Anda di halaman 1dari 19

BAHAN AJAR

HARGA POKOK PRODUKSI


PRODUK BUSANA
OLEH :
NOVIANTI DWI RATNASARI, S.Pd

SMK NEGERI 2 BLORA


2020

1
MATERI HARGA JUAL DAN HARGA POKOK
PRODUKSI UNTUK PRODUK BUSANA
1. Busana Dalam Berbagai Kesempatan

Sebelum melihat lebih detail pada bagaimana langkah menentukan harga jual
produk Blus, terlebih dahulu dapat kita ingat sekilas tentang apa itu Blus. Blus
merupakan salah satu Desain Busana Berdasarkan Kesempatan. Menurut jenis kelamin,
busana dbedakan menjadi dua yaitu busana wanita dan busana pria, sedangkan
berdasarkan umurnya, busana dapat digolongkan menjadi busana anak – anak, busana
remaja, dan busana dewasa.
Untuk mencapai kenyamanan, desain busana haruslah memperhatikan: warna
kulit pengguna agar sesuai dengan karakter busana yang dipakai sehingga tampilan
menjadi lebih maksimal; bentuk tubuh pengguna, sehingga memilih jenis desain busana
yang serasi sesuai dengan bentuk tubuhnya; digunakan sesuai dengan kesempatan. Pada
umumnya setiap orang memerlukan busana untuk berbagai macam kesempatan antara
lain : Busana Rumah, busana kerja, busana olah raga, busana rekreasi, busana pesta dan
busana berkabung)

Gambar diambil dari http://mysweetchocololi.blogspot.com/2018/10/busana-rumah.html

1. Busana Rumah. Busana ini pantas dipakai di rumah. Busana rumah mempunyai
kesan sportif, bahan sederhana, bentuk dan desain tidak terlalu rumit, dan warna

2
tidak menyolok. Busana rumah merupakan busana yang digunakan pada
kesempatan santai di rumah. Bahan yang digunakan untuk Busana rumah
merupakan bahan yang nyaman dan menyerap keringat seperti katun atau rayon
viscose. Karena desainnya yang sederhana dan longgar karena mengutamakan
kenyamanan saat digunakan, Busana rumah kurang sopan atau kurang pas jika
digunakan untuk keluar rumah maupun menerima tamu. Ketika menemui tamu dan
keluar rumah sebaiknya tidak menggunakan Busana rumah, dan berganti dengan
busana yang lebih sopan.
Adapun yang termasuk macam-macam Busana rumah, yaitu :
a. Daster, adalah Busana berbentuk terusan / gaun dengan desain yang
sederhana dan longgar. Bahan yang digunakan untuk daster adalah bahan
yang yang nyaman dan menyerap keringat seperti batik katun atau kaos
dengan berbagai motif. Sama seperti baby-doll, pada bagian leher daster
tidak menggunakan kerah yang tinggi. Variasi kerah rebah atau garis
leher yang diselesaikan dengan depun, serip atau rompok yang
digunakan pada daster. Daster yang biasa ditemukan di pasaran dengan
model tanpa lengan atau variasi lengan yang longgar agar nyaman
digunakan. Namun juga terdapat model daster berlengan panjang dengan
panjang daster hingga mata kaki. 
b. Baby-doll, adalah Busana rumah yang terdiri dari dua bagian yaitu atasan
dan celana santai. Busana bagian atas baby-doll berbentuk blus tidak
dengan variasi model garis leher dengan penyelesaian rompok, depun,
atau serip, bisa juga menggunakan variasi kerah rebah. Jika terdapat
saku, biasanya saku yang digunakan adalah variasi saku tempel. Busana
bagian bawah baby-doll merupakan celana santai dengan desain
sederhana dan longgar dimana terdapat elastis pada bagian ban pinggang.
Panjang celana santai baby-doll bervariasi, ada yang pendek, selutut dan
ada yang panjang hingga mata kaki.

Gambar diambil dari https://www.laksani.com/model-baju-kerja-wanita/

3
2. Busana kerja. Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan dalam dunia kerja
semakin beragam. Situasi kerja yang penuh persaingan, membutuhkan kegesitan
dalam bergerak agar dapat meraih setiap peluang yang ada. Mereka yang ingin
sukses, tentu harus memperhatikan busana yang akan dikenakannya. Wanita aktif
membutuhkan busana yang nyaman dipakai dan menjamin keleluasaan, agar dapat
bebas bergerak dalam segala kesibukan sejak pagi sampai malam hari. Dengan
tuntutan kenyamanan  dan keleluasaan beraktifitas, maka setelan atasan dengan
celana panjang bisa menjadi pilihan. Selain modis dan selalu trendi, celana
panjang aman membungkus tungkai hingga mata kaki. Para pengguna busana kerja
pun dapat lebih aktif bergerak sehingga dapat lebih produktif. Busana kerja
memiliki berbagai variasi desain sesuai dengan jenis pekerjaannya, misalnya
busana kerja untuk ke kantor, busana kerja untuk ke bengkel, dan busana kerja
untuk perawat.

Gambar diambil dari http://pabrikbaju.co.id/olahraga/baju-sport

3. Busana olah raga. Bentuk busana olah raga disesuaikan dengan jenis dan bentuk
olahraganya. Olah raga senam memakai pakaian senam, olah raga renang memakai
baju renang atau bikini, olah raga tennis dapat memakai short atau kulot dengan
perlengkapannya, yakni topi dan sepatu. Dengan kata lain, setiap olah raga
memakai seragam pakaian tersendiri (khusus). Bahan yang digunakan, pilihlah
bahan rajutan supaya mudah bergerak, warna bahan cerah dan kontras. Demikian
juga dengan pelengkap pakaianya, harus disesuaikan dengan suasana olah raga
yang akan dilakukan. Jika dilihat dari fungsinya, tentu saja baju sport berbeda
dengan baju casual. Baju sport merupakan pakaian yang digunakan untuk kegiatan
olahraga, sedangkan baju casual merupakan pakaian yang anda kenakan ketika
santai atau hang out dengan teman anda. Selain itu, kita bisa pula membedakan
kedua pakaian ini dari sisi bahan yang digunakan. Anda bisa perhatikan kaos

4
olahraga yang anda punya. Bahan yang digunakan oleh baju olahraga merupakan
bahan pakaian yang lebih menyerap keringat. Hal ini sengaja dilakukan untuk
membantu para pemain olahraga yang tentunya banyak mengeluarkan keringat.
Sedangkan baju casual biasanya berbahan katun yang terlihat lebih santai ketika
dikenakan.

4. Busana rekreasi. Busana rekreasi adalah busana yang dikenakan pada kesempatan
santai/ bertamasya. Misalnya, rekreasi ke pantai, ke gunung, ke taman – taman
hiburan, ke lokasi bersejarah dan tempat – tempat yang banyak di kunjungi orang.
Dalam desain busana rekreasi, pilihlah bahan yang enak untuk di pakai bergerak,
warna bahan dan desainnya dapat dibuat secara bervariasi disesuaikan dengan
waktu dan kesempatan. Contohnya, bahan, warna, corak, desain, dan pelengkap
busana untuk rekreasi ke gunung berbeda dengan rekreasi ke pantai.

5
2. Harga Pokok Produksi

Konsep Harga Pokok Produksi

Salah satu teknik untuk menentukan harga jual adalah Cost Based Pricing. Untuk
itu perlu mengetahui berapa harga pokok penjualan sebuah produk, sehingga kita dapat
menentukan harga jual produk tersebut dan menentukan berapa laba yang diinginkan.
Berikut ini disampaikan bagaimana cara menghitung HPP, Harga Pokok Produksi.
Dengan menganut pendekatan Cost Based Pricing, kita dapat menentukan harga
jual barang secara akurat. Bila penentuan harga jual barang salah atau tidak akurat,
akibatnya ada 2 (dua) kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:
 Harga jual barang menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya, sehingga
pendapatan bisa menjadi tinggi (bila ada yang mau beli tentunya), atau malah
tidak ada yang beli.
 Harga jual barang menjadi lebih rendah dari kondisi wajar sehingga perusahaan
akan rugi.
Dua akibat tersebut tentu kurang baik untuk kelangsungan dan perkembangan bisnis
kita. Oleh karena itu agar akibat seperti tidak itu terjadi, maka harga jual produk harus
dihitung secara benar dan akurat.

Definisi Harga Pokok Penjualan


Berdasarkan prinsip akutansi yang dimaksud dengan harga pokok penjualan
adalah biaya yang dilaporkan sebagai beban saat barang dijual. Sedangkan menurut
definisi yang ditulis dalam buku Intermediate Accounting edisi 6, karya Dr. Zaki
Baridwan, M.Sc, Ak dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja,
pengertian harga pokok penjualan adalah: jumlah semua pengeluaran-pengeluaran
langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, produksi, dan
penyiapan produk agar dapat dijual.”
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), pengertian Harga pokok
produksi adalah: “harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan
langsung yang dipakai, upah langsung serta biaya produksi tidak langsung, dengan
perhitungan saldo awal dan saldo akhir barang dalam pengolahan.”
Jadi harga pokok penjualan diperoleh dari:
 Biaya langsung, misalnya, biaya pembelian bahan baku/pembantu langsung,
biaya tenaga kerja langsung.
 Biaya tidak langsung, misalnya biaya overhead.

6
Fungsi Penentuan Harga Pokok Produksi

Selain untuk menentukan harga jual suatu produk atau barang, tujuan perhitungan
harga pokok produksi ada 3 (tiga), yaitu :

1. Memantau Realisasi Biaya Produksi

Informasi biaya produksi yang sesungguhnya, dikeluarkan untuk sebuah produk,


biasanya dibutuhkan untuk  membandingkan anatara pelaksanaan rencana produksi.
Untuk memudahkan sebaiknya disusun laporan Budget VS Realisasi. Dengan
membuat laporan seperti itu, pihak manajemen perusahaan dapat melakukan
analisis produksi. Manajemen dapat menganalisis apakah proses produksi
mengkonsumsi total biaya produksi yang telah diperhitungkan sebelumnya, apakah
ada penyimpangan, dan sebagainya.
2. Menghitung Laba Rugi Periodik
Informasi biaya produksi digunakan untuk mengetahui: apakah kegiatan produksi
dan pemasaran dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau rugi
bruto?
3. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
Di dalam laporan keuangan neraca harus disajikan harga pokok produk jadi dan
harga pokok produksi pada saat tanggal neraca. Biaya produksi yang melekat pada
produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca disajikan.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan

Cara menghitung harga pokok penjualan pada perusahaan adalah dengan


menghitung harga pokok produksi. Berikut ini adalah rincian penggunaan biaya-biaya
tersebut disajikan di laporan harga pokok penjualan perusahaan manufaktur.

7
Komponen Biaya Produksi

Untuk menghitung harga pokok penjualan perusahaan manufaktur perlu


diperhatikan juga komponen-komponen yang termasuk dalam biaya produk. Ada 3
(tiga) komponen pokok dalam biaya produksi, yaitu :
1. Biaya Bahan.

Bahan yang dimaksud adalah bahan-bahan baik itu bahan baku maupun bahan
pembantu yang diolah dalam proses produksi menjadi produk jadi. Biaya bahan
baku adalah nilai bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, sedangkan
yang dimaksud dengan biaya bahan pembantu adalah nilai bahan pembantu atau
bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi. Selain itu juga perlu
diperhitungkan biaya labelling dan packaging (produksi label dan pembungkus).

MC =x MP
Biaya bahan merupakan perkalian antara jumlah bahan dikali harga pembelian.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi lebih lanjut diklasifikasikan ke
dalam biaya tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga
kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan tenaga kerja yang secara
langsung menangani proses pengolahan bahan baku menjadi produk selesai dan
dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Yang termasuk pada
biaya kerja langsung misalnya : upah tukang potong, tukang jahit, tukang sablon
kaos, bordir, pembuatan pola dalam pembuatan pakaian, dan operator mesin jika
menggunakan mesin. Sedangkan pengertian biaya tenaga kerja tidak langsung
adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak
langsung menangani pengolaan bahan.

8
Untuk menghitung gaji karyawan yang terlibat langsung dalam proses
produksi adalah dengan mengalikan tarif upah per jam dengan jumlah jam kerja
karyawan.

3. Biaya Overhead
Pengertian Biaya Overhead (BOP) adalah adalah biaya produksi selain
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini misalnya adalah biaya air,
biaya listrik, biaya sewa gudang, biaya penyusutan mesin untuk proses produksi di
pabrik dan sebagainya.

Evaluasi Harga Pokok Produksi

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. Bu Poppy memiliki usaha rumahan berupa usaha produksi busana, dengan nama
UD. Tiga Malaikat. Bu Poppy memproduksi sendiri blus dengan merk “Marry
Mer”. Sebagian besar produknya dijual melalui internet (online) dan sebagian
lainnya melalui dan offline di toko. Pada bulan Januari 2020, Bu Poppy memiliki:
 Persediaan awal bahan baku senilai Rp. 18.159.500,-
 Bahan jadi senilai Rp. 35.592.500,-.
Sebagai persiapan menjelang Lebaran, ia membeli:
 Bahan baku senilai Rp. 104.531.170,- dan
 Bahan pembantu Rp. 1.192.200,-.
 Biaya tenaga kerja langsung, yaitu upah tukang jahit Rp 21.952.500,-
Dari data-data di atas, maka kita dapat menghitung Harga Pokok Penjualan dan
Harga Pokok Produksi serta laporan harga pokok produksi tersebut berikut :

9
Marry Me

Harga Pokok Produksi Januari 2020

Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh jumlah biaya produksi sebesar Rp.
99.389.720,- dan Harga Pokok Penjualannya sebesar Rp. 81.725.970,-.

10
MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI BLUS

Petunjuk Praktik :
Pada praktik kali ini, yang diperlukan adalah pengamatan terhadap desain / sketsa,
atau model riil (contoh daster) atau soal-soal perhitungan. Soal perhitungan tersebut
merupakan simulasi dari produksi yang dihadapi oleh siswa dalam memproduksi
busana.
Langkah-langkah yang diperlukan oleh siswa untuk menghitung harga pokok
produksi busana kerja (Blus) adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan kebutuhan material pada blus
2. Menghitung Biaya Langsung dan Tidak Langsung (overhead) pada
pembuatan blus.
Materi Pokok :

Skema
Materi

Menghitung Harga Pokok Produksi Blus

1. Merumuskan Material yang diperlukan :

Material yang diperlukan dalam perhitungan untuk menentukan besaran harga


pokok produksi tergantung pada model dan ukuran yang digunakan pada produk busana
tersebut. Pada produk busana seperti Blus, desain yang digunakan dapat bervariasi
antara satu dengan yang lainnya.
Untuk menentukan jumlah bahan dan harga yang digunakan dalam suatu produk
maka langkah-langkah yang diambil adalah :
1. Melakukan pengukuran terhadap model Blus yang dikehendaki / model sesuai
desain.
2. Menentukan jenis bahan sesuai spesifikasi yang disepakati oleh pembeli (user)
3. Melakukan pecah pola

11
4. Melakukan rancang bahan, baik bahan utama, bahan pendukung dan bahan
pelengkap.
5. Melakukan riset harga terhadap bahan utama, bahan pendukung dan bahan
pelengkap
6. Melakukan rancang harga

2. Menghitung Biaya Langsung dan Biaya Tidak Langsung (Overhead)


Yang dimaksud dengan :
Biaya langsung yaitu biaya yang secara langsung masuk dalam proses produksi,
misalnya bahan baku langsung, upah buruh langsung, bahan penolong, barang gagal,
dan biaya lembur. Biaya langsung ini dapat dihitung dari :
1. Hasil rancang bahan dikalikan harga satuan masing-masing bahan.
2. Upah buruh langsung (Biaya Tenaga Kerja Langsung / BTKL).
a. Dalam sistem borongan, upah buruh dapat langsung ditentukan dengan
menetapkan harga borongan untuk satu jenis pekerjaan (contoh : ongkos
jahit satu potong daster, ongkos obras satu potong daster, dsb).
b. Dalam sistem harian, upah buruh dapat dicari dari tarif buruh per jam /
per hari dibagi jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan per jam / per
hari.
Biaya tidak langsung yaitu biaya yang secara tidak langsung ikut menentukan
proses produksi, dimana terdapat dua jenis yaitu :
1. Biaya Produksi tidak langsung, misalnya penggunaan listrik, BBM bila
menggunakan mesin genset, penggunaan air, dsb.
2. Biaya tetap (overhead), gaji karyawan, biaya penyusutan, biaya asuransi, biaya
perawatan, sewa gedung dan mesin.
Setelah diketahui seluruh biaya yang timbul dalam memproduksi suatu barang
(Blus) maka dapat dihitung harga pokok produksi.
3. Menghitung Harga Pokok Produksi per Satuan dan Keseluruhan :
Harga Pokok Produksi per satuan dari produk Blus yang di produksi dapat
ditentukan dari perhitungan sebagai berikut :
Biaya Bahan = Jumlah bahan yang digunakan x harga satuan
bahan
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Jumlah biaya per satuan (ongkos jahit, ongkos
obras, ongkos seterika, ongkos packing, dsb)
Biaya Tidak Langsung = Jumlah biaya tidak langsung dalam satu bulan :
jumlah produksi pada bulan yang sama
HPP = Jumlah Biaya Bahan + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Tidak
Langsung per satuan

12
Alat dan Bahan yang Digunakan :
1. Pita ukur / meteran untuk mengukur model / contoh busana
2. Pensil / ballpoint
3. Spidol merah / biru
4. Penggaris
5. Kertas
Keamanan dan Keselamatan Kerja :
1. Menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Fokus dan perhatian pada pekerjaan
3. Mengerjakan sesuai petunjuk Guru / pembimbing
Langkah Kerja :
1. Melakukan pengamatan terhadap contoh yang diberikan guru / pembimbing
2. Melakukan pengukuran terhadap model / sketsa yang diberikan oleh guru /
pembimbing
3. Membuat rancang bahan
4. Membuat rancang harga
5. Menghitung biaya langsung
6. Menghitung biaya tidak langsung
7. Menghitung harga pokok produksi

Cara menghitung harga pokok produksi jual busana.


Sebuah butik “UD Tiga Malaikat” membuatkan 5 buah blus sederhana bagi seorang
pelanggannya. Seluruh blus tersebut membutuhkan biaya sebagai berikut; untuk bahan
baku sebanyak Rp.125.000,00, bahan pembantu Rp. 7.500,00, bahan pelengkap
Rp.25.000,00, ongkos jahit dan obras sebesar Rp.50,000,00, biaya penyusutan
Rp.10.000,00, biaya sewa gedung Rp. 5.000,00 dengan laba 20% dan pajak 5%.

Berikut ini contoh cara perhitungan HPP.


1. Merumuskan bahan yang digunakan :
a. Bahan baku : Rp. 125.000,-
b. Bahan pembantu : Rp. 7.500,-
c. Bahan pelengkap : Rp 25.000,-
Sub Total : Rp. 157.500,-
2. Menghitung Biaya Langsung :
a. Biaya bahan : Rp. 157.500,-
b. Ongkos jahit dan obras : Rp. 50.000,-
Sub Total : Rp. 207.500,-
3. Menghitung biaya Tidak Langsung:
a. Biaya Penyusutan : Rp. 10.000,-
b. Biaya Sewa Gedung : Rp. 5.000,-
c. Sub Total : Rp. 15.000,-

13
4. Harga Pokok Produksi:
a. HPP : Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung
: Rp. 207.500 + 15.000
: Rp. 222.500,-

BAHAN DISKUSI :

Bahan Diskusi 1.
UD Tiga Malaikat adalah suatu industri kecil yang memproduksi Blus dan produk
busana lainnya. Pada bulan Maret 2020, UD Tiga Malaikat menerima pesanan dari
Matahari Supermaket di Paragon Mall Semarang berupa blus sejumlah 200 potong dari
3 ukuran. Model Blus yang dipesan oleh Matahari Supermaket di Paragon Mall
Semarang adalah sebagai berikut:

Bahan yang diinginkan oleh pihak pemesan adalah Katun Toyobo Jepang polos,
sedangkan bahan pelengkap dan pembantu diserahkan sepenuhnya kepada produsen.
Dari suplier diketahui harga bahan adalah sebagai berikut:

14
Harga satuan
No Jenis bahan Keterangan
(Rp)
1. Katun Toyobo Jepang (lebar 150 cm) 60.000 Per meter
2. Kancing 2.000 Per buah
3. Benang jahit sewarna 1.500 Per buah
4. Vliselin 5.000 Per meter
5. Obras sewarna 3.000 Per potong
6. Ongkos jahit 30.000 Per potong
7. Ongkos lain-lain 5.000 Per potong

Adapun detail ukuran dan kuantitas yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Ukuran (cm)
No Ukuran yang diperlukan
S M L

Kuantitas (potong) 50 150 50

Bagian Depan
1 Lingkar Badan 84 92 98
2 Lingkar Pinggang 64 70 76
3 Lingkar Panggul 90 96 102
4 Lebar Muka 30 32 33
5 Panjang Muka 31 32 34
6 Tinggi Dada 17 16 14
7 Panjang Blus 68 70 73
Bagian Samping / Lengan
8 Panjang bahu 11 12 13
9 Panjang Sisi 17 16 15
10 Tinggi Panggul 17 18 20
11 Panjang lengan 54 55 57
12 Lingkar kerung lengan 38 40 44
13 Lingkar pangkal lengan 34 36 38
14 Lingkar pergelangan tangan 20 22 24
Bagian Belakang
15 Panjang punggung 36 37 38
16 Lebar Punggung 32 34 36

Apabila diketahui biaya overhead UD Tiga Malaikat pada bulan Maret tersebut
adalah 2,5 juta rupiah dan order tersebut diselesaikan oleh UD Tiga Malaikat dalam
waktu 1 bulan, maka diskusikan:
1. Berapa harga pokok produksi per unit blus masing-masing ukuran!
2. Berapa harga pokok produksi keseluruhan untuk pesanan tersebut!

15
Dari model dan ukuran yang diketahui, langkah-langkah yang diambil adalah
sebagaimana berikut:
1. Merumuskan material yang diperlukan untuk perhitungan
Melakukan pecah pola (contoh ini, memakai metode Pola Bunka ) dan
melakukan rancang bahan pada ukuran sebagaimana berikut ini:

2. Menghitung biaya langsung


Dari pecah pola dan hasil rancang bahan, maka diketahui rincian biaya bahan
utama, pelengkap dan pembantu adalah sebagai berikut:
N Jenis Bahan Harga Ukuran
S M L

16
o satuan Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya
per unit per unit per unit

1 Katun Toyobo 60.000 1,1 m 66.000 1,25 m 75.000 1.35 m 81.000


Jepang
2 Kancing 2.000 8 buah 16.000 8 buah 16.000 8 buah 16.000
3 Benang jahit 1.500 1 buah 1.500 1 buah 1.500 1 buah 1.500
sewarna
4 Vliselin 5.000 25 cm 1.250 30 cm 1.500 35 cm 1.750
5 Obras sewarna 3.000 1 pt 3.000 1 pt 3.000 1 pt 3.000
6 Ongkos jahit 40.000 1 pt 30.000 1 pt 30.000 1 pt 30.000
7 Lain-lain 5.000 1 pt 5.000 1 pt 5.000 1 pt 5.000
JUMLAH 122.750 132.000 138.250

Dari rincian tersebut maka dapat disampaikan bahwa Biaya produksi yang
diperlukan untuk masing-masing ukuran adalah :
Daster ukuran S = Rp 122.750
Daster ukuran M = Rp 132.000
Daster ukuran L = Rp 138.250

3. Menghitung Biaya Tidak Langsung


Apabila seluruh order tersebut dikerjakan dalam waktu satu bulan, maka
harga pokok produksi per unit adalah sebagai berikut:
Biaya overhead per bulan = Rp 2.500.000
Produksi bulan tersebut = 200 potong blus
Beban biaya overhead per unit = 12.500

4. Menghitung Biaya Pokok Produksi per satuan


Harga Pokok Produksi per unit blus untuk setiap ukuran adalah sebagai
berikut ;
Blus ukuran S = Rp 122.750 + 12.500 = Rp 135.250
Blus ukuran M = Rp 132.000 + 12.500 = Rp 144.500
Blus ukuran L = Rp 138.250 + 12.500 = Rp 150.750

5. Menghitung Biaya Pokok Produksi Keseluruhan


Adapun harga pokok produksi secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
Blus ukuran S = Rp 135.250 x 50 potong = Rp 6.762.500
Blus ukuran M = Rp 144.500 x 100 potong = Rp 14.450.000
Blus ukuran L = Rp 150.750 x 50 potong = Rp 7.537.500
Jumlah HPP keseluruhan adalah Rp 28.750.000

17
DAFTAR PUSTAKA

Abas, T dan Suciati. 2007. Modul bahan ajar Manajemen Usaha Busana. Prodi
Pendidikan Tata Busana, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.

18
Jerusalem, M.A. 2011. Manajemen Usaha Busana. Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Rinartati, A dan Mustofani, H. 2019. Pembuatan Busana Industri. Tata Busana.


Ikatan Penata Busana Indonesia. Surabaya.

Tambahan bacaan (Literasi) :

https://ontbpwjt.wordpress.com/info-penting/3-pengayaan/3-kelas-xii/perhitungan-
harga-jual/

https://manajemenkeuangan.net/cara-menghitung-hpp/

https://reenapuji.wordpress.com/2013/05/03/desain-busana-berdasarkan-kesempatan/

19

Anda mungkin juga menyukai