Anda di halaman 1dari 10

161 ISSN 2549-5704

ACCOUNTING ANALYSIS OF MERCHANDISE INVENTORY AT CEROSE HOME PEKANBARU


STORE

Suharti dan Ricky Fong


Program Studi Strata-I (S1) Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Indonesia
Jalan Jend. A. Yani No. 78-88 No. Telp. (0761) 24418 Pekanbaru 28127
Email:tictuc_aura@yahoo.co.id dan Rickyfong65@yahoo.co.id

ABSTRACT
This study was conducted in order to know whether the accounting inventory which includes recording,
assessment, recognition and presentation of merchandise inventory on Toko Cerose Home Pekanbaru complies
or not with the Accounting Theory generally accepted. In this study the method used is descriptive analysis that
is by collecting data that has been collected and then compare with the theory so that taken a conclusion to be
given suggestions required. Data collection techniques used are literature study, interviews, and documentation.
Based on the results of the overall research regarding inventory accounting which includes recording,
assessment, recognition and presentation of merchandise inventory at the Toko Cerose Home Pekanbaru still
there is a discrepancy in recording payload purchases, determine the cost of inventory, assessment items
damaged and lost, and the presentation of the inventory on financial statements

Keywords: inventory accounting, recording, valuation, recognition, and presentation of merchandise inventory

ANALISIS AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA TOKO CEROSE HOME


PEKANBARU

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui akuntansi persediaan yang meliputi pencatatan, penilaian,
pengakuan, serta penyajian persediaan barang dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru telah sesuai atau tidak
dengan Teori Akuntansi yang berlaku umum. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis
deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data yang telah dikumpulkan kemudian membandingkan dengan
teori sehingga diambil suatu kesimpulan untuk diberikan saran yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan
mengenai akuntansi persediaan yang meliputi pencatatan, penilaian, pengakuan, serta penyajian persediaan
barang dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru masih terdapat ketidaksesuaian pada pencatatan beban
angkut pembelian, menentukan harga pokok persediaan, penilaian barang rusak dan hilang, dan penyajian
persediaan pada laporan keuangan
Kata Kunci:akuntansi persediaan, pencatatan, penilaian, pengakuan, dan penyajian persediaan barang dagang

Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 162

PENDAHULUAN
Sejauh ini perkembangan dunia usaha semakin pesat, oleh karena itu mengalami persaingan yang cukup ketat.
Persaingan tersebut disebabkan oleh kemajuan teknologi yang sangat pesat. Persaingan yang semakin ketat ini
mengharuskan perusahaan untuk mengelola semua sumber daya yang dimilikinya seoptimal mungkin agar
perusahaan dapat menghasilkan dan menawarkan produk yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen. Oleh
karena itu perusahaan terus dituntut untuk dapat meningkatkan seluruh aktivitasnya agar mampu bersaing dalam
mempertahankan hidup suatu perusahaan, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.
Jenis perusahaan seperti perusahaan dagang, maupun manufaktur membutuhkan persediaan. Persediaan
merupakan salah satu asset yang jumlahnya relatif besar dari aktiva lancar atau bahkan dari seluruh aktiva
perusahaan. Peranan persediaan pada perusahaan sangat penting untuk memenuhi permintaan konsumen
sehingga tercipta transaksi jual beli yang pada akhirnya merupakan sumber pendapatan operasional perusahaan.
Perusahaan dagang adalah suatu perusahaan yang kegiatannya melakukan pembelian barang dagang
untuk dijual kembali tanpa mengubah bentuknya. Apabila terjadi pengolahan produk maka pengolahan itu
biasanya terbatas pada pengepakan atau pengemasan supaya barang tersebut lebih menarik dan dapat dijual
kembali.
Disamping itu, transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang merupakan aktivitas yang sering
terjadi. Oleh karena itu, persediaan memerlukan pencatatan, penilaian, pengakuan, penyajian persediaan pada
laporan keuangan, agar tidak terjadi kekurangan persediaan yang dapat mengakibatkan aktivitas perusahaan
tersebut terganggu. Sehingga diperlukan pencatatan dan penilaian secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang disajikan dineraca maupun dilaporan laba rugi.
Persediaan barang dagang yang tercantum pada neraca mencerminkan nilai barang dagang pada akhir periode
akuntansi. Sedangkan dalam laporan laba rugi, persediaan barang dagang muncul dalam harga pokok penjualan.
Dalam akuntansi persediaan mencakup harga pokok persediaan, sistem pencatatan persediaan, metode
penilaian persediaan dan penyajian persediaan dalam laporan keuangan. Kesalahan dalam penentuan harga
pokok persediaan, pencatatan dan penilaian persediaan akan mempengaruhi besarnya nilai aktiva yang disajikan
dineraca serta besarnya harga pokok penjualan dalam perhitungan laba rugi, baik pada periode berjalan atau pada
periode berikutnya.
Secara teori ada dua syarat pengiriman barang yaitu FOB (Free On Board) Shipping Point dan FOB
Destination Point. Apabila barang-barang dikirm FOB Shipping point, maka hak atas barang yang dikirim
berpindah kepada pembeli ketika barang-barang tersebut keluar dari gudang penjual atau diserahkan kepada
pengangkutan, dan pada saat itu pihak penjual akan mencatat penjualan dan mengurangi persediaannya,
sedangkan pihak pembeli akan mencatat sebagai pembelian dan menambah persediaanya, sedangkan jika syarat
pembeliannya adalah FOB Destination Point, maka hak atas barang baru berpindah setelah barang diterima oleh
pembeli.
Toko Cerose Home merupakan sebuah toko yang bergerak dalam bidang perdagangan/jual beli pernak-
pernik rumah(Accessories), barang pecah belah (piring,sendok makan,Tea Set), Quilting, dan Bed Cover. Sistem
pencatatan persediaan barang dagangan yang dilakukan oleh Toko Cerose Home menggunakan sistem periodik
dengan metode FIFO. Pembelian barang dagangan dari supplier pada umumnya dengan syarat FOB Shipping
Point. Permasalahan yang terjadi di Toko Cerose Home adanya ketidaksesuaian terhadap stock opname, karena
adanya beberapa barang dagang yang rusak dan hilang. Kerusakan dan kehilangan barang dagangan ini tidak
diakui oleh perusahaan sebagai kerugian perusahaan.

Tabel 1. Kondisi Persediaan di Toko Cerose Home


Total Barang Total Barang Total
Persediaan Rusak Hilang
Rp 55.650.000 120 unit Rp 12.000.000 15 unit Rp 1.500.000
Sumber : Toko Cerose Home

Dari tabel diatas tersebut dapat dilihat bahwa total persediaan senilai Rp 55.650.000. Dimana ada 120
unit barang rusak sebesar Rp. 12.000.000, sedangkan untuk barang yang hilang 15 unit dengan total sebesar Rp.
1.500.000, yang akan berimbas pada kerugian perusahaan.
Permasalahan selanjutnya yaitu dalam pencatatan harga pokok persediaan seringkali ditemukan
kesalahan karena perusahaan memasukkan beban angkut pembelian kedalam beban operasional, misalnya beban
pengangkutan yang timbul sebagai akibat dari pengiriman barang tersebut ke perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Akuntansi Persediaan
Barang Dagang Pada Toko Cerose Home Pekanbaru”.
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui
Pencatatan Persediaan pada Toko Cerose Home sudah sesuai dengan Teori Akuntansi yang berlaku umum. (2)
Untuk mengetahui Penilaian Persediaan pada Toko Cerose Home sudah sesuai dengan Teori Akuntansi yang

BILANCIA Vol. 2 No. 2, Juni 2018


163 ISSN 2549-5704

berlaku umum. (3) Untuk mengetahui Pengakuan Persediaan pada Toko Cerose Home sudah sesuai dengan Teori
Akuntansi yang berlaku umum. (4) Untuk mengetahui Penyajian Persediaan pada Toko Cerose Home sudah
sesuai dengan Teori Akuntansi yang berlaku umum.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Soemarso (2009:13)akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi
ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut.
Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah, maupun perusahaan besar, persediaan
sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan
yang dimilikinya. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak boleh
terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut.Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2017:14.2) Persediaan adalah aset : (a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa (b)
Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut atau (c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Kesimpulannya adalah bahwa persediaan merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu
dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala
kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun adanya masalah lain. Masalah penentuan
besarnya persediaan sangatlah penting bagi perusahaan, karena persediaan memiliki efek langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi (yang ditanamkan) dalam persediaan
akan menekan keuntungan perusahaan.

Penggolongan Persediaan
Menurut Mulyadi (2008:553)mengemukakan bahwa dalam perusahaan dagang persediaan hanya terdiri dari satu
golongan yaitu barang dagangan, yang merupakan barang yang dibeli untuk tujuan dijual kembali.
Persediaan mempunyai fungsi ganda, dimana nilai persediaan akhir disajikan dalam neraca, dan nilai
persediaan juga menjadi salah satu komponen dalam menghitung harga pokok penjualan sehingga akan
berpengaruh pula pada laporan laba rugi perusahaan.

Fungsi Persediaan
Menurut Rangkuti (2008:15) terdapat 3 fungsi persediaan adalah sebagai berikut: (1) Fungsi Batch Stock atau Lot
Size Inventory, Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian,biaya
pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan
pembelian dan kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya
sewa gudang, investasi, resiko dan sebagainya). (2) Fungsi Decoupling, Persediaan yang memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. (3) Fungsi Anticipation,
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan
pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman ( Season Inventories). Disamping itu,
perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-barang
selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan
pengaman ( Safety Stock/Invetories ).
Adanya saling keterkaitan antara persediaan yang ada di neraca dan perhitungan laba rugi, bahkan
antara pos persediaan yang ada pada tahun berjalan, tahun sebelumnya dan tahun yang akan dating, maka jelas
bagi kita bahwa kesalahan dalam perhitungan nilai persediaan tidak saja akan mempengaruhi perhitungan laba
rugi dan neraca tahun berjalan tetapi juga neraca dan perhitungan laba rugi tahun sebelumnya serta tahun yang
akan datang.

Akuntansi Persediaan
Menurut Soemarso (2009:41) ada beberapa hal yang penting dan perlu dibahas dalam akuntansi persediaan, ada
dua syarat yang dilakukan penjual untuk menyerahkan barang kepada pembeli, yaitu (a) FOB Shipping Point
(franco gudang penjual)Artinya beban angkut barang sejak dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli
menjadi tanggung jawab pembeli. Sehingga syarat ini akan menimbulkan beban angkut pembelian artinya beban
angkut yang timbul akibat pembelian barang dagangan dari penjual. (b) FOB Destination Point (franco gudang
pembeli)Artinya beban angkut barang sejak dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli menjadi
tanggung jawab penjual. Sehingga syarat ini akan menimbulkan beban angkut penjualan artinya beban angkut
yang timbul akibat penjualan barang dagangan kepada pembeli.
Syarat Pembayaran Barang, yaitu (a) Potongan Tunai (cash discount) adalah potongan yang diberikan
oleh penjual kepada pembeli sehubungan dengan pembayaran yang dilakukan memenuhi syarat potongan tunai
yang telah ditetapkan. Sedangkan jangka waktu kredit adalah tenggang waktu yang diberikan oleh penjual

Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 164

kepada pembeli untuk melakukan pembayaran.Potongan dan jangka waktu kredit harus dalam faktur, misalnya
2/10,n/30 artimya pembeli akan menerima potongan 2% apabila pembayaran dilakukan paling lambat 10 hari
setelah tanggal transaksi. Sedangkan jangka waktu kredit normal (n) yang diberikan adalah 30 hari. (b) Potongan
KuantitasPotongan kuantitas (quantity discount) adalah potongan yang diberikan apabila jumlah barang yang
dibeli memenuhi syarat dalam potongan kuantitas. Jadi dalam hal ini apabila semakin besar jumlah pembelian,
semakin rendah harga satuannya.
Selain syarat diatas, masih ada kesepakatan pembeli dan penjual yang merupakan syarat pembayaran, yaitu End
Of Month (EOM), yang dibedakan menjadi : (1) Syarat pembayaran EOM, artinya harga netto faktur harus
dilunasi paling lambat pada akhir bulan penjualan. Dalam hal ini, pihak penjual tidak memberi potongan kepada
pembeli. Tanggal 5 April 2012 dilakukan pembelian barang dagangan seharga Rp. 100.000,00 dengan syarat
EOM. Ini berarti, pembeli harus melunasi harga netto faktur paling lambat 30 April 2012 tanpa mendapat
potongan. (2) Syarat pembayaran n/5, EOM, artinya harga netto faktur harus dilunasi paling lambat 5 hari setelah
akhir bulan tanpa mendapat potongan. Tanggal 11 Mei 2012 dilakukan pembelian barang dagangan seharga Rp.
300.000,00 dengan syarat n/5, EOM. Ini berarti, pembeli harus melunasi harga faktur selambat-lambatnya 5 Juni
2012 tanpa mendapat potongan.

Sistem Pencatatan Persediaan


Dalam sebuah perusahaan, pencatatan persediaan sangat penting peranannya untuk memberi informasi pada
manajemen tentang jumlah dan nilai persediaan akhir periode atau pada waktu tertentu.
Informasi tersebut akan digunakan pihak akuntan untuk menyusun perhitungan laba rugi dan neraca.
Bagi manajer informasi tersebut akan dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengambilan keputusan, misalnya
bagi manajer pembelian dalam mengambil keputusan apakah akan melakukan pemesanan lagi terhadap barang
tertentu, bila ternyata informasi persediaan salah, misalkan jumlah persediaan akhir periode yang dicatat masih
banyak sementara fisiknya ternyata sudah habis, dan pada saat itu manajer belum melakukan pemesanan ulang,
maka perusahaan akan mengalami rugi karena tidak dapat memenuhi permintaan pembeli terhadap barang-
barang tersebut dan pembeli akan beralih pada perusahaan pesaing lain.
Menurut Warren, dkk. (2017:282),terdapat dua sistem untuk akuntansi transaksi dagang adalah sebagai
berikut: (1) Dalam sistem persediaan perpetual, Setiap pembelian dan penjualan barang dicatat dalam akun
persediaan dan buku besar yang berkaitan. Jadi, jumlah barang tersedia untuk dijual dan jumlah yang terjual
dilaporkan dalam catatan persediaan secara terus-menerus (perpetual). (2) Dalam Sistem Persediaan Periodik
Catatan persediaan tidak menunjukkan jumlah yang tersedia untuk dijual atau jumlah terjual selama periode
tertentu. Sebagai gantinya, sebuah daftar persediaan yang tersedia, yang disebut persediaan fisik, disiapkan pada
akhir periode akuntansi. Persediaan fisik digunakan untuk menentukan nilai persediaan yang tersedia pada akhir
periode dan nilai persediaan yang terjual selama periode tersebut.Sistem periodik merupakan pencatatan
mengenai jumlah persediaan yang tidak dilakukan secara terus menerus namun dihitung secara fisik pada suatu
titik waktu yang ditentukan. Jumlah persediaan dicatat setiap akhir peiode misalnya akhir bulan atau akhir tahun
dengan jalan menghitung jumlah fisik persediaan yang ada pada akhir periode (stock opname). Ada masalah
yang timbul jika menggunakan metode ini, yaitu jika diinginkan menyusun laporan keuangan jangka pendek
misalnya bulanan yaitu keharusan mengadakan perhitungan fisik atas persediaan barang dagang.Bila barang
yang dimiliki jenis dan jumlahnya banyak maka perhitungan fisik akan memakan waktu yang cukup lama
akibatnya laporan keuangan juga akan terlambat disajikan. Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku
menjadikan sistem ini sangat sederhana baik dalam pencatatan, pembelian maupun waktu melakukan pencatatan
penjualan.

Tabel 2.Tabel Perbedaan Sistem Pencatatan Periodik Dan Sistem Pencatatan Prepetual
No Transaksi Sistem Periodik Sistem Prepetual
1 Pada saat Pembelian xxx Persediaan Barang Dagang xxx
pembelian Kas/Hutang Dagang xxx Kas/Hutang dagang xxx
barang
dagang
2 Pada saat Kas/Hutang Dagang xxx Kas/Hutang Dagang xxx
retur Retur Pembelian xxx Persediaan Barang Dagang xxx
pembelian
barang
dagang
3 Pada saat Kas/Piutang Dagang xxx Kas/Piutang Dagang xxx
terjadi Penjualan xxx Penjualan xxx
penjualan
barang
dagang

BILANCIA Vol. 2 No. 2, Juni 2018


165 ISSN 2549-5704

Harga Pokok Penjualan xxx


Persediaan Barang dagang xxx
4 Pada saat Retur Penjualan xxx Retur Penjualan xxx
terjadi retur Kas/Piutang Dagang xxx Kas/Piutang Dagang xxx
penjualan
Persediaan Barang Dagang xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
5 Pada saat Ikhtisar Laba Rugi xxx
akhir periode Pers.Barang Dagang xxx
akuntansi (Menghapus saldo pers.awal)
mencatat Pers.Barang Dagang xxx
penyesuaian Ikhtisar Laba Rugi xxx
Sumber : Warren, dkk (2017:306)

Metode Penilaian Persediaan


Penilaian persediaan merupakan salah satu bagian dalam akuntansi persediaan. Untuk menentukan nilai dari
persediaan pada neraca maupun laporan laba rugi, metode yang digunakan akan sangat berpengaruh. Hal ini
sesuai dengan kebijakan perusahaan dalam menentukan penilaian mana yang akan digunakan.Menurut Warren,
dkk. (2017:346) Ada beberapa metode dalam menghitung harga pokok yang umumnya digunakan antara lain :
(1) Metode FIFO (First In First Out), Metode yang dikenal dengan singkatan MPKP atau FIFO ini adalah
metode dimana biaya yang dibebankan dalam perhitungan laba rugi adalah biaya yang paling dahulu dikeluarkan.
Metode ini mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih
dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. (2)Metode
LIFO (Last In First Out)Metode yang dikenal dengan singkatan MTKP atau LIFO (Last In First Out) adalah
metode dimana biaya yang dibebankan dalam perhitungan laba rugi adalah biaya yang paling terakhir
dikeluarkan. Metode ini mengasumsikan barang yang dibeli atau di produksi terakhir dijual atau digunakan
terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih
dahulu.(3) Metode Rata-rata Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk diproduksi atau dijual akan
dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga
perolehan dengan kuantitasnya
Penilaian persediaan terutama pada perusahaan dagang sangat erat kaitannya dengan biaya. Pengertian
biaya disini mencakup seluruh pengeluaran atau beban yang timbul secara langsung atau tidak langsung untuk
mempersiapkan suatu barang dalam kondisi dan lokasi siap jual.Tujuan dilakukan penilaian persediaan adalah
sebagai berikut : (1) Untuk menyajikan informasi yang bisa membantu para investor dan pemakai lainnya untuk
memprediksi arus kas dimasa yang akan datang bagi perusahaan.
(2) Untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan perusahaan sebagai going concern dan bukannya sebagai
perusahaan yang sedang menuju pembubaran atau likuidasi (3) Untuk menetapkan penghasilan secara wajar
dengan membebankan biaya terhadap penghasilan perusahaan.
Menurut Syakur (2009:135) Selain metode yang umum tersebut ada beberapa metode lainnya yang
juga dapat digunakan dalam menghitung harga pokok persediaan adalah sebagai berikut : (1) Metode Identifikasi
Khusus, Dalam metode ini harga pokok yang dibebankan ke barang yang dijual dan masih ada dalam peserdiaan
di dasarkan atas harga pokok yang dikeluarkan khusus untuk barang yang bersangkutan. Dimana pada metode ini
setiap jenis barang yang ada dalam persediaan diberi identitas khusus tentang pokok pesanan.Dalam praktek,
metode ini hanya untuk barang yang jumlah persediaannya tidak banyak dan nilai persediaannya tinggi, misalnya
untuk mobil. Metode ini dapat dikatakan paling tepat dalam hubungannya dengan proses penentuan laba rugi
periodik, karena hasil penjualan di bebani dengan harga pokok yang melekat pada barang-barang yang
bersangkutan.Untuk dapat menetapkan metode ini persediaan harus dikelompokkan berdasarkan harga pokok
pembelian dan jenisnya, sehingga persediaan yang ada dapat ditentukan harga pokoknya berdasarkan asal
pembeliannya. (2) Metode taksiranMetode ini hanya boleh untuk menyusun laporan keuangan bulanan,
kwartalan atau semester. Sedangkan untuk tahunan harus dihitung dengan harga pokok yang sebenarnya. Metode
taksiran ini terbagi menjadi dua yaitu : (1) Metode eceran, Metode eceran sering kali digunakan dalam
perdagangan eceran untuk menilai persediaan sejumlah besar barang yang berubah dengan cepat dan memiliki
margin yang tidak jauh berbeda sehingga tidak praktis kalau digunakan metode biaya lainnya.Metode ini
digunakan secara luas oleh perusahaan yang menjual barangnya dengan cara eceran, terutama took serba ada
(toserba) yang berguna dalam memperoleh penaksiran yang handal tentang posisi persediaan setiap kali di
inginkan.Metode ini didasarkan atas hubungan antara harga pokok persediaan yang tersedian untuk dijual dengan
harga eceran persediaan tersebut. Harga eceran dari semag di kumpulkan dalam catatan tambahan, dan
persediaan dengan harga eceran ditentukan dengan menggurangkan nilai penjualan dalam periode tertentu dari
harga eceran barang yang tersedia untuk dijual dalam periode yang sama. Kemudian persediaan menurut harga
eceran tersebut di konversi ke harga pokok berdasarkan rasio harga jual (eceran) bagi barang yang tersedia untuk

Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 166

dijual. (2) Metode laba bruto ( Gross Profit Method)Penaksiran dengan metode laba kotor di dasarkan pada
hubungan yang diasumsikan antara laba kotor dan penjualan. Persentase laba kotor dikalikan dengan penjualan
guna menentukan harga pokok penjualan tersebut dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk
dijual guna memperoleh saldo persediaan taksiran.Laba kotor dinyatakan dalam persentase, dimana persentase
laba kotor dapat dihitung dengan cara lain : (a) Persentase laba kotor dari penjualan (b) Persentase laba kotor dari
harga pokokMetode laba kotor ini digunakan untuk menaksir besarnya jumlah atau nilai akhir dalam hal : (1)
Persediaan diperlakukan untuk laporan intern atau untuk menentukan posisi persediaan seetiap minggu atau
setiap bulan dan begitu besarnya biaya untuk melakukan stock opname terhadap persediaan. (2) Persediaan telah
rusak atau musnah terbakar, kecurian atau penyebab lainnya dan data tertentu yang diperlakukan untuk menilai
persediaan yang dihitung dengan cara lain yang dikenal dengan pengujian laba kotor.
Perbedaan metode laba bruto dengan metode eceran adalah metode laba bruto didasarkan pada laporan
keuangan tahun lalu dan yang di perbandingkan adalah laba bruto terhadap penjualan. Sedangkan metode eceran
didasarkan harga pokok dan harga jual aktual selama periode dan yang diperbandingkan adalah harga pokok
terhadap harga.

Pengakuan Persediaan
Pengakuan persediaan dalam sistem periodik, tidak mencatat mutasi yang terjadi pada persediaan yang
dimilikinya pada perkiraan persediaan. Pada saat pembelian barang dagang dalam sistem periodik mencatat
pembelian barang dalam perkiraan pembelian , tidak dalam perkiraan persediaan. Akibatnya pada akhir periode
perusahaan harus melakukan perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimilikinya
pada saat itu. Jumlah persediaan tersebut nantinya akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga
pokok pembelian.

Perlakuan Persediaan Barang Dagang Yang Telah Rusak Dan Hilang


Menurut Soemarso (2009:388), mengemukakan bahwa produk barang rusak adalah produk yang kondisinya
rusak atau tidak memenuhi umuran mutu yang telah ditentukan dan tidak dapat diperbaiki secara ekonomis
menjadi produk yang baik, meskipun mungkin secara teknik dapat diperbaiki akan berakibat biaya perbaikan
jumlahnya lebih tinggi dibanding kenaikan nilai atau manfaat adanya perbaikan. Menurut Warren, dkk
(2017:307) Dalam sistem persediaan periodik/fisik, buku besar persediaan yang terpisah tidak dibuat selama
tahun berjalan. Bahkan, pembelian persediaan dicatat dalam akun pembelian. Hasilnya, kehilangan dan
kerusakan persediaan tidak dapat langsung ditentukan, tetapi dimasukkan secara tidak langsung dalam beban
pokok penjualan yang dihitung hal ini dilakukan pada akhir tahun saat akun persediaan meningkat atau menurun
terhadap persediaan fisik akhir, kekurangan utama dari sistem persediaan periodik adalah jumlah kehilangan dan
kerusakan persediaan tidak ditentukan secara terpisah

Penyajian Persediaan Dalam Laporan Keuangan


Persediaan biasanya disajikan dalam laporan harga pokok penjualan, persediaan yang merupakan bagian dari
laporan laba rugi periode berjalan. Dalam neraca, persediaan dilaporkan pada aktiva lancar, terletak setelah atau
dibawah piutang.Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2017:14.6), laporan keuangan mengungkapkan: (1)
Kebijakan akuntansi yang akan digunakan dalam pengukuran persediaan termasuk rumus biaya yang digunakan.
(2) Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi entitas. (3) Jumlah
tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. (4) Jumlah persediaan yang
diakui sebagai beban selama periode berjalan. (5) Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang
jumlah persediaannya diakui sebagai beban dalam periode berjalan. (6) Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap
penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
berajalan. (7) Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan. (8)
Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Toko Cerose Home Pekanbaru yang beralamat di Jl.Soekarno Hatta, Komplek Mall SKA
Blok E No.58-59. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni 2017 sampai dengan Januari 2018. Berdasarkan jenis
dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Data primer berupa
keterangan yang diperoleh langsung dari pihak perusahaan yang menyangkut data dan objek penelitian yang
berkaitan dengan persediaan. (2) Data SekunderUntuk data sekunder berupa laporan-laporan yang dihasilkan
perusahaan seperti laporan keuangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian.Teknik
pengumpulan data penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Studi Pustaka. (2)
Wawancara. (3) Dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan Metode DeskriptifAnalisis ini
bermaksud untuk menjelaskan situasi yang menjumpai dan kemudian membandingkan data yang telah
dikumpulkan dengan teori relevan yang dapat mendukung permasalahan dalam penelitian ini, sehingga diperoleh
suatu kesimpulan.

BILANCIA Vol. 2 No. 2, Juni 2018


167 ISSN 2549-5704

HASIL DAN PEMBAHASAN


Toko Cerose Home merupakan sebuah toko yang bergerak dalam bidang perdagangan/jual beli pernak-pernik
rumah(Accessories), barang pecah belah (piring,sendok makan,Tea Set), Quilting, dan Bed Cover. Toko ini
didirikan pada tahun 2015, yang beralamat di Jl.Soekarno Hatta, Komplek SKADalam menjalankan usahanya,
Toko Cerose Home terus berupaya meningkatkan penjualannya guna mendapatkan keuntungan yang lebih, tidak
hanya dalam penjualan saja namun dalam bentuk dan kualitas produk yang dijual kepada konsumen, Toko
Cerose Home terus melakukan peningkatan untuk produk yang bermutu.

Struktur Organsasi Perusahaan


Struktur organisasi merupakan kerangka salah satu komponen penting dalam pembagian tanggung jawab
fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan
agar tidak terjadi pelaksanaan tugas yang simpang siur atau saling melempar tanggung jawab apabila terjadi
kesalahan dalam operasional perusahaan.Tujuan dibentuknya struktur organisasi adalah untuk memudahkan
penempatan karyawan tersebut, sehingga mereka dapat megetahui mana yang akan menjadi wewenangnya,
kewajiban dan tugas serta tanggung jawab mereka agar lebih terorganisir.karyawan dalam satu bidang
berdasarkan pada kemampuan. Strtuktur organisasi yang dimiliki oleh Toko Cerose Home dapat dilihat seperti
pada gambar dibawah ini:

Pemilik (Owner)

Bagian Keuangan Bagian Penjualan Bagian Gudang

Accounting Kasir/SPG

Sumber : Toko Cerose Home


Gambar 1.Struktur Organisasi Toko Cerose Home Pekanbaru

Secara umum tugas dan fungsi organisasi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : (a)
Pemilik (owner), merupakan pemilik dimana tugasnya bertanggung jawab sebagai pemegang kendali perusahaan
dan dalam pengembilan keputusan harus disetujui oleh pemilik perusahaan. (b) Bagian keuangan terdiri dari
accounting, yang bertanggung jawab untuk membukukan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran serta
membuat laporan keuangan perusahaan perbulan maupun tahunan. (c) Bagian penjualan bertanggung jawab
untuk mencatat setiap transaksi penjualan yang terjadi dalam perusahaan, melakukan penyusunan rencana
penjualan, serta menganalisa laporan penjualan dan mengadakan evaluasi. (d) Kasir, bertanggung jawab atas
penerimaan dan pengeluaran kas. (e) Bagian gudang, bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan
pembelian sesuai dengan posisi persediaan yang ada digudang, untuk menyimpan barang yang telah diterima,
memeriksa serta mengeluarkan barang apabila telah menerima perintah surat permintaan barang untuk penjualan
yang telah dipesan.
Deskripsi Hasil
Jika sebelumnya telah diuraikan secara teoritis mengenai akuntansi persediaan berikut permasalahannya yang
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan, maka pada bab ini akan menjelaskan mengenai akuntansi persediaan
yang diterapkan pada Toko Cerose Home Pekanbaru.

Sistem Pencatatan Persediaan


Transaksi Pembelian Barang Dagang
Pada tanggal 03 Desember 2016, Toko Cerose Home membeli quilting sebanyak 200pcs @Rp 350.000, serta
perusahaan membayar biaya angkut sebesar Rp 1.200.000, bagian akuntansi menjurnal transaksi sebagai berikut:

Debet Kredit
03 Des 2016 Pembelian Rp 70.000.000
Biaya Umum Perusahaan Rp 1.200.000

Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 168

Kas Rp 71.200.000

Untuk klasifikasi biaya dalam jurnal transaksi diatas kurang tepat pencatatannya dengan konsep
akuntansi pada umumnya, karena biaya umum perusahaan seharusnya dijadikan sebagai biaya angkut pembelian,
bukan dicatat sebagai biaya umum perusahaan. Sehingaa dalam penyusunan laporan laba rugi biaya umum
perusahaan tersebut dijadikan sebagai penambah kedalam kelompok biaya operasional perusahaan. Seharusnya
dalam penyusunan laporan laba rugi, posisi biaya umum perusahaan tersebut dimasukkan kedalam harga pokok
penjualan dengan mencatat sebagai biaya angkut pembelian bukan biaya umum perusahaan. Seharusnya
perusahaan membuat jurnal transaksi sebagai berikut:
Debet Kredit
03 Des 2016 Pembelian Rp 70.000.000
Biaya Angkut Pembelian Rp 1.200.000
Kas Rp 71.200.000

Maka dapat disimpulkan bahwa pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut belum melakukan
pencatatan dengan benar sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum, yaitu biaya angkut yang
menjadi beban perusahaan dicatat sebagai beban umum perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari perincian biaya
usaha yang terlampir dimana ada termasuk biaya angkut pembelian. Biaya angkut yang termasuk biaya
operasional adalah sebesar Rp 1.200.000,- jumlah tersebut setelah dilakukan analisis dari pencatatan yang dibuat
berasal dari biaya pengangkutan untuk pengadaan barang dagang. Dari pengamatan, biaya-biaya ini terjadi pada
saat membeli barang dagang da nada kaitannya dengan kegiatan membeli barang dagangan, maka biaya ini lebih
tepat menjadi komponen harga pokokDengan demikian perusahaan perlu melakukan koreksi perkiraan tersebut
dengan jurnal sebagai berikut:

Debet Kredit
31 Des 2016 Beban Angkut Pembelian Rp 1.200.000
Beban Umum Perusahaan Rp 1.200.000

Transaksi Retur Pembelian


Pada tanggal 07 Desember 2016, Toko Cerose Home mengembalikan quilting yang dibeli pada tanggal 03
Desember 2016 senilai Rp 8.000.000 dikarenakan barang koyak dan kotor, kejadian ini dianggap sebagai retur
oleh Toko Cerose Home. Bagian akuntansi menjurnal transaksi sebagai berikut:
Debet Kredit
07 Des 2016 Kas Rp 8.000.000
Retur Pembelian Rp 8.000.000

Dapat disimpulkan bahwa pencatatan yang dilakukan oleh Toko Cerose Home sudah sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum.

Transaksi Penjualan Barang


Pada tanggal 12 Desember 2016, Toko Cerose Home menjual bed cover sebanyak 3pcs @Rp 900.000 dan keset
panjang sebanyak 2pcs @Rp 150.000 secara tunai. Bagian akuntansi mencatat transaksi sebagai berikut:
Debet Kredit
03 Des 2016 Kas Rp 3.000.000
Penjualan Rp 3.000.000

Dapat disimpulkan bahwa pencatatan yang dilakukan oleh Toko Cerose Home sudah sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum.

Transaksi Retur Penjualan


Pada tanggal 15 Desember 2016 terjadi retur penjualan 1 bed cover dari konsumen senilai @Rp
900.000 ,dibatalkan karena ukuran tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka bagian akuntansi mencatat sebagai
berikut:
Debet Kredit
03 Des 2016 Retur Penjualan Rp 900.000
Kas Rp 900.000

BILANCIA Vol. 2 No. 2, Juni 2018


169 ISSN 2549-5704

Dapat disimpulkan bahwa pencatatan yang dilakukan oleh Toko Cerose Home sudah sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum.

Pengakuan Persediaan
Pada saat pembelian barang dagang perusahaan mencatat pada perkiraan pembelian, tidak dalam akun persediaan.
Beban-beban yang terkait pada pembelian dicatat terpisah seperti : ongkos angkut pembelian. Pengakuan
membutuhkan konsep untuk menentukan kapan dan bagaimana transaksi keuangan dapat diakui sebagai unsur
dalam laporan keuangan.

Penilaian Persediaan
Setiap jenis persediaan perlu dinilai untuk memudahkan dalam penentuan nilai persediaan akhir setiap waktu
yang akan dicantumkan dalam laporan keuangan. Informasi yang diperlukan biasanya dalam satuan uang
(rupiah). Nilai persediaan yang tercantum dalam neraca dan laporan laba rugi sangat tergantung pada metode
penilaian yang digunakan. Berdasarkan kegiatan usaha Toko Cerose Home maka penilaian persediaan
menggunakan metode FIFO.
Untuk kerusakan dan kehilangan barang yang ada digudang, Toko Cerose Home belum mengakui
sebagai kerugian perusahaan, permasalahan yang menyangkut dengan penilaian persediaan pada perusahaan
adalah nilai persediaan barang tidak sesuai dengan stock opname, karena diantaranya termasuk beberapa barang
dagang yang rusak, baik rusak berat dan rusak ringan dan barang dagang yang hilang. Menurut konsep akuntansi,
Dalam sistem persediaan periodik/fisik, buku besar persediaan yang terpisah tidak dibuat selama tahun berjalan.
Bahkan, pembelian persediaan dicatat dalam akun pembelian. Hasilnya, kehilangan dan kerusakan persediaan
tidak dapat langsung ditentukan, tetapi dimasukkan secara tidak langsung dalam beban pokok penjualan yang
dihitung hal ini dilakukan pada akhir tahun saat akun persediaan meningkat atau menurun terhadap persediaan
fisik akhir, kekurangan utama dari sistem persediaan periodik adalah jumlah kehilangan dan kerusakan
persediaan tidak ditentukan secara terpisah. Jumlah stock opname barang dagangan akan diperhitungkan pada
saat menyusun laporan laba rugi perusahaan ( perusahaan barang dagang dengan menggunakan metode periodik)
yakni persediaan akhir sebagai pengurangan harga pokok penjualan. Jika barang dagang yang dibeli ternyata
rusak, maka langkah awal tentunya akan dikembalikan kepada supplier.

Penyajian Dalam Laporan Keuangan


Pada setiap akhir periode akuntansi, perusahaan akan membuat laporan keuangan. Dimana dalam perusahaan
dagang terdapat persediaan didalam laporan neraca dan laporan laba rugi. Persediaan yang dimiliki perusahaan
disajikan dalam laporan keuangan yaitu pada neraca dan laporan laba rugi.

PENUTUP
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai akuntansi
persediaan pada Toko Cerose Home Pekanbaru yang dapat memberikan manfaat sebagai bahan pertimbangan
bagi perusahaan.(1) Dalam menentukan harga pokok (perolehan) persediaan perusahaan tidak memasukkan
biaya angkut pembelian kedalam harga pokok persediaan, melainkan sebagai biaya operasi perusahaan, dengan
demikian penentuan harga pokok persediaan ini tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. (2) Sistem
pencatatan persediaan yang dilakukan di Toko Cerose Home Pekanbaru merupakan pencatatan dengan sistem
periodik. Pada pelaksanaannya terdapat perbedaan antara nilai persediaan dengan stock opname, namum tidak
dilakukan penyesuaian sehingga nilai yang disajikan pada laporan keuangan menjadi tidak wajar dan tidak sesuai
dengan standar akuntansi keuangan, tetapi untuk pencatatan jurnal penjualan, retur pembelian, dan retur
penjualan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. (3) Ongkos angkut barang yang
dibeli dari supplier dicatat sebagai beban umum perusahaan. Dengan demikian beban dilaporkan terlalu tinggi
pada akhir periode bersangkutan, dan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. (4) Penyajian persediaan
dalam laporan keuangan tidak disajikan sebesar nilai realisasi bersih dan diantaranya termasuk beberapa barang
dagangan yang rusak dan hilang. Hal ini tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. (5) Persediaan barang
dagang yang dimiliki perusahaan disajikan dalam laporan keuangan yaitu pada neraca dan laporan laba rugi.
Dalam neraca pada umumnya perkiraan persediaan dikelompokkan dalam aktiva lancar yang urutannya setelah
perkiraan kas,bank,dan piutang. Dalam hal ini perusahaan menempatkan persediaan dalam neraca sudah tepat
sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka dapat diberikan saran bagi toko cerose home
pekanbaru sebagai berikut : (1) Berdasarkan kesimpulan diatas maka sebaiknya Toko Cerose Home memperbaiki
akuntansi persediaan barang dagangnya seperti membuat jurnal koreksi dari transaksi yang seharusnya terjadi
pada bulan yang akan datang agar sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. (2) Ongkos angkut
yang dibeli dari supplier seharusnya dicatat sebagai penambahan harga perolehan persediaan bukan sebagai
biaya umum perusahaan karena biaya ini lebih tepat menjadi komponen harga pokok seperti halnya beban biaya
angkut barang masuk. (3) Jika persediaan ada rusak atau hilang sebaiknya dilakukan penyesuaian terhadap

Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagang pada Toko Cerose Home Pekanbaru (Suharti dan Ricky Fong)
BILANCIA ISSN 2549-5704 170

persediaan yang rusak dan hilang. (4) Dalam laporan keuangan persediaan seharusnya disajikan sebesar nilai
realisasi bersih, sehingga nilai persediaan tidak diakui terlalu tinggi agar sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku. (5) Agar penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk
meneliti permasalahan yang sama.

DAFTAR RUJUKAN
Ikatan Akuntan Indonesia, 2017, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta
Mulyadi, 2008, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Rangkuti, Freddy, 2008, Manajemen Persediaan, Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Parsada
Soemarso S.R, 2009, Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 1 Edisi 5, Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Syakur, 2009, Intermediate Accounting, Jakarta: Av Publisher
Warren, Reeve, Fees, 2006, Accounting Pengantar Akuntansi, Buku 1, Edisi 21, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta

BILANCIA Vol. 2 No. 2, Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai