ABSTRAK
Pengembangan wilayah yang ramah lingkungan saat ini menjadi perhatian pemerintah. Salah satu
aspek pengembangan wilayah adalah industri, di mana limbah industri kecil menengah (IKM) harus
dikelola agar menjadi lebih ramah lingkungan. Dengan demikian perlu adanya strategi untuk
pengelolaan limbah agar IKM dapat meningkatkan welfare (kesejahteraan) secara ekonomi dan sosial
dengan memperhatikan aspek lingkungan. Seperti IKM rotan dan IKM batik di Kabupaten Sukoharjo
perlu adanya pengelolaan limbah secara terintegrasi. Pengintegrasian dalam pengelolaan limbah
tersebut menggunakan konsep eco-industrial park (EIP) sehingga potensi limbah IKM rotan dan IKM
batik dapat dimaksimalkan. Analisis benefit cost ratio dan analisis dampak lingkungan dilakukan
untuk mengetahui apakah sistem EIP layak dilakukan oleh IKM rotan dan IKM batik. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat 14 IKM yang akan diintegrasikan dalam sistem EIP dengan IKM rotan dan
IKM batik. Limbah IKM rotan sebanyak 7,5 ton potongan rotan memiliki potensi untuk
dikelola dengan mendaur ulang produk, digunakan sebagai bahan pembuatan briket dan
digunakan sebagai bahan pencampur batu bata. Dengan analisa ekonomi, sistem EIP ini layak
dilakukan oleh IKM rotan dengan nilai BCR 2,03. Sedangkan limbah IKM batik sebanyak
900 kg endapan lumpur dan 150 kg abu memiliki potensi untuk dikelola dengan
menggunakan kembali endapan lumpur dan abu sebagai bahan pencampur batu bata. Analisa
dampak lingkungan memiliki dampak positif terhadap lingkungan, dengan berkurangnya
polusi udara dan penggunaan lahan untuk membuang limbah. Berdasarkan konsep sistem EIP
alur pengelolaan limbah IKM berbasis EIP dapat dipetakan.
ABSTRACT
The development of environmentally friendly city is currently the government's attention. One aspect
is the industrial development of the region, small and medium industrial (SMEs) waste should be
managed in order to be more environmentally friendly. Thus the need for a strategy for the
management of waste so that SMEs can improve the economic and social welfare by taking into
account environmental aspects. Such as SMEs rattan and batik in Sukoharjo need for an integrated
waste management. The integration of waste management using the concept of eco-industrial park
(EIP) so that the potential waste of rattan and batik SMEs can be maximized. Benefit cost ratio
analysis and environmental impact analysis was conducted to determine whether the EIP system
worthy performed by SMEs rattan and batik. The results showed there were 14 SMEs which will be
integrated in the EIP system with rattan and batik SMEs. Waste of SMEs rotan as much as 7.5 tons of
rattan wicker pieces have the potential to be managed by recycling products, are used as materials
for briquettes and used as an ingredient mixing bricks. With the economic analysis, EIP system is
feasible by SMEs rattan with BCR value of 2.03. While SMEs batik waste as much as 900 kg of sludge
and 150 kg of ash has the potential to be managed by reusing sludge and ash as an ingredient mixing
bricks. Environmental impact assessments had a positive impact on the environment, with reduced air
pollution and land use to dispose of waste. Based on EIP system concept, the workflow of waste
management SMEs can be mapped. (jumlah kata masih lebih dari 200)
Keywords: SME, Rattan, Batik, Waste, EIP
Tabel 1. Jumlah unit usaha industri besar, kecil dan menengah di Sukoharjo
Jumlah Tenaga
Jumlah Unit Nilai Investasi
No Golongan Kerja
2013 2014 2013 2014 2013 2014
1 Besar 105 112 1982067 2021678 62329 64357
2 Menengah 276 301 151522 164268 17823 18588
3 Kecil 16525 16564 137412 141659 66580 66819
Sumber: DISPERINDAG Kabupaten Sukoharjo
Dari data tersebut diketahui bahwa tetapi apabila diakumulasikan bisa menjadi
jumlah Industri Kecil dan Menengah (IKM) 7,5 ton potongan rotan dan 900 kg lumpur
lebih banyak dibandingkan industri besar, yang bisa mengganggu atau merusak
jika diakumulasikan limbah IKM akan lingkungan. Padahal limbah tersebut
menjadi masalah. IKM kerajinan rotan dan sebenarnya memiliki potensi yang bisa
IKM batik merupakan dua IKM yang dimanfaatkan, karena sampai saat ini belum
menjadi produk unggulan di Kabupaten ada program dari pemerintah daerah
Sukoharjo. Limbah yang dihasilkan setiap mengenai penanganan limbah IKM dengan
pelaku IKM rotan adalah antara 50 kg cara mendaur-ulang (recycle), menggunakan
sampai 100 kg limbah potongan rotan per kembali (reuse) ataupun mengurangi
bulan, sedangkan rata-rata setiap pelaku keberadaan limbah itu sendiri (reduce).
IKM batik menghasilkan limbah endapan Dengan demikian perlu adanya penelitian
lumpur sisa penyaringan air pewarnaan sehingga mendapatkan sistem yang mampu
batik sebanyak 30 kg per bulan. Walaupun mengoptimalkan potensi limbah tersebut
limbah dari setiap pelaku IKM kerajinan dengan sistem pengelolaan limbah yang
rotan dan IKM batik dalam skala kecil akan terintegrasi, sehingga pengelolaan limbah
IKM rotan dan batik yang terintegrasi Mulai
Recycle Limbah
Sisa Potongan Kain
Kerangka
kayu
IKM Reuse Limbah Abu sisa Reduce
Batu Bata pembakaran
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, S. 2008. Eco-Disain dan Konstruksi
untuk Kawasan Eco-Industrial Park (EIP).
Jakarta: BPPT.