Anda di halaman 1dari 6

MODUL 4

DIFRAKSI, PANJANG GELOMBANG CAHAYA, DAN


POLARISASI
Nama Praktikan : Eduardus Lintang Wisesa
NIM : 102320081
Kelas : CE 2-A
Tanggal Praktikum : 31 Maret 2021
Pimpinan Praktikum : Isna Septrima
i. INTISARI

Kata Kunci:

ii. PENDAHULUAN
2.1. Tujuan Percobaan
1. Memahami peristiwa fisis yang dialami oleh cahaya dengan menggunakan
prinsip difraksi oleh kisi.
2. Menentukan Panjang gelombang cahaya tampak dengan menggunakan
kisi difraksi.
3. Memahami fenomena polarisasi pada gelombang cahaya.
4. Memahami fenomena perputaran bidang polarisasi oleh benda padat.
2.2. Teori Dasar
Difraksi merupakan penyebaran atau pembelokan yang terjadi pada
gelombang saat gelombang tersebut melintasi bukaan atau mengelilingi
ujung dari suatu penghalang. Gejala difraksi terjadi karena adanya
gelombang yang terdistorsi oleh suatu penghalang yang memiliki dimensi
sebanding dengan panjang gelombang dari gelombang yang datang. Pola
difraksi akan semakin jelas apabila ukuran dari penghalang itu mendekati
panjang gelombang dari gelombang yang datang. Penghalang tersebut dapat
berupa celah persegi atau celah lingkaran (Alonso & Finn, 1994).
Difraksi adalah fenomena yang membedakan gelombang dengan
partikel. Difraksi merupakan pembelokan di sekitar sudut yang terjadi
apabila sebagian dari muka gelombang dipotong oleh suatu penghalang.
Maka hasil pola gelombang dapat dihitung dengan memperlakukan setiap
titik pada muka gelombang asal sebagai sumber titik. Hal ini sesuai dengan
prinsip Huygens-Fresnel (Tipler, 2001).
Persamaan umum dari peristiwa difraksi adalah:
𝑝𝑑
nλ = d sin θ atau 𝑛𝜆 = 𝐿
(2,1)
Dimana λ adalah panjang gelombang cahaya, d adalah jarak antara
celah kisi, θ adalah sudut difraksi, n adalah orde pola difraksi, p adalah jarak
terang pusat ke orde-n, dan L adalah jarak antara kisi dan layar.
Gambar 2.1. Difraksi pada kisi
𝑦
tan 𝜃 = (2,2)
𝐿
𝑦
tan 𝜃 ≈ sin 𝜃 ≈ 𝜃 ≈ (2,3)
𝐿
Dengan mensubstitusi persamaan 2.3 ke persamaan 2.1 maka diperoleh
𝑚𝜆𝐿
𝑦= (2,4)
𝑑

Polarisasi hanya bisa terjadi pada gelombang transversal dan tidak


terjadi untuk gelombang longitudinal. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami
polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang
transversal. Polarisasi merupakan peristiwa tercapainya sebagian arah getar
gelombang sehingga hanya tinggal memiliki satu arah getar saja. Gelombang
Arah polarisasi pada gelombang elektromagnetik yang terpolarisasi bidang
diambil sebagai arah vektor medan listrik. Pada umumnya, gelombang cahaya
mempunyai banyak arah getar. Suatu gelombang yang mempunyai banyak
arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi, sedangkan gelombang yang
memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi. Gelombang cahaya
umumnya tidak terpolarisasi atau terpolarisasi dengan arah yang acak.
(Hidayatiningsih, 2011)

Gambar 2.2. Bidang osilasi dari gelombang cahaya yang terpolarisasi


Pada saat filter polarisasi diletakkan pada suatu sumber cahaya yang
tidak terpolarisasi maka hanya medan listrik yang arahnya paralel dengan
arah filter polarisasi yang akan diteruskan sehingga intensitas cahaya yang
diteruskan (I) akan menjadi setengah dari intensitas sumber cahaya (𝐼0 ):
1
𝐼 = 2 𝐼0 (2,5)
Namun pada sumber cahaya yang terpolarisasi intensitas cahaya yang
diteruskan akan bergantung pada sudut (θ) antara arah polarisasi sumber
cahaya dengan arah polarisasi dari filter polarisasi, sehingga intensitas yang
diteruskan (I):
𝐼 = 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 (2,6)

Gambar 2.3. (a) Cahaya yang tidak terpolarisasi menjadi terpolarisasi


setelah melewati filter polarisasi. (b) Jumlah cahaya yang diteruskan oleh
filter P2 bergantung pada sudut antara arah polarisasi filter P2 dan filter
P1 dimana cahaya yang akan diteruskan oleh filter P2 yang telah
terpolarisasi pada filter P1.
2.3. Daftar Peralatan
Tabel 2.1. Daftar Peralatan Percobaan Difraksi dan Panjang Gelombang
Cahaya
Nama Alat Jumlah

Kotak cahaya 1

Pemegang kotak cahaya 1

Rel presisi 2

Penyambung rel 1

Kaki rel 2

Pemegang slaid diafragma 2

Kisi difraksi 1
Diafragma celah tunggal 1

Keping penutup 2

Diafragma 4 lingkaran 1

Layar putih 1

Tumapakan berpenjepit 6

Lensa f = + 50 mm 1

Lensa f = + 100 mm 1

Diafragma anak panah 1

Catu daya 1

Kabel probe 2

Tabel 2.2. Daftar Peralatan Percobaan Polarisasi2


Nama Alat Jumlah

Kotak cahaya 1

Pemegang kotak cahaya 1

Rel presisi 2

Penyambung rel 1

Kaki rel 2

Slaid polarisasi 1

Filter polarisasi 1

Layar putih 1

Tumapakan berpenjepit 6

Lensa f = + 50 mm 1

Lensa f=+100mm 1
Pemegang slaid diagfragma 1

Catu daya 1

Kabel probe 2

2.4. Prosedur Percobaan

iii. DATA DAN PENGOLAHAN DATA

iv. PEMBAHASAN
v. KESIMPULAN
vi. REFERENSI
Alonso, Marcello dan Edward J Finn. (1994). Dasar-Dasar Fisika Universitas.
Jakarta:Erlangga.
Tipler, P.A. (2001). Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Hidayatiningsih,Triya , Yusuf Wongos. 2011. Polarisasi Cahaya. Laboratoriom
Eksperimen Fisika Fmipa Unesa.

Anda mungkin juga menyukai