DISUSUN OLEH :
HASUNA NURPALINRI
08061381924086
DOSEN PENGAMPU
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Penulis
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah
ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Tablet merupakan salah satu sediaan obat per oral yang dapat diformulasikan
dengan atau tanpa zat tambahan. Sediaan ini memiliki banyak keuntungan salah
satunya yaitu praktis dalam penggunaan dan dapat diproduksi dalam skala besar.
Tablet diproduksi melalui 3 macam metode yaitu granulasi kering, granulasi basah
dengan bahan tablet yang akan dicetak. Sehingga perlu bagi para formulator untuk
kelebihan dibandingkan sediaan lain dilihat dari segi penyimpanan, distribusi maupun
eksipien atau zat tambahan yang memiliki peranan penting diantaranya bahan pengisi,
yang tepat agar dapat menghasilkan tablet yang memenuhi syarat. Salah satu eksipien
dalam formulasi tablet yaitu bahan pengikat (binder). Bahan pengikat tablet sejauh ini
dibagi menjadi 2 jenis yaitu bahan pengikat polimer alam dan bahan pengikat polimer
partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Kompaktibilitas tablet dapat dipengaruhi
oleh tekanan kompresi maupun bahan pengikat. Bahan pengikat dari alam atau
natural binder saat ini banyak diteliti, seperti pati biji cempedak, pati umbi garut dan
pati umbi gembili. Bahan pengikat sintetis contohnya yaitu Na-CMC, metil selulosa,
digunakan dalam formulasi tablet. Bahan ini bersifat kompatibel dengan berbagai
macam eksipien farmasetis, tidak beracun dan memiliki kelarutan pada pelarut polar
maupun non polar sehingga memudahkan dalam memilih pelarut pada pembuatan
Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang penting dalam
pembuatan tablet, bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan pengikat dari
tablet dan melawan tekanan pada saat penabletan. Bahan ini akan menghancurkan
tablet bila bersentuhan dengan air atau cairan saluran pencernaan. Tablet akan hancur
menjadi granul selanjutnya pecah menjadi partikel-partikel halus dan akhirnya obat
pembuatan tablet. Salah satunya adalah sebagai bahan penghancur. Amilum akan
kolesterol dalam darah. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol
dalam hati (Katzung, 2002). Sediaan yang mengandung simvastatin dalam bentuk
tablet banyak diproduksi oleh industri farmasi dan dijumpai dipasaran dengan nama
dagang dan generik. Tablet ini harus memenuhi syarat pengujian mutu untuk
mengetahui dan memastikan kualitas suatu obat layak atau tidak layak dikonsumsi
oleh masyarakat.
kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan
metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak memerlukan
banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar, selain itu sifat
simvastatin yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses granulasi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
tablet simvastatin?
1.3 Tujuan
simvastatin
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Simvastatin
citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan HMG-CoA reduktase.
terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya yaitu asam β-hidroksi di hati, lebih dari 95%
hasil hidrolisisnya akan berikatan dengan protein plasma. Konsentrasi obat bebas di
dalam sirkulasi sistemik sangat rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu
paruh 2 jam. Sebagian besar obat akan dieksresi melalui hati. Tablet Simvastatin
mengandung simvastatin C25H38O5 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (USP, 2009). Dosis awal pemberian obat
adalah 10 mg pada malam hari, bila perlu dinaikkan dengan interval 4 minggu sampai
maksimal 40 mg, pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol dan selama
kolesterol LDL dapat diberikan dosis dengan kekuatan 10 mg sekali sehari pada
malam hari.
2.2 Indikasi Simvastatin
Rumus Kimia :
[(1S,2S,6R,8S,8R)-1,2,6,7,8,8a-heksahidro-8-hidroksi-2,6-
dimetil-1-naftil]etil] tetrahidro-4-hidroksi-2H-piran-2-on.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam kloroform,
Khasiat : Antihiperlipidemia
Wadah Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, simpan pada suhu antara 15°
menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar dengan maksud untuk meningkatkan
kemampuan mengalir. Adapun tujuan dari pembuatan granul adalah untuk mencegah
Granulasi adalah proses perlekatan partikel serbuk menjadi partikel yang lebih
memperbaiki sifat alir serbuk atau campuran, meningkatkan densitas ruahan produk,
penanpilan produk. Metode granulasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode
granulasi basah (wet granulation) dan metode granulasi kering (dry granulation)
Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa tablet
digranulasi. Metode granulasi basah sesuai untuk bahan aktif sukar larut dalam air
dan bahan aktif yang tahan akan pemanasan dan lembap. Pada umumnya, metode
granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak mempunyai sifat alir dan
meninggkatkan kohevisitas serbuk karna ada penambahan bahan pengikat yang dapat
hidrofob, mempertahankan distribusi obat atau zat warna selalu merata dalam granul
kering dan dapat digunakan untuk nahan obat dosis kecil (Hadisoewignyo dan
fudholi, 2013).
Granulasi basah adalah proses pembuatan serbuk halus menjadi granul dengan
bantuan larutan bahan pengikat. Pembuatan tablet dengan metode Granulasi Basah
digunakan untuk membuat tablet dengan zat aktif yang mempunyai karaketerisik
tidak kompaktibel, mempunyai waktu alir (fluiditas) yang jelek, tahan panas, dan
khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur sampai homogen, lalu dibasahi dengan
larutan pengikat, jika perlu ditambahkan bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi
granul, dan dikeringkan didalam lemari pengering pada suhu 40 o-50oC (tidak lebih
dari 60OC). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
tablet dengan mesin tablet (Syamsuni, 2006). Keuntungan dari metode granulasi
basah adalah sifat-sifat mengalir lebih baik, pemadatan, pengempaan baik, distribusi
Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan
massa yang basah tersebut digranulasi. Tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi
atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran
serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk
dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang
cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan
ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya
tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan
dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja. Jika sudah diperoleh
massa basah atau lembab, maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan
dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul.
Dengan terbentuknya granul ini, maka luas permukaannya meningkat dan dengan
tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
simvastatin memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas yang kurang baik, sehingga
kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan
metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak memerlukan
banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar, selain itu sifat
simvastatin yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses granulasi.
Adapun penggunaan metode pembuatan granulasi basah dilakukan karena metode
serbuk, dengan jalan meninggkatkan kohevisitas serbuk karna ada penambahan bahan
disolusi obat yang bersifat hidrofob, mempertahankan distribusi obat atau zat warna
selalu merata dalam granul kering dan dapat digunakan untuk nahan obat dosis kecil.
2.5 Formula
Fase Dalam
Bahan Kadar Kegunaan
Simvastatin 20 mg Zat Aktif
Cremophor EL 0,6% Solubilizer dan Enhancer
Amprotab 5% Zat Penghancur
PVP-K30 3% Bahan Pengikat
Laktosa Ad 276 mg Bahan Pengisi
Fase Luar
Bahan Kadar Kegunaan
Amprotab 5% Zat Penghancur
Mg. Stearat 2% Zat Pelicin
Talk 1% Zat Pengisi
(Gustaman, 2014)
2.6 Eksipien
2.6.1 Cremophor EL
solubilizer dan enhancer serta dapat meningkatkan bioavailabilitas suatu obat (Rowe,
2.6.2 Amprotab
merupakan serbuk halus, warna putih, tidak berbau, tidak berasa, praktis tidak larut
dalam air dingin dan etanol. Amylum digunakan sebagai bahan penghancur
glukosa. Amprotab stabil dalam keadaan kering, tanpa pemanasan dan terlindung dari
kelembapan yang tinggi. Jika digunakan sebagai bahan pengisi atau bahan
penghancur dalam sediaan padat, amprotab menjadi inert dalam kondisi penimpanan
normal. Amilum manihot disebut juga pati singkong. Pemeriannya berupa serbuk
sangat halus, putih. Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (DEPKES
RI, 2020). Dalam formulasi tablet, mucilage amilum 10 digunakan sebagai bahan
pengikat dengan volume secukupnya untuk membentuk masa granul yang kompak.
bentuk polimer PVP dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot molekul berkisar
antara 2500 hingga 3.000.000. Pemerian PVP berupa serbuk putih, atau putih
kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, higroskopis. PVP mudah larut dalam
air, etanol (95%) P, kloroform P, keton, metanol. Praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon dan mineral oil. Selain sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet,
meningkatkan kelarutan, dan menambah viskositas baik sediaan oral maupun topikal.
PVP sebagai bahan tambahan tidak bersifat toksis, tidak menginfeksi kulit dan tidak
ada kasus sensitif. Penggunaan PVP dalam formulasi tablet dalam konsentrasi 0,5-5%
2.6.4 Laktosa
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Pemerian serbuk atau massa
hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil
diudara, tetapi mudah menyerap bau. Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan
lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol dan tidak larut
paling banyak digunakan pada pembuatan tablet. Laktosa mempunyai daya larut dan
kemanisan laktosa lebih rendah daripada gula lainnya (Rowe et al., 2009). Laktosa
merupakan bahan partisi yang paling banyak karena tidak bereaksi dengan hampir
semua zat aktif, baik dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Dalam proses granulasi
basah, harus digunakan laktosa hidrat karena laktosa anhidrat dapat menyerap lembab
menunjukkan laju pelepasan zat aktif, granulnya cepat kering dan tidak peka terhadap
Keberadaan lubrikan merupakan hal yang penting saat langkah terakhir dalam
pencetakan tablet, yaitu ketika melepaskan tablet dari pencetak. Lubrikan membantu
mengurangi friksi antara tablet dan permukaan metal, sehingga membuat pelepasan
tablet dari pencetak lebih mudah. Magnesium stearat merupakan salah satu lubrikan
yang sering digunakan dan memiliki shear stress maksimum yang rendah, yaitu 85
Ciri-ciri magnesium stearat adalah Serbuk halus, putih dan bau lemah khas,
mudah melekat di kulit, bebas dari butiran serta memiliki kelarutan tidak larut dalam
air, dalam etanol, dan dalam eter (Depkes RI, 2020). Magnesium stearat digunakan
memiliki sifat sebagai lubrikan, magnesium stearat juga berfungsi sebagai antiaderen
(glidan). Konsentrasi yang digunakan sebagai lubrikan pada tablet dan kapsul adalah
2.6.6 Talk
mengandung sedikit aluminium silikat. Talk merupakan serbuk hablur sangat halus,
berwana putih atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit, dan bebas
butiran (Depkes RI, 2020). Talk berfungsi sebagai anticaking agent, glidan, pengisi
tablet dan kapsul, serta sebagai lubrikan pada tablet dan kapsul. Talk biasanya
digunakan pada formulasi sediaan oral padat sebagai lubrikan dan pengisi dengan
kadar 5 – 30%. Talk juga digunakan sebagai glidan dan lubrikan pada formulasi
sedikit aluminium silikat. Bentuk serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat
pada kulit, bebas dari butiran warna putih kelabu. Tidak larut dalam hampir semua
pelarut (Depkes RI, 2020). Penyimpanan dalam wadah tertutup, baik digunakan
sebagai zat tambahan (Depkes RI, 2020). Talk digunakan sebagai glidant dan di
1. Membuat larutan pengikat dengan cara melarutkan PVP K-30 dengan etanol
96% (massa 1)
4. Butiran lembab dikeringkan pada oven pada suhu 400C + selama 2 jam
6. Fase dalam dimasukan kedalam campuran fase luar yang terdiri dari
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
sudah sesuai karena masing-masing zat memiliki fungsi yang cocok dengan
pembuatan tablet.
tersebut sudah sesuai dengan pembuatan tablet, karena zat aktif dari tablet
3.2 Saran
1. Perlu dilakukan evaluasi pada granul untuk mengetahui kualitas dari granul
2. Perlu dilakukan evaluasi pada tablet untuk mengetahui kualitas dari tablet
yang dibuat
DAFTAR PUSTAKA
Allen L.V., Popovich N.G. and Ansel H.C., 2014, Bentuk Sediaan Farmasetis dan
Anwar E., 2012, Eksipien dalam Sediaan Farmasi: Karakterisasi dan Aplikasi edisi
Rockville.
Gunsel W.C, Scwart C. J.,and Kanig J. L., 1970, Tablet in Lachman, L., Lieberman
H.A., (Editor), The Theory Practise of Industrial Pharmacy, Leo and Febiger,
Philadelphia 314-315.
Yogyakarta.
Katzung, B.G., and Trevor, A.J., 2002, Drug Interactions in Master, S., B.,
York.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandi,