Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Belian Sentiu adalah sebuah upacara tradisional/Ritual pengobatan yang


dilakukan oleh masyarakat Dayak Benuaq di Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat,
Kalimantan Timur. Belian Sentiu berkaitan dengan sistem kepercayaan dan religi
yang dianut oleh masyarakat Dayak Benuaq, serta berhubungan dengan permohonan
pertolongan terhadap roh-roh makhluk halus yang ada di sekitar mereka sekaligus
arwah leluhur serta penguasa atas (Lahtala) dan juga penguasa bawah (Uwokng).
Ritual ini tetap perlu mereka lakukan meskipun secara formal mereka sudah
memeluk agama sebagaimana manusia Indonesia pada umumnya. Perlunya
melakukan Ritual tersebut mereka anggap sebagai upaya untuk mentransformasikan
hubungan manusia yang hidup sebagai makluk di jagad raya dengan alam gaib yang
sifatnya metafisika. Di dalam ritual, mereka melantunkan mantera-mantera magis
dan sakral yang diiringi dengan musik serta tarian. Hal itu menunjukan bahwa
mereka sangat menjaga keseimbangan antara kehidupan dunawi dengan metafisik.1

Berdasarkan pencarian informasi yang telah dilakukan, dengan mengunjungi


salah satu komunitas Dayak Tunjung Benuaq di Kutai Kartanegara, dan bertemu
langsung dengan narasumber Bapak Ipong Dale (60) yang juga selaku kepala adat.
Mengatakan bahwa Belian Sentiu yang masih banyak orang belum ketahui ialah latar
belakang/cerita rakyat sebelum Ritual Belian Sentiu itu dikenal. bermula dari kisah
percintaan yakni Sentiu kepada isterinya Lise yang sangat ia cintai namun Suatu hari
Sentiu harus menerima kenyataan bahwa Isterinya meninggal dunia karena sakit.
Karena besar rasa cintanya, jenazah sang isteri pun tidak ingin Sentiu kubur. Sampai
suatu ketika Sentiu didatangi oleh Uwokng yang ingin menghidupkan kembali
isterinya, untuk diambil dan dijadikan makanan para Uwokng. Namun Sentiu tidak
terima dan terjadinya konflik antara Sentiu dan Uwokng yang pada akhirnya mereka
melakukan kesepakatan/perjanjian yang mengakibatkan Sentiu bisa mendapatkan
isterinya kembali dengan nyawa hidup namun dengan berbagai syarat yang harus

1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Belian_sentiu (diunduh pada tanggal 20 September 2020)
Sentiu penuhi kepada Uwokng, sekaligus ia diberikan keahlian sebagai Pemeliatn
atau Dukun bagi orang-orang yang sakit.2

Cerita rakyat ini merupakan ide untuk sumber karya, Belian Sentiu yang pada
umumnya dikenal sebagai ritual pengobatan, penata akan mencoba mewujudkan
dalam bentuk garapan dengan konsep koreografi yang berbeda pada Tari Belian
Sentiu yang sudah ada. Yaitu tari berpasangan dengan tipe tari dramatik. Penata
membentuk koreografi dengan bentuk garapan kreasi, tetapi masih mempertahankan
nafas tradisi/originalitas yang melalui beberapa tahap pembentukan koreografi.
Semoga dengan adanya karya ini mampu ikut melestarikan cerita rakyat ini dan juga
sebagai referensi ke masyarakat banyak terutama bagi generasi muda yang belum
tahu banyak tentang pengetahuan budaya lokal.

Beberapa Tari tradisional Benuaq yang cukup terkenal adalah Tari Gantar,
Tari Ngelewai, dan Tari Belian. Tiga esensi dari tarian ini menjadi sumber acuan
gerak penata untuk menemukan gerak-gerak baru dan menuangkannya ke dalam
karya tari.

Mengenai Covid-19 yang sedang dialami oleh seluruh dunia dan Indonesia
termasuk salah satunya, saat ini belum kunjung mengalami pemulihan keseluruhan
dan mengakibatkan terbatasnya panggung pertunjukan begitupun dengan pelakunya,
maka penata menyesuaikan kondisi yang ada dengan tidak melibatkan individu yang
banyak di dalam karya. Menjadi sebuah tantangan baru untuk penata untuk
menciptakan karya yang berbeda jauh dari ekspektasi awal, mulai dari pemilihan
penari, mengatur jadwal latihan, hingga pemilihan tempat latihan dan tempat pentas.

2
Wawancara dengan Ipong Dale (60). 21 September 2018. Pukul 10.00 WITA. Selaku ketua adat
Masyarakat Dayak Benuaq di daerah Mangkuraja kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara.
B. Rumusan Ide Penciptaan

Berdasarkan paparan di atas, Sumber penciptaan karya tari ini adalah


dramatik kisah Sentiu dan Lise yang menjadi latar belakang adanya ritual Belian
Sentiu oleh Dayak Benuaq, Kalimantan timur. Namun pada penciptaan karya ini
tidak sepenuhnya cerita dan yang ditampilkan melainkan hanya fokus pada dua
karakter yaitu Sentiu dan Lise saja. Maka pertanyaan kreatif untuk penciptaan
karya ini yaitu : Bagaimana menginterpretasi dan menciptakan karya tari duet
bersumber dari cerita rakyat Belian Sentiu untuk karakter Sentiu dan Lise?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan.
Menginterpretasi dan menciptakan karya tari duet bersumber dari cerita
rakyat Belian Sentiu untuk karakter Lise dan Sentiu?

2. Manfaat
a. Meningkatkan kemampuan mencipta dan menata gerak tari pedalaman
Dayak Benuaq Kalimantan Timur. Kedalam koreografi duet.
b. Meningkatkan kemampuan menari secara duet atau berpasangan.
c. Menginspirasi penata tari muda dan menjadikan referensi untuk karya tari
duet khususnya dengan materi kesenian Dayak Benuaq.
d. Sebagai pijakan untuk karya penata selanjutnya.

D. Tinjaun Sumber
1. Sumber Lisan
Pada tanggal 21 September 2018 Penata mengunjungi Sanggar seni Pokan
Takaq di Mangkuraja 6, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Bertemu beberapa
tokoh masyarakat dan mewawancari beberapa narasumber yang juga sebagai
masyarakat asli suku dayak benuaq adalah Ipong Dale, ketua adat di Mangkuraja
(60) dan Ibu Hamida (48) selaku pendiri dan pelaku seni yang memiliki Sanggar
Seni Pokan Takaq. Mewawancarai dengan mengajukan beberapa pertanyaan
seputar sejarah Belian Sentiu dan perkembangannya, bentuk ritual serta para
pelaku ritualnya.
Penata melakukan wawancara lewat komunikasi telepon kepada Erik Estrada
(24) seorang pelaku seniman dengan fokus mengembangkan budaya Benuaq,
beliau adalah masyarakat asli suku Dayak Benuaq yang juga dikenal sebagai
penari belian sentiu dan sering menarikan dalam beberapa acara besar.
Wawancara dilakukan dengan empat hari berturut mulai pada tanggal 6 – 10
maret 2021. Dalam wawancara penata memmpertanyakan seputar pelrsyaratan
dan pelaksanaan dan ritual Belian Sentiu.

2. Sumber Tercetak
Koreografi; Bentuk Teknik dan Isi, 2016, Tulisan dari Y Sumandiyo Hadi.
Dengan buku ini penata memahami cara menyusun koreografi dengan
memanfaatkan aspek-aspek koreografi dan juga focus terhadap bagaimana
menghadirkan “Isi” dalam sebuah koreografi.
Perbendaharaan Kebudayaan Kalimantan Timur oleh Bagian Humas
Setwilda TK. II Kutai. Buku ini berisi tentang keanekaragam kebudayaan
Kalimantan Timur salah satunya ialah ritual pengobatan Beliatn yang dilakukan
oleh beberapa suku Dayak.
Komposisi Tari; Dances composition, the Basic Elements, 1986, Tulisan dari
La Meri (Russel Meriwether Hughes). Dengan buku ini penata memahami
elemen-elemen dasar untuk membentuk sebuah komposisi tari.
Ruang Pertunjukan dan Berkesenian oleh Hendro Martono. Dalam Buku ini
ditemukan tentang penjelasan dan pemilihan tentang ruang pentas.
Antropologi Tari: Dalam Perspektif Indonesia oleh Dr. Sumaryono, MA.
Buku ini berisi tentang Antropologi Tari, Hubungan Tari dengan Manusia, Studi
Tentang Gaya Seni Tari, dan lain-lain

Elemen-Elemen Dasar: Komposisi Tari oleh Soedarsono. Buku ini berisi


tentang desain lantai, desain atas, desain musik, desain dramatik, dinamika, tema,
gerak, proses, perlengkapan-perlengkapan koreografi kelompok dan lainnya.

3. Videografi
Video dokumenter “Belian Sentiyu, Pengobatan Tradisional Benuaq” oleh
Yayasan Media dan Seni Yogyakarta. Diunduh pada tanggal 31 Desember 2019 di
Kanal Youtube Jabatin Bangun. Video ini adalah sebuah video dokumenter dan
wawancara dengan narasumber Lukas seorang pemuka adat masyarakat Dayak
Benuaq, beliau menjelaskan seputar tentang persyaratan dan persiapan dalam
pelaksanaan ritual Belian sentiu.
Video “Tarian Belian Sentiu” oleh Sanggar Seni Datuq Sekolaq Darat. diunduh
di Kanal Youtube Kalep Kurniawan Channel pada tanggal 1 November 2019.
Dalam video ini sebuah pertunjukan Tari Belian Sentiu dengan formasi 5 penari
dengan visual dukun/Pemeliatn lengkap mengenakan pakaian khas Pemeliatn
berupa bawahan rok tanpa memakai atasan tertutup, mengenakan kalung
Jurokgn, juga memakai ikat penutup kepala dari kain. Dan aplikasi janur kuning
sebagai penghias dan juga menggunakan property rangkaian janur dipegang oleh
kedua tangan,. Dalam video ini nampak satu penari yang memakai warna
pakaian/rok yang berbeda yaitu warna merah sedangkan yang lain berwarna
putih.
Video “Pawang Beliatn Generasi Terakhir” oleh Kanal Youtube Ukir Mandau
Dayak. diunduh pada tanggal 9 Februari 2021. Dalam video ini seorang Host
memperkenalkan sosok tua yang dijelaskannya adalah seorang generasi
Pemeliatn terakhir.
Video “Tari Belian Sentiyu” oleh Kanal Youtube Manusia Ajaib, diunduh pada
tanggal 4 November 2019. Dalam video ini memperlihatkan pertunjukan tari
dengan formasi penari 10 orang diantaranya 5 penari pria dan 5 penari wanita.
Dengan gerak tari yang dinamis diiringi pola musik yang monoton didominasi
oleh kelentangan.
Video “Asal usul Beliant Bawo” di kanal Youtube Empu Gelollw, di Unduh
pada tanggal 21 Agustus 2020. Dalam video ini Seorang pria dikenal dengan
sapaan empu Gelollw juga seorang pengrajin besi/pembuat Mandau senjata khas
Dayak, menjelaskan tentang asal usul Beliant Bawo. Namun cerita yang
disampaikan adalah bukan sebenarnya asal usul Beliant bawo melainkan Belian
Sentiu.
BAB II

KONSEP PENCIPTAAN TARI

A. Kerangka Dasar Pemikiran


Tradisi adat istiadat atau kebiasaan turun temurun yang telah
dipraktikkan masyarakat diseluruh wilayah saat ini sedang menghadapi hal
serius, yaitu hilangnya generasi penerus yang mencintai tradisi lokal mereka.
Penyebabnya tidak sederhana, Melainkan karena arus urban pedesaan yang
menggerus nilai-nilai lokal, berkembangnya teknologi juga merupakan
ancaman bagi anak-anak atau generasi penerus tidak mencintai lagi akar
budayanya. Jangankan untuk mencintai mungkin untuk mengenalinya pun
sudah tidak ada ketertarikan. Dengan hal demikian membuat keprihatinan
tersendiri kepada penata yang berkeinginan ikut berperan dalam
membangkitkan minat masyarakat terhadap kearifan lokal khususnya bagi
generasi muda, dan sadar akan budaya yang rentan agar bisa lebih mengenal
asal usul budaya agar tak hilang ditelan zaman.
Mengangkat budaya Dayak Benuaq yang eksotik dan penuh misteri
menjadi salah pilihan sumber karya yang ingin dikenalkan bukan sebagai
dalam hal fungsi saja melainkan latar belakang dari segi cerita rakyat turun
temurun yang dijaga hingga sekarang agar tidak terjadi adanya pergeseran
narasi dengan versi yang berbeda.
Belian Sentiu yang dikenal sebagai ritual sakral, akan dibentuk karya
dengan penyajiannya dalam bentuk yang berbeda, dengan garapan tari
dramatik bersumber dari cerita rakyat yang melatarbelakangi kemunculan
ritual ini. Kisah Sentiu dan Lise yang dicintainya berujung pilu dan
mengharukan dan menjadikan Sentiu dikenal sebagai orang yang berpengaruh
kehadirannya dalam perannya kala itu, ialah sebagai Dukun penyembuh bagi
yang sakit dan menghindarkan bala bagi masyarakatnya.
Kisah sentiu menjadi inspirasi penata dalam karya ini, kisah sentiu
dituangkan dalam tari duet dramatik dengan alur anti klimaks yaitu narasi
yang dipenggal hanya fokus dengan karakter Sentiu dan Lise dengan akhir
kisah/adegan Lise meninggal dunia. Sedangkan cerita untuk Uwokngnya tidak
dimunculkan dikarenakan keterbasan dalam kuantitas penari yang hanya
dilakukan oleh dua orang saja. Mengenai kisah ini, penata mencoba memasuki
ruang imajinasi dan berimprovisasi membentuk suatu alur tambahan adegan
dengan motivasi yaitu kehidupan Sentiu dimasa tua. dengan kesibukan Sentiu
sebagai Pemeliatn/dukun, sentiu masih menyimpan luka dan kesetiaannya
kepada Lise. Dalam hidupnya Lise adalah bagian yang terpenting, dalam
setiap waktunya bayangan Lise tidak akan pernah hilang dan akan dikenang
sampai akhir hayatnya. Ia mendedikasikan hidupnya sebagai Pemeliatn dalam
Ritual Belian Sentiu sebagai wujud kasih sayang dan kesetiannya kepada Lise.
Pemilihan sumber karya ini berawal dari pengalaman penata pada
tahun 2010 yang memulai berkegiatan dalam dunia tari pertama kali dalam
suatu organisasi tari di kota Bontang, Kalimantan Timur. Pertunjukan tari
tradisional yang pertama kali dilakukan dan dipelajari penata ialah budaya
Kalimantan timur dengan tari tradisional oleh suku Dayak Benuaq yakni Tari
Belian Sentiu. Sejak saat itu kesan penata dalam tari tersebut membuat rasa
penasaran yang cukup lebih yang menurut penata Tari Belian Sentiu adalah
suatu tari yang penuh misteri, eksotik dan menarik. Dan benar adanya ternyata
Belian Sentiu menyimpan kisah yang penata baru ketahui pada tahun 2018
dari masyarakat dayak benuaq itu sendiri dalam kegiatan observasi ke
kediaman pemilik lembaga seni konsentrasi di bidang kesenian budaya
Benuaq, Pokant Takaq. Dari situlah inisiatif penata ingin mengeksplor lebih
tentang budaya benuaq khususnya Belian Sentiu.

B. Konsep dasar tari


1. Rangsang Awal
Rangsang dapat diartikan sebagai sesuatu yang membangkitkan
pikiran, semangat, atau mendorong kegiatan.3 Penata menggunakan rangsang
Audio sebagai rangsang awal dalam garapan ini. Ringkasnya penata
merasakan sesuatu magnet luar biasa ketika pertama kali Seruling Dewa yang
didengar langsung dari tiupan salah seorang pemain musik pada saat penata
aktif dalam suatu sanggar seni di Bontang (2010) dan saat itu penata
memutuskan untuk terjun ke dunia tari, pemahaman penata tentang Dayak
dikala itu masih sangat awam dan memberikan rasa penasaran yang besar
tentang latar belakang seruling itu, dengan perjalanan waktu yang panjang
hingga tahun 2018 akhirnya penata memperoleh beberapa informasi tentang
Ritual Belian Sentiu dan mengetahui Kisah tokoh awal yang ada dalam Ritual
tersebut dan menambah rasa penasaran yang lebih dalam.

2. Tema

Penata memilh tema garapan tentang kisah percintaan dengan


pengenalan dua tokoh yang dipercayakan masyarakat benuaq sebagai kisah
yang tragis dan sakral. Dipercayakan bahwa Belian Sentiu adalah ritual
pengobatan yang dipakai untuk menyembuhkan orang yang sakit dan penolak
bala, namun dibalik itu ritual yang masih eksis hingga sekarang menyimpan
kisah dibelakangnya dan ternyata belum banyak orang mengetahuinya. Dalam
hal ini mendorong penata untuk lebih mengeksplor dan menggali lebih tentang
pengetahuan berkaitan latar belakang Belian Sentiu dan menjadikannya dalam
suatu karya tari dramatik.

3. Judul Tari

Dengan tujuan penata untuk mengenalkan Beliatn dalam segi latar


belakangnya maka dibutuhkkan judul tepat yang mudah diingat oleh penonton
dengan penata memilih judul dengan menggunakan nama dari karakter utama
dalam legenda tersebut yang disingkat yaitu Lise dan sentiu menjadi “
Lisentiu”.

3
Jacqueline Smith, Dance composition Guide for Teacher (Yogyakarta:Ikalasti Yogyakarta,1985) 23.
4. Tipe Tari

Tipe tarian pada karya tari ini yaitu tipe dramatik atau diartikan
sebagai gagasan yang dikomunikasikan dengan melibatkan banyak konflik
yang kuat, dinamis dan banyak ketegangan antara seseorang atau dengan
orang lain, juga pengembangan gerak tertentu.4 Penggarapan, karya ini
menggunakan tipe tari dramatik dengan memunculkan tokoh atau karakter
serta menggunakan alur mundur dan anti klimaks.

5. Bentuk dan Cara Ungkap.

Penyajian karya ini menggunakan representasional dan simbolis.


Dengan mengutamakan ide dasar yakni tari dramatik penata berusaha
menampilkan wujud dari objek secara realistic agar tersampaikannya narasi
dengan jelas.
Adapun pembagian adegan dalam karya ini yang berdurasikan total
delapan menit tiga puluh detik;

a. Adegan pertama/Introduksi yaitu visualisasi Pemeliatn/Sentiu yang


sedang melakukan Pengobatan. Gerak yang dilakukan ialah
pengembangan dari gerakan Belian. Motivasi geraknya ialah
pengobatan, pergolakan batin dengan kerinduan yang mendalam
kepada Lise. Adegan ini berdurasikan 1 menit 30 detik dengan suasana
misterius atau menegangkan.

b. Adegan kedua visualisasi dari halusinasi Sentiu dengan motivasi kilas


balik pertemuan antara Lise dan Sentiu, adegan dengan suasana
romantis serta menggunakan tempo yang lambat. Pada adegan ini
berdurasi 2 menit.
c. Adegan ketiga visualisasi kebersamaan Sentiu dan Lise, dengan
penggambaran perasaan Sentiu terhadap Lise yaitu kesetiaan dan kasih
saying, rasa cemburu dan kecemasan. tempo gerak lebih rapat dari
adegan sebelumnya. Pada adegan ini dihadirkan beberapa gerak

4
Jacqueline Smith, Dance composition Guide for Teacher (Yogyakarta:Ikalasti
Yogyakarta,1985) 27.
dengan teknik Lifting juga pola lantai yang berpindah-pindah. Pada
adegan ini berdurasi 2 menit.
d. Adegan keempat yaitu akhir tarian yang anti klimaks. Adegan
visualisasi kehidupan Sentiu dan Lise hingga akhir adegan yaitu Lise
meninggal dunia karena sakit. Suasana pada adegan ini yaitu dinamis
berangsur melambat dengan suasana haru. Pada adegan akhir ini
berdurasi 3 menit.

C. Konsep Garap Tari


1. Gerak Tari
Konsep penyajian karya ini berpijak pada pengembangan gerak
dasar tari Belian, Tari Ngelewai dan Tari Gantar. Belian dengan esensi
geraknya yaitu memutar, langkah kaki dengan gemerincing, hentakan
kaki dan tangan sebagai wujud sakral dan magis. Tari Ngelewai
dengan dasar gerak lembut dan gemulai dengan selendang sebagai
propertinya sebagai gambaran keanggunan seorang wanita serta Tari
Gantar yang berfokus dengan penggunaan Tongkat dan Kesik yang
dimainkan juga sebagai propertinya ialah visual bercocok tanam
sebagai wujud Kerja keras, kerja sama, dan rasya syukur kepada sang
pencipta.
Penata melakukan tahap eksplorasi dan improvisasi, penata
mencoba menemukan gerakan-gerakan baru yang sifatnya distorsi
maupun stirilisasi. Gerak yang dihasilkan disesuaikan dengan
kebutuhan untuk setiap adegan, dalam karya ini juga dihadirkan teknik
lifting dengan visualisasi dan motivasi yang dimana didominasi penari
pria sebagai pondasinya.
Tema gerak pada karya tari ini yaitu Locomotor Movement dan
Stationary. Locomotor Movement berarti berpindah tempat dengan
gerakan seperti berjalan, berlari, bergerak sambil berpindah.
Sedangkan Stationary berarti bergerak ditempat.5

5
Y. Sumandiyo Hadi, Koreografi Bentuk-teknik-isi (Yogyakarta:Cipta Media,2016) 59.
a. Penari
Dalam karya ini menggunakan penari berjumlah dua orang yaitu
pria untuk karakter Sentiu dan wanita untuk karakter Lise. Penari dengan
kematangan dalam aksinya sangat dibutuhkan dalam karya duet ini, penari
dituntut agar bisa menyampaikan dan mengekspresikan gerak dan makna
dengan baik. Pemilihan peran berdasarkan karakter dalam cerita lebih
selektif dengan pertimbangan kemampuan ketubuhan, fisik, keunikan, rasa
hingga teknik yang dikuasai. untuk pemilihan karakter Lise yang menjadi
pasangan duet dengan karaktrer Sentiu yang dilakukan sendiri oleh penata,
ialah ditujukan pilihannya kepada Novita Ainun S,sn (22) berstatus alumni
Mahasiswa dengan memiliki tinggi lebih rendah dari karakter Sentiu yang
diharapkan bisa menjalankan peran dengan baik.

b. Musik Tari
Karya ini menggunakan musik MIDI (Musical Instrument Digital
Interface) pemilihan beberapa instrument untuk menciptakan musik yang
tetap merepresentasikan budaya Benuaq. Dengan pemilihan alunan suling
untuk menginterpretasikan perasaan sedih dilengkapi dengan tabuhan
gendang serta kelentangan dengan irama khas Benuaq.
Penata juga menghadirkan musik eksternal yaitu lantunan mantra
dilakukan oleh penata/penari pria dengan karakter Sentiu atau si Pemeliatn
(dukun). Composer untuk musik dalam karya ini penata mempercayakan
kepada Ilham Saputra S,pd ialah seorang pemusik yang saat ini juga masih
aktif di dalam organisasi seni.

c. Tata Rias dan Busana


Tata rias yang digunakan dalam karya ini adalah tata rias yang
cantik untuk para penari wanita sesuai dengan karakter yang
menggambarkan keanggunan. Sedangkan untuk penari pria dengan
karakter wajah yang alami yang keorisinalannya ditonjolkan dengan riasan
yang tidak berlebihan, menyesuaikan penggambaran pria pedalaman
Dayak Benuaq pada umumnya. Untuk busana penari pria dan wanita
dimodifikasi dengan bentuk ketradisiannya masih tetap ada.
Dalam karya ini untu penari pria memakai atasan berbentuk rompi
dari kain kayu “Jomok” serta memakai kalung dari rangkaian patung kecil
khas Benuaq bernama “Jurokgn”, juga dua tali merah di aplikasikan pada
lengan kanan dan kiri (kelat bahu). untuk bawahan memakai celana
pendek berwarna hitam dilengkapi dengan Cangcut/penutup area depan
dan belakang. Memakai ikat kepala dari kain Jomok.
Penari wanita memakai atasan kemben atau Torso berwarna hitam
dikombinasikan dengan kain yang dilengkapi dengan motif Tumpar
sebagai ikatan di area dada untuk perekat agar tidak kedodoran, aplikasi
selendang kuning yang di area bahu sebagai pelindung/penutup. Memakai
rok merah sepanjang lutut dihiasi dengan motif juga kerincingan kecil,
dilengkapi dengan tiga potongan kain motif Ulap Doyo yang di
aplikasikan di sisi kanan dan kiri pinggang serta di bagian belakang.
Memakai celana hitam ketat sebagai dalaman dan memakai ikat kepala
wanita Khas dayak Benuaq dari kepangan tiga tali berwarna merah kuning,
merah dan hitam. Serta penggunaan rambut imitasi panjang.

d. Tempat pentas
Seniman seni pertunjukan dapat secara kreatif menciptakan dan
memanfaatkan ruang-ruang publik. Ruang merupakan sesuatu yang mati,
tetapi ruang dapat memberi stimulus terhadap pengembangan gagasan
yang tak terhingga sesuai kemampuan seniman.6
Tempat pentas yang digunakan sebagai ruang menari merupakan
non konvensional yang berarti tidak di panggung pertunjukan. Dan tempat
pementasan atau pengambilan video dilakukan di sebuah tempat yang
dikelilingi oleh pepohonan dengan imajinasi dan suasana Hutan yang sejuk
Dan tempat pementasan berada di Air Terjun Bukit Biru Tenggarong,
Kutai Kartanegara. Pepohonan dan air terjun menjadi pendukung visual
sebagai suasana yang coba dibangun oleh penata. Disesuaikan dengan
Kisah sentiu yang hidup ditengah hutan bersama Lise, dan juga air adalah
bagian dari kisah dimana Sentiu menenggelamkan mayat lise disuatu
danau, walaupun bagian dari kisah itu tidak dimunculkan dalam adegan.

6
Hendro Martono, Ruang Pertunjukan dan Berkesenian (Yogyakarta:Cipta Media,2012)95-
102.
Air terjun Bukit Biru dinilai adalah pilihan tepat untuk tempat pementasan
karya ini.

e. Tata Cahaya
Dengan konsep pementasan outdoor dan dilakukan pada siang hari
koreografi ini menggunakan cahaya alami yaitu matahari sebagai
penerangan.
BAB III
PROSES PENCIPTAAN TARI

A. Metode Penciptaan Tari


1. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan awalan dalam tahap pembuatan koreografi.

Eksplorasi adalah suatu pengalaman untuk mendapatkan rangsangan,

sehingga dapat memperkuat daya kreativitas.7

Tahap awal mengapa penata tertarik memilih Beliatn Sentiu sebagai

sumber karya ialah berdasarkan empiris/pengalaman penata dalam

menarikan tarian Beliatn Sentiu itu sendiri dan berlanjut dengan rasa

penasaran sehingga terinspirasi untuk mencari lagi informasi dan

menemukan bahwa dibalik Ritual tersebut terdapat kisah yang ternyata

belum banyak diketahui.

Kisah Sentiu menjadi inspirasi penata untuk membuat suatu karya tari

dramatik dengan melibatkan dua orang penari atau tari duet, dengan

alasan untuk fokus terhadap 2 karakter utama yaitu Sentiu dan Lise.

Dengan menggunakan gerak-gerak dasar dari tarian-tarian suku benuaq

yang lainnya sebagai materi gerak yang kemudian dieksplor dengan

mencari dan menemukan gerak baru.

2. Improvisasi

Tahap awal untuk Improvisasi adalah penata mencoba untuk

melakukan gerak secara spontanitas melalui rangsangan audio dan

mencoba untuk memasuki ruang imajinasi. Dengan eksplorasi

pengembangan gerak dari tarian-tarian suku Dayak Benuaq penata

7
Y. Sumandiyo Hadi, Koreografi Bentuk-tekknnik-isi (Yogyakarta:Cipta Media,2016) 69.
mencoba mentransfer gerak kepada penari, dan yang menjadi tantangan

tersendiri bagi penata ialah menciptakan gerak dengan karakter wanita,

dikarenakan penata cenderung ketubuhannya lebih sering untuk karakter

pria. Dan tantangan lainnya adalah bagaimana membangun Chemistry

antara pasangan duet dalam melakukan gerak baik gerakan bersentuhan

maupun tidak bersentuhan.

3. Komposisi

Tahap pembentukan merupakan tahap membuat atau menyusun gerak

sehingga menjadi satu koreografi.8 Selain gerak, penata juga menetapkan

tata rias dan kostum, musik, serta pemilihan lokasi yang tentunya selaras

dengan konsep dan tema. Pembentukan karya tari ini tidak terlepas dari

aspek ruang, waktu dan tenaga. Permainan pola lantai, tempo gerak dan

kekuatan tubuh sangat diperlukan dalam pembentukan koreografi ini.

Gerak-gerak yang telah ditemukan dalam proses improvisasi dipilih

kembali dan disusun berdasarkan adegan-adegan yang telah ditentukan.

4. Evaluasi.

Evaluasi dimaksudkan untuk meninjau ulang untuk membenahi

sesuatu yang kurang maupun berlebihan, Baik dalam penataan karya

maupun selama proses pengkaryaan. Salah satu pertimbangan yang

sering dilakukan ialan filterisasi gerak yang terasa kurang nyaman

dilakukan oleh penari. Evaluasi ini merupakan penilaian penata yang

sifatnya mengoreksi terhadap karya dan prosesnya serta semua

pendukung yang terlibat didalamnya.

8
Y. Sumandiyo Hadi, Koreografi (Bentuk-teknik-isi) (Yogyakarta:Cipta Media,2016) 77.

Anda mungkin juga menyukai