Anda di halaman 1dari 27

SKENARIO PERKULIAHAN

MATAKULIAH SOSIOLOGI KPM131 SKS 2(2-0)


PROGRAM PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM (PPKU)
IPB University

PB01 Memahami Masyarakat secara Sosiologis

Sub Pokok Bahasan


1. Fenomena sosial terkini: dari interaksi sampai dengan perubahan sosial
2. Konsep-konsep sosiologi dalam memahami masyarakat
3. Penelitian dan penerapan sosiologi
Materi Kuliah
1. Naskah Bab I Memahami Masyarakat Secara Sosiologis (Terlampir)
2. Ppt PB 01 Memahami Masyarakat Secara Sosiologi (Terlampir)
3. Tiga Film (video) dokumentar :
a) Agama dan Wabah Penyakit (Durasi: 15:54 menit)
(https://www.youtube.com/watch?v=JJRKASvqYzo&t=779s);
b) Negara, Wabah, dan Krisis Pangan (Durasi: 38:16 menit)
(https://www.youtube.com/watch?v=ZOBkJzC0LFg); dan
c) materi kuliah di-upload pada LMS/course.ipb.ac.id seminggu sebelum kuliah
berlangsung.
Skenario Perkuliahan
1. Sebelum Kuliah
a. Mahasiswa mengakses ketiga materi kuliah PB 01 dari LMS/course.ipb.ac.id;
b. Membaca dan memahami Naskah dan Ppt PB 01;
c. Menonton Film Dokumentar (1) dan (2), dan merujuk pada kedua film tersebut
mahasiswa secara berkelompok membuat ikhtisar mengenai “fenomena sosial
yang terjadi” dalam bentuk Ppt Bernarasi (maksimum 3 slide); dan
d. Ppt Bernarasi dari setiap kelompok diupload ke dalam LMS/course.ipb.ac.id
2. Ketika Kuliah
a. Selama 20 menit (tahap pertama) melalui WAG Kelas Kuliah Sosiologi, dosen
menugaskan seluruh mahasiswa untuk menonton Ppt bernarasi dari dua
kelompok mahasiswa yang dipilih dosen dari sejumlah Ppt bernarasi kelompok
mahasiswa dalam kelas kuliah yang diakses pada LMS/course.ipb.ac.id;
b. Selama 40 menit (tahap kedua) dosen mempresentasikan “konsep-konsep
Sosiologi dalam memahami masyarakat” melalui zoom.meet; dan
c. Selamat 40 menit (tahap terakhir) dosen dan seluruh mahasiswa menonton
tayangan Film Dokumentar (3) Bangkitkan UMKM, Go Digital Jadi Solusi di
Tengah Pandemi (durasi 7:27 menit)
(https://www.youtube.com/watch?v=QkQSL3Y-dik) kemudian
mendiskusikan atau membahas hasil Ppt Bernarasi dua kelompok mahasiswa
berdasarkan konsep-konsep yang dijelaskan oleh dosen dalam kerangka
penelitian dan penerapan Sosiologi.
d. Proses pada butir b dan c by zoom.meet di-recording oleh anggota Tim IT yang
bertugas.
3. Setelah Kuliah
a. Tim IT yang bertugas melakukan editing terhadap rekaman proses kuliah butir
b dan c; dan
b. Rekaman proses kuliah yang telah di-edited di-upload pada
LMS/Course.ipb.ac.id.
NASKAH PERKULIAHAN
MATAKULIAH SOSIOLOGI KPM131 SKS 2(2-0)
PROGRAM PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM (PPKU)
IPB University

BAB I
MEMAHAMI MASYARAKAT SECARA
SOSIOLOGIS
Fredian Tonny Nasdian, Rilus A Kinseng, Lukman Hakim,
Zessy Ardinal Barlan

Sosiologi termasuk satu dari Ilmu-Ilmu Sosial (Social Sciences). Ilmu-Ilmu


Sosial adalah kelompok ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan
bersama manusia dengan sesamanya, yaitu kehidupan sosial atau
pergaulan hidup. Pada umumnya, yang dikelompokkan sebagai Ilmu-
Ilmu Sosial adalah ekonomi, ilmu politik, psikologi, antropologi, sejarah
sosial, dan sosiologi. Selain kelompok Ilmu-Ilmu Sosial terdapat dua
kelompok besar ilmu pengetahuan lainnya, yaitu kelompok Ilmu
Pengetahuan Alam (Natural Sciences) yang mempelajari gejala atau realitas
alam, baik yang hayati atau hidup (biologi) maupun yang tidak hidup
(fisik), dan kelompok Ilmu Pengetahuan Humaniora (Humanities) yang
mempelajari manifestasi-manifestasi spriritual dari kehidupan bersama
manusia, seperti ilmu bahasa, agama, filsafat, kesusateraan, dan kesenian.
Sosiologi adalah salah satu cara pandang dalam khasanah ilmu-
pengetahuan yang tergolong ke dalam gugus ilmu-ilmu sosial. Semua ilmu
sosial mengkaji obyek yang sama yaitu realitas sosial berkenaan dengan
kehidupan sosial manusia. Realitas sosial itu bersifat multi-dimensional
sehingga tidak mungkin dipahami dengan menggunakan hanya satu
disiplin (cabang) ilmu sosial. Setiap disiplin ilmu sosial memusatkan
perhatian pada hanya satu dimensi realitas sosial.
Sesuai definisinya, Sosiologi berupaya memahami keadaan sosial manusia
dengan memusatkan perhatian pada masyarakat, organisasi sosial,
kelembagaan, interaksi, dan masalah-masalah sosial (Charon, 1980). Jadi,
gagasan utama dalam sosiologi adalah “bahwa umat manusia itu sosial”.
Menjadi “sosial” dalam hal ini berarti bahwa dalam proses
perkembangannya manusia tergantung pada sesamanya, organisasi sosial,
dan masyarakat. Oleh karena itu dapat dirumuskan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial.

1
Fenomena Sosial Terkini: dari Interaksi sampai
dengan Perubahan Sosial
Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi saat ini semakin canggih dan ada di sekitar kita.
Kehidupan di zaman sekarang diwarnai dengan adanya teknologi yang
semakin berkembang ini sehingga manusia mencapai suatu tingkatan yang
disebut dengan istilah masyarakat modern. Hadirnya internet dan berbagai
kemudahan yang diberikan oleh internet merupakan salah satu contoh
bukti nyata dari adanya teknologi yang semakin berkembang di sekitar
kita. Teknologi sendiri sebenarnya digunakan manusia sebagai alat untuk
dapat memenuhi kebutuhannya. Jadi sebenarnya teknologi ini diciptakan
dengan tujuan untuk semakin mempermudah seseorang dalam
mendapatkan atau meraih tujuannya.
Teknologi dikembangkan dengan melibatkan ilmu dan akal sehat sehingga
dibutuhkan pengetahuan, kreativitas, dan inovasi untuk menciptakan
teknologi. Kemajuan teknologi yang terjadi sekarang ini tentu tidak bisa
dihindari. Dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini pasti disertai
pula dengan adanya perkembangan teknologi di dalamnya. Namun
penggunaan teknologi ini sudah seharusnya dilakukan dengan tepat.
Penggunaan dengan cara yang tepat akan membuat teknologi bisa
difungsikan sesuai dengan harapan.
Perkembangan teknologi yang semakin marak dan terjadi sangat pesat ini
rupanya berguna dan bermanfaat terutama bagi sektor komunikasi.
Internet telah menjadi contoh nyata bahwa teknologi di dunia semakin
berkembang. Berbasiskan internet ini maka setiap orang bisa melakukan
komunikasi dengan orang lain sekalipun jaraknya saling berjauhan.
Komunikasi bahkan tidak hanya bisa dilakukan melalui pengiriman pesan
dan telepon tetapi sekarang kita juga bisa berkomunikasi melalui video call.
Bahkan banyak aplikasi video call yang bisa diunduh pada gadget kita.
Kini melakukan pertukaran data bisa dengan memanfaatkan teknologi
yang semakin canggih. Misalnya, dengan menggunakan email atau juga
bisa menggunakan newsgroup. Kita juga bisa menggunakan world wide web
atau www yang merupakan jaringan untuk berbagai situs web. Jadi para
pengguna internet yang ada di mana saja bahkan ada di seluruh dunia
dapat melakukan proses tukar data dengan cara yang lebih cepat. Selain itu
proses pertukaran data ini juga bisa dilakukan dengan biaya yang relatif
murah.
Informasi mengenai berbagai hal apapun tentu penting bagi semua orang.
Terutama bila informasi tersebut menyangkut kehidupan masa kini yang

2
bisa berpengaruh pada orang banyak. Jika di zaman dahulu memperoleh
informasi hanya bisa dilakukan dalam waktu yang cukup lama maka tidak
sama halnya dengan masa kini. Sekarang kita bisa memperoleh informasi
dengan cara yang lebih cepat karena kita bisa mendapatkannya melalui
media berteknologi canggih. Informasi bisa diperoleh melalui internet dan
kita bisa mengaksesnya dengan sangat mudah kapan saja dan di mana saja.
Bisnis terus berkembang seiring dengan berkembangnya zaman. Kini
bisnis semakin merambah ke berbagai bidang termasuk bidang jasa dan
bahkan bidang kuliner ataupun handycraft. Perkembangan bisnis ini salah
satunya disebabkan oleh adanya kemudahan dalam melakukan transaksi
antara penjual dan pembeli. Kemudahan dalam bertransaksi ini rupanya
semakin mempermudah jalannya bisnis sehingga bisnis semakin
berkembang di tanah air.
Akan tetapi perkembangan teknologi tidak hanya memberikan dampak
positif pada masyarakat luas, ternyata teknologi juga dapat memberikan
dampak negatif. Salah satu dampak dampak negatif dari berkembangnya
teknologi adalah munculnya rasa kecanduan bagi seseorang. Pengguna
teknologi canggih bisa menjadi sangat bergantung pada teknologi sehingga
waktu dan uangnya habis hanya untuk menikmati teknologi tersebut.
Misalnya, kecanduan game online yang membuat seseorang menjadi lupa
akan hal lain karena hanya berfokus pada game online tersebut.
Teknologi, khususnya teknologi media dapat membuat seseorang
memperoleh informasi yang buruk. Seseorang bisa saja mendapatkan ide
yang bersifat buruk atau jahat dan merugikan orang lain karena terinspirasi
dari apa yang dilihatnya melalui internet. Game online juga bisa saja
menanamkan karakter yang buruk pada seorang anak sehingga anak
berkembang menjadi pribadi dengan karakter yang tidak baik dan bahkan
jahat. Ide untuk melakukan penipuan pada orang lain dan melakukan hal
yang berbau pornografi juga bisa terjadi. Tampaknya hal buruk ini semakin
meningkat seiring dangan berkembangnya zaman dan teknologi.
Kejahatan cyber juga sedang marak terjadi karena adanya teknologi yang
semakin canggih. Selain itu, kemampuan mengakses teknologi berbasis
digital juga tidak sama. Akibatnya terjadilah yang disebut “digital divide”,
di mana ada kelompok orang yang mampu mengakses teknologi digital
tetapi ada pula kelompok orang yang tidak mampu megaksesnya. Bahkan
lebih jauh lagi, digital divide ini dapat menyebabkan “digital inequality” atau
ketimpangan digital; yaitu kesenjangan sosial ekonomi yang disebabkan
perbedaan akses terhadap teknologi digital.
Teknologi tidak hanya berdampak buruk pada individu saja tetapi juga bisa
tejadi pada suatu badan atau lembaga atau perusahaan. Di zaman modern

3
ini tampaknya semakin banyak perusahaan yang menggunakan sistem
komputasi. Tidak hanya sistem komputasi yang berkembang tetapi juga
banyak industri manufaktur atau pabrik yang memanfaatan mesin
teknologi canggih sebagai pengganti tenaga kerja. Tentu saja hal ini bisa
menyebabkan semakin berkurangnya tenaga kerja di dalam suatu
perusahaan. Sebab pekerjaan yang awalnya dilakukan oleh manusia kini
bisa dilakukan oleh aplikasi pada komputer atau gadget dan mesin
berteknologi tinggi. Dampaknya, jumlah pengangguran akan semakin
meningkat.
Demikian pula, perubahan sistem kerja pada perusahaan yang awalnya
menggunakan tenaga manusia dan beralih pada penggunaan komputer
serta mesin canggih akan menimbulkan pengangguran. Pengangguran
akan mambuat masyarakat menjadi malas dan tidak berkompeten. Anak-
anak generasi penerus bangsa semakin pesimis karena melihat kenyataan
bahwa peluang kerja sekarang semakin berkurang karena kemajuan
teknologi tersebut. Anak menjadi malas belajar dan bahkan tidak memiliki
cita-cita. Di samping itu, anak-anak lebih banyak menggunakan waktunya
untuk menikmati teknologi seperti misalnya dengan menggunakan
internet secara terus-menerus. Akibatnya kualitas sumberdaya manusia
tidak berkualitas.
Dampak Pandemi COVID-19
Keberadaan COVID-19 yang mematikan ini telah banyak menyita
perhatian dunia. Ada yang menanganinya dengan sangat serius, ada pula
yang seolah-olah tak mau tahu, tapi karena hari demi hari penyebarannya
semakin banyak, maka langkah konkret yang harus ditempuh sebagai
antisipasi adalah membangun kerja sama yang baik dengan keluarga, rekan
kerja, dan pihak pihak terkait.
Pandemi COVID-19 telah menggerakkan para kepala negara untuk cepat
tanggap dan peduli atas keselamatan rakyatnya. Hal ini dapat kita lihat dari
berbagai pengumuman untuk meliburkan sekolah, meniadakan kuliah
tatap muka, larangan terlibat dalam keramaian, termasuk larangan ke luar
negeri, baik untuk umrah, rekreasi, ataupun hanya untuk kunjungan biasa.
Peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentu
sangat berpengaruh terhadap segala sektor, termasuk perekonomian dan
kehidupan sosial dalam masyarakat. Berdasarkan informasi di media ini
beberapa hari lalu bahwa lebih kurang 50 juta orang terancam kehilangan
pekerjaan akibat dampak dari pandemi COVID-19, sulit untuk
dibayangkan bila terjadi pengangguran maka masalah sosial akan terus
bermunculan. Namun, semua itu perlu digarisbawahi bahwa apa pun yang

4
dilakukan pemerintah adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap
rakyatnya, karena mencegah itu lebih baik daripada mengobati.
Selain itu, dampak pandemi COVID-19 dalam kehidupan sosial
masyarakat, di antaranya adalah timbulnya rasa curiga dan hilangnya
kepercayaan terhadap orang-orang yang ada di seputaran kita atau yang
baru kita kenal. Sebagai contoh pada saat kita membeli makanan, baik di
warung yang berlabel maupun kaki lima kita pasti akan mencari tahu
apakah bersih atau tidak. Apakah pelayan ada bersentuhan dengan orang
yang terjangkit virus atau tidak, adakah petugas atau pelayan yang
mencuci tangan pada saat mengolah atau memproses makanan yang kita
pesan atau tidak, sehingga timbul keraguan.
Pada saat kita berbicang atau berjumpa baik di lingkungan kantor maupun
di lingkungan rumah dan dengan masyarakat setempat kita pun enggan
berjabat tangan, meskipun mereka adalah orang tua, sebagaimana yang
kita ajarkan kepada anak-anak kita untuk selalu menghormati yang lebih
tua. Namun, situasi saat ini mengharuskan kita untuk menghindari
berjabat tangan dan harus menjaga jarak kurang-lebih dua meter bila ingin
berbicara dengan orang lain, apalagi orang yang tidak kita kenal.
Untuk mematuhi imbauan dalam pertemuan atau rapat mengharuskan kita
memakai masker, tapi di sisi lain ada juga yang tidak menggunakan
masker, bahkan batuk sembarangan, hal ini tentu menimbulkan
kecurigaan, kita pun terkadang cepat menghindar. Masalah ini tentu akan
membuat yang bersangkutan merasa tersinggung, apalagi kalau ada yang
mengatakan bahwa itu corona, rekan kerja tentu langsung meninggalkan
atau menjauhinya.
Virus COVID-19 telah melumpuhkan perekonomian dunia, termasuk
Indonesia, sebagaimana terlihat dalam kehidupan sehari-hari di kalangan
menengah ke bawah seperti pedagang kelontong, penjual ikan, dan
pedagang sayur. Mereka merasakan menurunnya daya beli masyarakat
karena ketidaknyamanan para konsumen dalam berbelanja.
Lain lagi kisah seorang sopir yang biasanya dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya, tetapi dengan merebaknya COVID-19 ini masyarakat enggan
menggunakan transportasi umum. Imbauan pemerintah untuk lockdown
atau karantina mandiri di rumah masing-masing dengan meliburkan
aktivitas tatap muka di sekolah, perguruan tinggi, dan perkantoran tidak
semua mematuhinya, bahkan ada yang menggunakan waktu karantina
mandiri untuk menikmati liburan. Hal ini tentu menjadi masalah bukan
hanya untuk diri sendiri, tetapi juga masyarakat, maka sangat dibutuhkan
kesadaran akan keselamatan diri dan lingkungan.

5
Sejak diberlakukannnya peraturan tidak dibenarkan ada kumpulan
keramaian seperti di rumah ibadah, sebagai contoh maka hampir semua
masjid pada saat shalat berjamaah hanya beberapa orang yang hadir,
sehingga masjid tampak sepi. Situasi ini menimbulkan kegelisahan apakah
semua larangan yang telah ditetapkan semuanya bermanfaat karena di satu
sisi sebagai umat Islam, apabila di masjid tidak ada lagi orang yang shalat
berjamaah, tidak ada lagi pengajian, tak terdengar lagi zikir, maka tanpa
sadar kita telah meninggalkan modal menuju akhirat. Bukankah dengan
adanya musibah kita seharusnya semakin memenuhi masjid untuk berzikir
dan berdoa ? Kegiatan yang dilaksanakan di masjid tentu bagi yang
merasa dirinya sehat dan untuk pencegahan virus corona ini bila perlu
pemerintah juga memasang alat pengukur suhu tubuh ketika memasuki
masjid.
Menghadapi musibah COVID-19 bukan hanya para medis yang berperan,
tetapi juga hendaknya pemerintah mengajak para ulama dan pemuka
agama untuk ikut berperan aktif, sehingga masyarakat merasa tenang dan
tidak dihantui oleh berita-berita yang menakutkan. Peran serta keluarga
dengan memberikan pemahaman dan penanganan yang baik kepada
anggota keluarga menjadi faktor utama dalam keberhasilan pencegahan
COVID-19.

Konsep-Konsep Sosiologi dalam Memahami


Masyarakat
Pentingnya Memahami Sosiologi
Menurut Peter Berger (1963), pertanyaan seorang sosiolog secara esensi
selalu sama, yakni: Apa yang dilakukan orang-orang satu dengan yang
lain? Apa hubungan mereka satu dengan yang lain? Bagaimana relasi-relasi
ini diorganisir ke dalam kelembagaan? Apa ide-ide kolektif yang
menggerakkan manusia dan kelembagaan?
Para Sosiolog menganalisis relasi-relasi sosial yang berada dibalik
kehidupan biasa sehari-hari, seperti sepatu basket, tunawisma, popularitas,
diskriminasi sosial, sex, fanatisme agama (Brym), maupun hal-hal biasa
seperti tomat, telpon, dan toilet atau “tiga T” (Plummer 2010). Tentu saja
isu-isu besar seperti pemberontakan, peperangan, revolusi, politik,
transformasi sosial, dan sebagainya menjadi kajian para Sosiolog sejak
lama. Mengutip kata Plummer lagi, “sosiologi dapat mempelajari apa saja
dan semua hal – hal yang besar dan hal yang kecil” (Plummer, 2010).
Pendek kata, kapan saja ada hal sosial, sosiolog dapat mempelajarinya.
Dan mengingat segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia melibatkan

6
aspek sosial, maka segala hal dan apapun juga dapat dianalisis secara
sosiologis, demikian kata Plummer (2010). Dalam Bahasa Peter Berger,
“apapun tentang manusia atau yang dilakukan oleh manusia, tidak peduli
betapa biasanya hal itu, dapat menjadi penting bagi kajian sosiologi”
(Berger, 1963).

