Anda di halaman 1dari 10

PEMETAAN LIMBAH IKM KERAJINAN ROTAN DAN BATIK BERBASIS ECO-

INDUSTRIAL PARK MENUJU KAWASAN ZERO WASTE DI KABUPATEN


SUKOHARJO
Mapping of SME Rattan and batik Waste based on Eco-Industrial Park
towards Zero Waste Area in Kabupaten Sukoharjo

Tanggal Masuk: 26 Agustus 2015


Tanggal Revisi:
Tanggal disetujui:

ABSTRAK
Pengembangan wilayah yang ramah lingkungan saat ini menjadi perhatian pemerintah. Salah satu
aspek pengembangan wilayah adalah industri, di mana limbah industri kecil menengah (IKM) harus
dikelola agar menjadi lebih ramah lingkungan. Dengan demikian perlu adanya strategi untuk
pengelolaan limbah agar IKM dapat meningkatkan welfare (kesejahteraan) secara ekonomi dan sosial
dengan memperhatikan aspek lingkungan. Seperti IKM rotan dan IKM batik di Kabupaten Sukoharjo
perlu adanya pengelolaan limbah secara terintegrasi. Pengintegrasian dalam pengelolaan limbah
tersebut menggunakan konsep eco-industrial park (EIP) sehingga potensi limbah IKM rotan dan IKM
batik dapat dimaksimalkan. Analisis benefit cost ratio dan analisis dampak lingkungan dilakukan
untuk mengetahui apakah sistem EIP layak dilakukan oleh IKM rotan dan IKM batik. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat 14 IKM yang akan diintegrasikan dalam sistem EIP dengan IKM rotan dan
IKM batik. Limbah IKM rotan sebanyak 7,5 ton potongan rotan memiliki potensi untuk
dikelola dengan mendaur ulang produk, digunakan sebagai bahan pembuatan briket dan
digunakan sebagai bahan pencampur batu bata. Dengan analisa ekonomi, sistem EIP ini layak
dilakukan oleh IKM rotan dengan nilai BCR 2,03. Sedangkan limbah IKM batik sebanyak
900 kg endapan lumpur dan 150 kg abu memiliki potensi untuk dikelola dengan
menggunakan kembali endapan lumpur dan abu sebagai bahan pencampur batu bata. Analisa
dampak lingkungan memiliki dampak positif terhadap lingkungan, dengan berkurangnya
polusi udara dan penggunaan lahan untuk membuang limbah. Berdasarkan konsep sistem EIP
alur pengelolaan limbah IKM berbasis EIP dapat dipetakan.

Kata Kunci: IKM, Rotan, Batik, Limbah, EIP

ABSTRACT
The development of environmentally friendly city is currently the government's attention. One aspect
is the industrial development of the region, small and medium industrial (SMEs) waste should be
managed in order to be more environmentally friendly. Thus the need for a strategy for the
management of waste so that SMEs can improve the economic and social welfare by taking into
account environmental aspects. Such as SMEs rattan and batik in Sukoharjo need for an integrated
waste management. The integration of waste management using the concept of eco-industrial park
(EIP) so that the potential waste of rattan and batik SMEs can be maximized. Benefit cost ratio
analysis and environmental impact analysis was conducted to determine whether the EIP system
worthy performed by SMEs rattan and batik. The results showed there were 14 SMEs which will be
integrated in the EIP system with rattan and batik SMEs. Waste of SMEs rotan as much as 7.5 tons of
rattan wicker pieces have the potential to be managed by recycling products, are used as materials
for briquettes and used as an ingredient mixing bricks. With the economic analysis, EIP system is
feasible by SMEs rattan with BCR value of 2.03. While SMEs batik waste as much as 900 kg of sludge
and 150 kg of ash has the potential to be managed by reusing sludge and ash as an ingredient mixing
bricks. Environmental impact assessments had a positive impact on the environment, with reduced air
pollution and land use to dispose of waste. Based on EIP system concept, the workflow of waste
management SMEs can be mapped. (jumlah kata masih lebih dari 200)
Keywords: SME, Rattan, Batik, Waste, EIP

