, anggaran kebutuhan bahan
baku,persediaan bahan baku dan pembelian bahan baku merupakan alat
perencanaan bagi perusahaan. Dalam anggaran - anggaran tersebut secara
terperinci dibuat rencana tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
penggunaan bahan baku pada waktu mendatang.
BAB VI
ANGGARAN UTANG DAN MODAL

6.1PENYUSUNAN ANGGARAN UTANG DAN MODAL

Utang disebut juga dengan modal asing atau modal eksternal, sedangkan modal
disebut juga dengan modal sendiri, ekuitaas bersih atau modal internal.Jadi,
modal terdiri atas modal asing dan modal sendiri.Perusahaan menambah utang
dan modal untuk tujuan perluasan (ekspansi). Keuntungan ekonomis yang dapat
diperoleh oleh suatu perusahaan yang mengadakan ekspansi antara lain adanya
produksi yang ekonomis, pembelian dan penjualan yang ekonomis, manajemen
yang ekonomis, dan pembelanjaan yang ekonomis.

6.1.1 Jenis Utang dan Manfaatnya


Anggaran utang adalah anggaran untuk memeroleh dan membayar
utang.Utang adalah kewajiban peminjam (debitor) untuk melaksanakan sesuatu
kepada pemberi pinjaman (kreditor) selama jangka waktu tertentu.
Utang terdiri atas utang jangka pendek (utang lancar) dan utang jangka panjang
(utang tak lancar).Utang jangka pendek adalah utnag yang berjangka waktu kurang
dari satu tahun, seperti utang usaha, beban terutang, kredit modal kerja, dan lain-
lain.Utang jangka panjang adalah utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun,
seperti utang obligasi, kredit investasi, utang hipotek, dan lain-lain.
Utang jangka pendek dari segi manajemen keuangan diartikan sebagai utang
yang harus diselesaikan dengan menggunakan harta lancar atau pembentukan
kewajiban lainnya. Misalnya utang usaha dibayar dengan kas (aset lancar), atau
utang usaha diselesaikan dengan cara meminjam ke bank dalam bentuk kredit
modal kerja.
Utang dagang berbeda dengan utang usaha, utang dagang adalah utang yang
terjadi sebagai akibat dari membeli barang dagangan secara kredit sedangkan utang
usaha adalah utang yang terjadi sebagai akibat membeli barang atau jasa secara
kredit untuk keperluan operasional perusahaan.
Beban terutang adalah utang sebagai akibat pengakuan beban pada saat
terjadinya walaupun beban itu belum dibayar. Beban terutang antara lain utang gaji
dan upah, utang bunga, utang pajak, utang sewa, dan lain-lain.
Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan bank untuk keperluan modal
kerja. Keperluan modal kerja mencakup keperluan membayar gaji, membeli bahan
baku atau barang dagangan, membayar utang usaha, dan lain-lain. Kredit modal
kerja biasanya dalam bentuk kredit rekening koran, yaitu kredit yang dikaitkan
dengan kredit simpanan giro. Simpanan giro tanpa dikaitkan dengan kredit
(simpanan giro murni), saldo rekening korannya yang dibuat bank bersaldo kredit,
artinya bank sebagai debitor dan pemilik giro sebagai kreditor. Sebaliknya, apabila
saldo di rekening koran debit, artinya bank bertindak sebagai kreditor dan pemilik
giro sebagai debitor.
Wesel bayar adalah surat pengakuan utang yang dikeluarkan perusahaan, berisi
kesanggupan membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada
saat tertentu, biasanya berjangka kurang dari satu tahun. Perusahaan dapat
mendiskontokan wesel ke bank dan mendapat sejumlah uang atas wesel tersebut
sebesar nilai nominal wesel dikurangi bunga sampai hari jatuh tempo wesel (bunga
dibayar di muka). Oleh karena itu, maka harga jual wesel apabila diperjualbelikan
selalu dibawah nilai nominal. Bagi bank yang membeli, wesel tersebut merupakan
wesel tagih, sedangkan bagi perusahaan penjual adalah wesel bayar.
Utang obligasi adalah utang uang untuk jangka waktu lebih dari satu tahun yang
dikeluarkan oleh debitor dalam bentuk surat pengakuan utang yang memiliki nominal
tertentu. Utang obligasi biasanya digunakan untuk membeli aset tetap (bangunan,
mesin, dan alat). Untuk memeroleh jaminan yang lebih besar atas pembayaran
kembali utang obligasi, biasanya pemegang obligasi
mengenakanhipotek terhadap aset tetap yang dibeli dari utang obligasi. Terdapat
tiga jenis obligasi, antara lain:
• Obligasi biasa adalah obligasi yang bunganya dibayar debitor bila
debitor memeroleh laba atau menderita rugi
• Obligasi hasil adalah obligasi yang bunyanya dibayar debitor bila
debitor memeroleh laba, tapi kreditor mempunyai hak kumulatif atas
bunga.
• Obligasi yang dapat ditukarkan adalah obligasi yang memberikan
kesempatan bagi kreditor untuk menukarkannya dengan saham dari
perusahaan penerbit obligasi.
Kredit investasi adalah pinjaman yang diberikan bank untuk keperluan
memeroleh barang modal (aset tetap), seperti keperluan relokasi pabrik,
modernisasi, rehabilitasi alat/bangunan, ekspansi, dan lain-lain.
Utang sangat berguna untuk kemajuan perusahaan bila utang tersebut dikelola
dengan baik. Cara mengelola utang yang baik diantaranya adalah dengan membuat
anggaran utang, dengan anggaran utang, dapat diketahui saat utang tersebut dan
saat utang tersebut dibayar.Mengenai kemampuan perusahaan membayar utang
dapat diketahui dari anggaran kas.
Menambah utang jangka pendek maupun jangka panjang dan modal sendiri
dimaksudkan untuk ekspansi, yaitu memperluas kegiatan perusahaan, produksi, dan
pemasaran dengan tujuan memeroleh laba sebesar mungkin.
Dengan menambah utang jangka pendek, perusahaan dapat menambah jumlah
bahan baku yang dibeli (untuk perusahaan manufaktur) atau barang dagangan yang
dibeli (untuk perusahaan dagang). Sedangkan pertambahan utang jangka panjang
dan modal sendiri diperlukan sebagai akibat dari bertambahnya kebutuhan utang
jangka pendek untuk kebutuhan modal kerja. Bahan baku bertambah berarti
kegiatan produksi meningkat dan harus diimbangi dengan menambah bangunan dan
alat produksi lainnya untuk ekspansi yang bersumber dari utang jangka panjang dan
modal sendiri. Apabila keperluan investasi dibiayai oleh utang jangka pendek, maka
hal ini dapat mengganggu likuiditas dan mengganggu kelancaran membayar
kewajiban yang harus segera dibayar.
Dengan ekspansi, perusahaan dapat memperbesar laba karena perusahaan
dapat merebut peluang pasar dan menurunkan biaya produksi sebagai akibat dari
rendahnya biaya tetap dan variabel per unit. Sebagai contoh, pada saat perusahaan
bekerja dengan modal sendiri sebesar Rp 1.000 dan beban usaha Rp 200 per bulan,
perusahaan mampu menjual 100 unit per bulan dengan harga Rp 15 per unit dan
harga pokok Rp 12 per unit. Apabila perusahaan menambah utang sebesar Rp 500,
beban usaha Rp 300 per bulan, perusahaan mampu menjual 150 unit per bulan
dengan harga jual Rp 12 per unit dan harga pokok Rp 8 per unit. Dengan tingkat
pajak 10%, maka tingkat laba dan rentabilitas perusahaan adalah:
Keterangan Sebelum Ada Setelah Ada
Utang Utang (Ekspansi)
Jualan Rp 1.500 Rp 1.800
Harga Pokok Barang Terjual Laba 1.200 1.200
Kotor 300 600
Beban Usaha Laba 200 300
Usaha 100 300
Pajak 10% 10 30
Laba Bersih Setelah Pajak Utang 90 270
0 500
Modal Sendiri 1.000 1.000
Modal Usaha 1.000 1.500
Rentabilitas ekonomis = laba usaha / modal 10 % 20 %
usaha
Rentabilitas modal sendiri = laba usaha / 9% 27 %
modal sendiri
Dengan demikian, bila utang dikelola dengan baik dapat meningkatkan laba
dan yang terpenting adalaha dapat meningkatkan rentabilitas ekonomi dari
perusahaan tersebut.Sebaliknya, apabila utang tidak dikelola dengan baik, maka
perusahaan dapat mengalami kerugian yang besar.Oleh karena itu anggaran utang
sangat penting dalam rangka usaha meningkatkan laba dan rentabilitas, pedoman
dalam pelaksanaan pekerjaan, dan alat pengawas dalam hal pembayaran utang.

6.2 Faktor yang Memengaruhi Anggaran Utang


Semakin besar perusahaan maka kemungkinan untuk dapat bekerja dengan
biaya produksi rata-rata atau harga pokok yang lebih rendah juga lebih besar. Pada
perusahaan yang insentif modal, ekspansi dilakukan untuk menurunkan harga pokok
per unit, sedangkan pada perusahaan yang intensif tenaga, ekspansi dilakukan
untuk memperbesar omzet, penggunaan produk sampingan yang lebih efisien,
stabilisasi produksi, dan pengurangan kerugian karena menganggurnya aset tetap.
Dua faktor yang memengaruhi anggaran utang adalah ekspansi dan struktur modal
Ekspansi diperlukan oleh perusahaan yang ingin selalu dapat berkembang agar
tetap hidup dan sukses.Kebutuhan modal untuk keperluan ekspansi makin lama
makin besar karena sifat ekspansi perusahaan yang dilakukan secara
berangsurangsur. Pada umumnya, ekspansi hanya membutuhkan tambahan modal
kerja untuk memaksimalkan kapasitas produksi yang sudah ada, namun, apabila
kemudian perusahaan harus menambah kapasitas produksi dengan menambah alat
produksi atau pabrik baru, maka kebutuhan modalnya akan bertambah. Dengan
demikian, pengertian ekspansi adalah perluasan modal, dan perluasan modal ini
dapat memperbesar utang.
Apabila ekspansi perusahaan didasarkan atas pertimbangan untuk memperbesar
atau stabilisasi laba yang diperoleh, maka ekspansi tersebut karena motif
ekonomi.Hal ini terjadi karena misalnya semakin besarnya permintaan barang atau
jasa yang dijual oleh suatu perusahaan, untuk mengimbangi permintaan,
perusahaan melakukan ekspansi.Sedangkan apabila ekspnsi dilakukan karena
ambisi personal pemilik atau pemimpin perusahaan untuk memeroleh prestise dan
kekuasaan yang lebih besar, maka ekspansi tersebut karena motif psikologis.
Masalah yang penting dalam ekspansi adalah masalah penentuan besarnya
optimal perusahaan.Besarnya optimal perusahaan berbeda di setiap perusahaan
bahkan dalam satu perusahaan efisiensi maksimal dari tenaga kerja, modal, dan
manajemen dapat berubah pada tingkat pertumbuhan yang berbeda.Besarnya
optimal perusahaan mungkin dapat tercapai sebelum tercapainya efisiensi maksimal
tenaga kerja, tetapi sesudah tenaga kerja itu mencapai imbangan optimal dengan
modal.Besarnya optimal perusahaan selalu berubah dan hal ini dipengaruhi oleh
banyak faktor, misalnya besarnya dan watak persaingan, berubahnya selera
konsumen, serta kemajuan teknologi manufaktur.
Dalam hubungan antara struktur keuangan dan kekayaan, dikenal adanya
pedoman atau struktur keuangan yang konservatif, baik vertikal maupun
horizontal.Aturan struktur keuangan konservatif vertikal memberikan batas imbangan
yang harus dipertahankan oleh perusahaan mengenai besarnya modal sendiri dan
modal asing (utang) adalah 1:1 karena anggapan pembelanjaan yang sehat harus
diabangun atas dasar modal sendiri dan bebas risiko. Pandangan ini terutama
didasarkan pada “prinsip keamanan”, hal ini akan memberikan pengaruh yang baik
terhadap kreditor maupun perusahaan sendiri.
Aturan struktur keuangan konservatif horizontal memberikan batas imbangan
antara besarnya modal sendiri di satu pihak dengan besarnya aset tetap plus
sediaan di lain pihak. Aturan ini menyatakan bahwa keseluruhan aset tetap dan
sediaan harus sepenuhnya ditutup atau dibelanjai dengan modal sendiri. Dengan
kata lain, besarnya modal sendiri tidak boleh lebih kecil dari aset tetap ditambah
dengan sediaan. Apabila jumlah modal sendiri lebih kecil dari besarnya aset tetap
plus persediaan, berarti aset tersebut kurang tertutup oleh modal sendiri dan
sebagian tertutup oleh modal asing. Dari hal tersebut dapat dimisalkan apabila
jangka waktu modal asing tersebut lebih pendek dari jangka waktu terikatnya dana
dalam aset tetap tersebut, hal ini akan mengganggu likuiditas perusahaan itu.
Namun, apabila modal sendiri lebih besar daripada jumlah aset plus persediaan,
kelebihannya dapat digunakan untuk menutup sebagian besar aset lancar.
Jadi apabila modal sendiri kecil, maka besarnya utang juga kecil, sebaliknya
apabila modal sendiri besar, besarnya utang juga dapat besar, tapi tidak melebihi
modal sendiri. Misalnya, perusahaan X memiliki modal sendiri Rp 100.000, aset
lancar Rp 20.000, dan aset tak lancar Rp 80.000, maka perusahaan X dapat
menambah utang maksimal sebesar Rp 100.000.
6.3. Ilustrasi Penyusunan Anggaran Utang
Penyusunan anggaran utang diawali dengan mengumpulkan data belian dan
syaratnya, lalu menghitung anggaran utang usaha pada periode tertentu,
setelah itu yang terakhir adalah menyusun anggaran utang usaha.Anggaran
utang dibagi menjadi dua, yaitu anggaran utang jangka pendek dan jangka
panjang.

 Penyusunan anggaran Utang Jangka Pendek


Sebagai ilustrasi , misalkan dianggarkan dari PT Bulehai 3 bulan sebagai
berikut:
Januari Rp 20.000
Februari Rp 30.000
Maret Rp 40.000 +
Jumlah Rp 90.000

Syarat pembayaran 5/20/net 30, artinya pembeli mendapat potongan 5%


bila membayar dalam waktu 20 hari dengan jangka waktu kredit paling lambat 30
hari.
Berdasarkan kebisaan membayar:
 50% dari belian setiap bulannya dibayar dalam waktu 20 hari bulan
belian
 30% dibayar dalam waktu sesudah 20 hari dalam bulan yang sama
 20% dibayar dalam bulan kedua setelah bulan belian
Dari data tersebut dapat dihitung utang usaha yang dibayar sebagai berikut:
Februari 50% Rp 20.000 = Rp 10.000
Potongan 5% Rp 10.000 = Rp 500–
Rp 9.500
30% Rp 20.000= Rp 6.000 +
Rp 15.500
Maret 20% Rp 20.000 = Rp 4.000
50% Rp 30.000 = Rp 15.000
Potongan 5% Rp 15.000 = Rp 750–
Rp 14.250
30% Rp 30.000= Rp 9.000 +
Rp 23.250 +
Rp 27.250
April 20% Rp 30.000 = Rp 6.000
50% Rp 40.000 = Rp 20.000
Potongan 5% Rp 20.000 = Rp 1.000–
Rp 19.000
30% Rp 40.000= Rp 12.000 +
Rp 31.000 +
Rp 37.000
Mei 20% Rp 40.000 Rp 8.000
Rp 87.750

Dengan demikian, total utang usaha yang dibayar kepada pemasok sebesar Rp 87.750,
yaitu bulan Februari Rp.500, Maret Rp 27.750, dan April Rp 37.000, dan Mei Rp 8.000.
jumlah belian selama 3 bulan sebesar Rp 90.000
( Rp 87.750 + Rp 2.250) Dimana Rp 2.250 adalah potongan belian yang terdiri dari
potongan belian bulan Februari Rp 500, Maret Rp 750, dan April Rp 1.000

Adapun anggaran Utang usaha PT Bulehai selama 3 bulan dapat dihitung sebagai berikut:

Januari : Belian Rp 20.000


Februari : 20% Rp 20.000 Rp 4.000
Belian Rp 30.000 +
Rp 34.000
Maret : 20% Rp 30.000 Rp 6.000
Belian Rp 40.000 +
Rp 46.000

6.3.1 Penyusunan anngaran Utang Jangka Panjang


Sebagai ilustrasi, misalkan untuk pembelian mesin dan alat pabrik dengan
kredit investasi bank sebesar Rp 11.000.000 dengan ketentuan:
 Bunga 12 % setahun dibayar tiap akhir tahun
 Angsuran pinjaman beserta bunganya dihitung secara anuitas
 Angsuran pokok pinjaman dibayar tiap akhir tahun
 Jangka waktu pinjaman terhitung dari awal tahun selama 5 tahun
dengan tenggang waktu 1 tahun, selama tenggang waktu bunga
dibayar

Berikut adalah rumus penghitungan rencana angsuran pinjaman beserta


bunganya:

A= Angsuran i= Tingkat Bunga= 12%


P= Pinjaman = Rp 11.000.000 t= Tahun

Jangka waktu 5 tahun – tenggang waktu 1 tahun = 4 tahun


Setelah perhitungan tersebut, maka anggaran utang jangka panjangnya adalah
sebagai berikut:

Tahun Angsuran Bayar Sisa Utang


Pokok Utang Bunga Utang
1 Rp 1.320.000 - Rp 1.320.000 Rp 11.000.000
2 Rp 3.621.579 Rp 2.301.579 Rp 1.320.000 Rp 8.698.421
3 Rp 3.621.579 Rp 2.577.768 Rp 1.043.811 Rp 6.120.653
4 Rp 3.621.579 Rp 2.887.101 Rp 734.478 Rp 3.233.552
5 Rp 3.621.579 Rp 3.233.552 Rp 388.027 Rp 0

6.4 Penyusunan Anggaran Modal

6.4.1 Perusahaan Perseorangan


Perusahaan perseorangan adalah badan usaha yang modalnya dimiliki oleh
satu orang dan pemilik dapat menarik modalnya kapanpun untuk keperluan pribadi
yang disebut dengan prive.Pemilik perusahaan perseorangan bertanggung jawab
penuh terhadap utang perusahaan.Dimana untuk melunasi utang perusahaan dapat
dilakukan dengan kekayaan perusahaan maupun kekayaan pribadi.
Sebagai contoh, pabrik tempe Selamat mempunyai data selama bulan januari
2017 sebagai berikut:

• Modal awal Januari 2017 sebesar Rp 100.000


• Tanggal 15 januari 2017 direncanakan Tuan Selamat menyetor uang
tunai untuk menambah modal sebesar Rp 50.000
• Tanggal 28 januari 2017 Tuan Selamat akan menarik uang
perusahaan sebesar Rp 10.000 untuk keperluan pribadi
• Laba bersih dianggarkan bulan Januari 2017 sebesar Rp 15.000

Berdasarkan data tersebut dapat disusun anggaran perubahan modal


seperti berikut:
Pabrik Tempe Selamat
Anggaran Perubahan Modal
Bulan Berakhir 31 Januari 2017

Modal Selamat 1 Januari 2017 Rp 100.000 -


Setoran periode ini Rp 50.000 -
Laba bersih periode ini Rp 15.000+
Rp 165.000 -
Prive periode ini Rp 10.000–
Modal selama 31 Januari 2017 Rp 155.000-

6.4.2
6.4.2 Firma
Firma adalah badan usaha yang modalnya dimiliki oleh lebih dari satu orang
yang bertanggung jawab penuh terhadap perusahaan.Semua pemilik
perusahaan boleh menarik kekayaan perusahaan untuk keperluan pribadi atau
prive.
Sebagai contoh, Firma Pabrik Bata Keluarga mempunyai data selama tahun
2017 sebagai berikut:
• Modal awal januari 2017 dari Tuan Kanda sebesar Rp 100.000 dan
Tuan Dinda Rp 90.000
• Bulan maret keduanya berencana untuk menambah modalnya
masingmasing sebesar Rp 30.000 dan Rp 20.000
• Bulan Juni Tuan Kanda bermaksud menarik uang perusahaan untuk
keperluan pribadi sebesar Rp 20.000, begitu juga dengan Tuan
Dinda sebesasr Rp 10.000
• Laba bersih dianggarkan tahun ini sebesar Rp 40.000 dan dibagi
sebanding dengan modal yang dimiliki masing-masing

Berdasarkan data tersebut dapat disusun anggaran perubahan modal


seperti berikut:
Firma Pabrik Bata Keluarga
Anggaran Perubahan Modal
Tahun Berakhir 31 Desember 2017
Modal Kanda Awal Januari 2017 Rp 100.000
Setoran periode ini Rp 30.000 +
Rp 130.000
Prive Kanda Rp 20.000 -
Rp 110.000 –

Bagian Laba Kanda


Modal Kanda akhir Desember 2017 Rp 130.952
Modal Dinda Awal Januari 2017 Rp 90.000
Setoran periode ini Rp 20.000 +
Rp 110.000
Prive Dinda Rp 10.000 -
Rp 100.000 –

Bagian Laba Dinda

Modal Dinda akhir Desember 2017 Rp 119.048 +


Modal Firma Pabrik bata Keluarga 31 Desember 2017 Rp 250.000

6.4.3 Persekutuan Komanditer (CV)


Persekutuan komanditer atau CV adalah persekutuan dua orang atau lebih
untuk mendirikan perusahaan, satu orang atau lebih sekutu bekerja dengan
tanggung jawab tak terbatas sebesar modal pernyertaannya dalam perusahaan
dan satu orang atau lebih sebagai sekutu komanditer dengan tanggung jawab
terbatas pada modal disetor.Sekutu komanditer atau sekutu pasif tidak boleh
menarik prive tetapi berhak melakukan pemeriksaan perusahaan.Sekutu bekerja
atau sekutu aktif boleh menarik prive.
Sebagai contoh, CV Bubuhan mempunyai data sebagai berikut:
• Tuan Ganal sebagai sekutu aktif mempunyai modal awal Januari
2017 sebesar Rp 100.000. Tuan Kacil sebagai sekutu pasif
mempunyai modal awal Januari 2017 sebesar Rp 80.000
• Tuan Ganal dan tuan Kacil berencana menambah modal
masingmasing Rp 20.000 dan Rp 10.000 pada bulan Februari 2017
• Tuan Ganal akan menarik prive pada bulan November 2017 sebesar
Rp 15.000
• Laba bersih dianggarkan tahun 2017 sebesar Rp 30.000 dan laba
dibagi secara proporsional dengan modal masing-masing
Berdasarkan data tersebut dapat disusun anggaran perubahan modal seperti
berikut:

CV Bubuhan
Anggaran Perubahan Modal
Tahun Berakhir 31 Desember 2017
Modal Sekutu Aktif
Modal Ganal Awal Januari 2017 Rp 100.000
Setoran modal Rp 20.000 +
Rp 120.000
Prive Ganal Rp 15.000 -
Rp 105.000 –

Bagian Laba Kanda


Modal Ganal akhir Desember 2017 Rp 121.154
Modal Sekutu Pasif
Modal Kacil Awal Januari 2017 Rp 80.000
Setoran periode ini Rp 10.000 +
Rp 90.000

Bagian Laba Kacil


Modal Kacil akhir Desember 2017 Rp 103.846 + Modal
CV Bubuhan 31 Desember 2017 Rp 225.000

6.4.4 Perseroan Terbatas (PT)


Perseroan terbatas (PT) atau korporasi adalah badan usaha yang
modalnya terdiri atas saham dengan tanggung jawab terbatas pada modal
saham yang disetor.oleh karena tanggung jawab terbatas, maka tidak ada
prive pada PT. biasanya modal saham disetor tidak berubah, sehingga
tidak perlu dibuat anggaran perubahan modal, melainkan anggaran laba
ditahan. Laba ditahan adalah laba yang belum ada tujuannya. Laba ditahan
merupakan salah satu unsur dari modal sendiri yang terdapat dam badan
usaha berbentuk PT.
Berikut adalah contoh anggaran laba ditahan

PT Amanah
Anggaran Laba Ditahan
Tahun Berakhir 31 Desember 2017

Laba ditahan awal Januari 2017 Rp 200.000 -


Laba bersih tahun 2017 Rp 10.000 +
Rp 210.000 -
Dividen yang dibagikan Rp 5.000–
Laba Ditahan akhir Desember 2017 Rp 205.000-

Dividen adalah laba yang dibagikan kepada pemegang saham.

Sebagai contoh, pada tahun 2016 Perusahaan Kecap Sehat yang


berbentuk PT mempunyai data sebagai berikut:
• Laba ditahan awal Januari 2016 sebesar Rp 1.081.283
• Anggaran laba bersih selama 4 triwulan (triwulan I:Rp 739.601,
triwulan II: 1.255.311, triwulan III: Rp 593.939, dan triwulan IV: Rp
249.021)

Berdasarkan data tersebut dapat disusun anggaran laba ditahan seperti


berikut:

Perusahaan Kecap Sehat


Anggaran Laba Ditahan
Tahun 2016
Keterangan I II III IV
Rp Rp Rp Rp
Laba ditahan awal 1.081.283 1.820.884 3.076.195 3.670.134
Laba bersih 739.60 1.255.311 593.939 249.021
Laba ditahan akhir 1.820.884 3.076.195 3.670.134 3.919.155 
Koperasi

Koperasi merupakan badan usaha berbentuk hokum yang


didaftarkan pada Departemen Kehakiman dan diumumkan dalam lembaran
Negara. Struktur modal koperasi terdiri atas: simpanan pokok, simpanan
wajib, modal cadangan, modal sumbangan, laba ditahan (sisa hasil usaha).
Sebagai contoh, anggaran perubahan modal koperasi adalah sebagai
berikut:
Koperasi Pegawai
Anggaran Perubahan Modal
Tahun Berakhir 31 Desember 2017
Simpanan Pokok Rp 500.000
Simpanan Wajib awal Januari 2017 Rp 200.000
Setoran periode ini Rp 20.000 +
Simpanan Wajib akhir Desember 2017 Rp 220.000
Modal Cadangan Rp 30.000
Modal Sumbangan Rp 50.000
Sisa Hasil Usaha awal Januari 2017 Rp 40.000
Laba Bersih periode ini Rp 10.000 +
Rp 50.000
Sisa Hasil Usaha dibagikan Rp 15.000 –
Sisa Hasil Usaha akhir Desember 2017 Rp 35.000 +
Modal sendiri Koperasi Pegawai 31 Desember 2017 Rp 835.000

BAB VII
ANGGARAN Piutang dan hutang

7.1 Pengertian Anggaran Piutang


Pengertian Anggaran Piutang,yaitu anggaran untuk merencanakan secara
lebih terperinci tentang jumlah piutang perusahaan beserta perubahan-perubahan
nya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang

7.1.2langkah-langkah menyusun anggaran piutang :


 menentukan besarnya jumlah penjualan tunai dan jumlah penjualan kredit
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam waktu satu bulan /triwulan
 menentukan besarnya BOP debt yang harus dicadangkan
 mengetahui atau mengidentifikasi term of credit
7.1.3 Manfaat anggaran piutang bagi perusahaan :
 salah satu upaya untuk meningkatkan omzet penjualan ,sehingga keuntungan
meningkat
 dapat memperkuat hubungan dagang antara perusahaan dengan relasinya
 pada usaha tertentu kredit jangka panjang dapat menciptakan keuntungan
tambahan
Pada umumnya perusahaan menjual hasil produknya secara kredit, kemudian
melahirkan piutang dagang; penagihan piutang melahirkan kas. Hubungan antara
piutang dengan kas adalah sebagai berikut:

7.1.4 Kas Persediaan Barang Jadi Piutang Kas


Besarnya investasi dalam piutang ditentukan oleh : (1) volume penjualan kredit, (2)
syarat pembayaran kredit, makin longgar atau makin lunak syarat kredit makin besar
piutang dagang, (3) kemampuan mengumpulkan atau menagih piutang, (4) karakter
penghutang atau debitur.
Pertimbangan pemberian krdit didasarkan pada : (1) character yaitu karakter para
manajemen perusahaan penghutang (2) capacity yaitu kemampuannya atau
kesanggupan membayar perusahaan penghutang, (3) capital yaitu kondisi posisi
keuangan perusahaan penghutang, (4) collacteral yaitu harta perusahaan
penghutang yang dijadikan jaminan, (5) condition yaitu kondisi ekonomi, sosial,
ekonomi , politik dan bisnis. Tetapi sebenarnya pemberian kredit dalam dunia bisnis
adalah kepercayaan. Jika perusahaan kehilangan kepercayaan dari partner
bisnisnya, maka ia kehilangan kesempatan bisnis.

7.2 PERPUTARAN PIUTANG (RECEIVABLE TURNOVER)


Piutang adalah unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses
komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran piutang makin
baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang dapat disajikan dengan
perhitungan: penjualan bersih secara kredit dibagi rata-rata piutang. Kemudian 360
hari dibagi perputaran piutang menghasilkan hari rata-rata pengumpulan piutang
(average collection period of accounts receivable). Pernyataan itu dapat di sajikan
dalam bentuk rumus sebagai berikut:
Perputaran Piutang   =
Misalnya PT ABC memiliki informasi mengenai penjualan tahun 2000 sebesar Rp
200 dan tahun 2001 sebesar Rp 180; piutang awal tahun 2001 Rp 40 dan akhir
tahun Rp 60, sedangkan piutang awal tahun 2001 Rp 50 dan akhir tahun Rp 30.
Perputaran Piutang dan rata-rata pengumpulan pitang dapat disajikan dalam tabel
7.1
Tabel 7.1
Perputaran Piutang dan Rata-Rata Pengumpulan Piutang
Keterangan Tahun 2000 Tahun 2001
Penjualan bersih Rp 200 Rp 180
Piutang awal tahun Rp 40 Rp 50
Piutang akhir tahun Rp 60 Rp 30
Rata-rata piutang Rp 50 Rp 40
(Rp 40 + Rp 60)/2
(Rp 50 + Rp 30)/2
Perputaran piutang 4 kali 6 kali
(Rp 200/Rp50)
(Rp 180/Rp49)
Rata-Rata Pengumpulan Piutang 50 hari 30 hari
(Rp 200/4)
(Rp 180/6)

Hari rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama


semakin buruk bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang tinggi
sangat baik bagi perusahaan, karena investasi dalam piutang rendah, dan
sebaliknya.
Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang
dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini. PT ABC memiliki nilai penjualan Rp 180,
seluruhnya dijuan secara kredit 30 hari, dengan ketentuan, jika pembayaran
dilakukan dalam waktu sejak 10 hari sejak tanggal penjualan, diberikan potongan
tunai 2%, model lazim ini disebut 2/10, net 30. Dari jumlah tersebut. 60% dibayar
dlam waktu 10 hari, dan sisanya dalam waktu 30 hari. Berdasarkan informasi
tersebut dapat dihitung.
1.       Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Outstanding atau DSO)ATAU Periode
Penagihan Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah : 0,60(10) +
0,40(30)=18 hari.
2.       Penjualan Harian Rata-Rata (Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi
satu tahun 360 hari kerja: (Rp 180/360) = Rp 0.50
3.       Piutang PT ABC sepanjang tahun setiap saat sebesar: (Jangka waktu penagihan
x Penjualan Harian Rata-Rata) = (18 hari x Rp 0,50) = Rp 9.
4.       Perputaran Piutang = (Penjualan/Piutang)= (Rp 180/Rp 9)= 20 X
5.       Periode Penagihan Rata-Rata = (360 hari/Perputaran Piutang)= (360 hari/20) =
18 hari.
6.       Periode Penagihan Rata-Rata atau Jangka Waktu Penagihan dapat dihitung
dengan rumus.
Manajer keuangan harus mengetahui penjualan per hari secara kredit dan jumlah
rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap saat. Dengan mengatahui kedua unsur
tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk dan tagihan keluar.
7.3.PENGENDALIAN PIUTANG
Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun tabel umur piutang (aging
schedule of receivables), di mana dalam tabel tersebut dapat diketahui, jumlah
piutang yang segera dapat ditagih dan yang lambat, dan dapat diketahui penghutang
atau debitur yang baik dan yang buruk.
Menglolah arus kas masuk dan keluar adalah salah satu tugas pokok bagian
keuangan karena semua transaski bisnis bermuara kedalam kas. Manajer keungan
pada umumnya mengharapkan penjualan dapat dilakukan dengan tunai , atau kredti
dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, agar arus kas masuk cepat. Untuk
mengelola keuangan perusahaan yang baik, manajer keungan harus menyusun
anggaran pengumpulan piutang yang akan digunakan untuk mengendalikan piutang.
Makin panjang umur pitangnya, makin buruk kondisi perusahaan karena makin lama
piutang tersebut menjadi kas.
Contoh skedul umur piutang dapat disajikan dalam tabel 9.2, yang terdiri PT ABC
dan PT ABK. Syarat kredit perusahaan tersebut adalah 2/10/net 30.

Tebel 7.2
Skedul Umur Piutang (Aging Schedule pf Receivable)
Umur Piutang PT ABC PT ABK
Nilai % dari Total Nilai % dari Total
Piutang Piutang Piutang Piutang
0-10 640 80% 400 50%
11-30 160 20% 160 20%
31-45 0 120 15%
46-60 0 80 10%
Di atas 60 0 40 5%
Total 800 100% 800 100%

PT ABC lebih baik dari PT ABK, karena semua pelanggan membayar tepat waktu
80% pada hari ke 10, dan sisanya 20% membayar pada hari ke 30. Sedangkan PT
ABK pelanggannya tidak tepat membayar sesuai dengan perjanjian kredit, 30% yaitu
(15% + 10% + 5%) pelanggannya membayar lewat 30 hari dari jatuh tempo.
Perusahaan yang lebih baik seyogyanya mengikuti manajemen piutang PT ABC
seperti irustrasi di atas.
Manajer keuangan harus kontrol ketat jangka waktu penagihan dan skedul umur
piutang. Kedua unsur itu harus dihubungkan dengan syarat kredit dan kedua unsur
itu untuk mengatahui efektivitas bagian penagihan menjalankan tugasnya. Jika
jangka waktu penagihan makin panjang dna rasio umur piutang yang melewati jatuh
tempo makin besar , maka harus diadakan peninjauan kembali kebijakan penjualan
kredit.
7.4 ANGGARAN PENGUMPULAN PIUTANG
Pada umumnya perusahaan besar mempunyai banyak pelanggan dengan kredit.
Kondis yang demikian mempengaruhi arus kas perusahaan. Misal PT. ABC
mempunyai penjualan bulan Januari Rp 100, Februari Rp 200, dan Maret Rp 300.
Syarat pembayaran ditetapkan 3/20/net 30, 70% pelanggan membayar 20 hari
setelah bulan penjualan, 20% pelanggan membayar 10 hari terakhir bulan kesatu
sesudah bulan penjualan, dan 10% pelanggan membayar bulan kedua setelah bulan
penjualan. Berdasarkan informasi tersebut anggaran pengumpulan piutang dapat
disajikan pada Tabel 9.3. rincian perhitungan piutang bukan Februari, Maret, April
adalah sebagai berikut:
Bulan Februari:

1) Pengumpulan piutang bulan Februari 70% x Rp 100 = Rp 70 dikurang potongan


tunai 3% x Rp 70 = Rp 2,10 = Rp 67,90.
2) 20% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% x Rp 100 = Rp 20.
3) Jadi dalam bulan Februari, piutang terkumpul = Rp 67,90 + Rp 20 = Rp 87,90

Bulan Maret:
1) Piutang atas penjualan bulan Januari 10% x Rp 100 = Rp 10
2) Piutang atas penjualan bulan Februari 70% x Rp 200 = Rp 140, dikurang 3% x Rp
140 = Rp 4,20 = Rp 135,80
3) Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% x Rp 200 = Rp 40
4) Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 10 + Rp 135,80 + Rp 40 = Rp
185,80

Bulan April:
1) Piutang atas penjualan bulan Februari 10% x Rp 200 = Rp 20
2) Piutang atas penjualan bulan Februari 70% x Rp 300 = Rp 210, dikurang 3% x Rp
210 = Rp 6,30 = Rp 203,70
3) Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% x Rp 300 = Rp 60
4) Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 20 + Rp 203,70 + Rp 60 = Rp
283,70

Tabel 7.3
Anggaran Pengumpulan Piutang
Waktu Nilani Februari Maret April
Penjualan Penjualan (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
Januari 100 87,90 10,00
Februari 200 175,80 20,00
Maret 300 263,70
Jumlah 87,90 185,80 283,70

Dengan skedul anggaran pengumpulan piutang itu, manajer keuangan dapat


merencanakan arus kas keluar perusahaan berdasar arus kas masuk. Jika arus kas
keluar yang direncanakan lebih besar dari pada rencana arus kas masuk, maka
manajer keuangan harus menjadi kredit jangka pendek dari bank.

7.5  KEBIJAKAN KREDIT (CREDIT POLICY)


Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh banyak faktor antara lain kualitas
produk, harga yang kompetitif, distribusi yang cepat, promosi, pelayanan purna jual,
kebijakan kredit,, dan lain-lain. Berikut ini disajiakan contoh kasus.

Kasus PT Lesmana
Kebijakan lama:potongan tunai 3% untuk pembayaran sampai dengan 7 hari (3/7).
Rata-rata pengumpulan piutang 30 hari, pembeli yang memanfaatkan potongan
tunai 15%, piutang tak tertagih (bad dept) 2% dari penjualan kredit (credit sales).
Penjulan selama satu tahun 1.500 unit @ Rp 5, VC Rp 2,3 biaya yang
diperhitungkan 22% per tahun.
Kebijakan baru: Perjanjian kredit penjualan (term of sales) adalah 4/15, potongan
4% bagi yang melakukan pembayaran sampai dengan 15 hari. Rata-rata
pengumpulan piutang 40 hari. Yang memanfaatkan potongan tunai bertambah
menjadi 25% dan penjualan meningkat 20%, tambahan tenaga penjual 3 orang
dengan gaji per bulan Rp 1,7 per bulan per orang, piutang tak tertagih (bad
dept) 3%. Apakah perusahaan memperthankan kebijakan lama atau baru?
Solusi kasus PT Lesmana tersebut dapat disajikan dalam Tabel 9.4. Keterangan

Tabel 7.4:
·         *Marjin kontribusi = [1-(2,3/5)] = 54%
·         Perhitungan laba (rugi) atas kebijakan baru:
·         Tambahan marjin kontribusi
(Rp 4.860 – Rp 4.050)                        = Rp 810,00
·         Tambahan biaya modal
(Rp 75,9 – Rp 53,7625)                      = Rp 22,14
·         Tambahan pitang tak tertagih =
(202,5 –Rp 127,5)                               = (Rp 75,00)
·         Tambahan potongan tunai =
(Rp 90 – Rp 33,75)                             = (Rp 56,25)
·         Gaji tenaga penjual                             = (Rp 61,20)
·         Tambahan laba                                    = (Rp 595,41)
Kesimpulan Kebijakan baru adalah layak dijalankan karena ada tambahan laba
sebesar Rp 595,41.

TABEL 7.5
Solusi Kasus PT Lesmana
Keterangan Kebijakan Lama Kebijakan Baru
Penjualan Rp 7.500 (1+20%)(7.500)=Rp 9.000
Piutang 85% x 7.500 = Rp 6.375 75% x 9.000 = Rp 6.750
Tunai Rp 1.125 Rp 2.250
Perputaran (turnover) 360/30= 12 X 360/4 = 9X
Rata-rata piutang Rp 6.375/12= Rp 531,25 Rp 6.750/9 = Rp 750
Investasi pada piutang 46%xRp 531,25 =Rp 46% x Rp 750 = Rp 345
244,375
Biaya modal 22% x Rp 244,375 = Rp 22% x Rp 345 = Rp 75,9
53,7625
Piutang tak tertagih 2%xRp 6.375 = Rp 127,5 3% x Rp 6.750 = Rp 202,5
Potongan tunai 3% x Rp 1.125 = Rp 4% x Rp 2.250 = Rp 90
33,75
Marjin kontrobusi* 54% x Rp 7.500 54% x Rp 9.000 = Rp 4.860
Gaji tanpa penjual 3x 12 x Rp 1,7 = Rp 61,2

 7.6.1 Pengertian Anggaran Utang


Dimaksudkan dengan anggaran utang (payable anggaran) ialah Anggaran
yang merencanakan secara sistematis dan lebih terperinci tentang jumlah utang
beserta perubahannya dari waktu ke waktu (bulan ke bulan) selama periode tertentu
yang akan datang. Dari pengertian tersebut dapatlah diketahui bahwa anggaran
utang selain menunjukan jumlah utang perusahaan pada suatu saat tertentu, juga
menunjukan perubahanya (mutasinya), baik berupa tambahan utang baru, maupun
pengurangan utang sebagai akibat adanya pelunasan oleh perusahaan (sebagai
pihak debitur). (Munandar 1985)
Anggaran Utang adalah anggaran untuk memperoleh dan membayar utang.
Utang kebalikan dari piutang. Utang adalah kewajiban debitor (peminjam) untuk
melaksanakan sesuatu kepada kreditor (pemberi pinjaman) selama jangka waktu
tertentu. ( M.Nafarin, 2007 )
Pada umumnya utang perusahaan timbul dari terjadinya transaksi pembelian
bahan mentah dan bahan pembantu secara kredit untuk keperluan proses produksi.
Pembelian–pembelian secara kredit ini dilakukan karena dapat mengurangi
kebutuhan modal kerja perusahaan. Biasanya pembelian kredit semacam ini
dilakukan dengan para pedagang pemasok (suplier) yang memang sudah menjadi
langganan tempat membeli.

7.6.1 Kegunaan Anggaran Utang


Menurut Munandar, kegunaan pokok anggaran utang secara umum adalah sebagai
berikut:
a.Sebagai pedoman kerja
Anggaran utang memberikan arah dalam menentukan berapa jumlah utang
dan perubahannya (mutasinya), baik berupa tambahan utang baru, maupun
pengurangan utang sebagai akibat adanya pelunasan oleh perusahaan untuk jangka
waktu tertentu yang akan datang.
b.Sebagai alat manajemen untuk koordinasi kerja
Anggaran berfungsi sebagai alat manajemen untuk mengkoordinasikan kerja
seluruh bagian dalam perusahaan berkaitan dengan perencanaan jumlah utang
sehingga dapat mengurangi kebutuhan modal kerja perusahaan demi kelancaran
jalannya perusahaan menjadi lebih terjamin.
c.Sebagai alat menajemen untuk melakukan evaluasi atau pengawasan kerja.
Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk
menilai (evaluasi) realisasi jumlah utang perusahaan nanti. Dengan demikian
perusahaan dapat membandingkan antara apa yang tertuang dalam anggaran,
dengan apa yang telah dicapai sehingga dapatlah dinilai. Dari analisis perbandingan
tersebut akan dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan antara anggaran
dengan realisasinya.
Seringkali kegunaan umum semacam ini disebut sebagai kegunaan manjerial,
karena berkaitan erat dengan fungsi manajemen, terutama di bidang perencanaan
(planning), pengkoordinasian (coordinating), dan pengawasan (controlling).
Sedangkan secara khusus, anggaran utang berguna sebagai dasar untuk menyusun
Anggaran Kas, karena pelunasan utang tersebut akan merupakan pembayaran atau
pengeluaran yang mengurangi kas.

7.6.2 Manfaat anggaran utang


Anggaran utang sangat berguna untuk kemajuan perusahaan bila utang
tersebut dikelola dengan baik. Cara mengelola utang yang baik antara lain dengan
cara membuat anggaran utang. Dengan anggaran utang dapat diketahui saat utang
tersebut diterima dan saat utang dibayar.
Menambah utang jangka pendek maupun jangka panjang dimaksudkan untuk
ekspansi, yaitu memperluas kegiatan perusahaan, memperluas kegiatan produksi,
memperluas kegiatan pemasaran dengan tujuan memperoleh laba yang sebesar-
besarnya.
Utang jangka pendek digunakan sebagai modal kerja, yaitu untuk membiayai
kegiatan rutin sehari-hari seperti membeli bahan baku serta membayar gaji dan
upah. Dengan bertambahnya utang jangka pendek berarti bertambah pula bahan
baku yang dibeli atau barang dagangan yang dibeli.
Utang jangka panjang digunakan untuk membiayai asset tidak lancar seperti
memperoleh bangunan, mesin dan peralatan lainnya. Utang jangka panjang
diperlukan sebagai akibat bertambahnya kebutuhan utang jangka pendek untuk
modal kerja. Bahan baku bertambah berarti kegiatan produksi meningkat dan harus
diimbangi dengan menambah bangunan dan peralatan yang diperlukan dalam
proses produksi dimana ekspansi ini pembiayaannya bersumber dari utang jangka
panjang. Bila keperluan investasi seperti menambah bangunan adan alat produksi
dibelanjai dari utang jangka pendek, hal ini dapat mengganggu likuiditas dan
mengganggu kelancaran membayar kewajiban yang segera harus dibayar.
Dengan peningkatan kegiatan produksi dan pemasaran sebagai akibat peningkatan
pembelanjaan dengan utang dapat memperbesar laba. Dari segi pemasaran hal ini
dapat merebut peluang pasar, sedangkan dari segi produksi dapat menurunkan
harga pokok produk sehingga harga jual menjadi lebihrendah. Semakin tinggi tingkat
produksi maka semakin rendah biaya tetap per unit. Artinya semakin tinggi tingkat
produksi maka semakin banyak bahan baku yang dibeli dan semakin banyak bahan
baku yang dibeli maka semakin banyak kesmpatan untuk mendapatkan harga bahan
baku per unit yang lebih murah. Oleh karena itu, dapat menurunkan biaya variable
per unit, karena bahan baku sadalah salah satu unsure biaya variable yang pokok.
Hal tersebut akan memperbesar volume barang yang dijual dan dapat memperbesar
laba, yang pada akhirnya dapat meningkatkan rentabilitas ekonomis.

7.6.3  Faktor yang mempengaruhi anggaran utang


Factor yang mempengaruhi anggaran utang adalah :
a.Ekspansi
b. Struktur Modal

A.Ekspansi
Setiap perusahaan yang ingin menerapkan going concern atau tetap berjalan
dan sukses maka haruslah berusaha untuk dapat selalu berkembang.
Berkembangnya suatu perusahaan selalu menyangkut masalah pembelanjaan.
Perusahaan yang mengadakan ekspansi selalu membutuhkan tambahan modal.
Kebutuhan modal untuk keperluan ekspansi semakin lama semakin besar karena
sifat ekspansi perusahaan yang dilakukan scara berangsur-angsur.
Pada umumnya ekspansi hanya membutuhkan tambahan modal kerja karena
perusahaan bekerja pada kapasitas produksi yang sudah ada. Namun apabila
kemudian perusahaan harus menambah alat produksi atau membangun pabrik baru
maka kebutuhan modalnya akan bertambah. Pada ekspansi ini selain dibutuhkan
tambahan modal kerja juga dibutuhkan tambahan modal tetap. Dengan demikin
pengertian ekspansi itu dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan
modal kerja saja maupun modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap
dan terus menerus di dalam perusahaan. Perluasan modal ini dapat memperbesar
utang.
Apabila ekspansi perusahaan berdasarkan atas pertimbangan untuk
memperbesar atau menstabilisasi laba yang diperoleh, maka ekspansi tersebut
Karena motif ekonomi. Hal ini terjadi misalnya karena semakin besarnya permintaan
terhadap barang atau jasa yang dibuat oleh suatu perusahaan. Makin luas pasar
bagi produknya mendorong perusahaan tersebut untuk memperbanyak produksinya
guna mengimbangi tambahan permintaan atau tambahan luas pasar. Makin besar
jumlah produk yang dijual berarti makin besar kemungkinan perusahaan untuk
mendaat laba, sehingga setiap pemimpin perusahaan mempunyai harapan untuk
dapat selalu mengembangkan dan memperluas perusahaannya.
Disamping motif ekonomi atau motif rasional yang diuraikan diatas, terdapat motif
lainnya yaitu motif fsikologis. Motif psikologis adalah motif yang berdasarkan atas
ambisi personal dari pemilik atau pemimpin perusahaan untuk memperoleh prestise
dan kekuasaan yang lebih besar.
Masalah yang penting dalam ekspansi ialah masalah penentuanbesarnya
optimal perusahaan. Besarnya optimal perusahaan berbeda disetiap perusahaan
bahkan dalam satu perusahaanpun efisien maksimal dari tenaga kerja, modal dan
manajemen dapat berubah pada tingkat pertumbuhan yang berbeda. Besarnya
optimal perusahaan mungkin tercapai sebelum tercapainya efisiensi maksimal dari
tenaga kerja, tetapi sesudah tenaga kerja itu mencapai imbangan yang optimal
dengan modal. Imbangan yang paling baik antara pekerja ahli dengan pekerja kasar
mungkin terdapat pada luas produksi yang berbeda – beda. Besarnya optimal
perusahaan selalu berubah dan hal ini dipengaruhi oleh banyak factor, misalnya
besarya dari watak persaingan, berubahnya selera konsumen, serta kemajuan
teknologi atau konjungtur.

B. Struktur Modal
Dalam hubungan dengan struktur keuangan dan struktur kekayaan, dikenal
dengan adanya pedoman atau aturan struktur keuangan yang konservatif,
baik vertical maupun horizontal.  Aturan struktur financial (struktur keuangan )
konservatif yang vertical member batas imbangan yang harus dipertahankan
oleh suatu perusahan mengenai besarnya modal asing (utang) dengan modal
sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelajaan yang sehat itu pertama –
tama itu harus dibangun atas dasar atas dasar modal sendiri, modal yang
tahan resiko, maka aturan financial tersebut menetapkan bahwa besarnya
modal asing (utang) dalam keadaan bagaimanpun juga tidak melebihi
besarnya modal sendiri. Koefisien utang, yaitu angka perbandingan antara
jumlah modal dengan modal sendiri tidak melebihi 1:1. Setiap perluasan basis
modal  akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menanggung
risiko yang akan dibelanjainya. Pandangan ini terutama didasarkan pada
“prinsip keamanan”, hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
kreditor maupun terhadap perusahaan sendiri.
Aturan struktur financial konservatif yang horizontal memberikan batas imbangan
antara besarnya modal sendiri di satu pihak dengan besarnya aset tetapplus
sediaan dilain pihak.aturan tersebut menyatakan bahwa secara keseluruhan “aset
tetap”dan “sediaan” harus sepenuhnya ditutup atau dibelanjai dengan modal sendiri,
yaitu modal yang tetap tertanam di  dalam prusahaan. Dengan kata lain, besarnya
modal sendiri tidak boleh kurang atau lebih kecil dari jumlah aset tetap plus sediaan.
Dengan demikian, keadaan yang dianggap normal oleh aturan tersebut ialah
keadaan besarnya modal sendiri sama besarnya dengan jumlah aset tetap plus
sediaan.
Apabila jumlah modal sendiri lebih kecil atau kurang dari besarnya aset tetap
plus sediaan, berarti aset tetap tersebut “kurang tertutup” oleh modal sendiri,
sehingga besarnya modal sendiri tidak cukup untuk menjamin atau menutup aset
tetap tersebut. Aset tetap dan sediaan merupakan aset yang akan tetap terikat
dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama sehingga untuk mempelajari aset
tersebut juga diperlukan modal yang akan tetap tertanam dalam perusahaan, yaitu
dalam bentuk modal sendiri. Apabila besarnya modal sendiri lebih kecil dari aset
tetap plus sediaan, berarti bahwa sebagian dari aset tersebut dibelanjai dengan
modal asing. Apabila jangka waktu modal asing tersebut lebih pendek dari jangka
waktu terikatnya dana dalam aset tersebut, hal ini akan menganggu likuiditas
perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, apabila jumlah modal sendiri lebih
besar dari jumlah aset tetap tersebut, sehingga kelebihannya itu dapat digunakan
untuk menutup sebgian aset lancar.
Jadi, modal sendiri kecil maka besarnya utang (modal asing) juga
kecil,sebaliknya bila modal sendiri besar maka utang (modal asing) juga dapat
besar, tetapi tidak melebihi besarnya modal sendiri.
Sebagai contoh, perusahaan X mempunyai modal sendiri Rp. 100.000, aset lancar
Rp. 20.000 dan aset tak lancar Rp.80.000; sementara perusahaan Y mempunyai
modal sendiri Rp.60.000, aset lancar Rp. 10.000, aset tak lancar Rp. 50.000.
Perusahaan X dapat menambah utang maksimal Rp. 100.000, sedangkan
perusahaan Y dapat menambah utang maksimal Rp. 60.000
Selain itu ada factor lain yang mempengaruhin besar kecilnya anggaran utang akan
tergantung pada :
a. Anggaran Pembelian Material
                    Semakin besar kebutuhan material pada satu periode berarti
memerlukan pembelian material yang semakin besar sehingga kemungkinan untuk
tidak membayar dengan tunai akan semakin besar, karena kondisi keuangan yang
terbatas.
b.Syarat Pembayaran
                    Syarat pembayaran yang semakin lunak biasanya akan menjadikan nilai
utangyang akan diambil semakin besar. Syarat pembayaran akan meliputi tingkat
bunga, jangka waktu dan denda serta jatuh tempo pembayaran pada setiap bulan.
c.Tersedianya modal kerja dan kebijakan perusahaan dalam pembayaran utang
                    Bila modal kerja yang tersedia relatif besar maka sebagian besar
pembelianmaterial dan keperluan yang lain dilakukan secara tunai, sehingga akan
meminimkanutang yang akan diambil.
d.         Kepercayaan Suplier dan Bank 
Bila perusahaan cukup mendapatkan kepercayaan dari para suplier dan
pihak  pemberi kredit karena selama ini reputasinya cukup baik, maka akan lebih
mudahuntuk mendapatkan fasilitas kredit baik dari para suplier dan pihak bank untuk
masa-masa yang akan datang

7.7 Data Dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Utang


Adapun Data Dan Informasi yang diperlukan untuk menyusun budget utang antara
lain:
1.      Rencana pembelian bahan mentah atau bahan pembantu yang tertuang dalam
budget pembelian bahan mentah.
2.      Keadaan persaingan para pemasok bahan di pasar.
3.      Posisi perusahaan terhadap pihak pemasok bahan.
4.      Syarat pembayaran yang ditawarkan oleh pihak penjual.
5.      Tersedianya modal kerja perusahaan.

7.8 Ilustrasi Penyusunan Anggaran Utang


Penyusunan anggaran utang merupakan tanggung jawab departemen
keuangan. Langkah pertama, departemen keuangan bekerja sama dengan
departemen pembelian rutin untuk mengumpulkan data belian dan syaratnya.
Langkah kedua, menghitung anggaran utang usaha pada periode tertentu. Langkah
ketiga, menyusun anggaran utang usaha.
Untuk menyusun anggaran utang jangka panjang untuk keperluan investasi,
departemen keuangan bekerja dengan departemen produksi untuk mengumulkan
data alat produksi yang dibeli sebagai langkah pertama. Langkh kedua
mengumpulkan data jangka waktu kredit dan bunga serta pembayarannya, langkah
ketiga, menghitung dan menentukan besarnya anggaran utang.
Dalam hal penyusunan anggaran utang dibuat ilustrasi penyusunan anggaran
utang jangka pendek dan utang jangka panjang untuk kredit investasi.
A. Bentuk Anggran Utang
Sebagaimana halnya dengan anggaran-anggaran yang lain untuk anggaran utang
juga tidak mempunyai suatu bentuk standar yang harus dipergunakan ini berarti
masing-masing perusahaan mempunyai kebebasan untuk menentukan bentuk serta
formatnya sesuai dengan keadaan perusahaan masing-masing.
Berdasarkan syarat pembayaran yang ditawarkan oleh supplier bahan mentar untuk
tahun 2003, yaitu : 5/10. n/30,  PT Mayura menetapkan kebijaksanaan pembelian
bahan mentah sebagai berikut :
1.      Sebesar 40% dari transaksi pembelian dilakukan secara tunai sehingga
menerima potongan pembelian
2.      Sebesar 20% dari transaksi pembelian, dilakukan secara kredit dengan
pelunasan yang dilakukan pada bulan yang sama dengan bulan terjadinya transaksi
pembelian tersebut, dan sebelum batas waktu 10 hari, sehingga akan menerima
potongan pembelian
3.      Sebesar 30% dari transaksi pembelian, dilakukan secara krodit dengan
pelunasan yang dilakukan pada bulan yang sama dengan bulan terjadinya transaksi
pembelian tersebut, tetapi sudah batas waktu 10 hari, sehingga tidak akan
menerima potongan pembelian.

BAB VIII
ANGGARAN KAS

8.1  Pengertian Anggaran Kas


Anggaran kas adalah prediksi aliran keluar-masuknya uang yang direncanakan
perusahaan di dalam suatu periode tertentu, beserta penjelasan tentang sumber-
sumber penerimaan dan pengeluaran kas tersebut.
Kas mempunyai kedudukan yang sentral dalam upaya menjaga kelancaran
operasional perusahaan. Jumlah kas yang memadai sangat penting bagi kelancaran
usaha perusahaan sehari-hari. Jumlah kas yang kurang akan mengakibatkan tidak
terbayarnya kewajiban perusahaan atau terganggunya operasional perusahaan,
sedangkan jumlah kas yang berlebih akan mengakibatkan adanya jumlah kas yang
menganggur (idle) atau jumlah kas yang tidak produktif.
Anggaran kas adalah perencanaan mutasi dan posisi kas jangka waktu tertentu,
yang terdiri atas :
1.      Perencanaan penerima kas (aliran kas masuk)
2.      Perencanaan pengeluaran kas (aliran kas keluar)
3.      Penetapan sisa kas minimum
Sifat aliran kas, baik aliran masuk maupun aliran keluar, dapat bersifat kontinyu
artinya frekuensi penerima/pengeluaran kas yang sering diterima/dibayar oleh
perusahaan ataupun bersifat tidak kontinyu/insidentil artinya frekuensi
penerima/pengeluaran kas yang jarang diterima atau dibayar oleh perusahaan.
Contoh aliran kas masuk yang bersifat kontinyu misalnya penerima kas yang
berasal dari hasil penjualan produk secara tunai dan hasil pelunasan piutang.
Sedangkan contoh aliran kas masuk yang bersifat tidak kontinyu (insidentil)
misalnya; penerima kas yang berasal dari penyertaan pemilik perusahaan, penjualan
saham, penerima kredit bank, dan penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai
lagi.
Contoh aliran kas keluar yang bersifat kontinyu (rutin) misalnya pengeluaran kas
untuk pembelian bahan baku, pembayaran upah, gaji dan kesejahteraan karyawan,
pembayaran biaya listrik, air , telepon, dll. Sedangkan aliran kas keluar yang bersifat
tidak kontinyu (insidentil) misalnya; pengeluaran kas misalnya untuk pembayaran
bunga, pembayaran dividen, pembayaran pajak penghasilan, pembayaran angsuran
utang, pembelian kembali saham perusahaan dan pembelian aktiva tetap.

8.1.2 Pentingnya Anggaran Kas


Kas berfungsi untuk membayar semua aktivitas yang dilakukan perusahaan,
baik dalam operasi sehari-hari maupun untuk investasi. Karena itu, bagi perusahaan,
memiliki alat pembayaran dalam jumlah dan waktu yang tepat akan sangat
bermanfaat positif bagi perusahaan. Kekurangan uang akan menyebabkan
perusahaan tidak dapat membayar berbagai aktivitas operasi dan investasi.
Pembelian dan pembayaran bahan baku akan terganggu, pembayaran biaya tenaga
kerja akan terganggu, dan pembayaran biaya-biaya lain akan terganggu.
Sebaliknya, kelebihan uang pada suatu saat, melebihi kebutuhan perusahaan,
menyebabkan terlalu banyaknya uang yang menganggur, padahal seharusnya uang
tersebut dapat dikelola secara lebih optimal lagi untuk kepentingan perusahaan.
Karena itu, penting sekali bagi perusahaan untuk memiliki kas dalam jumlah dan
waktu yang tepat agar kas tersebut dapat dipergunakan secara optimal tanpa
mengganggu operasi perusahaan. Untuk kepentingan itulah, sangat perlu sekali
dibuat suatu perencanaan yang baik untuk melihat berbagai sumber penerimaan
dan pengeluaran kas perusahaan untuk suatu periode tertentu.
Rencana perusahaan yang berupa antisipasi tentang berbagai aktivitas yang
memerlukan uang dalam jumlah dan waktu yang diperkirakan serta antisipasi
tentang berbagai penerimaan uang dalam jumlah dan waktu yang diperkirakan
tersebut harus sekaligus menunjukkan sumber-sumber penggunaan dan
penerimaan kas. Setiap sumber penerimaan kas harus dapat dibuat taksirannya
tentang berapa banyak uang yang akan diperoleh dari setiap sumber tersebut dan
kapan uang tersebut akan diterima. Setiap sumber pengeluaran juga harus dapat
dibuat taksirannya tentang berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk aktivitas
tersebut dan kapan uang tersebut dibutuhkan.
Dari perbedaan jumlah dan waktu aliran dana yang diterima dan aliran dana
keluar tersebut, akan terlihat tingkat keseimbangan antara keduanya. Jika jumlah
uang yang akan diterima lebih besar dari jumlah uang yang akan dikeluarkan, cukup
dilihat waktu dibutuhkannya uang tersebut dan waktu dikeluarkannya uang tersebut.
Jika jumlah uang yang akan dikeluarkan lebih besar dari jumlah uang yang diterima,
maka perusahaan harus membuat efisiensi pada pos-pos yang memungkinkan. Jika
efisiensi telah dilakukan tetapi jumlah uang yang akan dikeluarkan tetap lebih besar
dari jumlah uang yang akan diterima, maka perusahaan perlu mengelola waktu
diterima dan dikeluarkannya kas tersebut, agar pada saat dibutuhkan uang tersebut
telah ada dalam anggaran kas.
Jadi pada dasarnya, tujuan dibuatnya anggaran kas adalah untuk memberikan
infomasi yang relevan tentang taksiran penerimaan dan pengeluaran kas
perusahaan pada suatu periode tertentu di masa mendatang.
Ada dua pendekatan pokok yang dapat dipakai dalam penyusunan anggaran
kas yaitu:
1.      Metode penerimaan dan pengeluaran kas (metode terpadu)
2.      Metode aliran kas menurut laporan perhitungan laba rugi (metode pendapatan neto
yang disesuaikan)
Dalam menyusun anggaran kas tentunya harus memperhatikan safety cash
balance. Safety cash balance merupakan jumlah kas minimal yang harus
dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada
setiap saat diperlukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya safety cash balance adalah :
1.         Perbandingan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar
2.         Penyimpangan aliran kas yang diperkirakan
3.         Adanya hubungan baik dengan pihak perbankan
8.2 Format Anggaran Kas
Walaupun tidak ada ketentuan baku tentang bagaimana seharusnya anggaran
kas disusun, tetapi terdapat suatu format yang dinilai baik dan sistematis tentang
penyusunan anggaran kas sekaligus laporan arus kas suatu perusahaan.
Format tersebut membagi arus kas kedalam 3 kelompok, yaitu

1. Aktivitas Operasi

Adalah berbagai aktivitas yang berkaitan dengan upaya perusahaan untuk


menghasilkan produk perusahaan sekaligus semua upaya yang terkait dengan
upaya menjual produk tersebut. Karena di dalam aktivitas ini tercakup beberapa
aktivitas utama, yaitu :
·      Penjualan Produk Perusahaan
Adalah semua penerimaan yang berasal dari penjualan tunai semua produk yang
menjadi sumber penghasilan perusahaan. Untuk perusahaan jasa adalah jasa yang
di jual perusahaan tersebut. Untuk perusahaan dagang adalah barang yang
diperjualbelikan perusahaan tersebut. Sedangakan perusahaan manufaktur adalah
barang yang di produksi dan di jual perusahaan tersebut. Penjualan produk tersebut
akan menghasilkan penerimaan bagi perusahaan.
·      Penerimaan Piutang
Adalah penerimaan yang bersal dari penjualan kredit yang dilakukan perusahaan.
Penjualan kredit menghasilkan piutang, pada saat piutang tersebut dibayar akan
menyebabkan penerimaan piutang bagi perusahaan.
·Pendapatan dari sumber luar usaha
Adalah pendapatan diluar penjualan produk perusahaan. Penjualan di luar produk
utama perusahaan akan mengakibatkan penerimaan kas bagi perusahaan.
·Pembelian bahan baku/barang dagangan
Adalah aktivitas pembelian bahan utama dari suatu produk yang dihasilkan
perusahaan manufaktur. Sedangkan pembelian barang dagangan adalah barang
yang dibeli perusahaan dagang untuk dijual lagi. Pembelian bahan baku atau barang
dagangan secara tunai adalah aktivitas pengeluaran
·Pembayaran biaya tengaga kerja
Adalah semua pembayaran upah orang yang terlibat secara langsung dalam proses
produksi. Pembayaran upah tenaga kerja merupakan aktivitas pengeluaran kas bagi
perusahaan.
·Pembayaran biaya-biaya overhead
Adalah pembayaran semua biaya produksi selain biaya tenaga kerja dan biaya
bahan baku.
·Pembayaran biaya-biaya pemasaran
Adalah semua aktivitas distribusi produk perusahaan sejak dari gudang perusahaan
sampai ke tangan konsumen. Aktivitas pembayaran biaya pemasaran merupakan
aktivitas pengeluaran kas perusahaan.
·Pembayaran biaya-biaya administrasi dan umum
Adalah semua pembayaran aktivitas operasi kantor dan umum. Pembayaran semua
biaya administrasi dan umum merupakan aktivitas pengeluaran kas perusahaan.
2. Aktivitas Investasi
Adalah berbagai aktivitas yang terkait dengan pembelian dan penjualan harta
perusahaan yang dapat menjadi sumber pendapatan perusahaan. Seperti
pembelian dan penjualan gedung, tanah, kendaraan, pembelian obligasi/saham
perusahaan lain.
3. Aktivitas Pembiayaan
Adalah semua aktivitas yang berkaitan dengan upaya untuk mendukung operasi
perusahaan dengan menyediakan kebutuhan dana dari berbagai sumbernya beserta
konsekuensinya. Misalnya penerbitan surat utang, penerbitn obligasi, penerbitan
saham baru, pembayaran dividen, pelunasan utang.

Contoh Aplikasi
Data anggaran pada PT. Demina untuk tahun 2012 sebagai berikut:

 Rencana penjualan sebagai berikut:

-      Januari                             Rp.     90.000.000


-      Februari                           Rp.     85.000.000
-      Maret                               Rp.     85.000.000
-      Triwulan II                       Rp. 250.000.000
-      Triwulan III                      Rp. 230.000.000
-      Triwulan IV                      Rp. 300.000.000

 Kerugian piutang tak tertagih sebesar 1%


 Sistematika pengumpulan piutang adalah:

Ø    75% pada bulan penjualan


Ø    15% pada satu bulan berikutnya
Ø    10% pada 2 bulan berikutnya
Ø    90% pada triwulan penjualan
Ø    10% pada triwulan berikutnya

 Saldo kas pada awal tahun adalah sebesar Rp. 15.000.000


 Rencana pengeluaran modal:

Ø    Membeli mesin pada bulan Maret sebesar Rp. 2.500.000 dan pada triwulan III sebesar
Rp. 30.000.000
Ø    Pembentukan dana untuk degung pada bulan Desember sebesar Rp. 30.000.000
Ø    Pembelian lainnya pada Februari sebesar Rp. 600.000 triwulan II dan III Rp. 500.000
dan triwulan IV sebesar Rp. 700.000

 Penerimaan dan Pengeluaran lainnya

Pendapatan Lainnya                         Pengeluaran lainnya


Januari                              Rp. 1.500.000         Rp. 2.000.000
Februari                              Rp. 1.000.000     Rp. 2.000.000
Maret                                  Rp. 1.000.000        Rp. 1.500.000
Triwulan II                 Rp. 3.000.000       Rp. 5.000.000
Triwulan III            Rp. 3.000.000     Rp. 5.000.000
Triwulan IV       Rp. 4.000.000    Rp. 6.000.000

 Pembelian Bahan Baku dan biaya tenaga kerja

Bahan Baku                         Tenaga Kerja


Januari                       Rp. 14.500.000                      Rp.   66400.000
Februari               Rp. 16.200.000                      Rp.   63200.000
Maret                Rp. 15.200.000         Rp.   65600.000
Triwulan II                     Rp. 46.400.000           Rp. 187100.000
Triwulan III                Rp. 39.300.000      Rp. 161100.000
Triwulan IV                Rp. 48.500.000          Rp. 198500.000

 Pengeluaran lainnya

Ø    Polis Asuransi pada bulan Juni sebesar Rp. 750.000


Ø    Pajak kekayaan bulan Februari sebesar Rp. 1.400.000
Ø    Fee Ahli hukum setiap bulan sebesar Rp. 150.000
Ø    Fee akuntan sebesar Rp. 2.500.000 pada bulan Februari

Penyelesaian
Tabel Penjualan
Total Penjualan Penjualan Piutang
Uraian Bad Debt
Penjualan Tunai Kredit Netto
Januari 90.000.000 63.000.000 27.000.000 270.000 26.730.000
Februari 85.000.000 59.500.000 25.500.000 255.000 25.245.000
Maret 85.000.000 59.500.000 25.500.000 255.000 25.245.000
250.000.000 175.000.00 75.000.000 750.000 74.250.000
230.000.000 0 69.000.000 690.000 68.310.000
Triwulan II
300.000.000 161.000.00 90.000.000 900.000 89.100.000
Triwulan III
0
Triwulan IV
161.000.00
0
1.040.000.00 728.000.00 312.000.00 3.120.000 3.08.880.00
Total
0 0 0 0

Tabel Anggaran Piutang


Uraian Jan Feb Maret Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Januari 20.047.500 4.009.500 2.673.000 - - -
Feb - 18.933.750 3.786.750 2.524.500 - -
Mar - - 18.933.750 6.311.250 - -
Tw II - - - 66.825.000 7.425.000 -
Tw III - - - - 61.4790.00 6.831.000
Tw IV - - - - - 80.190.000
Total 20.047.500 22.943.250 25.393.500 75.660.750 75.215.250 87.021.000

Anggaran Penerimaan Kas


Uraian Jan Feb Maret Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Piutang 20.047.500 22.943.250 25.393.500 75.660.750 75.215.250 87.021.000
Penjuala 63.000.000 59.500.000 59.500.000 175.000.000 161.000.000 210.000.000
n
1.500.000 1.000.000 1.000.000 3.000.000 3.000.000 4.000.000
Pdpt Lain
Total 84.547.500 83.443.250 85.893.500 253.660.750 239.215.250 301.021.000

Anggaran Pengeluaran Kas


Uraian Jan Feb Maret Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
P. Mesin - - 2.500.000 - 30.000.000 -
P. Dana - - - - - 30.000.000
Gedung
- 600.000 - 500.000 500.000 700.000
Pembelian Lain
2.000.000 2.000.000 1.500.000 5.000.000 5.000.000 6.000.000
Pengeluaran
lain 14.500.000 16.200.000 15.200.000 46.400.000 39.300.000 48.500.000
BBB 66.400.000 63.200.000 65.600.000 187.100.000 161.100.000 198.500.000
BTK - - - 750.000 - -
Polis Asuransi - 1.400.000 - - - -
Pajak Kekayaan 150.00-0 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000
Fee Ahli Hukum 2.500.000 - - - -
Fee Akuntan
Total 83.050.000 86.050.000 84.950.000 239.900.000 236.050.000 283.850.000

Anggaran Kas Sementara


Uraian Jan Feb Mar TW II TW III TW IV
Saldo Awal 15.000.00 16.497.500 13.890.750 14.834.250 28.595.000 31.760.250
0
Penerimaan 84.547.50 83.443.250 85.893.500 253.660.750 239.215.250 301.021.000
0
Tersedia 99.547.50 99.940.750 99.784.250 268.495.000 267.810.250 332.781.250
0
Pengeluaran 83.050.00 86.050.000 84.950.000 239.900.000 236.050.000 283.850.000
0
Saldo Akhir 16.497.50 13.890.750 14.834.250 28.595.000 31.760.250 48.931.250
0

Karena Perusahaan tidak mengalami kekurangan kas setiap bulan dan triwulannya,
maka anggaran kas sementara ini bisa langsung dijadikan anggaran kas final.
8.3Penyusunanan Anggaran Kas
Manfaat penyusunan anggaran kas bagi perusahaan adalah dapat diketahui
bilamana perusahaan dalam keadaan defisit dan keadaan surplus sebagai akibat
operasi perusahaan. Tahapan susunan anggaran kas adalah sebagai berikut :
Tahap pertama, menyusun taksiran penerimaan kas dan pengeluaran kas
menurut rencana operasional perusahaan.
Tahap kedua, menyusun taksiran kebutuhan dana yang diperlukan untuk
menutup defisit dan menyusun taksiran pembayaran bunga utang beserta waktu
pelunasan kembali utang tersebut. Atau menyusun taksiran pembelanjaan dana
karena adanya dana idle setelah diperhitungkan safety cash balance.
Tahap ketiga, menyusun kembali taksiran seluruh penerimaan dan pengeluaran
kas, yang merupakan anggaran kas final.
Terdapat dua macam anggaran kas yang diperlukan oleh perusahaan yaitu:
1.         Anggaran kas jangka pendek
Anggaran ini merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka
waktunya disesuaikan dengan anggaran tahunan. Anggaran ini juga berfungsi
sebagai alat pemberian otoritas kas keluar yang secara terus menerus disesuaikan
dengan arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya.
2.         Anggaran kas jangka panjang
Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun yang disesuaikan
dengan perencanaan perusahaan yang telah disusun. Anggaran ini berguna untuk
mengetahui kemampuan perusahaan menambah dana dari sumber-sumber internal
dan sekaligus memperkirakan saldo kas pada akhir setiap tahun anggaran.

8.4     Langkah-Langkah Penyusunan Anggara Kas


Tahapan penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut:
a.       Menyusun anggaran penagihan piutang.
b.      Menyusun anggaran penerimaan kas yang terdiri dari penerimaan tunai, penagihan
piutang dan penerimaan lainnya.
c.       Menyusun anggaran pengeluaran kas.
d.      Menyusun anggaran kas sementara, untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
defisit kas.
e.       Memperkirakan pembayaran, bunga dan menyusun skema pembayaran bunga
secara lengkap.
f.       Menyusun anggaran kas akhir.
Tujuan penyusunan anggaran kas antara lain adalah:
a.         Menunjukkan posisi kas pada akhir periode sehingga dapat diketahui apakah posisi
kas tersebut surplus atau defisit.
b.         Menunjukkan kebutuhan untuk mencari pinjaman jika terjadi defisit kas atau jumlah
kas pada akhir periode tidak mencukupi jumlah minimal kas yang disyaratkan.
c.         Mengkoordinasikan jumlah kas dalam hubungannya dengan:
·         Kebutuhan kas untuk menjamin ketersediaannya modal kerja
·         Penerimaan kas dari penjualan
·         Kebutuhan kas untuk investasi
·         Kebutuhan kas untuk pembayaran utang
d.      Menetapkan dasar perkreditan yang efektif jika perusahaan akan memberikan
fasilitas kredit bagi konsumennya.
e.       Pengendalian posisi kas,
BAB IX
ANGGARAN KOMPREHENSIF

9.1 PENGERTIAN ANGGARAN KOMPREHENSIF

Komprehensif artinya menyeluruh atau secara keseluruhan. Dalam menyusun


anggaran, perusahaan dapat melakukannya dengan dua cara, yakni secara
sebagian demi sebagian (partial) dan secara keseluruhan (comprehensive). Karena
itu dikenal Comprehensive Budget. Comprehensive budget (Anggaran
komprehensif) yakni penyusunan rencana perusahaan (Business budget) secara
keseluruhan.
Anggaran komprehensif merupakan anggaran dengan ruang lingkup yang
menyeluruh. Aktivitas yang tercakup dalam anggaran komprehensip mencakup
seluruh aktivitas perusahaan baik dalam bidang pemasaran, produksi, keuangan
dan administrasi.
Anggaran komprehensif dapat diartikan sebagai suatu catatan anggaran yang
bersifat menyeluruh atau penyusunan rencana perusahaan secara keseluruhan.
Penyusunan anggaran komprehensif akan mendatangkan manfaat berupa adanya
pendekatan secara sistematis terhadap kebijaksanaan manajemen, serta
mempermudah diadakannya evaluasi tujuan akhir perusahaan secara kuantitatif.
Dengan menyusun anggaran komprehensif juga membantu fungsi pengawasan
menjadi lebih dinamis terhadap pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan
manajemen.
Pengertian istilah ”Komprehensif” secara khusus di dalam penganggaran
suatu perusahaan dapat diartikan sebagai:
1.    Pemakaian secara lebih luas konsep penganggaran dalam setiap kegiatan
perusahaan.
2.    Pemakaian pendekatan secara menyeluruh dalam pelaksanaan kegiatan sehari-
hari. 
Sedangkan pedoman umum yang harus di perhatikan sebelum menyusun
suatu anggaran komprehensif adalah :
1.    Mengadakan spesifikasi terhadap tujuan yang luas dari perusahaan.
2.    Mempersiapkan rencana pendahuluan secara keseluruhan.
3.    Menyusun rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek.

9.2 SYARAT ANGGARAN KOMPREHENSIF

Dalam anggaran komprehensif memiliki dua syarat dalam manajerial, yaitu:


1.    Syarat yang pertama adalah Manajer telah menentukan pokok-pokok kebijakan
(rencana) jangka panjang.
2.    Syarat yang kedua manajer telah menetapkan pentahapan realisasi rencana jangka
panjang kedalam rencana jangka pendek secara berkesinambungan.

9.3 KOMPONEN ANGGARAN KOMPREHENSIF


Berdasarkan pedoman diatas, anggaran komprehensif dapat diuraikan
menjadi dua komponen, yaitu:
1.      Rencana Substantif (Substantive Plan)

Substantive Plan merupakan rencana yang mencerminkan tujuan apa yang


ingin dicapai oleh suatu perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, strategi yang dipakai serta asumsinya. Rencana substantif sedapat
mungkin disusun dalam bentuk yang formal sehingga dapat dijadikan pedoman yang
sungguh-sungguh bagi perusahaan. Secara umum rencana substantif dicirikan
dengan bentuk narasi atau rencana, bukan dalam bentuk bilangan rencana yang
biasanya dalam rencana keuangan.
1)    Tujuan umum perusahaan
2)    Sasaran khusus perusahaan
3)    Strategi perusahaan
4)    Instruksi perencanaan manajemen eksekutif (dasar-dasar perencanaan)
2.      Rencana Keuangan (Financial Plan)

Financial Plan merupakan penjabaran segala hal yang direncanakan tersebut


menjadi suatu anggaran yang memiliki perspektive keuangan. Dengan kata lain,
rencana keuangan merupakan usaha untuk mengkuantitaskan segala tujuan,
rencana dan kebijaksanaan perusahaan. Secara lebih jauh rencana keuangan
merupakan penyajian secara lebih terperinci semua tujuan, rencana dan strategi
tersebut untuk periode-periode waktu tertentu.
Berdasarkan pada jangka waktunya maka rencana keuangan dikelompokkan
menjadi:
1)     Anggaran Jangka Panjang (Strategic Plan)

Anggaran jangka panjang merupakan suatu perencanaan perusahaan untuk


jangka waktu yang lama, yakni lebih dari satu tahun atau bahkan lebih dari lima atau
sepuluh tahun. Penyusunan anggaran ini dilakukan sesuai dengan pola tujuan yang
telah disusun pada saat perusahaan didirikan. Perusahaan didirikan tidak hanya
untuk jangka waktu satu atau dua tahun saja. Karena itu perusahaan perlu
menyusun perencanaan yang menyeluruh tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukannya dalam jangka panjang. 
Rencana jangka panjang merupakan suatu kesatuan yang utuh darl rencana-
rencana yang disusun untuk kegiatan-kegiatan setiap tahun. Kadang-kadang
perusahaan yang tidak menyusun perencanaan jangka panjang akan mengalami
kesulitan dalam menyusun anggaran tahunan.
2)     Anggaran Tahunan (Tactical Plan)
Anggaran Tahunan merupakan perencanaan kegiatan-kegiatan tahunan
suatu perusahaan. Anggaran tahunan dikelompokkan menjadi:
a.      Anggaran Operasional
Anggaran operasional merupakan rencana seluruh kegiatan-kegiatan
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Umumnya tujuan perusahaan adalah
mendapatkan keuntungan. Anggaran operasional ini dibagi menjadi 2 bagian yakni:
a)      Anggaran proyeksi Rugi/Laba.  Dalam anggaran ini dihitung atau ditaksir besarnya
laba, baik menurut bagian, menurut jenis produk maupun laba yang merupakan
keseluruhan.
b)      Anggaran pembantu laporan Rugi/Laba (Income Statement Supporting Budget).
Anggaran ini meliputi seluruh anggaran kegiatan-kegiatan yang menyokong
penyusunan suatu laporan Rugi/ Laba (Income Statement), yakni:
v  Anggaran penjualan
Pada pokoknya anggaran ini akhirnya akan menggambarkan berapa revenue
yang diterima sebagai akibat dilakukannya penjualan-penjnalan pada periode yang
akan datang.
Anggaran penjualan ini meliputi data: 
·            Jenis produk yang dijual
·            Volume produk yang dijual
·            Harga produk per satuan
·            Wilayah pemasaran.
Anggaran penjualan akan menjadi dasar untuk penyusunan anggaran-
anggaran lainnya. Atau dengan kata lain anggaran-anggaran lainnya disusun
dengan terlebih dahulu memperhatikan rencana kegiatan penjualan. Perusahaan
tidak boleh begitu saja menyusun rencana produksinya. Apabila tidak
diperhitungkan, maka kemungkinan sebagian (sebagian besar) produk tidak dapat
terjual.
Dalam pelaksanaannya, penyusunan anggaran penjualan ini agak sulit
dilakukan, karena harus mempertimbangkan beberapa faktor pembatas, seperti
kemampuan menjual yang dimiliki perusahaan. Akibatnya penyusunan anggaran
penjualan memerlukan teknik forecasting (peramalan) yang tepat, yang membuat
estimasi kegiatan masa depan dengan mendasarkan diri pada pengalaman-
pengalaman masa lalu. Tentu saja perlu dieprhatikan pula kemungkinan terjadinya
perubahan-perubahan di masa yang akan datang seperti:
·            Perubahan selera konsumen
·            Perubahan tingkat harga
·            Penemuan-penemuan baru (kemajuan teknologi).
Kesalahan penyusunan anggaran penjualan akan berakibat anggaran-
anggaran lain juga ikut mengalami kesalahan-kesalahan, yang akhirnya merugikan
perusahaan.
v  Anggaran produksi
Anggaran ini disusun dengan memperhatikan segala kegiatan produksi, yang
diperlukan untuk menunjang anggaran penjualan yang telah disusun. Anggaran
produksi ini terdiri dari beberapa sub-anggaran (sub-budget) yakni:
·         Anggaran jumlah yang harus diproduksi
Rencana tentang jumlah produk yang harus dihasilkan dengan
memperhatikan terlebih dahulu anggaran penjualan, Persediaan awal dan
persediaan akhir tahun.
Contoh:
Rencana penjualan                         1.000 unit
Persediaan akhir                                100 unit (+)
Barang yang harus tersedia         1.100 unit
persediaan awal                                200 unit  (-)
Jumlah yang harus diproduksi      900 unit
·         Anggaran Bahan Mentah
Anggaran bahan mentah yang terdiri dari:
o   Anggaran kebutuhan bahan mentah (dalam unit).
o   Anggaran pembelian bahan mentah (dalam unit dan harga).
o   Anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan dalam produksi (dalam harga).
·         Anggaran Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya tenaga kerja yang secara langsung
dapat dikaitkandengan produksi barang. Dalam anggaran tenaga kerja langsung,
dicantumkan kebutuhan tenaga kerja baik kuantitas maupun biayanya. Atau dengan
kata lain, anggaran tenaga kerja langsung memerlukan dua input keputusan, yaitu:
o   Standar jam tenaga kerja langsung untuk setiap unit barang jadi.
o   Standar upah rata-rata per jam.
Kebutuhan tenaga kerja langsung dicantumkan sebagai jam kerja langsung
(JKL) untuk setiap unit produk.
·         Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Yakni anggaran semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk, selain biaya materi dan biaya tenaga kerja langsung.
v  Anggaran biaya distribusi dan promosi
Anggaran ini mencakup semua biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan dalam hubungannya dengan kegiatan memasarkan produk.Termasuk
ke dalamnya antara lain:
·         Biaya untuk para salesman, supervisor dan tenaga-tenaga penjualan lainnya.
·         Ongkos pengangkutan.
·         Biaya-biaya perjalanan.
·         Biaya iklan dan promosi.
·         Biaya administrasi penjualan.
·         Biaya penyusutan (depresiasi) peralatan distribusi.
·         Biaya asuransi dan lain-lain.
v  Anggaran biaya umum dan administrasi
Anggaran biaya umum adalah anggaran yang berisi semua biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk direksi dan stafnya, bagian keuangan dan
bagian administrasi. Anggaran administrasi yaitu anggaran yang berisi biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang usaha
perusahaan di luar kegiatan pabrik. Bersama-sama dengan anggaran distribusi,
maka anggaran biaya umum dan administrasi ini akan membentuk anggaran biaya
operasional (Operating Expenses Budget). 
v  Anggaran pengeluaran barang modal (capital expenditures budget)
Menggambarkan sejumlah penggunaan modal untuk ditanamkan pada aktiva
tetap perusahaan. Mencakup perencanaan perluasan pabrik, gedung baru,
pembelian mesin-mesin dan lain-lain.
v  Anggaran tipe apropriasi (anggaran pendukung anggaran lainnya)
Merupakan anggaran yang tidak dapat dikategorikan sebagai anggaran-
anggaran sebelumnya.
Contoh : anggaran pemeliharaan dan anggaran penelitian.
Dari anggaran yang telah disusun dapat ddibuat perkiraan pendapatan dan
biaya. Untuk itu dapat disusun perkiraan penjualan harga pokok penjualan produk.

b.      Anggaran Keuangan


Anggaran keuangan ini disusun sebagai akibat terjadinya perubahan
kekayaan, utang dan piutang perusahaan. Perubahan tersebut diakibatkan oleh
kegiatan yang dilakukan perusahaan.
Anggaran keuangan meliputi:
a)      Anggaran Proyeksi Neraca
Mencerminkan perkiraan semua aktiva dan passiva yang akan dimiliki
perusahaan pada akhir suatu periode produksi.
Aktiva:
v  Aktiva tetap.
v  Aktiva lancar.
Passiva:
v  Utang jangka pendek
v  Utang jangka panjang
v  Modal

b)      Anggaran Pembantu Proyeksi Neraca


Anggaran ini memerinci masing-masing pos yang ada didalam neraca,
terutama pos-pos yang berhubungan dengan masalah likuiditas perusahaan.
Anggaran pembantu proyeksi neraca meliputi:
v  Anggaran kas
Anggaran kas menunjukkan rencana sumber dan penggunaan kas selama
tahun anggaran, terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar.
Aliran kas masuk berasal dari:
·      Penjualan tunai.
·      Penagihan piutang.
·      Penerimaan-penerimaan lain (bunga deviden dan lain-lain).
·      Penjualan aktiva.
·      Penerimaan pinjaman.
Aliran kas keluar dapat berasal dari:
·         Pembelian bahan mentah.
·         Pembayaran upah tenaga kerja.
·         Macam-macam biaya yang dikeluarkan (biaya sewa, listrik, telepon, alat-alat tulis
dan lain-lain). Pengeluaran kas untuk biaya tidak sama dengan total biaya yang
sama yang tampak pada budget biaya karena ada biaya yang tidak memerlukan
pengeluaran kas, seperti biaya penyusutan, bad dept expense, jumlah biaya bukan
kas terlihat pada laporan rugi laba.
·         Pengeluaran-pengeluaran untuk biaya ekspansi (pembelian mesin baru, perluasan
bangunan pabrik dan lain-lain).
Dengan aliran kas masuk dan aliran kas keluar dapat diketahui posisi kas
(surplus atau defisit).
v  Anggaran piutang
Anggaran piutang mendasarkan diri pada anggaran penjualan. Dalam
kebijaksanaan penjulan produk, sebagian dilakukan dengan kredit.
v  Anggaran utang
Anggaran utang disusun dengan mendasarkan diri pada:
·         Besarnya pembelian kredit.
·         Besarnya bunga pinjaman yang perlu dibayarkan, dan lain-lain.
v  Anggaran penambahan modal
Anggaran penamabahan modal pada dasarnya disusun untuk jangka
panjang.
v  Anggaran penyusutan aktiva
Anggaran ini di perlu disusun secara khusus oleh perusahaan, karena
masing-masing aktiva tetap yang dimiliki perusahaan lebih dari satu, usia masing-
masing aktiva berlainan dan metode perhitungan masing-masing aktiva tetap
berlainan.
Anggaran operasional (operation budget) dan anggaran finansial (financial
budget) adalah bagian dari planing atau forecasting budget. Selain anggaran
forecasting, maka selanjutnya dalam anggaran komprehensif dikenal pula:
v  Anggaran variabel untuk berbagai biaya/ pengeluaran (variable expenses budget).
v  Data statistik pambantu (supplementary statistic).
v  Laporan anggaran kepada manajemen tentang pelaksanaan anggaran (internal
raport).

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert. N dan Vijay Govindarajan . 2005 . Management Control System . Jakarta :
Salemba Empat
Nafarin, Muhammad . 2000 . Penganggaran Perusahaan . Jakarta : Salemba Empat

AgusAhyari. (1989). Anggaran Perusahaan: Pendekatankuantitatif. (Buku I). Yogyakarta:


BPFE.

Asri Sw., Marwan. (1982). PeramalanPenjualan. Yogyakarta: PenerbitFakultasEkonomi UGM.

Munandar. (1989). Budgeting. (Edisi 1). Yogyakarta: BPFE.

Ridwan Iskandar Sudayat, SE: http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/91-


pengertian-
penjualan.pdf
Dra. NarumondangBulanSiregar, MM: http://library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-
narumondang.pdf

Syihab El Zahry: http://arie.ngeblogs.com/2010/01/04/anggaran-penjualan/


Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 1995. Anggaran Perusahaan 1. Edisi 3, Cetakan kedelapan.
Yogyakarta : BPFE UGM.

Apandi Nasehatun. 1999. Budget & Control : Sistem Perencanaan dan Pengendalian Terpadu.
Konsep dan Penerapan. Edisi 1. Jakarta : Penerbit Grasindo.

Ellen Christina dkk.2002.Anggaran Perusahaan.Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama

Munandar.1998. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja.


Edisi 1, Cetakan keduabelas. Yogyakarta : BPFE UGM

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=80022 , diakses pada tanggal 11 september 2013

Munandar,M. 1995. Budgeting. Yogyakarta : BPFE ± UGM.

Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Shim, Jae K., Joel, G Siegel. 2000. Budgeting. Jakarta : Erlangga.

Welch, G.A. 1993. Penyusunan Anggaran Perusahaan. Jakarta : Bumi.

Suci Made. 2017. Anggaran Perusahaan, singaraja.

Rahayu Sri, Andry. 2013. Penyusu anggaran perusahaan. Graha Ilmu Yogyakarta.

Rudianto. 2008. Penganggaran. Erlangga. Jakarta.

http://bagus-ahmad.blogspot.co.id/2016/01/penganggaran-anggaran-komprehensif.html

https://books.google.co.id/books?
id=8_dGZ7w3nsgC&pg=PA36&dq=anggaran+komprehensif&hl=id&sa=X&redir_esc
=y#v=onepage&q=anggaran%20komprehensif&f=false

https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/pengertian-definisi-manfaat-tujuan-
anggaran/anggaran-komprehensif-parsialal

Anda mungkin juga menyukai