Anda di halaman 1dari 3

Proses Buang Air Besar (Defekasi) 

- Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Terdapat dua pusat yang memberika refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila
terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defe;kasi
dirangsang untuk buang air beaar, kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap
waktu menguncup atau mengendor. Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itiu, seperti otot dinding perut,
diafragma, dan otot-otot dasar pelvis. 

Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai
oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. feaes yang normal
terdiri atas masa padat, berwarna coklat karena disebabkan ole;h mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus
kecil. Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu pertama, refieks, defekasi intrinsik
yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah
proses defekasi. Kedua, refieks defekasi parasimpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal
cord, dan merangsang ke kolon desenden, ke;mudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya
terjadi relaksasi sfingte:r interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi. 
Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang
kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan
buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu
hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut
diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar. Gerakan peristaltis dari otot-
otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar
(disebut ampulla) yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi oleh sistem
saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau
dihambat maka tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi sangat padat.
Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara,
bila ada infeksi bakteri atau virus di usus maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit.
Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan demikian
disebut dengan diare. 

Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja
akan didorong menuju ke saluran anus. Otot sphincter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja. dalam recum
terdapat dua otot yang berperan dalam proses defekasi yaitu otot sphincter ani internus dan otot shpincter ani eksternus.
otot sphincter ani internus bekerja secara tidak sadar sehingga sewaktu faecal material (feses) menekan otot tersebut akan berelaksasi
tetapi tidak akan terjadi proses defekasi apabila otot sphincter ani eksternus berkontraksi.Namun apabila otak menghendaki adanya
proses defekasi maka otak mengirimkan sinyal kepada otot sphincter ani eksternus yang bekerja secara sadar untuk berelaksasi
sehingga terjadi proses defekasi. Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan
saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan.
Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi. Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar.
Kehilangan kontrol dapat terjadi karena cedera fisik (seperti cedera pada otot sphinter anus), radang, penyerapan air pada usus besar
yang kurang (menyebabkan diare, kematian, dan faktor faal dan saraf). 

Anda mungkin juga menyukai