Anda di halaman 1dari 6

JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 33-38 (Maret 2019)

DOI : 10.24843/metamorfosa.v06.i01.p06
https://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/47368/28809

METAMORFOSA
Journal of Biological Sciences
eISSN: 2655-8122
http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa

Fisiologis Darah Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.)

Physiological Blood of Baung Fish (Hemibagrus nemurus Blkr.)

Nelmi Fitria*, Djong Hon Tjong, Indra Junaidi Zakaria


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,
Kampus UNAND Limau Manis Padang- 25163
*
Email: nelmifitria004@gmail.com

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi fisiologis darah ikan Baung (Hemibagrus nemurus
Blkr.) di Aliran Sungai Batang Ombilin, Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dimana data kuantitatif berupa nilai fisologis disajikan melalui tabel perbandingan rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan, kondisi fisiologi darah ikan Baung jumlah rata-rata eritrosit darah ikan
Baung yang hampir sama di kedua lokasi penelitian dimana di Ombilin, jumlah eritrosit memiliki nilai
rata-rata 2,268x106 sel/ mm3 dan di Sawahlunto mendapatkan nilai sebesar 2,267x106 sel/ mm3.
Sementara untuk jumlah rata-rata leukosit ikan Baung di Sawahlunto 3,5 x 104 sel/ mm3 lebih besar dari
jumlah rata-rata leukosit ikan di Ombilin 2,7 x 104 sel/ mm3. Nilai hematokrit darah ikan Baung di
Ombilin didapatkan nilai 38,8% dan di Sawahlunto 38,6%. Sedangkan untuk penghitungan kadar
hemoglobin pada kedua lokasi penelitian didapatkan kadar hemoglobin berada dalam kadar yang rendah
yaitu 8,5 gr/dl di Ombilin dan 5,4 gr/dl di Sawahlunto. Kadar eritrosit, leukosit dan hematokrit darah
ikan Baung (H. nemurus Blkr.) berada pada nilai kisaran yang normal. Sementara kadar hemoglobin
pada kedua lokasi penelitian berada di bawah keadaan normal.

Kata kunci: fisiologis darah, ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr.)

ABSTRACT
This study aimed to examinine the physiological condition of Baung's blood (Hemibagrus
nemurus Blkr.) on the Batang Ombilin River, West Sumatra. This research uses quantitative descriptive
method where quantitative data in the form of physic value is presented through comparison table
average. The results showed the physiology of blood of Baung fish (H. nemurus Blkr.) where the
average amount of erythrocytes was similar in both sites where in Ombilin, the erythrocyte count had an
average value of 2,268 x 106 cells/mm3 and in Sawahlunto 2,267 x106 cell/mm3. While for the average
number of leukocytes of Baung fish (H nemurus Blkr.) In Sawahlunto is greater than the average
number of fish leukocytes in Ombilin where in Sawahlunto with an average leukocyte count of 3,5x104
cells / mm3 and in Ombilin is 2,7x104 cells/mm3. And the blood hematocrit value of Baung fish. In
Ombilin obtained a value of 38,8% and in Sawahlunto of 38,6%. As for the calculation of hemoglobin
levels in both sites, hemoglobin levels were found in low levels of 8,5 g/dl in Ombilin and 5,4 g/dl in
Sawahlunto. The levels of erythrocytes, leukocytes and blood hematocrit of Baung fish are at normal
ranges. While hemoglobin levels at both sites were under normal conditions.
Keywords: blood physiology, Baung fish (Hemibagrus nemurus Blkr.)

33
JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 33-38 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122

PENDAHULUAN Perubahan pada sel darah merah dapat


Mengingat ikan Baung (H. nemurus Blkr.) dijadikan indikator stress yang kuat sehubungan
memiliki nilai ekonomi tinggi namun dengan keberadaan zat toksik atau polutan pada
adanya perubahan kualitas perairan serta adanya lingkungan akuatik (Clarke, Whitemoere dan
kandungan zat toksik di sungai Batang Ombilin, Mcmanou, 1979; Fadil, Syaifullah dan Zakaria,
secara langsung maupun tidak langsung akan 2011). Reduksi eritrosit dapat menimbulkan
memberikan dampak terhadap tubuh ikan dan anemia pada ikan dimana erat kaitannya dengan
kelangsungan hidupnya. Dikarenakan ikan ini hemodilusi akibat lintasan osmoregulasi epitel
ditemukan hidup di perairan sungai Batang insang yang melemah (Wedemeyer, Mcleay dan
Ombilin yang sudah tercemar, namun masih Goodyear, 1984; Fadil, Syaifullah dan Zakaria,
belum ada informasi mengenai hal tersebut, 2011).
maka perlu dilakukan penelitian terhadap aspek Reduksi hemoglobin berkepanjangan
fisiologis darah ikan Baung (H. nemurus Blkr.) dapat mengganggu transport oksigen dan darah
pada aliran sungai Batang Ombilin yang terkena mengalami dyscrasia serta degenerasi sel darah
dampak pencemaran. merah dapat dianggap sebagai bentuk kondisi
Darah ikan tersusun dari sel-sel darah patologi pada ikan yang terdedah toksikan
yang tersuspensi dalam plasma dan diedarkan (Buckley, Whitmoere dan Matsuda, 1976; Fadil,
ke seluruh jaringan tubuh melalui sistem Syaifullah dan Zakaria , 2011)
sirkulasi tertutup. Sel darah ikan tersusun dari Hematokrit merupakan instrument penting
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih untuk menghitung jumlah plasma dan korpuskel
(leukosit) serta cairan darah yang mengandung di darah (ukuran kemasan sel darah merah)
nutrien dan sisa metabolisme. Sel dan plasma (Fadil, Syaifullah dan Zakaria, 2011).
darah mempunyai peran fisiologis yang sangat Hematokrit membandingkan antara sel darah
penting (Wedemeyer, Mcleay and Goodyear, merah dengan plasma darah serta berpengaruh
1984). terhadap pengaturan sel darah merah.
Menurut Meyer dan Harvey (1998) Hematokrit merupakan sarana bagi akuakulturis
Adanya perubahan status fisiologi maupun umtuk mengetahui apakah ikan yang
gangguan kesehatan hewan sering dapat dibudidayakan mengalami anemia atau tidak
diketahui melalui komponen darahnya. Manfaat (Yuniar, 2009).
pemeriksaan darah ikan antara lain untuk Menurut Iwama dan Nakanishi (1996),
membantu diagnosis suatu penyakit, leukosit atau sel darah putih merupakan sel
mengetahui jalannya suatu penyakit, darah yang jumlahnya lebih sedikit dari sel
menentukan prognosa, mengetahui efek suatu darah merah. Leukosit memiliki beberapa tipe
pengobatan, meneliti sistem imun dan untuk yaitu limfosit, trombosit, monosit, granulosit
mengetahui status kesehatan ikan. Pemeriksaan dan sel sitotoksik. Leukosit memiliki
parameter hematology ikan meliputi mekanisme dalam proses pembekuan darah dan
pemeriksaan nilai hematokrit, kadar untuk membersihkan tubuh dari material-
hemoglobin, jumlah sel darah merah, jumlah sel material asing yang dapat mengganggu sistem
darah putih dan pengamatan parasit yang imun. Moyle dan Cech (2004), menyatakan
terdapat dalam darah (Noercholis, Muslim dan dalam membantu memahami kondisi fisiologis
Maftuch, 2013) dan patologis hewan dapat dilakukan
Hematokrit, hemoglobin dan nilai pengukuran perubahan terhadap konsentrasi
konsentrasi hemoglobin sel darah merah total leukosit.
menunjukkan kapasitas pembawa oksigen pada Fernandez dan Mazon (2003); Yuniar
teleost. Parameter seperti ini paling tinggi (2009) menyebutkan bahwa parameter darah
diantara spesies yang bertentangan dalam seperti hemoglobin, jumlah sel darah merah,
kapasitas pembawa oksigen (Tavares, Dias dan jumlah sel darah putih dan hematokrit juga erat
Moraes, 2006; Fadil, Syaifullah dan Zakaria, kaitannya dengan respon individu terhadap
2011). perubahan parameter lingkungan. Ikan pada

34
JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 33-38 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122

umumnya mempunyai kemampuan kapiler yang telah mengandung senyawa anti


menghindarkan diri dari pengaruh pencemaran beku dan kemudian dilakukan penghitungan
air. Namun lain halnya pada ikan yang hidup dan pengujian selanjutnya.
dalam habitat yang terbatas seperti sungai.
Tingginya konsentrasi beberapa sifat fisika 1. Penghitungan jumlah eritrosit.
kimia air dan kandungan zat toksik di badan Jumlah eritrosit dihitung dengan
perairan sungai dapat mempengaruhi kondisi hemositometer tipe Improved Neubauer. Darah
fisiologis darah ikan (Tewari, Gill dan Plant, terlebih dahulu diencerkan dengan larutan
1987) Hayem 200 kali pengenceran lalu di letakkan di
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Counting Chember kemudian dilakukan
Sawahlunto (2010) yang melaporkan bahwa penghitungan pada perbesaran 10x 40 kali.
konsentrasi beberapa sifat fisika kimia air dan Jumlah butir eritrosit dihitung dengan rumus:
zat pencemar bersifat toksik di badan perairan SDM = (Simmons, 1980)
sungai Batang Ombilin melebihi standar baku
Keterangan:
mutu yang dipersyaratkan dalam Peraturan
SDM : Sel Darah Merah
Gubernur Nomor 5 Tahun 2008 untuk baku
Ne : Jumlah eritrosit pada 5 kotak hitung
mutu air sungai kelas II. Kondisi ini
P : Angka Pengenceran (200 kali)
diidentifikasi akibat aktifitas di sekitar sungai
0.02 : Volume Total darah dalam lima kotak
diantaranya pembuangan limbah rumah tangga,
hitung
limbah pasar, limbah pertanian dan aktifitas
2. Penghitungan jumlah leukosit.
pertambangan.
Jumlah leukosit dihitung dengan
hemositometer tipe Improved Neubauer. Darah
BAHAN DAN METODE
terlebih dahulu diencerkan dengan larutan Turk
Pengambilan Sampel Ikan
hingga 20 kali pengenceran lalu di letakkan di
Sampel ikan Baung (H. nemurus)
Counting Chember kemudian dilakukan
dikoleksi dari dua lokasi dimana lokasi pertama
penghitungan pada perbesaran 10x 40 kali.
terletak pada 0°33´40.28´´S dan
Jumlah butir leukosit dihitung dengan rumus:
100°33´11.73´´E yang bertempat di Ombilin
(outlet Danau Singkarak). Lokasi kedua berada SDP = (Simmons, 1980)
pada 0°37´6.32´´S dan 100°45´39.71´´E yaitu di Keterangan:
desa Salak, Sawahlunto. Pengambilan sampel SDP : Sel Darah Putih
ikan dilakukan dengan menggunakan alat Nl : Jumlah leukosit pada 64 kotak hitung
tangkap rawai dan tangguk. Kemudian sampel P : Angka Pengenceran (20 kali)
ikan dimasukkan ke dalam ember berukuran 0.4 : Volume Total darah dalam lima kotak
besar yang telah diisi air dan aerator. Individu yang dihitung
yang diambil sebanyak 3-5 ekor ikan setiap 3. Penghitungan kadar hemoglobin (Hb)
lokasi. Ukuran sampel ikan yang diambil adalah darah
ukuran dewasa yaitu 17,5- 48 cm (Heltonika, Penghitungan dilakukan dengan
2009 dan Wanda, 2010). Selanjutnya sampel menggunakan Tabung Sahli. Kedalam tabung
ikan yang telah ditangkap dibawa ke Sahli dimasukkan HCN 0.1 N sampai skala 10,
laboratorium untuk pemeriksaan fisiologi lalu ditambahkan 20 mL sampel darah dan
darahnya. diaduk sampai homogen. Kemudian warna
larutan darah disamakan dengan warna larutan
Pengerjaan aspek Fisiologis standar. Setelah sama, kadar Hb dapat dibaca
Terlebih dahulu ikan yang diperoleh pada tabung sahli (Simmons, 1980).
dibius dengan cara menusuk bagian anterior 4. Penghitungan hematokrit darah
kepala ikan dengan jarum jara, kemudian Sampel darah diambil menggunakan
bagian operculum insang ditusuk dengan speed tabung hematokrit. Sampel tersebut disumbat
dan darah yang mengalir dihisap dengan pipa dengan menggunakan karet pada ujung tabung

35
JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 33-38 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122

lalu disentrifugasi dengan sentrifuse (Kubota Sel dan plasma darah mempunyai peran
KH-120) kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit. fisiologis yang sangat penting. Perubahan
Nilai hematokrit dibaca dalam satuan persentase gambaran darah dan kimia darah, baik secara
(Simmons, 1980). kualitatif maupun kuantitatif dapat menentukan
kondisi ikan dan status kesehatan ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN (Wedemeyer et al., 1990). Setelah dilakukan
Darah ikan tersusun atas sel-sel darah pengukuran terhadap nilai darah ikan (H.
yang tersuspensi dalam plasma dan diedarkan nemurus) maka diperoleh hasil seperti yang
ke seluruh jaringan tubuh melalui sistem terlihat pada Tabel 1.
sirkulasi tertutup.

Tabel 1. Pengukuran nilai darah ikan Baung (H. nemurus) pada aliran Sungai Batang Ombilin
Nilai Standar
No Parameter Hematologis Pengukuran Ikan Ombilin Sawahlunto
normal
1 Jumlah Eritrosit ( x106 sel/ mm3) 1-3 * 2,268 2,267
4 3
2 Jumlah Leukosit ( x 10 sel/ mm ) 2-15 * 2,7 3,5
3 Nilai Hematokrit (%) 30,8 - 45,5 ** 38,8 38,6
4 Nilai Hemoglobin (gr/ dl) 12 – 14 ** 8,5 5,4
Keterangan: *) Bond (1977), **) Bastiawan, Wahid, Alifudin, dan Agustiawan (2001).

Dari Tabel 1 terlihat bahwa keseluruhan ditemukan di kedua lokasi penelitian masih di
rata-rata perhitungan jumlah eritrosit, leukosit dalam batas normal dimana di Ombilin
serta nilai hematokrit ikan Baung (H. nemurus) didapatkan nilai sebesar 38,8% dan di
di kedua lokasi penelitian berada dalam kisaran Sawahlunto sebesar 38,6%.
normal. Seperti yang dikemukakan oleh Bond Menurut Bastiawan, Wahid, Alifudin, dan
(1977) bahwa nilai eritrosit pada ikan normal Agustiawan (2001), nilai hematokrit pada ikan
berada pada kisaran 1 x 106 sel/ mm3 hingga 3 x normal berkisar pada 30,8% hingga 45,5%.
106 sel/ mm3 dan kadar leukosit normal adalah Dalam perhitungan kadar hematokrit dapat
20.000- 150.000. Jumlah rata-rata eritrosit di dilihat bahwa jumlah eritrosit yang tinggi akan
kedua lokasi penelitian memperlihatkan nilai diikuti dengan persentase hematokrit yang
yang hampir sama dimana di Ombilin, jumlah meningkat. Menurut Kuswardani (2006)
eritrosit memiliki nilai sebesar 2,268 x106 sel/ presentase kadar hematokrit berhubungan
mm3 dan di Sawahlunto mendapatkan nilai dengan jumlah sel darah merah. Hal ini
sebesar 2,267 x106 sel/ mm3. diperjelas oleh Fadil (2011) bahwa adanya
Pada perhitungan jumlah rata-rata leukosit peningkatan nilai hematokrit pada darah ikan
didapatkan perbedaan antara jumlah rata-rata menunjukkan adanya keterkaitan dengan
leukosit di Ombilin dengan jumlah rata-rata banyaknya jumlah sel darah merah yang
leukosit di Sawahlunto. Jumlah rata-rata terbentuk oleh jaringan haemapoesis dimana
leukosit di Ombilin adalah 2,7 x 104 sel/ mm3 jumlah sel darah merah berbanding lurus
dan di Sawahlunto terjadi peningkatan dengan dengan nilai hematokrit.
jumlah rata-rata leukosit sebesar 3,5 x 104 sel/ Hasil penghitungan kadar hemoglobin
mm3. Meskipun adanya perbedaan, namun ikan H. nemurus yaitu 8,5 gr/dl di Ombilin dan
jumlah rata-rata leukosit di kedua lokasi 5,4 gr/dl di Sawahlunto. Keduanya berada
penelitian masih berada dalam kisaran normal. dibawah kisaran normal (12-14 gr/dl). Kadar
Kadar hematokrit darah ikan H. nemurus yang hemoglobin mengalami penurunan dan

36
JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 33-38 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122

berbanding terbalik dengan jumlah eritrosit anemia hypocromic. Simmons (1980)


pada kedua lokasi dimana eritrosit berada dalam menambahkan bahwa terjadinya anemia
kisaran normal. hypocromic, salah satunya disebabkan oleh
Penurunan kadar hemoglobin keracunan Pb.
dimungkinkan terjadi karena kecepatan Terjadinya anemia hypocromic yang
kerusakan hemoglobin lebih cepat dibandingkan didapatkan pada penelitian yang berarti
kecepatan dari sintesa hemoglobin (Reddy dan hubungan nilai Hb yang rendah dengan
Bashamohideen, 1989). Hal ini juga mengacu akumulasi logam berat Pb mempunyai
kepada tingginya kadar Timbal (Pb) di air (0,04 keterkaitan. Namun belum dapat dipastikan
mg/l di Ombilin dan 0,06 mg/l di Sawahlunto) bahwa logam Pb yang menjadi penyebab Hb
yang melebihi baku mutu (0,03 mg/l) yang ikan H.nemurus mengalami penurunan. Hal ini
memungkinkan terjadinya kontaminasi terhadap disebabkan karena jumlah sampel ikan
ikan Baung (H. nemurus). H.nemurus yang didapatkan sangat sedikit dan
Setelah terjadi absorpsi Pb dari air atau ukuran sampel ikan yang didapatkan kurang
melalui pakan yang terkontaminasi, Pb akan bervariasi.
terbawa oleh sistem darah dan didistribusikan
ke dalam jaringan. Di dalam darah, Pb dapat KESIMPULAN
mengganggu sintesis hb sehingga Kondisi fisiologi darah ikan Baung (H.
mengakibatkan kemampuan Hb untuk mengikat nemurus Blkr.) memperlihatkan jumlah eritrosit
oksigen juga semakin kecil. Jika oksigen yang di kedua lokasi yaitu 2,267-2,268 x 106/mm3
diikat sedikit akan mempengaruhi proses berada dalam kisaran normal eritrosit ikan
transportasi oksigen ke semua jaringan tubuh normal (1-3 x 106/mm3). Jumlah leukosit ikan
akibatnya proses metabolisme ikan terganggu Baung pada masing-masing lokasi yaitu 2,7-3,5
karena oksigen sangat dibutuhkan tubuh ikan x 104 sel/ mm3 berada dalam kisaran normal
untuk proses metabolisme. Menurut Landis, leukosit ikan normal (20-150.000/mm3). Nilai
Wayne G., R. M. Solfield, Ming-Hoyu (2011), hematokrit di kedua lokasi penelitian yaitu
adanya Pb dalam tubuh ikan akan menyebabkan 38,6-38,8% berada dalam kisaran normal
kandungan Hb dalam darah ikan menurun hematokrit ikan normal (30,8-45,5%). Untuk
dengan cara mengganggu sintesis Hb. penghitungan kadar hemoglobin pada kedua
Hal yang sama juga disampaikan lokasi penelitian didapatkan kadar hemoglobin
Purnomo dan Muchyiddin (2007), Pb berada dalam kadar yang rendah, kemungkinan
mengganggu sistem sintesis Hb dengan jalan karena rendahnya kadar oksigen di perairan.
menghambat konversi Delta Aminolevulinik
Acid (delta-ALA) menjadi forbilinogen dan UCAPAN TERIMA KASIH
juga menghambat korporasi dari Fe kedalam Penulis mengucapkan terima kasih kepada
protoporfirin IX untuk membentuk Hb, dengan Dr. Jabang Nurdin, Dr. Efrizal dan Dr.
jalan menghambat enzim delta-aminolevulinik Syaifullah atas masukan dan saran yang
asid-dehidratase (delta-ALAD) dan diberikan selama penelitian dan penulisan
ferokelatase. artikel ini.
Hal ini mengakibatkan mening-katnya
DAFTAR PUSTAKA
ekskresi korprorfin dalam urin dan delta-ALA
Anonim, 2003. Hematologi I. Universitas
serta menghambat sintesis Hb. Kemudian
Hasanuddin, Makassar.
dengan rendahnya nilai Mean Corpuscular
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
Haemoglobin Concentration (MCHC) yang
Sawahlunto. 2010. Kualitas Air Sungai
didapatkan pada penelitian ini memungkinkan
Batang Ombilin. Laporan Kualitas Air
terjadinya anemia. Lebih lanjut Anonim (2004)
2009-2010 (BLH Kota Sawahlunto).
menyatakan bahwa anemia yang ditandai
Bastiawan, D, A. Wahid, M. Alifudin, dan I.
dengan menurunnya nilai Mean Corpuscular
Agustiawan. 2001. Gambaran Darah Lele
Haemoglobin Concentration (MCHC) disebut
dumbo (Clarias spp.) yang Diinfeksi
37
JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 33-38 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122

Cendawan Aphanomyces sp pada pH Substructure to Ecological Landscapes


yang Berbeda. Jurnal Penelitian 4th Edition. CRC Press Taylor & Franciss
Indonesia 7(3): 44- 47. Group.
Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes. Saunders Meyer, D. J., and J. W. Harvey. 1998.
College Publishing. Philadelphia. Hal. Veterinary Laboratory Medicine.
514. Interpretation and Diagnosis.
Buckley, J.A., C.M. Whitmoere and R.I. Moyle, P.B., and J.J. Cech. 2004. Fishes. An
Matsuda, 1976. Change in blood Introduction to Icthyology.5 th ed.
chemistry and blood cell morphology in Prentice Hall, Inc. USA.
coho salmon, Onchorhincus kisutch Noercholis, A., M. A. Muslim, dan Maftuch.
following exposure to sublethal levels of 2013. Ekstraksi Fitur Roundness untuk
totals residual chlorine in municipal Menghitung Jumlah Leukosit dalam Citra
wastewater. J. Fisheries Res. Board. 33: Sel Darah Ikan. Jurnal EEGGIS. 7: 1.
776-782. Purnomo, T., dan Muchyiddin. 2007. Analisa
Clarke, S., J. R. Whitemoere, and R. Mcmanou. Kandungan Timbal (Pb) pada Ikan
1979. Consideration of the blood Bandeng (Chanos chanos) di Tambak
parameters of largemouth, Micropterus Kecamatan Gresik. Neptunus 14(1): 69-
salmoides. J. Fish Biol 4: 147- 158. 77.
Fadil, M.S., Syaifullah. I.J. Zakaria. 2011. Simmons, A. 1980. Technical Hematology. 3rd
Kajian Beberapa Aspek Fisika Kimia air Edition. J.B. Lippicot Company.
dan Aspek Fisiologis Ikan yang Philadelphia. Toronto.
ditemukan pada aliran buangan Pabrik Tavares-Dias, M. and F.R. Moraes. 2006.
Karet di sunga Batang Arau. (Tesis). Hematological parameters for the Brycon
Program Pasca Sarjana Universitas orbignyanus Vallenciennes, 1850
Andalas. Padang. Osteicthyes: characidae) intensively bred.
Fernandez, M.N. and A. F. Mazon. 2003. Hidrobiologica 16: 271- 274.
Enviromental Pollution and Fish Gill Wanda, A. P. 2010. Aspek Bioekologi Ikan
Morphology. Science Publishers. Pp. 203- Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.) di
231. sungai batang Lembang dan Batang
Heltonika, B. 2009. Kajian Makanan dan Sumani, Kabupaten Solok. Sumatera
Reproduksi Ikan Senggaringan Barat (Skripsi). Padang: Universitas
(Mystusnigriceps) di Sungai Klawing Andalas.
Purbalingga Jawa Tengah. IPB, Bogor. Wedemeyer, G.A., Yasutke. 1977. Clinical
Iwama, G., and T. Nakanishi. 1996. The Fish Methods for The Assessment on The
Immune System: Organism, Pathogen, Effect of Enviromental Stress on Fish
and Environment. Academic Press. San Health. Technical Paper of The US
Diego. Pp. 380. Departement of The Interior Fish ang the
Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh Pemberian Wildlife Service, 89 : 1-17.
Resin Lebah Terhadap Gambaran Darah Yuniar, V. 2009. Toksisitas Merkuri (Hg)
Maskoki (Carassius auratus) yang Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup,
Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Pertumbuhan, Gambaran Darah dan
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kerusakan Organ pada Ikan Nila
Landis, G. Wayne, R. M. Solfield, and Ming- Oreochromis niloticus (Skripsi). Padang:
Hoyu. 2011. Introduction Universitas Andalas.
ToEnvironmental Toxicology Molecular

38

Anda mungkin juga menyukai