Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang merambat dengan
kecepatan.Panjang gelombang dan frekuensi akan menentukan warna cahaya.Sebagai gelombang,
cahaya juga dapat melentur (berdifraksi), serta peristiwa interfrensi merupakan hasil dari cahaya yang
berdifraksi. Difraksi adalah penyebaran atau pembelokan gelombang pada saat gelombang ini melintas
melalui bukaan atau mengelilingi ujung penghalang. Gelombang terdifraksi selanjutnya berinterferensi
satu sama lain sehingga menghasilkan daerah penguatan dan pelemahan. Difraksi juga berlangsung
pada aliran partikel.Dengan kata lain, Difraksi adalah peristiwa dimana berkas cahaya akan
dilenturkan pada saat melewati celah sempit. Difraksi juga menggambarkan suatu deviasi dari cahaya
dengan pola lurus ketika melewati lubang lensa atau disekeliling benda. Menurut Huygens bahwa
setiap bagian celah akan menjadi suatu sumber gelombang (cahaya) biru.
Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah difraksi Fresnel dan Fraunhofer dimana difraksi
Fraunhofer memiliki ciri khas yaitu bahwa sinar-sinar yang datang sejajar dan pola difraksi diamati
pada jarak yang cukup jauh sehingga secara efektif yang diterima adalah sinar-sinar terdifraksi yang
sejajar. Inilah yang membedakan difraksi Fraunhofer dan difraksi Fresnel.
Celah sempit tersebut disebut dengan kisi difraksi. Kisi difraksi adalah kepingan kaca yang
digores sejajar dan berjumlah sangat banyak dan memiliki jarak yang sama (biasanya dalam ordo 1000
per mm). Cahaya terdifraksi,setelah diteruskan melalui kaca atau dipantulkan oleh
spekulum,menghasilkan cahaya maksimum padaθ = 0° dan berkurang sampai minimum (intensitas =
nol) pada sudutθ .Untuk melewati pola difraksi cahaya, cahaya dilewatkan melalui suatu celah tunggal
dan mengamati cahaya yang diteruskan oleh celah pada suatufilm. Difraksi pada celah tunggal akan
menghasilkan pola garis terang dan gelap pada layar. Celah tunggal dapat dianggap terdiri atas
beberapa celah sempit yang dibatasi titik-titik dan setiap celah itu merupakan sumber cahaya sehingga
satu sama lainnya dapat berinterferensi.Kemudian difraksi cahaya terjadi pula pada cahaya yang
melalui banyak celah sempit, dengan jarak celah sama. Celah sempit yang demikian disebt dengan
kisi difraksi. Semakin banyak celah, semakin tajam pola difraksi yang dihasilkan pada layar.
Gejala difraksi pertama kali diungkapkan oleh Francesco Grimaldi (1618-1663), dan dijelaskan
dengan tepat oleh Agustian Fresnel (1788-1827), sehingga dikenal dengan difraksi Fresnel. Percobaan
Fresnel disederhanakan oleh Fraunhofer sehingga dikenal dengan difraksi Fraunhofer. Tanpa kita
sadari dalam kehidupan sehari-hari terdapat alat yang berprinsip pada difraksi Fraunhofer.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut
1. Apakah yang dimaksud dengan difraksi Fresnel?
2. Apakah yang dimaksud dengan difraksi Frounhofer?
3. Apakah yang dimaksud dengan kisi difraksi?
4. Bagaimanakah penerapan difraksi cahaya dalam kehidupan sehari-hari?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Difraksi Fresnel

Bila suatu berkas cahaya sejajar dijatuhkan pada suatu celah sempit, ternyata setelah melalui
celah berkas tersebut melebar lagi. Pada Gambar 1 diperlihatkan berkas cahaya sejajar yang jatuh pada
celah A, setelah lewat celah A berkas jatuh pada layar L 1 lebih lebar dari berkas cahaya sebelum
melewati celah A. Demikian pula berkas yang lewat celah B setelah jatuh pada layar L 2 menjadi lebih
lebar dari berkas yang melewati celah A (Subrata, 2002).

A B

L1 L2

Gambar 1. Gejala Difraksi

Gejala ini disebut pelenturan cahaya atau difraksi. Difraksi fresnel adalah jarak sumber-celah dan
celah-layar lebih besar dari lebar celah atau sinar datang tidak sejajar / sumber gelombang dekat
(djoenaedi, 2008).Eksperimen menunjukkan bahwa makin sempit celah, maka makin melebar berkas
cahaya yang lewat. Gejala difraksi ini hanya dapat dijelaskan dengan cahaya sebagai gelombang
dengan menggunakan prinsip Huygens (Adison, 2002).

2
Gambar 2. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens-Fresnel yaitu setiap titik dari muka-muka gelombang yang tidak terganggu, pada saat
tertentu bertindak sebagai sumber muka-muka gelombang speris kedua (frekuensinya sama dengan
sumber primer). Amplitudo medan optik (listrik/magnet) di suatu titik merupakan superposisi dari
muka-muka gelombang speris tadi.

