Sebelum kerajaan Banggai melebarkan sayabnya kewilahyah lain perlu di ketahui bahwa
: Daerah kerajaan Banggai yang sekarang ini dalam sejarahnya dahulu kala terdiri dari 2 (dua)
1. Kerajaan Banggai : Asal mula wilahyahnya ialah seluruh wilahyah Banggai kepulauan.
sekarang ini.
Dari dua kerajaan besar di atas kerajaan Banggai dan kerajaan Tompotika yang terdapat
di daerah kabupaten Banggai maka dapat diuraikan dari tahun berapa kedua kerajaan tersebut
berdiri, siapa saja raja yang pertama memimpin sampai yang terakhir memimpin, dan bagaimana
sistem pemerintahannya.
Untuk lebih memahami sejarah kerajaan Banggai maka sebelumnya kita harus mengenal
sejarah Tano Bolukan, sebelum nama kerajaan Banggai yang berada di kabupaten Banggai
Kepulauan menurut Machmud HK, di kerajaan Banggai pada saat itu sudah ada empat kerajaan
kecil yaitu Bobulau, Singgolok, Katapean, dan Kokini. Ke-empat raja ini di sebut Basalo
Sangkap atau empat lembaga tinggi di kerajaan Banggai, dan kemudian ke-empat kerajaan kecil
tersebut, atau yang disebut Basalo Sangkap itu di satukan oleh seorang pangeran dari Jawa
(penyebar agama Islam di kerajaan Banggai) yang bernama Adi Cokro (Mbumbu Doi Jawa),
1
atau di Banggai dikenal Adi Soko. Menyatukan ke-empat kerajan tersebut menjadi kerajaan
Tano Bolukan.
Sebelum nama kerajaan Tano Bolukan berubah menjadi nama kerajaan Banggai pada
saat itu, di Banggai di awali dengan pelantikan raja pertama kerajaan Banggai yaitu (Maulana
Prins Mandapar). Maulana Prins Mandapar adalah seoarang anak dari pangeran di Jawa “Adi
Cokro” merupakan hasil perkawinan dari putri “Kastella” bangsawan Ternate dan keturunan
bangsa Portugis.
Kerajaan Banggai berdiri sejak dilantiknya raja pertama Maulana Prins Mandapar pada
tahun 1571 sampai pada tahun 1601. Kerajaan Banggai pada saat itu sudah terorganisir secara
keseluruhan, Tahun 1601 Maulana Prins Mandapar meninggal dunia dan kursi kerajaan di
lanjutkan oleh putra pertama raja Mandapar yaitu Mumbu Doi Kintom, dan ibunya ialah putri
Banggai. Raja Maulana Prins Mandapar hanya memimpin kerajaan Banggai selama tiga puluh
tahun lamanya.
seorang ulama sekretarisnya dari Sumatra yang terampil dan bijaksana bernama “Tengku Hasan
Alam” yang biasanya orang-orang kerajaan Banggai menamakan beliau “Tanduwalang”. Raja-
2
6. Mumbu doi Bacan “Abu Kasim” Tahun 1705-1749
20. Raja Nurdin Daud (Simbolis sebelum raja dimakamkan masih anak-anak)
Pada waktu raja Awaludin wafat pada akhir tahun 1940, sudah menjadi aturan atau adat,
bahwa sebelum raja di makamkan, sudah harus ada penggantinya maka Basalo Sangkap (Dewan
Kerajaan) dengan persetujuan komisi empat, mengangkat dan melantik “Nurdin Daud” yang
pada waktu itu masih anak-anak dan masih berumur 10 tahun. Pengangkatan dan pelantikan
tersebut disaksikan oleh tuan “V.DE. Mors”. Asisten Residen Posso yang kebetulan ada di
Banggai untuk menghadiri rapat kerja kerajaan Banggai. Dan pada tanggal 1 Maret 1941
3
b. Sistem Pemerintahan Kerajaan Banggai
Dalam suatu pemerintahan yang berada di kerajaan Banggai atau yang mengepalai
kerajaan di pegang langsung oleh raja atau Tomundo atau Tuutuu. Raja di pilih dan di angkat
oleh Dewan Kerajaan “Basalo Sangkap” langsung dari keturunan atau sekurang-kurangnya ada
ikatan hubungan keluarga dengan raja dengan memperhatikan kecakapan dan kesanggupan untuk
memimpin. Adapun raja atau Dewan Kerajaan (Basalo Sangkap) yaitu terdiri dari :
Dimana raja juga di bantu oleh komisi empat, komisi empat ini terdiri dari :
1. Jogugu.
2. Mayor Ngofa.
3. Kapitan Laut.
4. Hukum Tua.
Mereka serta pembantu-pembantunya di pilih dan di angkat langsung oleh raja dengan
-Kapitan Lonas
-Kapitan Kota
-Kapitan Parang
4
-Letnan Dua
-Bea Cukai
-Pengadilan
Selain dari staf tersebut di atas mereka juga mempunyai wilayah yang mereka pegang
yaitu :
Selain dari komisi empat tersebut di atas, maka raja mempunyai pula staf pribadi urusan
dalam seperti :
1. Bagian Pemerintahan
-Genti.
-Jeufana.
BASALO SANGKAP
5
RAJA
- Kap.
Keye - Let. Ngofa - Syahbandar - Mahkamah
- Kap. Lonas - Kap. Perang - Bea Cukai - Pengadilan
2
- Kap. Kota - Let. Dua
Sehubungan dengan struktur pemerintahan tersebut di atas, di bidang agama Islam pun
giat di pelajari dan disebarluaskan oleh sekretarisnya “Tengku Hasan Alam” sehingga agama
tersebut dianut oleh masyarakat, teristimewa masyarakat pantai sehingga pemerintahan pun
bersemboyan : “Adat bersendi syara „syara‟ bersendi adat” artinya “menandakan budaya
rakyat Banggai yang sopan santun, berbudi luhur, ramah tama, dan bersahaja”.
Adapun yang mengapalai urusan agama Islam disebut “Kale” atau Gadhi. Kale atau
6
- Hatibi Dodung
IMAM
SOHI
HATIBI
BAGINSA
ah sedikit gambaran tentang bagan atau struktur sistem pemerintahan beserta kepemimpinan
Sebelum Ternate menguasai Banggai sejak tahun 1580-1624, Gowa sejak tahun 1624-
1667 dan kembali ke Ternate sejak tahun 1667-1907, di daerah ini terdapat beberapa kerajaan. Di
Banggai Darat terdapat kerajaan Tompotika (di kecamatan Bualemo sekarang). J.J. Dormeier
3
Machmud HK, op.cit., H.31-36
7
dalam bukunya Banggaishe Adatrecht (Hukum Adat Banggai), 1947, halaman 23
menggambarkan bagaimana akhir kerajaan Tompotika. Pemimpin akhir Tompotika ialah raja
Logani, gugur dalam suatu pertempuran di Tompotika melawan pasukan gabungan Ternate,
Sementara itu, Tompotika dahulu merupakan salah satu kerajaan di daerah luwuk
Banggai, Basama seharusnya disebut Masama, diambil dari istilah lainsama yang artinya burung
elang. Kelompok masyarakat itu berada di Taugi dan Tangeban dan mengunakan bahasa andio
(yang sakti). Di atas sudah digambarkan bagaimana akhir kerajaan Tompotika. Sebelum
mendirikan kerajaan Tompotika di daerah Luwuk Banggai, para leluhur orang-orang Masama
datang dari luar daerah Luwuk Banggai yaitu dari Luwu, Sulawesi Selatan.
“Kepala Burung” (Vogelkop menurut istilah orang-orang Belanda) di daerah Luwuk Banggai
disebut Bualemo. Ada perbedaan sebutan, yaitu istilah Boalemo di Tilamuta, kawasan
Gorontalo, memakai hurup “O”, sedangkan istilah Bualemo di kawasan “Kepala Burung” di
daerah Luwuk Banggai menggunakan huruf “U”. Akan tetapi, arti sebenarnya sama saja karena
orang-orang Bualemo di daerah Luwuk Banggai pada umumnya berasal dari keturunan orang-
orang Boalemo dahulu dan orang-orang Boalemo sekarang, dari Tilamuta, kawasan Gorontalo.
Orang-orang Bualemo sudah lama berada di daerah Luwuk Banggai, hanya saja kita tidak
mengetahui kapan mereka tiba di daerah Luwuk Banggai baik secara kelompok maupun secara
perorangan.4
Sejarah Bualemo atau yang di kenal dengan kerajaan Tompotika berdiri pada tahun 1290.
Dari seorang tua Timbi Hajarrati. Alkisah bahwa gunung yang bernama gunung Tambutika pada
4
H.S. Padeatu. Op.cit. H.17,19,21.
8
permulaan zaman menyerupai sebuah pulau yang terapung-apung di lautan raya maka dengan
kehendak dan kekuasan Allah SWT, terjadilah puncak itu suatu cahaya yang terbayang-bayang
itu menyebut namanya Sambutika. Selanjutnya, pada saat itu kerajaan Tompotika dipimpin oleh
seorang raja yang bernama “Sayergadi dan Sitti Rawe” mereka dua bersaudara Sayergadi (Laki-
Laki) sedangkan Sitti Rawe (Perempuan) mereka tinggal di kota besar dan kota kecil (Ota Daa
Tiada berapa lamanya mereka mengendalikan kerejaan disitu maka keduanya membuat
tempat mereka beribadah yang bernama (Masigi) “yang artinya Mesjid atau tempat Beribadah”,
dan menyuruh membut tiang bendera di muka tempat mereka jadi tanda kesucian dan tanda
kemuliaan tempat mereka serta tanda kebesaran dan ketinggian kerajaan pada masa itu, dan juga
Selanjutnya, menurut E. Gobe (1928) dalam bukunya yang berjudul Een Loinangsch
Verhal (cerita-cerita dari suku Loinang), mengatakan bahwa “pada tahun sekitar 1417
persekutuan Loinang Timur sudah terbentuk dan membentuk sebuah kerajaan dengan nama
Tompotika, raja pertama bernama La Logani, kedua adiknya perempuan bernama ratu Mapang,
wilayah kerajaan ini meliputi pengunugan yang mereka namakan Tompotika”, (Tumpu Potinggi
Mianu kita :Tuhan Meninggikan Derajat Manusia). Keturunan raja La Logani disebut Miannu
Balayan, yang tersebar dari gunung Tompotika, gunung Pinuntunuan, gunung Kau Totolu, atau
penulis Barat dikenal dengan suku La Inang Barat. Sedangkan, anak-anak La Logani,
sampailah di desa Bulakan, dan Lingketeng, serta Tambunan, Baloha, Pakoan, Kintom,
Mendono, Tangkaian, Lontio. Anaknya sula, Maiya dan Moitom, mengembangkan wilahyah
kekuasaan sampai ke Balantak, Lamala, Masama, dan Bualemo, sedangkan adiknya Mapang
5
Ishak Bakua, 1988. Sejarah Terbentuknya Desa Bualemo.
9
yang menikah di Lolantang mendapat anak Mangamben, menjadi pemimpin di Kaleke, Mangkin
Piala, Luwok, dengan gelar Mianu Tutui, (Yang Benar, Yang Nyata).6
Hasil penelitian dari Dr. Albert C Kruyt, De To Loinang van Celebes (1930), mereka
dimasukkan dalam kelompok Bangsa Loinang Timur, yang masih asli, “kutu no tano” artinya,
asli orang pedalaman belum migrasi dan asimilasi dari luar juga mereka menamakan Gelar
pemimpinnya, yaitu Mianu Tutui (yang nyata, yang benar). Hidup sekitar tahun 1400-1500, sebelum
dihancurkan oleh pasukan Tobelo dan Gorontalo, Buol terhadap kerajaan mereka, Tompotika.
rajanya La Logani gugur dalam pertempuran itu, dan anak-anaknya Mangamben, Tongkoi,
Lakauta, serta keluarga dan rakyat Tompotika yang masih setia meninggalkan Tompotika
menuju arah Barat daan Selatan di Banggai darat, yang ke arah Barat. anak La Logani mianu
tutui Tongkoi (Lingketeng, Tambunan, Baloa, Simpang dan Lakauta (Pakohan, Kintom,
Padang), dan yang ke arah Selatan mianu tutui Mangamben.(Kintom, Mondonun, Keleke).
Sedangkan yang ke arah Balantak dan Masama, anak-anak La Logani, Maiyaya, Sula, Moitom,
oleh Albert Cruyt disebut Loinang Barat, yang sudah bercampur, asimilasi dengan penduduk
lainnya, namun pemimpinnya masih menggunakan predikat mianu tutui Bosanyo Mangamben,
Setalah raja “Sayergadi dan Sitti Rawe” memimpin kerajaan Tompotika pada saat itu,
maka raja-raja yang memimpin di kerajaan Tompotika yaitu Mapang dan Lologani, putri dari
6
Haryanto Djalumang. Op.cit. H.13.
7
Haryanto Djalumang. Loinang (Bangsa Kutu No Tano).Di Poskan Oleh Anonim. 22:12. Data di Unduh pada tanggal 25 juni
2012.
10
Adapun Bosanyo-bosanyo (Raja) Tompotika-Balantak di perintah oleh keturunnya yang
Adapun, susunan raja yang saya cantumkan di atas saya dapatkan dari hasil wawancara
dengan tokoh adat kabupaten Banggai Musahar Yasano pada hari senin 23 april 2012.
Pada masa pemerintahan kerajaan Tompotika, sistem yang ada di kerajaan Tompotika
sama seperti dengan sistem yang ada pada masa kerajaan Banggai yaitu yang mengepalai
kerajaan di pegang langsung oleh Bosanyo atau Raja. Namun pada masa pemerintahan kerajaan
Tompotika struktur yang mengatur jalannya pemerintahan atau yang mengepalai bidang-bidang
seperti agama dan keamanan itu belum ada dan tidak di ketahui bagaimana jalannya suatu
11
pemerintahan kerajaan, Tompotika merupakan suatu kerajaan yang tertua dari kerajaan Banggai.
Karena kerajaan Tompotika berdiri pada tahun 1570 pada saat itu rajanya bernama Laanang dan
berakhir pada tahun 1920 di mana raja yang memimpin kerajaan Tompotika bernama Ince Umar.
keruntuhan kerajaan Tompotika berlangsung oleh karena kerajaan Tompotika di kuasai oleh
kerajaan Banggai atas kekalahan raja yang memerintah pada saat itu.
Kedatangan agama Islam merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam sejarah
Indonesia, tapi juga yang paling tidak jelas. Tampaknya, para pedangang muslim sudah ada di
sebagain wilahyah Indonesia selama beberapa abad sebelum Islam menjadi agama yang mapan
nusantara ini pertama-tama di daerah Jawa dan menyusul di daerah-daerah lainnya di Nusantara.
Menurut, Tome Pires sejarawan Portugis dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental
menunjukan dirinya sebagai pengamat yang tajam, yang deskripsi-deskripsinya jauh lebih hebat
dari pada deskripsi penulis Portugis lainnya. Mengtakan bahwa di zamannya itu sebagian besar
raja-raja yang ada Nusantara sudah beragama Islam, akan tetapi masih tetap ada daerah-daerah
pedangang muslim dari Gujarat (Persia) dan para pedangang tersebut menikah dengan
masyarakat setempat dan terjadilah percampuran kepercayaan pada saat itu. Selanjutnya di
Indonesia bagian timur agama Islam tiba dan berkembang di “kepulaun rempah-rempah”
Maluku Indonesia Timur. Para pedangang muslim dari Jawa dan Melayu menetap di pesisir
Banda, tetapi tidak ada seorang raja pun disana, dan daerah pedalaman masih di huni oleh
penduduk nonmuslim. Ternate, Tidore, dan Bacan mempunyai raja-raja muslim. Penguasa-
8
M.C. Ricklefs,2001. Sejarah Indonesia Moderen 1200-2004. Cet.1, Penerbit Serambi Ilmu Semesta. H.,34,37.
12
penguasa Tidore dan Bacan memekai gelar “Raja”, tetapi penguasa Ternate telah menggunakan
Selanjutnya, di kerajaan Banggai agama Islam pertama kali masuk dan di sebarkan oleh
seorang Pangeran penyebar agama Islam dari kerajaan Cerebon yang bernama Adi Cokro
(Mbumbu Doi Jawa) atau di Banggai dikenal Adi Soko pada tahun 1580 M. Namun sebelum
beliau pergi ke Banggai, Adi Cokro pernah tinggal di kerajaan Ternate dan sempat kawin dengan
seorang bangsawan bernama Castella berketurunan Portugis, dari perkawinan ini Adi Cokro
memperoleh seorang putra Maulana Prins Mandapar. Jadi agama Islam pertama kali masuk di
kerajaan Banggai pada tahun 1580 M. Setelah Pangeran penyebar agama Islam kembali ke pulau
Jawa, maka penyebaran agama islam di lakukan oleh putra Adi Cokro yaitu raja pertama
kerajaan Banggai (Maulana Prins Mandapar) dengan di dampingi oleh seorang ulama atau
sekretarisnya yang berasal dari Sumatera yang terampil dan bijaksana yang bernama (Tengku
Hasan Alam) yang kalau orang-orang kerajaan Banggai menamakan beliau (Tanduwalang).10
Adapun yang melanjutkan penyebaran agama Islam di kerajaan Banggai setelah Tengku
Hasan Alam adalah raja kerajaan Banggai yang yang ke-15 yaitu raja Agama atau Mumbu doi
Bugis (1847-1852). Raja Agama pernah melawan kekuasaan sultan Ternate, tetapi tidak dapat
membendung serangan tentara sultan Ternate, Tobelo, kemudian raja agama meninggalkan
Banggai atas pertimbangan, raja Agama sendiri , kapitan Togian Laparage, dan Bosanyo Tatu
Yasin (mata Mea) Mendono diatur keberangkatan raja ke sultan Bone, melalui Buton, dengan di
kawal oleh Punggawa Uwa Labia dengan perahunya 5 ton, alkisah, sampailah ke tujuan, sultan
Bone menerima baik kedatangan raja Agama, dan selanjutnya raja Agama tidak kembali lagi ke
Banggai sampai akhir hayatnya, sehingga ia mendapat gelar (raja Agama Mumbu doi Bugis) dan
9
M.C. Ricklefs. Op.cit. H 27.
10
Machmud HK. Op.cit. 31.
13
keturunannya yang terakhir dari raja Agama adalah yang memegang pemerintahan kerajaan
Banggai bernama Mayor Ngopa Djakaria Nurdin Agama, dan agama Islam terus di sebarkan
11
Haryanto Djalumang. Op.cit.H.19
14