Anda di halaman 1dari 17

PENJELASAN PASAL

DALAM UU NO. 5 TAHUN 1999

Contoh Kasus/Perkara

Kurnia Toha, S.H., LL.M., Ph.D.


Ketua KPPU
Jakarta, 16 September 2020

1
LARANGAN DALAM UU NO. 5/1999

PERJANJIAN YANG KEGIATAN YANG


POSISI DOMINAN
DILARANG DILARANG
(PASAL 25-29)
(PASAL 4-16) (PASAL 17-24)
• Oligopoli • Monopoli • Posisi Dominan
• Penetapan Harga
• Monopsoni • Jabatan Rangkap
• RPM
• Pembagian Wilayah • Diskriminasi • Kepemilikan Saham
• Pemboikotan • Jual Rugi • Penggabungan,
• Kartel • Persekongkolan Peleburan dan
• Trust Pengambilalihan
• Oligopsoni
• Integrasi Vertikal
• Perjanjian Tertutup
• Perjanjian dgn Pihak LN
Penetapan Harga
Pasal 5
Pasal 5:
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga
atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar
oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak berlaku bagi:
a. Suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha
patungan; atau
b. Suatu perjanjian yang didasarkan undang-
undang yang berlaku.
3
Studi Kasus 1: Tiket Pesawat
Perkara Nomor 15/KPPU-I/2019

• Adanya dugaan penetapan harga tiket angkutan udara niaga berjadwal


penumpang kelas ekonomi dalam negeri.
• Terdapat concerted action atau parallelism para terlapor, dalam bentuk
kesepakatan untuk meniadakan diskon atau membuat keseragaman diskon, dan
kesepakatan meniadakan produk yang ditawarkan dengan harga murah di
pasar.
Para Terlapor:
• Hal ini mengakibatkan terbatasnya pasokan dan mahalnya harga tiket
pesawat yang harus dibayar konsumen . Kegiatan ini dilakukan melalui
1. PT Garuda Indonesia pengurangan subclass dengan harga murah oleh para Terlapor melalui
2. PT Citilink Indonesia, kesepakatan tidak tertulis antar para pelaku usaha (meeting of minds) .
3. PT Sriwijaya Air
• Para terlapor terbukti melanggar Pasal 5 UU No. 5/1999, dan KPPU
4. PT NAM Air menjatuhkan sanksi berupa perintah kepada para Terlapor untuk
5. PT Batik Air memberitahukan secara tertulis kepada KPPU setiap kebijakan yang akan
6. PT Lion Mentari, dan berpengaruh terhadap peta persaingan usaha, harga tiket yang dibayar oleh
konsumen, dan masyarakat, sebelum kebijakan tersebut diambil.4
7. PT Wings Abadi.
Kartel Pasal 11
Pasal 11:
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian,
dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud
untuk mempengaruhi harga dengan mengatur
produksi dan atau pemasaran suatu barang dan
atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat”

Bentuk kartel dapat berupa :


1. Kartel harga
2. Kartel produksi
3. Kartel pembagian wilayah pemasaran 5
Studi Kasus 2: Kartel Ban
Perkara Nomor 08/KPPU-I/2014

• Adanya dugaan praktik kartel harga sesama produsen ban, dan menyebabkan
harga ban menjadi lebih mahal dari seharusnya untuk jenis ban mobil
Para Terlapor (produsen ban) penumpang dengan ring 13, ring 14, ring 15, dan ring 16.

• Struktur pasar industri ban adalah konsentrasi dan dalam struktur pasar
1. PT Bridgestone Tire demikian, Bridgestone dkk melalui Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI)
Indonesia. bersepakat untuk tidak melakukan banting harga, memberlakukan ketentuan
2. PT Sumi Rubber Indonesia. baru mengenai warranti claim, menahan diri dan secara terus menerus
mengontrol distribusi ban masing-masing perusahaan, agar pasar tetap
3. PT Gajah Tunggal Tbk. terpelihara.
4. PT Goodyear Indonesia
• Para terlapor terbukti melanggar Pasal 5 dan Pasal 11 UU No.5/1999 dan
Tbk.
dikenakan denda sebesar Rp 25 miliar setiap perusahaan;
5. PT Elang Perdana Tyre • Putusan KPPU dikuatkan oleh PN dan MA (namun oleh PN jumlah denda
Industry. diturunkan menjadi Rp 5 miliar per perusahaan. 6
6. PT Industri Karet Deli.
Integrasi Vertikal
Pasal 14
Pasal 14:

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian


dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk
menguasai produksi sejumlah produk yang
termasuk dalam rangkaian produksi barang dan
atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian
produksi merupakan hasil pengolahan atau
proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian
langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat dan atau merugikan masyarakat.
Studi Kasus 3: PT TPI – Grab
Perkara Nomor 13/KPPU-I/2019

• Adanya dugaan diskriminasi mitra pengemudi, melalui order


prioritas yang diberikan Grab kepada mitra pengemudi di
Para Terlapor :
bawah TPI.
1. PT Solusi Transportasi • Grab dan TPI dinilai melakukan penguasaan industri dari hulu
Indonesia (Grab) ke hilir yang memiliki rangkaian produksi, yang sebenarnya
2. PT Teknologi nilainya bisa dinikmati oleh pelaku usaha lain dalam hal ini
Pengangkutan Indonesia pengemudi di luar TPI yang merupakan bagian dari
(TPI)
masyarakat luas.
• Para terlapor terbukti melanggar Pasal 14 dan Pasal 19 (d) dan
dikenakan denda sebesar total Rp 30 miliar (Grab) dan total Rp
19 miliar (TPI) 8
Perjanjian Tertutup
Pasal 15
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan peaku usaha lain yang memuat persyaratan
bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok
kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu
(2) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau
jasa lain dari pelaku usaha pemasok
(3) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas
barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan
atau jasa dari pelaku usaha pemasok:
a. harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok;
b. tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang
menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok
Studi Kasus 4: Le Minerale vs Aqua
Perkara Nomor 22/KPPU-I/2016

• Aqua dan distributornya bekerja sama untuk melarang sejumlah toko menjual
Le Minerale.
• Diduga, Aqua dan distributornya mangancam hendak menurunkan status dan
fasilitas alias degregasi, dari semula star outlet (SO) menjadi wholeseller (WO)
eceran terhadap pedagang yang menjual Le Mineralle
Para Terlapor:
• Tindakan tersebut seakan menghalangi pelaku usaha lain di dunia usaha
AMDK. Terlebih, degradasi tersebut menyebabkan sang agen mendapatkan
1. PT Tirta Investama harga 3 persen lebih mahal.
(Danone Aqua)
• Dalam persidangan pun terbukti komunikasi yang dilakukan Aqua dengan BAP
itu masing-masing menggunakan surat elektronik pribadi perusahaan. Dengan
2. PT Balina Agung Perkasa demikian, secara resmi ini merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan.
(BAP / distributor Aqua) Apalagi, BAP merupakan distributor yang hanya menjual merek Aqua di 12
wilayah, Babelan, Bekasi, Cikarang, Cikampek, dan Pulo Gadung.
• Para terlapor terbukti melanggar Pasal 15 ayat (3) huruf b dan Pasal 19 huruf a
dan b UU No. 5/1999 dan dikenakan denda sebesar Rp 13 miliar10 (Aqua) dan Rp
6 miliar (BAP)
Penguasaan Pasar
Pasal 19
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik
sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat berupa:
a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk
melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan, atau
b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha
pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan
pelaku usaha pesaingnya
c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau
jasa pada pasar bersangkutan; atau
d. melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha
tertentu
Studi Kasus 5: Pop Ice
Perkara Nomor 14/KPPU-L/2015

Terlapor menerapkan strategi marketing yang menyalahgunakan posisi


dominan dengan mengeluarkan Program Pop Ice The Real Ice Blender.
Program ini mewajibkan kios minuman dan toko di pasar untuk tidak
memajang dan/atau menjual produk pesaing dengan cara menjanjikan
Terlapor : hadiah tertentu.

Hal itu dibuktikan dengan adanya internal office memo yang berisi tiga
PT Forisa Nusapersada program, yaitu program bantu tukar produk pop ice, program display kios
minuman dan program display toko pasar.

• Terlapor terbukti melanggar Pasal 19 huruf (a) dan (b) dan Pasal 25
ayat 1 huruf (a) dan (c) dan diwajibkan membayar denda sebesar Rp
11 Miliar.
12
Merger dan Akuisisi
Pasal 28 dan 29

Pasal 28 ayat (1) dan (2) : Pasal 29 ayat (1) :


“Pelaku usaha dilarang melakukan “Penggabungan atau peleburan badan
usaha, atau pengambilalihan saham yang
penggabungan atau peleburan badan
yang berakibat nilai aset dan atau nilai
usaha atau pengambilalihan saham
penjualannya melebihi jumlah tertentu,
perusahaan lain, yang dapat
selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal
mengakibatkan terjadinya praktek
penggabungan, peleburan, atau
monopoli dan atau persaingan usaha
pengambilalihan tersebut wajib
tidak sehat” diberitahukan kepada KPPU
Kewajiban Notifikasi M & A
Ps. 3 (1) Perkom 3/2019

Pelaku Usaha yang menerima penggabungan

Pelaku Usaha hasil Peleburan

Pelaku Usaha yang melakukan


Pengambilalihan, atau

Pelaku Usaha yang menerima atau


mengambilalih Aset
Kewajiban Notifikasi M & A Ke KPPU

15
Pengenaan Denda Keterlambatan

16
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
http://www.kppu.go.id

ALAMAT KPPUINDONESIA
Gedung KPPU @KPPU
Jl. Ir. H. Juanda No. 36 KPPUOFFICIAL
Jakarta 10120, Indonesia
P. +6221-3507015/16/49 kppu_ri
F. +6221-3507008
E. infokom@kppu.go.id
E. international@kppu.go.id

Anda mungkin juga menyukai