Anda di halaman 1dari 2

Contoh Studi Kualitatif

1. Clifford Geertz, Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi

Studi ini didasarkan pada kajiannya tesis utama bahwa masyarakat jawa dilihat dari sudut
pandang pelaksanaan keagamaan dan afiliasi domisili dan okupasi terbagi ke dalam tiga varian
keagamaan yakni abangan, santri dan priyayi. Secara sederhana abangan diasosiasikan dengan
petani yang tinggal di desa- desa dengan pemahaman animistic dalam orientasi keagamaannya.
Santri didominasi kalangan pedagang yang memegang kendali pasar dan penganut ajaran Islam
yang taat. Adapun Priyayi merupakan kelompok elit kekuasaaan dan sering diasosiasikan dengan
kota dan menganut ajaran mistik dalam orientasi keagamaannya.

Geertz mencoba memahami praktik keagamaan orang jawa dan struktur masyarakat jawa
pada umumnya. Dalam memahami masyarakat Jawa juga dapat digunakan pendekatan dikotomis
konservatif dan modernen. Ia melihat seluruh varian keagamaan sebagaimana disebut di awal
juga terbagi dalam dua kelompok yang mewakili orientasi ideologisnya. Kalangan abangan
mendapat bentuk moderennya dalam organisasi Permai. Kalangan santri tentu lebih tampak lagi
rivalitasnya di mana NU di sisi konservatif sedangkan Muhammadiyah, Masyumi dan PSII di
sisi modernis. Kalangan priyayi juga tidak luput dari kecenderungan ini yakni dengan adanya
dua orientasi lama dan baru pada sekte-sekte mistik priyayi antara sebelum perang dan
sesudahnya. Dengan demikian sekte mistik yang muncul setelah perang lebih mencerminklan
orientasi modernis seperti sekte Budi Setia, Sumarah dan Kawruh Beja sedangkan sekte-sekte
mistik seperti Ilmu Sejati dan Kawruh Kasunyatan berhaluan konservatif.

2. Bahtiar Effendy, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di
Indonesia

Buku ini berangkat dari ketegangan yang terjadi sejak kolonialisme Barat abad ke-20 antara
praktik dan pemikiran politik Islam dengan negara di beberapa negara muslim di dunia. Di
Indonesia dalam hal hubungan politiknya dengan negara, sudah lama Islam mengalami jalan
buntu. Baik pemerintahan Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto memandang partai-
partai politik yang berlandaskan Islam sebagai pesaing kekuasaan yang potensial, yang dapat
merobohkan landasan negara yang nasionalis. Sementara para aktivis politik Islam memandang
negara dengan mata curiga. mereka memandang negara tengah melakukan manuver untuk
menghilangkan arti penting politik Islam dan pada saat yang sama mendukung gagasan
mengenai sebuah masyarakat politik yang sekular.

Buku ini menggunakan pendekatan historis dan hermeneutik atau interpretatif. Pertama-tama,
penulis buku ini berusaha mengungkapkan rincian historis masalah ini dan kemudian
menafsirkannya dalam kerangka teori yang digunakan dalam buku ini. Berdasarkan proposisi-
proposisi yang dikemukakan, menjadi jelas bahwa komitmen intelektual dan posisi praktis para
aktivis politik Muslim akan memaikan peran yang dominan dalam membentuk perjalanan politik
Islam di Indonesia. Maka, sejalan dengan itu, perhatian utama buku ini akan diarahkan kepada
analisis komparatif terhadap pemikiran dan praktik para intelektual Muslim baik dari generasi
yang lebih dulu maupu yang sekarang, dan bagaimana negara bereaksi terhadap pemikiran-
pemikiran mereka.

Buku ini pertama-tama mendasarkan diri pada penelitian kepustakaan, baik dari sumber
primer maupun sekunder. Sumber primernya terdiri dari karya-karya yang ditulis oleh para
intelektual Muslim dan laporan-laporan jurnalistik yang diterbitkan mengenai aktivitas politik
dan sosial mereka. Sedang sumber sekundernya mencakup berbagai publikasi ilmiah, khususnya
yang terkait dengan hubungan antara Islam dan politik (atau negara) di Indonesia.

Buku ini juga didasarkan pada wawancara dengan sejumlah tokoh intelektual Muslim dan
Kristen, pejabat negara, dan politisi, yang dilakukan pada musim panas dan musim gugur pada
tahun 1991 di Indonesia, Amerika Serikat dan Kanada. Mereka termasuk Abdurrahman Wahid,
Nurcholish Madjid, M. Dawam Rahardjo, Adi Sasono, Muawir Syadzali, Hartono Mardjono,
Ridwan Saidi, Sulastomo, M. Imaduddin Abdurrahim, Aswab Mahasin, Djohan Effendi, Deliar
Noer, Lukman Harun, Endang Saifuddin Anshari, Yusuf Amir Feisal, Jalaluddin Rakhmat,
Ichlasul Amal, M. Amien Rais, Kumtowijoyo, Yahya Muhaimin, A. Watik Pratiknya, Fuad
Amsyari, Victor Tanja.

Kesimpulan yang diperoleh dari studi ini adalah,mengingat bahwa Islam adalah sebuah
agama yang multi interpretatif, maka Islam dapat berjalan seiring dengan politik modern, dan
bisa pula sebaliknya, tergantung dari jenis Islam manakah yang diajukan untuk dianalisis.
Konsolidasi proses ini sangat tergantung pada (1) keterwakilan Muslim secara proposional dalam
lembaga politik negara dan (2) Dipertahankannya komitmen nasional bahwa Indonesia bukanlah
negara sekuler.

Anda mungkin juga menyukai