Anda di halaman 1dari 15

PAPER PROJEK PENUGASAN INDIVIDU MATA KULIAH (PPI-MK)

“UPAYA PENINGKATAN KINERJA KEUANGAN/LAYANAN PADA RUMAH


SAKIT JIWA DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG”

COVER

Disusun Oleh :

Nama : Asa Bani Chitara


NPM : 4301180381
Kelas/No.Absen : 5-18 / 06
Prodi : DIII Kebendaharaan Negara
Mata Ujian : Pengelolaan Keuangan BLU
Nama Dosen : Agus Sunarya Sulaeman

D III KEBENDAHARAAN NEGARA

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2021
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
A. Profil BLU RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang ................................................................... 1
B. Capaian Kinerja Keuangan/Layanan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat .................................. 2
C. Permasalahan Kinerja RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat ......................................................... 5
II. ISI ...................................................................................................................................................... 6
A. Peraturan/Teori/artikel penelitian terkait upaya peningkatan Kinerja Keuangan/Layanan RSJ
Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang ............................................................................................... 6
B. Solusi : Faktor-faktor untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan/Layanan RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang ...................................................................................................................... 7
C. Pro dan Kontra ............................................................................................................................ 8
D. Pilihan/sikap atas perbedaan Sudut Pandang ............................................................................ 10
III. PENUTUP...................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 12
B. Saran/Rekomendasi................................................................................................................... 12
C. Referensi ................................................................................................................................... 13

ii
NAMA : ASA BANI CHITARA

NPM : 4301180381

KELAS : 5-18

“Upaya Peningkatan Kinerja Keuangan/Layanan pada Rumah Sakit Jiwa Radjiman


Wediodiningrat Lawang”

I. PENDAHULUAN

A. Profil BLU RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang

RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang secara resmi dibuka tanggal 23 Juni 1902.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2017 sesuai SK Menteri Keuangan No.
284/KMK.05/2007 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 756/MenKes/SK/IV/2007 RSJ
Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang ditetapkan sebagai instansi dengan pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI.
No. : 254/MenKes/Per/III/2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa, Rumah
Sakit Jiwa Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang adalah Unit Organisasi dilingkungan
Kementerian Kesehatan RI yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat merupakan pusat
rujukan nasional di bidang kesehatan jiwa dengan pelayanan unggulan psikogeriatri

RSJ Lawang beralamat di Jalan Ahmad Yani Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur dengan Luas tanah kering 2.567.790 m² (berada di tiga desa), luas tanah
5.813 m² dan luas Gedung dan Bangunan seluas 74.300 m². RSJ Dr Rad memiliki tiga unit kerja
yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Keuangan dan Administrasi umum serta
Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan

Rumah Sakit Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang mempunyai tugas melaksanakan


upaya kesehatan jiwa secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengupayakan pelayanan
kesehatan jiwa pencegahan ( Prefentif ), pelayanan kesehatan jiwa pemulihan ( Kuratif ) dan
pelayanan kesehatan jiwa Rehabilitasi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pelayanan medik;
b. Pelayanan penunjang medik;
c. Pelayanan keperawatan;
d. Pelayanan rujukan;
e. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit;
f. Pelayanan administrasi dan keuangan;
g. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan;
h. Penelitian dan pengembangan;
i. Jasa lain sesuai kebutuhan.

1
B. Capaian Kinerja Keuangan/Layanan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat

Capaian kinerja BLU terdiri dari capaian kinerja keuangan dan kinerja layanan yang mana
capaian tersebut dibagi menjadi 21 bidang capaian kinerja dan dijabarkan dalam indikator-
indikator. Pembahasan disederhanakan dengan mengambil beberapa indikator yakni sebagai
berikut:
1) Aspek Keuangan

 Periode penagihan piutang

Digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan untuk


mengumpulkan
piutang (dalam satuan hari). Semakin besar skor hasil perhitungan maka menunjukan
hasil yang semakin baik.

Sumber : (Lakip,2019)

Pada tahun 2017 hasil perhitungan periode penagihan piutang tercatat lebih
lama dari tahun 2016 yang disebabkan oleh saldo piutang di akhir tahun 2017 lebih
besar dari tahun 2016. Hal tersebut terjadi karena piutang BPJS bulan November-
Desember 2017 yang selesai diverifikasi bulan Januari-Februari 2018 sudah harus
diakui sebagi piutang pada bulan Desember 2017. Pada tahun 2018 pun penagihan
piutang menunjukan waktu yang lebih lama dari tahun 2017 dengan adanya piutang
BPJS bulan Oktober - November 2018 yang diakui pada Desember 2018. Kalim BPJS
direalisasikan pada bulan Februari 2019, sedangkan klaim bulan Desember 2018 pada
bulan Maret 2019. Penurunan skor penagihan piutang terjadi pada tahun 2019 yang
disebabkan saldo piutang di akhir tahun 2019 lebih besar dari saldo piutang tahun 2018,
hal ini dikarenakan adanya keterlambatan pembayaran klaim BPJS, IPWL dan piutang
layanan diklit

 Penyusunan Rencana Bisnis Anggaran (RBA)

Rencana Bisnis Anggaran RSJ Lawang merupakan bagian dari Rencana Strategi Bisnis
RSJ Lawang yang menggambarkan program kerja strategis yang mana merupakan
upaya kongkrit utama yang akan dilakukan untuk mewujudkan sasaran strategis
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjalankan kegiatan usaha Tahun
Anggaran 2019. RBA merupakan perencanaan tahunan perencanaan tahunan berisi

2
program, kegiatan, target kinerja dan anggaran telah tersusun dan terealisasi tepat
waktu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 tahun 2013 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Bisnis Dan Anggaran Badan Layanan Umum Di Lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan No
PER-20/PB/2012 tentang Pedoman Teknis Penyusunan RBA Satuan Kerja BLU.
Capaian realisasi penyusunan RBA selama periode 2015-2019 menunjukan realisasi
yang mencapai 100% dari target. Realisasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

Sumber : (Lakip,2019)

2) Aspek Pelayanan
 Instalasi Biomedika- Unit Pelayanan Radiologi

Sumber : (Lakip,2019)

Unit radiologi merupaan instalasi penunjang medis yang mana unit tersebut
memberikan layanan pemeriksaan radiolog dengan hasil pemeriksaan berupa foto
ataupun gambar untuk membantu dokter dalam melakukan diagnosis pasien. Capaian
kinerja unit radiologi RSJDWL tahun 2015-2019 mengalami pertumbuhan yang
konsisten bahkan di tahun 2019 realisasi kegiatan pemeriksaan radiologi melampaui
target yang ditentukan. Salah satu yang berperan yaitu pemeliharaan alat medis yang
terkontrol dan tepat waktu. Dibawah ini adalah skor, haper dan nilai riil capaian kinerja
layanan unit radiologi RSJDWL tahun 2019

Sub Aspek/Kelompok Nilai


No. Skor Haper
Indikator/Indikator Riil
4) Pertumbuhan pemeriksaan
2 1,36 2
radiologi
Sumber : (Lakip,2019)

3
 Instalasi Rehabilitasi Medik (Fisik dan Psikososial)

Layanan ini merupakan layanan terapi yang dilakukan guna mengembalikan


fungsi tubuh yang mengalami masalah. Kinerja Pelayan Instalasi Rehabilitasi Medik
2019 dapat dilihat pada tabel berikut :

Sumber : (Lakip,2019)

Indikator Kinerja Utama dalam capaian kinerja pelayanan rehabilitasi medik adalah
kunjungan rehabilitasi medik. Pada tahun 2015-2019, pencapaian kinerja rehabilitasi
mengalami pertumbuhan di tahun 2016 dan 2017 namun justru mengalami penurunan
di tahun 2018 dan 2019. Realisasi di tahun 2019 bahkan hanya sebesar 70,49% dari
target. Dibawah ini adalah skor, haper dan nilai riil capaian kinerja layanan unit
rehabilitasi medik RSJ Lawang tahun 2019

Sub Aspek/Kelompok Nilai


No. Skor Haper
Indikator/Indikator Riil
7) Pertumbuhan rehab medik 2 0,68 0
Sumber: (Lakip,2019)

 Prosentase Pengajuan Komplain yang Ditindaklanjuti

Implementasi pelayanan tindak lanjut komplain didasarkan Kecepatan Respon


terhadap Komplain (KRK) tercapai 100% dari target perjanjian kinerja. Indikator yang
digunakan yaitu prosentase komplain yang ditindaklanjuti dimana pada tahun 2016-
2019 capaian dan realisasinya yaitu 100% dari target, namun memang pada 2015 belum
ada format perjanjian kinerja. Keluhan pasien atau komplain pasien disampaikan secara
langsung, tertulis pada form IKM, form komplain, email serta kotak saran. Kondisi
yang dicapai dapat dilihat dari tabel dibawah ini

Sumber : (Lakip,2019)

4
C. Permasalahan Kinerja RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat

Dari penjabaran mengenai capaian kinerja keuangan RSJ Lawang tak luput adanya berbagai
kemungkinan permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja keuangan/layanan
tersebut.

a. Permasalahan Periode Penagihan Piutang


Permasalahan yang timbul pada pencapaian kinerja periode penagihan piutang yaitu adanya
pasien yang pulang dengan tunggakan biaya perawatan dan pulang dengan membuat surat
pernyataan hutang. Tak hanya itu, pasien yang tidak pernah dikumjungi oleh keluarga dan
memiliki tunggakan biaya perawatan yang tinggi harus dipulangkan melalui program
dropping. Kedua hal tersebut menyebabkan lonjakan jumlah piutang yang harus ditagih
oleh pihak RS.

b. Permasalahan Unit Pelayanan Radiologi


Hal yang berpotensi menjadi penyebab adanya masalah pada pelayanan unit radiologi
yaitu:
 Kurangnya pemeliharaan/kontrol terhadap alat medis sehingga dapat
mempengaruhi kinerja pelayanan rekam medis pasien
 Kurangnya Sumber Daya Manusia yang cukup berkualitas dan profesional dalam
pengoperasian alat medis

c. Permasalahan pada Instalasi Rehabilitasi Medik (Fisik dan Psikososial)


Hal yang berpotensi mempengaruhi capaian kinerja pelayanan pada instalasi rehabilitasi
medik yaitu :
 Kebijakan perpendekan waktu rawat inap bagi pasien yang telah remisi dan waktu
pelayanan rehab yang belum optimal
 Berkurangnya sumber daya manusia dikarenakan sudah memasuki masa purna
tugas serta belum adanya pengganti yang mempengaruhi kemampuan daya
tampung pelayanan pasien

d. Permasalahan terkait prosentase pelayanan komplain yang ditindaklanjuti


 Masih banyaknya komplain pasien atas pelayanan yang cukup lama
 Kurang ramahnya SDM dalam memberikan pelayanan
 Sarana atau tempat pengaduan pasien kurang informatif

5
II. ISI

A. Peraturan/Teori/artikel penelitian terkait upaya peningkatan Kinerja


Keuangan/Layanan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

1. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-24/PB/2018 tentang Perubahan atas


Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-36/PB/2016 tentang Pedoman
Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Layanan Kesehatan
2. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-5/PB/2017 tentang Pedoman
Penyusunan Kontrak Kinerja dan Penetapan Persetujuan Capaian Kinerja Pemimpin
Badan Layanan Umum Bidang Layanan Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
Peraturan ini membahas mengenai kelas-kelas rumah sakit dan juga sumber daya manusia
dari tiap-tiap kelas rumah sakit. Dalam instalasi radiologi paling tidak yaitu terdapat 1
(satu) dokter spesialis radiologi.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/Menkes/Sk/Xl/2008
Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan
Isi daripada peraturan ini yaitu mengenai prinsip dasar penggunaan radiologi diagnostik
yang sesuai dengan prinsip keselamatan pasien, tenaga medis, maupun pengguna. Selain
itu peraturan ini juga membahas mengenai jenis tenanga yang ada pada instalasi radiologi.
5. Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2020
Tentang Pelayanan Radiologi Klinik
Pada pasal 14 peraturan ini menjelaskan mengenai pemeliharaan peralatan radiologi yang
harus dilakukan sesuai standar dan ketetntuan peraturan perundang-undangan.
6. Jurnal Upaya Peningkaan Kinerja Rumah Sakit Melalui High Performance Work Practices
Tim Lintas Fungsi/ Cross Functional Teamworks (CFTs)
Menurut Kalam (2008) CFTs di rumah sakit merupakan tim yang terdiri atas profesional
non-klinis dan staf pendukung layanan, seperti staf klinis, administratif dan medis yang
dikembangkan sebagai alat untuk memenuhi tatangan kompleks terkait penyediaan
pelayanan yang lebih luas terhadap pasien. Seiring berkembangnya teknologi serta
kompleksitas penyediaann layanan yang lebih luas kepada pasien, tim lintas fungsi
memiliki peran penting dalam perawatan pasien.
7. Penelitian Siklus Piutang Rumah Sakit
Fakhni dan Viviyanti (2013: 221-224) menyatakan bahwa siklus piutang pasien rawat inap
dimulai pada saat pasien rawat inap memasuki rumah sakit (pra-penerimaan) sampai
dengan dihapuskannya piutang pasien tersebut (write off). Siklus tersebut terdiri dari enam
tahapan sistematis yaitu:
a. Tahap pra-penerimaan
b. Tahap penerimaan
c. Tahap perawatan
d. Tahap penataan rekening
e. Tahap penagihan
f. Tahap penutupan rekening

6
B. Solusi : Faktor-faktor untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan/Layanan RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang
1) Solusi Permasalahan Periode Penagihan Piutang
 Melakukan tahapan pra-penerimaan pada siklus piutang rumah sakit.
Yang artinya sejak awal pihak rumah sakit sudah mengidentifikasi pasien yang tidak
mampu membayar karena keterbatasan anggaran serta mengkonfirmasi bagaimana
cara pasien membayar tagihan rumah sakit (misalnya menelaah apakah ada pihak
ketiga yang akan menanggung biaya pengobatannya).
 Menekan kenaikan jumlah piutang dengan pengembangan SIMRS dengan membuat
notifikasi pada SIMRS RSJ D sebagai informasi ke petugas pendaftaran untuk
mengarahkan keluarga pasien agar membayar biaya perawatan terlebih dahulu
 Melakaukan upaya penagihan atas piutang dari pasien dengan cara:
a. Pembuatan surat pernyataan hutang dengan fotokopi KTP dan nomor telepon
untuk pasien pulang dengan tunggakan biaya perawatan
b. Melakukan penagihan melalui telepon pada saat Surat Pernyataan Hutang
sudah jatuh tempo
c. Membuat laporan mingguan per ruang perawatan untuk diinformasikan kepada
keluarga pasien saat berkunjung.

2) Solusi permasalahan layanan Unit Radiologi


 Peningkatan jumlah SDM
Instalasi radiologi merupakan unit yang krusial sehingga diperlukan sumber
daya manusia yang berkualitas dan profesional. Dalam peraturan yang tertera, instalagi
radiologi paling tidak terdapat satu dokter spesialis radiologi. Demi peningkatan
kinerja pelayanan radiologi, RSJ Lawang dapat menambah satu orang dokter spesialis
radiologi. Hal ini agar dapat meningkatkan kinerja pelayanan serta memberikan
meningkatkan kinerja dokter mengingat beban kerja bisa dibagi antara 2 dokter apalagi
mengingat bahwa realisasi kegiatan pemeriksaan radiologi mengalami tren
peningkatan selama 2015-2019. Prosentase kegiatan pada realisasi tahun 2019 pun
sebesar 123,8% dari target 2019.
Tak hanya SDM berupa dokter spesialis,tenaga lain pun harus diisi dengan
SDM berkualitas seperti Radiografer dengan pendidikan minimal DIII Teknik
Radiologi dan Memiliki SIKR, Petugas Proteksi Radiasi (PPR) Medik dengan syarat
Tingkat II Memiliki SIB, Tenaga elektromedis dengan syarat D Ill ATEM.
 Pemeliharaan alat medis yang terkontrol dan tepat waktu serta dukungan investasi CT
scan
Hal ini guna menunjang mengontrol alat medis secara periodik dan tepat waktu
sehingga peralatan dapat berfungsi dengan baik pada saat melayani pasien. Selain itu
investasi CT scan juga berguna untuk menunjang kegiatan. Ruang CT Scan juga dapat
dilengkapi dengan ruang operator, mesin, AHU/chiller.

3) Solusi Permasalahan pada Instalasi Rehabilitasi Medik (Fisik dan Psikososial)


 Perekrutan pegawai baru yang terencana sebelum SDM lama memasuki masa purna
tugas.
Hal tersebut agar tidak terjadi kesulitan dalam penanganan pasien. Jika SDM
baru sudah disiapkan, RSJ Lawang akan memiliki kemampuan tampung pelayanan
pasien lebih baik lagi yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan RS dari
pelayanan rehabilitasi medik tersebut.

7
 Program rehab day care bagi pasien yang telah remisi dan habis masa rawat inapnya.
Kebijakan perpendekan waktu rawat inap bagi pasien yang telah remisi
menjadikan pasien tidak menjalani sesi program rehab. Day care menjadi solusi agar
pasien tetap dapat menjalani perawatan lanjutan setalah remisi. Day care dapat
dilakukan dengan penjadwalkan berapa sesi dalam seminggu maupun sebulan.
 Inovasi pelayanan rehab dengan penambahan waktu layanan dari pagi-sore.
Sejauh ini pelayanan rehab hanya terkonsentrasi pada waktu pagi sampai siang
hari. Dengan ditambahnya waktu pelayanan rehab maka akan mengoptimalkan
ketersediaan waktu layanan untuk pasien yang membutuhkan fasilitas rehab medik.

4) Solusi masalah prosentase pelayanan komplain


 Pengadaaan ruangan Informatif sebagai sarana pengaduan pasien
Sebagai badan layanan umum, pemberian pelayanan kepada masyarakat
adalah hal yang sangat penting. Sebisa mungkin RSJ Lawang dapat menjadi
pendengar serta pemberi arahan bagi pasien yang mungkin masih kebingungan atau
merasakan pelayanan yang kurang memberikan manfaat kepada mereka. Dengan
adanya ruangan informatif ini pasien akan merasa dihargai dan diayomi yang
kedepannya pasti akan membuat pasien tak segan untuk berkunjung kembali. Timbal
balik yang baik dari masyarakat dapat meningkatkan kunjungan pasien yang akhirnya
mampu memberikan pendapatan yang maksimal pada RSJ Lawang.
 Penetapan ulang standar pelayanan oleh SDM
Hal ini dilakukan dengan koordinasi ulang kode etik maupun standar
pelayanan kepada pasien. Selain itu diperlukan suatu pengawasan oleh RSJ Lawang
kepada SDM yang melayani pasien untuk memastikan bahwa SDM telah memberikan
pelayanan prima.
 Penyediaan kotak saran
Kotak saran dipetakan di tiap tiap unit layanan.
 Pemberian sistem remunerasi kepada SDM
Remunerasi bertujuan untuk membangun semangat SDM dalam bekerja dan
melayani pasien.

C. Pro dan Kontra

Periode Penagihan Piutang


Periode penagihan piutang dihitung dari piutang usaha dikalikan jumlah hari dalam
setahun lalu dibagi dengan pendapatan usaha dan dikali 1 hari. Semakin besar skor yang didapat
maka menunjukkan hasil yang semakin baik yang artinya semakin singkat periode penagihan,
semakin cepat BLU dapat menggunakan kas. Solusi yang dikerahkan guna mengurangi
permasalahah piutang tunggakan biaya perawatan pasien yang pertama yaitu melakukan
tahapan pra-penerimaan. Tahapan ini bermanfaat bagi RS kedepannya untuk mengurangi resiko
lonjakan piutang di kemudian hari. Namun, dibutuhkan tambahan waktu untuk
mengidentifikasi kondisi keuangan pasien ditambah harus cepatnya penanganan pasien. Kedua,
pengembangan SIMSRS. Sistem ini memudahkan RS dalam mengelola pendapatan yang
masuk dikarenakan pembayaran dilakukan sebelum layanan perawatan diberikan yang pada
akhirnya mengurangi resiko keterlambatan bayar pasien. Disisi lain, pengembanagan sistem
dibutuhkan biaya dan adaptasi yang lebih oleh para pegawai pada sistem yang baru. Belum lagi

8
jika pegawai terlanjur nyaman dengan sistem yang lama. Ketiga, pembuatan surat pernyataan
hutang pasien dengan tunggakan, penagihan melalui telepon, laporan mingguan per ruangan
perawatan. Surat pernyataan hutang memberikan kejelasan hitam diatas putih mengenai hutang
yang masih harus dibayar oleh pasien. Penagihan melalui telepon mampu memberikan
kemudahan pihak RS dalam melakukan penagihan tanpa harus mengunjungi secara langsung
pasien berpiutang. Pembuatan Laporan per mingguan per ruang perawatan juga bisa sebagai
pengingat pihak keluarga dengan masih adanya biaya perawatan pasien yang harus dibayar.

Pelayanan Unit Radiologi


Dari permasalahan pada layanan unit radiologi terdapat dua solusi yang dapat
dikerahkan guna perbaikan kineja keuangan/layanan. Pertama yaitu peningkatan jumlah dokter
spesialis radiologi serta pengembangan sumber daya manusia dengan minimal persyaratan yang
harus dipenuhi. Dengan adanya penambahan dokter spesialis radiologi hal ini mampu
meningkatkan kinerja pelayanan mengingat beban kerja yang bisa dibagi antar dokter.
Pengembangan sumber daya manusia dengan minimal persyaratan juga digadang mampu untuk
memberikan hasil pelayanan yang maksimal serta profesional. Namun demikian, adanya
penambahan jumlah dokter spesialis radiologi meimbulkan suatu permasalahan terkait
kelangkaan suatu profesi tersebut serta dengan adanya penambahan dokter dan pengerahan
tenaga medis yang sesuai persyaratan minimal membuat RSJ Lawang harus menyesuaikan lagi
pendapatan operasionalnya guna pembayaran gaji/remunerasi.
Yang kedua, perbaikan kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan pemeliharaan alat
medis yang lebih terkontrol secara periodik dan pengerahan dukungan investasi alat medis
berupa CT scan. Pemeliharan alat medis berguna sebagai salah satu pengawasan untuk
menghindari kegagalan fungsi alat medis karena kesalahan dalam mendiagnosa dapat
menghambat pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien. Untuk investasi CT scan sendiri
mampu memberi manfaat berupa pendapatan rumah sakit dari layanan CT scan. Namun,
pemliharaan alat medis dan investasi alat medis diperlukan biaya yang tidak sedikit.
Pemeliharaan alat medis sendiri paling tidak optimalnya sebesar 7-8% dari biaya perlalatan.

Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik


Layanan rehabilitasi medik pada rumah sakit sangat penting guna mengembalikan
fungsi tubuh yang mengalami masalah. Permasalahan pada berkurangnya SDM pelayanan
rehab medik dapat dikerahkan solusi berupa perekrutan pegawa baru yang terencana sebelum
SDM lama memasuki masa purna tugas. Hal ini sebagai upaya preventif agar tidak terjadi
kekosongan jabatan yang menyebabkan menurunnya kemampuan tampung pelayanan pasien.
Namun, perekrutan SDM baru bukanlah sesuatu yang mudah karena membutuhkan biaya
rekrutmen dan seleksi yang tidak sedikit.
Program rehab day care juga menjadi solusi pada permasalahan di intalasi rehab medik.
Day care mampu memberikan manfaat bagi pasien yang akan menjalani perawatan lanjutan
setelah remisi. Day care sendiri dapat dilaksnakan dengan jadwal sesi tiap minggu. Day care
dapat dilakukan inovasi berupa penambahan waktu layanan sehingga mengoptimalkan waktu
layanan bagi pasien yang membutuhkan. Namun penambahan waktu layanan juga sedikit sulit
dilakukan mengingat keterbatasan sumber daya manusia yang ada.
Permasalahan kemampuan tampung dalam pelayanan karena kurangnya SDM dapat
disiasati dengan pembentukan Cross Functional Teamworks (CFTs). CFTs dapat menjadi
alternatif karena anggota tim dari latar belakang yang berbeda dapat saling bersinergi untuk
melakukan pekerjaan lintas bidangnya. CTFs dapat sebagai alat untuk memenuhi tatangan

9
kompleks terkait penyediaan pelayanan yang lebih luas terhadap pasien. Namun, CFT sendiri
seringkali menghadapi berbagai konflik tentang pekerjaan mana yang paling prioritas.

Prosentase komplain yang ditindaklanjuti

Tak dapat dipungkiri bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat


tentunya akan menemui suatu komplain dari konsumen yang dalam kasus ini adalah pasien RS.
Pengadaan ruangan informatif sebagai sarana pengaduan pasien adalah suatu program yang
dapat mendukung tersampaikannya keluhan-keluhan yang dirasakan pasien dari layanan yang
diberikan. Komplain oleh pasien sejauh ini berupa kurang ramahnya pelayanan pasien oleh
SDM yang ada sehingga diperlukan penetapan ulang standar pelayanan. Penetapan ulang
standar pelayanan oleh SDM dapat memberikan manfaat untuk kedepannya pemberian layanan
kepada pasien lebih baik lagi. Demi terciptanya pelayanan SDM yang prima perlu didukung
pula dengan kebijakan remunerasi. Namun, penetapan ulang standar pelayanan oleh SDM
membutuhkan waktu yang cukup lama mengingat agak sulitnya menetapkan indikator tentang
keramah-tamahan SDM. Selain itu kebijakan remunerasi juga perlu diimbangi dengan
kemampuan pendapatan layanan dari RS. Selanjutnya untuk meningkatkan prosentase
komplain yang ditindaklanjuti, penyediaan kotak saran di tiap unit layanan adalah salah satu
metode yang tepat. Kotak saran mampu menampung usulan,keluhan maupun harapan pasien
pada layanan RS kedepannya. Akan tetapi, penyediaan kotak saran memungkinkan terjadinya
masalah seperti kurangnya perhatian SDM yang mengurus komplain melalui kotak surat.

D. Pilihan/sikap atas perbedaan Sudut Pandang

Setiap solusi yang dikerahkan pastinya akan menemui kelebihan dan kekurangannya.
Dari penjabaran terkait pro dan kontra berbagai solusi dalam peningkatan kinerja RSJ Lawang,
penulis setuju dalam peningkatan kinerja aspek keuangan terutama terkait dengan
permasalahan piutang tunggakan biaya perawatan, perlu dilakukannya tahapan pra-
penerimaan; pembuatan surat pernyataan hutang pasien dengan tunggakan, penagihan piutang
pasien melalui telepon, laporan mingguan per ruangan perawatan. Tahap pra-penerimaan
sebagai suatu langkah preventif agar di awal penanganan pasien sudah bisa mengidentifikasi
pasien yang tidak mampu membayar karena keterbatasan anggaran dan mengantisipasi
lonjakan piutang di kemudian hari. Kewajiban pembuatan surat pernyataan hutang oleh pasien
juga bermanfaat sebagai bukti hitam diatas putih atas hutang yang masih harus dibayar pasien.
RSJ Lawang juga dapat membuat laporan mingguan per ruangan perawatan untuk kemudian
diinformasikan kepada keluarga pasien saat berkunjung. Hal ini merupakan langkah yang tepat
guna “mengingatkan” keluarga pasien mengenai besaran biaya perawatan yang telah terjadi.
Periode penagihan piutang menjadi salah satu indikator yang krusial karena berkaitan dengan
pendapatan yang akan diterima oleh RSJ Lawang dalam pemberian layanan. Pendapatan
tersebut tentunya sebagai dasar RSJ Lawang dalam melakukan belanja operasional maupun
investasi.
Sementara itu, upaya peningkatan kinerja pelayanan RS Lawang, dapat dilakukan
dengan menambah dokter spesialis radiologi; pemeliharaan alat medis yang lebih terkontrol;
pengadaan investasi alat medis berupa CT scan. Penambahan dokter spesialis radiologi
digadang mampu meningkatkan kinerja pelayanan yang maksimal. Dengan penambahan dokter
spesialis radiologi diharap masing-masing dokter dapat memberikan pelayanan yang prima
mengingat beban kerja yang bisa dibagi antar dokter. Pemeliharaan alat medis yang lebih

10
terkontrol diperlukan pemeliharaan preventif meliputi pemeliharaan berskala. Hal ini sebagai
upaya agar penyediaan alat kesehatan selalu dalam kondisi baik, aman dan layak pakai.
Sehingga pada saat digunakan untuk pelayanan kepada pasien tidak terjadi masalah. Investasi
berupa CT scan juga mampu memberi manfaat berupa pendapatan RSJ Layanan dari tarif
layanan CT scan. Tak hanya pada unit radiologi, peningkatan kinerja pada aspek pelayanan
juga perlu dilakukan pada layanan instalasi rehabilitasi medik. RSJ Lawang mempunya tugas
menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan secara profesional,
untuk itu penting dilakukan peningkatan kinerja layanan rehab medik. Upaya yang dapat
dilakukan yaitu pelaksanaan program day care dengan penambahan waktu pelayanan dari yang
semula pagi-siang menjadi pagi-sore. Program day care menjadi solusi dalam perawatan
lanjutan setelah remisi serta penambahan waktu pelayanan day care dapat mengoptimalkan
waktu layanan bagi pasien yang membutuhkan.

11
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan kinerja pada RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat dapat dibagi dalam 2 aspek.
Pertama, aspek keuangan berupa permaslaahan periode penagihan piutang dikarenakan adanya
pasien yang pulang dengan tunggakan biaya perawatan. Hal tersebut menyebabkan lonjakan
jumlah piutang yang harus ditagih oleh pihak RSJ. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permaslahan tersebut yaitu melakukan upaya preventif berupa tahapan pra-penerimaan pada siklus
piutang rumah sakit (identifikasi kemampuan keuangan pasien), membuat notifikasi SIMRS,
penagihan piutang dengan pembuatan surat pernyataan hutang oleh pasien, penagihan melalui
sarana telepon, serta pembuatan laporan mingguan per ruang perawatan. Jika upaya ini diterapkan,
kedepannya periode penagihan piutang bisa dilaksanakan dengan waktu yang singkat yakni kurang
dari 30 hari dengan skor mencapai 2,25 serta meningkatkan ketersediaan kas.

Pemasalahan kinerja yang kedua yaitu aspek pelayanan yang berupa kurangnya pemeliharaan
alat medis, kurangnya SDM profesional pada pelayanan radiologi, kebijakan perpendekan waktu
rawat inap bagi pasien yang telah remisi, waktu pelayanan rehab medik yang belum optimal dan
berkurangnya SDM layanan rehab medik karena memasuki masa purna tugas. Lalu, permasalahan
terkait prosentase pelayanan komplain yang ditindaklanjuti yaitu masih banyaknya komplain
pasien atas pelayanan yang cukup lama, kurang ramahnya SDM dalam memberikan pelayaan serta
sarana pengaduan yang kurang informatif. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut yaitu peningkatan jumlah dokter spesialis radiologi, pemeliharaan alat medis
secara berkala dan tepat waktu, investasi alat kesehatan berupa CT scan, perekrutan pegawai baru
untuk mengisi jabatan SDM instalasi rehabilitasi medik, pelaksanaan program day care untuk
pasien yang telah remisi namun terhambat kebijakan perpendekan waktu rawat inap serta inovasi
penambahan waktu layanan day care. Upaya untuk meningkatkan prosentase pelayanan komplain
yang ditindaklanjuti yaitu pengadaan ruagan informatif, penyediaaan kotan saran dan penetapan
ulang standar pelayanan SDM. Dengan penerapan upaya perbaikan tersebut diharapkan di masa
depan dapat meningkatkan pertumbuhan kunjungan rehabilitasi medik, pertumbuhan pemeriksaan
radiologi dan berkurangnya pengaduan komplain atas pelayanan yang kurang maksimal. Sehingga
pada akhirnya akan menambah pendapatan dan meningkatkan mutu pelayanan RSJ Lawang.

B. Saran/Rekomendasi

Perbaikan kinerja keuangan pada indikator periode penagihan piutang mengenai masalah
tunggakan biaya perawatan pasien (kenaikan piutang) dapat dilakukan beberapa langkah yakni
pembuatan surat pernyataan hutang dengan fotokopi KTP dan nomor telepon pasien, membuat
perencanaan penagihan melalui telepon secara berkala sampai hutang tersebut jatuh tempo,
memberikan informasi kepada pasien mengenai platform pembayaran via transfer Bank atau
layanan transfer elektronik lainnya. Hal yang perlu menjadi perharian pengelola BLU adalah
pengefektifan billing system terkait informasi mengenai jumlah piutang pasien pada tempat
layanan seperti rawat jalan, IGD atau kasir serta penyampaian infromasi biaya rawat inap kepada
keluarga pasien saat besuk tentang pembiayaan yang sudah tinggi.

Perbaikan kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah dokter spesialis
radiologi, perencanaa perekrutan SDM rehabilitasi medik baru sebelum SDM lama memasuki

12
masa purna tugas serta pengefektifan program day care melalui tahapan sesi per minggu dengan
penambahan waktu pelayanan dari pagi-sore untuk pasien yang telah remisi. Lalu, pemeliharaan
alat medis diusahakan dengan mengerahkan biaya perawatan paling tidak 1% dari harga peralatan
medis tersebut demi tercapaianya peralatan medis yang baik, aman dan berfungsi pada saat
pelayaanan. Selanjutnya, untuk indikator prosentase pelayanan komplain yang ditindaklanjuti
dapat dilakukan pengadaan ruangan informatif sebagai sarana pengaduan. Hal yang perlu
diperhatikan bagi pengelola BLU yaitu optimalisasi aset yang dimiliki sehingga mampu
meningkatkan pendapatan RS yang mana pendapatan tersebut dapat dikerahkan untuk melakukan
pemeliharaan alat medis. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu mengenai pengawasan oleh
pengelola BLU terhadap kesesuaian standar pelayanan yang diberikan oleh SDM RS kepada
pasien.

C. Referensi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang

Rencana Strategi Bisnis (RSB) RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU. (n.d.). RS Jiwa Radjiman Wediodiningrat.


Retrieved from http://blu.djpbn.kemenkeu.go.id/:
http://blu.djpbn.kemenkeu.go.id/index.php?r=publication/blu/view&id=166
Firdausi, N. J. (2013). Upaya Peningkatan Kinerja Rumah Sakit Melalui Optimalisasi High
Performance Work Practices Tim Lintas Fungsi. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia
Volume 1 Nomor 1 Januari ± Maret 2013, 76-82.
Hidayah, N. (2019, Maret 5). Rekrutmen, Seleksi dan Penempatan Sumber Daya Manusia di Rumah
Sakit. Retrieved from http://nurhidayah.staff.umy.ac.id/rekrutmen-seleksi-dan-penempatan-
manajemen-sumber-daya-manusia-rumah-sakit/
Karomah, M. (2018, Januari 22). Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Yang Efektif. Retrieved
from https://maulidakaromah.wordpress.com/2018/01/22/sistem-pemeliharaan-peralatan-
kesehatan-yang-efektif/
Kementerian Kesehatan. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1014/Menkes/Sk/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2010.
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2020 tentang
Pelayanan Radiologi Klinik. Republik Indonesia.
Setyawati, N. D. (2014). Analisis Sistem Akuntansi Piutang Pasien PKMS Pada Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta. Retrieved from digilib.uns.ac.id:
https://123dok.com/document/q2n46req-analisis-akuntansi-piutang-pasien-instalasi-ortopedi-
soeharso-surakarta.html

13

Anda mungkin juga menyukai