Anda di halaman 1dari 70

PEDOMAN

PRAKTIK KERJA NYATA TERPADU (PKNT)


BERBASIS INTER PROFESIONAL EDUCATION (IPE)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2020

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke khadirat Alloh SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya Pedoman
Praktik Kerja Nyata Terpadu (PKN Terpadu) Tahun 2020 Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Bandung dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjunan alam Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh pengikunya
hingga akhir zaman termasuk pada kita semua… aamiin.

Pedoman PKN terpadu Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Tahun 2020 menguraikan
tentang pelaksanaan PKN secara terpadu yang dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa tingkat tiga
Program Diploma Tiga dan Diploma Empat Poltekkes Kemenkes Bandung di Kecamatan Jalan Cagak
Kabupaten Subang. Uraian di dalamnya berisi tentang dasar pemikiran, tujuan serta mekanisme
pelaksanaan kegiatan PKN Terpadu, disertai dengan pre planning setiap kegiatan sehingga dapat
digunakan oleh mahasiswa dalam melaksanakan PKN Terpadu, serta pembimbing dalam
mengarahkan mahasiswa mencapai tujuan PKN Terpadu.

Dalam penyusunan Pedoman PKN Terpadu ini, tentunya masih jauh dari sempurna, sehingga
harus terus digali serta dilengkapi. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya
untuk mewujudkan pedoman PKN terpadu Poltekkes Kemenkes Bandung Tahun 2020 ini. Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan Pedoman PKN Terpadu di
masa mendatang.

Bandung, Januari 2020


Direktur

Dr. Ir. H. Osman Syarief, M.KM


NIP. 196008061983121002

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 2


DAFTAR ISI

halaman
Kata pengantar ………………………………………………………………………………………............................. i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………............................ ii
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Poltekkes Kemenkes Bandung ………………............................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. DASAR PEMIKIRAN ………………………………………………………………………........................ 1
B. TUJUAN ……………………………………………………………………………………........................... 1

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN PKN TERPADU DI KECAMATAN JALANCAGAK KABUPATEN


SUBANG
A. JADUAL KEGIATAN …….…………………………………………………………………........................ 2
B. PENDEKATAN ……………………………………………………………………………........................... 2
C. URAIAN KEGIATAN ………………………………………………………………………........................ 3

BAB III PRE PLANNING KEGIATAN PKN TERPADU DI KECAMATAN JALANCAGAK


KABUPATEN SUBANG
A. SOSIALISASI TINGKAT RW …….………………………………………………………....................... 10
B. SURVEI MAWAS DIRI ………………………………………………………………….......................... 11
C. MUSYAWARAH KESEHATAN MASYARAKAT ……..………………………………................... 12
D. PELATIHAN KADER KELUARGA SEHAT TINGKAT DESA …………………………................ 14
E. IMPLEMENTASI PEMBINAAN ………………………………................................................. 16
F. LOMBA CERDAS CERMAT KADER .........................…………………………...................... 18
G. TERMINASI KEGIATAN PKN TERPADU TINGKAT RW …………………………................... 20

BAB IV MATERI PRAKTIK KERJA NYATA TERPADU (PKNT)


A. KONSEP INTER PROFESSIONAL EDUCATION (IPE) ....………………………………………… 22
B. MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR ……………………………………….......................... 23
C. KOMUNIKASI ANTAR PROFESI …………………………………………................................. 25
D. KERJASAMA ANTAR PROFESI DAN LINTAS SEKTOR ..……………….......................... 31
E. MANAJEMEN KASUS/PENYAKIT BERBASIS WILAYAH ..……………........................... 32
F. ASUHAN KESEHATAN KELUARGA DENGAN STUNTING ........................................ 35
G. PENGORGANISASIAN MASYARAKAT .................................................................... 42

Lampiran-lampiran
1. Lay Out Laporan
2. Cover Laporan
3. Lembar Pengesahan
4. Daftar Kelompok, Lokasi, Nama Mahasiswa dan Pembimbing
5. Instrumen Survei Mawas Diri (SMD)
6. Form Penilaian

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 3


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
VISI
Menjadi Perguruan Tinggi Kesehatan Yang Berorientasi Pada
Keunggulan Lulusan di Indonesia Tahun 2020

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan, pembelajaran dan kemahasiswaan yang berkualitas dengan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bidang kesehatan.
2. Menyelenggarakan penelitian terapan bidang kesehatan dan pengabdian kepada masyarakat dengan
meningkatkan kerjasama dengan pemerintah, industri dan perguruan tinggi baik Nasional maupun
Internasional.
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya dan manajemen perguruan tinggi berdasarkan prinsip tata kelola yang
baik.
4. Mengembangkan program studi dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan.

TUJUAN
1. Melaksanakan pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan IPTEK Bidang Kesehatan
serta berbasis Informasi dan Teknologi Komunikasi.
2. Melaksanakan pembinaan kegiatan kemahasiswaan dalam rangka meningkatkan kualitas softskill mahasiswa
Poltekkes Kemenkes Bandung.
3. Melaksanakan penelitian terapan bidang kesehatan dengan meningkatkan kerjasama dengan pemerintah,
industri dan perguruan tinggi baik Nasional maupun Internasional.
4. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan meningkatkan kerjasama dengan pemerintah, industri
dan perguruan tinggi lain.
5. Meningkatkan mutu tenaga pendidik (dosen) dan tenaga kependidikan dalam rangka menunjang pelaksanaan
Tri Dharma Perguruan Tinggi.
6. Meningkatkan mutu sarana prasarana pembelajaran dalam menunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi.
7. Meningkatkan mutu manajemen dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada pelanggan dengan
memanfaatkan informasi dan teknologi komunikasi.
8. Mewujudkan pengembangan program studi dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan pelayanan
kesehatan.

SASARAN
1. Peningkatan mutu pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran.
2. Peningkatan mutu pembinaan kegiatan kemahasiswaan.
3. Peningkatan mutu kegiatan penelitian terapan bidang kesehatan.
4. Peningkatan mutu kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
5. Pengembangan kerjasama dengan pemerintah, industri dan perguruan tinggi dalam bidang Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
6. Peningkatan mutu tenaga pendidik (dosen) dan tenaga kependidikan.
7. Peningkatan mutu sarana prasarana pembelajaran.
8. Pengembangan penjaminan mutu perguruan tinggi.
9. Peningkatan partisipasi dalam kepengurusan organisasi profesi dan kegiatan ilmiah.
10. Pengelolaan anggaran yang efektif dan efisien.
11. Pengembangan program studidan kelembagaan.
12. Peningkatan fasilitas teknologi dan komunikasi dalam menunjang kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Lampiran

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 4


BAB I
PENDAHULUAN

A. DASAR PEMIKIRAN
Praktik Kerja Nyata Terpadu (PKN Terpadu) merupakan salah satu mata kuliah di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung yang diberikan kepada mahasiswa di semester akhir sebagai salah satu bentuk pelaksanaan
inter professional education (IPE) dan inter professional collaboration (IPC). Dalam pelaksanaanya diperlukan
pedoman untuk mengakomodir pencapaian tujuan mata kuliah PKN Terpadu dengan optimal. Pedoman PKN
Terpadu ini dirancang sebagai acuan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan kemampuan dan keterampilannya
secara langsung di lapangan, juga untuk para dosen pembimbing yang mengarahkan mahasiswa mencapai
tujuan.
Pedoman PKN Terpadu berisi tentang bagaimana penerapan praktik secara interdisiplin antar profesi
kesehatan terkait pembinaan dan pengembangan keluarga menuju keluarga sehat melalui pendekatan
pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) dengan fokus pada penanganan stunting. Meskipun Pedoman
ini berisi petunjuk mulai dari tahap awal sampai tahap akhir PKN Terpadu, akan tetapi pada saatnya nanti
penggunaannya disesuaikan dengan ciri atau karakteristik wilayah yang menjadi lahan praktik, sehingga dapat
mengakomodasi kebutuhan wilayah tersebut.

B. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya PKN Terpadu Tahun 2020 adalah :
1. Mahasiswa memahami konsep dasar inter professional education (IPE) dan inter professional colaboration
(IPC).
2. Mahasiswa dapat melaksanakan sosialisasi internal dan eksternal untuk memulai pelaksanaan PKN Terpadu
berbasis inter professional education (IPE) dan inter professional colaboration (IPC) terkait penanganan
stunting.
3. Mahasiswa dapat melaksanakan survei mawas diri (SMD), menganalisa dan merumuskan masalah berbasis
inter professional education (IPE) dan inter professional colaboration (IPC) terkait penanganan stunting.
4. Mahasiswa dapat melaksanakan musyawarah masyarakat di tingkat RW untuk menetapkan rencana
pemecahan masalah kesehatan di wilayah tersebut dengan memperhatikan aspek inter professional
education (IPE) dan inter professional colaboration (IPC) terkait penanganan stunting.
5. Mahasiswa dapat melaksanakan pelatihan kader berbasis inter professional education (IPE) dan inter
professional colaboration (IPC) di tingkat Desa terkait penanganan stunting.
6. Mahasiswa dapat melaksanakan implementasi pembinaan masyarakat berbasis inter professional education
(IPE) dan inter professional colaboration (IPC) :
a. Implementasi spesifik terkait penanganan stunting
b. Implementasi sensitif terkait penanganan stunting
7. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi hasil pembinaan masyarakat berbasis inter professional education
(IPE) dan inter professional colaboration (IPC) terkait penanganan stunting.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 5


BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN PKN TERPADU
DI KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG

A. JADUAL KEGIATAN
PKN Terpadu Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung dilaksanakan pada tanggal 13 – 25 Januari 2020 di
Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang.
Jadual Kegiatan PKN Terpadu di Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang
Tanggal 13 – 25 Januari 2020

Januari
No Kegiatan
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 Perkuliahan Bandung, Cimahi, Karawang, dan
Bogor termasuk UTS dan UAS
2 Persiapan Administrasi dan Keberangkatan
2 Pembukaan di Kecamatan, Sosialisasi di Desa
dan RW
3 Survei Mawas Diri (SMD) :
a. Pengumpulan data Status Gizi dan Stunting
b. Pengolahan, Analisa dan perumusan
Masalah
c. Penyusunan Rencana Kegiatan (POA)
4 Musyawarah Masyarakat tingkat RW
(MMRW)
5 Pelatihan Kader Tingkat Desa di 7 Desa
6 Implementasi/Pembinaan terkait stunting
7 Ujian Praktik
8 Lomba :
Cerdas Cermat Kader
9 Evaluasi,Tindak Lanjut, Pelaporan dan
Penutupan di Kecamatan
10 Terminasi
a. Tingkat RW
b. Kembali ke Kampus

B. PENDEKATAN
PKN Terpadu merupakan salah satu mata kuliah di Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung yang diberikan
kepada mahasiswa di semester akhir sebagai salah satu bentuk pelaksanaan inter professional education (IPE) dan
inter professional collaboration (IPC) dengan beban studi 2 SKS (1 T dan 1 P). Pembelajaran teori PKN terpadu
dilaksanakan di kampus, dan pembelajaran praktik dilaksanakan di lapangan, yaitu di Kecamatan Jalancagak
Kabupaten Subang. Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran praktik dalam konteks PKN Terpadu
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung adalah Primary Health Care atau Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD). Urutan kegiatan secara keseluruhan sebagai berikut:

TAHAP 2 TAHAP 3
TAHAP 1
SMD MMRW
SOSIALISASI
PBM
TEORI
TAHAP 6 TAHAP 5 TAHAP 4
EVAL. & TERM
IMPLEMENTASI PELAT. KADER

1. Tahap 1: Sosialisasi
a. Sosialisasi tingkat Kecamatan dan Desa
b. Sosilaisasi tingkat RW
2. Tahap 2: Survei Mawas Diri (SMD)
a. Pengumpulan data terkait Status Gizi dan Stunting di wilayah RW masing-masing. (instrumen SMD
terlampir)
b. Pengolahan, Analisa data, perumusan masalah dan penyusunan rencana kegiatan
3. Tahap 3: Musyarawah Masyarakat Desa (MMD)
MMD atau Lokakarya mini di lakukan di RW masing-masing.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 6


4. Tahap 4: Pelatihan Kader
Pelatihan Kader terkait status gizi dan stunting dilakukan ditingkat Desa.
5. Tahap 5: Implementasi Kegiatan
Implementasi kegiatan terkait masalah gizi dan stunting, dilakukan melalui intervensi spesifik untuk
mengatasi penyebab langsung dan intervensi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.
6. Tahap 6: Evaluasi, Pembinaan dan Perluasan
a. Evaluasi
b. Penyusunan RTL
c. Terminasi tingkat RW
d. Terminasi tingkat Desa/Kecamatan

C. URAIAN KEGIATAN
1. PERKULIAHAN
a. Bobot:
Bobot Studi PKN Terpadu 2 SKS, terdiri dari: 1 SKS Teori, dan 1 SKS Praktik
b. Waktu:
1) Teori: 13 – 14 Januari 2020 (Teori)
Perhitungan: 14 x 50’ = 700’ diselesaikan selama 2 hari (5,8 jam / hari)
2) Praktik:16 – 25 Januari 2020 (Praktik)
Perhitungan: 14 x 170’ = 2.380’ diselesaikan dalam 10 hari (4 – 5 jam/hari)
3) Peserta:
Seluruh mahasiswa semester 6 untuk program studi D.III dan semester 8 untuk program studi D.IV,
berjumlah 927 orang.
4) Dosen dan Pembimbing Praktik:
1) Dosen Pengajar PKNT:
No Kampus Dosen
1 Kampus Bandung 1. Dr. Anah Sasmita, SKp, M.Kes
2. Angreni Ayu Hastuti, M.Si, Apt.
3. Ai Djuminar, S.Pd, M.Kes
4. Holil M. Par’i, SKM, M.Kes
2 Kampus Cimahi 1. Hj. Yenny Moviana, MND
2. Deru Marah Laut, SST, M.Kes
3. Dra. Hj. AtinKarjatin, M.Kes
4. Mamat Rahmat, SKM, MKM
3 Kampus Karawang 1. Tarjuman, SKp, MNS
2. Neneng Widaningsih, SST., M.Keb
3. Tjutju Rumijati, SKp, M.Kep, Sp.Kom
4 Kampus Bogor 1. Drs. H. Supriadi, SKp, M.Kep, Sp.Kom
2. Ati Nuraeni, SKp, M.Kep, Sp.Kom
3. Lubis Bambang Purnama, SKM, M.Kes

2) Pembimbing Praktik
Setiap RW Binaan tempat PKN Terpadu dibimbing oleh seorang dosen pembimbing (Lokasi, nama
mahasiswa dan nama pembimbing terlampir).
2. PERSIAPAN ADMINISTRASI DAN KEBERANGKATAN
a. Waktu: 15 Januari 2020
b. Peserta:
- Seluruh mahasiswa
- Pembimbing
- Panitia
c. Kegiatan:
- Panitia menyiapkan keperluan untuk kegiatan PKNT di wilayah Kecamatan Jalancagak Kabupaten
Subang: Kendaraan, akomodasi, ATK, dan lain sebagainya
- Mahasiswa menyiapkan keperluan selama kegiatan PKNT
- Dosen Pembimbing menyiapkan untuk kegiatan bimbingan selama PKNT.
3. SOSIALISASI
a. Sosialisasi Tingkat Kecamatan dan Desa
1) Waktu : 16 Januari 2020
2) Peserta :

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 7


- Direktur dan Pudir
- Pembimbing/Dosen Setiap RW
- Seluruh Mahasiswa
- Aparat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa
b. Sosialisasi Tingkat RW
1) Waktu : 16 Januari 2020
2) Peserta :
- Mahasiswa setiap RW dan Pembimbing
- Ketua RW
- Seluruh Ketua RT
- Seluruh Kader
- Tokoh masyarakat (Tomas)
- Tokoh agama (Toga)
- Karang Taruna (Karta)
3) Pre planning (lihat Bab III)
4. SURVEI MAWAS DIRI (SMD)
a. Pengumpulan Data
1) Waktu : 17 – 18 Januari 2020
2) Sasaran : seluruh keluarga yang memiliki anak 6 – 24 bulan
3) Jenis data :
a) Data Skunder diperoleh dari RW/Pos Yandu masing-masing RW, meliputi:
(1) Data WUS (wanita usia subur)
(2) Data PUS (pasangan usia subur)
(3) Data Remaja Putri
(4) Data lain yang terkait
b) Data Primer diperoleh dengan melakukan pendataan langsung terhadap seluruh keluarga yang
memiliki anak umur 6 – 24 bulan dengan menggunakan Instrumen SMD PKNT 2020.
b. Pengolahan, Analisa dan Perumusan Masalah
1) Waktu : 18 – 19 Januari 2020
2) Sasaran : Seluruh data yang telah dikumpulkan
3) Pengolahan:
Khusus untuk data anak usia 6 – 24 bulan
a) Masukan data BB dan PB ke dalam kartu KMS

 Untuk Balita laki-laki warna biru, dan balita perempuan warna merah.
 Cara pembacaan: Garis mendatar pada grafik menunjukan umur balita, dan garis vertikal/ke atas
menunjukan panjang/ tinggi badan.
 Cara Ploting:
- Cari titik usia anak pada garis umur
- Cari titik panjang/tinggi badan anak
- Tarik titik usia ke atas

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 8


- Tarik titik panjang badan ke samping kanan.
- Beri titik yang jelas pada pertemuan garis panjang dan garis umur.

Contoh : Seorang anak usia 16 bulan dan tingginya 71 cm, anak tergolong sangat pendek
b) Kategikan :
 Blok anak tergolong tinggi (> 2 SD)
 Blok anak tergolong pertumbuhan normal
 Blok anak tergolong pendek (≤ 2 SD)
c) Hitung berapa persen dari setiap kategori tersebut
4) Analisa:
Mengidentifikasi data-data kesehatan yang dihadapi oleh masing-masing keluarga di wilayah melalui
analisis data masing-masing keluarga, baik data primer maupun data skunder yang tidak sesuai.
No Data Penyebab Masalah

5) Perumusan Masalah:
Rumuskan masalah-masalah kesehatan di wilayah:
Contoh Rumusan Masalah Wilayah:
 Di RW A 5% anak mengalami stunting
 Di RW A 67,6% bayinya tidak mendapat imunisasi dasar lengkap.
6) Menyusun Prioritas Masalah:
a) Menentukan prioritas dengan menggunakan model USGF, yaitu Penetuan Prioritas dengan
mempertimbangkan:
 tingkat urgensinya (U), yakni apakah masalah tersebut penting untuk segera diatasi
 keseriusannya (S), yakni apakah masalah tersebut cukup parah
 potensi perkembangannya (G), yakni apakah masalah tersebut akan segera menjadi besar
dan/atau menjalar
 kemudahan mengatasinya (F), yakni apakah masalah tersebut mudah diatasi mengacu kepada
kemampuan keluarga/RT/RW/Kelurahan/Desa/ Kecamatan/Puskesmas.
b) Masing-masing faktor diberi nilai 1–5 berdasarkan skala likert (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang,
2=kecil, 1=sangat kecil), dan nilai total tiap masalah kesehatan diperoleh dari rumus:

T=U+S+G+F
c. Penyusunan POA
1) Waktu : 19 Januari 2020
2) Sasaran : Kelompok RW masing-masing
3) Bentuk POA:
Rencana Kegiatan (POA) ...................................

No Masalah Kegiatan Tanggal Tempat Penjab Biaya


21 22 23 24 25

d. Pre planning (lihat Bab III)

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 9


5. MUSYAWARAH KESEHATAN MASYARAKAT
Musyawarah Kesehatan (lokakarya mini/lokmin) di lakukan di Tingkat RW.
a. Waktu: 20 Januari 2020
b. Peserta:
- Pembimbing/Dosen Setiap RW
- Mahasiswa setiap RW
- Ketua RW
- Seluruh Ketua RT
- Seluruh Kader
- Tokoh masyarakat (Tomas)
- Tokoh agama (Toga)
- Karang Taruna (Karta)
- Masyarakat
c. Mekanisme :
- Pembukaan
- Pemaparan Data
- Musyawarah Rencana Kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat terkait masalah
stunting
- Penutup
d. Pre planning (lihat Bab III)
6. PELATIHAN KADER
a. Waktu: 21 Januari 2020
b. Peserta: Perwakilan Kader, yaitu 2 orang kader setiap RW
c. Tempat: Desa masing-masing
d. Materi Pelatihan:
1) Peran dan fungsi Kader
2) Tata kelola Ibu hamil
 Pemeriksaan Kehamilan
 PMT bagi ibu hamil
 Suplemen tablet Tambah Darah dan kalsium
 Perlindungan dari Malaria
 Pencegahan HIV
3) Tata kelola Ibu menyusui dan anak umur 0 – 23 bulan
 Promosi dan konseling menyusui
 Promosi dan konseling PMBA
 Tata laksana Gizi Buruk
 PMT pemulihan bagi anak kurus
 Pemantauan dan promosi pertumbuhan
 Suplemen kapsul Vit A
 Suplemen Taburia
 Imunisasi
 Suplemen Zinc untuk Diare
 MTBS
 Pencegahan kecacingan
4) Tata Kelola anak umur 24 – 59 bulan
 Tata laksana Gizi Buruk
 PMT pemulihan bagi anak kurus
 Pemantauan dan promosi pertumbuhan
 Suplemen kapsul Vit A
 Suplemen Taburia
 Suplemen Zinc untuk Diare
 MTBS
 Pencegahan kecacingan
5) Perilaku dan Kesehatan Lingkungan
 Akses air minum yang aman
 Akses Sanitasi yang layak
 Akses pelayanan KB
 Akses Jaminan Kesehatan (JKN)
 Penyebaran informasi melalui berbagai media

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 10


 Penyediaan konseling perubahan perilaku
 Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua
 Penyediaan akses PAUD, pemantauan tumbuh kembang
 Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi remaja
 Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
 Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, terigu, minyak goreng)
 Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
e. Pre planning (lihat Bab III)

7. IMPLEMENTASI/PEMBINAAN
a. Waktu : 21 – 24 Januari 2020
b. Peran Setiap Implementasi:
1) Intervensi Spesifik, meliputi:
Kelompok Intervensi prioritas sesuai
Intervensi prioritas Intervensi pendukung Jurusan/Prodi
Sasaran kondisi tertentu
KELOMPOK SASARAN 1.000 HPK
Ibu Hamil 1. PMT bagi ibu hamil 1. Suplemen Ca 1. Perlindungan dari 1. Kebidanan
2. Suplemen tablet 2. Pemeriksaan Kehamilan malaria 2. Keperawatan
Tambah Darah 2. Pencegahan HIV 3. TLM
4. Promkes
Ibu 1. Promosi dan konseling 1. Suplemen kapsul Vit A 1. Pencegahan 1. Gizi
Menyusui menyusui 2. Suplemen Taburia kecacingan 2. Kebidanan
dan anak 2. Promosi dan konseling 3. Imunisasi 3. Keperawatan
0 – 23 PMBA 4. Suplemen Zinc untuk 4. Kep. Gigi
bulan 3. Tata laksana Gizi Buruk Diare 5. Farmasi
4. PMT pemulihan bagi 5. MTBS 6. Promkes
anak kurus
5. Pemantauan dan
promosi pertumbuhan
KELOMPOK SASARAN USIA LAINNYA
Remaja 1. Suplemen tablet 1. Farmasi
Putri dan tambah darah 2. TLM
WUS 2. Pemeriksaan Hb 3. Kebidanan
4. Keperawatan
5. Kep. Gigi
Anak 24 – 1. Tata Laksana Gizi Buruk 1. Suplemen kapsul Vit A 1. Pencegahan 1. Promkes
59 bulan 2. PMT pemulihan anak 2. Suplemen Taburia kecacingan 2. Gizi
kurus 3. Suplemen Zinc untuk 3. Kesling
3. Pemantauan dan Diare 4. Keperawatan
promosi pertumbuhan 4. MTBS 5. Farmasi

2) Intervensi Sensitif, meliputi:


Jenis Intervensi Kegiatan Jurusan/Prodi
Peningkatan penyediaan air 1. Akses air minum yang aman 1. Kesling
minum dan sanitasi 2. Akses Sanitasi yang layak 2. Promkes
3. Keperawatan
4. TLM
Peningkatan akses dan 1. Akses pelayanan KB 1. Kebidanan
kualitaspelayanan gizi dan 2. Akses Jaminan Kesehatan (JKN) 2. Promkes
kesehatan 3. Kep.Gigi
Peningkatan kesadaran, 1. Penyebaran informasi melalui berbagai media 1. Farmasi
komitmen, dan praktik 2. Penyediaan konseling perubahan perilaku 2. TLM
pengasuhan dan gizi ibu dan 3. Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua 3. Kebidanan
anak 4. Penyediaan akses PAUD, pemantauan tumbuh kembang 4. Keperawatan
5. Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi remaja 5. Kep. Gigi
6. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak 6. Promkes
7. Kesling
Peningkatan akses pangan 1. Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, terigu, minyak 1. Farmasi
bergizi, pengembangan goreng) 2. TLM
TOGA, Taman Dapur Gizi 2. Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) 3. Kebidanan
Keluarga, TABULAPOT 4. Keperawatan
5. Kep. Gigi
6. Promkes
7. Kesling

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 11


c. Kegiatan :
1) Pembinaan Ibu Hamil oleh mahasiswa
a) Tempat: RW masing-masing
b) Peserta: seluruh ibu hamil di RW binaan
c) Materi:
 Pemeriksaan Kehamilan
 PMT bagi ibu hamil
 Suplemen tablet Tambah Darah dan kalsium
 Perlindungan dari Malaria
 Pencegahan HIV
2) Pembinaan Ibu Menyusui dan anak 0 – 23 bulan
a) Tempat: RW masing-masing
b) Peserta: seluruh ibu menyusui dan keluarga yang memiliki anak umur 0 – 23 bulan di RW binaan
c) Materi:
 Promosi dan konseling menyusui
 Promosi dan konseling PMBA
 Tata laksana Gizi Buruk
 PMT pemulihan bagi anak kurus
 Pemantauan dan promosi pertumbuhan
 Suplemen kapsul Vit A
 Suplemen Taburia
 Imunisasi
 Suplemen Zinc untuk Diare
 MTBS
 Pencegahan Kecacingan
3) Pembinaan anak 24 - 59 bulan
a) Tempat: RW masing-masing
b) Peserta: seluruh keluarga yang memiliki anak umur 24 – 59 bulan di RW binaan
c) Materi:
 Tata laksana Gizi Buruk
 PMT pemulihan bagi anak kurus
 Pemantauan dan promosi pertumbuhan
 Suplemen kapsul Vit A
 Suplemen Taburia
 Suplemen Zinc untuk Diare
 MTBS
 Pencegahan Kecacingan
4) Pembinaan Remaja Putri dan WUS
a) Tempat: RW masing-masing
b) Peserta: seluruh remaja Putri dan WUS di RW binaan
c) Materi:
 Suplemen tablet tambah darah
 Kesehatan Reproduksi
 Pencegahan HIV
5) Pembinaan Perilaku dan Kesehatan Lingkungan
a) Tempat: RW masing-masing
b) Peserta: seluruh remaja Putri dan WUS di RW binaan
c) Materi:
 Akses air minum yang aman
 Akses Sanitasi yang layak
 Akses pelayanan KB
 Akses Jaminan Kesehatan (JKN)
 Penyebaran informasi melalui berbagai media
 Penyediaan konseling perubahan perilaku
 Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua
 Penyediaan akses PAUD, pemantauan tumbuh kembang
 Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi remaja
 Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
 Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, terigu, minyak goreng)
 Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 12


8. Evaluasi
a. Lomba Cerdas Cermat Keluarga Sehat
1) Waktu : 24 Januari 2020
2) Tempat : Kecamatan Jalan Cagak
3) Peserta : Tiga orang Kader setiap Desa
4) Pre planning (lihat Bab III)
b. Evaluasi, Tindak Lanjut dan Pelaporan
1) Waktu : 24 Januari 2020
2) Tempat : Wilayah Binaan Masing-masing
3) Peserta : Seluruh mahasiswa dan Pembimbing
4) Pre planning (lihat Bab III)
c. Terminasi Tingkat RW
1) Waktu : 25 Januari 2020
2) Tempat : RW
3) Peserta :
- RW, Seluruh RT dan Seluruh Kader
- Perwakilan Tokoh Masyarakat
- Perwakilan Karang Taruna
- Seluruh mahasiswa dan Pembimbing
4) Pre planning (lihat Bab III)
5) Terminasi di Desa/Kecamatan
1) Waktu : 25 Januari 2020
2) Tempat : Desa/Kecamatan
3) Peserta :
- Panitia
- Seluruh Mahasiswa
- Desa/Kecamatan
- Puskesmas
4) Pre planning (lihat Bab III)

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 13


BAB III
PRE PLANNING KEGIATAN PKN TERPADU
DI KECAMATAN JALANCAGAK KABUPATEN SUBANG

A. SOSIALISASI TINGKAT RW
1. Latar Belakang
Pembinaan kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan segi kehidupan
sehingga memungkinkan mereka untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Di masyarakat pelayanan
kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotof dan preventif, dimulai dari wilayah terkecil yakni RW.
Keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sejauhmana upaya-upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) dapat diciptakan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses tindakan sosial yang dilakukan baik oleh
individu, keluarga, kelompok, masyarakat maupun organisasi pendamping untuk mencapai lingkungan
perubahan dan kualitas hidup yang lebih baik (Peterson & Hughey, 2004). Kesehatan memandang upaya
pemberdayaan sebagai fokus intervensi kesehatan masyarakat, bahkan seringkali pemberdayaan dianggap
sebagai variable antara (mediating variable) bagi implementasi program kesehatan dan luaran program
kesehatan (Minkler et all, 2001).
Sebagai tahap awal dalam pembinaan kesehatan masyarakat, khususnya dalam pengelolaan masalah gizi
dan stunting diperlukan adanya pengenalan antara petugas kesehatan (dalam hal ini mahasiswa peserta PKN
Terpadu) dengan pengelola wilayah sehingga terjadi interaksi yang saling menguntungkan, kegiatan
dimaksud dikenal juga dengan sosialisasi.
2. Tujuan
Setelah dilaksanakan sosialisasi :
a. Mahasiswa mengenal pengelola wilayah : Ketua RW, para Ketua RT, Seluruh Kader, dan Tokoh
Masyarakat termasuk tokoh agama serta tokoh pemuda.
b. Mahasiswa mengenal masalah kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat di wilayah tersebut.
c. Masyarakat mengenal kelompok mahasiswa yang melakukan PKN Terpadu di wilayah tersebut.
d. Masyarakat mengenal tujuan mahasiswa melaksanakan PKN Terpadu terkait masalah gizi dan stunting.
3. Waktu: Sosialisasi tingkat RW dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2020
4. Tempat: Tempat sosialisasi disepakati dengan Ketua RW dan Kader
5. Peserta:
a. Ketua RW
b. Para Ketua RT
c. Seluruh Kader
d. Tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama dan tokoh pemuda
e. Seluruh mahasiswa
f. Pembimbing
6. Langkah Pencapaian Tujuan
a. Persiapan
1) Memahami pre planning sosialisasi
2) Koordinasi dengan Ketua RW dan Ketua Kader dalam pelaksanaan sosialisasi terkait dengan tempat
dan waktu sosialisasi
3) Menyiapkan undakan untuk kegiatan sosialisasi
4) Menyiapkan format daftar hadir kegiatan
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan diawali dengan pembukaan
2) Melakukan perkenalan antara mahasiswa dan pengelola wilayah setempat
3) Menyampaikan program kerja PKN Terpadu terkait masalah gizi dan stunting
4) Berdialog dengan pengelola wilayah terkait masalah kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat
dengan focus pada masalah gizi dan stunting
5) Kegiatan penutup
c. Metode: Ceramah, Tanya Jawab dan Diskusi
d. Media: Pedoman PKN Terpadu
e. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a) Pre planning dipahami dengan baik
b) Tempat dan waktu sosialisasi telah ditentukan
c) Undangan telah tersedia dan terdistribusi

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 14


d) Format daftar hadir kegiatan telah tersedia
2) Evaluasi Proses
a) Tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi sesuai dengan rencana
b) Rangkaian kegiatan sosialisasi berjalan dengan lancar
3) Evaluasi Hasil
a) Peserta yang diundang 80% hadir
b) Mahasiswa mengenal pengelola wilayah dan sebaliknya
c) Mahasiswa mengenal masalah kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat
d) Masyarakat memahami program PKN Terpadu yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa dengan
dukungan yang penuh

B. SURVEY MAWAS DIRI


1. Latar Belakang
Pembinaan kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan segi kehidupan
sehingga memungkinkan mereka untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Di masyarakat pelayanan
kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotof dan preventif, dimulai dari wilayah terkecil yakni RW.
Keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sejauhmana upaya-upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) dapat diciptakan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses tindakan sosial yang dilakukan baik oleh
individu, keluarga, kelompok, masyarakat maupun organisasi pendamping untuk mencapai lingkungan
perubahan dan kualitas hidup yang lebih baik (Peterson & Hughey, 2004). Kesehatan memandang upaya
pemberdayaan sebagai fokus intervensi kesehatan masyarakat, bahkan seringkali pemberdayaan dianggap
sebagai variable antara (mediating variable) bagi implementasi program kesehatan dan luaran program
kesehatan (Minkler et all, 2001).
Berbagai upaya kesehatan dilayanan primer, khususnya di masyarakat secara langsung harus didasarkan
pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, oleh karena itu untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat,
khususnya terkait dengan pembangunan keluarga sehat diperlukan data yang tepat, sehingga diperlukan
kegiatan survey mawas diri (SMD) melalui pengumpulan data, pengolahan, analisa, merumuskan masalah
kesehatan sampai menyusun rencana kegiatan.
2. Tujuan
Setelah kegiatan SMD :
a. Diketahui data terkait gizi dan stunting di wilayah yang dibina.
b. Diketahui masalah terkait gizi dan stunting yang ada di wilayah yang dibina.
c. Tersusun rencana kegiatan pemecahan masalah terkait gizi dan stunting yang ada di wilayah yang dibina.
3. Waktu
a. SMD dilaksanakan pada : Tanggal 17 – 19 Januari 2020
b. Kegiatan SMD: berupa pengolahan, analisa dan perumusan masalah dari wilayahnya serta menyusun
rencana pemecahan masalah (POA).
4. Kegiatan
a. Pengumpulan Data
1) Waktu: 17 – 18 Januari 2020
2) Sasaran: seluruh keluarga yang memiliki anak 6 – 24 bulan
3) Jenis data:
a) Data Skunder diperoleh dari RW/Kader masing-masing RW, meliputi:
(1) Data WUS (wanita usia subur)
(2) Data PUS (pasangan usia subur)
(3) Data Remaja Putri
(4) Data lain yang terkait
b) Data Primer diperoleh dengan melakukan pendataan langsung terhadap seluruh keluarga yang
memiliki anak 6 – 24 bulan dengan menggunakan Instrumen SMD PKNT 2020.
b. Pengolahan, Analisa dan Perumusan Masalah
1) Waktu : 18 – 19 Januari 2020
2) Sasaran : Seluruh data yang telah dikumpulkan
c. Penyusunan POA
1) Waktu : 19 Januari 2020
2) Sasaran : Kelompok RW masing-masing

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 15


5. Langkah Pencapaian Tujuan
a. Persiapan
1) Memahami pre planning SMD
2) Menyiapkan strategi pengumpulan data, pengolahan, analisa, perumusan masalah, dan penyusunan
rencana kegiatan.
b. Pelaksanaan
1) Tahap pengumpulan data
a) Melakukan wawancara dan observasi dalam pengumpulan data terhadap seluruh keluarga yang
memiliki anak umur 6 – 24 bulan (baduta)
b) Hasil wawancara dan observasi di masukan ke dalam format yang telah disediakan (geogle form)
2) Tahap pengolahan data
a) Melakukan perhitungan sesuai kelompok data
(1) Data Rumah Tangga
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Jumlah Anggota Keluarga
 Jumlah anak Balita
(2) Data Anak Baduta
 Jenis Kelamin
 Status Giizi
 Mendapat Vit A
 Imunisasi
 ISPA
 Diare
 Makanan pertama bayi setelah dilahirkan
 ASI Eksklusif
3) Tahap analisa dan perumusan masalah kesehatan
1) Melihat dan menghubungkan data yang senjang
2) Melihat masalah terkait gizi dan stunting yang paling banyak terjadi di wilayah binaan
3) Menentukan prioritas dengan menggunakan model USGF
6. Metode: Analisa, Tanya Jawab, Diskusi, dll
7. Media: Pedoman PKN Terpadu, Analisa KS
8. Evaluasi:
a. Evaluasi Struktur
1) Pre planning SMD dipahami dengan baik
2) Strategi pengolahan, analisa dan perumusan masalah telah disiapkan.
b. Evaluasi Proses
1) Tahap pengolahan data terlaksana dengan baik
2) Tahap analisa, perumusan masalah dan penyusunan rencana kegiatan terlaksana dengan baik
c. Evaluasi Hasil
1) Peserta PKN Terpadu 100% terlibat dalam pengolahan data
2) Diketahui masalah gizi dan stunting di wilayah yang dibina
3) Tersusun rencana kegiatan terkait penanganan masalah gizi dan stunting

C. MUSYAWARAH KESEHATAN MASYARAKAT


1. Latar Belakang
Pembinaan kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan segi kehidupan
sehingga memungkinkan mereka untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Di masyarakat pelayanan
kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotof dan preventif, dimulai dari wilayah terkecil yakni RW.
Keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sejauhmana upaya-upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) dapat diciptakan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses tindakan sosial yang dilakukan baik oleh
individu, keluarga, kelompok, masyarakat maupun organisasi pendamping untuk mencapai lingkungan
perubahan dan kualitas hidup yang lebih baik (Peterson & Hughey, 2004). Kesehatan memandang upaya
pemberdayaan sebagai fokus intervensi kesehatan masyarakat, bahkan seringkali pemberdayaan dianggap
sebagai variable antara (mediating variable) bagi implementasi program kesehatan dan luaran program
kesehatan (Minkler et all, 2001).

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 16


Sebagai implikasi dari upaya kesehatan berbasis atau bersumberdaya masyarakat, maka masyarakat
tersebut harus terlibat sejak awal, diantaranya dalam kegiatan menentukan masalah dan berbagai upaya
pemecahannya, yakni melalui musyawarah kesehatan masyarakat (yang juga dikenal dengan lokakarya mini)
2. Tujuan
Setelah dilaksanakan musyawarah kesehatan, masyarakat dapat :
a. Mengetahui kecenderungan masalah yang ada di wilayah binaan tingkat RW
b. Tersusun rencana kegiatan (POA) pemecahan masalah kesehatan di wilayah binaan tingkat RW
3. Waktu: Tangal 20 Januari 2020
4. Tempat: di wilayah RW (disepakati Ketua RW dan Kader)
5. Peserta MMRW
a. Ketua RW
b. Seluruh Ketua RT
c. Seluruh Kader
d. Tokoh masyarakat
e. Tokoh agama
f. Tokoh pemuda (karang taruna)
g. Perwakilan masyarakat
h. Kepala Puskesmas atau perwakilannya
i. Kepala Desa atau perwakilannya
6. Langkah Pencapaian Tujuan
a. Persiapan
1) Memahami pre planning musyawarah kesehatan masyarakat
2) Koordinasi dengan Ketua RW dan Ketua Kader dalam pelaksanaan MMRW terkait dengan tempat dan
waktu pelaksanaannya.
3) Menyiapkan Rencana Kegiatan (POA) yang akan dipresentasikan
4) Menyiapkan undangan untuk kegiatan MMRW
5) Menyiapkan perlengkapan (tempat, sound system, dll)
6) Menyiapkan konsumsi bersama kader
7) Menyiapkan form daftar hadir kegiatan MMRW
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan diawali dengan pembukaan
2) Sambutan: Ketua Pelaksana, Ketua RW, Perwakilan Desa/ Puskesmas
3) Presentasi hasil pengumpulan dan pengulahan data tingkat RW
4) Musyawarah penyelesaian masalah tingkat RW
5) Membacakan kesepakatan implementasi
6) Kegiatan penutup
7. Metode: Presentasi, Diskusi, Tanya Jawab, dll
8. Media: Pedoman PKN Terpadu, Rencana pemecahan masalah (POA) terkait penanganan masalah gizi dan
stunting
9. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Pre planning musyawarah kesehatan masyarakat telah dipahami
2) Koordinasi dengan Ketua RW dan Ketua Kader dalam pelaksanaan MMRW terkait dengan tempat dan
waktu pelaksanaan telah dilakukan
3) Data yang akan dipresentasikan dan POA telah disiapkan
4) Undangan untuk kegiatan MMRW telah didistribusikan
5) Menyiapkan perlengkapan (tempat, sound system, dll)
6) Konsumsi telah disiapkan bersama kader
7) Form daftar hadir kegiatan MMRW telah disiapkan
b. Evaluasi Proses
1) Pelaksanaan presentasi data berjalan dengan lancar
2) Pelaksanaan musyawarah kesehatan berjalan dengan lancar
3) Proses penyusunan POA berjalan dengan baik
c. Evaluasi Hasil
1) Peserta musyawarah yang diundang 80% hadir
2) POA tingkat RW disepakati

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 17


D. PELATIHAN KADER
1. Latar Belakang
Pembinaan kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan segi kehidupan
sehingga memungkinkan mereka untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Di masyarakat pelayanan
kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotof dan preventif, dimulai dari wilayah terkecil yakni RW.
Keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sejauhmana upaya-upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) dapat diciptakan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses tindakan sosial yang dilakukan baik oleh
individu, keluarga, kelompok, masyarakat maupun organisasi pendamping untuk mencapai lingkungan
perubahan dan kualitas hidup yang lebih baik (Peterson & Hughey, 2004). Kesehatan memandang upaya
pemberdayaan sebagai fokus intervensi kesehatan masyarakat, bahkan seringkali pemberdayaan dianggap
sebagai variable antara (mediating variable) bagi implementasi program kesehatan dan luaran program
kesehatan (Minkler et all, 2001).
Berbagai upaya kesehatan dilayanan primer, khususnya di masyarakat secara langsung harus didasarkan
pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, oleh karena itu untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat,
khususnya terkait dengan pembangunan keluarga sehat diperlukan data yang tepat, sehingga diperlukan
kegiatan survey mawas diri (SMD) melalui pengumpulan data, pengolahan, analisa sampai merumuskan
masalah kesehatannya.
Seiring dengan upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi dan stunting, maka telah
dicanangkan Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota. Penurunan
stunting memerlukan intervensi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.
Di Kecamatan Jalan Cagak di setiap RW telah terdapat UKBM yang erat kaitannya dengan pemantauan
masalah gizi dan stunting yang di dikelola oleh Kader. Kader pada dasarnya merupakan tenaga yang
bersumber dari masyarakat di wilayahnya yang dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan di
wilayahnya, termasuk dalam program keluarga sehat. Berdasarkan hal tersebut, maka supaya kader memiliki
kemampuan dalam mewujudkan keluarga bebas masalah gizi dan stunting diperlukan pelatihan.
2. Tujuan
Setelah dilakukan pelatihan, Kader dapat :
a. Menjelaskan kebijakan dan strategi penanggulangan stunting terintergrasi di Kabupaten/Kota.
b. Menjelaskan peran, fungsi dan tugas kader
c. Menjelaskan intervensi gizi spesifik dalam penanganan masalah gizi dan stunting oleh kader
d. Menjelaskan intervensi gizi sensitif dalam penanganan masalah gizi dan stunting oleh kader
3. Waktu: Pelatihan Kader dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2020
4. Tempat : Tempat pelatihan dilaksanakan di RW masing-masing
5. Peserta dan Pemateri
a. Peserta: Kader di RW masing-masing
b. Pemateri: Pemateri/Pelatih berasal dari Puskesmas, Dosen Pembimbing dan Mahasiswa PKN Terpadu
Politeknik Kesehatan Bandung
6. Kepanitiaan
Penanggung Jawab: Puskesmas Jalancagak
Ketua: .................................................
Sekretaris: ..........................................
Seksi Acara: ........................................
Seksi Perlengkapan: ...........................
Seksi Konsumsi: .................................
Seksi Dokumentasi: ...........................
7. Langkah Pencapaian Tujuan
a. Periapan
1) Memahami pre planning termasuk jadual pelatihan
2) Melakukan koordinasi dengan Puskesmas dan Tim untuk materi dan pematerinya
3) Melakukan koordinasi dengan Ketua RW untuk menentukan peserta pelatihan
4) Menyiapkan modul pelatihan
5) Menyiapkan soal pre/pos tes
6) Menyiapkan tempat berikut perizinannya
7) Melakukan koordinasi dengan Direktorat dalam menyiapkan piagam pelatihan
8) Menyiapkan konsumsi
b. Pelaksanaan
1) Pembukaan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 18


2) Sambutan-sambutan
a) Ketua Pelaksana
b) Wakil Pendidikan
c) Kepala Desa
d) Kepala Puskesmas, sekaligus membuka kegiatan pelatihan secara resmi
3) Pre tes oleh panitia
4) Masukan materi
5) Simulasi tentang
a) Pendataan dan manajemen data status gizi dan stunting
b) Teknik Penyuluhan Kesehatan
6) Tanya Jawab di pandu oleh seksi acara
7) Pos tes oleh panitia
8) Penutupan
Susunan Acara Pelatihan Kader dalam Penanganan Stuntung
Pukul Kegiatan Pemateri PJ
07.30 – 08.00 Registrasi Peserta - Panitia
08.00 – 09.00  Pembukaan
 Sambutan-sambutan
- Ketua pelaksana Ketua Panitia MC
- Kepala Desa Kepala Desa
09.00 – 09.15 Pre Tes - Panitia
09.15 – 09.30 Dinamika Kelompok Panitia Panitia
09.30 – 10.00 Kebijakan dan strategi penanggulangan stunting terintergrasi Puskesmas/ Panitia
di Kabupaten/Kota Pembimbing/ Mhs
10.00 – 10.30 Peran Kader dalam pelayanan kesehatan di masyarakat Pembimbing/Mhs Panitia
termasuk pencegahan penanganan Stunting
10.30 – 10.45 ISTIRAHAT
10.45 – 11.15 Tata kelola Ibu menyusui dan anak umur 0 – 23 bulan dalam Pembimbing/Mhs Panitia
mencegah dan menangani stunting
11.15 – 11.45 Tata kelola Ibu hamil dalam mencegah dan menangani dengan Pembimbing/Mhs Panitia
stunting
 Pemeriksaan Kehamilan
 PMT bagi ibu hamil
 Suplemen tablet Tambah Darah dan kalsium
 Perlindungan dari Malaria
 Pencegahan HIV
11.45 – 12.15 Tata kelola Ibu menyusui dan anak umur 0 – 23 bulan Pembimbing/Mhs Panitia
 Promosi dan konseling menyusui
 Promosi dan konseling PMBA
 Tata laksana Gizi Buruk
 PMT pemulihan bagi anak kurus
 Pemantauan dan promosi pertumbuhan
12.15 – 13.00 ISOMA
13.00 – 13.30 Tata kelola Ibu menyusui dan anak umur 0 – 23 bulan Pembimbing/Mhs Panitia
 Suplemen kapsul Vit A
 Suplemen Taburia
 Imunisasi
 Suplemen Zinc untuk Diare
 MTBS
 Pencegahan kecacingan
13.30 – 14.00 Tata Kelola anak umur 24 – 59 bulan dalam mencegah dan Pembimbing/Mhs Panitia
menangani dengan stunting
 Tata laksana Gizi Buruk
 PMT pemulihan bagi anak kurus
 Pemantauan dan promosi pertumbuhan
 Suplemen kapsul Vit A
14.00 – 14.30 Tata Kelola anak umur 24 – 59 bulan dalam mencegah dan Puskesmas Panitia
menangani dengan stunting
 Suplemen Taburia
 Imunisasi
 Suplemen Zinc untuk Diare
 MTBS
 Pencegahan kecacingan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 19


14.30 – 15.00 Perilaku dan Kes. Lingkungan Pembimbing/Mhs Panitia
 Akses air minum yang aman
 Akses Sanitasi yang layak
 Akses pelayanan KB
 Akses Jaminan Kesehatan (JKN)

15.00 – 15.30 Perilaku dan Kes. Lingkungan Pembimbing/Mhs Panitia


 Penyebaran informasi melalui berbagai media
 Penyediaan konseling perubahan perilaku
 Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua
 Penyediaan akses PAUD, pemantauan tumbuh kembang
15.30 – 15.45 ISTIRAHAT
15.45 – 16.15 Perilaku dan Kes. Lingkungan Pembimbing/Mhs Panitia
 Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi remaja
 Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
 Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, terigu,
minyak goreng)
 Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
16.15 – 16.30 Pos Tes - Panitia
16.30 – 17.00 Penutupan - Panitia

Mengetahui. Jalancagak, Janurai 2020


Kepala Puskesmas Jalancagak Panitia Pelatihan Kader
Ketua

--------------------------------------- ---------------------------------------

8. Metode: Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Simulasi, dll


9. Media: Modul pelatihan, Leaflet, LCD, Alat Peraga, dll
10. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Pre planning termasuk jadual pelatihan telah dipelajari
2) Koordinasi dengan Puskesmas dan Tim untuk materi dan pemateri telah dilakukan
3) Koordinasi dengan Ketua RW untuk menentukan peserta telah dilakukan
4) Modul pelatihan telah disiapkan
5) Soal pre/pos tes telah disiapkan
6) Tempat berikut perizinannya telah disiapkan
7) Koordinasi dengan Direktorat dalam untuk piagam pelatihan telah dilakukan
8) Konsumsi telah disiapkan
b. Evaluasi Proses
1) Kegiatan berjalan lancar
2) Peserta berpartisipasi aktif selama pelatihan
c. Evaluasi Hasil
1) 100% peserta yang diundang mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2) Adanya peningkatan pemahaman materi KS (hasil pre dan pos tes)
3) Melaksanakan simulasi dan praktik dengan baik
E. IMPLEMENTASI PEMBINAAN
1. Latar Belakang
Pembinaan kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan segi kehidupan sehingga
memungkinkan mereka untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Di masyarakat pelayanan kesehatan
lebih ditekankan pada upaya promotof dan preventif, dimulai dari wilayah terkecil yakni RW. Keberhasilan
pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sejauhmana upaya-upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dapat diciptakan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses tindakan sosial yang dilakukan baik oleh individu,
keluarga, kelompok, masyarakat maupun organisasi pendamping untuk mencapai lingkungan perubahan dan
kualitas hidup yang lebih baik (Peterson & Hughey, 2004). Kesehatan memandang upaya pemberdayaan
sebagai fokus intervensi kesehatan masyarakat, bahkan seringkali pemberdayaan dianggap sebagai variable
antara (mediating variable) bagi implementasi program kesehatan dan luaran program kesehatan (Minkler et
all, 2001).
Berbagai upaya kesehatan dilayanan primer, khususnya di masyarakat secara langsung harus didasarkan
pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, oleh karena itu untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat,
khususnya terkait dengan penanganan stunting diperlukan data yang tepat, sehingga diperlukan kegiatan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 20


survey mawas diri (SMD) melalui pengumpulan data, pengolahan, analisa sampai merumuskan masalah
kesehatannya.
Seiring dengan upaya penanganan stunting merupakan intervensi berbasis tim di layanan kesehatan primer,
dengan prioritas program intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Di Kecamatan Jalancagak sendiri telah
terdapat UKBM di setiap RW yang dikelola oleh Kader. Kader pada dasarnya merupakan tenaga yang
bersumber dari masyarakat di wilayahnya yang dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan di
wilayahnya. Setelah dilaksanakan pelatihan kader, selanjutnya melakukan berbagai implementasi termasuk
dalam upaya penurunan stunting.
2. Tujuan
Setelah dilaksanakan berbagai implementasi :
a. Ibu Hamil dapat menjelaskan dan melaksanakan:
1) Pemeriksaan Kehamilan
2) PMT bagi ibu hamil
3) Suplemen tablet Tambah Darah dan kalsium
4) Mengatasi kekuarangan iodium
5) Perlindungan dari Malaria
6) Pencegahan HIV
b. Ibu Menyusui dan Keluarga dengan anak 0 – 23 bulan dapat menjelaskan dan melaksanakan:
1) Teknik menyusui yang tepat
2) Pemberian ASI Eksklusif
3) Pemberian makanan bayi dan Anak (PMBA)
4) Tata laksana Gizi Buruk
5) PMT pemulihan bagi anak kurus
6) Pemantauan dan promosi pertumbuhan
7) Memberi suplemen kapsul Vit A
8) Memberi suplemen taburia
9) Imunisasi pada bayi
10) Memberi suplemen Zinc untuk Diare
11) MTBS di keluarga
12) Pencegahan Kecacingan
c. Keluarga yang memiliki anak umur 24 - 59 bulan dapat menjelaskan dan melaksanakan:
1) Tata laksana Gizi Buruk
2) PMT pemulihan bagi anak kurus
3) Pemantauan dan promosi pertumbuhan
4) Memberi Suplemen kapsul Vit A
5) Memberi Suplemen Taburia
6) Memberi Suplemen Zinc untuk Diare
7) MTBS di keluarga
8) Pencegahan Kecacingan
d. Remaja Putri dan WUS dapat menjelaskan dan melaksanakan:
1) Meminum suplemen tablet tambah darah
2) Kesehatan Reproduksi
3) Pencegahan HIV
e. Keluarga yang memiliki ibu hamil, ibu menyusui, anak baduta dan remaja dapat menjelaskan dan
melaksanakan:
1) Air minum yang aman
2) Sanitasi yang layak
3) Pelayanan KB
4) Jaminan Kesehatan (JKN)
5) Konseling perubahan perilaku
6) Konseling pengasuhan untuk orang tua
7) Penyediaan akses PAUD, pemantauan tumbuh kembang
8) Konseling kesehatan dan reproduksi remaja
9) Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
10) Fortifikasi bahan pangan utama (garam, terigu, minyak goreng)
11) Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
3. Waktu: Tanggal 21 – 24 Januari 2020
4. Tempat: Di lingkungan RW masing-masing

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 21


5. Langkah Pencapaian Tujuan
a. Persiapan
1) Memahami pre planning implementasi
2) Menyiapkan undangan
3) Menyiapkan materi dan media keluarga sehat
4) Menyiapkan pemateri
5) Melakukan koordinasi dengan Ketua RW dan kader untuk menentukan tempat dan sasaran
pembinaan dengan baik.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Pembuka
a) Membukan kegiatan dengan salam
b) Melakukan appersepsi disesuaikan dengan materi/topik yang akan disampaikan
2) Kegiatan Inti
a) Menyampaikan materi sesuai sasaran pembinaan
b) Membimbing diskusi dan Tanya jawab sesuai materi yang dibahas
c) Melakukan simulasi atau demonstrasi (bila perlu) sesuai materi yang disampaikan
d) Melakukan evaluasi
3) Kegiatan Penutup
a) Menyimpulkan materi yang dibahas
b) Menyampaikan salam penutup
6. Metode: Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Simulasi, Demonstrasi,dll
7. Media: Pedoman PKN Terpadu, Modul, Leaflet, dll
8. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Pre planning implementasi telah dipahami
2) Undangan telah terdistribusi
3) Materi dan media keluarga sehat telah disiapkan
4) Pemateri telah disiapkan
5) Koordinasi dengan Ketua RW dan kader untuk menentukan tempat dan sasaran telah dilakukan
b. Evaluasi Proses
1) Kegiatan terlaksana dengan lancar
2) Sasaran keluarga yang dibina berpartisipasi aktif mulai dari awal sampai akhir kegiatan
c. Evaluasi Hasil
1) 90% peserta yang diundang hadir
2) Adanya pemahaman terhadap materi yang disampaikan
3) Melakukan simulasi dan praktik dengan baik

F. LOMBA: CERDAS CERMAT KADER


1. Latar Belakang
Pembinaan kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan segi kehidupan sehingga
memungkinkan mereka untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Di masyarakat pelayanan kesehatan
lebih ditekankan pada upaya promotof dan preventif, dimulai dari wilayah terkecil yakni RW. Keberhasilan
pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sejauhmana upaya-upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dapat diciptakan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses tindakan sosial yang dilakukan baik oleh individu,
keluarga, kelompok, masyarakat maupun organisasi pendamping untuk mencapai lingkungan perubahan dan
kualitas hidup yang lebih baik (Peterson & Hughey, 2004). Kesehatan memandang upaya pemberdayaan
sebagai fokus intervensi kesehatan masyarakat, bahkan seringkali pemberdayaan dianggap sebagai variable
antara (mediating variable) bagi implementasi program kesehatan dan luaran program kesehatan (Minkler et
all, 2001).
Setiap Desa di Kecamatan Jalancagak sendiri telah terdapat kader sebagai perintis kesehatan terdepan,
berada di tengah-tengah masyarakat yang berkontribusi terhadap pencapaian masyarakat sehat mandiri.
Kader-kader tersebut telah dilatih dalam terkait dengan masalah gizi dan stunting yang dilaksanakan pada
tanggal 21 Januari 2020 oleh mahasiswa PKN Terpadu bekerjasama dengan Puskesmas Jalancagak dan
Kecamatan Jalancagak, selanjutnya kader diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk
melihat kinerja kader, maka diperlukan berbagai alat eveluasi, baik menyangkut kognitif, afektif maupun
psikomotornya. Salah satu teknik evaluasi untuk mengukur kemampuan kader dalam pemahaman tentang
stunting adalah melalui cerdas cermat.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 22


2. Tujuan
Setelah dilakukan cerdas cermat kader, maka :
a. Diketahui partisipasi kader dalam kegiatan cerdas cermat
b. Diketahui pemenang cerdas cermat kader se Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang terkait stunting
3. Waktu: dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2020.
4. Tempat: di Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang.
5. Peserta
a. Peserta cerdas cermat adalah kader setiap desa diwakili oleh tiga orang kader
b. Penentuan peserta diserahkan kepada desa masing-masing
6. Kepanitiaan
Penanggung Jawab:
Ketua:
Sekretaris/humas:
Bendahara:
Seksi Acara/Ilmiah :
Seksi Perlengkapan/akomodasi:
Seksi Konsumsi:
Seksi Dokumentasi:
7. Langkah Pencapaian Tujuan
a. Persiapan
1) Mempelajari pre planning
2) Melakukaan koordinasi dengan Puskesmas, para Kepala Desa dan RW untuk menentukan peserta lomba
3) Menyiapkan tata tertib (peraturan) lomba untuk setiap babak
4) Menyiapkan soal (soal babak penyisihan,dan babak final)
5) Menyiapkan tempat berikut perizinannya
6) Menyiapkan sertifikat untuk partisipan dan pemenang
7) Menyiapkan ATK
8) Menyiapkan bel meja atau sejenisnya
9) Menyiapkan konsumsi
10) Menyiapkan perlengkapan : meja, kursi, sound sistem, papan pencatat nilai
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan cerdas cermat kader digelar selama satu hari, yaitu pada tanggal 25 Januari 2020 dengan
susunan acara :
1) Pembukaan
2) Sambutan-sambutan:
 Penanggung Jawab Kegiatan Cerdas Cermat Kader
 Wakil Instansi Pendidikan
 Kepala Puskesmas
 Camat sekaligus membuka secara resmi
3) Penentuan nomor peserta lomba untuk dimasukan dalam skema perlombaan
4) Penyampaian peraturan lomba tahap I (penyisihan)
5) Pelaksanaan Lomba
 Babak I (Penyisihan) : pemandu .......................
 Babak II (Final) : pemandu ......................
6) Pengumuman keputusan pemenang lomba
7) Penutup
8. Metode: Metode dalam kegiatan ini adalah lomba berupa cerdas cermat
9. Media: booklet/modul, form penilaian, dll
10. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Pra planning telah dipahami
2) Koordinasi dengan Kepala Puskesmas, Kepala Desa dan para Ketua RW untuk menentukan peserta
lomba telah dilakukan
3) Tata tertib (peraturan) lomba untuk setiap babak telah disipakan
4) Soal lomba : soal babak penyisihan, babak perempat final dan babak final telah disiapkan dan terjaga
kerahasiaannya
5) Tempat berikut perizinannya telah disiapkan
6) Sertifikat untuk partisipan dan pemenang telah disiapkan
7) ATK telah disiapkan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 23


8) Bel meja atau sejenisnya telah disiapkan
9) Konsumsi telah disiapkan
10) Perlengkapan : meja, kursi, sound sistem, papan pencatat nilai, dll telah disiapkan
b. Evaluasi Proses :
1) Kegiatan cerdas cermat berjalan sesuai tata tertib (peraturan) lomba
2) Tidak terdapat ha-hal yang mengganggu jalannya kegiatan
c. Evaluasi Hasil:
1) 100% Peserta yang diundang hadir dan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2) Terpilih Juara cerdas cermat kader

G. TERMINASI KEGIATAN PKN TERPADU TINGKAT RW


1. Latar Belakang
Pembinaan kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan segi kehidupan sehingga
memungkinkan mereka untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Di masyarakat pelayanan kesehatan
lebih ditekankan pada upaya promotof dan preventif, dimulai dari wilayah terkecil yakni RW. Keberhasilan
pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sejauhmana upaya-upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dapat diciptakan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses tindakan sosial yang dilakukan baik oleh individu,
keluarga, kelompok, masyarakat maupun organisasi pendamping untuk mencapai lingkungan perubahan dan
kualitas hidup yang lebih baik (Peterson & Hughey, 2004). Kesehatan memandang upaya pemberdayaan
sebagai fokus intervensi kesehatan masyarakat, bahkan seringkali pemberdayaan dianggap sebagai variable
antara (mediating variable) bagi implementasi program kesehatan dan luaran program kesehatan (Minkler et
all, 2001).
Implementasi program keluarga sehat telah mulai dilakukan melalui PKN Terpadu Mahasiswa Poltekkes
Kemenkes bandung di setiap RW seluruh Desa se Kecamatan Jalancagak, serta gambaran masalah gizi dan
stunting telah diketahui, serta dalam waktu yang singkat telah dilakukan berbagai upaya untuk
mengembangkan program penanganan masalah gizi dan stunting tersebut. Supaya program terus dilakukan
secara berkesinambungan, maka para pengelola wilayah, khususnya kader telah disiapkan. Sebagai tindak
lanjut kesinambungan pembinaan, maka di setiap RW dilakukan terminasi dengan harapan program
penanganan dan pencegahan stunting terus berjalan dengan baik.
2. Tujuan
Setelah dilakukan kegiatan terminasi, pengelola wilayah dapat :
a. Memahami kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswan PKNT.
b. Mamahami bagaimana melakukan tindak lanjut dalam penanganan stunting di wilayahnya
3. Peserta
Peserta Pertemuan Termina adalah :
a. Ketua RW
b. Seluruh Ketua RT
c. Seluruh Kader
d. Tokoh masyarakat
e. Tokoh Agama
f. Tokoh Pemuda (karang taruna)
4. Waktu: Kegiatan terminasi dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2020.
5. Tempat: Tempat kegiatan terminasi disepakati dengan Ketua RW dan Kader
6. Langkah Pencapaian Tujuan:
a. Persiapan
1) Mempelajari pre planning
2) Melakukaan koordinasi dengan Ketua RW untuk menentukan waktu dan tempat pelaksanaan
3) Menyiapkan undangan terminasi
4) Menyiapkan materi yang akan dilaporkan kepada pengelola wilayah RW
b. Pelaksanaan
1) Pembukaan
2) Sambutan-sambutan:
 Ketua Kelompok
 Ketua RW
3) Presentasi laporan yang telah dilakukan sekaligus tindak lanjut yang harus dilakukan oleh pengelola
wilayah RW
4) Diskusi (kala ada)
5) Penutup

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 24


7. Metode: ceramah, presentasi, Tanya jawab, dll
8. Media: Pedoman PKN Terpadu, Laporan, gambar-gambar kegiatan, dll
9. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Pre planning telah dipelajari
2) Koordinasi dengan Ketua RW untuk menentukan waktu dan tempat pelaksanaan telah dilakukan
3) Undangan terminasi telah didistribusi
4) Materi yang akan dilaporkan kepada pengelola wilayah RW telah disiapkan
b. Evaluasi Proses
1) Kegiatan terminasi berjalan lancar
2) Tidak terdapat ha-hal yang mengganggu jalannya kegiatan
c. Evaluasi Hasil
1) 90% Peserta yang diundang hadir dan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2) Dipahami kegiatan yang telah dilakukan mahasiswa
3) Dipahami tindak lanjut yang harus dilakukan oleh pengelola RW

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 25


BAB IV
MATERI PRAKTIK KERJA NYATA PERPADU (PKNT)

A. KONSEP INTER PROFESIONAL EDUCATION (IPE)


1. Dasar Pemikiran
Permasalahan kesehatan saat ini semakin kompleks dan tentunya menuntut tenaga kesehatan dapat
memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dan berorientasi kepada pasien/patient centered (WHO,
2010). Secara global, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh hampir seluruh negara dalam pembangunan
kesehatan adalah sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang masih terfragmentasi. Hal tersebut
berakibat pada tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan
terintegrasi.
Hasil-hasil penelitian terkini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan akan lebih efektif dan efisien
apabila diselenggarakan dengan pendekatan kolaborasi antar profesi (interprofessional collaborative practice).
Praktek kolaborasi antar profesi dalam pelayanan kesehatan dapat diwujudkan apabila tenaga kesehatan yang
terlibat di dalamnya telah terlatih dalam praktek pelayanan kesehatan kolaboratif.
Kemampuan praktek kolaborasi tenaga kesehatan yang baik dapat dicapai melalui pembiasaan semenjak
tenaga kesehatan tersebut masih dalam proses pendidikan. Untuk memenuhi tujuan tersebut, IPE perlu
dilakukan pada pendidikan calon tenaga kesehatan, baik itu pendidikan kedokteran, keperawatan, kebidanan,
gizi, kesehatan lingkungan, analis kesehatan, keperawatan gigi, farmasi dan promosi kesehatan, dan tenaga
kesehatan lainnya.
2. Apa itu IPE ?
Bagaimana Pendidikan antar Profesi (IPE) itu dilakukan ? Mari kita telaah apakah contoh di bawah ini
merupakan IPE ?
a. Mahasiswa dari berbagai program studi kesehatan belajar bersama di dalam satu kelas, namun tanpa
interaksi reflektif.
b. Seorang pengajar dari profesi kesehatan berbeda mengajar di kelas profesi kesehatan lain.
c. Partisipasi pada pelayanan pasien dipimpin individu dari profesi lain tanpa sharing of decision-making atau
tanggung jawab terhadap pelayanan pasien.
Semua contoh di atas bukan merupakan IPE. Jadi bagaimanakah IPE itu ? WHO telah merancang Kerangka
Aksi Pendidikan Antar Profesi dan Praktek Kolaborasi (Interprofessional Education and Collaborative Practice)
yang menjelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan pencapaian target pelayanan kesehatan melalui praktek
kolaborasi antar tenaga kesehatan diperlukan implementasi IPE yang diarahkan untuk menumbuhkan rasa
saling menghargai, menghormati serta kerja sama antar profesi kesehatan.
Menurut WHO (2010) IPE adalah “Ketika dua atau lebih profesi belajar tentang, dari, dan dengan setiap
orang untuk kolaborasi efektif serta meningkatkan outcome kesehatan”. IPE merupakan tahapan bagi
profesional kesehatan untuk siap bekerja dalam tim dan melakukan kolaborasi dengan efektif untuk
memecahkan masalah kesehatan pasien atau masyarakat.
Untuk mengenal IPE lebih lanjut, kita perlu mengetahui prinsip dari kompetensi IPE itu sendiri. Kompetensi
IPE memiliki prinsip berfokus pada klien/pasien/masyarakat, memperhatikan proses dan bukan hanya
pencapaian kompetensi, dapat diaplikasikan pada semua profesi, merupakan kompetensi belajar sepanjang
hayat, menstimulasi belajar aktif, dan berdasarkan prinsip pembelajaran orang dewasa.
Menurut Barr, kompetensi inti pendidikan antar profesi dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu kompetensi
dasar (common competencies), kompetensi masing-masing profesi (individual professional competencies) dan
kompetensi antar profesi (Interprofessional collaborative competencies) (Barr dalam BPPSDMKes 2016).
Semua pendidikan profesi kesehatan memiliki kompetensi dasar yang mendidik siswanya untuk kompeten
dalam hal yang mendasar. Kompetensi tersebut adalah menggunakan teknologi informasi, memberikan
pelayanan yang berfokus pada klien, melakukan praktek profesi berdasarkan bukti ilmiah dan hasil penelitian
serta mempertahankan kualitas pelayanan (International Occupational Medicine, dalam BPPSDMKes 2016).
Setiap profesi mempunyai kompetensinya masing-masing sesuai dengan tuntutan profesi. Kompetensi
tersebut merujuk pada peran dan kewenangan dan lingkup praktik masing-masing profesi dan diatur dalam UU
yang berlaku bagi profesi itu sendiri. Kompetensi ini merupakan kompetensi spesifik pada profesi tersebut.
Misal: Perawat, Dokter, Ahli Gizi, Bidan, Ahli Kesehatan lingkungan, Perawat Gigi, ahli farmasi, analis kesehatan
memiliki kompetensi yang spesifik sesuai porfesinya.
Untuk dapat melakukan pelayanan kesehatan yang berfokus pada klien atau pasien, diperlukan satu
kompetensi selain dua kompetensi yang telah disebutkan di atas, yaitu Kompetensi antar Profesi. Kompetensi
kolaborasi antar profesi merupakan landasan dalam memberikan layanan masyarakat yang optimal.
d. Domain Kompetensi Antar Profesi
Ada empat domain kompetensi antar profesi, yaitu :

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 26


1) Nilai dan Etik Kolaborasi
Nilai dan etik kolaborasi menempatkan kebutuhan klien/pasien dan masyarakat sebagai pusat kolaborasi
untuk memberi pelayanan kesehatan. Nilai dan etik kolaborasi akan menghargai martabat dan privasi klien
dan memperhatikan perbedaan budaya klien/pasien, masyarakat dan anggota tim profesi kesehatan yang
terlibat.
2) Peran dan Tanggungjawab
adalah menggunakan pengetahuan tentang peran profesi sendiri dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan akan menjadi optimal jika masing-masing profesi dapat mengomunikasikan peran dan tanggung
jawabnya, mengenali keterbatasan kemampuan dan pengetahuan profesi lain, menciptakan hubungan
saling membutuhkan antar profesi, terlibat dalam pengembangan profesi dan antar profesi, serta
menggunakan kemampuan yang unik untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan.
3) Komunikasi antar Profesi
Untuk menghindari konflik akibat dari hambatan berkomunikasi dengan klien/pasien atau masyarakat dan
antar tim dengan tepat diperlukan kompetensi ini. Pada kompetensi ini calon tenaga kesehatan dituntut
untuk dapat mengorganisasikan, mengkomunikasikan informasi ke klien/ pasien /masyarakat, anggota tim
dengan cara yang dapat dipahami oleh semua; mengemukakan pengetahuan tentang klien dan
perawatannya dengan jelas, percaya diri, dan menghargai; mendengar secara aktif; dan memberikan
umpan balik dengan tepat waktu; serta menggunakan bahasa yang sesuai dan sopan.
4) Kerja sama dalam tim
adalah mengaplikasikan nilai-nilai membangun tim, prinsip dinamika tim untuk melaksanakan fungsi tim
untuk mencapai pelayanan kesehatan yang optimal. Contoh spesifiknya adalah mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan profesi lain sesuai situasi tertentu; mengaplikasikan prinsip kepemimpinan
yang mendukung; motivasi diri sendiri dan anggota tim; berbagi akuntabilitas dengan profesi lain; dan
melakukan Teamwork sesuai peran dan fungsi.
e. Faktor Pendukung dan Penghambat IPE
Terdapat faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan IPE agar dapat diterapkan di pendidikan
kesehatan seperti Politeknik Kesehatan.
a. Faktor pendukung tersebut adalah :
1) Komitmen yang jelas dari seluruh unsur pimpinan yang akan terlibat di dalam pendidikan antar profesi;
2) Kebijakan dari pimpinan untuk pelaksanaan pendidikan antar profesi;
3) Kesiapan mahasiswa untuk berperan aktif dalam mengikuti pendidikan antar profesi;
4) Adanya role model untuk kolaborasi antar profesi baik di tatanan akademik maupun lahan praktek baik
rumah sakit maupun di masyarakat;
5) Tuntutan yang besar dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan
terintegrasi;
6) Dukungan dari manajemen termasuk sarana prasarana, dukungan logistik, keuangan dan administrasi.
b. Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung, perlu diantisipasi adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan IPE agar dapat
dieliminir. Faktor penghambat yang perlu diketahui untuk dapat diatasi adalah :
1) adanya egoisme masing-masing profesi;
2) kultur kerjasama yang kurang; resisten terhadap perubahan; perbedaan visi dan tujuan masing-masing
profesi;
3) kurikulum yang kaku dan terpusat;
4) beban kerja dosen dan mahasiswa yang terlalu tinggi.
Demikian pengenalan tentang Pendidikan antar Profesi atau Interprofessional Education atau IPE. Semoga
dengan uraian ini kita dapat lebih memahami tentang IPE dan dapat menerapkannya di Poltekkes Kemenkes
Bandung.

B. MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR


1. Pengertian
Membangun Komitmen Belajar atau Building Learning Commitment (BLC) merupakan salah satu materi
penunjang dalam setiap pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan. Walaupun BLC
merupakan materi penunjang dalam sebuah pelatihan, tetapi materi BLC sangat diperlukan dalam mengawali
suatu proses pelatihan. Artinya, jika materi BLC dapat diaplikasikan dengan baik oleh fasilitator, maka proses
kegiatan pelatihan dapat berjalan efektif dan mencapai tujuan pelatihan secara optimal.
Secara garis besar fasilitasi materi BLC melalui proses pembelajaran akan melalui beberapa tahapan yang
dimulai dari perkenalan; pencairan (ice breaking); kesepakatan dan harapan yang ingin dicapai; norma dalam
pembelajaran; serta kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma. Hasil belajar atau tujuan umum dari materi BLC

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 27


adalah agar peserta mampu berperilaku positif untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama
proses belajar.
2. Tujuan Membangun Komitmen Belajar
Indikator hasil belajar atau tujuan khusus dari pembelajaran materi membangun komitmen belajar adalah
agar peserta PKN Terpadu dapat :
a. Saling mengenal diantara peserta
Sebelum memulai proses pembelajaran pada umumnya para peserta PKNT menunjukkan suasana yang
tidak cair dimana para peserta yang baru bertemu biasanya masih menjaga jarak dalam suasana yang
kurang akrab antar sesama peserta, karena kehadirannya dalam sebuah kegiatan belajar dengan kondisi
dan sebab yang berbeda-beda.
b. Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang kondusif.
Agar proses pembelajaran (PKNT) sukses, pembimbing mempersiapkan rencana pembelajaran dengan baik
sesuai tujuan pembelajaran dan kriteria peserta. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai sehingga dapat menjadikan suasana yang hidup berbasis aktifitas peserta.
c. Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang kondusif
Semua peserta PKNT harus membangun rasa percaya diantara peserta. Dalam lingkungan peserta yang
saling percaya maka peserta akan lebih siap untuk berani mengambil resiko, berkontribusi dan lebih
menyenangi proses belajar yang akan membantu kelancaran pembelajaran selanjutnya.
d. Merumuskan kesepakatan norma
Tata tertib yang dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan norma harus dianut oleh seluruh peserta PKNT
selama kegiatan pembelajaran PKNT berlangsung. Kelompok merumuskan kesepakatan bersama tentang
kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas selama pembelajaran berlangsung di bantu oleh
pembimbimbing di kelompok masing-masing
3. Tahap Membangun Komitmen Belajar
Untuk membangun komitmen belajar antar kelompok peserta pada suatu kegiatan termasuk dalam PKNT,
ada beberapa tahapan yang dilalui, yaitu :
a. Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok masih cenderung
untuk bekerja sendiri dan masih belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak
dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan informasi dan mendekatkan diri satu sama lain.
b. Stormimg
Pada tahap ini kelompok sudah mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka
hadapi. Anggota kelompok saling terbuka dan mengeluarkan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing,
sehingga kemungkinan tejadinya konflik. Suasana mulai memanas karena pendapat mulai ditanggapi.
c. Norming
Pada tahap ini sudah terdapat kesepakatan antara anggota kelompok. Kelompok mulai menemukan
kesesuaian dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan.
Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan melihat
kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelompok.Suasana mulai mereda karena adanya klarifikasi
diikuti persamaan persepsi.
d. Performing
Pada tahap ini, kelompok dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas dengan lancar dan
efektif. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lain dan mereka saling respek dalam berkomunikasi.
Suasana diliputi kerja sama sesuai dengan peran yang telah disepakati.

4. Hasil Akhir Membangun Komitmen Belajar


Hasil akhir dari kegiatan membangun komitmen belajar adalah diperolehnya kontrak belajar selama
peserta mengikut kegiatan PKNT. Dasar pemikiran perlunya kontrak belajar dalam sebuah kegiatan berbasis tim
adalah :
a. Pembentukan suasana dan kontrak belajar merupakan langkah awal dalam memulai aktifitas.
b. Peserta diajak untuk menyepakati hal-hal berkaitan dengan keseluruhan program pembelajaran mencakup
acara pembukaan, perkenalan, pemetaan harapan, agenda kegiatan, aturan main, dan pengorganisasian
peserta.
c. Fasilitator menjelaskan latar belakang, tujuan, ruang lingkup dan urutan pelaksanaan kegiatan PKNT, serta
target pembelajaran.
d. Peserta perlu merumuskan dan menyepakati harapan, aturan main, dan gambaran diri (self motivation).
e. Pada dasarnya kegiatan ini berupaya menggali kemampuan awal peserta sebelum mengikuti proses
pembelajaran.
f. Rancangan yang dikembangkan harus mengindikasikan kebutuhan dan harapan peserta

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 28


g. Fasilitator/pembimbing terlebih dahulu menawarkan hasil rancangannya kepada peserta, kemudian
menanyakan hal apa saja yang perlu dilengkapi dan menjadi harapan setelah selesai mengikuti kegiatan
PKNT.
h. Jika diperlukan fasilitator/pembimbing dapat menambah, merubah, atau merevisi sebagian dari rancangan
yang telah disiapkan.
i. Memulai PKNT sama halnya dengan memperkenalkan kepada peserta tentang lingkungan yang baru
dikenalnya.
j. Fasilitator/pembimbing menyediakan mekanisme manajemen lingkungan melalui pendekatan yang
majemuk yang tidak hanya melihat PKNT sebagai ruang belajar yang berisi gudang pengalaman dan bahan
pelajaran yang harus dikuasai, tetapi melihat manajemen pembelajaran dan memastikan proses PKNT
berjalan lancar serta menyenangkan.
k. Penyiapan mental dan kondisi belajar untuk membantu peserta mempersiapkan diri menjelang masa
peralihan agar siap untuk mengikuti proses kegiatan PKNT dapat dibantu melalui musik dengan karakteristik
yang berbeda.
l. Secara emosional peserta diarahkan dalam situasi belajar agar siap mengadaptasikan seluruh perhatian dan
fokus terhadap apa yang akan dihadapi dan kesiapan menerima hal-hal yang harus dicapai (capaian
pembelajaran).

Pada intinya materi membangun komitmen belajar/BLC sangat bermanfaat dalam menunjang proses
pembelajaran. BLC dilakukan untuk mencairkan suasana yang kaku antar peserta yang awalnya belum saling
mengenal, menyiapkan mereka agar dapat berkomunikasi, dan bertukar pengalaman secara terbuka,
menciptakan suasana belajar yang menggembirakan dan menyenangkan, menetapkan nilai belajar yang
disepakati bersama, membina kelompok yang berfungsi efektif dan bertekad untuk menyukseskan proses
pembelajaran yang berkualitas.