Gambar 3. Superposisi muka-muka gelombang


Jika panjang gelombang (λ) lebih besar dibandingkan dengan lebar celah (d), maka gelombang akan
disebar keluar dengan sudut yang cukup besar. Dalam beberapa kasus klasik, fenomena interferensi
dan difraksi sulit dibedakan.

Gambar 4. Fenomena interferensi dan difraksi

3
2.2. Difraksi Frounhofer
Difraksi Frounhofer merupakan difraksi cahaya dimana jarak sumber-celah dan celah-layar
jauh lebih besar dari lebar celah (djoenaedi, 2008).
2.2.1 Difraksi Frounhofer Oleh Sebuah Celah Persegi
Dengan meninjau sebuah celah persegi yang sangat sempit dan panjang, maka efek dari sisi
celah dapat ditiadakan. Sinar datang juga diasumsikan sejajar dan datang tegak lurus pada bidang
celah. Menurut prinsip Huygens, bila semua sinar datang jatuh pada celah, semua titik-titik pada
bidang celah akan menjadi sumber-sumber gelombang sekunder, memancarkan gelombang baru yang
disebut gelombang difraksi.
Suatu gelombang datar jatuh pada celah yang lebarnya a, dan sinar yang lewat celah ditangkap
pada layar, ditunjukkan pada Gambar 5. Bila layar pandang pada jauh tak berhingga atau sebuah lensa
diletakkan di belakang celah untuk memfokuskan sinar-sinar sejajar di layar, maka pola difraksi itu
disebut dengan difraksi Fraunhofer. Bila jarak layar itu dekat dan tidak menggunakan lensa, maka pola
difraksi itu disebut difraksi Fresnel (Yasa, 2003).

Gelombang
datang P1
L r1
r2

a a’ b Po

½λ
Celah Layar

Gambar 5. Difraksi oleh celah sempit

Pasangan sinar-sinar sejajar yang mendatar (tidak tampak pada gambar) yang muncul dari
celah akan difokuskan di Po. Oleh karena sinar-sinar pada celah fasenya sama, maka ketika tiba di P o
juga akan memiliki fase yang sama, sehingga titik pusat pola difraksi yang terjadi di layar memiliki
intensitas maksimum.

Jika kita pandang sinar-sinar lain yang membentuk sudut θ , sinar-sinar ini tiba di P1 pada layar.
1
λ
Beda lintasan sinar r1 dan r2 adalah bb’. Bila bb’ = 2 , maka r1 dan r2sampai di P1 akan berlawanan
fase, sehingga terjadi interferensi maksimum. Demikian pula antara sinar dari b dan sinar dari ujung

4
bawah celah, akan terjadi keadaan yang sama. Jadi, titik di P 1 akan menjadi pola difraksi minimum
pertama, dan akan memiliki intensitas nol. Berdasarkan Gambar 5, diperoleh:
b λ
sin θ=
2 2
b sin θ = λ (minimum pertama)…………………………………...………(1)
Berdasarkan persamaan (1) terlihat bahwa untuk panjang gelombang tertentu, makin besar celah b

maka sudut θ makin kecil, dan makin sempit celah b maka sudut θ makin besar atau daerah
maksimum pusat makin luas.
Jika celah dibagi menjadi empat bagian dan tiap sinar datang dari tepi atas masing-masing
1
λ
seperti pada Gambar 6, kemudian dipilih sudut θ sedemikian, sehingga aa’ = 2 , sehingga sinar r1
dan r2 saling meniadakan di P2 . Demikian pula halnya dengan sinar r 3 dan r4 akan saling meniadakan
di P2. Jadi, syarat untuk terjadi minimum adalah:
b λ
sin θ=
4 2
b sin θ =2 λ (minimum kedua)………………………………….(2)

Gelombang datang
P2
L r1
r2 r3
P1
r4
a
θ b P0
θ

Celah Layar

Gambar 6. Difraksi oleh celah sempit


Gelombang terdifraksi yang diobservasi pada beda sudut  terhadap arah gelombang datang,
maka diperoleh pola difraksi untuk arah tertentu intensitasnya sama dengan nol. Arah tersebut
dinyatakan oleh hubungan:
b sin θ=n . λ dengan n≠0 …………………………………………….(3)

5
di mana n adalah bilangan bulat, b lebar celah dan  panjang gelombang datang. Nilai n = 0 tidak
termasuk, karena berkaitan dengan pengamatan sepanjang arah gelombang datang yang menghasilkan
iluminasi maksimum.
Berdasarkan persamaan (3) antara titik-titik dengan intensitas nol terdapat sebuah maksimum,
tetapi maksimum ini intensitasnya berkurang secara gradual. Keadaan ini berbeda dengan pada
peristiwa interferensi. Intensitas gelombang difraksi sebagai fungsi , dinyatakan pada Gambar 7.

b sin 
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

Gambar 7. Distribusi Intensitas pola difraksi terhadap 
Berdasarkan Gambar 7 yang perlu dicatat bahwa pola maksimum pusat memiliki lebar dua kali lebar
pola maksimum sekundernya. Untuk menghitung distribusi intensitas yang ditunjukkan Gambar 7.
dapat dilakukan dengan membagi celah tersebut dalam celah-celah yang sangat sempit Δx, seperti
ditunjukkan Gambar 8 berikut:

Gelombang datang
P1
L

A
Δx
θ a P0
θ
B

Δx = sin θ

Celah Layar

Gambar 8. Geometri perhitungan intensitas pola difraksi

6
Misalkanlah masing-masing celang yang sangat sempit yang lebarnya Δx sebagai sebuah sumber
gelombang sekunder dengan amplitudo do dan gelombang terpancar dalam arah , maka beda fase
adalah:

δ=
λ( )

( beda lintasan)


δ= Δx
λ


δ= sin θ
λ ……………………………………………………….(4)
yang menyatakan bahwa beda fase bertambah terhadap x. Untuk memperoleh amplitudo dalam arah ,
dilakukan dengan menjumlahkan semua vektor gelombang pada celah. Amplitudo resultan o dari pola
difraksi dapat dihitung dengan bantuan analisis geometri seperti yang dilukiskan pada Gambar 9.

C 

½
 P
 o
Q


0
d

Gambar 9. Amplitudo resultan


Amplitudo-amplitudo gelombang kecil digambarkan oleh anak panah-anak panah kecil, penjumlahan
vektornya dari sumber-sumber gelombang kecil pada celah sebagai resultan amplitudo o dinyatakan
oleh busur OP dari sebuah lingkaran dengan pusat C dan jejari , dengan anggapan beda fase anatara
sumber-sumber gelombang keci adalah sama. Kemiringan pada setiap titik dari busur lingkaran adalah
beda fase yang dinyatakan oleh persamaan (4) Pada titik P yang berkaitan dengan x = b kemiringannya
dinyatakan dengan persamaan:
2π 2π
α= AB= b sin θ
λ λ ……………………………………….….(5)
yang juga menyatakan sudut yang dibentuk oleh jejari CO dan CP, dengan demikian amplitudo
resultan dapat dinyatakan dengan persamaan:
ξ=2 QP
ξ=2 ρ sin ( 12 α )

7
ξ=2 ρ sin ( πb sin θ
λ )
……………………………………...………(6)
Untuk pengamatan yang tegak lurus ( = 0), maka semua vektor do adalah sejajar, dengan demikian
amplitudo resultannya sama dengan panjang OP dinyatakan dengan Eo, yaitu:

ξ o =OP=ρα =ρ ( 2 π b sin θ
λ )………………..…………..(7)
dengan membagi persamaan (5) dengan persamaan (6) diperoleh hubungan:

ξ=ξ o
[ ]
( πb sinθ
sin
λ )

πb sin ( )
θ
λ
……………...……………………(8)
dan karena intensitas gelombang berbanding langsung dengan kuadrat amplitudonya makadiperoleh
hubungan inetnsitas yang teramati sebagai fungsi arah pengamatan , yaitu:

[ ]
2

I=I o
sin (
πb sin θ
λ )
πb sin θ
λ

( )
2
sin u
I=I o
u ………………………....……………..(9)
πb
u= sin θ
di mana λ . Dari persamaan (9) dapat ditunjukkan bahawa intensintas gelombang yang

teramati sama dengan nol terjadi bila u = n , atau b sin θ=nλ yang sesuai dengan persamaan (3)

kecuali untuk n = 0 karena


(sinuu ) u=0
=1
. Intensitas maksimum dari pola difraksi yang dihasilkan
dI
=0
dapat ditentukan dari nilai u yang sesuai dengan du , karena intensitas maksimum ini berkaiatan
dengan nilai-nilai u, maka intensitas maksimum terjadi secara berurutan akan menjadi semakin kecil.
Untuk  yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan harga b , titik-titik nol pertama dari intensitas
gelombang dari kedua sisi maksimum utama dikaitkan dengan sudut pengamatan ditentukan dengan
mengambil n ±1 yaitu:

λ
θ≈sin θ=±
b …………………………………………(10)

8
Persamaan (10) dapat dilukiskan dengan Gambar 10.

=/b
=/b

Gambar 10. Titik-titik minimum pertama terhadap maksimum utama


Prinsip ini sangat bermanfaat untuk menjelaskan daya pemisah (resoving power) yang dikemukakan
oleh Lord Rayleigh yaitu sebagi sudut minimum yang dibentuk oleh dua gelombang yang datang dari
dua sumber titik terpisah. Kedua gelombang yang datang menghasilkan pola difraksi yang terbedakan.

Sumber
S2

=/b
Sumber
S1

Gambar 11. Aturan Rayleigh untuk daya pemisah sebuah celah

Jika gelombang datang dari dua sumber terpisah S1 dan S2 yang melewati celah yang sama dalam dua
arah yang berbeda, membentuk sudut , seperti ditunjukkan Gambar 6. Pola difraksi yang dihasilkan
kedua gelombang adaah saling tumpang tindih. Pola difraksi kedua gelombang dapat dibedakan bila
maksimum utama dari satu gelombang jatuh pada titik nol pertama pola difraksi gelombang kedua.
Dengan demikian dari persamaan (10) dan Gambar 7 sudut  haruslah:

9
λ
θ=
b ………………………………(11)
yang menyatakan daya pemisah dari sebuah celah menurut aturan Rayleigh.

2.2.2 Difraksi Frounhofer dari Celah Melingkar


Dua obyek titik berdekatan apabila ditangkap dengan lensa, bayangannya berhimpit, sehingga
sulit untuk dibedakan. Kemampuan lensa untuk memisahkan bayangan yang berbeda dari dua buah
titik yang saling berdekatan disebut daya pisah lensa. Salah satu hal yang mempengaruhi daya pisah
lensa ini adalah difraksi.
Pada kasus ini, tepi lensa dianggap sebagai suatu celah, sehingga cahaya yang berasal dari
sumber titik ketika melalui lensa akan disebarkan sesuai pola difraksi. Oleh
karena itu, sumber benda titik bayangannya akan dibentuk menjadi suatu pola difraksi kecil. Pola
difraksi yang dihasilkan celah melingkar adalah berupa piringan terang di pusat dikelilingi oleh cincin
gelap dan terang bergantian, seperti ditunjukkan pada Gambar 12.

D=2R

Gambar 12. Pola difraksi frounhofer untuk celah melingkar


Nampak pada gambar bahwa jumbai-jumbai lingkaran yang mengelilingi terang pusat membentuk
bayangan yang kurang terang. Dengan menyatakan R jejari lingkaran celah, sudut pengamatan cincin
minimum (gelap) pertama adalah:
2 πR sin θ
=3 .8317
λ ……………………………………..(12)
atau untuk sudut yang sangat kecil, maka:
λ λ
sin θ≈θ=1 . 22 =1 . 22
2R D ……………………………(13)

dengan D sebagai lebar celah dan λ merupakan panjang gelombang cahaya.

10
Bila dua titik sangat berdekatan, pola difraksi dari masing-masing bayangan akan saling

tumpang tindih sehingga bayangannya hampir sama dengan bayangan sebuah obyek titik. Apabila

jarak anguler titik berada pada suatu kondisi di mana maksimum pola difraksi sumber satu jatuh pada

minimum pertama dari sumber difraksi yang lain, maka keadaan ini disebut dengan kriterion Rayleigh.

Kajian tentang difraksi celah melingkar sangat bermanfaat dalam perkembangan teknologi.
Apabila suatu produk diinginkan untuk mampu memisahkan jarak anguler yang sangat kecil, maka

dapat dilakukan dengan memperbesar diameter lensa (D) atau memilih panjang gelombang ( λ ) yang
lebih pendek. Cara ini efektif digunakan untuk mengurangi efek difraksi pada mikroskop. Hal yang
dilakukan adalah dengan memilih cahaya ultraviolet atau elektron sebagai pengganti cahaya.

2.2.3 Difraksi Frounhofer untuk Dua Celah Sama Besar dan Sejajar
Tinjaulah dua celah, masing-masing dengan lebar b saling berjarak a, seperti ditunjukkan
Gambar 13. Untuk arah pengamatan , diperoleh dua berkas gelombang terdifraksi yang datang dari
masing-masing celah, yang kemudian menghasilkan interferensi. Dengan kata lain pada peristiwa ini
terjadi sebuah kombinasi difraksi dan interferensi. Untuk menentukan intensiatas gelombang resultan
sebagai fungsi , maka haruslah terlebih dahulu ditentukan resultan amplitudo masing dari masing-
masing celah, kemudian resultan amplitudo dari masing-masing celah digabungkan untuk memperoleh
resultan amplitudo akhir sebagai hasil kombinasi dari resultan amplitudo dari masing-masing celah.

Celah-1 Celah-2

a
a

a a a a
a a
11
a
a
A’ C’
Gambar 13 (a) Dua celah sama lebar
(b) Difraksi Founhofer untuk dua celah

Resulatan amplitudo dari kedua celah ditunjukkan oleh Gambar 13, sudut  memiliki harga

sesuai dengan persamaan (5). Vektor OP menyatakan resultan amplitudo oleh celah –1 yaitu ξ 1 yang
nilainya dihitung sesuaidengan persamaan (8), yaitu:

ξ 1=ξ o1
[ ]
sin( πb sinλ θ )
πb sin ( )
θ
λ
……………………………………(14)
karena celah-2 memiliki lebar yang sama maka resultan amplitudo celah-2 akan memiiki nilai yang
sama dengan resultan amplitudo celah-1, tetapi dengan fase yang berbeda, seperti ditunjukkan pada
Gambar 11.

2
1

Gambar 14. Amplitudo resultan gelombang dari kedua celah


Gambar 10 menunjukkan bahwa antara berkas gelombang celah-1 dan celah-2 memiliki beda fase
tetap, yaitu:
2π 2 π . a sin θ
β= CE =
λ λ ……………………………...(15)
dengan demikian amplitudo atau vektor-vektor gelombang kedua celah membentuk sudut , sehingga
resultan amplitudo kedua celah dapat ditentukan;

ξ=ξ o 1 √ 2 ( 1+cos β ) =2ξ o 1 cos ( 12 β )


…………………(16)
dengan menggunakan persamaan (15) diperoleh:

12
sin (πb sin θ
)
ξ=2 ξ o 1
λ
πb sin θ
cos (
πa sinθ
λ )
λ ……………...…(17)
Distribusi intensitas dari pola difraksi yang terjadi sebagai fungsi , dengan demikian dapat ditentukan
dari kebergantungannya dengan kuadrat amplitudonya, yaitu;

[ ]
πb sin θ 2
sin ( )
I=I o
λ
πb sin θ
cos
λ(
2 . π . a sin θ
)
λ …………….(18)
persamaan (17) bila dibandingkan dengan persamaan (18) ternyata terdapat tambahan faktor

cos 2 ( π .asin θ/ λ ) . Faktor ini tidak lain adalah faktor distribusi intensitas dari interfernsi yang
dihasilkan oleh dua sumber koheren yang telah dibahas terdahulu. Dengan demikian peristiwa
interferensi d u sumber koheren tercakup dalam persamaan (18). Ini menunjukkan bahwa pada
peristiwa difraksi dua celah identik akan termodulasi juga peristiwa interferensi dua sumber koheren.
Pola difraksi dua celah digambarkan sebagai berikut.

Pola difraksi Pola interferensi b sin  / 

Gambar 15. Modulasi pola interferensi dua sumber


dalam pola difraksi dua celah a sin  / 
Titik maksimum dari pola interferensi terjadi pada π asin θ/ λ atau sin θ=n ( λ/a ) , sedangkan titik

nol dari pola difraksi terjadi sesuai persamaan 2.3 atau sin θ=n' ( λ/b ) . Karena a  b maka jarak titik-
titik nol dari pola difraksi jauh lebih lebar dari jarak titik-titik maksimum pola interferensi. Oleh
karena itu untuk difraksi dua celah frinji terang jauh lebih tajam dan lebih dekat dari pada pola yang
dihasilkan oleh satu celah.

2.3 Kisi Difraksi

13
Kisi difraksi adalah alat optik dengan banyak celah. Fungsinya sebagai alat spektroskopi untuk
melihat spektrum gelombang misalnya cahaya (Dede, 2006).Gejala difraksi cahaya merupakan suatu
peristiwa pelenturan gelombang cahaya ketika melalui suatu celah sempit, sehingga gelombang cahaya
tampak melebar pada tepi celah. Bila jumlah celah itu banyak (N), maka disebut kisi difraksi dengan
lebar celah dan jarak antar celah teratur.

Gambar 16. Kisi Difraksi


Pola difraksi yang dihasilkan oleh deretan N celah sejajar yang masing-masing lebarnya sama
yaitu b, dengan jarak antara celah yang sama juga yaitu a. Deretan N celah sejajar ditunjukkan oleh
Gambar 17 berikut.

Gambar 17. Difraksi dari deretan N celah identik sejajar


Bila suatu berkas monokromatik dijatuhkan pada kisi, maka akan terjadi penguraian warna
oleh kisi akibat panjang gelombang tiap komponen tidak sama, sehingga pola intensitas yang
dihasilkan terdiri dari sederetan jumbai (pita) interferensi. Spektrum orde pertama akan terdiri atas 6
garis, demikian juga dengan spektrum orde lainnya.

14
Gambar 18. Spektrum yang dihasilkan jika sinar putih ditujukan pada kisi

Masing-masing pita terdiri dari maksimum pusat dan disebelah menyebelah terdapat
maksimum sekunder yang lemah. Cara yang sama dilakukan pada pembahasan difraksi dua celah,
digunakan untuk menentukan distribusi intensitas terhadap . Interferensi yang dihasilkan oleh N
sumber koheren dimodulasi oleh pola difraksi dari N celah tersebut. Karena jarak antara dua sumber
berurutan adalah a, maka faktor interferensi untuk N celah menjadi:

[ ]
2
sin ( Nπ . asin θ / λ )
sin ( π . a sinθ / λ ) …………………………...(19)

sedangkan faktor difraksi sesuai dengan persamaan adalah:

[ ]
2
sin ( π . b sinθ / λ )
π . b sin θ/ λ …………………………..(20)
Oleh karena itu distribusi intensitas yang dihasilkan oleh difraksi deretan N celah identik adalah:

] [ ]
2

[
sin ( π . b sinθ / λ )
2 sin ( Nπ . asin θ / λ )
I = Io. π . b sin θ/ λ . sin ( π . a sinθ / λ ) …………..(21)
Gambar 19 menunjukkan diagram skematis dari sebuah kisi difraksi. Suatu gelombang cahaya datang
dari kiri, berarah normal (tegak lurus) terhadap bidang kisi. Sebuah lensa cembung dapat digunakan
untuk membawa sinar menuju celah dan bersatu di titik P. Pola intensitas cahaya yang dibentuk layar
adalah hasil dari efek gabungan interferensi dan difraksi. Sesuai dengan teori Huygens, tiap celah
dapat bertindak sebagai sumber gelombang. Karena perubahan arah θ diukur dalam arah horizontal,
gelombang-gelombang harus menempuh panjang lintasan berbeda sebelum mencapai titik tertentu P
pada layar.

Gelombang
Gelombang difraksi
datang
P 15

θ
d

λ C Layar

Gambar 19. Pandangan samping dari sebuah kisi difraksi.


Jarak pisah antar celah adalah d, dan beda lintasan antara dua celah yang berdekatan adalah :
δ = d sin θ, d = a………………………………………(22)
Bila jumlah celah N makin banyak, ternyata lebar pita makin sempit, sehingga pola yang dihasilkan
pada layar mengandung sederetan garis-garis terang yang tajam yang dihasilkan oleh maksimum-
maksimum utama dari pola interferensi dan intensitas maksimum sekunder sangat lemah dan efeknya
bisa diabaikan. Garis (pita) yang sangat tajam terjadi bila beda lintasan cahaya antara dua celah
berturut-turut a sin θ sama dengan kelipatan bulat panjang gelombang yang ditentukan oleh
persamaan:
a sin θ=n . λ atau sin θ=n ( λ/a )

di mana n = 0, ±1, ±2, ±3, ..........


Tetapi intensitasnya dimodulasi oleh pola difraksi. Dalam hal ini, n disebut bilangan kuantum
urutan (order number) dari garis-garis difraksi. Untuk n = 0 adalah sama dengan garis pusat.
Persamaan ini identik dengan persamaan untuk lokasi intensitas maksimum pada celah ganda di mana
n = 1 menyatakan orde ke satu atau garis terang pertama; n = 2 menyatakan orde ke dua atau garis
terang ke dua. Ternyata kedudukan garis-garis difraksi ini hanya ditentukan oleh λ/a serta tidak
menggores garis-garis halus pada kaca dengan menggunakan intan. Untuk kisi yang sangat halus,
biasanya digunakan transparansi fotografi yang bisa berisikan 10.000 garis per satuan sentimeter. Kisi
ini dinamakan kisi transmisi. Kisi dapat juga dibuat dengan menggores permukaan logam disebut kisi
pemantulan. Dengan mengetahui banyak garis per sentimeter, kita dapat menentukan jarak antar celah
(tetapan kisi d) jika terdapat N garis per satuan panjang misalnya 10.000 garis per satuan sentimeter,
maka tetapan kisi (d) adalah kebalikannya.
1 1
d= = =10−4 cm
N 10000 garis per cm (23)
…………………………

16
2.4 Aplikasi Difraksi Dalam kehidupan Sehari-hari
1. Analisa Struktur Kristal ‘Spektroskopi difraksi sinar-X(X-ray difraction/XRD)’
Difraksi Sinar X merupakan teknik yang digunakan dalam karakteristik material untuk
mendapatkan informasi tentang ukuran atom dari material kristal maupun nonkristal (Lusty, 2011).
Difraksi tergantung pada struktur kristal dan panjang gelombangnya. Jika panjang gelombang jauh
lebih dari pada ukuran atom atau konstanta kisi kristal maka tidak akan terjadi peristiwa difraksi
karena sinar akan dipantulkan sedangkan jika panjang gelombangnya mendekati atau lebih kecil dari
ukuran atom atau kristal maka akan terjadi peristiwa difraksi. Ukuran atom dalam orde angstrom (Å)
maka supaya terjadi peristiwa difraksi maka panjang gelombang dari sinar yang melalui kristal harus
dalam orde angstrom (Å).
Metode yang digunakan dslam menentukan struktur Kristal dengan difraksi sinar – x ini terdiri
dari metode Kristal tunggal dan metode serbuk. Pada metoda kristal tunggal, sebuah kristal yang
berkualitas baik diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat berotasi pada salah satu sumbu kristalnya.
Ketika kristal itu diputar pada salah satu sumbu putar, seberkas sinar X monokromatik dipancarkan ke
arah kristal. Jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel kristal, maka bidang kristal itu akan
membiaskan sinar-X yang memiliki panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal
tersebut. Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah
puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas
pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal
yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data
pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis
material. Standar ini disebut JCPDS (Joint Committee Powder Diffractionn Standard).
2. GLV (Gratting Light Valve)
Disebut juga kisi katup cahaya, dimana teknologi ini memanfaatkan kisi difraksi untuk
menampilkan visual yang lebih baik daripada visual dari LCD yang selama ini ada. GLV
menggunakan sistem mikro ( MEMS ) teknologi dan fisika optik agar bagaimana cahaya tercermin
dari masing-masing struktur pita-seperti beberapa yang mewakili "tertentu gambar" titik atau pixel.
Pita dapat memindahkan jarak kecil, mengubah panjang gelombang cahaya yang dipantulkan. Nada
Grayscale atau warna yang tepat dapat dicapai dengan memvariasikan kecepatan piksel yang diberikan
adalah dinyalakan dan dimatikan. Gambar yang dihasilkan dapat diproyeksikan dalam sebuah
auditorium besar dengan sumber cahaya terang atau pada sebuah alat kecil dengan menggunakan LED
low-power sebagai sumber cahaya.

17
Teknologi GLV dapat memberikan resolusi tinggi, daya rendah sehingga lebih murah . Tetapi
kualitas pixel yang bagus. Konsep kerja GLV yaitu, prangkat GLV dibangun pada silikon dan terdiri
dari baris paralel yang sangat reflektif. Pita-pita ukuran mikro dengan lapisan atas aluminium
tergantung di atas sebuah celah udara yang dikonfigurasi sedemikian rupa sehingga pita alternatif (pita
aktif yang interlaced dengan pita statis) dapat secara dinamis ditekan. Sambungan listrik untuk
masing-masing elektroda pita aktif menyediakan aktuasi independen. Pita dan substrat adalah elektrik
konduktif sehingga defleksi dari pita dapat dikontrol secara analog: Bila tegangan dari pita aktif diatur
ke ground, semua pita yang undeflected, dan perangkat bertindak sebagai cermin sehingga insiden
cahaya kembali pada lajur yang sama. Ketika tegangan diberikan antara konduktor pita dan dasar
medan listrik yang dihasilkan, dapat mengalihkan ke bawah pita aktif terhadap substrat. Defleksi ini
dapat sebesar seperempat panjang gelombang sehingga menimbulkan efek difraksi pada cahaya
insiden yang tercermin pada sudut yang berbeda dari insiden ringan. Panjang gelombang untuk
defleksi ditentukan oleh frekuensi spasial pita. Karena ini frekuensi spasial ditentukan oleh muka sisi
photolithographic digunakan untuk membentuk perangkat GLV dalam CMOS proses fabrikasi, sudut
datang bisa sangat akurat yang berguna untuk aplikasi switching optik. Perpindahan dari undeflected
defleksi maksimum pita sangat cepat, yang dapat beralih di 20 nanodetik yang merupakan satu juta
kali lebih cepat dibandingkan konvensional LCD layar perangkat, dan sekitar 1000 kali lebih cepat
dibandingkan TI DMD teknologi. Selain itu, tidak ada kontak fisik antara elemen bergerak yang life
time dari GLV selama 15 tahun tanpa berhenti (lebih dari 210 miliar siklus switching).
Untuk membangun sistem tampilan menggunakan perangkat GLV pendekatan yang berbeda
dapat diikuti: mulai dari pendekatan sederhana menggunakan perangkat GLV tunggal dengan cahaya
putih sebagai sumber sehingga memiliki monokrom sistem untuk solusi yang lebih kompleks
menggunakan tiga GLV perangkat yang berbeda masing-masing untuk satu sumber RGB primary
'yang pernah terdifraksi memerlukan filter optik yang berbeda untuk titik cahaya ke layar atau
menengah dengan menggunakan sumber putih tunggal dengan perangkat GLV. Selain itu, cahaya
dapat terdifraksi oleh perangkat GLV ke lensa mata bagi tampilan virtual retina , atau ke sistem optik
untuk proyeksi gambar ke layar ( proyektor dan belakang proyektor ).

3. Holografi
Adalah teknik penghamburan cahaya dari sebuah objek untuk direkam dan kemudian
direkonstruksi sehingga dia akan muncul jika objek itu memiliki posisi yang relatif sama terhadap
rekaman medium saat direkam. Bayangan akan berubah selama posisi dan sudut pandang berubah
dalam cara yang sama sehingga objek masih tetap terlihat ada dan rekaman bayangan (hologram)
muncul dalam bentuk tiga dimensi. Adapun teknik holografi sehingga mendapatkan hologram,

18
sebagian dari sinar yang tersebar dari objek atau sekumpulan objek jatuh di atas media perekam. Sinar
kedua, yang dikenal sebagai sinar acuan, juga menerangi media perekam sehingga terjadi gangguan
antara kedua sinar tersebut. Hasil dari bidang cahaya tersebut adalah sebuah pola acak dengan
intensitas yang bervariasi yang disebut hologram. Dapat ditunjukkan bahwa jika hologram diterangi
oleh sinar acuan asli, sebuah bidang cahaya terdifraksi oleh sinar acuan yang mana identik dengan
bidang cahaya yang disebarkan oleh objek atau objek-objek. Dengan demikian, seseorang yang
memandang ke hologram tetap dapat ‘melihat’ objek walaupun objek tersebut mungkin sudah tidak
ada lagi.

4. Penerapan Pada Resolusi Sistem Pencitraan


Jarak antara titik pusat dengan cincin minimum pertamaadalah :

Jika ∆θ adalah sudut yang terukur, maka

Airy ring/disk akan menyebar sepanjang sudut ∆θ

Jika>>, maka citra akan dapat dibedakan(resolusi)


Batas resolusi terjadi jika :

19
Jikaladalah jarak pusat-ke pusat bayangan/citra,
maka limit resolusi :

Resolving power untuk sistem pembentukan citra


secara umum didefinisikan :

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Difraksi fresnel adalah jarak sumber-celah dan celah-layar lebih besar dari lebar celah atau
sinar datang tidak sejajar / sumber gelombang dekat.Eksperimen menunjukkan bahwa makin
sempit celah, maka makin melebar berkas cahaya yang lewat.
2. Difraksi Frounhofer merupakan difraksi cahaya dimana jarak sumber-celah dan celah-layar
jauh lebih besar dari lebar celah. (sinar datang sejajar/sumber gelombang jauh).Dalam
mengkaji Difraksi Frounhofer maka dapat menganalisisnya pada sebuah celah persegi, celah
melingkar,serta pada dua celah sama besar dan sejajar.
3. Kisi difraksi adalah alat optik dengan banyak celah. Fungsinya sebagai alat spektroskopi untuk
melihat spektrum gelombang misalnya cahaya
4. Aplikasi yang berkaitan dengan difraksi cahaya adalah pada ‘Spektroskopi difraksi sinar-X(X-
ray difraction/XRD), GLV (Gratting Light Valve), Holografi serta penerapan pada resolusi
sistem pencitraan.

3.2 Saran

20
Penyusunan makalah ini memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai difraksi Fresnel,
difraksi frounhofer serta kisi difraksi, baik secara teoritis maupun matematis. Sehingga, dengan
pemahaman yang lebih diharapkan mampu menganalisis peristiwa kehidupan sehari-hari dan
memecahkannya secara matematis.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.Difraksi cahaya.Tersedia padahttp://lustyyahulfa.blogspot.com/2011/01


/optik-lagidifraksi.html. Diakses pada tanggal 21 mei 2011.
Anonim, 2010. Teori difraksi. Tersedia pada http://www.indonesiaindonesia.com/.Diakses pada
tanggal 21 mei 2011.
Djonaedi. 2008. Difraksi. Tersedia pada http://www.google.co.id/search?
as_q=kisi+difraksi&as_epq=&as_oq=&as_eq=&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla
%3Aen-US
%3Aofficial&num=10&lr=&cr=&as_ft=i&as_filetype=pdf&as_qdr=all&as_occt=any&as_dt=
i&as_sitesearch=&as_rights=&safe=images&btn.Diakses pada tanggal 21 Mei 2011
Djuhana,Dede.2006. Difraksi.http://www.google.co.id/search?q=difraksi+fresnel
+filetype:pdf&hl=id&lr=&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-
US:official&as_qdr=all&prmd=ivns&ei=OMTQTcfeL8OurAe5zcjCCg&start=10&sa=N&biw
=1366&bih=531. Diakses pada tanggal 21 Mei 2011
Lusty.2011.Optik.Tersedia pada http://lustyyahulfa.blogspot.com/2011/01/optiklagi
difraksi.html. Diakses pada tanggal 21 mei 2011.
Masrush, 2010. Kisi difraksi (diffraction grating). Tersedia pada
http://masrush.wordpress.com.Diakses pada tanggal 21 mei 2011.
Subrata, N & Suwitra, N. 2002. Modul V: difraksi cahaya. Buku Ajar. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja.
Tienkartina, 2010.Difraksi pembelokan cahaya.Tersedia pada
http://tienkartina.wordpress.com/2010/08/13/difraksicahayapembelokan-cahaya.Diakses pada
tanggal 21 mei 2011.
Yasa, P. 2003. Gelombang dan Optik, Gelombang Elektromagnet Dan Optik Fisis. Buku Ajar mata
kuliah Gelombang dan Optik Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Ganesha.
Tidak Diterbitkan
Yudi, 2010. difraksi. Tersedia pada http://physics-yudi.blogspot.com/.Diakses pada tanggal 21 mei
2011.

22

Anda mungkin juga menyukai