Anda di halaman 1dari 13

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

(BABE)

Dosen pengampu
Apt. Yuni Anggraini, M.Farm

Disusun Oleh:

CITRI AYU BLEYZENSKY


11171020000092
BD

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
APRIL/2021
1. Apa bedanya produk yang ekivalen secara farmasetik, kimia, terapeutik, dan alternative
farmasetik? Sebutkan contohnya!

Jawab :

 Produk ekivalen secara farmasetik atau kimia


Dua atau lebih produk obat yang mengandung jumlah yang sama dari bahan aktif
terapeutik yang sama, baik secara jenis maupun kekuatan, dalam bentuk sediaan dan jalur
penghantaran yang sama. Dan bentuk sediaan ini harus memenuhi persyaratan seperti
kemurnian, keseragaman konten, dan waktu hancur.
Contoh :
- Chlordiazepoxide hidroklorida, kapsul 5 mg
- Tablet Aspirin, U.S.P. dengan kekuatan tertentu. Meskipun pada monografi U.S.P
mencakup persyaratan pelarutan dan uji kimia, namun tidak ada persyaratan
bioavailabilitas.
- Dilaporkan bahwa perubahan pengencer kapsul dari kalsium sulfat dihidrat menjadi
laktosa menghasilkan fenitoin lebih dari dosis pada pasien yang menerima kapsul
yang setara secara kimiawi
 Produk ekivalen secara terapeutik
Dua atau lebih produk obat ekivalen secara kimiawi atau farmasetik yang pada dasarnya
menghasilkan efek klinis dan profil keamanan yang sama dan/atau toksisitas pada
individu yang sama ketika diberikan dalam regimen dosis yang identik.
Contoh :
- Propoxyphene hydrochloride dan pentazocine hydrochloride untuk perawatan nyeri

 Produk alternative farmasetik


Produk obat yang mengandung bagian terapi yang sama tetapi berbeda dalam bentuk
garam atau ester, dalam bentuk sediaan atau dalam kekuatan. Juga, bentuk sediaan lepas
kendali merupakan alternatif farmasetik bila dibandingkan dengan formulasi
konvensional bahan aktif yang sama.
Contoh :
- Atarax (Hidroksizin HCI) dan Vistaril (hidroksizin palmoate) adalah contoh garam
yang berbeda
- Tofranil (imipramine HCI) dan Tofranil PM (imipramine palmoate).
- Kapsul Keflex (cephalexin) dan Keftab Tablets (cephalexin HCI) berbeda garam dan
bentuk sediaan yang berbeda.
- Calan SR dan Isoptin SR, keduanya adalah dosis pelepasan terkontrol bentuk
verapamil HCI; sementara Calan dan Isoptin adalah bentuk sediaan tablet
konvensional garam yang sama.
- Wellbutrin XL dan Wellbutrin SR, keduanya dikontrol dalam bentuk pelepasan
bupropion HCl, namun mekanisme pelepasan obatnya berbeda.

2. Apa bedanya bioavailabilitas absolut dan relatif?

Jawab:

Bioavailabilitas absolut merupakan perbandingan bioavailabilitas obat yang


dibenkan secara ekstravaskular terhadap bioavailabilitas obat yang diberikan secara
intravaskular. Menurut Pedoman Uji Bioekivalensi BPOM RI, Bioavailabilitas absolut: bila
dibandingkan dengan sediaan intravena yang bioavailabilitasnya 100%.

Nilai F ≤ 1

Rumus berdasarkan data plasma:

Kurva:
Rumus berdasarkan data urin:

Kurva:

Bioavailabilitas Relatif merupakan perbandingan bioavailabilitas produk obat


terhadap pembanding (selain intravaskular).Bioavailabilitas perbandingan (relatif) dapat
digunakan obat dalam dua bentuk sediaan yang berbeda (mis. tablet dan sirup, kapsul dan
suspensi, dll) dan / atau dua rute administrasi ekstravaskular yang berbeda (mis. oral dan
intramuskuler).

Nilai Frel > 1, <1 atau 1


Rumus berdasarkan data plasma:

Kurva:
Rumus berdasarkan data urin:

Kurva:

Keterangan:

 F = Bioavailabilitas Absolut
 Frel = Bioavailabilitas Relatif
 Xu = massa obat kumulatif diekskresikan dalam urin

3. Apa perbedaan bioavailabilitas absolut, bioavailabilitas relatif, dan bioekivalensi. Berikan


contoh!
Jawab :
a. Bioavailabilitas Absolut
Bioavailabilitas Absolut diukur dengan membandingkan nilai (AUC) dengan masa
kumulatif yang dieksresikan dalam urin (Xu). Membandingkan bioavaibilitas zat aktif
rute pemberian secara ekstravaskular dengan bioavaibilitas zat aktif pada rute intravena
dalam bentuk dan dosis yang sama. Jika dosisnya tidak sama, maka dapat disesuaikan
secara matematis.

