Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TABLET SIMVASTATIN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS REMEDIAL UTS

TEKNOLOGI FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI

DISUSUN OLEH :

HASUNA NURPALINRI
08061381924086

DOSEN PENGAMPU

Apt. Adik Ahmadi, M.Si

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat berharap semoga

makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Penulis

sangat berterimakasih kepada Pak Apt. Adik Ahmadi, M.Si.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah

ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Bagi

kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, 20 April 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan salah satu sediaan obat per oral yang dapat diformulasikan

dengan atau tanpa zat tambahan. Sediaan ini memiliki banyak keuntungan salah

satunya yaitu praktis dalam penggunaan dan dapat diproduksi dalam skala besar.

Tablet diproduksi melalui 3 macam metode yaitu granulasi kering, granulasi basah

dan kempa langsung. Masing-masing metode pembuatan tersebut harus disesuaikan

dengan bahan tablet yang akan dicetak. Sehingga perlu bagi para formulator untuk

mengetahui karakteristik bahan yang akan digunakan. Tablet memiliki banyak

kelebihan dibandingkan sediaan lain dilihat dari segi penyimpanan, distribusi maupun

saat penggunaan (Ansel et al., 2014).

Selain mengandung zat aktif, dalam pembuatan tablet biasanya melibatkan

eksipien atau zat tambahan yang memiliki peranan penting diantaranya bahan pengisi,

pengikat, penghancur, pelicin dan pewarna. Eksipien menjadi salah satu

pertimbangan dalam studi preformulasi untuk menentukan karakteristik dan jumlah

yang tepat agar dapat menghasilkan tablet yang memenuhi syarat. Salah satu eksipien

dalam formulasi tablet yaitu bahan pengikat (binder). Bahan pengikat tablet sejauh ini

dibagi menjadi 2 jenis yaitu bahan pengikat polimer alam dan bahan pengikat polimer

sintetis. Bahan pengikat dimaksudkan untuk menjamin penyatuan bersama dari

partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Kompaktibilitas tablet dapat dipengaruhi

oleh tekanan kompresi maupun bahan pengikat. Bahan pengikat dari alam atau

natural binder saat ini banyak diteliti, seperti pati biji cempedak, pati umbi garut dan
pati umbi gembili. Bahan pengikat sintetis contohnya yaitu Na-CMC, metil selulosa,

dan polivinil pirolidon (PVP) (Anwar, 2012).

Polivinil pirolidone (PVP) merupakan bahan pengikat sintetis yang banyak

digunakan dalam formulasi tablet. Bahan ini bersifat kompatibel dengan berbagai

macam eksipien farmasetis, tidak beracun dan memiliki kelarutan pada pelarut polar

maupun non polar sehingga memudahkan dalam memilih pelarut pada pembuatan

tablet metode granulasi basah. Penggunaan PVP berpengaruh besar dalam

menghasilkan kompaktibilitas dan disolusi tablet yang baik.

Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang penting dalam

pembuatan tablet, bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan pengikat dari

tablet dan melawan tekanan pada saat penabletan. Bahan ini akan menghancurkan

tablet bila bersentuhan dengan air atau cairan saluran pencernaan. Tablet akan hancur

menjadi granul selanjutnya pecah menjadi partikel-partikel halus dan akhirnya obat

akan hancur (Gunsel et al, 1970).

Amilum (pati) merupakan bahan penolong yang sering digunakan pada

pembuatan tablet. Salah satunya adalah sebagai bahan penghancur. Amilum akan

melepaskan kekuatannya dari bahan pengikat dan menyebabkan pembengkakan dari

beberapa komponen penyusun sehingga sebagian atau seluruh aksinya membantu

hancurnya tablet (Voigts , 1984).

Simvastatin termasuk derivat statin yang berkhasiat untuk menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol

dalam hati (Katzung, 2002). Sediaan yang mengandung simvastatin dalam bentuk

tablet banyak diproduksi oleh industri farmasi dan dijumpai dipasaran dengan nama
dagang dan generik. Tablet ini harus memenuhi syarat pengujian mutu untuk

mengetahui dan memastikan kualitas suatu obat layak atau tidak layak dikonsumsi

oleh masyarakat.

Simvastatin memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas yang kurang baik,

sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat dengan sifat

kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan

metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak memerlukan

banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar, selain itu sifat

simvastatin yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses granulasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah komposisi eksipien yang digunakan sesuai dengan proses pembuatan

tablet simvastatin?

2. Apakah metode pembuatan tablet simvastatin sudah sesuai?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kesesuaian komposisi eksipien yang digunakan dalam

pembuatan tablet simvastatin

2. Untuk mengetahui kesesuaian metode yang digunakan dalam pembuatan tablet

simvastatin
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Simvastatin

Simvastatin merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur Penicillium

citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan HMG-CoA reduktase.

Simvastatin bekerja dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase secara kompetitif

pada proses sintesis kolesterol di hati. Simvastatin akan menghambat HMG-CoA

reduktase mengubah asetil-CoA menjadi asam mevalona. Simvastatin jelas

menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi.Efek tersebut

meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh hati, sehingga mengurangi simpanan

LDL plasma (Katzung, 2002).

Simvastatin merupakan prodrug dalam bentuk lakton yang harus dihidrolisis

terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya yaitu asam β-hidroksi di hati, lebih dari 95%

hasil hidrolisisnya akan berikatan dengan protein plasma. Konsentrasi obat bebas di

dalam sirkulasi sistemik sangat rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu

paruh 2 jam. Sebagian besar obat akan dieksresi melalui hati. Tablet Simvastatin

mengandung simvastatin C25H38O5 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari

110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (USP, 2009). Dosis awal pemberian obat

adalah 10 mg pada malam hari, bila perlu dinaikkan dengan interval 4 minggu sampai

maksimal 40 mg, pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol dan selama

memulai pengobatan dengan Simvastatin, jika hanya memerlukan pengurangan

kolesterol LDL dapat diberikan dosis dengan kekuatan 10 mg sekali sehari pada

malam hari.
2.2 Indikasi Simvastatin

Rumus Kimia :

Gambar 1. Struktur Simvastatin (DEPKES RI, 2020)

Rumus Molekul : C25H38O5

Sinonim : Asam 2,2-dimetilbutirat, 8 ester dengan (4R,6R)-6-2-

[(1S,2S,6R,8S,8R)-1,2,6,7,8,8a-heksahidro-8-hidroksi-2,6-

dimetil-1-naftil]etil] tetrahidro-4-hidroksi-2H-piran-2-on.

Berat Molekul : 418,57

Pemeriaan : Serbuk putih sampai hampir putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam kloroform,

dalam metanol dan dalam etanol; agak sukar larut dalam

propilen glikol; sangat sukar larut dalam n-heksana.

Khasiat : Antihiperlipidemia

Wadah Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, simpan pada suhu antara 15°

dan 30° atau dalam lemari pendingin.

(DEPKES RI, 2020)


2.3 Metode Pembuatan

Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil

(serbuk), umumnya berbentuk tidak merata atau berbentuk kebulat-bulatan dan

menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar dengan maksud untuk meningkatkan

kemampuan mengalir. Adapun tujuan dari pembuatan granul adalah untuk mencegah

terjadinya segregasi, memperbaiki aliran serbuk, meningkatkan porositas,

meningkatkan kompresibilitas serbuk, menghindari terbentuknya material yang keras

dari serbuk, terutama pada serbuk yang higroskopis.

Granulasi adalah proses perlekatan partikel serbuk menjadi partikel yang lebih

besar. Tujuan proses granulasi adalah mencegah segregasi campuran serbuk,

memperbaiki sifat alir serbuk atau campuran, meningkatkan densitas ruahan produk,

memperbaiki kompresibilitas serbuk, mengontrol kecepatan obat dan memperbaiki

penanpilan produk. Metode granulasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode

granulasi basah (wet granulation) dan metode granulasi kering (dry granulation)

(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Metode pembuatan tablet simvastatin dilakukan metode granulasi basah.

Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa tablet

menggunakan larutan pengikat sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu, lalu

digranulasi. Metode granulasi basah sesuai untuk bahan aktif sukar larut dalam air

dan bahan aktif yang tahan akan pemanasan dan lembap. Pada umumnya, metode

granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak mempunyai sifat alir dan

kompresibilitas yang buruk. Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah


memiliki beberapa keuntungan yaitu: mencegah terjadi segregasi campuran serbuk,

memperbaikin sifat alir serbuk, memperbaikin kompaktibilitas serbuk, dengan jalan

meninggkatkan kohevisitas serbuk karna ada penambahan bahan pengikat yang dapat

menyebabkan terbentuknya jembatan padat, meningatkan disolusi obat yang bersifat

hidrofob, mempertahankan distribusi obat atau zat warna selalu merata dalam granul

kering dan dapat digunakan untuk nahan obat dosis kecil (Hadisoewignyo dan

fudholi, 2013).

Granulasi basah adalah proses pembuatan serbuk halus menjadi granul dengan

bantuan larutan bahan pengikat. Pembuatan tablet dengan metode Granulasi Basah

digunakan untuk membuat tablet dengan zat aktif yang mempunyai karaketerisik

tidak kompaktibel, mempunyai waktu alir (fluiditas) yang jelek, tahan panas, dan

tahan lembab/pembasahan. Granulasi basah dilakukan dengan mencampurkan zat

khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur sampai homogen, lalu dibasahi dengan

larutan pengikat, jika perlu ditambahkan bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi

granul, dan dikeringkan didalam lemari pengering pada suhu 40 o-50oC (tidak lebih

dari 60OC). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang

diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi

tablet dengan mesin tablet (Syamsuni, 2006). Keuntungan dari metode granulasi

basah adalah sifat-sifat mengalir lebih baik, pemadatan, pengempaan baik, distribusi

zat pewarna merata.

Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan

larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu kemudian

massa yang basah tersebut digranulasi. Tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi
atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran

serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk

dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang

cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan

ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya

tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan

granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai

dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja. Jika sudah diperoleh

massa basah atau lembab, maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan

dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul.

Dengan terbentuknya granul ini, maka luas permukaannya meningkat dan dengan

demikian proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah langkah tersebut

dilakukan, maka pengeringan granul diayak kembali dengan ukuran ayakan

tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

2.4 Alasan Metode Pembuatan

Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet simvastatin adalah metode

granulasi basah. Digunakan metode pembuatan granulasi basah dikarenakan

simvastatin memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas yang kurang baik, sehingga

menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat dengan sifat

kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan

metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak memerlukan

banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar, selain itu sifat

simvastatin yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses granulasi.
Adapun penggunaan metode pembuatan granulasi basah dilakukan karena metode

tersebut memiliki beberapa keuntungan, diantaranya mencegah terjadi segregasi

campuran serbuk, memperbaikin sifat alir serbuk, memperbaikin kompaktibilitas

serbuk, dengan jalan meninggkatkan kohevisitas serbuk karna ada penambahan bahan

pengikat yang dapat menyebabkan terbentuknya jembatan padat, meningatkan

disolusi obat yang bersifat hidrofob, mempertahankan distribusi obat atau zat warna

selalu merata dalam granul kering dan dapat digunakan untuk nahan obat dosis kecil.

2.5 Formula

Formula yang digunakan dalam pembuatan tablet simvastatin diantaranya :

Fase Dalam
Bahan Kadar Kegunaan
Simvastatin 20 mg Zat Aktif
Cremophor EL 0,6% Solubilizer dan Enhancer
Amprotab 5% Zat Penghancur
PVP-K30 3% Bahan Pengikat
Laktosa Ad 276 mg Bahan Pengisi
Fase Luar
Bahan Kadar Kegunaan
Amprotab 5% Zat Penghancur
Mg. Stearat 2% Zat Pelicin
Talk 1% Zat Pengisi

(Gustaman, 2014)

2.6 Eksipien

2.6.1 Cremophor EL

Cremophor EL merupakan surfaktan non-ionik yang berfungsi sebagai

solubilizer dan enhancer serta dapat meningkatkan bioavailabilitas suatu obat (Rowe,

et al., 2009). Penggunaan cremophor EL sebagai surfaktan telah terbukti dapat


menghambat kerja dari p-glikoprotein sehingga dapat meningkatkan ketersediaan

hayati suatu obat.

2.6.2 Amprotab

Amprotab® adalah nama dagang dari Amylum Manihot. Amprotab®

merupakan serbuk halus, warna putih, tidak berbau, tidak berasa, praktis tidak larut

dalam air dingin dan etanol. Amylum digunakan sebagai bahan penghancur

(disintegrant) pada konsentrasi 3-15 % (Rowe et al., 2009). Amprotab® sebagai

bahan penghancur yang mampu meningkatkan kapilaritas, mengabsorbsi kelembaban,

mengembang dan meninggikan daya pembasahan tablet atau bersifat hidrofilisasi.

Amprotab tersusun atas amilosa dan amilopektin, 2 polisakarida dari 2

glukosa. Amprotab stabil dalam keadaan kering, tanpa pemanasan dan terlindung dari

kelembapan yang tinggi. Jika digunakan sebagai bahan pengisi atau bahan

penghancur dalam sediaan padat, amprotab menjadi inert dalam kondisi penimpanan

normal. Amilum manihot disebut juga pati singkong. Pemeriannya berupa serbuk

sangat halus, putih. Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (DEPKES

RI, 2020). Dalam formulasi tablet, mucilage amilum 10 digunakan sebagai bahan

pengikat dengan volume secukupnya untuk membentuk masa granul yang kompak.

2.6.3 PVP K-30

Polivinilpirolidon merupakan hasil polimerasi 1-vinyl-2 pyrrolidinone. Dalam

bentuk polimer PVP dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot molekul berkisar

antara 2500 hingga 3.000.000. Pemerian PVP berupa serbuk putih, atau putih

kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, higroskopis. PVP mudah larut dalam

air, etanol (95%) P, kloroform P, keton, metanol. Praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon dan mineral oil. Selain sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet,

PVP juga dapat digunakan sebagai agen pensuspensi meningkatkan disolusi,

meningkatkan kelarutan, dan menambah viskositas baik sediaan oral maupun topikal.

PVP sebagai bahan tambahan tidak bersifat toksis, tidak menginfeksi kulit dan tidak

ada kasus sensitif. Penggunaan PVP dalam formulasi tablet dalam konsentrasi 0,5-5%

(Rowe et al., 2009).

2.6.4 Laktosa

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Pemerian serbuk atau massa

hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil

diudara, tetapi mudah menyerap bau. Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan

lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol dan tidak larut

dalam kloroform dan eter.

Laktosa monohidrat dikenal sebagai gula susu. Merupakan bahan pengisi

paling banyak digunakan pada pembuatan tablet. Laktosa mempunyai daya larut dan

kemanisan laktosa lebih rendah daripada gula lainnya (Rowe et al., 2009). Laktosa

merupakan bahan partisi yang paling banyak karena tidak bereaksi dengan hampir

semua zat aktif, baik dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Dalam proses granulasi

basah, harus digunakan laktosa hidrat karena laktosa anhidrat dapat menyerap lembab

sehingga meningkatkan kelembaban tersebut. Formula yang menggunakan laktosa

menunjukkan laju pelepasan zat aktif, granulnya cepat kering dan tidak peka terhadap

variasi perubahan suhu yang akan mempengaruhi kekerasan tablet. Laktosa

digunakan sebagai bahan pengisi.


2.6.5 Mg Stearat

Keberadaan lubrikan merupakan hal yang penting saat langkah terakhir dalam

pencetakan tablet, yaitu ketika melepaskan tablet dari pencetak. Lubrikan membantu

mengurangi friksi antara tablet dan permukaan metal, sehingga membuat pelepasan

tablet dari pencetak lebih mudah. Magnesium stearat merupakan salah satu lubrikan

yang sering digunakan dan memiliki shear stress maksimum yang rendah, yaitu 85

kg/cm2. Semakin rendah shear stress menunjukkan bahwa magnesium stearat

memiliki afinitas yang rendah pada permukaan metal.

Ciri-ciri magnesium stearat adalah Serbuk halus, putih dan bau lemah khas,

mudah melekat di kulit, bebas dari butiran serta memiliki kelarutan tidak larut dalam

air, dalam etanol, dan dalam eter (Depkes RI, 2020). Magnesium stearat digunakan

sebagai lubrikan atau pelicin, ditambahkan dalam jumlah tertentu berdasarkan

perhitungan setiap formulasi. Penambahan dilakukan pada granul, kemudian granul

dikompresi menjadi tablet dengan menggunakan mesin pencetak tablet. Selain

memiliki sifat sebagai lubrikan, magnesium stearat juga berfungsi sebagai antiaderen

(glidan). Konsentrasi yang digunakan sebagai lubrikan pada tablet dan kapsul adalah

0,25% dan 2% b/b.

2.6.6 Talk

Talcum atau talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadangkadang

mengandung sedikit aluminium silikat. Talk merupakan serbuk hablur sangat halus,

berwana putih atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit, dan bebas

butiran (Depkes RI, 2020). Talk berfungsi sebagai anticaking agent, glidan, pengisi
tablet dan kapsul, serta sebagai lubrikan pada tablet dan kapsul. Talk biasanya

digunakan pada formulasi sediaan oral padat sebagai lubrikan dan pengisi dengan

kadar 5 – 30%. Talk juga digunakan sebagai glidan dan lubrikan pada formulasi

tablet dengan kadar 1 – 10% (Rowe et al., 2009).

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung

sedikit aluminium silikat. Bentuk serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat

pada kulit, bebas dari butiran warna putih kelabu. Tidak larut dalam hampir semua

pelarut (Depkes RI, 2020). Penyimpanan dalam wadah tertutup, baik digunakan

sebagai zat tambahan (Depkes RI, 2020). Talk digunakan sebagai glidant dan di

tambahkan sebelum proses petabletan untuk meningkatkan kecepatan alir serbuk

dengan konsentrasi 1%-2% dari bobot tablet.

2.7 Prosedur Pembuatan

Pembuatan yang dilakukan untuk membuat tablet simvastatin memiliki

beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, diantaranya:

1. Membuat larutan pengikat dengan cara melarutkan PVP K-30 dengan etanol

96% (massa 1)

2. Tambahkan massa 1 pada campuran (simvastatin, cremophor EL, amprotab,

laktosa) hingga terbentuk massa kepal

3. Diayak menggunakan ayakan Nomor 12

4. Butiran lembab dikeringkan pada oven pada suhu 400C + selama 2 jam

5. Diayak kembali menggunakan pengayak nomor 16

6. Fase dalam dimasukan kedalam campuran fase luar yang terdiri dari

amprotab, talk, magnesium stearat.


7. Cetak tablet dengan mesin pencetak tablet

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Komposisi eksipien yang digunakan dalam pembuatan tablet simvastatin

sudah sesuai karena masing-masing zat memiliki fungsi yang cocok dengan

pembuatan tablet.

2. Metode pembuatan yang digunakan yaitu metode granulasi basah. Metode

tersebut sudah sesuai dengan pembuatan tablet, karena zat aktif dari tablet

memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang buruk

3.2 Saran

1. Perlu dilakukan evaluasi pada granul untuk mengetahui kualitas dari granul

yang dihasilkan melalui proses granulasi

2. Perlu dilakukan evaluasi pada tablet untuk mengetahui kualitas dari tablet

yang dibuat
DAFTAR PUSTAKA

Allen L.V., Popovich N.G. and Ansel H.C., 2014, Bentuk Sediaan Farmasetis dan

Sistem Penghantaran Obat, Diterjemahkan oleh Lucia Hendriati dan Kuncoro

Foe, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anwar E., 2012, Eksipien dalam Sediaan Farmasi: Karakterisasi dan Aplikasi edisi

keenam, Dian Rakyat, Jakarta.

Convention, U.S.P., 2009, USP 32 NF 32 : United States Pharmacopeia and

National Formulary, Vol. 2, United States Pharmacopeial Convention,

Rockville.

Departemen Kesehatan RI, 2020, Farmakope Indonesia, Edisi VI, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Gunsel W.C, Scwart C. J.,and Kanig J. L., 1970, Tablet in Lachman, L., Lieberman

H.A., (Editor), The Theory Practise of Industrial Pharmacy, Leo and Febiger,

Philadelphia 314-315.

Gustaman, F. (2019). Pengaruh Penambahan Cremophor EL Terhadap Peningkatan

Laju Disolusi Tablet Simvastatin. Journal of Pharmacopolium, 2(1).

Hadisoewignyo L. dan Fudholi A., 2013, Sediaan Solida, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Katzung, B.G., and Trevor, A.J., 2002, Drug Interactions in Master, S., B.,

Pharmacology, Sixth Edition, 531, Lange Medical Book/McGraw-Hill, New

York.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The

Pharmaceutical Press, London

Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta. 29 – 31.

Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandi,

N. S., Mathilda, B. W. M., dan Samhuldi, Edisi V, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta. 165-168, 201-206.

Anda mungkin juga menyukai