PENDAHULUAN maka dari itu perlu adanya strategi


Pengembangan wilayah merupakan isu perancanaan dan pengelolaannya.
yang menjadi perhatian pemerintah daerah Setiap daerah dan sub-daerah pasti
maupun pusat. Pengembangan wilayah memiliki visi untuk menjadikan
dapat menjadi salah satu tolak ukur dalam lingkungannya menjadi lingkungan yang
menilai kesuksesan suatu pemerintahan, bersih, begitu juga Kabupaten Sukoharjo.
baik itu daerah maupun pusat. Isu Visi ini harus dicapai pemerintah Kabupaten
pengembangan wilayah yang menjadi Sukoharjo dengan langkah-langkah
perhatian sekarang ini adalah strategis. Salah satunya adalah dengan
pengembangan wilayah yang berbasis pengelolaan limbah industri kecil menengah
ramah lingkungan. Di dalam pengembangan (IKM) yang sampai saat ini belum menjadi
wilayah industri merupakan salah satu perhatian bagi pemerintah Kabupaten
stakeholder yang harus diperhatikan Sukoharjo.
keberadaanya. Keberadaan industri Jumlah industri besar, menengah dan
menyumbang banyak masalah lingkungan kecil di kabupaten Sukoharjo ditunjukan
terkait dengan limbah yang dihasilkan, pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah unit usaha industri besar, kecil dan menengah di Sukoharjo
Jumlah Tenaga
Jumlah Unit Nilai Investasi
No Golongan Kerja
2013 2014 2013 2014 2013 2014
1 Besar 105 112 1982067 2021678 62329 64357
2 Menengah 276 301 151522 164268 17823 18588
3 Kecil 16525 16564 137412 141659 66580 66819
Sumber: DISPERINDAG Kabupaten Sukoharjo

Dari data tersebut diketahui bahwa tetapi apabila diakumulasikan bisa menjadi
jumlah Industri Kecil dan Menengah (IKM) 7,5 ton potongan rotan dan 900 kg lumpur
lebih banyak dibandingkan industri besar, yang bisa mengganggu atau merusak
jika diakumulasikan limbah IKM akan lingkungan. Padahal limbah tersebut
menjadi masalah. IKM kerajinan rotan dan sebenarnya memiliki potensi yang bisa
IKM batik merupakan dua IKM yang dimanfaatkan, karena sampai saat ini belum
menjadi produk unggulan di Kabupaten ada program dari pemerintah daerah
Sukoharjo. Limbah yang dihasilkan setiap mengenai penanganan limbah IKM dengan
pelaku IKM rotan adalah antara 50 kg cara mendaur-ulang (recycle), menggunakan
sampai 100 kg limbah potongan rotan per kembali (reuse) ataupun mengurangi
bulan, sedangkan rata-rata setiap pelaku keberadaan limbah itu sendiri (reduce).
IKM batik menghasilkan limbah endapan Dengan demikian perlu adanya penelitian
lumpur sisa penyaringan air pewarnaan sehingga mendapatkan sistem yang mampu
batik sebanyak 30 kg per bulan. Walaupun mengoptimalkan potensi limbah tersebut
limbah dari setiap pelaku IKM kerajinan dengan sistem pengelolaan limbah yang
rotan dan IKM batik dalam skala kecil akan terintegrasi, sehingga pengelolaan limbah
IKM rotan dan batik yang terintegrasi Mulai

dengan IKM yang lain yang ada di


Studi Literatur
Kabupaten Sukoharjo diharapkan dapat
mengurangi jumlah limbah ataupun Pengumpulan Data
mengurangi dampak dari limbah tersebut. di Dinas DESPERINDAG dan IKM-IKM

Memilih IKM yang diintegrasikan dengan


METODOLOGI PENELITIAN IKM rotan dan batik berdasarkan klaster dan
sentra IKM
Sumber data
Sumber data berasal dari data primer Merancang Konsep Zero waste IKM rotan,
dan data sekunder. Data primer merupakan IKM batik dan IKM yang terpilih

data atau informasi yang didapat langsung


dari DISPERINDAG dan IKM. Data yang Mengintegrasikan Mengintegrasikan
Pengelolaan limbah dengan dPengelolaan limbah dengan
diperoleh dari DISPERINDAG adalah data Sistem EIP Realistis Sistem EIP menuju Ideal
jumlah dan jenis IKM yang tergolong dalam
sentra dan klaster di Kabupaten Sukoharjo, Menganilisis sistem EIP
sedangkan data yang diambil dari IKM 1. Benefit cost ratio
2. Dampak lingkungan
adalah data jumlah, jenis dan profil IKM,
data bahan baku dan jumlah produksi IKM Memetakan Pengelolaan
dan data jumlah dan jenis limbah yang limbah berbasis EIP