Boks-1
SOSIOLOGI TOMAT
Saya punya seorang rekan yang telah bertahun-tahun spesialisasi pada
sosiologi tomat. Dia seorang professor dan memimpin sebuah pusat
penelitian pada satu universitas besar. Di seorang yang sangat serius, dan
jika Anda mengajaknya membicarakan tentang tomat dia tidak akan
berhenti. Mengapa? Dia dapat melacak sejarah tomat – dari awal salsa
Aztec hingga Heinz Ketchup di botol yang terkenal sampai pada
perkembangan model terakhir pizza dan “bloody Mary cocktail”. Dia bisa
menunjukkan bagaimana tomat terus-menerus ditransformasi dalam
cara produksi, pertukaran dan konsumsi. Dia melihat peran tomat pada
masyarakat kapitalis masa kini dan menunjukkan bahwa tomat ini
merupakan pioneer awal dalam produksi massal dan kontibutor masa
kini pada penciptaan kuliner global. Dan pada hari-hari ini tomat bahkan
lebih menarik mengingat jenis yang dijumpai di supermarket menjadi
semakin terstandarisasi namun pada saat yang sama semakin beragam
dibandingkan dengan yang dapat dibeli orang sebelumnya. Bagaimana
bisa terstandarisasi seperti itu namun pada saat yang sama semakin
beragam – dan seringkali hanya bersebelahan letaknya? Bagaimana
kapitalisme mengorganisir tomat? Bagaimana dunia telah berubah. Pergi
saja ke tomat dan amati ketika Anda ke supermarket lain kali. Apa
“rantai” dari orang-orang yang membawa tomat hingga ke tempat itu?
Mengapa seperti itu? Siapa yang membeli dan siapa yang mendapat
untung dari tomat tersebut? Dan tanpa Anda sadari, Anda
mendiskusikan sejarah sistem ekonomi global dibawah kapitalisme. Dan
kita bahkan belum mulai untuk mendiskusikan modifikasi genetika dan
isu-isu lingkungan.

Sumber: Plummer, 2010 halaman 11-12.


Seperti disebutkan di atas, Sosiologi menganalisis hal-hal yang nampak
“kecil” dalam kehidupan sehari-hari seperti tomat. Seperti apa sosiologi
tomat itu? Mari kita lihat uraian ringkasnya oleh Plummer (2010) seperti
pada Boks-1.
Menurut Robert J. Brym (2009), kita dapat mengatakan bahwa sebuah
obyek itu memiliki tiga dimensi jika ia memiliki panjang, lebar, dan dalam.
Selain itu, ada dimensi keempat, yakni waktu, jika keberadaan obyek

7
tersebut tidak hanya sekejap. Ia menambahkan ada dimensi kelima yang
juga sangat penting, yakni sosial. Brym mengatakan bahwa melihat dalam
lima dimensi ini akan membuat hidup manusia menjadi lebih panjang dan
“baik” (“Seeing in five dimensions help people live longer and fuller lives”,
kata Brym).
Sosiologi merupakan ilmu yang memberikan kemampuan kepada kita
untuk melihat dimensi kelima ini. Brym memberi contoh tentang sepatu
basket Zoom Kobe II. Dengan menggunakan dimensi kelima, sepatu basket
ini tidak lagi dilihat sekedar sepatu basket. Sepatu yang dijual dengan
harga $130 itu dibuat dengan biaya sekitar $7 di dalam pabrik di Indonesia
yang kurang ventilasi dan penuh sesak. Sementara Kobe Bryant dan para
pemegang saham Nike menjadi kaya dengan menjual sepatu tersebut, anak
perempuan berusia 16 tahun yang membuatnya harus bekerja 15 jam sehari
dengan upah hanya $20 sen per jam. Dengan kata lain, di situ ada
eksploitasi dan penindasan serta ketidak adilan sosial. Jadi, dilihat dari
dimensi kelima, yaitu dimensi sosial, suatu hubungan antar manusia dan
dilemma moral melekat pada sepatu basket itu. Suka atau tidak, Anda
adalah bagian dari masyarakat, dan tindakan Anda, seprivat apapun
kelihatannya, mempunyai konsekwensi terhadap orang-orang lain (Brym,
2009).
Apa yang dikatakan Brym itu sejalan dengan pendapat Peter Berger.
Menurut Berger (1963), salah satu yang membuat sosiologi menarik adalah,
perspektif sosiologi itu membuat kita melihat dengan cara baru
(pencerahan) dunia di mana kita hidup selama ini. Dan ini merupakan
sebuah “transformasi kesadaran” kita. Dan kesadaran itu sendiri sangat
penting bagi kehidupan manusia, bahkan merupakan “kondisi bagi
kebebasan” (consciousness is a condition of freedom), kata Berger. Itu
sebabnya Berger mengatakan bahwa sosiologi merupakan disiplin ilmu
yang bersifat humanistik. Bahkan Brym mengatakan bahwa pemahaman
sosiologis itu merupakan hidup dan mati (Brym, 2009). Dijelaskan bahwa,
dengan membantu kita memahami kekuatan-kekuatan sosial yang
menyebabkan kematian, sosiologi dapat menunjukkan bagaimana caranya
untuk bisa hidup lebih baik.
Untuk membuktikan bahwa pemahaman sosiologi itu merupakan masalah
hidup dan mati, Brym menunjukkan kekuatan sosial yang menyebabkan
tingginya kematian akibat bencana Katrina di New Orleans, Amerika pada
Tahun 2005. Korban meninggal akibat badai Katrina tersebut jauh lebih
tinggi di kalangan penduduk kulit hitam yang tinggal di wilayah rendah
yang rawan banjir. Ini berkaitan dengan diskriminasi yang masih terjadi di
masyarakat. Bantuan-bantuan juga cenderung lebih cepat dan banyak

8
diberikan kepada kelompok kulit putih. Jadi kelas sosial dan etnik sangat
menentukan “peluang hidup” orang-orang di sana. Ini merupakan contoh
nyata betapa kekuatan sosial itu menentukan hidup mati orang.
Sebenarnya pengaruh kekuatan sosial terhadap nasib hidup orang ini telah
dibahas pula oleh para pendiri Sosiologi. Emil Durkheim, misalnya,
menunjukkan bahwa tinggi rendahnya angka bunuh diri itu dipengaruhi
oleh tingkat kohesi atau solidaritas sosial; semakin kuat kohesi sosial suatu
masyarakat ada kecenderungan semakin rendah tingkat bunuh diri warga
masyarakat tersebut, dan sebaliknya. Sementara itu, tokoh lainnya, Karl
Marx, menjelaskan bahwa kelas sosial itu menentukan kehidupan orang;
orang-orang yang berada di posisi kelas “pemilik” atau kapitalis,
menikmati hidup yang enak dari hasil kerja para buruh. Para pekerja ini
hidup miskin dan sengsara, dieksploitasi dan ditindas oleh para kapitalis.
Di Indonesia, konflik antara etnis dan agama yang berbeda seperti di
Maluku dan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat beberapa tahun
yang lalu telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Ini juga merupakan
contoh masalah sosiologis, yakni pola relasi antar etnis dan antar agama.
Demikian juga polarisasi (“perpecahan”) di masyarakat yang berbasis
afiliasi partai politik, khususnya menjelang Pilkada dan Pilpres.
Perspektif Individual (Weber)
Bagi Max Weber, Sosiologi awalnya adalah ilmu pengetahuan tentang
tindakan sosial. Ia menolak determinisme seperti yang dijelaskan oleh
Marx dan Durkheim yang mengurung manusia dalam sebuah jaringan
paksaaan sosial yang tidak disadari, yaitu struktur sosial. Weber
menganggap bahwa paksaan dan determinisme tersebut (struktur sosial)
bersifat relatif. Ia yakin bahwa masyarakat adalah produk dari tindakan-
tindakan individu yang berbuat dalam kerangka fungsi nilai, motif, dan
kalkulasi rasional. Jadi menjelaskan tentang fenomena dan realitas sosial
harus menyadarkan cara manusia mengorientasikan tindakannya. Oleh
karena itu, menurut Weber, Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha memahami dengan cara melakukan interpretasi atas aktivitas
sosial.
Weber menyebut metode yang dikembangkan sebagai verstehen. Oleh
karena sosiolog (sociologist) juga adalah manusia, mengapresiasi
lingkungan sosial dimana mereka berada, memperhatikan tujuan-tujuan
dari warga masyarakat bersangkutan sehingga sosiolog berupaya
memahami tindakan mereka. Inilah yang membedakan antara ilmu sosial
dan ilmu alam. Bunga anggrek tidak memilih untuk membuka daun-
daunnya, apel tidak memutuskan jatuh dari pohonnya. Ilmuwan alam

9
tentu tidak memperlakukan seperti anggrek atau apel untuk menjelaskan
perilaku manusia.
Perhatian Weber pada Teori-teori Tindakan Sosial berorientasi tujuan dan
motivasi pelaku. Perhatian ini tidak berarti bahwa ia hanya fokus pada
kelompok kecil dalam hal interaksi spesifik antar-individu belaka. Seperti
Marx, Weber juga memperhatikan lintasan besar sejarah dan perubahan
sosial, dan yakin cara terbaik untuk memahami berbagai masyarakat
adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi ciri
khasnya.
Akan tetapi berbeda dari Marx dan Durkheim, yang memandang tugas
mereka adalah “mengungkapkan kecenderungan-kecenderungan” dalam
kehidupan sosial manusia, Weber menolak pandangan tersebut. Weber
melakukan “rekonstruksi makna” dibalik kejadian-kejadian sejarah yang
menghasilkan struktur-struktur dan bentuk-bentukan sosial.
Weber berpendapat kita bisa membandingkan struktur beberapa
masyarakat dengan memahami alasan-alasan mengapa warga (individu)
masyarakat tersebut bertindak, kejadian-kejadian historis secara berurutan
yang mempengaruhi karakter mereka, dan memahami tindakan para
pelakunya yang hidup pada masa kini. Akan tetapi tidak mungkin
mengeneralisasi semua masyarakat atau semua struktur sosial. Untuk
membantu upaya perbandingan tersebut, Weber berpendapat bahwa
Sosiologi seharusnya menggunakan rentang konsep seluas mungkin.
Weber menggunakan suatu klasifikasi dari empat tipe tindakan yang
dibedakan dalam konteks motif para pelakunya. Pertama adalah tindakan
tradisional yang didasarkan pada motif-motif kepatuhan terhadap tradisi
atau adat-istiadat; kedua, tindakan afektif yang didasarkan pada motif-
motif pelampiasan emosi atau perasaan; ketiga, tindakan rasional
berorientasi nilai yang didasarkan pada motif-motif pengejaran nilai-nilai
sosial tertentu; dan keempat, tindakan rasional instrumental yang
didasarkan pada motif-motif efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan.
Menurut Weber, tindakan rasional menjadi ciri masyarakat modern, yaitu
mewujudkan dirinya sebagai pengusaha kapitalis, ilmuwan, konsumen
atau pegawai yang bekerja/bertindak sesuai dengan logika tersebut (Tabel
1.1). Sekalipun demikian Weber menegaskan bahwa:
Jarang sekali aktivtas sosial yang hanya berorientasi pada satu tipe tindakan
sosial. Jenis aktivitas tersebut hanya berupa tipe-tipe murni yang dibangun
untuk tujuan riset Sosiologi. Aktivitas riil itu kurang lebih sebanding dan
lebih sering berkombinasi.

10
Keempat tipe tindakan tersebut saling-berkelindan menjadi satu aktivitas
sosial. Sebagai contoh, biasanya seorang konsumen memilih suatu produk
disesuaikan dengan penghasilannya (tindakan rasional berorientasi nilai)
dan kemampuan yang dimilikinya (tindakan rasional berorientasi
instrumental). Namun ia bisa saja didorong memilih karena kebiasaan
konsumsinya (tindakan tradisional) atau karena keinginan yang tak
tertahankan lagi (tindakan afektif).
Tabel 1.1 Matrik tipe tindakan sosial, pernyataan individu, dan contoh
fakta sosial
No Tipe Tindakan Pernyataan Individu Contoh Aktivitas
Sosial Sosial
1. Tindakan “Saya melakukan ini Aktivitas sehari-hari
tradisional karena saya selalu seperti makan
melakukannya” dengan
menggunakan
sendok-garpu dan
mengucapkan salam
kepada teman
2. Tindakan afektif “Apa boleh buat saya Tindakan emosional
lakukan” para penjudi dan
rentenir
3. Tindakan rasional “Yang saya tahu Mencapai
berorientasi nilai hanya melakukan kemenangan dan
ini” mendapatkan
keuntungan
4. Tindakan rasional “Tindakan ini paling Penaklukan suatu
berorientasi efisien untuk wilayah dengan
instrumental mencapai tujuan ini, strategi tertentu
dan inilah cara
terbaik untuk
mencapainya”
Perspektif Struktur (Durkheim dan Marx)
Topik mengenai struktur sosial akan dibahas secara mendalam pada bab
selanjutnya. Oleh sebab itu, di bagian ini hanya dibahas secara selintas.
Secara singkat struktur sosial merupakan kondisi sosial yang sedikit
banyak mempengaruhi pikiran, keputusan dan tindakan seseorang
(Sibeon, 2004). Secara konkrit, struktur sosial ini bisa berupa peran-peran
sosial yang mapan, kelompok sosial, organisasi sosia, dan aturan-aturan
atau kelembagaan (Harper, 1989), dan bisa juga berupa stratifikasi sosial
atau kelas sosial (Kinseng, 2017).

11
Di dalam Sosiologi, ada aliran pemikiran atau perspektif yang menekankan
pentingnya peranan struktur sosial ini dalam mempengaruhi tindakan atau
perilaku manusia. Salah satu tokoh “pendiri sosiologi” yang menekankan
pentingnya peranan struktur sosial ini adalah Emile Durkheim. Dalam
kaitan ini, Durkheim mengemukakan sebuah konsep penting, yakni “fakta
sosial” (social fact). Apa yang dimaksud dengan fakta sosial? Durkheim
menjelaskan fakta sosial sebagai berikut:
“Sebuah fakta sosial adalah setiap cara bertindak, ajeg atau tidak, yang
mampu melakukan hambatan eksternal terhadap individu; atau, setiap cara
bertindak yang umum pada suatu masyarakat, sementara pada saat yang
sama keberadaannya bersifat independen atau terlepas dari manifestasi
individual” (Durkheim, 1938/1966).
Durkheim menekankan “kekuatan pemaksa” dari fakta sosial itu terhadap
individu-individu dalam masyarakat. Salah satu contoh klasik dan
terkenal mengenai pengaruh fakta sosial atas individu ini adalah perilaku
bunuh diri. Seperti sudah disinggung sebelumnya, menurut Durkheim
pada masyarakat yang tanpa aturan yang jelas atau “kacau-balau” (disebut
Durkeim anomie), angka bunuh diri lebih tinggi daripada di masyarakat
yang memiliki aturan-aturannya jelas. Durkheim, misalnya, menunjukkan
“pengaruh” agama terhadap tingkat bunuh diri. Dengan kata lain,
Durkheim menunjukkan pengaruh kekuatan sosial sebagai penyebab
bunuh diri, bukan pengaruh sifat-sifat individu (aspek psikologi).
Konsep lain yang penting dari Durkheim adalah solidaritas sosial.
Durkheim membedakan dua jenis solidaritas sosial, yakni solidaritas
mekanis dan solidaritas organis. Solidaritas mekanis adalah solidaritas
yang berbasis kesamaan, misalnya kesamaan etnis, agama, jenis kelamin,
dan sebagainya. Sementara itu, solidaritas organis adalah solidaritas yang
terbangun akibat adanya saling ketergantungan antara beragam orang
pada masyarakat yang telah mengalami diferensiasi yang kompleks.
Sebaliknya, secara umum solidaritas mekanis dijumpai pada masyarakat
yang lebih sederhana, belum mengalami diferensiasi yang kompleks.
Tokoh sosiologi lain yang juga sangat menekankan peranan struktur sosial
adalah Karl Marx. Marx seringkali disebut menganut paham deterministik
karena menganggap perilaku manusia itu ditentukan (determined) oleh
posisi kelas orang tersebut. Pernyataan Marx yang sangat terkenal adalah:
“Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi
sebaliknya keadaan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka”
(Magnis-Suseno, 1999). Sejalan dengan itu, Marx berpandangan bahwa
aktor yang melakukan perubahan sosial adalah kelas sosial, bukan manusia
secara individu. Marx mengatakan bahwa “sejarah seluruh masyarakat

12
yang ada hingga sekarang adalah sejarah perjuangan kelas” (Wallace and
Wolf, 2006). Pertentangan atau konflik antara para buruh dan para kapitalis
(pemilik alat produksi/modal) bukan karena sifat-sifat individu mereka;
bukan karena para buruh iri, bukan juga karena para kapitalis rakus dan
egois, melainkan karena kepentingan kedua kelas sosial itu secara objektif
memang berlawanan. Para pemilik modal itu mengupayakan keuntungan
sebanyak mungkin bukan karena mereka rakus atau anti sosial, melainkan
karena hanya dengan cara itu mereka bisa bertahan sebagai pengusaha
(Magnis-Suseno, 1999). Demikianlah pandangan Karl Marx yang
menekankan pentingnya struktur sosial daripada individu.

Penelitian dan Penerapan Sosiologi


Pendekatan Ilmiah dan Metodologi Kajian terhadap Masyarakat:
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Pertama, perlu diingat bahwa sosiologi adalah sebuah ilmu. Seperti kata
Peter L. Berger, “Sociology has, from its beginnings, understood itself as a
science” (Berger, 1963:12). Serupa dengan itu, Robert J. Brym mengatakan
bahwa “Sociology is the systematic study of human action in social context”
(Brym, 2009). Sebagai sebuah ilmu, maka pengetahuan yang dihasilkan
oleh sosiologi tentunya harus berbasis data yang diperoleh dengan metode
ilmiah. Oleh karena subjek yang diteliti dalam sosiologi adalah fenomena
sosial, maka kita perlu memahami metode penelitian social. Metode
penelitian social ini merupakan sebuah topic tersendiri, bahkan menjadi
satu mata kuliah tersendiri mulai di S1, S2, dan S3. Di sini hanya dijelaskan
secara sangat singkat, sebagai sebuah perkenalan saja.
Dalam penelitian sosial dikenal dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan
kuantitatif dan kualitatif (Tabel 1.2). Pada metode penelitian kuantitatif,
data terutama berupa angka-angka yang kemudian dianalisis secara
statistika. Data primer biasanya diperoleh dari responden dengan metode
survey ataupun sensus. Variabel dan indikator harus sudah jelas pada
penelitian kuantitatif. Variabel tersebutlah yang akan diuji secara statistika,
misalnya korelasi antara tingkat pendidikan dengan tingkat pendapatan,
atau regresi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan petani.

13
Tabel 1.2 Perbedaan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif

PENDEKATAN KUANTITATIF PENDEKATAN KUALITATIF


• Data merupakan pernyataan
dari informan atau individu
• Data merupakan angka-angka
yang dijadikan sebagai ‘kasus’,
yang dianalisis secara statistika.
angka-angka dan materi
audiovisual.

• Pengumpulan data melalui


wawancara mendalam yang
dipandu oleh daftar pertanyaan
• Data diperoleh dari responden
terbuka sebagai pedoman
dengan metode survey atau
wawancara (tidak
sensus.
menggunakan kuesioner),
Focus Group Discussion (FGD)
dan observasi.

• Menggunakan variabel dan


indikator yang jelas dan akan
diuji secara statistika, contoh • Hasil wawancara, diskusi
kotelasi tingkat pendidikan kelompok, dan pengamatan
dengan tingkat pendapatan, dituangkan dalam Catatan
atau regresi untuk mengetahui Harian. Proses analisis meliputi
faktor-faktor yang reduksi dan interpretasi data.
mempengaruhi pendapatan
petani.

• Umumnya bersifat deduktif,


yaitu dimuai dari teori yang
• Bersifat induktif, yaitu dimulai
sudah ada, kemudian
dari “bawah” atau dari data
“diturunkan” ke dalam
empiris di lapangan, baru
variabel-variabel. Hasil analisis
diabstraksi. Hasil analisis data
data kuantitatif digunakan
kualitatif tidak selalu dapat
untuk membuat kesimpulan
ditarik menjadi kesimpulan
yang bersifat umum (berlaku
umum.
untuk seluruh populasi
penelitian)

Sementara itu, pada penelitian kualitatif salah satu data yang penting
adalah kata-kata atau pernyataan-pernyataan dari informan atau dari
individu yang dijadikan sebagai “kasus”, misalnya seorang buruhtani atau
seorang petani kaya, dsb. Selain itu, data kualitatif dapat juga berupa
angka-angka dan materi audiovisual (foto, benda, film, dll). Oleh sebab itu,
metode pengumpulan data kualitatif yang utama adalah wawancara

14
mendalam, tidak menggunakan kuesioner tetapi menggunakan daftar
pertanyaan terbuka (panduan pertanyaan). Selain wawancara, data
kualitatif juga didapatkan melalui focus group discussion (FGD) maupun
pengamatan (observasi). Hasil wawancara, diskusi kelompok maupun
pengamatan itu dituangkan secara detail dalam catatan harian. Kalau pada
penelitian kuantitatif datanya dianalisis dengan menggunakan metode
statistika (seperti korelasi, regresi, uji beda, dsb), maka data kualitatif
dianalisis dengan cara yang berbeda. Secara garis besar, proses analisis data
kualitatif meliputi reduksi dan interpretasi data (Creswell,1994:154).
Reduksi data itu meliputi antara lain penyederhanaan, pemilihan,
pengelompokkan, data yang ada di catatan harian. Hasil reduksi tersebut
lalu disajikan secara deskriptif dan diinterpretasi, termasuk diabstraksikan.
Secara umum, penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu dimulai dari
“bawah” atau dari data empiris di lapangan, baru diabstraksi. Sementara
itu, penelitian kuantitatif umumnya bersifat deduktif, yaitu dimuai dari
teori yang sudah ada, kemudian “diturunkan” ke dalam variabel-variabel
yang akan diuji secara statistika. Dengan metode pengambilan sampel yang
ketat, biasanya hasil analisis data kuantitatif digunakan untuk membuat
kesimpulan yang bersifat umum (berlaku untuk seluruh populasi
penelitian), sedangkan hasil analisis data kualitatif tidak selalu dapat
ditarik menjadi kesimpulan umum.
Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat
Sosiologi dapat diterapkan hampir dalam semua aspek kehidupan
masyarakat termasuk pembangunan. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan di masyarakat adalah
dengan melakukan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.
Proses-proses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat terkini
berorientasi pada “pembangunan yang berpusat pada rakyat” (people center
development) dengan berbasiskan pada partisipasi masyarakat (community)
dan pemangku-kepentingan (stakeholders) lainnya, baik dari kalangan
lembaga swadaya, sektor swasta, dan pemerintah. Oleh karena itu, proses-
proses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat dimulai dengan
melaksanakan suatu pemetaan sosial dan komunitas (social and community
mapping).
Dalam pelaksanaan pemetaan sosial dan komunitas, yang akan memetakan
realitas sosial di dalam suatu komunitas dan antar-komunitas, konsep-
konsep dan teori-teori Sosiologi, misalnya mulai dari memahami
masyarakat secara sosiologis, konsep-kosep interaksi, struktur sosial, pola-
pola kebudayaan, kelembagaan, grup, organisasi dan birokrasi, pelapisan
sosial, kekuasaan dan wewenang, sampai dengan konsep-konsep pola-pola

15
komunikasi, gender, interaksi manusia dan lingkungannya (ekologi
manusia), dan perubahan sosial, merupakan konsep-konsep penting untuk
memaparkan realitas dan fenomena sosial dalam suatu komunitas dan
antar-komunitas. Pemahaman dan penjelasan realitas dan fenomena sosial
suatu komunitas dan antar-komunitas tersebut menjadi landasan untuk
pemetaan sosial dan komunitas. Berdasarkan pemetaan sosial dan
komunitas inilah proses-proses pemberdayaan dan pengembangan
masyarakat dilakukan.
Proses-proses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat dapat
dilakukan oleh pemerintah, misalnya pada Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) baik di perkotaan maupun di
pedesaan. Sektor swasta juga dalam aktivitas bisnisnya melakukan
program-program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat,
misalnya pada program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang dikenal
dengan program CSR (Corporate Social Responsibility), yaitu program badan
usaha untuk menginternalisasikan (mempertimbangkan) dampak aktivitas
badan usaha/swasta terhadap masyarakat sekitar ke dalam bisnis badan
usaha. Warga masyarakatpun dalam satuan komunitas, baik komunitas
pedesaan (rural community) maupun komunitas perkotaan (urban
community), disokong oleh gerakan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
juga melaksanakan aksi-aksi pemberdayaan dan pengembangan
masyarakat.
Dalam konteks tatakelola (good governance) aksi-aksi dan program-program
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat telah dilakukan upaya-
upaya mensinergikan peran pemerintah, dukungan swasta, dan gerakan
masyarakat (komunitas) dalam program-program pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat yang berbentuk kerjasama, kemitraan, dan
kolaborasi multipihak tersebut. Agar sinergis dan outcomes dari program
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat yang dilakukan mutipihak
tersebut tercapai maka berbagai pihak tersebut sepakat bahwa aksi-aksi
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat berlandaskan dan merujuk
pada pemetaan sosial dan komunitas yang dilakukan bersama (community
and stakeholders participation).
Dalam perkembangannya, pemetaan sosial dan komunitas yang menjadi
dasar dan rujukan untuk pemberdayaan dan pengembangan masyarakat,
mulai memadukan analisis sosiologi dan pemanfaatan teknologi digital.
Dalam analisis, misalnya upaya pemetaan sosial pada suatu masyarakat
(komunitas) dimulai dengan melakukan analisis isi (content analysis)
terhadap isu-isu yang berkembang dalam masyarakat tersebut, yakni
dengan menggunakan tools penelusuran dan analisis informasi yang

16
dikenal sebagai Informational Retrieval yang berbasis computational thinking
(CT) dan digital dapat diketahui apa isu-isu yang sedang berkembang
dalam masyarakat tersebut, misalnya konflik, atau jejaring, atau ekonomi
lokal, atau yang lainnya. Isu-isu ini dapat menjadi titik masuk atau langkah
awal memaparkan bagaimana sesungguhnya peta sosial atau komunitas
suatu masyarakat. Misalnya, diketahui bahwa isu yang mengemuka
adalah konflik, maka pemetaan sosial dan komunitas dapat menelusuri
siapa yang berkonflik, apa penyebab dan sumber konflik, bagaimana
eskalasi konflik, sampai dengan dapat menjelaskan tidak hanya proses-
proses sosial yang terjadi tetapi dapat pula menjelaskan bagaimana sistem
stratifikasi dalam komunitas tersebut, apakah pelapisan sosial yang terjadi
telah menunjukkan kesenjangan sosial yang dapat menimbulkan konflik
dan seterusnya (Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Tatakelola Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat


Disamping itu, dengan menggunakan Informational retrieval, dapat pula
informasi yang diperoleh menjadi titik tolak proses pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat. Misalnya, hasil analisis isi (content analysis)
menunjukkan bahwa ekonomi lokal menjadi isu yang berkembang dalam
suatu masyarakat, maka dari isu ekonomi lokal tersebut dapat dipaparkan
dan dianalisis bagaimana strategi pengembangan ekonomi lokal dalam
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Sebagai contoh, dalam
suatu aksi pemberdayaan dan pengembangan masyarakat dengan
menggunakan tools tersebut dapat diidentifikasi bahwa strateginya adalah
bertumpu pada kelembagaan ekonomi suatu masyarakat, seperti koperasi

17
atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan mengembangkan market
place yang dimotori oleh “champion” sebagai sosok socio-enterpreneur
(Boks-2) dalam suatu masyarakat yang mampu menggerakan ekonomi
lokal tidak hanya berorientasi pada keuntungan (profit) tetapi juga pada
kemanfaatan (benefit) bagi warga komunitas.

Boks-2
LIMA SOSOK SOCIOPRENEUR INDONESIA PALING INSPIRATIF, PATUT
DIIDOLAKAN
Berawal dari permasalahan sosial hingga saat ini yang masih banyak
ditemui di Indonesia. Beberapa orang ini tergerak hatinya untuk
menjalankan usaha yang tidak hanya untuk mengambil keuntungan
semata, tetapi ada upaya untuk menolong sesama yang membutuhkan
bantuan. Dari latar belakang yang berbeda mereka punya satu tujuan
yang sama yaitu bermanfaat bagi sesama berkontribusi untuk kemajuan
bangsa. Sudah banyak penggerak sociopreneur Indonesia yang sukses dan
pastinya sangat menginspirasi. Berikut lima sosok Sociopreneur Indonesia
yang buktikan wirausaha dengan membantu sesama bisa sukses.

1. Gamal Albinsaid
Dilatarbelakangi oleh kisah nyata. Jakarta, 5 Juni 2005 lalu, Dokter Gamal
menyaksikan sendiri seorang anak bernama Khaerunissa tidak bisa pergi
berobat dan menghembuskan nafas terakhirnya di gerobak sampah
ayahnya. Bocah tiga tahun itu menderita karena diare berkelanjutan.
Khaerunissa tidak bisa ke dokter hanya karena ayahnya tidak memiliki
uang untuk berobat. Berangkat dari keprihatinan tersebut, ia pun
mendirikan Klinik Asuransi Sampah. Masyarakat kurang mampu bisa
mendapatkan fasilitas kesehatan dengan menukarkan sampah. Atas ide
inovatifnya tersebut, ia pun meraih banyak sekali penghargaan baik dari
dalam maupun luar negeri.

2. Alfatih Timur
Berawal dari keinginan gotong royong yang memfasilitasi kebutuhan
dana masyarakat untuk berobat maupun sebagai sarana beramal kepada
yang terkena musibah. Timi bersama rekannya mendirikan kitabisa.com.
Pendirian kitabisa.com sendiri terinspirasi saat dirinya melakukan riset
terhadap situs-situs penggalangan dana yang ada di dunia, salah satunya
crowdfunding.com. Di tahun 2017, kitabisa.com berhasil mengumpulkan
donasi sebesar Rp 162,8 miliar. Di tahun 2016, ia pun dinobatkan sebagai
salah satu 30 Under 30 Forbes Asia atas inovasinya tersebut.

3. Azalea Ayuningtyas

18
Masalah malnutrisi yang diidap para ibu dan anak-anak di Flores, Nusa
Tenggara Timur (NTT), pada saat itu sudah sedemikian serius. Sekitar 45
persen anak-anak dan 50 persen ibu-ibu yang tinggal di wilayah tersebut
menderita malnutrisi. Ayu, lulusan Harvard University, Amerika, ini,
bersama 6 orang rekannya membangun kewirausahaan sosial di Flores.
Lewat Du’Anyam, Ayu dan teman-temannya membantu ibu-ibu dan
wanita di 15 desa di Flores untuk lebih banyak menghasilkan produk
kerajinan anyaman dari daun lontar dengan menghasilkan tas, sepatu,
dan beragam souvenir serta produk kerajinan berbahan daun lontar lain.
Hingga saat ini, ada 12 hotel di Bali yang telah menjadi mitranya.
Du'Anyam juga menitipkan produknya ke sejumlah mal seperti Pacific
Place dan Grand Indonesia.

4. Agis Nur Aulia


Banyak pemuda yang enggan terjun di bidang pertanian karena
dianggap tak menjanjikan atau kurang bergengsi. Tapi hal itu tak berlaku
bagi Agis, sarjana muda cumlaude dari Univeritas Gajah Mada malah
serius menggarap pertanian terpadu dan mengajak anak muda lainnya
untuk ikut bertani. Pasca mengikuti program Indonesia Bangun Desa
(IBD), Agis memutuskan kembali ke kampung halaman untuk
mengembangkan potensi di desanya. Keinginannya untuk berkontribusi
mewujudkan swasembada pangan, mendorong Agis merintis usaha
peternakan sapi perah, kambing etawa, dan domba. Lewat model
pertanian dan peternakan yang ia gagas, sudah lebih dari 500 petani
belajar di Jawara Banten Farm. Ini menurutnya berlum termasuk petani-
petani yang setiap bulannya datang dari berbagai daerah mulai dari
Aceh, Yogyakarta, Jawa Barat bahkan petani dari NTT. Mereka
kebanyakan ingin mencontoh model pertanian yang dibangun oleh
Jawara Banten Farm.

5. Dea Valencia
Wanita lulusan Universitas Multimedia Nusantara, Tanggerang ini.
Memang selalu memiliki cita-cita untuk menjadi social culture
entrepreneur yang mampu membawa batik ke pasar internasional. Dea
tidak bekerja sendiri. Kepekaannya terhadap kaum difabel membuat Dea
ingin pula memberdayakan mereka. Di bisnis yang ia jalani, Dea dibantu
dan didukung penuh oleh 80 orang karyawan, 40 orang di antaranya
merupakan kaum difabel yang memiliki semangat dan kerja keras. Batik
Kultur Dea pun semakin sukses bukan hanya di dalam negeri namun
juga di luar negeri seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang,
Belanda, Jerman, dan beberapa negara lainnya. Dan kini meski usianya
masih muda, Dea mampu meraup omset hingga milyaran rupiah dari
usaha batiknya.

19
Daftar Pustaka
Berger, Peter L., 1963. Invitation to Sociology. A Humanistic Perspective.
Anchor Books, New York, USA.
Brym, Robert J., 2009. Sociology as a Life or Death Issue. Nelson
Education, Ontario, Canada.
Charon, J M 1980. The Meaning of Sociology. Alfred Publishing Co. Inc.
America.
Durkheim, Emile, 1938/1966. The Rules of Sociological Method (Eight
Edition). Translated by Sarah A. Solovay and John H. Mueller. The
Free Press, New York and Collier-MacMillan Limited, London.
Giddens, Anthony, 2003. The Constitution of Society. Teori Strukturasi
untuk Analisis Sosial. Diterjemahkan oleh Drs. Adi Loka Sujono.
Penerbit Pedati, Pasuruan, Indonesia.
Harper, Charles L., 1989. Exploring Social Change. Prentice-Hall, Inc.
Englewood Cliffs, New Jersey, USA.
Kinseng, Rilus A., 2017. Struktugensi: Sebuah Teori Tindakan. Sodality:
Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol.5 No.2, Agustus 2017
Plummer, Ken, 2010. Sociology the Basics. Routledge, Taylor and Francis
Group, London and New York.
Mouzelis, Nicos P., 2008. Modern and Postmodern Social Theorizing.
Bridging the Divide. Cambridge University Press,Cambridge, UK.
Sibeon, Roger, 2004. Rethinking Social Theory. SAGE Publications,
London, Thousand Oaks, New Delhi.
Suseno, Frans-M. 1999. Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke
Perselisihan Revisionisme. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Wallace, Ruth A. and Alison Wolf, 2006. Contemporary Sociological
Theory. Expanding the Classical Tradition (Sixth Edition), Pearson,
Prentice Hall, New Jersey.

20
POWER POINT (PPT) PERKULIAHAN
MATAKULIAH SOSIOLOGI KPM131 SKS 2(2-0)
PROGRAM PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM (PPKU)
IPB University

21
22
23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai