Anda di halaman 1dari 17

Laporan Lengkap Praktikum Gelombang dan Optik

PERCOBAAN 1
DIFRAKSI FRANHOUFER

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ANDINI RIZKI DAMAYANTI A241 21 049
DINA SUARDIN A241 21 011
OLIVIA WAENGGO A241 21 061
DINDA AYU LESTARI A241 21 020
LARAS LAKSITA A241 21 096
LILI RAMILDA MINGGUS A241 21 035
TIARA VIORENTINA A241 21 032
ALFITO A241 21 004
PUTRI S. MAHRUM A241 21 017

ASISTEN PRAKTIKUM
YULI ASTRIANI S. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023

i
PERCOBAAN 1
LEMBAR KOREKSI
DIFRAKSI FRANHOUFER

KELOMPOK :I
ASISTEN : YULI ASTRIANI S. Pd

NO HARI/TANGGAL KETERANGAN PARAF


1 Senin, 3 April 2023 Perbaiki kembali !

ii
PERCOBAAN 1
DIFRAKSI FRANHOUFER

I. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan pada percobaan ini :
1. Memahami prinsip terjadinya difraksi franhoufer
2. Menentukan Panjang gelombang suatu sumber cahaya

II. Alat Dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada percobaan ini :
1. Sumber cahaya monokromatis/Laser 1 buah
2. Mistar logam 2 buah
3. Layar pengamat 1 buah
4. Bangku optic 1 buah

III. Dasar Teori


2.1 Difraksi Cahaya
Difraksi adalah penyebaran atau pembelokan gelombang saat
gelombang tersebut melintasi bukaan atau mengelilingi ujung penghalang.
Gejala difraksi terjadi akibat dari gelombang yang terdistorsi oleh suatu
penghalang yang mempunyai dimensi sebanding dengan panjang gelombang
dari gelombang datang. (Repository)
Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai
interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan
gelombang. Medan gelombang boleh jadi suatu celah. Tiap titik pada muka
gelombang dapat dipandang sebagai sumber gelombang baru dan
menghasilkan gelombang sekunder yang memancar ke segala arah dengan
kecepatan yang sama dengan kecepatan rambat gelombang. Muka gelombang
berikutnya berupa permukaan yang menyinggung muka gelombang semua
anak gelombang yang berasal dari titik sefase pada muka gelombang
terdahulu. Ini berarti semua anak gelombang pada saat muka gelombang
tertentu bersifat saling koheren. Jika gelombang datang gelombang datang
3
dari tempat yang jauh bertemu dengan sebuah celah sempit, maka bentuk
gelombang yang keluar dari celah sama dengan sebuah sumber titik tanpa
memperhatikan bentuk gelombang yang datang. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 1:

GAMBAR 1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah


Sempit https://www.google.com/url?sa=i&url=https
%3A%2F%2Fdocplayer.info%2F67070558-Bab-ii-
pembahasan-gambar-2-1-lenturan-gelombang-yang-
melalui-celah-
sempit.html&psig=AOvVaw2DAYbkpXnrJ_s7uiz19ob
D&ust=1680594182692000&source=images&cd=vfe
&ved=0CBAQjRxqFwoTCLCelq2bjf4CFQAAAAAdAA
AAABAE

Penyebaran gelombang melewati celah sempit yang lebarnya seorde


dengan panjang gelombang akan mengalami peristiwa yang dikenal
sebagai peristiwa difraksi. Semakin sempit celah itu maka semakin semakin
lebar penyebaran gelombang yang terjadi. Jika ukuran lebar celah mendekati
nol, maka gelombang yang diteruskan seperti sebuah sumber titik.
Sebelum menurunkan rumusan matematis yang bersangkutan, terlebih
dahulu dipahami karakteristik gejala difraksi secara kualitatif berdasarkan
prinsip Huygens. Perhatikan gambar 2 yang merupakan ilustrasi efek
penyebaran arah gelombang datar yang menjalar melalui suatu celah dengan
lebar D.

4
GAMBAR 2 Difraksi Glombang Datar Oleh Celah
Selebar D

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F
%2Fimgix3.ruangguru.com%2Fassets%2Fmiscellaneous
%2Fpng_oajsdu_1155.PNG&tbnid=lhtaachvCY0MkM&vet=12ah
UKEwiZvY2erY3

Difraksi cahaya pada celah tunggal akan menghasilkan interferensi


maksimum dari celah apabila selisih lintasan antara cahaya yang datang dari
A dan B adalah (2n+1)1/2λ. Persamaan interferensi maksimum (garis terang):

Muka gelombang yang tiba di celah berhimpit dengan bidang datar


celah, karena itu titik A, B pada tepi celah memiliki fase sama selain
berfrekuensi sama, serta efek difraksi diamati di titik P, maka selisih lintasan
optik antara dua gelombang sekunder itu adalah Δr = |AP – BP|, dan ini
merupakan selisih lintasan optik terbesar antara semua gelombang sekunder
yang berasal dari titik- titik antara A dan B. Mengingat bahwa semua sumber
gelombang antara A dan B berfase sama maka setibanya di titik P,
gelombang-gelombang tersebut akan saling berinterferensi. Jadi makin jauh
P dari sumber dari sumber celah maka makin kecil sudut θ, makin kecil pula
Δr dimana sudut θ merupakan batas arah difraksi.
Syarat terjadinya difraksi, apabila panjang gelombang sinar yang
datang mendekati atau seorde dengan lebar celah ( D ≈ λ ). Semakin sempit
celah maka pola difraksinya semakin jelas, sebaliknya semakin semakin lebar
celah, pola difraksinya semakin tidak jelas, sehingga ketika lebar celah jauh
melebihi panjang gelombangnya maka pola difraksi tidak akan terjadi.

5
Intensitas difraksi pada setiap titik di layar dapat ditentukan dengan
menggunakan diagram fasor untuk N buah celah. Sebagai ganti celah-celah
dapat digunakan titik-titik pada muka gelombang dalam celah tunggal. Hal ini
dapat dilakukan, sebab menurut teori Huygens yang berlaku untuk setiap
gelombang, titik-titik pada muka gelombang berlaku sumber gelombang
sekunder yang keluar dari celah. Perhatikan Gambar 3

GAMBAR 3 Muka Gelombang dalam Celah AB diganti dengan 9


Buah Titik sebagai Gelombang Sekunder

Huygens https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fiseng-
project.id%2Fmateri-fisika%2Fsma%2Fgelombang-cahaya
%2F&psig=AOvVaw3ZHwigKI-OMNtI-
LVvE9P9&ust=1680595863732000&source=images&cd=vfe&ved=0CBAQj
RxqFwoTCNj8786hjf4CFQAAAAAdAAAAABAE

Untuk mempermudah persoalan, jarak dari celah ke layar jauh lebih


besar daripada lebar celah, sehingga dalam Gambar 2 berkas-berkas sinar
yang keluar dari celah AB sejajar sehingga dapat dianggap sinar BP sejajar
dengan sinar sinar CP dan AP. Difraksi ini disebut difraksi fraunhofer.
Jenis jenis difraksi di bagi menjadi 2 yaitu, dimana dalam membahas
pola interferensi secara analitis, dipikirkan dua cara pendekatan. Apabila
jarak layar penangkap penangkap pola interferensi jauh lebih panjang
daripada ukuran celah, maka sinar-sinar pembentuk pola interferensi dapat
dipandang sebagai cara pendekatan demikian dikenal dengan difraksi
Fraunhofer. Dilain pihak apabila jarak layar dari celah tidak jauh lebih
panjang dibanding ukuran celah, sinar-sinar pembentuk pola interferensi itu
tidak layak dipandang berkas sejajar sehingga analisisnya pun tidak
sesederhana pada difraksi Fraunhofer. Difraksi yang ditinjau secara demikian
disebut difraksi Fresnel.

6
2.2 Difraksi Fraunhofer
Difraksi Fraunhofer adalah difraksi yang terjadi jika letak sumber dan
layar jauh sekali dari celah. Difraksi fraunhofer adalah difraksi dimana
gelombang datang dan yang keluar dari celah tetap planar atau linier.
Difraksi Fraunhofer dilakukan oleh:
a. Satu celah sempit atau celah tunggal
Sebuah celah tunggal disinari akan menghasilkan pola difraksi
pada layar yang diletakkan di belakangnya. Bentuk pola akan sama
dengan celahnya (persegi panjang) yaitu daerah-daerah terang dan gelap
berbentuk persegi panjang. Pola ini disebut pita-pita atau rumbai, berupa
pita terang dan pita gelap.
b. Satu lubang bulat
Difraksi oleh lubang bulat lebih penting daripada celah persegi
karena kebanyakan alat-alat optik berbentuk bulat dan difraksi akan
membatasi daya pisahnya. Pola difraksi terbentuk mempunyai berbentuk
yang terang dengan pusat piringan terletak pada garis tegak lurus melalui
pusat lubang. Di sekeliling piringan atau lingkaran terang terdapat cincin-
cincin gelap dan terang.
c. Dua celah sempit atau lebih
Kedua celah ini sejajar, identik berjarak d. Masing-masing celah
akan menghasilkan pola difraksi.
d. Kisi difraksi
Kisi difraksi adalah alat optis yang terdiri dari banyak celah yang
identik, yang disusun sejajar, berjarak sama.

2.3 Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari


1. Aplikasi Teori Difraksi Fraunhofer ke Desain Detektor yang Bersifat
Spesifik
Cahaya menyebar dari sel epithelial di dalam suatu celah penelitian
aliran sistem diperagakan menggunakan difraksi Fraunhofer kondisi
skalar. Kekuatan spektrum dihitung untuk posisi model sel yang
berurutan di dalam baris fokus dari suatu dari berkas cahaya laser dengan
7
suatu program komputer transformasi Fourier. Menggunakan kekuatan
spektrum yang dihitung, bentuk wujud detektor dirancang untuk
mendeteksi struktur sel secara spesifik. Bentuk wujud detektor diuji di
dalam suatu piranti celah penelitian sebaran statis. Data menandakan
kemampuan untuk orientasi mendeteksi sel dan batasan-batasan tertentu.
2. Perhitungan Resolusi Teleskop
Gambaran mengenai ruang dari kuat cahaya yang melintas
suatu celah adalah transformasi Fourier pada celah itu. Ini mengikuti dari
dasar teori difraksi Fraunhofer. Suatu celah adalah suatu rangkaian celah
kecil sekali. Cahaya yang melintas dua celah bertentangan dengan
dirinya sendiri, secara berurutan secara konstruktif dan destrktif.
Intensitas deret di belakang celah adalah penyiku dari amplitudo
menyangkut garis vektor yang elektromagnetis itu. Pengintegrasian ke
seberang celah, ditemukan bahwa intensitas cahaya, sebagai fungsi jarak
off-axis θ adalah I =I 0 sin 2 (u)/u 2.

IV. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada percobaan ini :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan ini
2. Meletakkan kertas di dinding sebagai layar
3. Menyusun alat dan bahan seperti pada gambar di bawah ini

8
4. Mengatur posisi laser sehingga diperoleh pola titik pada layar dengan
jarak beberapa meter dari penggaris
5. Mengukur jarak D
6. Memberikan tanda X pada layar sebagai posisi sumber cahaya laser
sebelum penggaris diletakkan.
7. Mengatur posisi penggaris hingga mengasilkan berkas cahaya pola gelap
dan terang pada layar
8. Mengamati pola cahaya yang paling terang kemudian memberi tanda Q0
pada kertas.
9. Memberi tanda pada layar untuk titik terang P0, P1, P2 , P3 , P4 hingga P5
10. Mengukur jarak titik O terhadap titik X sebagai Q0
11. Mengukur jarak tiap titik terang masing-masing terhadap titik x sebagai
P0, P1, P2 , p3 , P4 hingga P5
12. Mencatat hasil pengamatan yang diperoleh ke dalam table hasil
pengamatan

V. Hasil Pengamatan
Adapun hsail pengamatan pada percobaan ini :
N Pn(m) Y n= Pn−Q 2 2
Y n−Y 0 (m2)
❑n (m)
(m)
0 6,45 x 10−1 5 x 10−3 0 0
1 6,52 x 10−1 12 x 10−3 119 x 10−6 0,69 x 10−7
2 6,58 x 10−1 18 x 10−3 299 x 10−6 0,86 x 10−7
3 6,62 x 10−1 22 x 10−3 459 x 10−6 0,89 x10−7
4 6,68 x 10−1 28 x10−3 759 x 10−6 1,10 x 10−7
5 6,73 x 10−1 28 x10−3 1064 x 10−6 1,23 x 10−7

d = 1 x 10−3 m
Q = 6,4 X 10−1 m
D = 9,27 x 10−1 m
❑literatur = 6,328 x 10−7 m

9
10
VI. Analisa Data
Adapun Analisa data pada percobaan ini :
6.1 Perhitungan Umum
1. Nilai Y n= Pn−Q
a. Y 0= P0−Q 0 = (6,45 x 10−1 ¿−¿) = 5 x 10−3 m
b. Y 1= P1−Q0 = (6,52 x 10−1 ¿−¿) = 12 x 10−3 m
c. Y 2= P2−Q0 = (6,58 x 10−1 ¿−¿) = 18 x 10−3 m
d. Y 3= P3−Q 0 = (6,62 x 10−1 ¿−¿) = 22 x 10−3 m
e. Y 4 = P4 −Q0 = (6,68 x 10−1 ¿−¿) = 28 x 10−3 m
f. Y 5= P5−Q 0 = (6,73 x 10−1 ¿−¿) = 33 x 10−3 m

2. Nilai P2n−Y 20
a. Y 21−Y 20 = ¿ = 119 x 10−6 m
b. Y 22−Y 20 = ¿ = 299 x 10−6 m
c. Y 23−Y 20 = ¿ = 459 x 10−6 m
d. Y 24 −Y 20 = ¿ = 759 x 10−6m
e. Y 25−Y 20 = ¿ = 1064 x 10−6m

3. Nilai ❑n
d 2 2
❑n= 2
(Y ¿ ¿ n −Y 0)¿
2D n
a. n = 1
d 2 2
❑1= 2
(Y ¿ ¿ n −Y 0)¿
2D n
−3
1 x 10
¿ m
2¿¿¿
b. n = 2
d 2 2
❑2= 2
(Y ¿ ¿ n −Y 0)¿
2D n
−3
1 x 10
¿ m
2¿¿¿

11
c. n = 3
d 2 2
❑3= 2
(Y ¿ ¿ n −Y 0)¿
2D n
−3
1 x 10
¿ m
2¿¿¿
d. n = 4
d 2 2
❑4= 2
(Y ¿ ¿ n −Y 0 )¿
2D n
−3
1 x 10
¿ m
2¿¿¿
e. n = 5
d 2 2
❑5= 2
(Y ¿ ¿ n −Y 0)¿
2D n
−3
1 x 10
¿ m
2¿¿¿

6.2 Perhitungan persentase kesalahan

%= | ❑literatur ||
❑literatur −❑1 6,328 x 10−7−0 , 69 x 10−7
=
6,328 x 10
−7 |
=0 , 89 %

%= | ❑literatur ||
❑literatur −❑1 6,328 x 10−7−0 , 86 x 10−7
=
6,328 x 10
−7 |
=0 , 86 %

%= | ❑literatur ||
❑literatur −❑1 6,328 x 10−7−0 , 89 x 10−7
=
6,328 x 10
−7 |
=0 , 85 %

%= | ❑literatur ||
❑literatur −❑1 6,328 x 10−7−1 , 10 x 10−7
=
6,328 x 10
−7 |
= 0 ,82 %

%= | ❑literatur|| 6,328 x 10
−7 |
❑literatur −❑1 6,328 x 10−7−1 , 23 x 10−7
= = 0 ,80 %

12
VII. Pembahasan
Difraksi adalah pembelauan atau lenturan ialah penyebaran gelombang,
contohnya cahaya, karena adanya halangan. Semakin kecil halangan,
penyebaran gelombang semakin besar.
Difraksi cahaya adalah peristiwa penyebaran atau pembelokan gelombang
oleh celah sempit sebagai penghalang. Semakin kecil halangan, penyebaran
gelombang semakin besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens.
Gelombang terdifraksi selanjutnya berinterferensi satu sama lain sehingga
menghasilkan daerah penguatan dan pelemahan. Timbul pola terang dan
gelap dimana intensitas pola terang tidak sama atau makin jauh makin kecil
intensitasnya.
Difraksi Fraunhofer adalah difraksi yang terjadi jika letak sumber dan
layar pengamatan jauh sekali dari celah. Difraksi fraunhofer adalah difraksi
dimana gelombang datang dan yang keluar dari celah tetap linier. Dalam
percobaan ini yaitu celah yang digunakan berupa skala pada mistar yang
berfungsi sebagai kisi difraksi.
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk memahami prinsip terjadinya
difraksi fraunhofer dan untuk menentukan panjang gelombang suatu sumber
cahaya.
Alat dan bahan yang digunakan pada perobaan ini yaitu Sumber cahaya
monokromatis dalam hal ini adalah laser helium neon, bangku laser, mistar
logam, layar pengamat berupa kertas karton. Adapun fungsi dari masing-
masing alat antara lain laser berfungsi untuk melihat atau mengamati pola
difraksi yang terbentuk karena memiliki sifat koheren. Penggaris/mistar besi
berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk memantulkan berkas cahaya
laser sehingga terbentuk pola gelap terang pada kertas karton yang
ditempelkan pada layar pengamat. Pada saat gelombang cahaya yang
ditimbulkan oleh laser menabrak mistar besi, gelombang akan berbeda dari
gelombang asalnya, pada jarak yang jauh gelombang akan menimbulkan
gelap terang yang di sebut difraksi fraunhofer. Kemudian kertas karton
digunakan sebagai layar untuk mengamati bentuk difraksi fraunhofer dan
13
untuk melihat jaraknya digunakan pulpen untuk menandai setiap titik terang
yang terbentuk pada layar pengamat (kertas karton), dan bangku optik
digunakan untuk meletakkan komponen seperti laser.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan, lalu meletakkan kertas di dinding sebagai layar,
kemudian menyusun/merangkai alat sesuai dengan gambar yang ada terdapat
pada prosedur kerja, mengatur posisi laser sehingga diperoleh pola titik pada
layar dengan jarak beberapa meter dari penggaris, kemudian Mengukur jarak
D, memberikan tanda X pada layar sebagai posisi sumber cahaya laser
sebelum penggaris diletakkan, mengatur posisi penggaris hingga sehingga
menghasilkan berkas cahaya pola terang dan gelap pada layar, setelah itu
mengamati pola cahaya yang paling terang kemudian memberi tanda Q0 pada
kertas, memberi tanda pada layar untuk titik P0, P1, P2 , P3 , P4 hingga P5,
mengukur jarak titik O terhadap titik X sebagai Q0, mengukur jarak tiap titik
terang masing-masing terhadap titik X sebagai P0, P1, P2 , P3 , P4 hingga P5,
dan terakhir mencatat hasil pengamatan yang diperoleh ke dalam tabel hasil
pengamatan.
Adapun prinsip kerja dari percobaan ini yaitu ketika laser helium neon,
cahaya laser dipantulkan melalui garis-garis millimeter pada mistar yang
berfungsi sebagai kisi difraksi sehingga dihasilkan cahaya berupa pola terang
dan gelap pada layar di dinding terbentuk pola terang dan gelap. Dimana pola
terang terdiri dari terang pusat dan terang lainnya. Jarak dari titik X ke terang
pusat Q ke terang 1 sampai terang ke 5 diukur dengan menggunakan mistar.
Adapun proses terjadinya Difraksi Fraunhofer yaitu terjadi karena sinar
laser yang ditembakkan ke sasaran, melewati celah sehingga terjadi
pembelokan cahaya yang apabila kedua gelombang fase, maka akan terjadi
intensitas maksimal yang membuat pola terang terjadi. Dan jika kedua
gelombang tidak sefase maka akan terjadi interaksi minimal yang membuat
pola gelap terjadi.
Dari hasil pengamatan, dapat diketahui faktor yang mempengaruhi
panjang gelombang yang diperoleh yaitu lebar celah d dalam percobaan ini
yaitu 1x10 m, jarak antara sumber cahaya pantul ke layar (D), jarak antara
14
titik O ke orde ke n, serta nilai pola atau orde n itu sendiri. Syarat agar
terbentuk pola difraksi fraunhofer adalah jarak antara sumber cahaya ke layar
harus jauh, pada percobaan ini D yang digunakan sebesar 9,27 x 10−1 m.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa data, diperoleh panjang
gelombang ❑1 sebesar 0 , 69 x 10−7m, ❑2 sebesar 0 , 86 x 10−7m, ❑3 sebesar
0 , 89 x 10 m, ❑4 sebesar 1 ,10 x 10 m, dan ❑5 sebesar 1 , 23 x 10 m.
−7 −7 −7

Berdasarkan literatur, panjang geombang dari laser helium neon yang


digunakan yaitu sebesar 632,8 nm atau senilai dengan 6,328 x 10−7 m
sedangkan hasil panjang gelombang rata-rata yang diperoleh dari praktikum
ini yaitu lebih kecil dibandingkan literatur yaitu sebesar 0,954 x 10−7 m.
Adapun perbedaan nilai ini terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan
dalam memberikan tanda pola pada layar yang disebabkan oleh gambar pola
yang dihasilkan tidak stabil. Serta kurangnya keterampilan praktikan dalam
menggunakan alat, sehingga akan mempengaruhi nilai-nilai yang diperoleh.
Adapun besar persentase kesalahan yang diperoleh sebesar 4,22% hal ini
terjadi karena celah yang kami gunakan hanya menggunakan celah yang
berasal dari garis-garis skala mistar. Selain itu posisi mistar mudah bergerak-
gerak dikarenakan mistar tersebut kami pegang dengan cara manual serta
ketidakketelitian mengukur jarak pantul ke layar.

VIII. Kesimpulan
15
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Difraksi fraunhofer adalah difraksi dimana gelombang datang dan yang
keluar dari celah tetap linier. Dalam percobaan ini yaitu celah yang
digunakan berupa skala pada mistar yang berfungsi sebagai kisi difraksi.
Adapun prinsip kerja dari percobaan ini yaitu ketika laser helium neon,
cahaya laser dipantulkan melalui garis-garis millimeter pada mistar yang
berfungsi sebagai kisi difraksi sehingga dihasilkan cahaya berupa pola
terang dan gelap pada layar di dinding terbentuk pola terang dan gelap.
Pola terang terjadi pada saat difraksi maksimum, dimana gelombang
cahaya memiliki amplitudo dan fasa yang sama sehingga gelombang
cahaya saling menguatkan. Ketika amplitudo dan fasanya berbeda maka
akan terjadi difraksi minimum sehingga terbentuk pola gelap, karena
gelombang cahaya saling melemahkan.
2. Perhitungan untuk panjang gelombang suatu sumber cahaya dihitung
dengan persamaan :
d 2 2
❑n= 2
(Y ¿ ¿ n −Y 0)¿
2D n
dengan :
= panjang gelombang
d = jarak antara dua garis berdekatan pada mistar (NST mistar)
D = jarak dari mistar (ketika laser) memantul ke layar
n = orde ke 1,2,3..5
Yn = jarak antara orde ke n dengan titik O
Pada percobaan ini, hasil yang diperoleh antara lain :
❑1 = 0 , 69 x 10−7m
❑2 =0 , 86 x 10−7m
❑3 =0 , 89 x 10−7m
❑4 =1 ,10 x 10−7m
❑5 = 1 , 23 x 10−7 m
DAFTAR PUSTAKA

16
HARUN, Y. (2009). Pembuatan kisi difraksi (Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada)
Hidayat, W., Darjat, D., & Setiyono, B. (2011). SIMULASI FENOMENA
DIFRAKSI CAHAYA PADA CELAH TUNGGAL DAN CELAH GANDA
(Doctoral dissertation, Jurusan Teknik Elektro Fakulta Teknik Undip)
Sadiyah, A. (2012). ANALISIS DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN
PRINSIP ARTIFICIAL LIFE (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA)
Tim Penyusun. 2023. Modul Praktikum Gelombang dan Optik. Palu: Universitas
Tadulako
Yanuarief, C. (2016). Simulasi pola difraksi Fraunhofer untuk celah lingkaran
dengan modifikasi fungsi Bessel. Integrated Lab Journal, 4(2), 181-188

17

Anda mungkin juga menyukai