dihasilkan setiap IKM di Kabupaten


Menarik
Sukoharjo. Kesimpulan dan Saran
Sementara untuk data sekunder
diperoleh dari studi pustaka dari penelitian- Selesai

penelitian sebelumnya, paten, literatur,


buku, berita, artikel termasuk website yang Gambar 1. Alur Penelitian
mengandung informasi yang dibutuhkan
Eco-Industrial Park
Alat dan Bahan Eco-Industrial Park (EIP) merupakan
Alat yang digunakan dalam penelitian sekumpulan industri (penghasil produk/jasa)
ini adalah kamera dan perangkat komputer yang berlokasi pada suatu tempat di mana
termasuk software (Microsoft Office, para pelaku-pelaku di dalamnya secara
Coreldraw X5). Bahan penelitian yang bersama mencoba meningkatkan
digunakan dalam penelitian ini berupa data performansi lingkungan, ekonomi, dan
yang diperoleh langsung dari IKM sosialnya.
berdasarkan wawancara dan pengamatan. Tujuan dari EIP ini tidak lain adalah
Alur proses penelitian mengikuti memperbaiki performansi ekonomi bagi
langkah-langkah yang ditunjukkan pada industri-industri di dalamnya melalui
Gambar 1. minimalisasi dampak lingkungan.
Sedangkan 7 prinsip EIP berdasarkan -teori
terdiri dari:
1. Integrasi ke dalam sistem alam
2. Sistem energi
3. Aliran material dan pengelolaan Iimbah
dari seluruh industri
4. Air datang dari luar sistem. Hal ini
5. Pengelola kawasan yang efektif merupakan sistem ideal yang menjadi
6. Rehabilitasi infrastruktur tujuan ekologi industri. (Kristanto,
7. Integrasi kawasan industri dengan 2012)
masyarakat sekitar (Anggoro, 2008) Komponen sistem
Energi Industri

Pada suatu kawasan industri terdapat


tiga tipe siklus sistem industri:
1. Tipe 1 (sistem proses linier) Komponen sistem Komponen sistem
Industri Industri
Pada tipe ini energi dan material masuk
pada sistem kemudian menghasilkan
produk, produk samping, dan limbah. Gambar 4. Tipe 3 siklus sistem industri.
Limbah yang dihasilkan tidak dilakukan
proses olah ulang sehingga Analisis Benefit Cost Ratio:
membutuhkan pasokan bahan baku dan Analisis benefit cost ratio adalah suatu
energi yang banyak. analisis untuk membandingkan seluruh
biaya yang dikeluarkan sistem dan manfaat
Sumber daya tak
Sistem Industri
Limbah Tak yang dapat diambil dari suatu sistem. Nilai
terbatas terbatas
perbandingan benefit dan cost dihitung
Gambar 2. Tipe 1 Siklus sistem dengan rumus berikut:
industri.
2. Tipe 2
Tipe dua adalah tipe industri yang paling Jika B/C > 1 maka proyek acceptable
banyak digunakan di Indonesia, tipe ini dan apabila B/C < 1 maka proyek tidak
sebagian limbah telah diolah ulang acceptable, sedangkan apabila B/C = 1
dalam sistem dan sebagian lagi dibuang proyek dinyatakan tidak untung dan tidak
ke lingkungan. rugi, dinyatakan acceptable atau tidaknya
tergantung tujuan proyek yang dianalisis.
Energi dan Sumber
daya terbatas
Komponen sistem
Industri
Limbah Terbatas (Husnan dan Muhammad, 2010)

Analisis Dampak Lingkungan :


Komponen sistem
Industri
Komponen sistem
Industri
Di dalam analisis dampak lingkungan,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
Gambar 3. Tipe 2 siklus sistem 1. Keadaan Lingkungan
industri. Apakah masih alami atau telah
3. Tipe 3 dipengaruhi oleh beberapa kegiatan
Tipe III merupakan sistem produksi pembangunan. Apabila lingkungan
kesetimbangan dinamik yang energi dan masih alami, lebih baik digunakan
limbahnya diolah ulang secara baik dan metode Leopold. Bila telah ada atau
digunakan sebagai bahan baku oleh banyak kegiatan pembangunan
komponen sistem lain. Pada sistem ini sebaiknya digunakan metode Fisher and
merupakan sistem industri yang tertutup Davies.
total dan hanya energi matahari yang 2. Aktivitas Pembangunan
Apakah aktivitas pembangunan yang diintegrasikan dengan IKM rotan dan
menjangkau wilayah yang luas atau batik, diantaranya adalah IKM pakaian
tidak. Untuk kegiatan pembangunan Jawa, IKM gitar, IKM kayu, IKM tatah
yang mencakup suatu daerah yang luas sungging, IKM jamu, IKM shuttlecock,
akan lebih baik menggunakan metode IKM alkohol, IKM gamelan, IKM jamur,
Overlay atau Moore dibanding dengan IKM lurik, IKM konveksi, IKM sarung
metode Leopold. Sementara itu goyor, dan IKM emping mlinjo. Setelah
pertimbangkan terhadap proyeknya IKM terpilih, langkah selanjutnya
sendiri, apakah aktivitasnya yang diduga merancang konsep zero waste dari IKM
menimbulkan dampak banyak atau rotan, IKM batik dan IKM yang lain untuk
sedikit. diintegrasikan ke dalam sistem EIP realistis
3. Tersedianya Sumber Daya dan EIP menuju ideal.
Studi penyusun AMDAL ini harus Di dalam sistem EIP ini memungkinkan
cukup tersedia dana, tenaga dan waktu. adanya IKM atau sistem pengelolaan limbah
Apabila tidak tersedia dana yang cukup, baru yang akan diintegrasikan, sehingga
tenaga yang masih belum terampil limbah yang tidak bisa dimanfaatkan oleh
apalagi waktunya pendek maka lebih IKM yang sudah ada bisa dimanfaatkan atau
baik menggunakan metode yang paling dikelola oleh IKM atau sistem pengelolaan
sederhana (Suratmo, 1993). limbah baru tersebut. Terdapat 2 IKM baru
dan 2 usaha baru yang harus dibangun pada
HASIL DAN PEMBAHASAN sistem EIP ini, yaitu IKM briket, IKM keset,
IKM yang akan diintegrasikan dengan pertanian empon-empon dan peternakan
IKM rotan dan batik adalah IKM yang ayam. Sehingga pemanfaatan limbah IKM
tergabung dalam klaster dan sentra, hal ini rotan dan batik dapat dilihat pada tabel 4.3
dikarenakan akan lebih mempermudah alur dan menghasilkan sistem pengelolaan
informasi pengelolaan limbah dan akan limbah berbasis EIP seperti yang
mudah diimplementasikan. Berdasarkan ditunjukkan pada gambar 3.
data dari DISPERINDAG terdapat 14 IKM

Tabel 2. Pemanfaatan limbah IKM rotan dan batik sistem EIP


IKM penghasil Limbah Manfaat IKM Jumlah limbah
Pengguna (Bulan)
Rotan Potongan rotan Didaur ulang Rotan 2.25 ton
Potongan rotan Sumber energi panas Briket 5.25 ton
Abu Pencampur Bahan Baku Batu bata 72 kg
Batik Abu Pencampur Bahan Baku Batu bata 150 kg
Lumpur Pencampur Bahan Baku Batu bata 900 kg
Air sisa pewarna Diolah dengan bak Lingkungan 50 liter/hari
penyaringan perperajin
IKM
Keset
Limbah abu
Limbah Limbah
Limbah air pewarna potongan kain potongan kain Recycle Reuse
yang bisa dibuang ke Limbah Kulit
lingkungan sekitar Reuse Recycle
Mlinjo kering IKM
Batu Bata
Recycle
IKM IKM IKM
Limbah IKM
sarung pakaian Konveksi
Sisa benang Emping
goyor jawa Mlinjo

Recycle Limbah
Sisa Potongan Kain

Recycle IKM lurik IKM Limbah


Recycle
Rotan potongan rotan
Limbah air pewarna
yang bisa dibuang ke Recycle
lingkungan sekitar
Limbah abu
Reuse E
Reuse IKM Gitar N
Peternakan Limbah IKM E
Ayam Ampas Jamu Jamu
R
Reuse Kotoran ayam Limbah G
(Pupuk kandang) Limbah
Serbuk kayu
Abu
IKM I
Reuse Briket
Pertanian Tanaman Energi Matahari
empon-empon Jamu P
IKM IKM
Limbah Shutlecock Alkohol Limbah Air Limbah A
Reuse
Potongan Bulu badeg lumpur N
Energi Recycle A
Energi
S
Reuse

Listrik IPAL Limbah serbuk


Listrik
IKM kayu bekas
Limbah Recycle
Tatah
potongan kulit
backlog
Sungging
IKM
Reuse Jamur Limbah Abu
Pembakaran
IKM
Recycle
Krupuk Kulit Reuse
Recycle
Limbah
Limbah Air Pewarna
Recycle Recycle
Serbuk kayu
(dengan pengolahan bak
penyaring)

IKM IKM IKM Limbah Potongan


Limbah endapan kayu
Batik Gamelan Kayu
lumpur
Recycle

Limbah Abu sisa Limbah Abu sisa


pembakaran pembakaran
Limbah
Recycle Abu Recycle
Recycle

Kerangka
kayu
IKM Reuse Limbah Abu sisa Reduce
Batu Bata pembakaran

Keterangan: Limbah diatas batas Energi Matahari


IKM klaster/ Alur Limbah
sentra toleransi lingkungan
Energi listrik Alur Energi Panas
Jenis Limbah dibawah batas
Limbah toleransi lingkungan Energi Panas Alur Energi Matahari
IKM non Produk yang Alur Energi listrik
IKM dan Usaha Baru
klaster/sentra dihasilkan dari sistem

Gambar 5. Konsep sistem EIP IKM rotan dan batik.


Analisa Ekonomi Sedangkan analisa BCR dari IKM batik
Dengan sistem EIP, IKM rotan dan adalah sebagai berikut:
IKM batik memperoleh penghematan dan 1. Pembelian briket sebagai pengganti
Peningkatan keuntungan dari pemanfaatan bahan bakar kayu
limbah yang dihasilkan. Selain IKM rotan IKM briket membutuhkan 7500 kg kayu
dan batik, IKM yang terpilih juga bakar per bulan dengan harga per
mendapatkan keuntungan secara ekonomi kilogram adalah Rp 4.500,-. Dengan
dari sistem ini. Analisa BCR dari IKM rotan demikian dengan adanya sistem EIP ini,
adalah sebagai berikut: IKM batik tidak mengeluarkan biaya
1. Mendaur ulang limbah potongan rotan sebesar Rp 33.750.000,-/bulan. Biaya
Terdapat 2250 kg per bulan limbah yang tidak dikeluarkan tersebut
potongan rotan yang bisa didaur ulang, merupakan keuntungan secara tidak
di mana 1 produk daur ulang langsung didapatkan IKM batik. Akan
membutuhkan 3 kg limbah potongan tetapi dengan sistem EIP ini, IKM batik
rotan. Dengan demikian dalam sebulan menggunakan briket dari IKM briket
bisa menghasilkan produk daur ulang dengan kebutuhan 2500 kg/bulan
limbah sebanyak 750 produk dengan dengan harga Rp 3.500,-/kg, sehingga
harga jual rata-rata 1 produk adalah Rp biaya yang dikeluarkan IKM batik
50.000,- dengan biaya produksi Rp adalah Rp 8.750.000,-/bulan.
15.000,-. Sehingga IKM rotan bisa 2. Analisa BCR
meningkatkan keuntungan dari limbah
yang didaur ulang yaitu sebanyak Rp BCR = =
26.250.000,-/bulan dan dengan biaya BCR = 3,85 (sistem EIP layak dilakukan
produksi Rp 11.250.000,-/bulan. oleh IKM batik secara ekonomi)
2. Penjualan limbah potongan rotan dan
pembelian briket Analisa Dampak Lingkungan
Terdapat 5250 kg limbah potongan rotan Dengan adanya sistem EIP ini, dapat
yang bisa dijual ke IKM briket dengan mengurangi dampak lingkungan di
harga Rp 1.000,- sehingga pemasukan antaranya adalah:
per bulan adalah Rp 5.250.000,-. Biaya 1. Berkurangnya polusi udara akibat
pembelian briket 1200 kg per bulan pembakaran 7,5 ton potongan rotan yang
dengan harga Rp 3.500,-/kg, sehingga didaur ulang menjadi produk yang
pengeluaran per bulan adalah Rp ekonomis dan dimanfaatkan sebagai
4.200.000,-. sumber energi panas oleh IKM yang
3. Analisa BCR membutuhkan.
2. Berkurangnya polusi bau dan
BCR = penggunaan lahan akibat lumpur sisa
pewarna IKM batik sebanyak 900
BCR = kg/bulan yang digunakan sebgai bahan
pencampur batu bata.
BCR =
BCR = 2,03 (sistem EIP layak dilakukan
oleh IKM rotan secara ekonomi)
Gambar 6. Peta alur limbah sistem EIP.

Pemetaan limbah IKM batik dan


rotan KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan konsep sistem EIP, di Kesimpulan
mana IKM rotan, IKM batik dan 14 IKM 1. IKM rotan dan IKM batik diintegrasikan
yang lain diintegrasikan dalam satu sistem dalam sistem EIP dengan 14 IKM yang
pengelolaan limbah. Sehingga alur limbah tergabung dalam klaster dan sentra.
dengan konsep sistem EIP dapat dibaca 2. Limbah IKM rotan sebanyak 7,5 ton
dengan melihat peta pada gambar 6. potongan rotan memiliki potensi untuk
dikelola dengan mendaur ulang produk,
digunakan sebagai bahan pembuatan Husnan, S. dan Muhammmad, S. 2000. Studi
briket dan digunakan sebagai bahan Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UUP
pencampur batu bata. Dengan analisa STIM YKPN
ekonomi, sistem EIP ini layak dilakukan Kristanto, P. 2012. Ekologi Industri.
Yogyakarta: Andi.
oleh IKM rotan dengan nilai BCR 2,03.
Langi, ERS. dkk. 2012. Analisa Mengenai
3. Limbah IKM batik sebanyak 900 kg
Dampak Lingkungan. Makalah
endapan lumpur dan 150 kg abu memiliki Pencemaran Lingkungan. Palembang:
potensi untuk dikelola dengan STIK Bina Husada.
menggunakan kembali endapan lumpur Panyathanakun, V. Tantayanon, S. Tingsabadh,
dan abu sebagai bahan pencampur batu C. dan Charmondusit, K. 2012. Preliminary
bata. Study on the Community-Based-Eco-
4. Analisa dampak lingkungan memiliki Industrial Estate Development of Northern
dampak positif terhadap lingkungan, Region Industrial Estate Thailand.
dengan berkurangnya polusi udara dan Procedia - Social and Behavioral Sciences
penggunaan lahan untuk membuang Volume 40.
Soetarto, Muqorobin. A. dan Mabruroh. Produk
limbah.
Unggulan dan Nilai PAD: Kasus di Kab.
5. Penelitian ini menghasilkan suatu
Sukoharjo Jawa Tengah. Prosiding
pemikiran baru, dimana konsep eco- Seminar Nasional Ilmu Ekonomi Terapan,
industrial park tidak hanya digunakan 182-192. Semarang: FE UNIMUS
sebagai acuan dalam perancangan Suratmo, F. 1993. Analisa Mengenai Dampak
kawasan industri baru saja, akan tetapi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
bisa digunakan sebagai dasar dalam University Pers
pengelolaan limbah kawasan industri Tim Penyusun Disperindag Kabupaten
yang sudah ada. Sukoharjo. 2014. Komoditi Unggulan
Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo:
Saran Disperindag Kab. Sukoharjo
Widdy, V. 2011. Arang Briket Sebagai Solusi
1. Penelitian selanjutnya diharapkan
Energi Alternatif Pada Home Industri
menganalisis semua IKM yang
Brem Di Madiun. Madiun: Program Studi
diintegrasikan dalam sistem EIP, tidak Teknik Industri Universitas Widya
hanya IKM rotan dan IKM batik. Mandala.
2. Perlu adanya penelitian mengenai Zheng, H.M. Zhang, Y. dan Yang, N.J. 2012.
kebutuhan energi dari sistem EIP realistis Evaluation of an Eco-Industrial Park Based
dan ideal yang sudah dikonsep. on a Social Network Analysis. Procedia
3. Diharapkan Disperindag Kabupaten Environmental Sciences Volume 13.
Sukoharjo mensosialisasikan suatu
konsep pengelolaan limbah IKM,
sehingga kesadaran potensi limbah
masing-masing IKM akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, S. 2008. Eco-Disain dan Konstruksi
untuk Kawasan Eco-Industrial Park (EIP).
Jakarta: BPPT.

Anda mungkin juga menyukai