ABSTRACT
This study was conducted in order to know whether the accounting inventory which includes recording,
assessment, recognition and presentation of merchandise inventory on Toko Cerose Home Pekanbaru complies
or not with the Accounting Theory generally accepted. In this study the method used is descriptive analysis that
is by collecting data that has been collected and then compare with the theory so that taken a conclusion to be
given suggestions required. Data collection techniques used are literature study, interviews, and documentation.
Based on the results of the overall research regarding inventory accounting which includes recording,
assessment, recognition and presentation of merchandise inventory at the Toko Cerose Home Pekanbaru still
there is a discrepancy in recording payload purchases, determine the cost of inventory, assessment items
damaged and lost, and the presentation of the inventory on financial statements
Keywords: inventory accounting, recording, valuation, recognition, and presentation of merchandise inventory
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui akuntansi persediaan yang meliputi pencatatan, penilaian,
pengakuan, serta penyajian persediaan barang dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru telah sesuai atau tidak
dengan Teori Akuntansi yang berlaku umum. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis
deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data yang telah dikumpulkan kemudian membandingkan dengan
teori sehingga diambil suatu kesimpulan untuk diberikan saran yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan
mengenai akuntansi persediaan yang meliputi pencatatan, penilaian, pengakuan, serta penyajian persediaan
barang dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru masih terdapat ketidaksesuaian pada pencatatan beban
angkut pembelian, menentukan harga pokok persediaan, penilaian barang rusak dan hilang, dan penyajian
persediaan pada laporan keuangan
Kata Kunci:akuntansi persediaan, pencatatan, penilaian, pengakuan, dan penyajian persediaan barang dagang
Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 162
PENDAHULUAN
Sejauh ini perkembangan dunia usaha semakin pesat, oleh karena itu mengalami persaingan yang cukup ketat.
Persaingan tersebut disebabkan oleh kemajuan teknologi yang sangat pesat. Persaingan yang semakin ketat ini
mengharuskan perusahaan untuk mengelola semua sumber daya yang dimilikinya seoptimal mungkin agar
perusahaan dapat menghasilkan dan menawarkan produk yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen. Oleh
karena itu perusahaan terus dituntut untuk dapat meningkatkan seluruh aktivitasnya agar mampu bersaing dalam
mempertahankan hidup suatu perusahaan, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.
Jenis perusahaan seperti perusahaan dagang, maupun manufaktur membutuhkan persediaan. Persediaan
merupakan salah satu asset yang jumlahnya relatif besar dari aktiva lancar atau bahkan dari seluruh aktiva
perusahaan. Peranan persediaan pada perusahaan sangat penting untuk memenuhi permintaan konsumen
sehingga tercipta transaksi jual beli yang pada akhirnya merupakan sumber pendapatan operasional perusahaan.
Perusahaan dagang adalah suatu perusahaan yang kegiatannya melakukan pembelian barang dagang
untuk dijual kembali tanpa mengubah bentuknya. Apabila terjadi pengolahan produk maka pengolahan itu
biasanya terbatas pada pengepakan atau pengemasan supaya barang tersebut lebih menarik dan dapat dijual
kembali.
Disamping itu, transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang merupakan aktivitas yang sering
terjadi. Oleh karena itu, persediaan memerlukan pencatatan, penilaian, pengakuan, penyajian persediaan pada
laporan keuangan, agar tidak terjadi kekurangan persediaan yang dapat mengakibatkan aktivitas perusahaan
tersebut terganggu. Sehingga diperlukan pencatatan dan penilaian secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang disajikan dineraca maupun dilaporan laba rugi.
Persediaan barang dagang yang tercantum pada neraca mencerminkan nilai barang dagang pada akhir periode
akuntansi. Sedangkan dalam laporan laba rugi, persediaan barang dagang muncul dalam harga pokok penjualan.
Dalam akuntansi persediaan mencakup harga pokok persediaan, sistem pencatatan persediaan, metode
penilaian persediaan dan penyajian persediaan dalam laporan keuangan. Kesalahan dalam penentuan harga
pokok persediaan, pencatatan dan penilaian persediaan akan mempengaruhi besarnya nilai aktiva yang disajikan
dineraca serta besarnya harga pokok penjualan dalam perhitungan laba rugi, baik pada periode berjalan atau pada
periode berikutnya.
Secara teori ada dua syarat pengiriman barang yaitu FOB (Free On Board) Shipping Point dan FOB
Destination Point. Apabila barang-barang dikirm FOB Shipping point, maka hak atas barang yang dikirim
berpindah kepada pembeli ketika barang-barang tersebut keluar dari gudang penjual atau diserahkan kepada
pengangkutan, dan pada saat itu pihak penjual akan mencatat penjualan dan mengurangi persediaannya,
sedangkan pihak pembeli akan mencatat sebagai pembelian dan menambah persediaanya, sedangkan jika syarat
pembeliannya adalah FOB Destination Point, maka hak atas barang baru berpindah setelah barang diterima oleh
pembeli.
Toko Cerose Home merupakan sebuah toko yang bergerak dalam bidang perdagangan/jual beli pernak-
pernik rumah(Accessories), barang pecah belah (piring,sendok makan,Tea Set), Quilting, dan Bed Cover. Sistem
pencatatan persediaan barang dagangan yang dilakukan oleh Toko Cerose Home menggunakan sistem periodik
dengan metode FIFO. Pembelian barang dagangan dari supplier pada umumnya dengan syarat FOB Shipping
Point. Permasalahan yang terjadi di Toko Cerose Home adanya ketidaksesuaian terhadap stock opname, karena
adanya beberapa barang dagang yang rusak dan hilang. Kerusakan dan kehilangan barang dagangan ini tidak
diakui oleh perusahaan sebagai kerugian perusahaan.
Dari tabel diatas tersebut dapat dilihat bahwa total persediaan senilai Rp 55.650.000. Dimana ada 120
unit barang rusak sebesar Rp. 12.000.000, sedangkan untuk barang yang hilang 15 unit dengan total sebesar Rp.
1.500.000, yang akan berimbas pada kerugian perusahaan.
Permasalahan selanjutnya yaitu dalam pencatatan harga pokok persediaan seringkali ditemukan
kesalahan karena perusahaan memasukkan beban angkut pembelian kedalam beban operasional, misalnya beban
pengangkutan yang timbul sebagai akibat dari pengiriman barang tersebut ke perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Akuntansi Persediaan
Barang Dagang Pada Toko Cerose Home Pekanbaru”.
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui
Pencatatan Persediaan pada Toko Cerose Home sudah sesuai dengan Teori Akuntansi yang berlaku umum. (2)
Untuk mengetahui Penilaian Persediaan pada Toko Cerose Home sudah sesuai dengan Teori Akuntansi yang
berlaku umum. (3) Untuk mengetahui Pengakuan Persediaan pada Toko Cerose Home sudah sesuai dengan Teori
Akuntansi yang berlaku umum. (4) Untuk mengetahui Penyajian Persediaan pada Toko Cerose Home sudah
sesuai dengan Teori Akuntansi yang berlaku umum.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Soemarso (2009:13)akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi
ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut.
Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah, maupun perusahaan besar, persediaan
sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan
yang dimilikinya. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak boleh
terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut.Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2017:14.2) Persediaan adalah aset : (a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa (b)
Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut atau (c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Kesimpulannya adalah bahwa persediaan merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu
dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala
kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun adanya masalah lain. Masalah penentuan
besarnya persediaan sangatlah penting bagi perusahaan, karena persediaan memiliki efek langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi (yang ditanamkan) dalam persediaan
akan menekan keuntungan perusahaan.
Penggolongan Persediaan
Menurut Mulyadi (2008:553)mengemukakan bahwa dalam perusahaan dagang persediaan hanya terdiri dari satu
golongan yaitu barang dagangan, yang merupakan barang yang dibeli untuk tujuan dijual kembali.
Persediaan mempunyai fungsi ganda, dimana nilai persediaan akhir disajikan dalam neraca, dan nilai
persediaan juga menjadi salah satu komponen dalam menghitung harga pokok penjualan sehingga akan
berpengaruh pula pada laporan laba rugi perusahaan.
Fungsi Persediaan
Menurut Rangkuti (2008:15) terdapat 3 fungsi persediaan adalah sebagai berikut: (1) Fungsi Batch Stock atau Lot
Size Inventory, Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian,biaya
pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan
pembelian dan kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya
sewa gudang, investasi, resiko dan sebagainya). (2) Fungsi Decoupling, Persediaan yang memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. (3) Fungsi Anticipation,
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan
pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman ( Season Inventories). Disamping itu,
perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-barang
selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan
pengaman ( Safety Stock/Invetories ).
Adanya saling keterkaitan antara persediaan yang ada di neraca dan perhitungan laba rugi, bahkan
antara pos persediaan yang ada pada tahun berjalan, tahun sebelumnya dan tahun yang akan dating, maka jelas
bagi kita bahwa kesalahan dalam perhitungan nilai persediaan tidak saja akan mempengaruhi perhitungan laba
rugi dan neraca tahun berjalan tetapi juga neraca dan perhitungan laba rugi tahun sebelumnya serta tahun yang
akan datang.
Akuntansi Persediaan
Menurut Soemarso (2009:41) ada beberapa hal yang penting dan perlu dibahas dalam akuntansi persediaan, ada
dua syarat yang dilakukan penjual untuk menyerahkan barang kepada pembeli, yaitu (a) FOB Shipping Point
(franco gudang penjual)Artinya beban angkut barang sejak dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli
menjadi tanggung jawab pembeli. Sehingga syarat ini akan menimbulkan beban angkut pembelian artinya beban
angkut yang timbul akibat pembelian barang dagangan dari penjual. (b) FOB Destination Point (franco gudang
pembeli)Artinya beban angkut barang sejak dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli menjadi
tanggung jawab penjual. Sehingga syarat ini akan menimbulkan beban angkut penjualan artinya beban angkut
yang timbul akibat penjualan barang dagangan kepada pembeli.
Syarat Pembayaran Barang, yaitu (a) Potongan Tunai (cash discount) adalah potongan yang diberikan
oleh penjual kepada pembeli sehubungan dengan pembayaran yang dilakukan memenuhi syarat potongan tunai
yang telah ditetapkan. Sedangkan jangka waktu kredit adalah tenggang waktu yang diberikan oleh penjual
Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 164
kepada pembeli untuk melakukan pembayaran.Potongan dan jangka waktu kredit harus dalam faktur, misalnya
2/10,n/30 artimya pembeli akan menerima potongan 2% apabila pembayaran dilakukan paling lambat 10 hari
setelah tanggal transaksi. Sedangkan jangka waktu kredit normal (n) yang diberikan adalah 30 hari. (b) Potongan
KuantitasPotongan kuantitas (quantity discount) adalah potongan yang diberikan apabila jumlah barang yang
dibeli memenuhi syarat dalam potongan kuantitas. Jadi dalam hal ini apabila semakin besar jumlah pembelian,
semakin rendah harga satuannya.
Selain syarat diatas, masih ada kesepakatan pembeli dan penjual yang merupakan syarat pembayaran, yaitu End
Of Month (EOM), yang dibedakan menjadi : (1) Syarat pembayaran EOM, artinya harga netto faktur harus
dilunasi paling lambat pada akhir bulan penjualan. Dalam hal ini, pihak penjual tidak memberi potongan kepada
pembeli. Tanggal 5 April 2012 dilakukan pembelian barang dagangan seharga Rp. 100.000,00 dengan syarat
EOM. Ini berarti, pembeli harus melunasi harga netto faktur paling lambat 30 April 2012 tanpa mendapat
potongan. (2) Syarat pembayaran n/5, EOM, artinya harga netto faktur harus dilunasi paling lambat 5 hari setelah
akhir bulan tanpa mendapat potongan. Tanggal 11 Mei 2012 dilakukan pembelian barang dagangan seharga Rp.
300.000,00 dengan syarat n/5, EOM. Ini berarti, pembeli harus melunasi harga faktur selambat-lambatnya 5 Juni
2012 tanpa mendapat potongan.
Tabel 2.Tabel Perbedaan Sistem Pencatatan Periodik Dan Sistem Pencatatan Prepetual
No Transaksi Sistem Periodik Sistem Prepetual
1 Pada saat Pembelian xxx Persediaan Barang Dagang xxx
pembelian Kas/Hutang Dagang xxx Kas/Hutang dagang xxx
barang
dagang
2 Pada saat Kas/Hutang Dagang xxx Kas/Hutang Dagang xxx
retur Retur Pembelian xxx Persediaan Barang Dagang xxx
pembelian
barang
dagang
3 Pada saat Kas/Piutang Dagang xxx Kas/Piutang Dagang xxx
terjadi Penjualan xxx Penjualan xxx
penjualan
barang
dagang
Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 166
dijual. (2) Metode laba bruto ( Gross Profit Method)Penaksiran dengan metode laba kotor di dasarkan pada
hubungan yang diasumsikan antara laba kotor dan penjualan. Persentase laba kotor dikalikan dengan penjualan
guna menentukan harga pokok penjualan tersebut dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk
dijual guna memperoleh saldo persediaan taksiran.Laba kotor dinyatakan dalam persentase, dimana persentase
laba kotor dapat dihitung dengan cara lain : (a) Persentase laba kotor dari penjualan (b) Persentase laba kotor dari
harga pokokMetode laba kotor ini digunakan untuk menaksir besarnya jumlah atau nilai akhir dalam hal : (1)
Persediaan diperlakukan untuk laporan intern atau untuk menentukan posisi persediaan seetiap minggu atau
setiap bulan dan begitu besarnya biaya untuk melakukan stock opname terhadap persediaan. (2) Persediaan telah
rusak atau musnah terbakar, kecurian atau penyebab lainnya dan data tertentu yang diperlakukan untuk menilai
persediaan yang dihitung dengan cara lain yang dikenal dengan pengujian laba kotor.
Perbedaan metode laba bruto dengan metode eceran adalah metode laba bruto didasarkan pada laporan
keuangan tahun lalu dan yang di perbandingkan adalah laba bruto terhadap penjualan. Sedangkan metode eceran
didasarkan harga pokok dan harga jual aktual selama periode dan yang diperbandingkan adalah harga pokok
terhadap harga.
Pengakuan Persediaan
Pengakuan persediaan dalam sistem periodik, tidak mencatat mutasi yang terjadi pada persediaan yang
dimilikinya pada perkiraan persediaan. Pada saat pembelian barang dagang dalam sistem periodik mencatat
pembelian barang dalam perkiraan pembelian , tidak dalam perkiraan persediaan. Akibatnya pada akhir periode
perusahaan harus melakukan perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimilikinya
pada saat itu. Jumlah persediaan tersebut nantinya akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga
pokok pembelian.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Toko Cerose Home Pekanbaru yang beralamat di Jl.Soekarno Hatta, Komplek Mall SKA
Blok E No.58-59. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni 2017 sampai dengan Januari 2018. Berdasarkan jenis
dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Data primer berupa
keterangan yang diperoleh langsung dari pihak perusahaan yang menyangkut data dan objek penelitian yang
berkaitan dengan persediaan. (2) Data SekunderUntuk data sekunder berupa laporan-laporan yang dihasilkan
perusahaan seperti laporan keuangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian.Teknik
pengumpulan data penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Studi Pustaka. (2)
Wawancara. (3) Dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan Metode DeskriptifAnalisis ini
bermaksud untuk menjelaskan situasi yang menjumpai dan kemudian membandingkan data yang telah
dikumpulkan dengan teori relevan yang dapat mendukung permasalahan dalam penelitian ini, sehingga diperoleh
suatu kesimpulan.
Pemilik (Owner)
Accounting Kasir/SPG
Secara umum tugas dan fungsi organisasi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : (a)
Pemilik (owner), merupakan pemilik dimana tugasnya bertanggung jawab sebagai pemegang kendali perusahaan
dan dalam pengembilan keputusan harus disetujui oleh pemilik perusahaan. (b) Bagian keuangan terdiri dari
accounting, yang bertanggung jawab untuk membukukan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran serta
membuat laporan keuangan perusahaan perbulan maupun tahunan. (c) Bagian penjualan bertanggung jawab
untuk mencatat setiap transaksi penjualan yang terjadi dalam perusahaan, melakukan penyusunan rencana
penjualan, serta menganalisa laporan penjualan dan mengadakan evaluasi. (d) Kasir, bertanggung jawab atas
penerimaan dan pengeluaran kas. (e) Bagian gudang, bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan
pembelian sesuai dengan posisi persediaan yang ada digudang, untuk menyimpan barang yang telah diterima,
memeriksa serta mengeluarkan barang apabila telah menerima perintah surat permintaan barang untuk penjualan
yang telah dipesan.
Deskripsi Hasil
Jika sebelumnya telah diuraikan secara teoritis mengenai akuntansi persediaan berikut permasalahannya yang
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan, maka pada bab ini akan menjelaskan mengenai akuntansi persediaan
yang diterapkan pada Toko Cerose Home Pekanbaru.
Debet Kredit
03 Des 2016 Pembelian Rp 70.000.000
Biaya Umum Perusahaan Rp 1.200.000
Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 168
Kas Rp 71.200.000
Untuk klasifikasi biaya dalam jurnal transaksi diatas kurang tepat pencatatannya dengan konsep
akuntansi pada umumnya, karena biaya umum perusahaan seharusnya dijadikan sebagai biaya angkut pembelian,
bukan dicatat sebagai biaya umum perusahaan. Sehingaa dalam penyusunan laporan laba rugi biaya umum
perusahaan tersebut dijadikan sebagai penambah kedalam kelompok biaya operasional perusahaan. Seharusnya
dalam penyusunan laporan laba rugi, posisi biaya umum perusahaan tersebut dimasukkan kedalam harga pokok
penjualan dengan mencatat sebagai biaya angkut pembelian bukan biaya umum perusahaan. Seharusnya
perusahaan membuat jurnal transaksi sebagai berikut:
Debet Kredit
03 Des 2016 Pembelian Rp 70.000.000
Biaya Angkut Pembelian Rp 1.200.000
Kas Rp 71.200.000
Maka dapat disimpulkan bahwa pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut belum melakukan
pencatatan dengan benar sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum, yaitu biaya angkut yang
menjadi beban perusahaan dicatat sebagai beban umum perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari perincian biaya
usaha yang terlampir dimana ada termasuk biaya angkut pembelian. Biaya angkut yang termasuk biaya
operasional adalah sebesar Rp 1.200.000,- jumlah tersebut setelah dilakukan analisis dari pencatatan yang dibuat
berasal dari biaya pengangkutan untuk pengadaan barang dagang. Dari pengamatan, biaya-biaya ini terjadi pada
saat membeli barang dagang da nada kaitannya dengan kegiatan membeli barang dagangan, maka biaya ini lebih
tepat menjadi komponen harga pokokDengan demikian perusahaan perlu melakukan koreksi perkiraan tersebut
dengan jurnal sebagai berikut:
Debet Kredit
31 Des 2016 Beban Angkut Pembelian Rp 1.200.000
Beban Umum Perusahaan Rp 1.200.000
Dapat disimpulkan bahwa pencatatan yang dilakukan oleh Toko Cerose Home sudah sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum.
Dapat disimpulkan bahwa pencatatan yang dilakukan oleh Toko Cerose Home sudah sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum.
Dapat disimpulkan bahwa pencatatan yang dilakukan oleh Toko Cerose Home sudah sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum.
Pengakuan Persediaan
Pada saat pembelian barang dagang perusahaan mencatat pada perkiraan pembelian, tidak dalam akun persediaan.
Beban-beban yang terkait pada pembelian dicatat terpisah seperti : ongkos angkut pembelian. Pengakuan
membutuhkan konsep untuk menentukan kapan dan bagaimana transaksi keuangan dapat diakui sebagai unsur
dalam laporan keuangan.
Penilaian Persediaan
Setiap jenis persediaan perlu dinilai untuk memudahkan dalam penentuan nilai persediaan akhir setiap waktu
yang akan dicantumkan dalam laporan keuangan. Informasi yang diperlukan biasanya dalam satuan uang
(rupiah). Nilai persediaan yang tercantum dalam neraca dan laporan laba rugi sangat tergantung pada metode
penilaian yang digunakan. Berdasarkan kegiatan usaha Toko Cerose Home maka penilaian persediaan
menggunakan metode FIFO.
Untuk kerusakan dan kehilangan barang yang ada digudang, Toko Cerose Home belum mengakui
sebagai kerugian perusahaan, permasalahan yang menyangkut dengan penilaian persediaan pada perusahaan
adalah nilai persediaan barang tidak sesuai dengan stock opname, karena diantaranya termasuk beberapa barang
dagang yang rusak, baik rusak berat dan rusak ringan dan barang dagang yang hilang. Menurut konsep akuntansi,
Dalam sistem persediaan periodik/fisik, buku besar persediaan yang terpisah tidak dibuat selama tahun berjalan.
Bahkan, pembelian persediaan dicatat dalam akun pembelian. Hasilnya, kehilangan dan kerusakan persediaan
tidak dapat langsung ditentukan, tetapi dimasukkan secara tidak langsung dalam beban pokok penjualan yang
dihitung hal ini dilakukan pada akhir tahun saat akun persediaan meningkat atau menurun terhadap persediaan
fisik akhir, kekurangan utama dari sistem persediaan periodik adalah jumlah kehilangan dan kerusakan
persediaan tidak ditentukan secara terpisah. Jumlah stock opname barang dagangan akan diperhitungkan pada
saat menyusun laporan laba rugi perusahaan ( perusahaan barang dagang dengan menggunakan metode periodik)
yakni persediaan akhir sebagai pengurangan harga pokok penjualan. Jika barang dagang yang dibeli ternyata
rusak, maka langkah awal tentunya akan dikembalikan kepada supplier.
PENUTUP
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai akuntansi
persediaan pada Toko Cerose Home Pekanbaru yang dapat memberikan manfaat sebagai bahan pertimbangan
bagi perusahaan.(1) Dalam menentukan harga pokok (perolehan) persediaan perusahaan tidak memasukkan
biaya angkut pembelian kedalam harga pokok persediaan, melainkan sebagai biaya operasi perusahaan, dengan
demikian penentuan harga pokok persediaan ini tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. (2) Sistem
pencatatan persediaan yang dilakukan di Toko Cerose Home Pekanbaru merupakan pencatatan dengan sistem
periodik. Pada pelaksanaannya terdapat perbedaan antara nilai persediaan dengan stock opname, namum tidak
dilakukan penyesuaian sehingga nilai yang disajikan pada laporan keuangan menjadi tidak wajar dan tidak sesuai
dengan standar akuntansi keuangan, tetapi untuk pencatatan jurnal penjualan, retur pembelian, dan retur
penjualan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. (3) Ongkos angkut barang yang
dibeli dari supplier dicatat sebagai beban umum perusahaan. Dengan demikian beban dilaporkan terlalu tinggi
pada akhir periode bersangkutan, dan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. (4) Penyajian persediaan
dalam laporan keuangan tidak disajikan sebesar nilai realisasi bersih dan diantaranya termasuk beberapa barang
dagangan yang rusak dan hilang. Hal ini tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. (5) Persediaan barang
dagang yang dimiliki perusahaan disajikan dalam laporan keuangan yaitu pada neraca dan laporan laba rugi.
Dalam neraca pada umumnya perkiraan persediaan dikelompokkan dalam aktiva lancar yang urutannya setelah
perkiraan kas,bank,dan piutang. Dalam hal ini perusahaan menempatkan persediaan dalam neraca sudah tepat
sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka dapat diberikan saran bagi toko cerose home
pekanbaru sebagai berikut : (1) Berdasarkan kesimpulan diatas maka sebaiknya Toko Cerose Home memperbaiki
akuntansi persediaan barang dagangnya seperti membuat jurnal koreksi dari transaksi yang seharusnya terjadi
pada bulan yang akan datang agar sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. (2) Ongkos angkut
yang dibeli dari supplier seharusnya dicatat sebagai penambahan harga perolehan persediaan bukan sebagai
biaya umum perusahaan karena biaya ini lebih tepat menjadi komponen harga pokok seperti halnya beban biaya
angkut barang masuk. (3) Jika persediaan ada rusak atau hilang sebaiknya dilakukan penyesuaian terhadap
Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 170
persediaan yang rusak dan hilang. (4) Dalam laporan keuangan persediaan seharusnya disajikan sebesar nilai
realisasi bersih, sehingga nilai persediaan tidak diakui terlalu tinggi agar sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku. (5) Agar penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk
meneliti permasalahan yang sama.
DAFTAR RUJUKAN
Ikatan Akuntan Indonesia, 2017, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta
Mulyadi, 2008, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Rangkuti, Freddy, 2008, Manajemen Persediaan, Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Parsada
Soemarso S.R, 2009, Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 1 Edisi 5, Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Syakur, 2009, Intermediate Accounting, Jakarta: Av Publisher
Warren, Reeve, Fees, 2006, Accounting Pengantar Akuntansi, Buku 1, Edisi 21, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta