PENGANGGARAN PERUSAHAAN
DIBUAT OLEH :
AGUNG PANGESTU (1501025098)
UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MANAJEMEN
BAB I
PENGERTIAN ANGGARAN
Dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran dengan
cara mempertimbangkan, hal-hal berikut ini:
a. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu rendah tidak menggambarkan
kedinamisan, sedangkan anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.
b. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan partisipasi top management (direksi).
c. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak merasa
tertekan, tetapi termotivasi.
d. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat
waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang merugikan dapat segera diantisipasi
terlebih dini.
Anggaran yang dibuat akan mengalami kegagalan bila hal-hal berikut ini tidak diperhatikan:
a. Pembuat anggaran tidak cakap, tidak mampu berpikir ke depan tidak memiliki wawasan
yang luas.
b. Kekuasaan membuat anggaran tidak tegas.
c. Pelaksana tidak cakap.
d. Tidak didukung oleh masyarakat.
e. Dana tidak cukup.
Anggaran memang berkaitan secara unik dengan system akuntansi perusahaan dalam hal-hal:
a. Komponen keuangan dari suatu anggaran yang umumnya disusun dalam suatu format
akuntansi.
b. Anggaran perusahaan mempunyai kaitan erat dengan akuntansi manajemen, yaitu berupa
akuntansi harga pokok standar, akuntansi harga pokok variabel.
c. Akuntansi keuangan mencatat transaksi waktu yang lalu, sedangkan anggaran perusahaan
mencatat transaksi waktu akan datang.
d. Untuk memperbandingkan anggaran dengan realisasi diperlukan data yang dihasilkan olek
akuntansi keuangan.
e. Akuntansi keuangan memberikan input-input data historis yang relevan terutama untuk
tujuan-tujuan analisis dalam pengembangan anggaran perusahaan.
Dasar untuk Evaluasi Kinerja. Anggaran mencerminkan suatu komitmen dari pembuatan
-nya dengan atasannya. Oleh karena itu, anggaran menjadi tolak ukur (bencmark) di mana
kinerja aktual kelak akan dibandingkan terhadapnya. Komitmen dapat berubah bila asumsi-
asumsi yang mendasarinya juga berubah, namun demikian, anggaran merupakan titik awal
yang paling baik dalam menilai kinerja.
Proses persiapan anggaran harus dibedakan dari Strategi Perencanaan dan Peramalan.
Contoh dari peramalan adalah yang dibuat oleh bendahara kantor untuk membantu
perencanaan keuangan. Peramalan tersebut termasuk dalam penentuan pendapatan, beban dan
item lain yang mempengaruhi arus kas. Bendaharawan, bagaimanapun juga, tidak
bertanggung jawab dalam penjualan, pengeluaran atau item lain yang berkaitan dengan
peramalan. Peramalan keuangan tidak jelas oleh manajemen puncak; dapat berubah dalam
waktu seminggu atau harian, tanpa persetujuan dari pejabat tinggi; dan biasanya perbedaan
antara kenyataan dan peramalan tidak analisis.
Dari tampilan diatas menunjukkan isi dari anggaran operasi dan perbedaannya dengan
tipe lain dari dokumen perencanaan; rencana stratejik; dan anggaran modal, anggaran kas dan
anggaran neraca. Jumlahnya adalah jumlah dolar yang direncanakan pada tahun itu,
bersamaan dengan jumlah kuantitatif.
Dalam organisasi yang lebih kecil, terutama yang tidak mempunyai unit bisnis,
keseluruhan anggaran mungkin cukup satu halaman saja. Dalam organisasi yang lebih besar,
ada halaman ringkasan, dan halaman lain yang berisi detail bisnis unit , plus penelitian dan
pengembangan, dan pengeluaran umum administratif. Item pendapatan disusun pertama,
karena itu merupakan item pertama dalam laporan pendapatan dan juga karena jumlah
anggaran pendapatan mempegaruhi jumlah banyak item lainnya.
1.5.1 Organisasi
Departemen Anggaran. Departemen anggaran, yang biasanya melaporkann kepada
pengawas perusahaan, menyusun arus informasi dari sistem pengontrolan anggaran.
Departemen anggaran melakukan beberapa fungsi berikut ini :
1. Mengeluarkan bentuk dan prosedur untuk persiapan anggaran.
2. Mengkoordinasi dan mengeluarkan perkiraan dasar ke seluruh perusahaan yang akan
menjadi dasar bagi anggaran.
3. Memastikan bahwa informasi disampaikan dengan baik antar unit perusahaan yang terkait.
4. Menganalisis anggaran yang diajukan dan mengajukan usulan, pertama kepada pembuat
anggaran dan kemudian pada senior manajemen.
5. Menyusun proses pembuatan perbaikan anggaran selama tahun tersebut.
6. Mengkoordinasi pekerjaan dari departemen anggaran eselon yang lebih rendah.
7. Menganalisis laporan pekerjaan terhadap anggaran, mengartikan hasilnya dan menyiapkan
ringkasan untuk senior manajemen.
Panitia Anggaran. Panitia anggaran terdiri dari anggota senior manajemen, seperti kepala
bagian eksekutif, kepala bagian operasi dan kepala bagian keuangan. Panitia anggaran
melakukan peranaan yang penting. Mereka menilai dan juga menyetujui dan menyesuaikan
tiap anggaran. Dalam perusahaan yang besar, panitia anggaran mungkin hanya sampai pada
pejabat pelaksana senior yang menilai anggaran untuk unit bisnis atau group anak
perusahaan.
1.5.4 Negosiasi
Pembuatan anggaran membahas anggaran yang diajukan dengan atasannya. Ini pusat
kegiatan dari proses. Atasan cenderung menilai validitas dari tiap penyesuaian. Biasanya,
pertimbangan yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran tahunan merupakan perkembangan
dari pelaksanaan dari tahun sebelumnya. Atasan mengenali bahwa ia akan menjadi pembuat
anggaran pada level selanjutnya dalam proses pembuatan anggaran dan karena itu harus
mempertahankan anggaran yang telah disetujui.
1.7.1 Simulasi
Simulasi adalah metode yang membuat model dari situasi yang sebenarnya dan memanipulasi
model ini dengan jalan tertentu untuk menggambarkan beberapa kesimpulan tentang situasi
yang sebenarnya. Persiapan dan pemeriksaan anggaran adalah proses simulasi. Dengan
simulasi komputer, manajemen senior dapat menanyakan apa efek dari beberapa tipe
perubahan yang berbeda dan akan mendapatkan jawabannya seketika.
Selain itu menurut Darsono dan Ari Purwanti (2008:15) anggaran penjualan adalah :
“Anggaran Penjualan ialah rencana pendapatan (revenue) perusahaan dalam kurun waktu satu
tahun atau lebih ”.
Menurut Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:45) pengertian anggaran penjualan
adalah sebagai berikut :
Anggaran Penjualan ialah budget yang direncanakan secara lebih terperinci penjualan
perusahaan selama periode yang akan datang yang di dalamnya meliputi rencana tentang
jenis (kualitas) barang yang akan di jual, jumlah (kuantitas), harga barang, waktu penjualan
serta tempat atau daerah penjualannya.
Dari pengetian tersebut, jelaslah bahwa budget penjualan hanyalah merupakan salah
satu bagian saja dari seluruh rencana perusahaan di bidang pemasaran (sales planning).
Beberapa rencana perusahaan di bidang pemasaran yang lain misalnya:
1. Rencana tentang sasaran atau tujuan pemasaran selama periode yang akan datang, seperti
misalnya mencapai laba maksimal, penetrasi pasar ( market penetration ), pengembangan
pasar (market develovment), mempertahankan market share, memperkenalkan produk baru,
dan sebagainya.
2. Rencana tentang organisasi penjualan yang akan dipergunakan selama periode yang akan
datang.
3. Rencana tentang saluran disrtibusi yang akan dipergunakan selama periode yang akan datang.
4. Rencana tentang biaya distribusi selama periode yang akan datang.
5. Rencana tentang media-media promosi yang akan dipergunakan selama periode yang akan
datang.
6. Rencana tentang biaya promosi selama periode yang akan datang.
7. Rencana tentang pengembangan produk selama periode yang akan datang, dan sebagainya.
Menurut M. Nafarin (2007 : 169), bahwa anggaran penjualan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya:
1. Faktor Pemasaran
Luas pasar, apakah bersifat lokal, regional, nasional,atau internasional; keadaan persaingan,
apakah bersifat monopoli, oligopoli, atau bebas; keadaan konsumen, bagaimana selera
konsumen apakah konsumen akhir atau konsumen industri.
2. Faktor Keuangan
Yang perlu diperhatikan perusahaan antara lain mengenai kemampuan modal kerja
mendukung pencapaian target penjualanyang dianggarkan, seperti untuk membeli bahan
baku, membayar upah, biaya promosi produk dan lain-lain.
3. Faktor Ekonomis
Yang perlu diperhatikan perusahaan antara lain dengan meningkatnya penjualan berarti
meningkatkan laba (rentabilitas) atau sebaliknya.
Yaitu seperti kebijakan membuat produk dengan kualitas nomor satu sehingga kesempatan
untuk menjual produk nomor dua dan nomor tiga menjadi tertutup
7. Faktor Teknis
Apakah kapasitas seperti mesin dan alat mampu memenuhi target penjualan yang
dianggarkan apakah bahan baku dan tenaga kerja mudah dan murah.
8. Faktor Lainnya
Apakah pada musim tertentu anggaran penjualan ditambah, apakah kebijaksanaan pemerintah
tidak berubah sampai lama anggaran yang disusun harus dapat dipertahankan.
Sedangkan ada dua faktor lagi yang akan disebutkan dan harus dipertimbangkan dalam
penyusunan anggaran penjualan menurut Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:45) yaitu:
1. Faktor Intern
Yang termasuk dalam faktor intern adalah data, informasi, dan pengalaman yang terdapat
didalam perusahaan sendiri. Faktor- faktor tersebut yaitu:
a. Penjualan tahun-tahun yang lalu meliputi baik kualitas, kuantitas, harga, waktu maupun
tempat penjualannya.
b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penjualan, seperti tentang
pemilihan saluran distribusi, pemilihan media-media promosi, cara penetapan harga jual dan
sebagainya.
c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan serta kemungkinan perluasannya diwaktu yang
akan datang.
d. Tenaga kerja tersedia, baik jumlahnya maupun keterampilan dan keahliannya, kemungkinan
pengembangannya diwaktu yang akan datang.
e. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan, serta kemungkinan perluasannya diwaktu
yang akan datang.
2. Faktor Ekstern
Yang termasuk dalam faktor ekstern adalah data, informasi, dan pengalaman yang terdapat
di luar perusahaan, tetapi di sana mempunyai pengaruh terhadap budget penjualan
perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:
Menurut Welsch Hilton dan Gordon (2000 : 175), periode anggaran penjualan:
Anggaran penjualan yang waktunya sesuai dengan corporate plan, anggaran penjualan jangka
panjang biasanya dalam jumlah tahunan dan menyangkut analisis mendalam mengenai
potensi pasar di masa mendatang yang dapat diakibatkan oleh perubahan populasi, keadaan
perekonomian dan lain-lain.
2. Anggaran Penjualan Jangka Pendek (Tactical Sales Plan)
Anggaran penjualan yang periodenya biasanya hanya mencangkup satu tahun atau dua belas
bulan, lalu dirinci lagi dalam triwulan atau bulanan. Anggaran penjualan jangka pendek harus
disusun berdasarkan daerah pertanggung jawaban untuk memudahkan perencanaan dan
pengendaliannya.
Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu diperhatikan menurut M. Nafarin
(2007 : 176), yaitu:
3. Membuat taksiran (ramalan penjualan) tiap jenis produk yang akan dijual dan penentuan
produk yang akan dijual pada daerah tertentu.
Tidak ada suatu bentuk standar yang harus dipergunakan oleh perusahaan jika akan
menyusun budget penjualan. Ini berarti tiap-tiap perusahaan mempunyai kebebasan untuk
menentukan bentuk serta formatnya. Namun harus mencakup rencana tentang jenis (kualitas)
barang yang akan dijual, jumlah (kuantitas) barang yang akan dijual, harga barang yang akan
dijual, waktu penjualan serta tempat (daerah) penjualan.
2.7 Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyusunan Anggaran Penjualan
c. Diskriminasi harga
Didalam penentuan harga jual produk, terdapat beberapa perusahaan yang menetapkan
harga yang sama bagi penjualan produknya untuk seluruh daerah pemasaran yang ada.
Namun demikian tidak disangkal pula bahwa terdapat beberapa perusahaan yang menerapkan
kebijakan diskriminasi harga untuk daerah yang berbeda. Untuk perusahaan-perusahaan
semacam ini harga yang dapat ditentukan untuk masing-masing daerah pemasaran tersebut
harus jelas sehingga dapat diketahui dan diawasi pelakksanaannya dengan mudah. Jika harga
untuk masing-masing daerah pemasaran ini tidak dijelaskan maka penjualan produk
perusahaan tersebut akan mengalami beberapa kesulitan didalam pemantauannya, karena
terdapat beberapa harga yang berbeda antara satu daerah dengan daerah pemasaran yang
lainnya.
d. Potongan harga
Didalam pelaksanaan penjualan produk perusahaan sangat sering dijumpai adanya
potongan harga. Bagi pembeli atau distributor yang membeli dalam jumlah tertentu, atau
pembayarannya dengan jangka waktu tertentu seringkali mendapatkan perlakuan harga yang
berbeda. Untuk memudahkan pengawasan penjualan produk perusahaan ini, maka didalam
anggaran yang disusun seharusnya disebutkan seberapa banyak potongan yang akan
diberikan oleh perusahaan sehubungan dengan pembelian dengan persyaratan-persyaratan
khusus tersebut. Pengawasan pemberian potongan pembelian ini akan lebih mudah apabila
perusahaan telah mempersiapkan didalam anggaran yang ddisusun tersebut. Bagi perusahaan-
perusahaan dimana potongan pembelian ini merupakan hal yang rutin, misalnya dihubungkan
dengan waktu pembayaran, maka lebih baik bila anggaran penjualan yang disusun tersebut
dilengkapi dengan anggaran potongan pembelian. Pelaksanaan penyusunan anggaran ini
dapat disusun sendiri atau berdiri sendiri, namun tidak jarang pula yang langsung
digabungkan dengan anggaran penjualan yang ada.
e. Pada umumnya anggaran penjualan ini disusun untuk satu periode atau satu tahun. Namun
untuk keperluan perencanaan, koordinasi dan pengawasan dalam perusahaan tersebut
selayaknya anggaran penjualan yang disusun ini juga dilengkapi dengan rincian penjualan
bulanan. Bahkan beberapa perusahaan yang mendasarkan penyusunan anggaran penjualan
dari pada pengecer, agen dan distributor, tidak jarang disusun perencanaan penjualan produk
perusahaan perbulan dahulu baru kemudian dijadikan perencanaan tahunan dengan jalan
menjumlahkan seluruh penjualan bulanan yang ada. Namun bagi perusahaan yang menyusun
peramalan penjualan tahunan, pada umumnya pemecahan perencanaan penjualan bulanan ini
akan dilaksanakan atas dasar pola penjualan bulanan yang telah ada dari beberapa periode
yang telah lalu. Atas dasar pola ini ditentukan berapa besarnya jumlah penjualan perbulan
pada periode yang bersangkutan.
Semakin jelas anggaran penjualan dalam perusahaan tersebut disajikan, semakin mudah
pula manajemen perusahaan yang bersangkutan melaksanakan koordinasi dan pengawasan
kegiatan penjualan perusahaan ini.
Ketika ingin menyusun anggaran penjualan, terlebih dahulu harus melihat data penjualan
pada periode yang lalu.
Contoh : PT. Usaha Maju yang berdiri pada tahun 2009 adalah perusahaan yang
memproduksi berbagai macam jenis boneka. Dalam menyusun anggaran penjualan PT. Usaha
Maju mengumpulkan data penjualan tahun lalu.
Pada bulan Desember 2012, PT. Usaha Maju menjual produknya sebesar 16.000 unit dan
penjualan industri pada saat itu 50.000 unit. Pada bulan Januari, Februari dam Maret tahun
2013 mengalami kenaikan penjualan industri sebesar 5%, 10%, dan 5%. Pangsa pasar untuk
ketiga bulan tersebut sama seperti tahun sebelumnya.
Caranya :
Menurut Welsch Hilton dan Gordon (2000 : 174), manfaat anggaran penjualan:
3. Untuk memberikan informasi penting berisi pembentukan elemen lain dari rencana laba
yang menyeluruh.
Menurut Tendi Haruman & Sri Rahayu (2007:45) tujuan penyusunan anggaran penjualan
adalah :
“ Untuk merencanakan setepat mungkin tingkat penjualan pada periode yang akan datang
dengan memperhatikan data yang merupakan pencerminan kejadian yang dialami perusahaan
di masa lalu, khususnya di bidang penjualan “.
“ Sebagai pedoman kerja, alat koordinasi dan pengawasan kerja serta sebagai dasar bagi
penyusunan budget-budget lainnya “.
Fungsi dari anggaran penjualan dalam suatu perusahaan dapat disimpulkan yaitu:
1. Anggaran penjualan adalah dasar perencanaan atas kegiatan perusahaan pada umumnya.
2. Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan setiap pelaksanaan divisi
pemasaran.
3. Anggaran penjualan sebagai alat pengorganisasian.
4. Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi manajemen.
BAB III
ANGGARAN PERUSAHAAN
Berjangka Waktu
3.2. BERJENJANG
Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk
selamanya. Perancanaan produksi harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang. Artinya,
perencanaan produksi akan bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai
perencanaan produksi level rendah, di mana perencanaan produksi pada level yang lebih
rendah adalah merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengelompokan perencanaan produksi atas dasar jangka, maka dapat dijelaskan
secara lebih mendalam sebagai berikut:
Pemilihan jenis perancangan produksi yang tepat bagi suatu perusahaan bergantung
kepada beberapa faktor, yaitu faktor eksternal berupa pangsa pasar yang diraih, struktur
ekonomi, dan lainnya serta faktor internal berupa ide manajemen dalam menghadapi
tantangan ke depan, ketersediaan tenaga ahli dan pelaksanaanya, dan lainnya. Yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan jenis perencanaan produksi tersebut adalah untuk berapa
lama perencanaan produksi tersebut disiapkan. Dalam hubungannya dengan horizon waktu
perencanaan, maka perencanaan produksi dapat dibagi menjadi perencanaan produksi jangka
panjang, perencanaan produksi jangka menengah, dan perncanaan produksi jangka pendek.
Masing-masing tipe perencanaan produksi tersebut akan berbeda dalam macam informasi
yang menjadi inputnya, jangkauan keterbatasan yang dimiliki, serta jumlah variabel yang
dapat dikontrol oleh pihak manajemen.
TERPADU
Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor, seperti bahan baku, mesin dan
peralatan, tenaga kerja, dan waktu. Kesemua faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan
yang direncanakan dalam mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan.
Masing-masing faktor tidak direncanakan sendiri-sendiri sesuai dengan keterbatasan yang
ada pada masing-masing faktor yang dimiliki perusahaan, tetapi dibuat dengan mengacu pada
satu rencana terpadu untuk produksi. Rencana produksi tersebut juga harus terkait dengan
rencana-rencana lain yang berpengaruh langsung terhadap rencana produksi, seperti
pemeliharaan, rencana tenaga kerja, rencana pengadaan material, dan sebagainya.
Keterpaduan tersebut tidak hanya secara horizontal saja, tetapi juga secara vertikal.
Hal tersebut berarti rencana jangka pendek harus mengacu pada rencana jangka menengah
dan rencana jangka menengah harus terpadu dengan rencana jangka panjang, demikian juga
sebaliknya.
BERKELANJUTAN
Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan masa
berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya, maka harus dibuat rencana baru
untuk periode waktu berikutnya lagi. Rencana baru tersebut harus dibuat berdasarkan hasil
evaluasi terhadap rencana sebelumnya. Hal yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan,
yang telah dihasilkan dan bagaimana perbandingan hasilnya dengan target yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, rencana baru tersebut merupakan kelanjutan dari rencana yang
dibuat sebelumnya.
TERUKUR
Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu dimonitor
untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Untuk
mengetahui ada tidaknya penyimpangan, maka rencana produksi harus menetapkan suatu
nilai yang harus diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada
tidaknya penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target produksi yang bisa
dinyatakan dalam satuan unit produk, kilogram, lusin dan lain-lain. Jika dalam realisasinya
nanti tidak memenuhi target produksi, maka dengan mudah dapat diukur berapa besar
penyimpangan tersebut, sehingga hasilnya dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
menyusun rencana berikutnya.
REALISTIS
Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di
perusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistis untuk dapat
dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat. Jika
rencana produksi dibuat terlalu muluk tanpa memperhitungkan kondisi yang ada
padaperusahaan, maka perencanaan yang dibuat tidak akan berguna karena target produksi
yang ditetapkan sudah pasti tidak dapat dicapai. Selain itu penyimpangan pelaksanaannya
tidak akan dapat diketuahui karena pelaksanaanya tidak akan pernah tepat sesuai dengan
rencana. Dengan membuat rencana yang realistis, maka akan dapat memotivasi pelaksana
uuntuk berusaha mencapai apa yang telah disusun pada rencana tersebut.
AKURAT
Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi yang akurat tentang kondisi
internal dan eksternal sehingga angka-angka yang dimunculkan dalam target produksi dapat
dipertanggungjawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi akan
berakibat fatal terhadap rencana produksi yang disusun. Demikian pula perhitungan yang
dilakukan dalam penetuan nilai variabel produksi berdasarkan nilai parameter produksi harus
dilakukan seteliti mungkin, sehigga tidak akan terjadi kesalahan yang sama.
MENANTANG
Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal tersebut bukan
berarti rencana produksi harus menetapkan target yang dengan mudah dapat dicapai. Rencana
produksi yang baik harus menetapkan target yang dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-
sungguh.
Secara sederhana, pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dibuat
untuk menjaga agar realisasi dari suatu aktivitas sesuai dengan yang direncanakan. Oleh
karena itu, pengendalian terdiri atas prosedur-prosedur untuk menetukan penyimpangan dari
rencana yang telah ditetapkan dan tindakan–tidakan perbaikan yang diperlukan untuk
mengeliminasi penyimpangan tersebut.
Hasil pencatatan dari pelaksanaan produksi harus dibandingkan dengan rencana / target yang
telah ditetapkan sebelumnya untuk dijadikan dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya.
Bila terjadi penyimpangan yang cukup berarti, maka harus dilakukan langkah-langkah
perbaikan.
Jika tidak terjadi penyimpangan yang cukup berarti maka tidak perlu diadakan
langkah-langkah perbaikan. Karena itu target yang dibuat harus menyertakan batas kewajaran
dalam penyimpangan yang masih ditoleransikan, sehingga suatu target biasanya diberikan
dalam bentukinterval dengan batas atas dan batas bawah yang lebarnya sangat bergantung
kepada besarnya variasi dari besaran yang dikendalikan.
BAB IV
ANGGARAN PRODUKSI
BAB V
ANGGARAN BAHAN BAKU
5.1.2 Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan
baku adalah:
Rencana produksi yang tertuang dalam anggaran yang akan diproduksi. Khususnya
tentang jumlah dari masing-masing jenis barang yang akan diproduksi dari waktu ke
waktu selama periode tertentu.
Berbagai standar pemakaian bahan baku dari masing-masing bahan baku
untuk proses produksi, yang ditetapkan dan berlaku di perusahaan. Standar
pemakaian bahan baku diperlukan untuk mengendalikan efisiensi pemakaian bahan
baku (controlling).
Ada 2 metode yang menetapkan standar data dan informasi dalam
perusahaan, yaitu:
a. Data historis atau data pengalaman diwaktu-waktu yang telah lalu.
Caranya adalah dengan melihat jumlah unit yang dihasilkan di suatu waktu yang lalu
dan kemudian membandingkan dalam satuan jumlah satuan unit bahan mentah
yang habis terpakai untuk waktu produksi pada bulan tersebut, maka dari hasil itu
dapat diketahui penggunaan bahan mentah rata-rata untuk unit produk.
b. Data penelitian khusus. Pada data penelitian khusus dengan mengabaikan
data pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Cara ini misalnya dapat dilakukan
dengan :
Mengukur secara fisik barang jadi yang telah selesai diproduksi, agar dapat
diketahui jumlah satuan unit bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan produk
tersebut. Misalnya PT. Charisma yang bergerak dalam produksi mebel akan
menghasilkan meja dan kursi. Maka, hal yang dilakukan adalah mengukur meja dan
kursi yang telah selesai diproduksi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kebutuhan bahan baku berupa kayu yang dipakai.
Melakukan penelitian dan pengukuran secara laboratories terhadap produk yang
dihasilkannya. Hal ini biasanya dipakai pada barang atau produk yang tidak mudah
diukur penggunaan bahan baku secara visual, tanpa bantuan alat khusus, Misal
obat-obatan, minuman, kosmetik, dll.
Manfaat dari anggaran kebutuhan bahan baku berguna sebagai dasar untuk
penyusunan Anggaran Pembelian Bahan Baku dan Angaran Biaya Bahan Baku.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan kebutuhan anggaran
bahan baku, yaitu:
ü Anggaran Unit yang akan Diproduksi, khususnya rencana tentang jenis
(kualitas) dan jumlah (kuantitas) barang yang akan diproduksi dari waktu
ke waktu selama periode yang akan datang. Semakin besar jumlah unit
yang akan diproduksi, akan semakin besar pula jumlah unit bahan bakunya,
semakin kecil jumlah unit yang akan diproduksi, akan semakin kecil pula
jumlah unit bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi.
Berbagai standar pemakaian bahan ( Standard Usage Rate ) dari
masing-masing jenis bahan baku untuk proses produksi yang telah
ditetapkan perusahaan. Dalam rangka mengetahui jumlah unit bahan baku
yang dibutuhkan untuk proses produksi, pada umumnya perusahaan
telah menetapkan standar-standar pemakaian tiap-tiap jenis bahan baku. Untuk
menetapkan angka-angka standard ini dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu :
1. Dengan cara yang mendasarkan diri pada data historis
atau pengalaman dari periode waktu yang lalu. Dengan membandingkan antara
jumlah produk yang dihasilkan pada suatu periode dengan jumlah bahan baku
yang digunakan untuk berproduksi pada periode yang sama.
2. Dengan cara yang mendasarkan diri pada penelitian-
penelitian khusus di dalam pabrik atau dengan melihat angka penggunaan rata-rata
yang ditentukan secara statistik.
1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu (dapat dilihat pada
Anggaran Produksi).
2.Volume Bahan Baku Minimal, yang disebut safety stock (persediaan
besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis.
4.Estimasi tentang naik turunnya harga bahan baku pada waktu-waktu
mendatang.
5. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
6. Tingkat kecepatan bahan baku rusak.
Persediaan Besi
Persediaan besi adalah persediaan minimal bahan baku yang harus
dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Di muka telah
disinggung sedikit bahwa persediaan bahan besi merupakan salah satu factor
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan saat dilakukannya pemesanan
bahan baku (Re Order Period).Besarnya persediaan besi ditentukan oleh
beberapa factor, antara lain :
1. Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan, apakah
selalu tepat pada waktunya atau tidak. Apabila leveransir selalu tepat waktu
dalam menyerahkan pesanan kita maka resiko kehabisan bahan mentah
relative kecil, sehingga persediaan besi tidak terlalu besar. Sebaliknya, bila
leveransir biasanya terlambat datang maka resiko kehabisan bahan mentah terlalu
besar, sehingga perlu ada persediaan besi yang besar pula.
2. Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan. Apabila jumlah
bahan baku yang dibeli besar, maka persediaan rata-rata di atas persediaaan
besi besar pula, sehingga resiko kehabisan bahan baku relative kecil, begitu pula
sebaliknya.
3. Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan baku secara tepat.
Bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan
bahan baku secara tepat, maka resiko kehabisan bahan baku kecil (karena
bahan baku yang dibutuhkan sudah disediakan sepenuhnya), begitu pula
sebaliknya.
4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya ekstra
karena kehabisan bahan baku. Apabila biaya penyimpanan tampak lebih besar
daripada biaya ekstra akibat kehabisan bahan baku maka tidak perlu adanya
persediaan besi yang terlalu besar, begitu pula sebaliknya.
5.3.4. Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan dalam Produksi
Tentu tidak semua bahan baku yang tersedia akan habis digunakan
untuk produksi. Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :
1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode
berikutnya.
2. Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak terganggu akibat
kehabisan bahan baku.
Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan Dalam
anggaran ini standar penggunaan bahan baku masih diperhatikan, tetapi tidak
dicantumkan pada Anggaran KebutuhanBahan Baku. Anggaran biaya bahan baku
yang habis digunakan perlu memperinci hal-hal :
1. Jenis bahan baku yang digunakan.
2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk produksi.
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku.
4. Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan dalam proses produksi.
5. Jenis barang yang (dihasilkan dan) menggunakan bahan baku.
6. Waktu penggunaan bahan baku.
Utang disebut juga dengan modal asing atau modal eksternal, sedangkan modal
disebut juga dengan modal sendiri, ekuitaas bersih atau modal internal.Jadi,
modal terdiri atas modal asing dan modal sendiri.Perusahaan menambah utang
dan modal untuk tujuan perluasan (ekspansi). Keuntungan ekonomis yang dapat
diperoleh oleh suatu perusahaan yang mengadakan ekspansi antara lain adanya
produksi yang ekonomis, pembelian dan penjualan yang ekonomis, manajemen
yang ekonomis, dan pembelanjaan yang ekonomis.
Dengan demikian, total utang usaha yang dibayar kepada pemasok sebesar Rp 87.750,
yaitu bulan Februari Rp.500, Maret Rp 27.750, dan April Rp 37.000, dan Mei Rp 8.000.
jumlah belian selama 3 bulan sebesar Rp 90.000
( Rp 87.750 + Rp 2.250) Dimana Rp 2.250 adalah potongan belian yang terdiri dari
potongan belian bulan Februari Rp 500, Maret Rp 750, dan April Rp 1.000
Adapun anggaran Utang usaha PT Bulehai selama 3 bulan dapat dihitung sebagai berikut:
6.4.2
6.4.2 Firma
Firma adalah badan usaha yang modalnya dimiliki oleh lebih dari satu orang
yang bertanggung jawab penuh terhadap perusahaan.Semua pemilik
perusahaan boleh menarik kekayaan perusahaan untuk keperluan pribadi atau
prive.
Sebagai contoh, Firma Pabrik Bata Keluarga mempunyai data selama tahun
2017 sebagai berikut:
• Modal awal januari 2017 dari Tuan Kanda sebesar Rp 100.000 dan
Tuan Dinda Rp 90.000
• Bulan maret keduanya berencana untuk menambah modalnya
masingmasing sebesar Rp 30.000 dan Rp 20.000
• Bulan Juni Tuan Kanda bermaksud menarik uang perusahaan untuk
keperluan pribadi sebesar Rp 20.000, begitu juga dengan Tuan
Dinda sebesasr Rp 10.000
• Laba bersih dianggarkan tahun ini sebesar Rp 40.000 dan dibagi
sebanding dengan modal yang dimiliki masing-masing
CV Bubuhan
Anggaran Perubahan Modal
Tahun Berakhir 31 Desember 2017
Modal Sekutu Aktif
Modal Ganal Awal Januari 2017 Rp 100.000
Setoran modal Rp 20.000 +
Rp 120.000
Prive Ganal Rp 15.000 -
Rp 105.000 –
PT Amanah
Anggaran Laba Ditahan
Tahun Berakhir 31 Desember 2017
BAB VII
ANGGARAN Piutang dan hutang
Tebel 7.2
Skedul Umur Piutang (Aging Schedule pf Receivable)
Umur Piutang PT ABC PT ABK
Nilai % dari Total Nilai % dari Total
Piutang Piutang Piutang Piutang
0-10 640 80% 400 50%
11-30 160 20% 160 20%
31-45 0 120 15%
46-60 0 80 10%
Di atas 60 0 40 5%
Total 800 100% 800 100%
PT ABC lebih baik dari PT ABK, karena semua pelanggan membayar tepat waktu
80% pada hari ke 10, dan sisanya 20% membayar pada hari ke 30. Sedangkan PT
ABK pelanggannya tidak tepat membayar sesuai dengan perjanjian kredit, 30% yaitu
(15% + 10% + 5%) pelanggannya membayar lewat 30 hari dari jatuh tempo.
Perusahaan yang lebih baik seyogyanya mengikuti manajemen piutang PT ABC
seperti irustrasi di atas.
Manajer keuangan harus kontrol ketat jangka waktu penagihan dan skedul umur
piutang. Kedua unsur itu harus dihubungkan dengan syarat kredit dan kedua unsur
itu untuk mengatahui efektivitas bagian penagihan menjalankan tugasnya. Jika
jangka waktu penagihan makin panjang dna rasio umur piutang yang melewati jatuh
tempo makin besar , maka harus diadakan peninjauan kembali kebijakan penjualan
kredit.
7.4 ANGGARAN PENGUMPULAN PIUTANG
Pada umumnya perusahaan besar mempunyai banyak pelanggan dengan kredit.
Kondis yang demikian mempengaruhi arus kas perusahaan. Misal PT. ABC
mempunyai penjualan bulan Januari Rp 100, Februari Rp 200, dan Maret Rp 300.
Syarat pembayaran ditetapkan 3/20/net 30, 70% pelanggan membayar 20 hari
setelah bulan penjualan, 20% pelanggan membayar 10 hari terakhir bulan kesatu
sesudah bulan penjualan, dan 10% pelanggan membayar bulan kedua setelah bulan
penjualan. Berdasarkan informasi tersebut anggaran pengumpulan piutang dapat
disajikan pada Tabel 9.3. rincian perhitungan piutang bukan Februari, Maret, April
adalah sebagai berikut:
Bulan Februari:
Bulan Maret:
1) Piutang atas penjualan bulan Januari 10% x Rp 100 = Rp 10
2) Piutang atas penjualan bulan Februari 70% x Rp 200 = Rp 140, dikurang 3% x Rp
140 = Rp 4,20 = Rp 135,80
3) Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% x Rp 200 = Rp 40
4) Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 10 + Rp 135,80 + Rp 40 = Rp
185,80
Bulan April:
1) Piutang atas penjualan bulan Februari 10% x Rp 200 = Rp 20
2) Piutang atas penjualan bulan Februari 70% x Rp 300 = Rp 210, dikurang 3% x Rp
210 = Rp 6,30 = Rp 203,70
3) Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% x Rp 300 = Rp 60
4) Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 20 + Rp 203,70 + Rp 60 = Rp
283,70
Tabel 7.3
Anggaran Pengumpulan Piutang
Waktu Nilani Februari Maret April
Penjualan Penjualan (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
Januari 100 87,90 10,00
Februari 200 175,80 20,00
Maret 300 263,70
Jumlah 87,90 185,80 283,70
Kasus PT Lesmana
Kebijakan lama:potongan tunai 3% untuk pembayaran sampai dengan 7 hari (3/7).
Rata-rata pengumpulan piutang 30 hari, pembeli yang memanfaatkan potongan
tunai 15%, piutang tak tertagih (bad dept) 2% dari penjualan kredit (credit sales).
Penjulan selama satu tahun 1.500 unit @ Rp 5, VC Rp 2,3 biaya yang
diperhitungkan 22% per tahun.
Kebijakan baru: Perjanjian kredit penjualan (term of sales) adalah 4/15, potongan
4% bagi yang melakukan pembayaran sampai dengan 15 hari. Rata-rata
pengumpulan piutang 40 hari. Yang memanfaatkan potongan tunai bertambah
menjadi 25% dan penjualan meningkat 20%, tambahan tenaga penjual 3 orang
dengan gaji per bulan Rp 1,7 per bulan per orang, piutang tak tertagih (bad
dept) 3%. Apakah perusahaan memperthankan kebijakan lama atau baru?
Solusi kasus PT Lesmana tersebut dapat disajikan dalam Tabel 9.4. Keterangan
Tabel 7.4:
· *Marjin kontribusi = [1-(2,3/5)] = 54%
· Perhitungan laba (rugi) atas kebijakan baru:
· Tambahan marjin kontribusi
(Rp 4.860 – Rp 4.050) = Rp 810,00
· Tambahan biaya modal
(Rp 75,9 – Rp 53,7625) = Rp 22,14
· Tambahan pitang tak tertagih =
(202,5 –Rp 127,5) = (Rp 75,00)
· Tambahan potongan tunai =
(Rp 90 – Rp 33,75) = (Rp 56,25)
· Gaji tenaga penjual = (Rp 61,20)
· Tambahan laba = (Rp 595,41)
Kesimpulan Kebijakan baru adalah layak dijalankan karena ada tambahan laba
sebesar Rp 595,41.
TABEL 7.5
Solusi Kasus PT Lesmana
Keterangan Kebijakan Lama Kebijakan Baru
Penjualan Rp 7.500 (1+20%)(7.500)=Rp 9.000
Piutang 85% x 7.500 = Rp 6.375 75% x 9.000 = Rp 6.750
Tunai Rp 1.125 Rp 2.250
Perputaran (turnover) 360/30= 12 X 360/4 = 9X
Rata-rata piutang Rp 6.375/12= Rp 531,25 Rp 6.750/9 = Rp 750
Investasi pada piutang 46%xRp 531,25 =Rp 46% x Rp 750 = Rp 345
244,375
Biaya modal 22% x Rp 244,375 = Rp 22% x Rp 345 = Rp 75,9
53,7625
Piutang tak tertagih 2%xRp 6.375 = Rp 127,5 3% x Rp 6.750 = Rp 202,5
Potongan tunai 3% x Rp 1.125 = Rp 4% x Rp 2.250 = Rp 90
33,75
Marjin kontrobusi* 54% x Rp 7.500 54% x Rp 9.000 = Rp 4.860
Gaji tanpa penjual 3x 12 x Rp 1,7 = Rp 61,2
A.Ekspansi
Setiap perusahaan yang ingin menerapkan going concern atau tetap berjalan
dan sukses maka haruslah berusaha untuk dapat selalu berkembang.
Berkembangnya suatu perusahaan selalu menyangkut masalah pembelanjaan.
Perusahaan yang mengadakan ekspansi selalu membutuhkan tambahan modal.
Kebutuhan modal untuk keperluan ekspansi semakin lama semakin besar karena
sifat ekspansi perusahaan yang dilakukan scara berangsur-angsur.
Pada umumnya ekspansi hanya membutuhkan tambahan modal kerja karena
perusahaan bekerja pada kapasitas produksi yang sudah ada. Namun apabila
kemudian perusahaan harus menambah alat produksi atau membangun pabrik baru
maka kebutuhan modalnya akan bertambah. Pada ekspansi ini selain dibutuhkan
tambahan modal kerja juga dibutuhkan tambahan modal tetap. Dengan demikin
pengertian ekspansi itu dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan
modal kerja saja maupun modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap
dan terus menerus di dalam perusahaan. Perluasan modal ini dapat memperbesar
utang.
Apabila ekspansi perusahaan berdasarkan atas pertimbangan untuk
memperbesar atau menstabilisasi laba yang diperoleh, maka ekspansi tersebut
Karena motif ekonomi. Hal ini terjadi misalnya karena semakin besarnya permintaan
terhadap barang atau jasa yang dibuat oleh suatu perusahaan. Makin luas pasar
bagi produknya mendorong perusahaan tersebut untuk memperbanyak produksinya
guna mengimbangi tambahan permintaan atau tambahan luas pasar. Makin besar
jumlah produk yang dijual berarti makin besar kemungkinan perusahaan untuk
mendaat laba, sehingga setiap pemimpin perusahaan mempunyai harapan untuk
dapat selalu mengembangkan dan memperluas perusahaannya.
Disamping motif ekonomi atau motif rasional yang diuraikan diatas, terdapat motif
lainnya yaitu motif fsikologis. Motif psikologis adalah motif yang berdasarkan atas
ambisi personal dari pemilik atau pemimpin perusahaan untuk memperoleh prestise
dan kekuasaan yang lebih besar.
Masalah yang penting dalam ekspansi ialah masalah penentuanbesarnya
optimal perusahaan. Besarnya optimal perusahaan berbeda disetiap perusahaan
bahkan dalam satu perusahaanpun efisien maksimal dari tenaga kerja, modal dan
manajemen dapat berubah pada tingkat pertumbuhan yang berbeda. Besarnya
optimal perusahaan mungkin tercapai sebelum tercapainya efisiensi maksimal dari
tenaga kerja, tetapi sesudah tenaga kerja itu mencapai imbangan yang optimal
dengan modal. Imbangan yang paling baik antara pekerja ahli dengan pekerja kasar
mungkin terdapat pada luas produksi yang berbeda – beda. Besarnya optimal
perusahaan selalu berubah dan hal ini dipengaruhi oleh banyak factor, misalnya
besarya dari watak persaingan, berubahnya selera konsumen, serta kemajuan
teknologi atau konjungtur.
B. Struktur Modal
Dalam hubungan dengan struktur keuangan dan struktur kekayaan, dikenal
dengan adanya pedoman atau aturan struktur keuangan yang konservatif,
baik vertical maupun horizontal. Aturan struktur financial (struktur keuangan )
konservatif yang vertical member batas imbangan yang harus dipertahankan
oleh suatu perusahan mengenai besarnya modal asing (utang) dengan modal
sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelajaan yang sehat itu pertama –
tama itu harus dibangun atas dasar atas dasar modal sendiri, modal yang
tahan resiko, maka aturan financial tersebut menetapkan bahwa besarnya
modal asing (utang) dalam keadaan bagaimanpun juga tidak melebihi
besarnya modal sendiri. Koefisien utang, yaitu angka perbandingan antara
jumlah modal dengan modal sendiri tidak melebihi 1:1. Setiap perluasan basis
modal akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menanggung
risiko yang akan dibelanjainya. Pandangan ini terutama didasarkan pada
“prinsip keamanan”, hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
kreditor maupun terhadap perusahaan sendiri.
Aturan struktur financial konservatif yang horizontal memberikan batas imbangan
antara besarnya modal sendiri di satu pihak dengan besarnya aset tetapplus
sediaan dilain pihak.aturan tersebut menyatakan bahwa secara keseluruhan “aset
tetap”dan “sediaan” harus sepenuhnya ditutup atau dibelanjai dengan modal sendiri,
yaitu modal yang tetap tertanam di dalam prusahaan. Dengan kata lain, besarnya
modal sendiri tidak boleh kurang atau lebih kecil dari jumlah aset tetap plus sediaan.
Dengan demikian, keadaan yang dianggap normal oleh aturan tersebut ialah
keadaan besarnya modal sendiri sama besarnya dengan jumlah aset tetap plus
sediaan.
Apabila jumlah modal sendiri lebih kecil atau kurang dari besarnya aset tetap
plus sediaan, berarti aset tetap tersebut “kurang tertutup” oleh modal sendiri,
sehingga besarnya modal sendiri tidak cukup untuk menjamin atau menutup aset
tetap tersebut. Aset tetap dan sediaan merupakan aset yang akan tetap terikat
dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama sehingga untuk mempelajari aset
tersebut juga diperlukan modal yang akan tetap tertanam dalam perusahaan, yaitu
dalam bentuk modal sendiri. Apabila besarnya modal sendiri lebih kecil dari aset
tetap plus sediaan, berarti bahwa sebagian dari aset tersebut dibelanjai dengan
modal asing. Apabila jangka waktu modal asing tersebut lebih pendek dari jangka
waktu terikatnya dana dalam aset tersebut, hal ini akan menganggu likuiditas
perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, apabila jumlah modal sendiri lebih
besar dari jumlah aset tetap tersebut, sehingga kelebihannya itu dapat digunakan
untuk menutup sebgian aset lancar.
Jadi, modal sendiri kecil maka besarnya utang (modal asing) juga
kecil,sebaliknya bila modal sendiri besar maka utang (modal asing) juga dapat
besar, tetapi tidak melebihi besarnya modal sendiri.
Sebagai contoh, perusahaan X mempunyai modal sendiri Rp. 100.000, aset lancar
Rp. 20.000 dan aset tak lancar Rp.80.000; sementara perusahaan Y mempunyai
modal sendiri Rp.60.000, aset lancar Rp. 10.000, aset tak lancar Rp. 50.000.
Perusahaan X dapat menambah utang maksimal Rp. 100.000, sedangkan
perusahaan Y dapat menambah utang maksimal Rp. 60.000
Selain itu ada factor lain yang mempengaruhin besar kecilnya anggaran utang akan
tergantung pada :
a. Anggaran Pembelian Material
Semakin besar kebutuhan material pada satu periode berarti
memerlukan pembelian material yang semakin besar sehingga kemungkinan untuk
tidak membayar dengan tunai akan semakin besar, karena kondisi keuangan yang
terbatas.
b.Syarat Pembayaran
Syarat pembayaran yang semakin lunak biasanya akan menjadikan nilai
utangyang akan diambil semakin besar. Syarat pembayaran akan meliputi tingkat
bunga, jangka waktu dan denda serta jatuh tempo pembayaran pada setiap bulan.
c.Tersedianya modal kerja dan kebijakan perusahaan dalam pembayaran utang
Bila modal kerja yang tersedia relatif besar maka sebagian besar
pembelianmaterial dan keperluan yang lain dilakukan secara tunai, sehingga akan
meminimkanutang yang akan diambil.
d. Kepercayaan Suplier dan Bank
Bila perusahaan cukup mendapatkan kepercayaan dari para suplier dan
pihak pemberi kredit karena selama ini reputasinya cukup baik, maka akan lebih
mudahuntuk mendapatkan fasilitas kredit baik dari para suplier dan pihak bank untuk
masa-masa yang akan datang
BAB VIII
ANGGARAN KAS
1. Aktivitas Operasi
Contoh Aplikasi
Data anggaran pada PT. Demina untuk tahun 2012 sebagai berikut:
Ø Membeli mesin pada bulan Maret sebesar Rp. 2.500.000 dan pada triwulan III sebesar
Rp. 30.000.000
Ø Pembentukan dana untuk degung pada bulan Desember sebesar Rp. 30.000.000
Ø Pembelian lainnya pada Februari sebesar Rp. 600.000 triwulan II dan III Rp. 500.000
dan triwulan IV sebesar Rp. 700.000
Pengeluaran lainnya
Penyelesaian
Tabel Penjualan
Total Penjualan Penjualan Piutang
Uraian Bad Debt
Penjualan Tunai Kredit Netto
Januari 90.000.000 63.000.000 27.000.000 270.000 26.730.000
Februari 85.000.000 59.500.000 25.500.000 255.000 25.245.000
Maret 85.000.000 59.500.000 25.500.000 255.000 25.245.000
250.000.000 175.000.00 75.000.000 750.000 74.250.000
230.000.000 0 69.000.000 690.000 68.310.000
Triwulan II
300.000.000 161.000.00 90.000.000 900.000 89.100.000
Triwulan III
0
Triwulan IV
161.000.00
0
1.040.000.00 728.000.00 312.000.00 3.120.000 3.08.880.00
Total
0 0 0 0
Karena Perusahaan tidak mengalami kekurangan kas setiap bulan dan triwulannya,
maka anggaran kas sementara ini bisa langsung dijadikan anggaran kas final.
8.3Penyusunanan Anggaran Kas
Manfaat penyusunan anggaran kas bagi perusahaan adalah dapat diketahui
bilamana perusahaan dalam keadaan defisit dan keadaan surplus sebagai akibat
operasi perusahaan. Tahapan susunan anggaran kas adalah sebagai berikut :
Tahap pertama, menyusun taksiran penerimaan kas dan pengeluaran kas
menurut rencana operasional perusahaan.
Tahap kedua, menyusun taksiran kebutuhan dana yang diperlukan untuk
menutup defisit dan menyusun taksiran pembayaran bunga utang beserta waktu
pelunasan kembali utang tersebut. Atau menyusun taksiran pembelanjaan dana
karena adanya dana idle setelah diperhitungkan safety cash balance.
Tahap ketiga, menyusun kembali taksiran seluruh penerimaan dan pengeluaran
kas, yang merupakan anggaran kas final.
Terdapat dua macam anggaran kas yang diperlukan oleh perusahaan yaitu:
1. Anggaran kas jangka pendek
Anggaran ini merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka
waktunya disesuaikan dengan anggaran tahunan. Anggaran ini juga berfungsi
sebagai alat pemberian otoritas kas keluar yang secara terus menerus disesuaikan
dengan arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya.
2. Anggaran kas jangka panjang
Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun yang disesuaikan
dengan perencanaan perusahaan yang telah disusun. Anggaran ini berguna untuk
mengetahui kemampuan perusahaan menambah dana dari sumber-sumber internal
dan sekaligus memperkirakan saldo kas pada akhir setiap tahun anggaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert. N dan Vijay Govindarajan . 2005 . Management Control System . Jakarta :
Salemba Empat
Nafarin, Muhammad . 2000 . Penganggaran Perusahaan . Jakarta : Salemba Empat
Apandi Nasehatun. 1999. Budget & Control : Sistem Perencanaan dan Pengendalian Terpadu.
Konsep dan Penerapan. Edisi 1. Jakarta : Penerbit Grasindo.
Rahayu Sri, Andry. 2013. Penyusu anggaran perusahaan. Graha Ilmu Yogyakarta.
http://bagus-ahmad.blogspot.co.id/2016/01/penganggaran-anggaran-komprehensif.html
https://books.google.co.id/books?
id=8_dGZ7w3nsgC&pg=PA36&dq=anggaran+komprehensif&hl=id&sa=X&redir_esc
=y#v=onepage&q=anggaran%20komprehensif&f=false
https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/pengertian-definisi-manfaat-tujuan-
anggaran/anggaran-komprehensif-parsialal