C. KOMUNIKASI ANTAR PROFESI


1. Konsep Dasar Komunikasi Antar Profesi
a. Pengertian Komunikasi Interprofessional
Komunikasi antar profesi yang terjadi antar profesi yang berada di dalam suatu organisasi/tim
pelayanan kesehatan menurut Goldhaber (1993, dalam Ruliana P, 2014) dan Basuki (2008) adalah suatu
proseas menciptakan dan saling menukar pesan, dengan melibatkan sika, perasaan, hubungan, dan
keterampilan individu yang ada dalam suatu jaringan hubungan yang melibatkan dua profesi atau lebih
dalam upaya untuk menjalin kolaborasi interprofesi, yang dipengaruhi oleh lingkungan internal maupun
eksternal.
Dari definisi komunikasi antar profesi diatas, mengandung konsep kunci:
1) Proses
Proses karena adanya kegiatan saling menukar pesan antar profesional yang ada dalam suatu ikatan
tim/institusi yang berjalan terus menerus dan bersifat dinamis.
2) Pesan
Adalah simbol yang penuh arti tentang orang, obyek, dan kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan
profesi lain.Pesan inilah yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka, atau melalui media komunikasi. Isi pesan dapat berupa ilmu pengetahuan,
informasi, nasihat atau propaganda.
3) Jejaring (network)
Jaringan komunikasi dalam komunikasi antar profesi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
hubungan pesan, arah dan arus pesan, dan isi pesan. Jaringan komunikasi ini bsa mencakup dua profesi,
beberapa profesi atau seluruh profesi yang ada dalam satu tim/institusi.
4) Keadaan saling tergantung (interdependence)
Saling tergantung antar profesi menjadi sifat dari komunikasi antar profesi, dimana bila ada bagian tim
mengalami gangguan komunikasi, maka akan berpengaruh pada bagian lainnya, dan mungkin pada
seluruh sistem.
5) Hubungan (relationship)
Tim kerja atau organisasi adalah suatu sistem terbuka dalam kehidupan sosial manusia. Hubungan antar
individu dalam kehidupan interprofesional sangat mempengaruhi penyampaian pesan
6) Lingkungan
Lingkungan adalah totalitas secara fisik dan sosial yang mempengaruhi individu dalam melakukan
komunikasi antar profesi. Lingkungan internal berupa individu dalam profesi, tujuan, produk/jasa yang
diberikan, sedang lingkungan eksternal berupa klien (individu, keluarga, masyarakat), teknologi,
leveransir, dan lain-lain.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 29


b. Kompetensi Komunikasi Antar Profesi
1) Mampu memilih teknik dan cara komunikasi yang efekstif, termasuk sistem informasi yang teknologi
komunikasi yang dapat memfasilitasi diskusi dan interaksi yang meningkatkan fungsi tim kolaborasi.
2) Mampu mengkomunikasikan informasi kepada individu, keluarga, dan anggota tim kesehatan dalam
bahasa yang dapat dimengerti, dan menghindari terminologi disiplin khusus (perofesi tertentu) bila
memungkinkan.
3) Mampu mengekspresikan pengetahuan dan pendapat sesorang kepada anggota tim yang etrlibat dalam
perawatan pasien dengan keyakinan, kejelasan untuk memastikan pemahaman dari informasi
pengobatan dan keputusan dalam perawatan.
4) Mendengar aktif dan mendorong ide-ide serta opini dari anggota tim lain.
5) Meluangkan waktu, sensitif, berikan umpan balik yang konstruktif tentang kinerja mereka di tim, dan
menerima dengan penuh hormat umpan balik dari orang lain.
6) Menggunakan bahasa yang santun dalam situasi tertentu yang sulit, melakukan percakapan penting,
atau bila ada konflik interprofesional.
7) Mampu mengenali keunikan seseorang, keunikan terkait dengan pengalaman, keahlian, budaya,
kekuasaan, dan hirarki dalam tim kesehatan, memberikan kontribusi untuk komunikasi yang efektif,
resolusi konflik, dan hubungan positif antar profesi.
8) Mampu berkomunikasi secara konsisten pentingnya kerja sama tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berfokus pada klien.
c. Model Komunikasi Antar Profesi
1) Model Komunikasi Linier (one way communication)
Istilah linear berarti lurus. Jadi dalam konteks komunikasi, model linear yaitu komunikasi satu arah,
dimana proses penyampaian pesan dilakukan oleh komunikator saja tanpa adanya feedback atau
umpan balik oleh komunikan.
Contoh: Instruksi yang disampaikan oleh ketua tim pengangan bencana
2) Model Komunikasi Interksional
Adalah komunikasi yang berlangsung dua arah, dari komunikator kepada komunikan dan dari
komunikan kepada komunikator. Jadi komunikator bisa menjadi komunikan dan komunikan bisa
menjadi komunikator.
Contoh: komunikasi suatu tim antar profesi membahas kekuatan dan hambatan pelayanan kesehatan
yang diberikan.
3) Model Komunikasi Transaksional
Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus
dalam proses komunikasi. Model ini bersifat kooperatif, yaitu komunikator dan komunikan sama-sama
bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Model transaksional
beranggapan bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita berurusan baik
dengan komunikasi verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator)
melalukan proses negosiasi makna.
Contoh: Komunikasi saat proses rujukan, perujuk dan penerima rujukan, sehingga harus menggunakan
komunikasi yang jelas.
d. Prinsip Komunikasi Antar Profesi
Prinsip merupakan sebuah dasar atau awal dari informasi yang dianggap sebagai kebenaran baik secara
umum ataupun individu. Prinsip dijadikan juga sebagai pedoman. Melakukan komunikasi antar profesi yang
melibatkan individu-individu yang berbeda profesi tentu tidaklan mudah, untuk mencapai tujuan dari
komunikasi, berikut diuraikan prinsip-prinsip komunikasi (Mulyana, 2012 dalam Ruliana, 2014):
1) Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Artinya komunikasi bersifat dinamis, sirkuler dan berkelanjutan
2) Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Apa yang dilakukan sesorang baik sengaja atupun tidak disengaja dapat dimaknai sebagai proses
komunikasi, termasuk komunikasi non verbal dapat dimaknasi menjadi suatu stimulus.
3) Komunikasi mempunyai dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan mempunyai diemnsi isi yang berhubungan dengan dimensi hubungan yang ada diantara
pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
4) Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Proses komunikasi bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan rendah (tidak direncanakan) sampai
komunikasi yang betul-betul disengaja, dimana komunikatir mengharapkan respons dan tujuannya
tercapai.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 30


5) Komunikasi terjadi dalam konteks waktu dan ruang
Pesan yang dikirimkan baik verbal maupun non verbal disesuaikan dengan tempat, kepada siapa pesan
dikirim, dan kapan komunikasi itu terjadi.
6) Komunikasi melibatkan prediksi peserta.
Prediksi komunikasi dapat membatu seseorang dalam menjalankan proses keomunikasi.
7) Komunikasi bersifat sistemik.
Proses komunikasi sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman, dan
pendidikan serta lingkungan tempat individu bersosialisasi.
8) Semakin mirif sasial budaya, semakin efektif komunikasi.
Kecenderungan ini terjadi karena kedua belah pihak memiliki kesamaan, sehingga memiliki makna yang
sama terhadap simbol-simbol yang dipertukarkan.
9) Komunikasi bersifat nonkonsekuensi.
Proses komunikasi bersifat sirkuler, melibatkan respons sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan
diterima atau dimengarti.
10) Komunikasi bersigat proses dan transaksional.
Ada Proses saling memberi dan menerima informsi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
11) Komunikasi bersifat irreversible.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, yang dapat menimbulkan efek dari pesan yang disampaikan.
12) Komunikasi bukan penasihat untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Komunikasi bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam hubungan antar
individu.
e. Gaya Komunikasi Antar Profesi
Gaya komunikasi antar profesi merupakan seperangkat perilaku antar pribasi yang ada di organisasi
pelayanan kesehatan yang digunakan dalam situasi tertentu. Berikut enam gaya komunikasi dalam
organisasi pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk komunikasi antar profesi kesehatan (Steward
dan Sylvia Moss, 1998 dalam Ruliana, 2014)
1) The Controlling Style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendali ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud
untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang
yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau oneway
communicators.
2) The Equalitarian Style
Gaya komunikasi ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini,
tidak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan
gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang
bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta
kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam
lingkup hubungan kerja.
3) The Structuring Style
Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun
lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta
struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk
mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan
dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tesebut.
4) The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan
atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaanya berorientasi pada tindakan (action-
oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawahi para wiranegara (salesmen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif
ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerjaan/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat efektif
digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa
karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis
tersebut.
5) The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima sara, pendapat ataupun
gagasan orng lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengiriman pesan (sender)
mempunyai hak untuk memberi perintah dan menguntrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 31


komunikasi ini akan efektif ketika pengiriman pesan atau sender seadng bekerja sama dengan orang-
orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas
semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6) The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada
keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada
beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam
deskripsi yang konkret adalah ketika seseorang mengatakan: “saya tidak ingin dilibatkan dalam
persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi
tetap juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh
karena itu, gaya komunikasi ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Dari gambaran gaya komunikasi yang ideal digunakan dalam komunikasi antar profesi adalah the
equalitarian style merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya:
structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang
bermanfaat bagi organisasi pelayanan kesehatan.
f. Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Antar Profesi
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang selalu menggunakan komunikasi untuk
melakukan interaksi. Setiap hari kita melakukan komunikasi dengan teman, keluarga, sahabat, guru, dan
masyarakat lainnya. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antar profesi (Ellis BR &
Kenworthy, 2004):
1) Perkembangan
Dalam berkomunikasi perlu disesuaikan dengan tumbuh kembang komunikan. Contoh komunikasi yang
dilakukan terhadap tenaga kesehatan yang baru harus lebih jelas dan rinci dibandingkan dengan tenaga
kesehatan yang lama
2) Persepsi.
Persepsi adalah suatu cara seseorang dalam menggambarkan atau menafsirkan informasi yang diolah
menjadi sebuah pandangan. Pembentukan persepsi ini terjadi berdasarkan pengalaman, harapan, dan
perhatian. Proses pemahaman manusia terhadap suatu rangsangan atau stimulus ini dapat memiliki
padangan yang berbeda-beda. Selain dapat menjadi pengaruh baik, persepsi juga dapat menjadi
penghambat untuk komunikasi.
3) Nilai
Nilai yang diyakini tenaga kesehatan adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat
penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.
4) Latar belakang budaya.
Komunikasi dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi.
5) Emosi
Emosi adalahperasaan subyektif tentang suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi harus tahu emosi dari
komunikan, karena emosi dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.
6) Pengetahuan
Komuniaksi akan sangan sulit dilakukan jika komunikan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.
Untuk itu kita harus bisa menempatkan diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara.
7) Peran
Komunikasi harus disesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan. Misalnya ketika berperan
membantu pasien akan berbeda dengan kita berperan atau berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
yang lain.
8) Tatanan Interaksi
Komunikasi akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang. Tempat yang bising,
ruangan yang sempit, tidak leluasa untuk berkomunikasi, dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak
nyaman.
2. Pentingnya Komunikasi yang Efektif dalam Mencegah Konflik antar Profesi
a. Tujuan Komunikasi Antar Profesi
Secara umum tujuan komunikasi antar profesi dalam organisasi pelayanan kesehatan adalah untuk
memudahkan, melaksanakan dan melancarkan jalannya pelayanan kesehatan. Secara khusus menurut
Liliweri, 2013 dalam Ruliana, 2014 adalah:
1) Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 32


Melalui komunikasi antar profesi dapat dinyatakan pendapat dari masing-masing profesi dalam
mengatasi masalah kesehatan klien, sehingga setiap profesi dapat memberi intervensi yang tepat sesuai
kompetensi profesinya.
2) Membagi Informasi.
Komunikasi juga memberi kesempatan profesi lain untuk menerima informasi terkait pelayanan
kesehatan yang diberikan, misalnya pasien setelah dilakukan tindakan tertentu atau berbagi informasi
tentang perkembangan teknologi kesehatan terbaru.
3) Menyatakan Perasaan dan Emosi
Komunikasi antar profesi juga merupakan wadah penyampaian perasaan atau emosi selama bekerja
sama dalam memberikan pelayanan kesehatan, sehingga pelayanan yang diberikan berkualitas.
4) Melakukan Koordinasi
Melalui komunikasi antar profesi koordinasi akan lebih mudah dan saling melengkapi dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
b. Fungsi Komunikasi Antar Profesi
1) Menyampaikan Informasi
Komukasi antar profesi berfungsi menyampaikan informasi kepada sesama atau antar profesi dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai kompetensi profesi.
2) Meningkatkan kemampuan saling memahami
Komukasi antar profesi berfungsi meningkatkan kemampuan untuk saling memahami antar profesi
terhadap yang dipikirkan dan dirasakan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.
3) Meningkatkan keterlibatan
Komukasi antar profesi berfungsi meningkatkan keterlibatan seluruh profesi yang berada dalam
organisasi pelayanan kesehatan dalam sebuah komando atau perintah.
4) Meningkatkan hubungan kerja yang harmonis
Komukasi antar profesi berfungsi meningkatkan hubungan kerja yang harmonis dan bersinergi antar
profesi dalam emningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
5) Membantu kemampuan mengambil keputusan
Komukasi antar profesi berfungsi membantu profesi memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan
dalam suasana ambigu dan tidak pasti.
3. Dimensi Komunikasi
1) Komunikasi Internal
Menurut Lawrence D. Brennan, komunikasi internal sebagai pertukaran gagasan diantara ketua dan
anggota tim guna terwujudnya tujuan yang berlangsung secara horizontal dan vertikal. Komunikasi internal
juag terjadi dalam pelayanan kesehatan, dimana antar profesi akan saling memberikan gagasan terkait
pelayanan kesehatan. Bentuk Komunikasi internal antara lain:
a) Komunikasi Vertikal
Adalah komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward
communication). Dalam pelayanan kesehatan, ketua tim akan memberikan intruksi, petunjuk, informasi
kepada anggotanya, dan bawahannya akan memberi laporan, dan lainnya kepada ketua tim atau
pimpinan.
b) Komunikasi Horozontal/Lateral
Adalah komunikasi sesama anggota tim pelayanan kesehatan. Komunikasi lateral ini akan memperlancar
pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode dan masalah. Hal ini membantu pelayanan kesehatan
dalam menghadapi beberapa masalah dan penyelesaiannya serta membanun semangat dan kepuasan
kerja.
c) Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal (lintas saluran/cross communication) adalah komunikasi antar ketua tim dengan
ketua tim pelayanan kesehatan di bagian lain. Contohnya dalam penanganan bencana alam, akan terjadi
komunikasi antar tim pelayanan kesehatan dengan tim pelayanan kesehatan lainnya.
2) Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal merupakan komunikasi yang dilakukan oleh tim pelayanan kesehatan dengan tim
lain di luar kesehatan atau masyarakat sebagai penerima layanan. Komunikasi eksternal dapat berupa:
a) Komunikasi dari Tim Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat
Komunikasi ini umumnya bersifat informatif, biasanya dalam bentuk majalah, press release, artikel surat
kabar, pidato radio, film dokumenter, brosur, leaflet, poster atau konferensi pers.
b) Komunikasi dari Masyarakat kepada Tim Pelayanan Kesehatan
Komunikasi ini dapat berupa umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh
pembari layanan kesehatan.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 33


4. Teknik Komunikasi Antar Profesi
a. Teknik Komunikasi Antar Profesi Internal dan Eksternal.
Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam berkomunikasi:
1) Mendengar Aktif
Sikap yang diperlukan untuk menjadi pendengar aktif:
a) Pandang lawan bicara saat sedang bicara
b) Tidak menyilangkan kaki dan tangan
c) Hindari gerakan yang tidak perlu
d) Anggukan kepala jika membicarakan hal yang penting atau memerlukan umpan balik
e) Condongkan tubuh ke arah lawan bicara
2) Mengajukan Pertanyaan
Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang spesifik. Jenis pertanyaan dapat berupa:
a) Pertanyaan Terbuka
Memberikan dorongan pada klien untuk meilih topik yang akan digunakan.
b) Pengulangan Pertanyaaan
Mengulang kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh klien dan keluarga.
c) Pertanyaan Klarifikasi
Berupaya menjelaskan ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelskan
artinya.
d) Pertanyaan Refeksi
Mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien.
e) Pertanyaan berbagi Persepsi
Meminta klien untuk memastikan pengertian tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh klien.
3) Memberikan informasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan informasi:
a) Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
b) Katakan dengan jelas
c) Gunakan kata-kata yang positif
d) Tunjukan sikap yang antusias
4) Memberikan Umpan Balik
Tahap yang perlu diperhatikan dalam melakukan umpan balik:
a) Pelajari hasil kerja dengan teliti, beri tanda pada hal yang perlu diperbaiki.
b) Ketika menyampaikan umpan balik, perlihatkan contoh-contoh dari kesalahan yang telah dibuat.
c) Kembangkan argumen mengenai dampak negatif yang bisa muncul dari kesalahan yang dibuat
d) Pestikan penerima umpan balik menyadari kekeliruan, kekuarangan atau kesalahan.
e) Gali lebih dalam mengenai hambatan yang ditemui
f) Dorong penerima umpan balik untuk menemukan jalan keluar dan langkah-langkah untuk
memperbaiki cara kerjanya.
g) Buat kesepakatan mengenai perbaikan yang akan dilakukan.
h) Sikap dalam memberikan umpan balik:
 Jangan bersikap seperti hakim yang mengadili
 Mulai dengan hal-hal yang positif
 Jangan mengungkap kebaikan dan kelemahan secara bersamaan
 Sampaikan fakta, tunjukan letak kesalahan, kekeliruan atau kekurangan
 Berikan pujian dengan tulus
 Jangan memanipulasi fakta
 Jangan memberikan komentar, tapi lengsung berikan saran
5. Komunikasi pada Area yang Luas
Area luas dimaksud adalah kerja tim, lembaga, forum, badan hukum baik organisasi lokal maupun nasional.
Semua tenaga kesehatan bekerja sama untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.
6. Kolaborasi
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain atau profesi diluar kesehatan merupakan salah satu cara yang
tepat, namun untuk mencapainya diperlukan keterampilan, pengetahun dalam konteks situasi kolaborasi yang
terjadi.
7. Partnership
Setiap profesi dalam tim pelayanan kesehatan adalah mitra kerja yang memiliki kedudukan sama untuk
dihargai dan diakui perannya dalam pelayanan kesehatan.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 34


8. Negosiasi
Tenaga kesehatan profesional harus memiliki kemampuan negoisasi agar pelayanan kesehatan yang
diberikan efektif. Kempuan negosiasi ini sangat dibutuhkan oleh seorang praktisi, konsultan dan tenaga
spesialistik.
9. Jejaring
Jejaring erat kaitannya dengan interkasi dengan orang lain secara efektif. Macam bentuk jejaring kerja:
a. Formal: rencana kegiatan dalam tim dan bagian.
b. Informal: tidak terencana, seminar, workshop, kursus singkat
c. Terorganisir: tingkat lokal atau daerah, simposium nasional dan internasional.
d. Tematik: diatur khusus untuk membahas isu tertentu, seperti program imunisasi.
e. Aktif dan jangka pendek: melihat peraturan pemerintah baru atau bimbingan dan diskusi tentang
implikasinya.

D. KERJASAMA ANTAR PROFESI DAN LINTAS SEKTOR


1. Dasar Pemikiran
Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi semua
pihak. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti pendidikan,
ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan, dan lain lain, karenanya masalah
kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan dengan semua pihak, sehingga mereka
khususnya kalangan swasta diperlukan kepeduliannya terhadap masalah kesehatan tersebut.
Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak diharapkan juga memperoleh manfaat,
karena kesehatan meningkatkan kualitas SDM dan meningkatkan produktivitas. Pentingnya kemitraan
(partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di
Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling
memberikan manfaat.
Masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan
swasta. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan memang merupakan sektor yang paling depan dalam
bertanggung jawab (leading sector), namun dalam mengimplementasikan kebijakan dan program, intervensi
harus bersama-sama dengan sektor lain, baik pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan
seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor-
sektor terkait.
2. Pengertian
Kerjasama atau kemitraan pada esensinya dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara
individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu. Kemitraan merupakan hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
3. Tujuan Kerjasama/Kemitraan
a. Tujuan umum
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada
umumnya.
b. Tujuan khusus :
1) Meningkatkan saling pengertian;
2) Meningkatkan saling percaya;
3) Meningkatkan saling memerlukan;
4) Meningkatkan rasa kedekatan;
5) Membuka peluang untuk saling membantu;
6) Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;
7) Meningkatkan rasa saling menghargai;

4. Dasar, Unsur dan Prinsip Kerjasama/Kemitraan


a. Dasar Kerjasama/Kemitraan
Untuk membangun kerjasama/kemitraan, harus didasarkan pada hal berikut :
1) kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
2) saling mempercayai dan saling menghormati
3) tujuan yang jelas dan terukur
4) kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 35


Dalam kemitraan juga didasari oleh tujuh saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi
(kaitan dengan struktur); saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling
menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan
perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes);
saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling menghargai kenyataan masing masing
(reward).
b. Unsur Kerjasama/Kemitraan
1) Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2) Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3) Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
4) Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
c. Prinsip Kerjasama/Kemitraan
Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah:
1) Persamaan atau equality,
2) Keterbukaan atau transparancy dan
3) Saling menguntungkan atau mutual benefit.
5. Langkah Kerjasama/Kemitraan
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri tiga tahap yaitu : tahap
pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri, tahap kedua kemitraan lintas
sektor di lingkungan institusi pemerintah dan yang tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas,
lintas program, lintas sektor, lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup : unsur pemerintah, unsur
swasta atau dunia usaha, unsur lsm dan organisasi masa, dan unsur organisasi profesi.
Langkah kemitraan terdiri dari :
1) penjajagan/ persiapan,
2) penyamaan persepsi,
3) pengaturan peran,
4) komunikasi intensif,
5) melakukan kegiatan, dan
6) melakukan pemantauan dan penilaian.
6. Peran Sektor Kesehatan dalam Pengembangan Kerjasama/Kemitraan di Bidang Kesehatan
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat adalah :
a. Initiator: sebagai pemrakarsa kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia Sehat.
b. Motor/dinamisator: sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dan lain lain.
c. Fasilitator: memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan lancar.
d. Anggota aktif: berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
e. Peserta kreatif: sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
f. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
g. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada.
7. Idikator Keberhasilan
a. Indikator input: Jumlah mitra yang menjadi anggota.
b. Indikator proses: Kontribusi mitra dalam jaringan kerjasama/ kemitraan, jumlah pertemuan yang
diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitraan yang
dijalankan.
c. Indikator output: Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan efisiensi
upaya yang diselenggarakan.

E. MANAJEMEN KASUS/PENYAKIT BERBASIS WILAYAH


1. Dasar Pemikiran
Secara umum patogenesis suatu penyakit atau kejadian penyakit (disease occurrences) merupakan inti
permasalahan kesehatan masyarakat. Masyarakat sehat adalah masyarakat yang bebas dari kejadian penyakit
menampilkan wilayah yang sehat. Mempelajari proses kejadian penyakit merupakan komponen esensial yang
memungkinkan kita melakukan upaya pencegahan. Dengan kata lain, untuk memelihara kualitas sumber daya
manusia dalam suatu wilayah, masyarakat secara individu atau bersama pemerintah harus berupaya keras
mencegah kejadian penyakit. Masyarakat akan terbebas dari sebagian besar risiko kesehatan dan kondisi
kesehatan mereka akan terpelihara.
Dalam kesehatan masyarakat, pencegahan merupakan upaya kesehatan primer yang ditujukan pada orang
sehat serta harus dilakukan bersama dan serentak. Manajemen kasus/penyakit yang menyertakan upaya
pencegahan melekat sangat erat pada ranah. Berbagai penyakit yang telah dikenal baik penyakit menular (PM),

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 36


maupun penyakit tidak menular (PTM) memerlukan upaya pencegahan. Mencegah kejadian penyakit
merupakan inti upaya kesehatan masyarakat, dengan asumsi bahwa keberhasilan mengendalikan faktor risiko
dan kejadian penyakit akan mampu meningkatkan dan memelihara kualitas kesehatan dan kehidupan
masyarakat.
H.L Bloom mengemukaan bahwa status kesehatan masyarakat diperngaruhi oleh lingkungan, perilaku,
peleyanan kesehatan dan genetik. Kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya merupakan fenomena
yang bersandar pada wilayah yang mencakup ekosistem dalam dimensi ruang dan waktu, di dalamnya
termasuk variabel lingkungan, dan kependudukan. Apabila kehidupan seorang manusia bersentuhan dengan
habitat tertentu, maka ada risiko terjadi proses perjalanan penyakit. Jelaslah bahwa untuk melakukan upaya
pencegahan kita harus memahami patogenesis atau proses kejadian penyakit tersebut.
Pencegahan penyakit bersifat spesifik lokal harus didukung oleh pemahaman model transmisi yang
tergantung perilaku dan lingkungan. Hal yang sama, kejadian penyakit apapun, tidak terkecuali menular
ataupun tidak menular senantiasa berbasis wilayah, senantiasa ada kekhasan lokal (local specificity). Harus pula
dipahami, bahwa upaya kuratif atau pencarian dan pengobatan penyakit juga termasuk dalam upaya pencegah,
yakni dengan melakukan diagnosis dini dan pengobatan segera yang tepat, maka kita telah mengurangi atau
bahkan menghilangkan sumber penyakit tersebut. Kejadian penyakit selain berakar pada sosial budaya
(perilaku) dan ekosistim (lingkungan) juga bersifat lintas batas. Dengan demikian, kejadian penyakit akan terus
berulang tanpa henti jika kita hanya melaksanakan pemerataan pengobatan tanpa upaya mengendalikan faktor
risiko.
2. Pengertian
Manajemen pengendalian penyakit berbasis wilayah (MPBW) mencakup upaya pengendalian kasus
penyakit disuatu wilayah tertentu bersama pengendalian berbagai faktor risiko yang dilakukan secara
terintegrasi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara prospektif dan secara retrospektif. Upaya prospektif
mengutamakan pengendalian faktor risiko penyakit terintegrasi dengan upaya pencarian dan penatalaksanaan
kasus penyakit tersebut. Upaya retrospektif mengutamakan penatalaksanaan penyakit tertentu terlebih dahulu
yang terintegrasi dengan pengendalian faktor risiko penyakit tersebut atau direncanakan dan dilaksanakan
secara serentak. Hal tersebut ditandai dengan perencanaan dan alokasi sumber daya yang juga dilakukan
secara terintegrasi.
Faktor risiko penyakit pada dasarnya adalah semua faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit di
tingkat individu dan tingkat masyarakat. Berbagai variabel lingkungan dan penduduk yang mencakup perilaku
hidup sehat merupakan faktor risiko utama penyakit. Dengan demikian, penyehatan lingkungan dan
pemberdayaan masyarakat merupakan upaya utama pengendalian berbagai faktor risiko penyakit di dalam satu
wilayah tertentu.
Dalam suatu wilayah, MPBW harus dirancang berdasarkan eviden yang dikumpulkan secara periodik,
sistematik dan terencana dan dilaksanakan oleh ”tim terpadu” kesehatan. Bagaikan suatu orkestra, tim terpadu
tersebut disatu pihak terdiri dari kumpulan pemain yang mahir memainkan alat musik, dilain pihak tim tersebut
memiliki kesamaan visi berupa lagu yang sama dalam satu kesatuan orkestra. Tim tersebut bisa merupakan
pimpinan dan/atau staf dinas kesehatan yang bermitra dengan para dokter di rumah sakit, seluruh staf
kesehatan di puskesmas, LSM bidang kesehatan, dinas-dinas non kesehatan dalam lingkungan pemda, serta
masyarakat. Dengan demikian, MPBW merupakan kerja sama yang harmonis antara para dokter di unit
pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit dan petugas kesehatan masyarakat.
2. Pelaksanaan
Sebaiknya berbagai permasalahan tersebut diidentifikasi dan dirumuskan ke dalam isu strategis berupa
masalah kesehatan yang tidak kunjung selesai atau waktunya panjang untuk menyelesaikannya. Desentralisasi
memberikan kepada pemerintah dan masyarakat kewenangan pembangunan yang seluas-luasnya termasuk
pembangunan bidang kesehatan. Pimpinan wilayah dibantu kepala dinas kesehatan kabupaten/kota bersama
seluruh tenaga kesehatan serta seluruh komponen masyarakat berkewajiban melaksanakan program
pemberantasan penyakit, dan penyehatan lingkungan. Program pemberantasan tersebut antara lain seperti
pemberantasan dan pengendalian stunting. Ssudahkah pelaksanaan pengendalian stunting dilakukan secara
terintegrasi?
Berikut diuraikan berbagai langkah pembangunan kesehatan masyarakat yang menggunakan pendekatan
Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah.
a. Penentuan Wilayah
Pertimbangan diserahkan kepada setiap kabupaten atau kota untuk memilih wilayah puskesmas,
wilayah pariwisata, ataupun seluruh wilayah kabupaten. Penentuan wilayah yang dimaksud harus
memperhatikan prioritas masalah dan atau wilayah ekosistim kejadian penyakit.
b. Identifikasi Prioritas Berbasis Eviden
Langkah pertama adalah menentukan prioritas setiap unit/wilayah. Prioritas tersebut bisa mengambil
tema, berdasarkan:

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 37


1) Faktor risiko kejadian penyakit seperti sanitasi dasar atau pencemaran lingkungan tertentu (udara,
pangan atau air).
2) Penyakit: strata umur penduduk, faktor risiko, dan wilayah tertentu. Prioritas penyakit tidak menular
antara lain stunting.
3) Prioritas berdasarkan strata umur penduduk seperti balita, kelompok ibu produktif.
4) Faktor risiko tertentu misalnya rokok, makanan sehat dan oleh raga, kemiskinan, dan rumah sehat.
5) Wilayah tertentu misalnya wilayah kecamatan atau wilayah kerja puskesmas. Apabila rumah tidak sehat
yang dijadikan faktor risiko terpilih, perlu dipertimbangan outcome penyakitnya, persiapan alat
diagnostik dan obat.
Semua penentuan prioritas tersebut harus dilakukan berbasis evidences.
b. Modelling
Patogenesis penyakit atau gangguan kesehatan lain seperti stunting (faktor risiko beserta prediksi
kejadian penyakit), digambarkan dalam suatu model. Model tersebut memberikan panduan dalam
penyusunan daftar kegiatan. Model Ini harus disusun lintas sektor dan lintas program secara terintegrasi
baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.
c. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan mencakup manajemen kasus dan pengendalian faktor risiko. Kegiatan dikelompokkan
dalam pengendalian faktor risiko lingkungan, pengendalian pada faktor kependudukan (misal peyuluhan
perubahan perilaku, imunisasi), pencarian dan penemuan kasus atau pencatatan di RS, penyediaan obat-
obatan, alat diagnostik dan lain sebagainya. Pada intinya, buat daftar rancangan kegiatan secara exhausted
(semua yang ada), baik yang meliputi pengendalian faktor risiko maupun pengendalian outcome gangguan
penyakit (kesehatan).
Daftar kegiatan dituangkan dalam rencana dan anggaran secara terpadu, bersama dengan berbagai unit
yang terkait (sub dan sub-sub dinas). Berbagai kegiatan tersebut difokuskan pada satu wilayah tertentu,
wilayah administratif dengan memperhatikan wilayah ekosistim (yang berkaitan erat). Kegiatan ini tentu
saja memerlukan skala prioritas. Namun, harus menggambarkan integrasi antara kegiatan pengendalian
faktor risiko dan pelayanan kesehatan termasuk program JKN.
Daftar kegiatan yang tertuang dalam rencana dan anggaran perlu diaudit dari aspek pelaksanaan dan
aspek anggaran. Aspek yang paling penting adalah proses pelaksanaan yang terintegrasi. Berbagai langkah
tersebut selanjutnya disusun dalam Pedoman Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah Puskesmas atau
Wilayah Kabupaten.
d. Pendekatan Kesehatan Masyarakat
Menejemen Penyakit Berbasis wilayah secara esensial memenuhi pendekatan kesehatan masyarakat
yang paling tidak harus menampilkan lima karakteristik spesifik.
1) Program hendaknya berorientasi pada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah, misal kabupaten,
kecamatan dan desa tanpa diskriminasi terhadap ras, suku, agama atau golongan umur, dan status
sosial ekonomi.
2) Berorientasi pada pencegahan primer misalnya pengendalian faktor risiko.
3) Penanganan masalah menggunakan pendekatan multi disiplin.
4) Kegiatan dilakukan bersama dengan dukungan partisipasi masyarakat.
5) Partnership atau kemitraan atau kerjasama.
Perencanaan dan pelaksanaan MPBW harus menggunakan pendekatan kesehatan masyarakat. Dengan
demikian, sepanjang upaya MPBW dilakukan dengan ke lima pendekatan tersebut di atas, maka kebiasaan
tersebut merupakan bagian dari kesehatan masyarakat. Perlu dicatat bahwa MPBW hendaknya dilakukan
dengan menggunakan azas tersebut di atas.
e. Lokasi Kegiatan
MPBW dapat dilakukan pada tingkat manajemen: Global, Nasional, Regional, Wilayah otonom, dan
Satuan wilayah seperti kecamatan, desa, wilayah pariwisata, wilayah industri dan lain-lain. Manajemen
pada tingkat wilayah kabupaten dapat dilakukan di seluruh wilayah kabupaten sebagai satu-satuan wilayah,
atau dapat pula memilih manajemen tiap tingkat puskesmas sebagai wilayah administratif wilayah kerja.
f. Metode
Dalam MPBW kabupaten kota dikenal tiga metode yang amat esensial, meliputi:
1) Analisis Spasial,
Analisis spasial merupakan salah satu metode manajemen penyakit berbasis wilayah yang
memperhatikan variabel spasial seperti topografi, wilayah urban, wilayah industri, wilayah pedesaan.
Dia merupakan suatu analisis dan uraian tentang data penyakit secara geografi yang terkait dengan
distribusi kependudukan, persebaran faktor risiko lingkungan, ekosistem, sosial ekonomi, serta analisa
hubungan antar variabel tersebut. Kejadian penyakit merupakan fenomena spasial yang terjadi di atas
permukaan bumi terestrial. Kejadian penyakit dapat dikaitkan dengan berbagai obyek yang memiliki

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 38


keterkaitan dengan lokasi, topografi, benda-benda, distribusi benda atau kejadian lain dalam suatu
ruangan atau pada titik tertentu dan dapat pula dihubungkan dengan peta dan ketinggian.
2) Audit Manajemen Penyakit berbasis Wilayah
Audit manajemen penyakit berbasis wilayah merupakan pelengkap yang pada dasarnya adalah
upaya pemantauan dan evaluasi untuk menilai ketepatan pelaksanaan MPBW yang dilakukan
terintegrasi, ketepatan manajemen faktor risiko dan pelaksanaan manajemen kependudukan dan
dampak kesehatan.
3) Surveilans berbasis Wilayah
Surveilans berbasis wilayah merupakan metode esensial yang secara terintegrasi mendukung
MPBW. Upaya survailans dilakukan secara bersama terhadap faktor risiko lingkungan dan
kependudukan serta penyakit. Keduanya dilakukan secara terintegrasi dan lintas sektor dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Obyek parameter survailans harus meliputi faktor risiko dan penyakit yang berhubungan. Parameter
yang digunakan harus menggambarkan proses kejadian penyakit pada komponen manusia dan
lingkungan.
b) Pertemuan awal yang dihadiri lintas sektor para stakeholderstermasuk LSM bertujuan menentukan
jenis dan petugas pengumpul data berdasarkan ketersediaan dana, metode sampling dan
pengumpulan.
c) Pertemuan stakeholder dilakukan secara periodik paling tidak sekali dalam setahun untuk
membahas berbagai aspek tentang data yang terkumpul.
d) Pertemuan akhir bertujuan menyampaikan hasil informasi. Selebihnya, dilakukan mengikuti prinsip
dan metode survailans yang lazim dan terarah pada prioritas penyakit dan atau faktor risiko.
3. Kesimpulan
Pembangunan kesehatan wilayah dapat dilakukan dengan merujuk kepada konsep MPBW dan rancangan
kegiatan setiap wilayah pemerintahan otonom. MPBW diharapkan dapat meningkatkan kesehatan penduduk di
suatu wilayah tertentu secara bertahap dan berkesinambungan.

F. ASUHAN KESEHATAN KELUARGA DENGAN STUNTING


Sebelum membahas asuhan kesehatan keluarga stunting, terlebih dahulu dijelaskan tentang konsep dasar
stunting.
1. Konsep Dasar Stunting
a. Pengertian Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi
oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK. Anak tergolong stunting apabila panjang atau
tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat
pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.
b. Penyebab Stunting
Mengacu pada “The Conceptual Framework of the Determinants of Child Undernutrition”, “The Underlying
Drivers of Malnutrition”, dan “Faktor Penyebab Masalah Gizi Konteks Indonesia” penyebab langsung
masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan
stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan
ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait
dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk
pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air
bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan
ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik
kekurangan maupun kelebihan gizi.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 39


MASALAH STUNTING Hasil

Asupan Gizi Status Kesehatan Penyebab Langsung

Ketahanan pangan Lingkungan sosial Lingkungan Lingkungan


(ketersediaan, (norma, makanan kesehatan (akses, Pemukiman Penyebab Tidak
keterjangkauan bayi dan anak, pelayanan (air, sanitasi, Langsung
dan akses pengan higiene, pendidikan, preventif dan Kondisi
bergizi) tempat kerja kuratif bangunan)

Proses
Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi,
globalisasi, sistem pangan, perlindungan sosial, sistem kesehatan,
Prasyarat Pendukung
pembangunan pertanian dan pemberdayaan perempuan

Komitmen politis dan kebijakan pelaksanaan aksi;kebutuhan dan tekanan untuk implementasi, tata kelola keterlibatan
antar lembaga pemerintah dan non-pemerintah,kapasitas untuk implementasi

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor keturunan.
Penelitian Dubois, et.al pada tahun 2012 menunjukkan bahwa faktor keturunan hanya sedikit (4-7% pada
wanita) mempengaruhi tinggi badan seseorang saat lahir. Sebaliknya, pengaruh faktor lingkungan pada saat
lahir ternyata sangat besar (74-87% pada wanita). Hal ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan yang
mendukung dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ibu hamil dengan konsumsi asupan gizi yang rendah dan mengalami penyakit infeksi akan melahirkan
bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR), dan/atau panjang badan bayi di bawah standar. Asupan gizi yang
baik tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga tetapi juga dipengaruhi oleh
pola asuh seperti pemberian kolostrum (ASI yang pertama kali keluar), Inisasi Menyusu Dini (IMD),
pemberian ASI eksklusif, dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat. Selain itu, faktor
kesehatan lingkungan seperti akses air bersih dan sanitasi layak serta pengelolaan sampah juga
berhubungan erat dengan kejadian infeksi penyakit menular pada anak.
Kehidupan anak sejak dalam kandungan ibu hingga berusia dua tahun (1.000 HPK) merupakan masa-
masa kritis dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Faktor lingkungan yang
baik, terutama di awal-awal kehidupan anak, dapat memaksimalkan potensi genetik (keturunan) yang dimiliki
anak sehingga anak dapat mencapai tinggi badan optimalnya. Faktor lingkungan yang mendukung ditentukan
oleh berbagai aspek atau sektor.
Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi pendapatan dan
kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan,
pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan
prasyarat pendukung yang mencakup: (a) Komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan; (b) Keterlibatan
pemerintah dan lintas sektor; dan (c) Kapasitas untuk melaksanakan.
c. Dampak Stunting
Permasalahan stunting pada usia dini terutama pada periode 1000 HPK, akan berdampak pada kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM). Stunting menyebabkan organ tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara
optimal. Balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan
55 juta Disability-Adjusted Life Years (DALYs) yaitu hilangnya masa hidup sehat setiap tahun.
1) Jangka pendek,
Dalam jangka pendek stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan
motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme.
2) Jangka Panjang
Dalam jangka panjang stunting menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan
fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan
menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa. Selain itu,
kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan
risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung kroner, dan stroke.
d. Cara Pengukuran Stunting
Untuk menentukan stunting pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran panjang/tinggi
badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri merupakan ukuran dari
tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi
tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 40


energi. Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan panjang/tinggi badan dan berat badan
(Gibson, 2005).
Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS dan WHO.
Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median, dan standar deviasi atau Z-
score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada anak-anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk
mengetahui perbedaan antara nilai individu dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi
yang sama, dibagi dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan Z-
score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan indeks dan perbedaan
usia, juga memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan secara statistik dari pengukuran antropometri.
Indikator antropometrik seperti panjang/tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting dalam
mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan banyak masalah gizi buruk. Dalam
menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunting sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score,
dan pengukuran pada anak balita berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS
berikut (Sumber WHO 2006)
Indikator Pertumbuhan Cut Off Point
Stunting ≤ 2 SD
Severelly stunting ≤ 3 SD

e. Program Penanggulangan Stunting


1) Landasan Hukum
Landasan hukum terkait dengan intervensi penurunan stunting terintegrasi adalah:
a) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
b) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
c) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
d) Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi,
e) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019,
f) Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018,
g) Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi,
h) Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019,
i) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat,
j) Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Pangan dan Gizi yang menetapkan RAN-PG,
Pedoman Penyusunan RAD-PG, dan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi RAN/RAD-PG.
k) Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tim Teknis
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
l) Surat Keputusan Deputi bidang Sumber Daya Manusia Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 37/D.1/06/2014 tentang Kelompok
Kerja Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
2) Kebijakan Nasional Penurunan Stunting
Komitmen untuk percepatan perbaikan gizi diwujudkan dengan ditetapkannya Peraturan Presiden
Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang mengintegrasikan
pelayanan kesehatan, terutama kesehatan ibu, anak dan pengendalian penyakit dengan pendekatan
berbagai program dan kegiatan yang dilakukan lintas sektor. Implementasi perbaikan gizi juga
dituangkan ke dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2015-2019.
Penyusunan dan implementasi rencana aksi pangan dan gizi dalam bentuk Rencana Aksi Pangan
dan Gizi Daerah (RAD-PG) sedang berlangsung di provinsi dan kabupaten/kota. Sebagai panduan dalam
mengintegrasikan pembangunan pangan dan gizi, pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden
Nomor 83 tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi yang selanjutnya diikuti penetapan
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Rencana Aksi Nasional
Pangan dan Gizi yang menetapkan RAN-PG, Pedoman Penyusunan RAD-PG, dan Pedoman Pemantauan
dan Evaluasi RAN/RAD-PG.
Selain itu, pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 59 tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Upaya percepatan perbaikan gizi
merupakan bagian dari TPB tujuan dua yaitu mengakhiri kelaparan, memcapai ketahanan pangan dan
nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan. Stunting telah ditetapkan sebagai
prioritas nasional dalam dokumen perencanaan dan TPB. Adapun strategi percepatan perbaikan gizi
dalam dokumen perencanaan RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 41


a) Peningkatan surveilans gizi termasuk pemantauan pertumbuhan
b) Peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi dengan fokus utama pada 1.000 hari
pertama kehidupan (ibu hamil hingga anak usia 2 tahun), balita, remaja, dan calon pengantin
c) Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi, higiene, dan pengasuhan
d) Peningkatan peran masyarakat dalam perbaikan gizi termasuk melalui Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat/UKBM (Posyandu dan Pos PAUD)
e) Penguatan pelaksanaan, dan pengawasan regulasi dan standar gizi
f) Pengembangan fortifikasi pangan
g) Penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi sensitif dan spesifik yang didukung oleh
peningkatan kapasitas pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan rencana
aksi pangan dan gizi
Sasaran pokok dan arah kebijakan RPJMN 2015-2019 tersebut di atas selanjutnya telah diterjemahkan ke
dalam perencanaan dan penganggaran tahunan (Rencana Kerja Pemerintah/RKP) dimana percepatan
perbaikan gizi masyarakat telah menjadi agenda prioritas dalam mulai RKP tahun 2015, 2016, 2017, dan
2018. Pada RKP 2018, pembangunan kesehatan difokuskan pada tiga program prioritas mencakup: (a)
peningkatan kesehatan ibu dan anak; (b) pencegahan dan pengendalian penyakit; dan (c) penguatan
promotif dan preventif “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat”. Perbaikan kualitas gizi ibu dan anak menjadi
salah satu kegiatan prioritas pada program prioritas peningkatan kesehatan ibu dan anak yang
dilaksanakan secara lintas sektor .
Sedangkan pada RKP 2019, program prioritas peningkatan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat
difokuskan pada lima kegiatan prioritas mencakup: (a) peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga
berencana, dan kesehatan reproduksi; (b) percepatan penurunan stunting ; (c) penguatan gerakan
masyarkat hidup sehat dan pengenalian penyakit; (d) peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan,
dan (e) peningkatan efektifitas pengawasan obat dan makanan.
Selain peraturan dan kebijakan di atas, pemerintah pusat juga telah menyusun Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting. Periode 2018-2024 (Stranas Stunting). Tujuan umum Stranas Stunting
adalah mempercepat pencegahan stunting dalam kerangka kebijakan dan institusi yang ada. Tujuan
tersebut akan dicapai melalui lima tujuan khusus sebagai berikut:
a) Memastikan pencegahan stunting menjadi prioritas pemerintah dan masyarakat di semua tingkatan;
b) Meningkatkan kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah stunting;
c) Memperkuat konvergensi melalui koordinasi dan konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah,
dan desa;
d) Meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong ketahanan pangan; dan
e) Meningkatkan pemantauan dan evaluasi sebagai dasar untuk memastikan pemberian layanan yang
bermutu, peningkatan akuntabilitas, dan percepatan pembelajaran.
Strategi Nasional menggunakan pendekatan Lima Pilar Pencegahan Stunting, yaitu: 1) Komitmen dan
visi kepemimpinan; 2) Kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku; 3) Konvergensi,
koordinasi, dan konsolidasi program pusat, daerah, dan desa; 4) Gizi dan ketahanan pangan; dan 5)
Pemantauan dan evaluasi, menetapkan Kementerian/Lembaga penanggung jawab upaya percepatan
pencegahan stunting, menetapkan wilayah prioritas dan strategi percepatan pencegahan stunting, dan
menyiapkan strategi kampanye nasional stunting.
3) Upaya Penurunan Stunting
Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang
yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan
otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada
saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit. Anak stunting berisiko lebih
tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan berbagai bentuk masalah gizi
diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.
Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik untuk
mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.
Selain mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup
komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, serta
kapasitas untuk melaksanakan. Penurunan stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang
harus dimulai dari pemenuhan prasyarat pendukung. Kerangka konseptual Intervensi penurunan stunting
terintegrasi
Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti
asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan. Intervensi spesifik ini

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 42


umumnya diberikan oleh sektor kesehatan. Intervensi gizi sensitif mencakup: (a) Peningkatan penyediaan
air bersih dan sarana sanitasi; (b) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; (c)
Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; (c); serta (d) Peningkatan akses
pangan bergizi. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan. Sasaran
intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat dan dilakukan melalui berbagai program dan
kegiatan dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.
Intervensi Spesifik, meliputi:
Kelompok Intervensi prioritas sesuai
Intervensi prioritas Intervensi pendukung
Sasaran kondisi tertentu
KELOMPOK SASARAN 1.000 HPK
Ibu Hamil  Pemberian makanan tambahan  Suplemen Kalsium  Perlindungan dari
bagi ibu hamil dari kelompok  Pemeriksaan malaria
miskin/Kurang Energi Kronik Kehamilan  Pencegahan HIV
(KEK)
 Suplemen tablet Tambah Darah
Ibu Menyusui dan  Promosi dan konseling menyusui  Suplemen kapsul Vit A  Pencegahan kecacingan
anak 0 – 23 bulan  Promosi dan konseling  Suplemen Taburia
pemberian makanan bayi dan  Imunisasi
anak (PMBA)  Suplemen Zinc untuk
 Tata laksana Gizi Buruk Diare
 PMT pemulihan bagi anak kurus  MTBS
 Pemantauan dan promosi
pertumbuhan
KELOMPOK SASARAN USIA LAINNYA
Remaja Putri dan  Suplemen tablet tambah darah
WUS
Anak 24 – 59  Tata Laksana Gizi Buruk  Suplemen kapsul Vit A  Pencegahan kecacingan
bulan  PMT pemulihan bagi anak kurus  Suplemen Taburia
 Pemantauan dan promosi  Suplemen Zinc untuk
pertumbuhan Diare
 MTBS

Intervensi Sensitif, meliputi:


Jenis Intervensi Program/Kegiatan Intervensi
Peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi  Akses air minum yang aman
 Akses Sanitasi yang layak
Peningkatan akses dan kualitaspelayanangizi  Akses pelayanan KB
dan kesehatan  Akses Jaminan Kesehatan (JKN)
 Akses bantuan uang tunai untuk keluarga miskin (PKH)
Peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik  Penyebaran informasi melalui berbagai media
pengasuhan dan gizi ibu dan anak  Penyediaan konseling perubahan perilaku
 Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua
 Penyediaan akses PAUD, pemantauan tumbuh kembang
 Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi remaja
 Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Peningkatan akses pangan bergizi  Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk keluarga kurang
mampu
 Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, terigu, minyak
goreng)
 Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
 Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan

Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi dilaksanakan dengan menggunakan


pendekatan Holistik, Intergratif, Tematik, dan Spatial (HITS). Upaya penurunan stunting akan lebih efektif
apabila intervensi gizi spesifik dan sensitif dilakukan secara terintegrasi atau terpadu.

2. Asuhan Kesehatan Keluarga


a. Pengkajian keluarga
Fasilitas Yankes :
No. Register :
Nama Petugas yang mengkaji :
Tanggal Pengkajian :
1) Data Keluarga
a) Data Kepala Keluarga, menjelaskan: nama KK, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari, jarak ke
yankes terdekat, dan alat transportasi yang digunakan.
b) Data Anggota Keluarga, menjelaskan: nama, hubungan dengan KK, umur, suku, pendidikan terakhir,
pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital (TD, N, S, P), status imunisasi, alat bantu/protesa,
penampilan umum, status kesehatan saat ini, riwayat penyakit/alergi, dan analisis masalah
kesehatan.
2) Data Pengkajian Individu yang mengalami stunting.
Data meliputi: BB, PB, keadaan umum, kebersihan diri, kondisi mental/perkembangan, keterangan
tambahan konisi sakit lainnya, dan data penunjang medis. Khusus untuk data anak usia 6 – 24 bulan.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 43


 Masukan data BB dan PB ke dalam kartu KMS

 Untuk Balita laki-laki warna biru, dan balita perempuan warna merah.
 Cara pembacaan: Garis mendatar pada grafik menunjukan umur balita, dan garis vertikal/ke atas
menunjukan panjang/ tinggi badan.
 Cara Ploting:
- Cari titik usia anak pada garis umur
- Cari titik panjang/tinggi badan anak
- Tarik titik usia ke atas
- Tarik titik panjang/tinggi badan ke samping kanan.
- Beri titik yang jelas pada pertemuan garis panjang/tinggi dan garis umur.

Contoh : Seorang anak usia 16 bulan dan tingginya 71 cm, anak tergolong sangat pendek
 Kategikan :
- Blok hijau muda anak tergolong tinggi (> 2 SD)
- Blok hijau anak tergolong pertumbuhan normal
- Blok anak tergolong pendek (≤ 2 SD)
 Analisis:
Mengidentifikasi data kesehatan yang dihadapi oleh masing-masing keluarga di wilayah melalui
analisis data masing-masing keluarga, baik data primer maupun data skunder yang tidak sesuai.
No Data Penyebab Masalah

 Perumusan Masalah:
Rumuskan masalah-masalah kesehatan di wilayah:
Contoh Rumusan Masalah :
- Anak A keluarga Bp.B mengalami stunting

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 44


 Menyusun Prioritas Masalah:
 Menentukan prioritas dengan menggunakan model USGF, yaitu Penetuan Prioritas dengan
mempertimbangkan:
- tingkat urgensinya (U), yakni apakah masalah tersebut penting untuk segera diatasi
- keseriusannya (S), yakni apakah masalah tersebut cukup parah
- potensi perkembangannya (G), yakni apakah masalah tersebut akan segera menjadi besar
dan/atau menjalar
- kemudahan mengatasinya (F), yakni apakah masalah tersebut mudah diatasi mengacu kepada
kemampuan keluarga/RT/RW/Kelurahan/ Desa/Kecamatan/Puskesmas.
 Masing-masing faktor diberi nilai 1–5 berdasarkan skala likert (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang,
2=kecil, 1=sangat kecil), dan nilai total tiap masalah kesehatan diperoleh dari rumus:

T=U+S+G+F

b. Perencanaan
Perencanaan pemecahan kesehatan keluarga terdiri dari penetepan : 1) tujuan, mencakup tujuan umum
dan khusus, 2) rencana intervensi, dan 3) rencana evaluasi. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur
(measurable), dapat dicapai (achivable), rasional (rationale) dan menunjukan waktu (time) disingkat SMART
dan rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Dalam pedoman pelaksanaan intervensi
penurunan stunting terintegrasi di kabupaten/kota (Kementerian PPN/Bapenas) disebutkan ada dua
kategori intervensi stunting, yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
1) Intervensi gizi spesifik
Merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi,
status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan. Intervensi spesifik ini umumnya diberikan oleh
sektor kesehatan.
2) Intervensi gizi sensitif
Merupakan kegiatan yang tidak langsung dapat mengatasi terjadinya stunting mencakup:
a) Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi;
b) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan;
c) Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak;
d) Peningkatan akses pangan bergizi.
Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan. Sasaran intervensi gizi
sensitif adalah keluarga dan masyarakat dan dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan
disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.
Rencana Asuhan Keluarga Stunting ...................................
Tanggal
No Masalah Kegiatan Tempat Penjab Biaya
21 22 23 24 25

c. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan kepada keluarga berdasarkan perencanaan
sebelumnnya. Tindakan terhadap keluarga mencakup intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
d. Penilaian
Untuk menilai keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan penilaian. Tindakan-tindakan
kesehatan keluarga mungkin saja tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan
secara bertahap, demikian halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa dan Planning)
S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga, misalnya anak D nafsu makannya
lebih baik
O : Hal-hal yang ditemukan petugas yang dapat diukur, misalnya anak D naik
BB nya 0,5 kg
A : Analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 45


G. PENGORANISASIAN MASYARAKAT
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap unit kerja
sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna. Dalam pelayanan kesehatan
masyarakat harus mengarahkan aktivitasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan kesehatan
dapat tercapai, yaitu melalui pengorganisasian masyarakat (community organization).
1. Pengertian
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan
tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. (Siagian,1983). Sedangkan Szilagji mengemukakan bahwa fungsi
pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan
pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.
2. Model pengorganisasian masyarakat
a. Locality Development
Model ini lebih menekankan pada peran serta seluruh masyarakat untuk mandiri. Prinsipnya adalah
keterlibatan langsung masyarakat, melayani sendiri, membantu diri sendiri dalam penyelesaian masalah,
dan mengembangkan keterampilan individual/kelompok dalam proses pemecahan masalah. Peran perawat
komunitas dalam model ini adalah sebagai pendukung, fasilitator, dan pendidik.
b. Social Planning
Model ini lebih menekankan pada perencanaan para ahli dan menggunakaan birokrasi. Keputusan
komunitas didasarkan pada fakta/data yang dikumpulkan, dibuat keputusan secara rasional. Penekanan
pada penyelesaian masalah bukan proses pengambilan keputusan harus cepat dan berorientasi pada tujuan
/ hasil. Model ini menggunakan pendekatan langsung (perintah) dalam rangka untuk megubah masyarakat,
dengan penekanan pada perencanaan. Peran perawat dalam model ini adalah sebagai fasilitator,
pengumpulan fakta/data, serta menganalisis dan melaksanakan program implementasi.
c. Social Action
Model ini lebih focus pada korban. Fokus pada model ini adalah mengubah komunitas pada
polarisasi/pemusatan isu yang ada di komunitas dengan menggunakan konflik/konfrontasi antara penduduk
dan pengambilan keputusan/kebijakan. Penekanan pada proses atau tujuan, fokus utamanya mentransfer
kekuatan pada tingkat kelompok. Peran perawat sebagai aktivis, penggerak dan negosiator.
3. Tahap Pengorganisasian Masyarakat
a. Persiapan sosial
Dalam praktik perawatan kesehatan, tujuan persiapan sosial adalah meningkatkan partisipasi atau peran
serta masyarakat sejak awal kegiatan sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan kegiatan, dan
pengembangan program keperawatan kesehatan masyarakat. Ada dua pendekatan dalam partisipasi
masyarakat, antara lain sebagaia berikut :
1) Pendidikan partisipasi.
Dalam kegiatan ini komunitas dilibatkan dalam perencanan, penyelesaian masalah, tetapi biasanya
dengan pendekatan ini proses perubahan lambat. Namaun keuntungannya, kelompok/masyarakat
merasa memiliki dan komunnitas berubah, dalam jangka waktu yang panjang.
2) Pendidikan langsung (perintah).
Dalam pendekatan ini proses berubah ditentukan oleh kekuatan luar, proses berubah berjalan cepat.
Namun kerugiannya, masyarakat merasa memiliki dan perubahan hanya berlangsung dalam jangka
pendek. Kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditingkatkan kepada persiapan–persiapan yang harus
dilakukan baik aspek teknis, administratif, dan program–program kesehatan yang akan dilaksanakan.
Dalam tahap persiapan sosial ada tiga kegiatan yang harus dilakukan, sebagai berikut :
1) Pengenalan masyarakat.
Tahap ini dapat dilakukan melalui jalur formal sebagai pihak yang bertanggung jawab secara teknis,
administratif dan birokratif terhadap suatu wilayah yang akan dijadikan daerah binaan. Pendekatan
terhadap informal leader umumnya melalui pemerintahan setempat yang bertanggung jawab terhadap
wilayah tersebut dan pusat kesehatan masyarakat atau instansi terkait yang bertanggung jawab dalam
bidang kesehatan masyarakat. Pendekatan ini diawali dengan surat permintaan daerah binaan yang
akan dijadikan lahan praktik dan dilengkapi proposal rencana pembinaan. Selanjutnya, mengadakan
pendekatan dengan tokoh-tokoh di wilayah tersebut.
2) Pengenalan masalah.
Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh, dapat dilakukan survey
kesehatan masyarakat dalam ruang lingkup terbatas, sehingga masalah–masalah yang dirumuskan
benar–benar masalah yang menjadi kebutuhan masyarakat setempat. Oleh karena itu, keterlibatan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 46


masyarakat sangat diperlukan, sehingga mereka menyadari sepenuhnya masalah yang mereka hadapi
dan mereka sadar bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Masalah yang ditemukan pada tahap ini
tentunya tidak hanya satu masalah, sehingga perlu disusun skala prioritas penanggulangan masalah
bersama masyarakat formal dan informal.
3) Penyadaran masyarakat.
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka : menyadari masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi; ikut berpartisispasi dalam kegiatan penanggulangan
masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi; serta mengetahui cara memenuhi kebutuhan
upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan sesuai denngan potensi dan sumber daya yang ada pada
mereka.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan dan
keperawatan diperlukan suatau mekanisme yang terencana dan terorganisasi denga baik. Istilah yang
sering digunakan dalam keperawatan komunitas untuk menyadarkan masyarakat adalah lokakarya mini
kesehatan, musyawarah masyarakat desa atau rembuk desa.
Hal–hal yang perlu mendapat perhatian dalam penyadaran masalah adalah :
a) Libatkan masyarakat seoptimal mungkin
b) Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah, sesuaikan dengan potensi dan sumber daya
yang ada pada masyarakat;
c) Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat;
d) Kesadaran dari kelompok-kelompok kecil masyarakat hendaknya disebarkan kepada kelompok
masyarakat yang lebih luas;
e) Adakan interaksi dan interelasi dengan tokoh – tokoh masyarakat secara intensif dan akrab,
sehingga mereka dapat di manfaatkan untuk usaha motifasi, komunikasi-yang kemudian dapat
menggugah kesadaran masyarakat
f) Dalam mengatasi sifat-sifat masyarakat, perawat komunitas dapat memanfaatkan jalur
kepemimpinan masyarakat setempat untuk mendapatkan legitimasi, sehingga kesadaran
masyarakat dapat dipercepat.
b. Pelaksanaan
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam mini lokakarya atau musyawarah masyarakat
desa, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat adalah :
1) Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
2) Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan masalah.
3) Kegiatan disesuaikan dengana kemampuan, waktu dan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
4) Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai kemampuan dalam
penanggulangan masalah.
c. Evaluasi
Penillaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu tertentu. Penilaian dapat
dilakukan dalam dua cara yaitu:
1) Penilaian formatif
Penilaian ini dilakukan selama kegiatan berlangsung, yang dilakukan untuk melihat apakah
pelaksanaan kegiatan sesuai perencanaan yang disusun. Penilaian ini juga dapat dikatakan monitoring,
sehingga dapat diketahui perkembangan hasil yang akan dicapai.
2) Penilaian sumatif
Penilaian ini dilakukan setelah program selesai dilaksanakan atau setelah melalui jangka waktu tertentu.
Penilaian ini disebut juga penilaian akhir program, sehingga dapat diketahui apakah tujuan atau target
dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan telah tercapai atau belum.
d. Perluasan
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang akan dilakukan. Perluasan dapat dilakukan
dengan dua cara :
1) Perluasan kuantitatif
Yaitu perluasan dengan menambah jumlah kegiatan yang akan dilakukan, apakah pada wilayah
setempat atau di wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2) Perluasan kualitatif
Yaitu perluasan dengan meningkatkan mutu atau kualitas kegiatan yang telah dilaksanakan, sehingga
dapat meningkatkan kepuasan dari masyarakat

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 47


Rujukan :
1. Achmadi UF. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: UI Press; 2008.
2. Achmadi UF. Horison baru kesehatan masyarakat di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta; 2008.
3. Achmadi UF. Paradigma kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja. Mimeograph: FKM UI;1987.
4. Achmadi UF. Transformasi kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru
Besar UI. Depok: Dokumen Perpustakaan FKMUI; 1991.
5. Gibson, R. S. (2005) Principless of Nutrition Assesment. Oxford University Press;
6. Haryanto. (2010). Membangun Komitmen dan Kontrak Belajar di Sekolah, (Online),
7. Kementerian PPN/Bapenas. Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di
Kabupaten/Kota, Jakarta, 2018
8. Kementerian Keuangan, Penanganan Stunting Terpadu, Jakarta, 2018
9. Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Penanganan Stunting Terintegrasi di Indonesia,
Jakarta, 2018
10. Kementerian Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan. (2012). Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Modul
Pelatihan Bidang Kesehatan. Jakarta
11. Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. (2015). Modul Membangun Komitmen
Pembelajaran. Jakarta
12. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan. (2016). Pedoman Implementasi Pendidikan antar Profesi
(Interprofessional Education). Jakarta.
13. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan. (2016). Kurikulum dan Modul Peningkatan Kapasiats Tenaga
Pendidik dalam Penerapan Pendidikan antar Profesi (Interprofessional Education/IPE) pada Palayanan
Kesehatan Komunitas. Jakarta.
14. Susanna D. Dinamika penularan malaria, studi pada ekosistim persawahan, pegunungan dan ekosistim pantai
[disertasi]. Depok: FKM UI; 2005.
15. UNICEF (1998) The state of the world’s children;
16. World Health Organization (2010). Framework forAction on Interprofessional Education and Collaborative
Practice. Geneva.
17. WHO (2006) child growth standards: Length/height-for-age, weight-for-age, weight-for-length, weight-for-
height and body mass index-for-age: Methods and development. Department Nutrition for Health and
Development.

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 48


DAFTAR KELOMPOK DAN PEMBIMBING PKN TERPADU
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG TAHUN 2020

Klp Lokasi Nama Mahasiswa JK Prodi Pembimbing


1 RW 01 1. Elsa Amalia P D3 Gizi Dr. Anah Sasmita, SKp,
Jalancagak 2. Siti Nurjanah P D3 Farmasi M.Kes
3. Dinda As-Shifa Pahmi P D3 Keperawatan Bandung
4. Zahrah Salsabila P D3 Keperawatan Bogor
5. Aulia Nur Rahman P D3 Bidan Bandung
6. Rossa Rahayu Afyidah P D3 Bidan Karawang
7. Alvina Zakia Laili P D3 Bidan Bogor
8. Nabilah Hulwa Huwaida P D3 Keperawatan Gigi
9. Arbie Gyresha L D3 Analis Kesehatan
10. Syifa Fadhilah Azmi P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Arin Karlina P D3 Gizi
12. Irma Gina Apriyanti P D3 Keperawatan Bandung
13. Rafizha Rizkianti P D3 Kebidanan Bandung
14. Ibnu Ramdhan Firdaus L D3 Keperawatan Gigi
15. Nandita Fajar Kusumah P D3 Kesehatan Lingkungan
16. Soraya Adela Larasati P D3 Kesehatan Lingkungan
17. Qisthina P D4 Promosi Kesehatan
18. Neneng Sayidah Nafisah P D4 Gizi
19. Astika Mentari Pratiwi P D4 Analis Kesehatan
20. Grace Yohana P D3 Keperawatan Bogor
2 RW 02 1. Ellizka Shifa Tazkiyah P D3 Gizi Ai Djuminar, Apd. M.Kes
Jalancagak 2. M. Roby Ananda L D3 Farmasi
3. Adella Rahma W. P D3 Keperawatan Bandung
4. Erna Alestin P D3 Keperawatan Bogor
5. Annisa Nurahmayanti P D3 Bidan Bandung
6. Berliana Bilgies Putri F. P D3 Bidan Karawang
7. Ayu Rahayu P D3 Bidan Bogor
8. Merisa Salsa Rahayu P D3 Keperawatan Gigi
9. Teguh Santoso L D3 Analis Kesehatan
10. Rita Siti Nurdiana P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Yusi Gustina P D3 Gizi
12. Nyulasikin Nadya N. P D3 Keperawatan Bandung
13. Shania Eka Sahra P D3 Kebidanan Bandung
14. Rohmah Rosningrat P D3 Keperawatan Gigi
15. Tesha Septiani P D3 Kesehatan Lingkungan
16. Anida Firdaus A. P D3 Keperawatan Bandung
17. Nurul Qodariah P D4 Gizi
18. Syahidah Firdaus P D4 Analis Kesehatan
19. Shoffi Mardhiyyah P.Q P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Aisyah P D3 Keperawatan Bogor
3 RW 03 1. Karin Fauziah P D3 Gizi Dra Nani Kurnaeni M.Kes
Jalancagak 2. Fahira Alvida P D3 Farmasi
3. Novia Sri Wulandari P D3 Keperawatan Bandung
4. Reza Ayu Nurul Karimah P D3 Keperawatan Bogor
5. Asmi Adilah Safari P D3 Bidan Bandung
6. Nadea Octaryana P D3 Bidan Karawang
7. Anisa Nur Fadhilla P D3 Bidan Bogor
8. Khaira Refika P D3 Keperawatan Gigi
9. Deony Ayulanda P P D3 Analis Kesehatan
10. Fathimatu Syahidah F P D3 Kesehatan Lingkungan
11. R. Arinilhaq Salsabiela P D3 Gizi
12. Citra Oktavia P D3 Keperawatan Bandung
13. Syifa Aulia Aminudin P D3 Kebidanan Bandung
14. Nuni Anggraeni P D3 Keperawatan Gigi
15. Iska Apri Sonia P D3 Keperawatan Bandung
16. Veny Meliawaty Sukma P D3 Analis Kesehatan
17. Puri Indah Hapsari P D4 Gizi
18. Rifqi Arif Muhtarom L D4 Analis Kesehatan
19. Meisya Eka Yuliana P D4 Kesehatan Lingkungan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 49


20. Divya Silvia P D3 Analis Kesehatan
4 RW 04 1. Fanny Zihan Fauziah P D3 Gizi Ganjar Noviar, SST
Jalancagak 2. Anita Mulqilutfah P D3 Farmasi
3. Auliya Aghniya N.P.Z P D3 Keperawatan Bandung
4. Hanifa Putri Lidyani P D3 Keperawatan Bogor
5. Bianca Elmaz Azzahra P D3 Bidan Bandung
6. Nurul Agni Khaila P D3 Bidan Karawang
7. Cerin Alfatihati Rahma P D3 Bidan Bogor
8. Ginta Eka Agustina P D3 Keperawatan Gigi
9. Silvia Agustina P D3 Analis Kesehatan
10. Dini Candra Diani P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Lutfia Salsabila P D3 Gizi
12. Arif Riko Utomo L D3 Keperawatan Bandung
13. Sopina Kartiwi P D3 Kebidanan Bandung
14. Annisa Rika Febiana P D3 Keperawatan Gigi
15. Diana Arfiana P. P D3 Keperawatan Bandung
16. Elsa Chania P D4 Kesehatan Lingkungan
17. Aryo Wicaksana Ronur L D4 Analis Kesehatan
18. Dewa Ayu Putu Pavita P P D4 Kesehatan Lingkungan
19. Irene Emilda Suthinoelle P D4 Promosi Kesehatan
20. Amalia Dini Rusadi P D3 Analis Kesehatan
5 RW 05 1. Oktantia Kusuma W P D3 Gizi Yuliansyah Sundara
Jalancagak 2. Cindi Arwan Sukowati P D3 Farmasi Mulia, S. Pd, M. Si.
3. Stivani Aprianti P D3 Keperawatan Bandung
4. Annisa Zihan Fitria P D3 Keperawatan Bogor
5. Arien Nur Annisa P D3 Bidan Bandung
6. Leovania Putri Azhar H P D3 Bidan Karawang
7. Aulia Andini P D3 Bidan Bogor
8. Nanda Oriza Aulia F L D3 Keperawatan Gigi
9. Muty Isharyanti P D3 Analis Kesehatan
10. Dhendi Fikri Ramdani L D3 Kesehatan Lingkungan
11. Mutiara Rizky Herlina P D3 Gizi
12. Wulan Astika Putri P D3 Keperawatan Bandung
13. Syifa Amalia Fitriani P D3 Kebidanan Bandung
14. Sany Christiani .M P D3 Keperawatan Gigi
15. Delisania Suardi P D3 Keperawatan Bogor
16. Noviani Nooryahya P D3 Kesehatan Lingkungan
17. Niva Nurnajmina P D4 Analis Kesehatan
18. Meidita Diani Purwanti P D4 Kesehatan Lingkungan
19. Rahayu Siti Fatonah P D4 Promosi Kesehatan
20. Wida Siti Nur Lida P D3 Keperawatan Bogor
6 RW 01 1. Cindy Puspa Ayu Rizky P D3 Gizi Dr. Ani Riyani, M.Kes
Bumi Hayu 2. Giska Vanesa Puteri P D3 Farmasi
3. Muhammad Zahid Syam L D3 Keperawatan Bandung
4. Asyifa Nuranzani P D3 Keperawatan Bogor
5. Btary Trie Bellanovita PS P D3 Bidan Bandung
6. Risma Pebriyani P D3 Bidan Karawang
7. Deisy Rahmalia P D3 Bidan Bogor
8. Dhea Siti Shugianah P D3 Keperawatan Gigi
9. Tengku Nur Haliza P D3 Analis Kesehatan
10. Dinia Sabila Nur Jannah P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Ananda Nuraeni R P D3 Gizi
12. Anisa Nurul Rahayu P D3 Keperawatan Bandung
13. Twindira Noorainie F P D3 Kebidanan Bandung
14. Rahmatunnisa Ilma A P D3 Keperawatan Gigi
15. Denti Fitria P D3 Kebidanan Bogor
16. Rismayanti Widiastuti P D4 Analis Kesehatan
17. Ramadhanty Hermadiny P D4 Promosi Kesehatan
18. Siti Deyan Fakhziany P D4 Gizi
19. Anggi Septiani Fauziah P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Wildan Syamsul Ma'arif L D3 Keperawatan Bogor
7 RW 02 1. Mia Rismayanti P D3 Gizi Dr. Betty Nurhayati, S.Si,
Bumi Hayu 2. Mei Yola Geofani P D3 Farmasi M.Si

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 50


3. Nugraheni Laili N. P D3 Keperawatan Bandung
4. Hilda Herliawati F. P D3 Keperawatan Bogor
5. Dewi Ratnasari Agustina P D3 Bidan Bandung
6. Vira Septiana P D3 Bidan Karawang
7. Erica Nur Afifah P D3 Bidan Bogor
8. Selina Nurafifah P D3 Keperawatan Gigi
9. Mochammad Bilal L D3 Analis Kesehatan
10. Silva Rahmeisya P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Nazula Ishmah Fauziyah P D3 Gizi
12. Tiara Putri Ambia P D3 Keperawatan Bandung
13. Titin Suhartini P D3 Kebidanan Bandung
14. Sindy Nur Asih P D3 Keperawatan Gigi
15. Muhammad Akbar B. L D3 Keperawatan Bandung
16. Zahra Pratiwi P D3 Keperawatan Bogor
17. Nita Agustina P D4 Analis Kesehatan
18. Cindi Ayu Pandini P D4 Kesehatan Lingkungan
19. Shavira Fitriana P D4 Promosi Kesehatan
20. Rachmasari Iskandar P D3 Keperawatan Bogor
8 RW 03 1. Ratu Lulu Humaira P D3 Gizi Deru Marah Laut, S.SiT
Bumi Hayu 2. Selly Ikhsaniova P D3 Farmasi
3. Sifa Rahma Rabbani P D3 Keperawatan Bandung
4. Ririn Riswati P D3 Keperawatan Bogor
5. Elysabeth Rosinta S P D3 Bidan Bandung
6. Neng Ipah P D3 Bidan Karawang
7. Ghea Intan Ochta P P D3 Bidan Bogor
8. Saerah Tul Hikmah P D3 Keperawatan Gigi
9. Ai Kurniasari P D3 Analis Kesehatan
10. Ayudhita Raudlatul I P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Indah Desiyanti P D3 Gizi
12. Nabilah Nur Jannah P D3 Keperawatan Bandung
13. Zakiah Nur Asiyah P D3 Kebidanan Bandung
14. Tri Sulastri P D3 Keperawatan Gigi
15. Jibrilian Angelin P D3 Keperawatan Bandung
16. Yudha Fauza Wardana L D3 Keperawatan Bogor
17. Hilda Khairani P D4 Promosi Kesehatan
18. Intan Puspitadewi P D4 Gizi
19. Rahayu Deasti P D4 Analis Kesehatan
20. Putri Dhea Oktavianty P P D3 Keperawatan Bogor

9 RW 04 1. Dian Dwiyani P D3 Gizi Nining Ningrum, S.SiT.,


Bumi Hayu 2. Fellya Falianty B. P D3 Farmasi S,Pd., M.Kes
3. Nur Aini P D3 Keperawatan Bandung
4. Muhammad Yusril M. L D3 Keperawatan Bogor
5. Dea Nabila P D3 Bidan Bandung
6. Rulyana Prihastiwi P D3 Bidan Karawang
7. Fathaniah Hafidzati P D3 Bidan Bogor
8. Vernita Maulin K. P D3 Keperawatan Gigi
9. Nisfu Ramdaniyah P D3 Analis Kesehatan
10. Annisa Khoirul Ummah P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Ghina Vera Fauziah P D3 Gizi
12. Astriani Laela Ilhami P D3 Keperawatan Bandung
13. Yasmin Alma Saraswati P D3 Kebidanan Bandung
14. Triani Apriliana P D3 Keperawatan Gigi
15. Diana Sagita Hasanah P D3 Kebidanan Bogor
16. Rizka Amelia P D3 Keperawatan Bandung
17. Retno Dwi Nurjannah P D4 Promosi Kesehatan
18. Alfa Isnaeni Rabithah P D4 Gizi
19. Yurika Sari Rahayu P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Widya Dwi Astuti P D4 Analis Kesehatan
10 RW 05 1. Salsabila Windarjat P D3 Gizi Irwan Supriyanto, SST.
Bumi Hayu 2. Sarah Sechan Yuliani P D3 Farmasi MKM
3. Dedi Nugraha L D3 Keperawatan Bandung
4. Khairunnisa Fajrin P D3 Keperawatan Bogor

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 51


5. Ega Lutfah Azmi P D3 Bidan Bandung
6. Andita Mas Pebrianti P D3 Bidan Karawang
7. Hana Anas Tazkia P D3 Bidan Bogor
8. Anis Juliyani P D3 Keperawatan Gigi
9. Bayu Sukmo Dwi P. L D3 Analis Kesehatan
10. Indri Yulianti P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Annisa Ratu Fauziah R. P D3 Gizi
12. Destiani Rahma R. P D3 Keperawatan Bandung
13. Irma Irwanti Chaerudin P D3 Kebidanan Karawang
14. Mita Octaviana P. P D3 Keperawatan Gigi
15. Erie Widiyanti P D3 Kebidanan Bogor
16. Dewi Kania Oktviani P D3 Keperawatan Bandung
17. Ine Ayu Nurhaningsih P D4 Gizi
18. Dwi Putri Oktaviani P D4 Analis Kesehatan
19. Suchi Ledy Daya Futri P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Sasi Siti Nuraeni P D3 Kebidanan Bogor
11 RW 06 1. Nanda Zakkiyah M. P D3 Gizi Hera Nurmaningsih, S.SiT.
Bumi Hayu 2. Shafira Islamadina P D3 Farmasi M.Kesehatan
3. Karina Indriani P D3 Keperawatan Bandung
4. Aulia Fitriani P D3 Keperawatan Bogor
5. Elsa Mira Damayanti P D3 Bidan Bandung
6. Linda Puspitasari P D3 Bidan Karawang
7. Febriyanti Dwi Lestari P D3 Bidan Bogor
8. Hana Aulia Fadiyah P D3 Keperawatan Gigi
9. Fitria Suci Lestari P D3 Analis Kesehatan
10. Muthia Ramdini P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Dwi Utami Nur Rohmah P D3 Gizi
12. Fauziah Rahmani P D3 Keperawatan Bandung
13. Yunaeni Kristianingrum P D3 Kebidanan Bandung
14. Siti Mutiatul P D3 Keperawatan Gigi
15. Ratu Lailatul Azizah P D3 Analis Kesehatan
16. Chintia Andini P D3 Keperawatan Bogor
17. Yustika Muliani Susana P D4 Promosi Kesehatan
18. Nabila Putri Amelia P D4 Gizi
19. Zainal Abidin L D4 Analis Kesehatan
20. Azellia Aswina P D3 Keperawatan Bogor
12 RW 07 1. Sophia Pujiarti P D3 Gizi Holil M. Par'i, SKM, M.Kes
Bumi Hayu 2. Fatimah Ayu Putri P. P D3 Farmasi
3. Cucu Ernawati P D3 Keperawatan Bandung
4. De Fira Pebrianti P D3 Keperawatan Bogor
5. Emil Lestari P D3 Bidan Bandung
6. Agnes Gentikaya P D3 Bidan Karawang
7. Ika Apriliani P D3 Bidan Bogor
8. Salsabila Apsari P D3 Keperawatan Gigi
9. Sindri Citra Siti P D3 Analis Kesehatan
10. Neng Dian Fitriani F. P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Lutvia Hasna Safira P D3 Gizi
12. Dhia Oryza Sativa P D3 Keperawatan Bandung
13. Shella Aprila P D3 Kebidanan Karawang
14. Yoga Abdul Azis Alghani L D3 Keperawatan Gigi
15. Moch Aldi Riswandi L D3 Analis Kesehatan
16. Atik Darwati P D3 Keperawatan Bogor
17. Yusri Fauzia P D4 Promosi Kesehatan
18. Andina Septiawati P D4 Gizi
19. Shafira Fauziah P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Ashri Ferri Yuwanti P D3 Keperawatan Bogor
13 RW 01 1. Fania Naila Karima P D3 Gizi Ichwanuddin, SKM,
Tambakan 2. Sarah Fauziah Saefuddin P D3 Farmasi M.Kes
3. Viky Riyanti P D3 Keperawatan Bandung
4. Alvira Wulan Suci P D3 Keperawatan Bogor
5. Fadilah Nurjanah P D3 Bidan Bandung
6. Rizky Ainul Fitri P D3 Bidan Karawang
7. Najwaa Aludmaa Za P D3 Bidan Bogor

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 52


8. Shania Namara Solena P D3 Keperawatan Gigi
9. Suciyanti P D3 Analis Kesehatan
10. Nur Maulani Kusumah P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Metis Mustika Setiawan P D3 Gizi
12. Rahmatullah L D3 Keperawatan Bandung
13. Pipit Pramessuari P D3 Kebidanan Karawang
14. Nindya Putri S. P D3 Keperawatan Gigi
15. Fadhilah Amatulloh P D3 Kebidanan Bogor
16. Cinthia Sherin Novita P D3 Keperawatan Bogor
17. Amelia Siti Nurhalizah P D4 Promosi Kesehatan
18. Putri Sifa Faujiah P D4 Gizi
19. Khaerunnisa P D4 Analis Kesehatan
20. Farhan Nugraha L D3 Keperawatan Bogor
14 RW 02 1. Riri Nuraeni Fitriyanti P D3 Gizi Surmita, S.Gz, M.Kes
Tambakan 2. Rahmania Azzahra P D3 Farmasi
3. Muhammad Rifanda W P D3 Keperawatan Bandung
4. Mirna Aryani Sofia P D3 Keperawatan Bogor
5. Mustika Anajah P D3 Bidan Bandung
6. Tania Damayanti Motiec P D3 Bidan Karawang
7. Nurrima Melani P D3 Bidan Bogor
8. Ratih Chandra R P D3 Keperawatan Gigi
9. Sesilia Devita Sari Ch.S P D3 Analis Kesehatan
10. Della Getafiani Gupta P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Komala Febriani P D3 Gizi
12. Elfrida Rindu S. P D3 Keperawatan Bandung
13. Winda P D3 Kebidanan Karawang
14. Mega Djuliawanti P D3 Keperawatan Gigi
15. Fanny Aulia Nooryadi P D3 Kebidanan Bogor
16. Elfa Khaerunia Hapsari P D3 Keperawatan Bogor
17. Alifa Zakia P D4 Gizi
18. Fiky Fauzan Indrayana L D4 Analis Kesehatan
19. Alif Al Manar P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Nopi Puspita Sari L D3 Keperawatan Bogor
15 RW 03 1. Galih Triana Rohman L D3 Gizi Ir. Mimin Aminah, M.Kes
Tambakan 2. Nadia Syifa P D3 Farmasi
3. Sifa Nova Rahmawati P D3 Keperawatan Bandung
4. Nurmaulida Azzahra P D3 Keperawatan Bogor
5. Hafifah Dheaz Aryantie P D3 Bidan Bandung
6. Windi Sindi Julyana P D3 Bidan Karawang
7. Novia Riska P D3 Bidan Bogor
8. Amelka Vania B P D3 Keperawatan Gigi
9. Resti Nurhasanah P D3 Analis Kesehatan
10. Stifanny Fradiatin P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Zeani Nur Nisa P D3 Gizi
12. Leni Wulandari P D3 Keperawatan Bandung
13. Elsy Tamara P D3 Kebidanan Karawang
14. Nur Azizah Widya P D3 Keperawatan Gigi
15. Dinda Annisa P D3 Analis Kesehatan
16. Juliasa Diantiko P D3 Keperawatan Bandung
17. Anggi Anzarsari P D4 Gizi
18. Arlin Jaenudin Putri P D4 Analis Kesehatan
19. Sabna Siti Nurjanah P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Savira Ihya Lestari P D3 Kebidanan Bogor
16 RW 04 1. Ismi Khoerun Nisa P D3 Gizi Mamat Rahmat, SKM.,
Tambakan 2. Farhan Fachriza L D3 Farmasi MKM
3. Indah Novita Sari P D3 Keperawatan Bandung
4. Rhawziana Nurdin P D3 Keperawatan Bogor
5. Megawati P D3 Bidan Bandung
6. Annisa Dewita Putri P D3 Bidan Karawang
7. Riri Amatul Bary P D3 Bidan Bogor
8. Aisah P D3 Keperawatan Gigi
9. Azka Ghassani Javier H P D3 Analis Kesehatan
10. Gilang Ika W. P D3 Kesehatan Lingkungan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 53


11. Siti Lathifah P D3 Gizi
12. Alda Noviyanti P D3 Keperawatan Bandung
13. Ribka Sipayung P D3 Kebidanan Karawang
14. Rena Alodia Yolanda P D3 Keperawatan Gigi
15. Annisa Savitri D P D3 Analis Kesehatan
16. Daneta Syalvia Asri P D3 Keperawatan Bandung
17. Ridi Nurfitria P D4 Analis Kesehatan
18. Hasya Fadhila P D4 Kesehatan Lingkungan
19. Nurina Aulia Ramlan P D4 Promosi Kesehatan
20. Muhammad Aidil Fitra B L D4 Kesehatan Lingkungan
17 RW 05 1. Hasna Cahya Ramdhani P D3 Gizi Hj. Neneng Yety
Tambakan 2. Aulia Kania Dewi P D3 Farmasi Hanurawaty, SH.,M.Kes
3. Amirah Isti Ayuningtyas P D3 Keperawatan Bandung
4. Erma Nurmawati P D3 Keperawatan Bogor
5. Melati Yulia Ayu Nuriha P D3 Bidan Bandung
6. Mila Alpadila P D3 Bidan Karawang
7. Novita Lestari P D3 Bidan Bogor
8. Fitri Indri Yani P D3 Keperawatan Gigi
9. Elvina Septiana P D3 Analis Kesehatan
10. Rima Rizqia Ramadani P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Sylvia Nuriandini A.P. P D3 Gizi
12. Dinar Martina Rakhmat P D3 Keperawatan Bandung
13. Widia Nurkamileti P D3 Kebidanan Karawang
14. Sita Dwi Martia N P D3 Keperawatan Gigi
15. Imad Zainal Abidin H. P D3 Analis Kesehatan
16. Siti Sabrina Amalia L D3 Keperawatan Bandung
17. Fitria Asriyanti P D4 Analis Kesehatan
18. Vriska Ayu Lestari P D4 Kesehatan Lingkungan
19. Dewi Arum P D4 Promosi Kesehatan
20. Fatima Azzahra P D4 Kesehatan Lingkungan
P
18 RW 06 1. Dilla Noermadani P D3 Gizi Dindin Wahyudin, S.Pd.
Tambakan 2. Sinta Kustiara Putri P D3 Farmasi M.Sc
3. Alshyra Millenia S. P D3 Keperawatan Bandung
4. Monica Dwiyani P D3 Keperawatan Bogor
5. Nur Suraiya Hanifah P D3 Bidan Bandung
6. Latifah Indah Rahma P D3 Bidan Karawang
7. Ristiyanti Aditiyan P D3 Bidan Bogor
8. Elda Nurmeida P D3 Keperawatan Gigi
9. Yolandina Saphira P D3 Analis Kesehatan
10. Reyhan Raspati L D3 Kesehatan Lingkungan
11. Salma Anggraeni P D3 Gizi
12. Fitri Rahmawati P D3 Keperawatan Bandung
13. Rimawangi Nugraha N. P D3 Kebidanan Karawang
14. Ruth Oktavia Tambun P D3 Keperawatan Gigi
15. Salwa Intan Sari P D3 Kesehatan Lingkungan
16. Ery Miliya Cahyany W. P D3 Keperawatan Bogor
17. Rima Mahmudah P D4 Promosi Kesehatan
18. Nadya Putri Ridwani P D4 Gizi
19. Dhaifina Hanifati P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Henny Hariyati P D3 Keperawatan Bogor
19 RW 01 1. Haseena Ayu Anwar P D3 Gizi Yosephina Ardiani
Tambak 2. Iffat Nursaliha P D3 Farmasi Septiati, SKM,M.Kes
Mekar 3. Norma Amalia P D3 Keperawatan Bandung
4. Rhawziani Nurdin P D3 Keperawatan Bogor
5. Nafida Ahsana Zulfa P D3 Bidan Bandung
6. Maulida Anwar P D3 Bidan Karawang
7. Shafira Putri Wandi P D3 Bidan Bogor
8. Susanti Nur'aeni P D3 Keperawatan Gigi
9. Nur Fatihah Izzati P D3 Analis Kesehatan
10. Putri Ayu Rachmawati P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Janny Ayu C. P D3 Gizi
12. Siti Yunia Yustika P D3 Keperawatan Bandung

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 54


13. Anindhyta Putri P D3 Kebidanan Karawang
14. Nina Marlina P D3 Keperawatan Gigi
15. M. Fadlan Al Rasid L D3 Kesehatan Lingkungan
16. Trisna Wardani P D3 Keperawatan Bogor
17. Diastria Eliza Y P D4 Analis Kesehatan
18. Ahmad Iqna L D4 Kesehatan Lingkungan
19. Raissa Aziza Dewi P D4 Promosi Kesehatan
20. Lusy Meliawati P D4 Promosi Kesehatan
20 RW 02 1. Silvi Maudi Agustiani P D3 Gizi Nani Djuhriah, S.Pd,MT
Tambak 2. Zachra Latifah P D3 Farmasi
Mekar 3. Ismi Nurhayati P D3 Keperawatan Bandung
4. Intan Permatahati P D3 Keperawatan Bogor
5. Rismawati P D3 Bidan Bandung
6. Yanti Oktavia Br Sigiro P D3 Bidan Karawang
7. Siti Windi Oktaviani P D3 Bidan Bogor
8. Silvy Novianty P D3 Keperawatan Gigi
9. Ananda Putri Maslahat P D3 Analis Kesehatan
10. Handraeni Susilawati P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Rahmi Firdaus P D3 Gizi
12. Ratih Nurul Aini P D3 Keperawatan Bandung
13. Annisa Fitriana Wijaya P D3 Kebidanan Karawang
14. Ayu Setia Hardini P D3 Keperawatan Gigi
15. Salma Haya P D3 Kesehatan Lingkungan
16. Hilda Herdiyanti P D3 Keperawatan Bogor
17. Giffari Ananda R. L D4 Promosi Kesehatan
18. Rina Sofiani P D4 Gizi
19. Apriza Miftahul Jannah P D4 Analis Kesehatan
20. Ricky Indra Irawan L D3 Keperawatan Bogor
21 RW 03 1. Zulfa Nur Fakhriyah P D3 Gizi Sri Slamet Mulyati, SKM,
Tambak 2. Octariana Putri P D3 Farmasi M.Kes
Mekar 3. Renikamardiyanti P D3 Keperawatan Bandung
4. Fanisa Febriana P D3 Keperawatan Bogor
5. Puspa Pradina Junaedi P D3 Bidan Bandung
6. Regita Septiany P D3 Bidan Karawang
7. Shella Seftiani P D3 Bidan Bogor
8. Diana Nur Rahma P D3 Keperawatan Gigi
9. Anwar Al-Faaridzi L D3 Analis Kesehatan
10. Reynaldi Alfiansyah F. L D3 Kesehatan Lingkungan
11. Fasilmi Putri Maharim P D3 Gizi
12. Safitri P D3 Keperawatan Bandung
13. Winda Winengsih P D3 Kebidanan Karawang
14. Firdha Aprilia Setiani P D3 Keperawatan Gigi
15. Siti Julaeha P D3 Keperawatan Bandung
16. Annisa Miftahul Jannah P D3 Keperawatan Bandung
17. Anggita Primadhanty P D4 Promosi Kesehatan
18. Aisyah Nur Pratiwi P D4 Gizi
19. Nilam Kharisma P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Sela Akmaprianti P D3 Kebidanan Bogor
22 RW 04 1. Neng Ratna Dwi Lestari P D3 Gizi Neneng Widaningsih, SST,
Tambak 2. Reiny Kusuma Fajarianti P D3 Farmasi M.Keb
Mekar 3. Moh. Solehuddin Al A. L D3 Keperawatan Bandung
4. Atika Rosmia P D3 Keperawatan Bogor
5. Rizwana Achmad Nur A. P D3 Bidan Bandung
6. Dinda Putri Lestari P D3 Bidan Karawang
7. Siti Yuliyanti P D3 Bidan Bogor
8. Nurleli Siti Sopariah P D3 Keperawatan Gigi
9. Nisa Fauziah P D3 Analis Kesehatan
10. Noviantari Wulan T. P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Alfika Surya Sadewi P D3 Gizi
12. Salma Amira Nurul Zulfa P D3 Keperawatan Bandung
13. Syifaurrohmah K. P D3 Kebidanan Karawang
14. Rizkika Nurzamilah P D3 Keperawatan Gigi
15. Nur Atikah P D3 Keperawatan Bandung

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 55


16. Sophia Nurul Awalia P D3 Keperawatan Bandung
17. Hingis Tenissa P D4 Gizi
18. Muhammad Irbah H.J. L D4 Analis Kesehatan
19. Regina Maulida Syarifah P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Ermaniza Pratiwi P D4 Gizi
23 RW 05 1. Assyifa Aulia Azzahra P D3 Gizi Kurniaty Ulfah, SST,
Tambak 2. Yulianti Nababan P D3 Farmasi M.Keb
Mekar 3. Yuni Sri Mega P D3 Keperawatan Bandung
4. Dhani Septian L D3 Keperawatan Bogor
5. Rita Nur Amalia P D3 Bidan Bandung
6. Inda Yani P D3 Bidan Karawang
7. Shela Rosalinda P D3 Bidan Bogor
8. Ira Nabilah Sulaeman P D3 Keperawatan Gigi
9. Salma Nabilah R. P D3 Analis Kesehatan
10. Ranti Aprilianti P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Rifani Rosida P D3 Gizi
12. Mochamad Alfa Rizki L D3 Keperawatan Bandung
13. Wike Astuti P D3 Kebidanan Karawang
14. Reza Dwi Nurfadila P D3 Keperawatan Gigi
15. Shahnaz Mutia Dewi P D3 Analis Kesehatan
16. Siti Nazihah P D3 Keperawatan Bogor
17. Rosa Khoiriyah P D4 Promosi Kesehatan
18. Mutiara Pasaribu P D4 Gizi
19. Primadini Rahmatiani P D4 Analis Kesehatan
20. Siti Nurmala P D3 Keperawatan Bogor
24 RW 06 1. Linti Alifa Kamal P D3 Gizi Desi Hidayanti, SST, MPH
Tambak 2. Muhamad Iqbal Rh. L D3 Farmasi
Mekar 3. Andini Ekaningtyas P. P D3 Keperawatan Bandung
4. Khilda Azmi Zulfani P D3 Keperawatan Bogor
5. Reza Adilla Lestary P D3 Bidan Bandung
6. Asryanty Amelinda P D3 Bidan Karawang
7. Sukma Ayu Larasati P D3 Bidan Bogor
8. Imania Auli P D3 Keperawatan Gigi
9. Karlina Anggraeni P D3 Analis Kesehatan
10. Tasya Salsabilah Yusup P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Indi Juana P D3 Gizi
12. Siti Rojiah Mardiyah P D3 Keperawatan Bandung
13. Balqis Putri Mulyani P D3 Kebidanan Karawang
14. Intan Ihza Permatadani P D3 Keperawatan Gigi
15. Annisaa Luthfiyyatul L. P D3 Analis Kesehatan
16. Safira Sekarningtyas P. P D3 Keperawatan Bogor
17. Agya Nursyifa Indriani P D4 Promosi Kesehatan
18. Ameisya Nabilah I. P D4 Gizi
19. Tiara Destriani P D4 Analis Kesehatan
20. Selvia Dini Yanti P D3 Keperawatan Bogor
25 RW 07 1. Dhiya Nabilah Ulhaq P D3 Gizi Ina Handayani, M.Keb
Tambak 2. Asri Fauziyyah P D3 Farmasi
Mekar 3. Tias Siti Nur Hasanah P D3 Keperawatan Bandung
4. Dea Amiranti Andini P D3 Keperawatan Bogor
5. Shinta Tri Oktaviani P D3 Bidan Bandung
6. Sri Diah Rahayu P D3 Bidan Karawang
7. Sumayyah Fitri Karimah P D3 Bidan Bogor
8. Ulya Fauziyyah Rahman P D3 Keperawatan Gigi
9. Gina Kamilia P D3 Analis Kesehatan
10. Wiedhi Isti Nurani P D3 Kesehatan Lingkungan
11. Nurul Dwi Rahmawati P D3 Gizi
12. Tri Utami Putri P D3 Keperawatan Bandung
13. Ananda Sukma Nabilah P D3 Kebidanan Karawang
14. Neng Syifa Syari''atilah' P D3 Keperawatan Gigi
15. Ikhlasul Amal L D3 Kesehatan Lingkungan
16. Manggar Elwin Anashan L D3 Keperawatan Bogor
17. Hana Jauharotun N. P D4 Promosi Kesehatan
18. Rizkia Fauzia Solehah P D4 Gizi

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 56


19. Dhea Yolanda Tarigan P D4 Analis Kesehatan
20. Mirna Anggraeni P D3 Keperawatan Bogor
26 RW 01 1. Muthia Rahmah P D3 Gizi Sri Mulyati, MKM
Kumpay 2. I Gusti Ayu Putu Aryani P D3 Farmasi
3. Khaira Khoirun Nisa P D3 Keperawatan Bandung
4. Mirna Maharani P D3 Keperawatan Bogor
5. Yasmin Alliya Nastiti P D3 Bidan Bandung
6. Ratna Juwita P D3 Bidan Karawang
7. Zulfa Nur'aini P D3 Bidan Bogor
8. Dewi Sri Rahmawati P D3 Keperawatan Gigi
9. Faizya Deviani Kamilia P D3 Analis Kesehatan
10. Asep Sopian L D3 Kesehatan Lingkungan
11. Siti Raeyuni Maulidia B. P D3 Farmasi
12. Vina Wahyu Ardhyana P D3 Keperawatan Bandung
13. Ima Mariama P D3 Kebidanan Karawang
14. Laras Eka Fitriana P D3 Analis Kesehatan
15. Viona Astri Dewi Pane P D3 Kesehatan Lingkungan
16. Siti Nur'Aisyah I. P D3 Keperawatan Bogor
17. Muhammad Arief N. L D4 Gizi
18. Shafira Karbela Putri P D4 Analis Kesehatan
19. Galuh Ratri Pramesthi P D4 Kesehatan Lingkungan
20. Salma Mauludi P D3 Keperawatan Bogor
27 RW 02 1. Ima Holilatul Kamilah D3 Gizi Suhartika, M.Keb
Kumpay 2. Erinna Putri Damayanti D3 Farmasi
3. Dehana Ornela Vonty G. D3 Keperawatan Bandung
4. Adinda Ragil Pangestu D3 Keperawatan Bogor
5. Siti Rahmatumaolana D3 Bidan Bandung
6. Tya Anggun M. D3 Bidan Karawang
7. Vira Titania D3 Bidan Bogor
8. Jihan Medina D3 Keperawatan Gigi
9. Ilma Zulva Aulia D3 Analis Kesehatan
10. Kevinnia Marshabilla D3 Kesehatan Lingkungan
11. Maudy Puspawati D3 Gizi
12. Aldy Nugraha Sya'ban D3 Keperawatan Bandung
13. Khoerunnisa Septiani D3 Kebidanan Karawang
14. Sri Hartini D3 Keperawatan Gigi
15. Siti Hasna Jauhara D3 Keperawatan Bandung
16. Ristiani D3 Analis Kesehatan
17. Angelina Avissa A. D4 Gizi
18. Zulfahmi Nurul Khoir D4 Analis Kesehatan
19. Husna Qilan Sadida D4 Kesehatan Lingkungan
20. Siti Fauziyah D3 Kebidanan Bogor
28 RW 03 1. Laila Kusuma Anjani D3 Gizi Eva Sri Rahayu, M.Keb
Kumpay 2. Saor Sari Novelia Agatha D3 Farmasi
3. Neliana Rizky Ananda S D3 Keperawatan Bandung
4. Cindi Aulia Purnamasari D3 Keperawatan Bogor
5. Ai Siti Barokah D3 Bidan Bandung
6. Dewi Suhita Permatasari D3 Bidan Karawang
7. Adellia Nova Regina D3 Bidan Bogor
8. Noor Alfiaty D3 Keperawatan Gigi
9. Karlita Anggraena D3 Analis Kesehatan
10. Hana Badriyah D3 Kesehatan Lingkungan
11. Andyka Putra Maulana D3 Farmasi
12. Rika Nurhayati D3 Keperawatan Bandung
13. Ulpa Amelia D3 Kebidanan Karawang
14. Husnul Atikah D3 Analis Kesehatan
15. Nabilah Nurilmi Diah P D3 Keperawatan Bandung
16. Diah Nurfalah D3 Analis Kesehatan
17. Daniel Virly D4 Analis Kesehatan
18. Fitria Fauziati D4 Kesehatan Lingkungan
19. Ade Hisni Millah S. D4 Promosi Kesehatan
20. Siti Hasna Zuhaira D3 Kebidanan Bogor
29 RW 04 1. Felia Zahrawani P. D3 Gizi Retno Dumilah, SST,

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 57


Kumpay 2. Annisa Auliadinna D3 Farmasi M.Keb
3. Yanti Novita D3 Keperawatan Bandung
4. Aliah Berliana Sari D3 Keperawatan Bogor
5. Shopira Al Madhea M. D3 Bidan Bandung
6. Titi Hidayah D3 Bidan Karawang
7. Widya Rahmadani N. D3 Bidan Bogor
8. Mega Rizky Kusdian D3 Keperawatan Gigi
9. Novia Rizky Aisyah D3 Analis Kesehatan
10. Nadya Septiana Dewi D3 Kesehatan Lingkungan
11. Sella Cantika Maudy D3 Gizi
12. Sissy Siswanti Kosaman D3 Keperawatan Bandung
13. Rahma Septya Tanty D3 Kebidanan Karawang
14. Lisda Nuryanti D3 Analis Kesehatan
15. Ingga Fitri Suryani D3 Kebidanan Bogor
16. Surya Devi D3 Kesehatan Lingkungan
17. Azlisa Maulidia D4 Analis Kesehatan
18. Muhammad Decky N. D4 Kesehatan Lingkungan
19. Sri Mulyana Rizki N. D4 Promosi Kesehatan
20. Firdy Rama Permana P. D3 Keperawatan Bogor
30 RW 01 1. Rita Yuliani D3 Gizi Drs. Herry Sugiri, M.Kes
Salireja 2. Firda Damayanti D3 Farmasi
3. Diana Nur Hidayanti T. D3 Keperawatan Bandung
4. Nurhanida Assyfa D3 Keperawatan Bogor
5. Alya Rahayu D3 Bidan Bandung
6. Dhea Oktaviana Safitri D3 Bidan Karawang
7. Agni Saila Rizqiah D3 Bidan Bogor
8. Aulianisa Wardatun F. D3 Keperawatan Gigi
9. Maria Martha Dyah Ayu D3 Analis Kesehatan
10. Mellina Fajri Hakim D3 Kesehatan Lingkungan
11. Moch. Ikhrar Nusa A. D3 Farmasi
12. Annisa Nur Firdaus D3 Keperawatan Bandung
13. Yuli Kartika D3 Kebidanan Karawang
14. Tina Arwati D3 Analis Kesehatan
15. Jihan Safira D3 Kebidanan Bogor
16. Rifa Fadriani Nafisah D3 Analis Kesehatan
17. Sischa Maulida Pratiwi D4 Promosi Kesehatan
18. Gita Ranjani D4 Gizi
19. Chandra Gading Al-Fahd D4 Kesehatan Lingkungan
20. Ayu Resti Fauzihayadi D3 Kebidanan Bogor
31 RW 02 1. Ismatul Maula D3 Gizi H. Mamat, SKM,MKM
Salireja 2. Zalva Hasna Afifah D3 Farmasi
3. Mila Rahmayanti D3 Keperawatan Bandung
4. Insan Mardhotillah D3 Keperawatan Bogor
5. Ariana Rahmawati D3 Bidan Bandung
6. Ega Ristia Irianti D3 Bidan Karawang
7. Ai Rahmawati Dewi D3 Bidan Bogor
8. Allya Nur Adillah D3 Keperawatan Gigi
9. Ima Rahmawati D3 Analis Kesehatan
10. Reo Ardiansyah D3 Kesehatan Lingkungan
11. Nur Afianti Resky Ayu D3 Farmasi
12. Bayu Krisna Aji D3 Keperawatan Bandung
13. Firda Nurul Zakiah D3 Kebidanan Karawang
14. Anneke Jessica Nur I.S. D3 Analis Kesehatan
15. Kendyta Aprilia Palupi D3 Keperawatan Bogor
16. Mita Azani Yulianti D3 Keperawatan Bogor
17. Dian Pertiwi D4 Analis Kesehatan
18. Caroline Ris Yolanda D4 Kesehatan Lingkungan
19. Fadhila Yulianti D4 Promosi Kesehatan
20. Nida Nisrina Septianti D3 Keperawatan Bogor
32 RW 03 1. Sherly Novianti Azizah D3 Gizi Tjutju Rumijati, S.Kp.,
Salireja 2. Shapia Aqla Dzakia D3 Farmasi M.Kep., Sp.Kom
3. Nurul Janah Komalasari D3 Keperawatan Bandung
4. Windy Ardhiani D3 Keperawatan Bogor

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 58


5. Dinda Fadhila D3 Bidan Bandung
6. Putri Pradilla Ananda D3 Bidan Karawang
7. Elfira Damayanti D3 Bidan Bogor
8. Geni Haturningrum H. D3 Keperawatan Gigi
9. Narissa Sukma Dewi D3 Analis Kesehatan
10. M. Asrul Ibnu D3 Kesehatan Lingkungan
11. Putri Nurfinywulan D3 Farmasi
12. Melinda Fauziah D3 Keperawatan Bandung
13. Salsabila Asysyifa D3 Kebidanan Karawang
14. Nabilla Zeinia Sudrajat D3 Analis Kesehatan
15. Mega Yunita D3 Keperawatan Bogor
16. Mahalika Nurazizah D3 Keperawatan Bogor
17. Arip Rachman Hakim D4 Promosi Kesehatan
18. Hafizhah Silmi D4 Gizi
19. Dumi Puji Astuti D4 Analis Kesehatan
20. Sarah Roslinda D3 Keperawatan Bogor
33 RW 04 1. Nisrina Ahlam D3 Gizi Drs. Supriadi, SKp, M.Kep,
Salireja 2. Nitaufika Aprilia D3 Farmasi Sp.Kom
3. Defita Addhini D3 Keperawatan Bandung
4. Putri Karenina D3 Keperawatan Bogor
5. Ariesta Dea Aprianto D3 Bidan Bandung
6. Magdalena Hutahaean D3 Bidan Karawang
7. Dian Triwahyuni D3 Bidan Bogor
8. Nafla Farihah Hadiani D3 Keperawatan Gigi
9. Aisah Maziyyah Rahayu D3 Analis Kesehatan
10. Apriansyah D3 Kesehatan Lingkungan
11. Anggia Kumaedah D3 Farmasi
12. Deti Wilandari R D3 Keperawatan Bandung
13. Ranti Eka Putri D3 Kebidanan Karawang
14. Suci Solihat D3 Analis Kesehatan
15. Dhebi Nur Safebriyani D3 Keperawatan Bandung
16. Annisaa Rezkia D3 Keperawatan Bandung
17. Hasna Khairunnisa D4 Promosi Kesehatan
18. Kania Fathiana D4 Gizi
19. Palmi Akbar D4 Kesehatan Lingkungan
20. Usipa Pebrianti D3 Kebidanan Bogor
34 RW 05 1. Maria Yesica Rifka S. D3 Gizi Kamsatun, S.Kep, Ners,
Salireja 2. Yefi Fitria D3 Farmasi M.Kep
3. Dianita Putri D3 Keperawatan Bandung
4. Renna Melinda D3 Keperawatan Bogor
5. Destiani Sundari D3 Bidan Bandung
6. Femelia Rizki Lestari D3 Bidan Karawang
7. Eni Kholifah D3 Bidan Bogor
8. Liana Desi Nugrahani D3 Keperawatan Gigi
9. Taufik Muhammad Agus D3 Analis Kesehatan
10. Wini Wijaya D3 Kesehatan Lingkungan
11. Ade Mardhatillah D3 Farmasi
12. Endah Selawati D3 Keperawatan Bandung
13. Sherly Ratih D3 Kebidanan Bogor
14. Kahpia Fatta Ridzillah D3 Analis Kesehatan
15. Ellina Sadiah D3 Keperawatan Bandung
16. Siti Nurlisda D3 Keperawatan Bandung
17. Ismira Larassati D4 Gizi
18. Nabila Luthfiana Fitriani D4 Analis Kesehatan
19. Dhefy Nuraisah D4 Kesehatan Lingkungan
20. Vera Rahmawati D3 Kebidanan Bogor
35 RW 01 1. Arina Annisa Wardah D3 Gizi Nandang Ahmad W.,
Curugrendeng 2. Dyna Anastasya D3 Farmasi S.Kp, M.Kep, Sp.MB
3. Fitri Rizkiani D3 Keperawatan Bandung
4. Aenaya Karimah D3 Keperawatan Bogor
5. Bunga Octavia Fahira D3 Bidan Bandung
6. Rosi Lestari Putri D3 Bidan Karawang
7. Dini Andriyah D3 Bidan Bogor

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 59


8. Zuraida Bestari D3 Keperawatan Gigi
9. Anggia Permatasari D3 Analis Kesehatan
10. Mery Crise A. D3 Kesehatan Lingkungan
11. Nadya Sabrina Arifin D3 Farmasi
12. Puspa Khoerun Nisa D3 Keperawatan Bandung
13. Nurul Mimar D3 Kebidanan Karawang
14. Anggoro Abimanyu D3 Analis Kesehatan
15. Widya Astuti D3 Keperawatan Bogor
16. Diana Apriliani D3 Keperawatan Bogor
17. Sri Nur Anggraeni D4 Promosi Kesehatan
18. Silmi Dzakiyyah M. D4 Gizi
19. Faris Naufal Alfajri D4 Analis Kesehatan
20. Syafira Amatur Rahmi D3 Keperawatan Bogor
36 RW 02 1. Elfira Rahayu D3 Gizi Sugiyanto, SKM., M.,Kep.
Curugrendeng 2. Suci Desriana RS D3 Farmasi
3. Selvia D3 Keperawatan Bandung
4. Alwi Firdaus Khoirurizqi D3 Keperawatan Bogor
5. Erlinda Septiani D3 Bidan Bandung
6. Diana Justika D3 Bidan Karawang
7. Gita Rosita D3 Bidan Bogor
8. Julitah D3 Keperawatan Gigi
9. Roufiul Aqwam D3 Analis Kesehatan
10. Yusnita Kristanti D3 Kesehatan Lingkungan
11. Shafira Dewi Nur P. D3 Farmasi
12. Peni Pebriandini D3 Keperawatan Bandung
13. Sintya Dewi Hadi D3 Kebidanan Bogor
14. Alda Nur Azizah D3 Analis Kesehatan
15. Olya Agustin D3 Keperawatan Bogor
16. Rika Lestari D3 Keperawatan Bogor
17. Nurfa Firlania Sunarya D4 Promosi Kesehatan
18. Dyah Shinta Anggraini D4 Gizi
19. Emmi Rizki Rachmawati D4 Kesehatan Lingkungan
20. Ranny Maudina D3 Keperawatan Bogor
37 RW 03 1. Dea Anugerahayati D3 Gizi Ati NuraeniI, S.Kp, M.Kep,
Curugrendeng 2. Aulia Syahida R. D3 Farmasi Sp.Kom
3. Afrilia Priyanti Putri D3 Keperawatan Bandung
4. Syifa Efantrina D3 Keperawatan Bogor
5. Lannisa Gulam W. D3 Bidan Bandung
6. Annisa D3 Bidan Karawang
7. Gustian Salatin D3 Bidan Bogor
8. Via Awalia Nurul H. D3 Keperawatan Gigi
9. Tasya Aditha Putri D3 Analis Kesehatan
10. Windani Putri D3 Kesehatan Lingkungan
11. Novia Ayu Lestari D3 Kesehatan Lingkungan
12. Sopa Solihah D3 Keperawatan Bandung
13. Siti Damayanti D3 Kebidanan Bogor
14. Rika Asri Nuraeni D3 Analis Kesehatan
15. Linda Ismiyat R. D3 Keperawatan Bandung
16. Wahyu Darmansyah D3 Keperawatan Bogor
17. Alifia Syifa Annisa F. D4 Gizi
18. Syifa Nurhikmah D4 Analis Kesehatan
19. Ayulia Lady Agustin T. D4. Kesehatan Lingkungan
20. Zeni Herliasari D3 Kebidanan Bogor
38 RW 04 1. Fitri Dyah Pitaloka D3 Gizi Susmadi, M.Kep.
Curugrendeng 2. Ayatilla Nirmalasari D3 Farmasi
3. Nika Novianti D3 Keperawatan Bandung
4. Vina Alfiani D3 Keperawatan Bogor
5. Mila Dewi Fadillah D3 Bidan Bandung
6. Ayudia Pramesti D3 Bidan Karawang
7. Ine Nurlilah D3 Bidan Bogor
8. Cinthya Rahmawati D3 Keperawatan Gigi
9. Ratri Shofia Nugroho D3 Analis Kesehatan
10. Mega Utari D3 Kesehatan Lingkungan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 60


11. Hanifah Hanum D3 Kesehatan Lingkungan
12. Risma Rahmawati D3 Keperawatan Bandung
13. Tiara Oktaviani Dika P. D3 Kebidanan Bogor
14. Nisrina Salsabila D3 Analis Kesehatan
15. Jane Christi Puspasari D3 Keperawatan Bandung
16. Risma Nur Islamiyati D3 Kesehatan Lingkungan
17. Sandi Rianto D4 Promosi Kesehatan
18. Anne Ratna Fauzia D4 Gizi
19. Siti Sofia Munawaroh D4 Analis Kesehatan
20. Ayu Fitri Allawyah D4. Kesehatan Lingkungan
39 RW 05 1. Siti Nur Rohmah D3 Gizi Siti Nurhalimah, MPH
Curugrendeng 2. Shyfa Djulhiziah D3 Farmasi
3. Muthia Utami D3 Keperawatan Bandung
4. Alifa Thufaila Bahira F. D3 Keperawatan Bogor
5. Linawati Dewi Wahyuni D3 Bidan Bandung
6. Indah Ayu Awanda D3 Bidan Karawang
7. Hairunnisa Cika R. D3 Bidan Bogor
8. Ranggita Kintan A D3 Keperawatan Gigi
9. Gilang Rucita Insani D3 Analis Kesehatan
10. Alan Jaelani D3 Kesehatan Lingkungan
11. M. Gumelar Ramadhan D3 Kesehatan Lingkungan
12. Sofi Novia Andriani D3 Keperawatan Bandung
13. Syafira Nurjanah D3 Kebidanan Bogor
14. Ina Karlina D3 Analis Kesehatan
15. Karen Nur Amami D3 Kebidanan Bogor
16. Zaiyyan Al Farhan D3 Keperawatan Bandung
17. Vellia Annisa Isnaeni D4 Analis Kesehatan
18. Wiwin Kurniawati D4 Kesehatan Lingkungan
19. Raniyawati Putri D4 Promosi Kesehatan
20. Della Amalia D4 Promosi Kesehatan
40 RW 06 1. Ariane Sahara D3 Gizi Riyanto, M.Kep, Sp.Kom
Curugrendeng 2. Clarisya Pramirusanti P. D3 Farmasi
3. Tarri Bani Nurraafi D3 Keperawatan Bandung
4. Feni Rosdianti D3 Keperawatan Bogor
5. Nisa Fitria Desyanti D3 Bidan Bandung
6. Desta Eka Erlianti D3 Bidan Karawang
7. Mona Indah Palupi D3 Bidan Bogor
8. Dhian Nurvita Sari D3 Keperawatan Gigi
9. Resti Riyani D3 Analis Kesehatan
10. Nada Nadiyah D3 Kesehatan Lingkungan
11. Maudyna Fajarilla S. D3 Kesehatan Lingkungan
12. Maulana Haryangpaksi D3 Keperawatan Bandung
13. Uci Rahma Putri D3 Kebidanan Bogor
14. Astri Susanti D3 Analis Kesehatan
15. Nenda Anggraeni D3 Kebidanan Bogor
16. Nita Cahyati D3 Keperawatan Bandung
17. Intan Nila Puspitasari D4 Gizi
18. Ayu Windy Oktaviani D4 Analis Kesehatan
19. Rifki Yudistira H. D4 Kesehatan Lingkungan
20. Aisyah Nuraini Pramana D4 Analis Kesehatan
41 RW 07 1. Wafiyyah Salsabila D3 Gizi Dra. Yuyun Rani, M.Kes
Curugrendeng 2. Fitri Nurbaeti D3 Farmasi
3. Sivtya Utami D3 Keperawatan Bandung
4. Yulia Apiyani D3 Keperawatan Bogor
5. Lastari D3 Bidan Bandung
6. Kuntum Khoeru Ummah D3 Bidan Karawang
7. Indriyani D3 Bidan Bogor
8. Destri Nurul Fatin Z. D3 Keperawatan Gigi
9. Fitri Indriani D3 Analis Kesehatan
10. Nia Nurhayati D3 Kesehatan Lingkungan
11. Millah Tamsikah Fadhla D3 Kesehatan Lingkungan
12. Dara Nur Fitri Hidayati D3 Keperawatan Bandung
13. Tantri Apriliyani Fajrin D3 Kebidanan Bogor

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 61


14. Luciana Putri Utami D3 Analis Kesehatan
15. A'Fina Shulhah D3 Analis Kesehatan
16. Fuji Nugraha D3 Keperawatan Bogor
17. Ningrat Ardhillah D4 Promosi Kesehatan
18. Gabriellia Jasmine SBB D4 Gizi
19. Wildan Kholifatuzzaman D4 Kesehatan Lingkungan
20. Syifa Dwipani D4 Gizi
42 RW 08 1. Sabryna Noor Septiany D3 Gizi Angreni Ayuhastuti,
Curugrendeng 2. Siti Fira Yuniar D3 Farmasi M.Si., Apt
3. Nanda Rizky Agustin D3 Keperawatan Bandung
4. Muhamad Rizki Hadi P. D3 Keperawatan Bogor
5. Nur Rahma Fajar Safitri D3 Bidan Bandung
6. Alda Rufaidah Azahra D3 Bidan Karawang
7. Peby Rahma Lestari D3 Bidan Bogor
8. Riska Amelia D3 Keperawatan Gigi
9. Agung Budyana D3 Analis Kesehatan
10. Ai Fitriani D3 Kesehatan Lingkungan
11. Fani Destiany D3 Kesehatan Lingkungan
12. Anggia Nur Auliya D3 Keperawatan Bandung
13. Zahra Firzia D3 Kebidanan Bogor
14. Ade Risma Fauziah D3 Analis Kesehatan
15. Risma Agistriany D3 Analis Kesehatan
16. Luthfi Latifah D3 Analis Kesehatan
17. Nadita Meilan D4 Analis Kesehatan
18. Vitasari D4 Kesehatan Lingkungan
19. Adinda Sekar Pratiwi D4 Promosi Kesehatan
20. Ghini Arti Alviat D4 Kesehatan Lingkungan
43 RW 09 1. Sarah Dzakirah Arkham D3 Gizi Dra. Mimin Kusmiyati,
Curugrendeng 2. Salsha Rosilopya D3 Farmasi M.Si
3. Vina Elvira Ayu Prastika D3 Keperawatan Bandung
4. Devi Ernanti Wahyuni D3 Keperawatan Bogor
5. Nurul Iqna Hildayanti D3 Bidan Bandung
6. Dea Yuntika Nur Ilhami D3 Bidan Karawang
7. Pratiwi Widhiastuti D3 Bidan Bogor
8. Annisa Nurrahma D3 Keperawatan Gigi
9. Trifanny Nur Azizah D3 Analis Kesehatan
10. Yasna Tanisha D3 Kesehatan Lingkungan
11. Annisa Irintanidia D3 Kesehatan Lingkungan
12. Saeful Malik Ibrahim D3 Keperawatan Bandung
13. Zahrah Hasanah D3 Kebidanan Bogor
14. Almas Shabrina D3 Analis Kesehatan
15. Ni Luh Putu Indrayanti D D3 Kebidanan Bogor
16. Adelita Lamria Ester D3 Keperawatan Bandung
17. Moza Asri Fitriani D4 Promosi Kesehatan
18. Diniyah Agnia D4 Gizi
19. Mega Sundari D4 Analis Kesehatan
20. Regita Meinurizka D4 Promosi Kesehatan
44 RW 10 1. Arini Zahirah Nurfitri D3 Gizi Widyastiwi, M.Si.,Apt
Curugrendeng 2. Ayidnis Sabiela D3 Farmasi
3. Tri Irsa Nirmala Sari D3 Keperawatan Bandung
4. Miranti D3 Keperawatan Bogor
5. Qihsty Arizkawati D3 Bidan Bandung
6. Reza Umami Syamsudin D3 Bidan Karawang
7. Rizky Putri Amalia D3 Bidan Bogor
8. Kinanti Aria Wulandari D3 Keperawatan Gigi
9. Desya Sulastria Kh. D3 Analis Kesehatan
10. Ferdiansyah D3 Kesehatan Lingkungan
11. Neneng Nurhasanah N. D3 Kesehatan Lingkungan
12. Dini Rachmadyanti D3 Keperawatan Bandung
13. Alvin Nur Fariha D3 Kebidanan Bogor
14. Legi Rosdayanti D3 Analis Kesehatan
15. Nibras Azzahra C. D3 Analis Kesehatan
16. Windi Restu Rahayu D3 Kebidanan Bogor

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 62


17. Fadhilah Tresna S. D4 Gizi
18. Nahari Nurrahmaniah D4 Analis Kesehatan
19. Wendi Winardi D4 Kesehatan Lingkungan
20. Riyan Hijazi D4 Analis Kesehatan
45 RW 11 1. Arisanti Wulandari D3 Gizi Dra. Atin Karjatin, M.Kes
Curugrendeng 2. Raden Ajeng Mufidah M D3 Farmasi
3. Milly Maryam Panghela D3 Keperawatan Bandung
4. Ade Rahma Apriliani D3 Keperawatan Bogor
5. Putrie Kaniea C. D3 Bidan Bandung
6. Nur Wulan Lestari D3 Bidan Karawang
7. Putri Shintia Ramadhani D3 Bidan Bogor
8. Armi Aprila D3 Keperawatan Gigi
9. Agustina Dwi S. D3 Analis Kesehatan
10. Agung Ismail D3 Kesehatan Lingkungan
11. Dinnar Binda Jamadina D3 Kesehatan Lingkungan
12. Ayi Sayidah D3 Keperawatan Bandung
13. Alma Natazya Ahmad D3 Kebidanan Bogor
14. Hana Audina Fadilah D3 Analis Kesehatan
15. Allaya Aska Fania D3 Analis Kesehatan
16. Refi Rahima Rahayu D3 Kebidanan Bogor
17. Mochamad Iqbal P.H. D4 Gizi
18. Audrey Arwanwidya D4 Analis Kesehatan
19. Dian Dwi Lestari D4 Kesehatan Lingkungan
20. Ilfa Netama Khoirunnisa D4 Analis Kesehatan
46 RW 12 Ghuriyanti Sholihah D3 Gizi Rahmat Sudiyat, S.Kp,
Curugrendeng Ramlan Irawan D3 Farmasi M.Kes
Wafda Nur Wahidah D3 Keperawatan Bandung
Wildyanita D3 Keperawatan Bogor
Rahmi Fitriyani D3 Bidan Bandung
Septiyani D3 Bidan Karawang
Salsabila Adelia Siswianti D3 Bidan Bogor
Diana Novita Sari D3 Keperawatan Gigi
Jiellan Bouza Mamonto D3 Analis Kesehatan
Alya Salsa Faradilla D3 Kesehatan Lingkungan
Hanif Novita N. D3 Kesehatan Lingkungan
Deandra Afifahasya D3 Keperawatan Bandung
Anggita Fitriani Rosidin D3 Kebidanan Bogor
Namira Nur Aulia Putri D3 Analis Kesehatan
Ajeng Alviani D3 Kesehatan Lingkungan
Raden Siti Muftia Amini D3 Kebidanan Bogor
Ilham Yanuar Ramadhan D4 Analis Kesehatan
Yuni Indriyaningsih Rahayu D4 KesehatanLingkungan
Khairunnisa D4 Promosi Kesehatan
Alya Salmariza D4 KesehatanLingkungan

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 63


INSTRUMEN SURVEY MAWAS DIRI (SMD)
PRAKTEK KERJA NYATA TERPADU (PKNT)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG TAHUN 2020

A. Identitas Pewawancara
Nama Pewawancara : _________________________
Tanggal Wawancara : _________________________

B. Pengenalan Tempat
1. Nama Desa :_________________________
2. RT / RW : ______/_______
3. Kelompok : ______

C. Keterangan Rumah Tangga


1. Nama Ayah : ______________________________
2. Umur : ______ tahun
3. Pendidikan : _____
1. Tidak Sekolah
2. Tidak Tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMA
6. Tamat PT

4. Pekerjaan : _______
1. Tidak bekerja.
2. Buruh
3. Petani
4. Wiraswasta/pedagang
5. PNS / TNI / POLRI / BUMN
6. Pegawai Swasta

5. Nama Ibu : ______________________________


4. Umur : ______ tahun
5. Pendidikan : _____
1. Tidak Sekolah
2. Tidak Tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMA
6. Tamat PT

7. Pekerjaan : _______
1. Tidak bekerja / Ibu Rumah Tangga
2. Buruh
3. Petani
4. Wiraswasta/pedagang
5. PNS / TNI / POLRI / BUMN
6. Pegawai Swasta

8. Jumlah Anggota Keluarga di Rumah : ______ orang

9. Jumlah anak balita (0-5 tahun) : ______ orang

D. IDENTITAS ANAK BADUTA (Usia 6 – 24 bulan)

1. Nama Anak : _______________________________


2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan )*
3. Tanggal Lahir : ________/_________/________
4. Berat Badan Lahir : ______ gr
5. Panjang Badan lahir : ______ cm
6. Berat Badan saat ini : ______ gr

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 64


7. PB saat ini : ______ Cm
8. Tanggal Pengukuran : ________/_________/________
9. Cara Pengukuran PB : 1. Telentang 2. Berdiri
10. Anak Ke- : _____dari _____bersaudara

11. Apakah anak ibu pada tahun 2019 mendapatkan Vitamin A ? (Februari 2019 dan atau Agustus
2019)
0= Belum pernah (Usia anak saat ini 6 -11 bulan)
1= Tidak (Usia anak saat ini > 12 bulan)
2= Ya, satu kali pada bulan Agustus 2019
3= Ya, dua kali pada bulan Februari dan Agustus 2019
12. Apakah anak ibu diberikan Immunisasi BCG, Polio, Hepatitis B, DPT, Campak,
0. Belum pernah
1. Ya, (tidak lengkap)
2. Ya, (lengkap)
13. Apakah anak ibu dalam satu bulan terakhir pernah sakit ISPA (Gangguan pernafasan, gejala dapat
berupa batuk, pilek, dan disertai demam)
0. Tidak pernah
1. Pernah
14. Apakah anak ibu dalam satu bulan terakhir pernah sakit DIARE (Buang air besar lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi feses cair)
0. Tidak pernah
1. Pernah
15. Setelah ibu melahirkan, apa yang pertama kali diberikan kepada bayi?
1. Air putih / air zam zam
2. Madu
3. Air tajin
4. Susu formula
5. ASI
16. Berapa lama bayi hanya diberikan ASI saja tanpa makanan lain?
1. Kurang dari 4 bulan
2. 4 bulan
3. 6 bulan
4. Lebih dari 6 bulan
17. Apakah anak ibu yang sekarang diberikan ASI Ekslusif (tidak diberikan minuman dan makanan lain
selain ASI saja sampai bayi usia 6 bulan)
0. Tidak
1. Ya

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 65


FORM PENILAIAN PRAKTIK
PRAKTIK KERJA NYATA TERPADU (PKNT) POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

NAMA MAHASISWA/ NIM : ……………………………………………/ ………………………………………..


KELOMPOK/ RT/ RW/ KELURAHAN :……/ …………../ ………………./ ………………………………………………
JURUSAN : ………………………………………………………………………………………..
ASUHAN KESEHATAN KElUARGA/ KELOMPOK: ………………………………………………………………………………..
NO. Aspek Penilaian Tindakan yang dinilai
Keterangan

…………… ……………… ………………


A. Persiapan Nila A: bila 4
1. Persiapan diri indikator
2. Persiapan klien terpenuhi
3. Persiapan alat B: bila 3
4. Persiapan lingkungan indikator
B. Pelaksanaan terpenuhi
5. Dilaksanakan sesuai perencanaan C: bila 2
6. Dilaksanakan sesuai priotitas indikator
kebutuhan klien terpenuhi
7. Dilaksanakan secara sistematis D: bila 1
sesuai SOP indikator
8. Dilaksanakan dengan terpenuhi
memperhatikan norma dan budaya E: tidak ada
klien indicator yang
C. Evaluasi terpenuhi
9. Memperhatikan respon klien
sesuai tujuan tindakan
10. Memberi respon sesuai keutuhan
klien
11. Memberikan umpan balik positif
terhadap klien
12. Merencanakan tindak lanjut
setelah melakukan tindakan
Jumlah 12
Rata-rata:
Rekomendasi:

Bandung, ………………..
2020
Penilai

.................................................

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 66


Lampiran 2
LAY OUT LAPORAN

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar pemikiran
B. Tujuan

BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA NYATA (PKN) TERPADU DI RW 01 DESA JALAN CAGAK KECAMATAN
JALANCAGAK KABUPATEN SUBANG
A. Gambaran Wiayah RW 01 Desa Jalancagak
B. Pelaksanaan PKN Terpadu di RW 01 Desa Cibitung
1. Sosialisasi
2. Survei Mawas Diri
3. Musyawarah Kesehatan
4. Pelatihan Kader
5. Implementasi
6. Evaluasi dan Tindak Lanjut

BAB II KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Kesimpulan
B. Rekomendasi

Lampiran-lampiran

Catatan :
1. Laporan di tik dengan fornt 12 calibri spasi 1,5
2. Dibuat minimal rangkap 3 : untuk Poltekkes, Puskesmas, dan Kecamatan. Untuk
RW, Desa dan lainnya tergantung permintaan
3. Laporan dikumpulkan maksimal 3 hari setelh selesai PKN Terpadu

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 67


LAPORAN
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA NYATA (PKN) TERPADU
DI RW 01 DESA JALANCAGAK KECAMATAN JALANCAGAK
KABUPATEN SUBANG

Disusun Oleh : KELOMPOK I


Elsa Amalia
Siti Nurjanah
Dinda As-Shifa Pahmi
Zahrah Salsabila
Aulia Nur Rahman
Rossa Rahayu Afyidah
Alvina Zakia Laili
Nabilah Hulwa Huwaida
Arbie Gyresha
Syifa Fadhilah Azmi
Arin Karlina
Irma Gina Apriyanti
Rafizha Rizkianti
Ibnu Ramdhan Firdaus
Nandita Fajar Kusumah
Soraya Adela Larasati
Qisthina
Neneng Sayidah Nafisah
Astika Mentari Pratiwi
Grace Yohana

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
2020

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 68


Lampiran 4

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN
PRAKTIK KERJA NYATA (PKN) TERPADU
DI RW 01 DESA JALANCAGAK KECAMATAN JALANCAGAK
KABUPATEN SUBANG

Disusun Oleh : KELOMPOK I


Elsa Amalia
Siti Nurjanah
Dinda As-Shifa Pahmi
Zahrah Salsabila
Aulia Nur Rahman
Rossa Rahayu Afyidah
Alvina Zakia Laili
Nabilah Hulwa Huwaida
Arbie Gyresha
Syifa Fadhilah Azmi
Arin Karlina
Irma Gina Apriyanti
Rafizha Rizkianti
Ibnu Ramdhan Firdaus
Nandita Fajar Kusumah
Soraya Adela Larasati
Qisthina
Neneng Sayidah Nafisah
Astika Mentari Pratiwi
Grace Yohana

Telah diperiksa dan disahkan Oleh :


Pembimbing :

……………………………………………..
NIP. ………………………………………

Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 69


Pedoman PKN Terpatu Poltekkes Kemenkes Bandung-2020| 70

Anda mungkin juga menyukai