Anda di halaman 1dari 10

JENIS JENIS ARTIKEL

1) Deskripsi
Karangan deskripsi merupakan jenis karangan berisi tentang gambaran tentang suatu hal atau
keadaan sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, dan merasakan apa yang
diceritakan tersebut.
Contoh kalimat deskripsi:
Salju tipis itu melapisi rumput, warnanya putih berkilau yang diselingi warna jingga yang merupakan
bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan,
mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning
kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

2) Narasi
Secara sederhana narasi juga dikenal sebagai cerita. Karangan Narasi berupa peristiwa atau kejadian
dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian tersebut ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
Krangan Narasi dapat berisi fakta ataupun fiksi.
Contoh karangan narasi yang berisi fakta yaitu biografi atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh
karangan narasi yang berupa fiksi yaitu cerpen, novel, ataupun cergam.
Adapun pola narasi secara sederhana yaitu: awal – tengah – akhir
Pada awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan tokoh.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju
klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan
mereda.
Pada akhir cerita merupakan akhir dasi kisah cerita yang diceritakan yang biasnaya memiliki cara
pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang dan lebar, ada
menceritakannya secara singkat, dan ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita tersebut
dengan mempersilakan pembaca untuk dapat menebaknya sendiri.
Contoh narasi berisi fakta:
Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928.
Ir. Soekarno menghabiskan siswa waktunya di penjara dan di tempat di suatu tempat pengasingan
karena keberaniannya dalam menentang penjajah.
Soekarno yang didampingi Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia pada saat itu
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap
Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogyakarta dan
dikembalikan kedudukannya sebagai Presiden RI yakni pada tahun 1949.

3) Eksposisi
Karangan eksposisi merupakan karangan yang berisi penjelasan ataupun uraian tentang suatu topik
dengan tujuan untuk memberi informasi atau pengetahuan bagi pembaca. Untuk memperjelas
penjelasan atau uraian dari karangan eksposisi, biasanya dalam karangan tersebut disertai dengan
gambar, grafik ataupun statistik.
Contoh karangan eksposisi:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Pada
bidang akuntasi, pekerjan seorang akuntan berupa pengolahan data untuk dapat menghasilkan
informasi keuangan dan perencanaan sistem informasi akuntansi yang akan digunakan untuk
menghasilkan informasi keuangan.
Sedangkan di bidang auditing pekerjaannya berupa pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan
secara objektif untuk menilai tingkat kewajaran informasi yang tertera dalam laporan tersebut.
Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Contoh paparan proses:
Cara mencangkok tanaman:
1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
2. Pilihlah ranting yang lurus atau tumbuh tegak keatas, kekar, dan sehat dan dengan diameter
kira-kira 1,5 sampai dengan 2 cm.
3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10
cm.
Langkah menyusun eksposisi:
1. Menentukan topik atau tema
2. Menetapkan tujuan
3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

4) Argumentasi
Karangan argumentasi merupakan jenis karangan yang bertujuan untuk membuktikan kebenaran
tentang pendapat seseorang atupun kelompok baik dengan menggunakan data ataupun fakta
sebagai alasan atau buktinya. Dalam argumentasi pengarang biasanya mengharapkan pembenaran
terhadap pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai
penyokong opini tersebut.
Contoh karangan Argumentasi:
Jiwa kepahlawanan itu harus terus dikembangkan dan dipupuk. Karena dengan jiwa kepahlawanan,
pembangunan di negara indoneisa ini dapat berjalan dengan lancer sesuai dengan yang diharaokan.
Jiwa kepahlawanan akan dapat berkembang menjadi sifat dan nilai-nilai kepribadian yang luhur,
bertanggung jawab, berjiwa besar, loyal, berdedikasi dan cinta terhadap sesama. Semua sifat-sifat
tersebut sangat dibutuhkan guna mendukung pembangunan dalam berbagai bidang.
Langkah menyusun argumentasi:
1. Menentukan topik atau tema
2. Menentukan tujuan
3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

5) Persuasi
Karangan persuasi merupakan karangan bersifat mengajak atau yang bertujuan untuk
mempengaruhi pembaca agar pembaca melakukan sesuatu.
Adapun langkah-langkah menyusun karangan persuasi sebgai berikut:
1. Menentukan topik atau tema
2. Merumuskan tujuan
3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4. Menyusun kerangka karangan
5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi
CONTOH ARTIKEL PERSUASIF
Marilah Menajaga Kebersihan Lingkungan
Perlu kita sadari bahwa lingkungan adalah tempat tinggal bagi semua makhluk hidup di
dunia ini. Selain itu peran lingkungan sangatlah penting bagi kehidupan manusia karena keadaan
lingkungan akan ikut mempengaruhi keadaan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Apabila
kondisi suatu lingkungab baik, maka makhluk hidup di dalamnya pula akan menjad baik, dan begitu
pula sebaliknya. Oleh karena itu, sebagai makhluk hidup yang tinggal di dalamnya, kita harus
menjaga kebersihan lingkungan supaya lingkungan kita menjadi bersih sehingga kita bisa hidup
nyaman dan aman di dalamnya. Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjaga kelestaraian
hutan.
Salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan. Dalam menjaga kebersihan lingkungan dapat
dilakukan dengan berbagai hal, tetapi ada baiknya kita memulainya dari dalam diri kita sendiri
dengan menanamkan perilaku hidup bersih di dalam diri kita. Dengan menanamkan perilaku hidup
bersih, maka akan mendorong diri kita untuk selalu menjaga kebersihan.
Contohnya adalah membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya. Jika kita
telah tebiasa untuk membuang sampah pada tempatnya, pasti lingkungan sekitar kita akan menajadi
bersih. Setelah itu, barulah kita bisa menularkannya kepda orang lain untuk menjaga kebersian.
Dengan kata lain, kita bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat sekitar kita.
Mengapa hal ini perlu dilakukan ? Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat untuk menjaga
kebersihan lingkungannya masih sangat kurang. Ini bisa dilihat dari kotornya lingkungan sekitar kita.
Banyak terdapat sampah yang berserakan di mana – mana seperti sampah – sampah sisa makanan,
minuman, sampah kertas, sampah daun, sampah plastik dan lain – lain. Mereka tidak mennyadari
bahwa sampah yang menumpuk itu bisa menjadi sumber penyakit. Hal ini bisa kita lihat di tempat –
tempat umum, seperti taman kota, pasar, terminal, lingkungan rumah, bahkan sekolah. Padahal, di
tempat – tempat umum itu telah disediakan tempat sampah yang sudah cukup memadai.
Tempat sampah itu bahkan telah dipisah menjadi tempat sampah non-organik dan organik. Selain
itu, tempat tempat sampah tersebut diletakkan hampir di setiap pojok tempat dan saling
berdekatan. Namun hal itu sangat sia – sia dikarenakan tidak adanya kesadaran bagi masyarakat
untuk membuang sampah di tempat yang telah disediakan sebagai bentuk kepedulian dalam
menjaga kebersihan lingkungan mereka.
Selain membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, cara selanjutnya adalah
mengolah sampah – sampah tersebut dengan cara memilahnya sesuai dengan jenisnya sebelum
memasukannya ke tempat sampah.
Sampah dibedakan menjadi tiga jenis sampah, yaitu sampah organik, sampah non-organik,
dan sampah kimia. Sampah – sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk dan terurai.
Contohnya adalah sisa – sisa makanan, buah-buahan, daging, sampah dedaunan dan sebagainya.
Dengan memilah sampah organik ini kita bisa memnafatakan untuk menjadi pupuk bagi tanaman.
Sementara itu, sampah non-organik adalah sampah yang tidak bisa terurai. Contohnya adalah
sampah kertas, sampah plastik, sampah tekstil, sampah karet, kaleng, pecahan kaca dan sebagianya.
Jenis sampah yang terakhir adalah sampah kimia. Sampah ini sangat berbahaya dan dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan apabila dibuang sembarangan. Pemilihan sampah ini
dilakukan dengan bermaksud pemanfaatan kembali sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan
pencemaran lingkungan.
Apabila kita telah menerapkan beberapa cara di atas, maka lingkungan kita akan menjadi
bersih dan nyaman untuk ditempati. Selain itu, kita pula bisa terhidar dari penyakit. Oleh karena itu.
mulai dar hari ini, marilah kita tanamkan kesadaran diri untuk membuang sampah pada tempatnya
dan mengolah sampah – sampah kita. 
MACAM MACAM KRITIK

Menurut orientasi kritik 


Abram (David Logde, 1972:5-21) membagi jenis kritik berdasarkan orientasinya, yaitu kritik mimetik,
kritik ekspresif, kritik pragmatik dan kritik objektif. 

1. Kritik mimetik adalah kritik yang memandang karya sastra sebagai pencerminan kenyataan
kehidupan manusia. Menurut Abrams, kritikus pada jenis ini memandang karya sastra
sebagai tiruan aspek-aspek alam. Sastra merupakan pencerminan/penggambaran dunia
kehidupan. Sehingga kriteria yang digunakan kritikus sejauh mana karya sastra mampu
menggambarkan objek yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita
semakin baguslah karya sastra itu. Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles
dan Plato yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan.
2. Kritik ekspresif adalah kritik sastra yang memandang karya sastra sebagai ekspresi, curahan
perasaan, atau imajinasi pengarang. Kritik ekspresif menitikberatkan pada pengarang.
Kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya sastra merupakan unsur
pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan perasaan yang dikombinasikan
dalam karya sastra. Kritikus dalam hal ini cenderung menimba karya sastra berdasarkan
kemulusan, kesejatian, kecocokan pengelihatan mata batin pengarang/keadaan pikirannya.
Pendekatan ini sering mencari fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman
sastrawan yang sadar/tidak, telah membuka dirinya dalam karyanya.
3. Kritik pragmatik memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai
efek-efek tertentu pada audien (pendengar dan pembaca), baik berupa efek kesenangan,
estetis, pendidikan maupun efek lainnya. Kritik ini cenderung menilai karya sastra menurut
berhasil tidaknya karya tersebut mencapai tujuan tersebut (Pradopo, 199:26). Kritik ini
memandang karya sastra sebagai sesuatau yang dibangun untuk mencapai efek-efek
tertentu pada audien (pendengar dan pembaca), baik berupa efek kesenangan, estetis,
pendidikan maupun efek lainnya. Sementara tujuan karya sastra pada umumnya: edukatif,
estetis, atau politis. Dengan kata lain, kritik ini cenderung menilai karya sastra atas
keberhasilannya mencapai tujuan. Ada yang berpendapat, bahwa kritik jenis ini lebih
bergantung pada pembacanya (reseptif). Kritik jenis ini berkembang pada Angkatan Balai
Pustaka. Sutan Takdir Alisjabana pernah menulis kritik jenis ini yang dibukukan dengan judul
“Perjuangan dan Tanggung Jawab” dalam Kesusastraan.
4. Kritik objektif memandang karya satra hendaknya tidak dikaitkan dengan hal-hal di luar
karya sastra itu. Ia harus dipandang dsebagai teks yang utuh dan otonom, bebas dari hal-hal
yang melatarbelakanginya, seperti pengarang, kenyataan, maupun pembaca. Objek kritik
adalah teks satra: unsur-unsur interinsik karya tersebut.
Menurut objek kritik 
Karya sastra terdiri atas beragam jenis, yaitu puisi, prosa dan drama. Artinya, kritik sastra dapat
menjadikan puisi, puisi, prosa atau drama sebagai objeknya. Dengan demikain, jenis kritik ini dapat
dibagi lagi menjadi berdasarkan objeknya, yakni kritik puisi, kritik prosa, kritik drama. Selain itu, kritik
satra itu sendiri dapat dijadikan kritik sehingga dinamakan kritik atas kritik. 

Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian
yang saling berjalinan erat secara batiniah dan mengehendaki pertimbangan dan analitis dengan
kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan,
integritas, dan saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya. Jadi, unsur intrinsik (objektif))
tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi,
kesinambungan, integritas, dsb. Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya
itu sendiri.

Analisis Kritik Sastra Objektif cerpen Wangi karya Korrie Layun


Rampan
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur
ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh
unsur yang terdapat dalam cerpen Wangi itu sebagai berikut: 
Tema

Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa
gagasan pasti dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya
itulah yang disebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan.

Tema atau pokok persoalan cerpen wangi adalah percintaan Si aku kepada Mas Joni
lengkapnya Marjoni Harjoprawiro. Gambaran ini terletak pada halaman 3 berikut ini.

“Memang indah rumah tangga yang tak terbagi. Pernah aku ingat kata-kata seorang penyair
ternama bahwa lelaki yang membagi cinta seperti sungai bercabang dua. Akan tetapi wanita
yang membagi cinta? Seperti sungai tanpa muara?”

“Mengerikan sekali sungai tanpa muara. Yang ada adalah banjir dimana-mana, yang ada
adalah kesusahan dan derita, karena terus melanda mencari tempat mengalir.”

Amanat

Di dalam sebuah cerita, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa oleh
pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluuh cerita. Gagasan yang mendasari
seluruh cerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu.
Dengan kata lain solusi yang dimunculkan pengaranngnya itu dimaksudkan untuk
memecahkan pokok persoalan, yang didalamnya akan terlibat pandangan hidup dan cita-
cita pengarang. Hal inilah yang dimaksudkan dengan amanat. Dengan demikian, amanat
merupakan keinginan pengarang untuk menyampaikan pesan atau nasihat kepada
pembacanya.

Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen wangi adalah: jangan cepat mengambil
kesimpulan kepada yang yang kita sayangi, cintai bahkan diagung-agungkan. “Sebagai bukti
dan kesetiaan sorang suami dan sebagai tanggung jawab seorang kepala rumah tangga
Mas Joni rela memberikan uang, harta benda, perusahaan, nama harum, status sosial, dan
segala bernama kebaikan.”

Latar

Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu: latar
tempat; latar waktu; dan latar sosial. 
Latar Tempat

Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, mobil, taman, gereja
dan sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh pengarangnya, seperti
kota, rumah, pemakaman dan sebagainya :

 “Manusia bersedih karena dirinya sendiri. Kekasih kita yang telah tiada, karena memang datang dari
Tiada yang Maha Ada. Ia sudah senang, daan tah butuhkan air mata kita.”

“Sesaat aku masih memandang makam bertanah merah, dan aku seakan dipeluk Mas Joni. Seakan
aku digandeng saat hari pengantin.”

Latar Waktu

Latar jenis ini, yang terdapat dalam cerpen ini ada yang bersamaan dengan latar tempat, seperti
yang sudah dipaparkan di atas pada latar tempat atau contoh yang lainnya seperti berikut :

“kemarin, ya, benar. Kemarin pagi. Mas Joni tepat berulang tahun keempat puluh tahun, dan pagi-
pagi sekali kami berdua lari, sebagaimana biasa olahraga yang ringan saja. Tak lebih setengah jam.
Kami berlari mengelilingi taman, beberapa kali, dan kami duduk, setelah terasa lelah.”

Latar Sosial

Di dalam latar ini umumnya menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan
sikapnya, kebiasaannya, cara hidup, dan bahasa. Di dalam cerpen ini latar sosial digambarkan
sebagai berikut :

“Rasanya aku tak naik kereta, dan aku memiliki beberapa mobil sehingga aku lupa rasanya naik bus
kota.”

“Atau akau tertabrak di dalam mercy-ku sendiri ?”

“tidak !”

 “seingatku, aku tak pernah jalan sendirian. Kalau tak bersama Mas Joni, aku selalu diantar sopir.”

Alur

Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang


diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan
hubungan-hubungan itu memiliki struktur. Didalam cerpen ini terdapat penggalan cerpen
seperti berikut.

“Ingat aku akan pakaian pengantin yang membebat tubuhku, yang membuatku tampak jelita.
Kata orang, saat aku menjadi ratu sehari, sungguh aku bagaikan bidadari. Ingat aku akan
Mas Joni, mataku sediri melihat ia memang sungguh seorang suami yang tak mungkin
dikhianati. Tampangya sungguh tak tertandingi oleh lelaki lain, mata hatiku menangkap
segala yang tersimpan didalam dadanya. Selop pengantin yang dipakainya, baju, kuluk, dan
untaian bungan melati, sungguh memang ia seorang lalaki. Ia bagaikan pangeran yang
datang dari negeri kahyangan, turun ke bumi, menjadikan aku permaisuri, dan menyerahkan
kebahagiaan tak tertara di dalam kehidupan rumah tangga.”

“Aroma bunga melati itu menyeruak lagi. Tak lupa kau akan haruman melati, seakan aku
dituntun pada masa silam di hari pengantin, saat aku bersanding dengan Mas Joni. Lama
sudah waktu berlalu, lima belas tahun yang lalu, akan kenangan tentang kebaikan dan
keharuman itu tak pernah terhapuskan. Wanginya cinta, dan harumnya kasih, mekar di altar
hingga ke tenggah rumah, ke tengah keluarga, bersama anak-anak tercinta. Keharuman
mewangian di dalam seluruh hidupku, sebagai istri, sebagai ibu, sebagai nyonya rumah
tangga, sebagai kekasih Mas Joni.”

Penokohan

Yang dimaksud dengan penokohan yakni bagaimana pengarang menampilkan perilaku tokoh-
tokohnya berikut wataknya. Karrie Layun Rampan menampilkan tokoh-tokohnya sebagai berikut. 

Tokoh Aku

Tokoh ini begitu berperan dalam cerpen ini. Merasa tidak ada lelaki lain yang berusaha merbut kasih
sayangnya. Si aku juga ingin tidak ada seorang wanita lain yang harus dibagikan kasih sayang oleh
Mas Joni.

Tokoh Supir

Tokoh ini merupakan salah satu yang ada dalam cerpen bisa dilihat dari penggalan cerpen berikut
ini.

“Semua supir yang ada baik semuanya, bahkan sangat terhormat, dan punya moral dan etika yang
cukup tinggi. Mereka sangat taat beribadah, seperti Mas Joni tak pernah alpa ke gereja!.”

Tokoh Joni

Tokoh ini sangat istimewa. Tidak banyak dimunculkan tetapi sangat menentukan keberlangsungan
cerita ini. Secara jelas tokoh ini diagung-agungkan oleh istrinya sebagai orang yang baik, setia,
tanggung jawab. Tetapi di akhir cerita Mas Joni meninggal  dan meninggalkan beberapa wanita yang
juga menangisi kepergiannya.

Titik Pengisahan

Yang dimaksud dengan titik pengisahan yaitu kedudukan/posisi pengarang dalam cerita
tersebut. Maksudnya apakah, pengarang ikut terlibat langsung dalam cerita iu atau hanya
sebagai pengamat yang berdiri di luar cerita.

Didalam cerpen wangi sepertinya karrie Layun Rampan memposisikan dirinya dalam cerita
ini sebagi tokoh utama atau akuan sertaan sebab secara langsung pengarang terlibat di
dalam cerita dan ini terasa pada bagian awal cerita.
Jenis-Jenis Esai
Jenis atau macam-macam esai dapat dibagi menjadi beberapa macam atau kategori. Hal ini
berdasarkan keterampilan analisis juga diperlukan dalam menulis esai, keragaman permasalahan
yang muncul. Berikut ini beberapa macam atau jenis esai, antara lain:

Deskriptif
Adalah jenis esai yang mendeskripsikan seseorang atau benda “subjek atau objek” yang menarik
perhatian pengarang. Objek yang dideskripsikan dalam jenis esai ini bisa dalam bentuk rumah,
hewan, dan lain sebagainya. Inti dalam esai jenis ini yaitu penulis mendeskripsikan suatu objek yang
menarik perhatiannya.

Tajuk
Adalah jenis esai yang biasa dimuat pada surat kabar. Jenis esai ini membahas isu-isu yang tengah
berkembang di masyarakat seperti “politik, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya”. Esai tajuk
seringkali dimuat dalam kolom pendapat/opini yang merupakan wadah aspirasai dari masyarakat
untuk mengungkapkan pandangannya terhadap isu yang sedang berkemang.

Tidak hanya kebijakan politik, esai tajuk bisa dalam bentuk fashion atau hal lain. Disesuaikan dengan
jenis surat kabar seperti koran, majalah otomotif, fashion dan lain sebagainya.

CukilanWatak
Dalam esai jenis ini memungkinkan seorang penulis menjelaskan cukilan atau cuplikan watak
seseorang terkait isu kepada para pembaca. Dalam esai ini tidak menulis kisah seseorang atau
biografi, hanya saja penulis mengungkapkan sepenggal watak yang ada pada tokoh yang terkait
dalam cerita atau isu dalam esai tersebut.

Pribadi
Hampir mirip dengan esai cukilan watak, namun dalam esai pribadi, penulis esai bercerita tentang
dirinya sendiri dalam esai tersebut. Dengan jelas penulis mengungkapkan pendapatnya tentang isu
yang menarik perhatiannya.

Reflektif
Adalah esai yang ditulis untuk merenungkan suatu isu politik, kebijakan pemerintah, dan isu penting
lain yang sering kali ditulis oleh seorang cendekiawan dalam menanggapi isu-isu yang ada.
Jalanhidupku.
Oleh : Amrin Fakhruddin Jauhari.

Nama saya Amrin Fakhruddin Jauhari, saya lahir di bekasi pada


tanggal 21 November 1993, bintang saya Scorpio dan siho saya ayam.
Banyak teman – teman saya mengatakan saya adalah pribadi yang aneh,
namun terkadang menyenangkan dan baik hati. Saya memang bukan orang
yang cerdas dan mampu membantu banyak teman – teman saya tetapi saya
adalah orang yang mempunyai inisatif yang cukup tinggi, mungkin karena
hal tersebut mereka mempercayakan saya sebagai ketua kelas.  Saya adalah
orang yang cukup perhatian kepada orang – orang di sekitar saya bahkan
terkadang banyak juga orang – orang yang salah mengartikan perhatian
saya.

  Saya hidup dan tinggal di tempat yang sederhana, dan sayapun juga
menjalani kehidupan yang sederhana pula, karena saya bukan terlahir pada
keluarga yang kaya raya, yang mungkin mampu membeli segala sesuatu
seperti dalam acara – acara sinetron pada tv, saya terlahir pada keluarga
yang sederhana atau bahkan mungkin sedikt kekurangan, tapi kami
menjalani kehidupan kami dengan hikmat, kekruangan dan kesederhanaan
itu membuat kami selalu belajar untuk berusaha dengan keras, berusaha
untuk membuat inovasi – inovasi dari keterbatasan kami, ajaran dari sang
ayah yang cukup keras kepada anak – anaknya mebuat saya juga terkadang
berwatak keras kepala, mungkin akan agak sulit bagi orang lain untuk
menjatuhkan argumen saya tetapi saya akan sangat senang jika ada orang
yang dapat mematahkan argumen saya, karena saya tidak terlalu peduli
akan hal seperti itu, yang saya pedulikan adalah apa yang benar akan saya
perjuangkan dan apa yang salah akan terus saya tentang tidak peduli
siapapun orang tersebut, oleh karena itu saya sangat senang jika ada yang
berhasil mematahkan argumen saya.
        
          Keseharian saya cukup membosankan saya hanya pergi ke kampus,
pulang, bantu – bantu orangtua, sholat isya ke masjid, atau jika libur saya
hanya akan tidur – tidur atau bermain komputer seharian. Mungkin saya
mudah di kenali karena beberapa kebiasaan saya, saya sering berangkat ke
kampus atau ke sekolah dengan menggunakan vespa saya, vespa berwarna
merah kesayangan saya yang saya berinama “Simanis”, saya memberikan
nama tersebut karena vespa itu sudah menemani kehidupan saya baik dalam
keadaan saya sulit ataupun senang, saya sangat menyukai vespa saya
tersebut, bahakan saya terkadang tidak suka ada yang menghina kendaraan
saya tersebut, saya juga termasuk orang yang cukup bawel, suka melucu,
dan memperhatikan orang lain karena rasa kepedulian saya terhadap orang
lain yang cukup tinggi, walaupun terkadang saya suka menyendiri karena
sudah terbiasa sendiri sewaktu kecil, tetapi saya juga orang yang membenci
suasana yang sepi dan sunyi. Saya banyak sekali belajar dari kehidupan saya
yang cukup keras di waktu saya kecil, walaupun saya yakin masih banyak
orang yang lebih parah di bandingkan diri saya kehidupanya, karena itu saya
terus belajar untuk menjadi lebih baik lagi, dan tidak menyesali kehidupan
saya, karena bagi saya yang terpenting adalah menjalani kehidupan ini
dengan sebaik – baik mungkin, dan menjadi yang terbaik bagi diri saya dan
orang – orang di sekitar saya.

Anda mungkin juga menyukai