Contoh :

1. Tablet dan larutan infus esomeprazole dengan dosis 40 mg


2. Tablet dan larutan infus pantoprazole dengan dosis 40 mg

b. Bioavailabilitas Relatif
Bioavailabilitas relatif adalah suatu ukuran dengan membandingkan parameter
bioavailabilitas yang berasal dari data plot konsentrasi pada waktu plasma obat atau pada
data ekskresi melalui urin setelah administrasi obat. Pemberian obatnya dilakukan
dengan pemberian rute selain rute intravena, yaitu seperti rute oral dan rute intramuskuler
serta bentuk sediaan yang berbeda seperti tablet, sirup, kapsil dan suspensi

Contoh :

1. Valium (diazepam): tablet diberikan dengan rute pemberian oral dan


intramuskuler (produk innovator diberikan melalui dua ekstravaskular dengan
rute berbeda)
2. Tagamet (cimetidine): tablet dan sirup (innovator produk diberikan secara oral
dengan dua bentuk sediaan yang berbeda)
3. Cephalexin: bentuk sediaan kapsul (produk generik) dipasarkan oleh dua
produsen yang berbeda (formulasi berbeda).

c. Bioekivalensi
Bioekivalensi adalah membandingkan jenis komparatif atau relative dalam studi
bioavailabilitas. Dalam studi bioekivalensi, (AUC), konsentrasi plasma puncak dan
waktu puncak ditentukan oleh dua atau lebih produk yang setara secara kimia atau secara
farmasi yaitu bentuk sediaan identik dan produk innovator.

Contoh:
1. Propranolol: Tablet Inderal (produk innovator oleh Wyeth Laboratories) dan
propranolol Tablet HCl (merek generik)
2. Perphenazine: Trilafon tablet (produk innovator oleh Schering, Inc.) dan tablet
perphenazine (merek generik)
3. Cephalexin: kapsul Keflex (produk inovator) dan kapsul sefaleksin (produk
generik)
4. Sertraline: Zoloft tablet (produk innovator oleh Pfizer) dan sertraline HCl
tablet (generic produk).

4. Kapan suatu produk dikatakan bioekivalen? Apa tujuan diadakan uji BABE?

Jawab :

Suatu produk dikatakan bioekivalen apabila dua sediaan atau lebih memiliki nilai
parameter-parameter farmakokinetik setara secara kimiawi atau farmasetik yang
menghasilkan karakteristik bioavaibilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama,
dalam hal efikasi maupun keamanan pada setiap individu ketika diberikan dalam rejimen
dosis yang setara (tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statik), terutama
Cpmax (konsentrasi obat plasma puncak), Tmax (waktu konsentrasi plasma
terkonjugasi), dan AUC (area di bawah konsentrasi plasma versus kurva waktu).
Tujuan diadakan uji bioavaibilitas (BA) adalah untuk menilai farmakokinetik dan
kinerja produk obat terkait dengan penyerapan, distribusi, dan eliminasi obat in vivo.
Sedangkan uji bioekivalensi (BE) sebagai perbandingan formulasi berdasarkan analisa
yang lebih difokuskan pada pelepasan bahan aktif (atau senyawa aktif) dari produk obat
dan penyerapannya ke dalam peredaran sistemik.

5. Parameter apa saja yang dibandingkan untuk uji bioekivalensi?


Jawab:
Terdapat 3 besar parameter untuk uji bioekivalensi yaitu

1. konsentrasi obat plasma puncak [(Cp) maks]


2. waktu konsentrasi obat plasma puncak (tmax),
3. area di bawah obat plasma versus kurva konsentrasi waktu (AUC).

6. Berapa jumlah minimum subjek untuk uji BA? Bagaimana desainnya?


Jawaban :
Metode dan kriteria untuk pengujian bioavailabilitas

1. Prosedur umum melibatkan pemberian obat kepada subyek manusia yang sehat,
mengumpulkan sampel darah dan / atau urin, menganalisis sampel untuk kandungan obat
dan mentabulasikan serta membuat grafik hasil.

2. Untuk studi bioavailabilitas komparatif, desain crossover harus dilakukan untuk


meminimalkan variasi subjek individu. Studi crossover berarti bahwa setiap subjek
menerima masing-masing bentuk sediaan untuk diuji. Tabel 7.1 hingga 7.3 menunjukkan
desain studi crossover.

3. Minimal 12 subjek direkomendasikan untuk uji bioavailabilitas ; namun, 18 hingga 24


subjek biasanya digunakan untuk menambah basis data untuk analisis statistik.

4. Selain persetujuan tertulis dari masing-masing subjek, pemeriksaan fisik dan pengujian
laboratorium juga diperlukan untuk menjadikan mereka sebagai sukarelawan yang sehat.

5. Biasanya para relawan berpuasa semalaman dan obat diminum di pagi hari dengan
jumlah air yang ditentukan.
Desain studi crossover untuk pengujian bioavailabilitas

Tabel 7.1 Contoh desain crossover dua arah untuk menentukan bioekivalensi

Urutan Perio
No subjek/ de
kelompok I I
grup I
A 6 Nama merek Generik
(standar) obat
B 6 Generik Nama merek (standar) obat
‘ gray shading menunjukkan periode washout ketika tidak ada obat yang diberikan.

Tabel 7.2 Contoh desain crossover tiga arah yang seimbang untuk studi bioekivalensi

Urutan No Per
subjek/ iod
klp e
Gru
I I III
p I
A 4 Nama Generik 1 Generik 2
merek
Tabel 7.3 Contoh desain crossover empat arah yang seimbang untuk studi bioekivalensi

Urutan No Per
subjek/ iod
Klp. E
Grup
I I III I
I V
A 6 Nama Generik 3 Generik 1 Generik 2
merek
(standar)
obat
B 6 Generik 1 Nama Generik 2 Generik 3
merek
(standar)
obat
C 6 Generik 2 Generik 1 Generik 3 Nama
merek
(stand
ar)
obat
D 6 Generik 3 Generik 2 Nama Generik 1
merek
(standar)
obat
‘ gray shading menunjukkan periode washout ketika tidak ada obat yang diberikan.

7. Apa yang dimaksud dengan washout period? Berapa lama?


Jawab :

Waktu yang dibutuhkan obat untuk dikeluarkan dari tubuh, setelah kedua
penelitian dapat dilanjutkan (Jambhekar & Breen, 2009) atau periode istirahat antara dua
periode perlakuan agar efek dari perlakuan pada periode sebelumnya tidak terbawa ke
perlakuan paa periode berikutnya (Chow & Liu, 2008). Lama waktunya 7 kali eliminasi
waktu paruh obat biasanya cukup (Jambhekar & Breen, 2009)

8. Bagaimana cara untuk menetapkan bahwa produk yang diuji bioekivalen?


Jawab:
Dengan cara menggunakan 12 subjek (volunter yang sehat dan normal) dibagi
menjadi 2 grup yaitu A dan B yang masing-masing berisi 6 subjek. Subjek A diberikan
formula I dosis single oral (250 mg) obat generic dari CCB. Kemudian di hitung nilai

(AUC) ̃ . Setelah menunggu beberapa hari yang sesuai (≥7 waktu paruh eliminasi obat) untuk
terjadinya washout semua obat, pada subjek yang sama diberikan obat dengan dosis yang
sama dari obat bermerek (formulasi 2). Konsentrasi obat pada plasma kembali diukur

(AUC) ̃ . Pada obat penerima obat periode pertama dan kedua diberi label A.
Kemudian 6 subjek yang berbeda pada grup B menerima obat standar (formula 2) pada
periode I dan obat generic (formula 1) pada periode II. Nilai AUC dan logaritma natural
ditunjukkan sebagai berikut :

Kemudian hitung rata-rata semua AUC formula 1, nilai yang di dapat sebagai ̅1. Dan rata-
rata semua AUC formula 2 sebagai ̅2. Berdasarkan nilai di table di dapatkan ̅1 yaitu 31,60 dan ̅2
yaitu 34,79. Perbandingan ̅1/ ̅2 adalah 0,9083. Nilai 0,9083 adalah nilai bioekivalen produk obat
generic terhadap obat standar (bermerek).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Pedoman Uji Bioekivalensi. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia: Jakarta.

Chow, S. C., & Liu, J. P. 2008. Design and Analysis of Bioavailibilityand Bioequivalenc Studies.

CRC press.

Griffin, John P. 2009. The Textbook of Pharmaceutical Medicine, 6th ed. UK: Blackwell
Publishing Ltd. ISBN 978-1-4051-8035-1.

Jambhekar, Sunil S., & Breen, Philip J. 2009. Basic Pharmacokinetics. USA: Pharmaceutical
Press. ISBN 978-0-8536-9772-5.

S J, Sunil dan Philip J.B. 2009. Basic Pharmacokinetics. USA: The Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai