Oleh:
Kelompok 3 (7-01)
Fade Palamasguna (10)
Hanif Dwi Kuncahyo (13)
Martin Tamaro Siburian (20)
Thariq Fadhilah Suhendi (29)
Utari Dwi Rakhmawati (30)
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................5
D. Pembatasan Masalah...............................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................6
A. Definisi Manajemen Konflik..................................................................................6
B. Resolusi Konflik.....................................................................................................6
C. Rahim’s Meta-model..............................................................................................7
1. Gaya Integrasi (Integration)............................................................................8
2. Gaya Mengalah (Obliging)..............................................................................8
3. Gaya Mendominasi (Dominating)...................................................................8
4. Gaya Menghindari (Avoiding).........................................................................9
5. Gaya Kompromi (Compromising)...................................................................9
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................10
A. Model Manajemen Konflik...................................................................................10
B. Analisis Penerapan Manajemen Konflik..............................................................12
1. Kritik Perlakuan Amazon Terhadap Pekerja.................................................13
2. Direct Selling.................................................................................................16
3. Tax Avoidance...............................................................................................17
4. Paten “1-Klik”...............................................................................................20
5. Protes Karyawan terhadap Respon Perubahan Iklim....................................21
6. Penjualan Item Antisemit..............................................................................23
7. Protes Perubahan Iklim oleh Amazon Employees for Climate Justice.........24
8. Penghapusan konten Kindle..........................................................................27
BAB IV SIMPULAN...................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen konflik merupakan salah satu interpersonal skill utama yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Setiap bisnis terlepas dari ukuran dan industri pasti
akan mengalami konflik antarpribadi dan organisasi. Kemampuan manajemen konflik
seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi kinerja oraganisasi tersebut secara
keseluruhan.
Sangat penting bagi seorang pemimpin untuk dapat menerapkan pendekatan
manajemen konflik yang tepat. Konflik dapat menimbulkan dampak negatif bagi
organisasi dalam berbagai bentuk baik berupa penurunan kinerja, isu kepercayaan,
ataupun kerugian secara materi (Rahim, 2002). Pertama, konflik yang tidak terkelola
dapat memiliki konsekuensi hukum yang mahal karena pada umumnya akan berakhir
melalui proses litigasi sebagai cara untuk menyelesaikan perselisihan. Kedua,
mengelola konflik penting karena tingginya tingkat konflik negatif dapat
menyebabkan ketidakpuasan berbagai pihak pemangku kepentingan serta penurunan
produktivitas. Terakhir, mengelola konflik juga penting karena bila dilakukan dengan
baik dapat mendorong kreativitas dan inovasi serta pembelajaran organisasi.
Pemimpin-pemimpin organsiasi di dunia hingga saat ini masih terus mencari
cara terbaik untuk menerapkan pendekatan yang paling optimal terhadap setiap
konflik yang mereka hadapi. Salah satu nama yang paling sering muncul di media
yaitu Jeff Bezos, CEO dari Amazon ini telah diterpa berbagai kritik dan konflik sejak
bisnisnya dimulai. Jeffrey Preston Bezos, atau yang biasa disapa Jeff Bezos, lahir
pada tanggal 12 Januari 1964 di Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat. Bezos
adalah seorang pengusaha internet, industrialis, pemilik media, dan investor Amerika.
Ia paling dikenal sebagai pendiri, CEO, dan presiden perusahaan teknologi
multinasional Amazon. Bezos lulus dari Universitas Princeton pada tahun 1986. Ia
memegang gelar di bidang teknik listrik dan ilmu komputer. Setelah itu ia bekerja di
Wall Street dari 1986 hingga awal 1994 (Reynolds, 2018). Bezos mulai mendirikan
Amazon pada akhir 1994. Perusahaan ini dimulai sebagai toko buku online dan sejak
itu berkembang ke berbagai produk dan layanan e-commerce lainnya hingga menjadi
raksasa online marketplace seperti sekarang (Kakutani, 2013). Saat ini Amazon
merupakan sebuah perusahaan teknologi multinasional Amerika yang berbasis di
Seattle, Washington, yang berfokus pada e-commerce, komputasi awan, streaming
digital, dan kecerdasan buatan. Perusahaan ini dianggap sebagai salah satu dari Lima
Besar perusahaan di industri teknologi informasi AS, bersama dengan Google, Apple,
Microsoft, dan Facebook (Lotz, 2019). Perusahaan ini juga disebut sebagai "salah satu
kekuatan ekonomi dan budaya paling berpengaruh di dunia" berdasarkan PBS.org,
serta merek paling berharga di dunia berdasarkan WPP dan Kantar.
Selama masa kepemimpinannya di Amazon dari awal didirikan pada tahun 1994
hingga saat ini, Bezos telah menuai banyak kritik dari berbagai sumber yang
mempertanyakan etika praktik dan kebijakan bisnis tertentu. Amazon juga
menghadapi berbagai tuduhan perilaku anti-persaingan atau monopoli. Sejak
didirikan, konflik-konflik banyak terjadi karena kritik dan kontroversi atas
tindakannya, termasuk: secara aktif menentang serikat pekerja (Matsakis, 2018);
kurang memperhatikan isu lingkungan (Jean, 2019); memasok penegak hukum
dengan alat pengawasan pengenalan wajah (Dwoskin, 2018); kurang memprioritaskan
kondisi lingkungan pekerja; menghalangi toko buku untuk menjual langsung ke
pelanggan (Leiber, 2011); berusaha untuk mematenkan teknologi 1-Klik untuk
menghambat kompetitor (Baum, 2015); dan memberikan tekanan yang tidak
semestinya pada pemasok untuk mempertahankan dan memperluas profitabilitasnya.
Konflik tidak hanya memiliki dampak negatif tetapi juga positif. Oleh karena
itu, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk menerapkan manajemen konflik
yang tepat sehingga dapat memaksimalkan output positif dari setiap konflik sekaligus
meminimalisir potensi dampak negatif yang ada. Maka dari itu, kita perlu mengetahui
pendekatan manajemen konflik manakah yang paling optimal yang akan memberikan
output terbaik dalam setiap situasi. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, penulis
tertarik untuk membahas secara lebih lanjut mengenai manajemen konflik yang
diterapkan Jeff Bezos sebagai CEO Amazon, melalui makalah dengan judul
“Manajemen Konflik Jeff Bezos sebagai CEO Amazon Berdasarkan Rahim’s
Meta-Model”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di bagian sebelumnya,
penelitian ini akan mengangkat beberapa rumusan masalah berikut.
1. Bagaimana manajemen konflik yang diterapkan oleh Jeff Bezos sebagai CEO
Amazon?
2. Apakah manajemen konflik yang diterapkan Jeff Bezos sudah optimal?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa penelitian ini memiliki
beberapa tujuan, yaitu
1. mengidentifikasi manajemen konflik yang diterapkan oleh Jeff Bezos sebagai
CEO Amazon, dan
2. mengetahui apakah manajemen konflik yang diterapkan Jeff Bezos sudah optimal.
D. Pembatasan Masalah
Fokus teori yang menjadi dasar penulisan makalah kepemimpinan ini adalah
salah satu interpersonal skill utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu
manajemen konflik. Tokoh pemimpin yang dijadikan objek ulasan dalam makalah ini
adalah Jeff Bezos yang dibatasi lingkup pembahasannya hanya selama ia menjabat
sebagai CEO Amazon. Konflik tidak hanya dapat terjadi di internal organisasi namun
juga secara eksternal diluar organisasi. Karena keterbatasan informasi mengenai
konflik internal di Amazon yang tidak tersedia secara publik, maka panelitian ini akan
banyak membahas konflik external bisnisnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
diasumsikan bahwa keputusan-keputusan yang diambil oleh Amazon merupakan
representasi dari kepemimpinan Jeff Bezos selaku CEO perusahaan tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
E. Resolusi Konflik
Menurut Coelman dkk. (2016) resolusi konflik adalah kerangka kerja intelektual
umum untuk memahami apa yang terjadi di dalam konflik dan bagaimana melakukan
intervensi di dalamnya. Selain itu, pemahaman dan intervensi dalam konflik tertentu
memerlukan pengetahuan khusus tentang pihak yang berkonflik, konteks sosial,
aspirasi, orientasi konflik, norma-norma sosial, dan sebagainya. Implikasi penting dari
Kerjasama kompetisi adalah bahwa orientasi kooperatif atau menang untuk
menyelesaikan konflik sangat memfasilitasi resolusi yang konstruktif, sementara
orientasi kompetitif atau menang-kalah menghalanginya. Lebih mudah untuk
mengembangkan dan memilihara sikap menang jika mempunyai dukungan sosial.
Dukungan sosial dapat berasal dari teman-teman, rekan kerja, pengusaha, media, atau
komunikasi.
Resolusi konflik melibatkan pengurangan, penghapusan, atau penghentian
semua bentuk dan jenis konflik. Dari jenis dan tingkat konflik yang sesuai, bisnis bisa
mendapatkan keuntungan. Hal ini merupakan tujuan dari dilaksanakannya manajemen
konflik, bukan tujuan dari dilaksanakannya resolusi konflik. Dengan demikian, dapat
dilihat bahwa manajemen konflik bukan berarti resolusi konflik.
F. Rahim’s Meta-model
Terdapat berbagai bentuk model untuk manajemen konflik. Rahim (2002)
mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan mengenai pendekatan manajemen konflik
yang terbaik. Daripada membuat model manajemen konflik yang sangat spesifik,
Rahim (2002) memilih menciptakan meta-model untuk gaya konflik berdasarkan dua
dimensi, perhatian untuk diri sendiri dan perhatian untuk orang lain. Pada meta-
modelnya, terdapat lima pendekatan manajemen yaitu mengintegrasikan (integration),
mengalah (obliging), mendominasi (dominating), menghindari (avoiding), dan
berkompromi (compromising).
Gambar 1. Model Kepedulian Ganda dari Gaya Penanganan Konflik Interpersonal
Tabel 1. Gaya Penanganan Konflik Interpersonal dan Situasi Di Mana Mereka Sesuai
atau Tidak Sesuai
Pendekatan
Situasi yang sesuai Situasi yang tidak sesuai
Konflik
Kompromi / 1. Tujuan kedua belah pihak sama- 1. Satu pihak lebih kuat.
Compromising sama eksklusif.
2. Kedua pihak sama kuatnya. 2. Masalahnya cukup kompleks
membutuhkan pendekatan
3. Konsensus tidak dapat tercapai.
4. Apabila pendekatan pemecahan masalah.
Mengintegrasikan atau
mendominasi tidak berhasil.
5. Diperlukan solusi sementara untuk
masalah yang kompleks.
2. Direct Selling.
Pada tahun 2008, Amazon UK mendapat kecaman karena berusaha mencegah
penerbit menjual langsung dengan harga diskon dari situs web mereka sendiri
(Alberge, 2008, 5 April). Argumen Amazon adalah bahwa mereka harus dapat
membayar penerbit berdasarkan harga yang lebih rendah yang ditawarkan di situs
web mereka, daripada harga eceran penuh yang direkomendasikan.
Amazon UK juga menuai kritik di komunitas penerbitan Inggris menyusul
penarikan penjualan judul-judul utama yang diterbitkan oleh Hachette Livre UK.
Penarikan itu ditengarai bertujuan untuk memberi tekanan pada Hachette untuk
memberikan tingkat diskon yang tidak masuk akal pada Amazon.
Pada bulan Agustus 2013, Amazon setuju untuk mengakhiri kebijakan paritas
harga untuk penjual di pasar Uni Eropa, sebagai tanggapan atas investigasi oleh
Kantor Perdagangan Adil Inggris dan Kantor Kartel Federal Jerman.
Dalam konflik ini, Bezos menunjukkan pendekatan manajemen konflik
Obliging. Penyelesaian konflik diakhiri dengan penghapusan kebijakan paritas harga
untuk penjual di pasar Uni Eropa. Hal tersebut menunjukkan upaya untuk
menyelesaikan perselisihan dengan cenderung memuaskan kepentingan pihak
penerbit. Bezos pun pada akhirnya patuh dan mengabaikan kepentingan
perusahaannya untuk memuaskan kepentingan pihak lainnya.
Berdasarkan model pendekatan manajemen konflik Rahim, pendekatan
manajemen konflik Obliging yang dilakukan Jeff Bezos dalam konflik tersebut sudah
diterapkan sesuai dengan situasi. Dalam situasi ini, Bezos percaya bahwa dia mungkin
saja salah dalam menetapkan kebijakan harga tersebut. Kepentingan pihak penerbit
pun relatif lebih besar dalam konflik ini. Dengan turunnya Kantor Perdagangan Adil
Inggris dan Kantor Kartel Federal Jerman yang terlibat dalam investigasi, Amazon
pun berada dalam kondisi yang hanya bisa menerima keputusan apapun. Maka dari
itu, keputusan Bezos untuk menerapkan pendekatan manajemen konflik Obliging
sudah tepat.
3. Tax Avoidance.
Amazon merupakan salah satu perusahaan paling berharga di dunia, dengan
nilai hampir $800 miliar, dan raksasa e-commerce ini menarik $232,9 miliar
pendapatan global pada tahun 2018. Namun, tagihan pajak federal Amazon tidak ada
atau sebesar $0 pada dua tahun berturut-turut. Faktanya, Amazon sebenarnya
mendapatkan pengembalian pajak federal sebesar $129 juta, sebagian karena
kombinasi kredit dan pemotongan pajak. Setelah dua tahun berturut-turut membayar
pajak penghasilan federal AS sebesar $0, Amazon terancam membayar tagihan
sebesar $162 juta pada 2019. Bahkan, $162 juta masih hanya sebagian kecil dari
$13,9 miliar pendapatan sebelum pajak yang dilaporkan Amazon untuk tahun 2019.
Penghindaran pajak adalah upaya wajib pajak dalam memanfaatkan peluang-
peluang yang ada dalam Undang-undang Perpajakan, sehingga dapat membayar pajak
lebih rendah. Perbuatan ini secara harfiah tidak melanggar Undang-undang
Perpajakan, perbuatan tersebut dikategorikan sebagai perbuatan yang melanggar jiwa
Undang-undang. Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa
usaha dan transakti wajib pajak (WP) supaya utang pajak berada dalam jumlah
minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan.
Berdasarkan laporan Institute on Taxation and Economic Policy (ITEP),
Amazon tidak terkena PPh 21% menurut UU yang berlaku di Amerika Serikat.
Amazon bahkan melaporkan bahwa terdapat potongan pajak sebesar US$ 129 juta
akibat dari keringanan tax rebate, yang mana digambarkan oleh ITEP sebagai “tariff
pajak negative 1%”. Selain tax rebate, Amazon juga memanfaatkan celah dalam
peraturan perpajakan untuk meringakan tagihan mereka, seperti memberikan sebagian
sahamnya kepada para karyawan diluar pekerja eksekutif untuk meringankan pajak
penghasilan yang ditanggung oleh Amazon. Menurut Hutami (2010), tax avoidance
merupakan salah satu skema transaksi yang ditunjukkan untuk meminimalkan beban
pajak dengan memanfaatkan berbagai aspek kelemahan-kelemahan yang ada dalam
ketentuan perpajakan suatu negara sehingga ahli pajak menyatakan bahwa hal tersebut
legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan.
Berdasarkan fenomena amazon terkait penghindaran pajak tersebut merupakan
kasus yang rumit dan unik karena ada beberapa kegiatan seperti penghindaran pajak
(tax avoidance) yang tidak melanggar hukum (legal) tapi disisi lain akibat adanya
perbedaan kepentingan, pemerintah ingin meningkatkan penerimaan pajak sesuai
target yang ingin dicapai. Menurut Alexandria (2014) mengatakan bahwa
penghindaran pajak yang dilakukan dengan memanfaatkan celah-celah undang-
undang perpajakan yang belum mengaturnya populer dengan menggunakan instrumen
keuangan. Peraturan undang-undang perpajakan belum mengatur mengenai instrumen
keuangan sehingga perusahaan dapat mengintrepertasikan pengakuan laba/rugi
maupun hutang modal sesuai pertimbangan manajemen.
Jeff bezos merupakan salah satu orang yang mendapatkan keuntungan tersebut.
Amazon tidak akan membayar pajak federal untuk tahun kedua berturut-turut.
Faktanya, tahun lalu, Amazon menerima pengembalian dana yang lebih besar,
mendapatkan $ 137 juta dari pemerintah federal. Salah satu alasan tidak adanya
tagihan pajak federal Amazon adalah Pemotongan Pajak dan Undang-Undang
Pekerjaan yang diberlakukan Kongres pada tahun 2017, yang menurunkan tarif pajak
badan hukum dari 35 persen menjadi 21 persen.
Konflik dapat menjadi konstruktif atau destruktif tergantung dari cara
menyelesaikan atau memanajemen konflik. Kondisi konstruktif dapat dirasakan ketika
solusi yang diambil memuaskan dan menguntungkan pihak-pihak yang mengalami
konflik. Berdasarkan hal tersebut, dengan tidak dibayarnya pajak penyelesaian konflik
dengan memanfaatkan hal tersebut merupakan sebuah keuntungan bagi Jeff Bezos.
Keuntungan ini diartikan bahwa Jeff bezos “menang” dan berhasil melakukan
penghindaran pajak. Kemenangan ini menunjukkan pendekatan manajemen konflik
dominating. Apabila nantinya jeff bezos tetap ditetapkan harus tetap membayar secara
tidak penuh, hal tersebut bisa diartikan pendekatan konflik obliging karena berupaya
mengurangi perbedaan-perbedaan dan menekankan pada persamaan atau
kebersamaan di antara pihak-pihak yang terlibat. Kekuatan strategi ini terletak pada
upaya untuk mendorong terjadinya kerjasama. Jeff Bezos disini berperan dalam
penentuan tujuan dan strategi dalam penghindaran pajak tersebut. Bahkan donald
trump sempat berpendapat bahwa Jeff Bezos merupakan pemimpin yang sangat
genius dalam menghindari pajak. Kelemahannya, penyelesaian bersifat sementara dan
tidak menyentuh masalah pokok yang ingin dipecahkan.
Berdasarkan model pendekatan manajemen konflik menurut Rahim, pendekatan
manajemen konflik Dominating tidak sesuai apabila diterapkan dalam situasi konflik
tersebut. Situasi ini berhubungan dengan masyarakat dan penerimaan negara yang
bisa dibilang cukup kompleks dan krusial. Penghindaran pajak bukan merupakan hal
yang baik bagi masyarakat dan kemungkinan besar akan dapat memunculkan kritik
dan protes. Amazon mendapatkan tekanan dari Komisi Eropa karena dugaan
melakukkan pelanggaran pajak atas bisnisnya di Uni Eropa (UE). Salah satu pejabat
Uni Eropa yang dirahasiakan namanya, menyatakan bahwa Komisi Eropa telah
menyiapkan temuan yang akan segera diumumkan terkait tunggakan pajak Amazon
yang terutang selama ini, sehingga sanksi yang akan diterima oleh Amazon adalah
potensi terkena denda hingga jutaan euro. Terdapat tiga alasan utama keringanan
pajak dan insentif yang diterima oleh Amazon yaitu investasi dalam penelitian dan
pengembangan, investasi dalam property, pabrik, dan peralatan, kemudian dasar
keringanan yang ketiga adalah kompensasi saham karyawan.
4. Paten “1-Klik”.
Amazon menjadi kontroversi karena dugaan praktik anti kompetitif dengan
penggunaan patennya sebagai penghalang persaingan. Amazon mengajukan gugatan
pelanggaran paten pada Oktober 1999 sebagai tanggapan atas penawaran Barnes &
Noble yang menawarkan opsi 1-Klik yang disebut "Jalur Ekspres" (Stallman, 1999,
22 Desember).
Penggunaan paten satu klik oleh Amazon terhadap situs pesaing Barnes &
Noble membuat Free Software Foundation mengumumkan boikot Amazon pada
bulan Desember 1999. Tim O'Reilly dan Charlie Jackson berbicara menentang paten,
dan O'Reilly menerbitkan surat terbuka kepada Jeff Bezos, CEO Amazon, memprotes
“Paten 1-Klik” dan paten program afiliasi, dan memintanya untuk "menghindari
segala upaya untuk membatasi perkembangan lebih lanjut dari perdagangan Internet".
O'Reilly mengumpulkan 10.000 tanda tangan dengan petisi ini. Bezos menanggapi
dengan surat terbukanya sendiri.
Setelah meninjau bukti, hakim mengeluarkan perintah awal yang
memerintahkan Barnes & Noble untuk berhenti menawarkan “Jalur Ekspres” sampai
kasus tersebut diselesaikan. Barnes & Noble telah mengembangkan paten alternatif
dengan meminta pembeli melakukan klik kedua untuk mengonfirmasi pembelian
mereka (O’Reilly, 2007). Gugatan itu diselesaikan pada tahun 2002. Persyaratan
penyelesaian, termasuk apakah Barnes & Noble mengambil lisensi untuk paten atau
membayar uang ke Amazon, tidak diungkapkan.
Dalam konflik ini, Jeff Bezos menunjukkan pendekatan manajemen konflik
Dominating. Bezos berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan kepentingannya
dengan mengajukan gugatan pelanggaran paten pada Barnes & Noble. Dia juga
cenderung menunjukkan perhatian yang tinggi pada perusahaannya dan perhatian
yang rendah pada kompetitor. Hal tersebut dapat terlihat dari pihak kompetitor yang
pada akhirnya harus mengalah dan mencari solusi alternatif terkait paten tersebut
walaupun banyak pihak yang mendukung mereka.
Berdasarkan model pendekatan manajemen konflik Rahim, pendekatan
manajemen konflik Dominating tidak sesuai apabila diterapkan dalam situasi konflik
tersebut. Situasi ini merupakan situasi yang kompleks dan tidak sepele karena
menyangkut perihal paten. Keputusan pun tidak perlu dibuat secara terburu-buru.
Tujuan dari masing-masing pihak juga sama eksklusifnya karena paten tersebut
merupakan fitur yang penting dalam proses bisnis mereka. Perpaduan ide dan diskusi
dari kedua belah pihak sangat diperlukan dalam situasi ini karena masalah
menyangkut metode bisnis dan teknologi yang kompleks. Oleh karena itu, manajemen
konflik dalam situasi ini lebih tepat menggunakan pendekatan Integrating, namun
apabila pada akhirnya masih belum dapat tercapai sebuah konsensus maka pendekatan
Compromising perlu terapkan.
Manajemen konflik merupakan salah satu interpersonal skill utama yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Setiap bisnis terlepas dari ukuran dan industri pasti
akan mengalami konflik antarpribadi dan organisasi. Kemampuan manajemen konflik
seorang pemimpin sangatlah penting karena akan mempengaruhi kinerja organisasi
tersebut secara keseluruhan. Konflik tidak hanya memiliki dampak negatif tapi juga
positif. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk menerapkan
manajemen konflik yang tepat sehingga dapat memaksimalkan output positif dari
setiap konflik sekaligus meminimalisir potensi dampak negatif yang ada. Maka dari
itu, penting untuk dapat menentukan pendekatan manajemen konflik manakah yang
paling optimal yang akan memberikan output terbaik dalam setiap situasi.
Rahim (2002) mencatat bahwa ada kesepakatan di antara para sarjana
manajemen bahwa tidak ada satu pendekatan terbaik untuk membuat keputusan,
memimpin atau mengelola konflik. Maka dari itu, dalam meta-modelnya, Rahim
menggolongkan gaya konflik berdasarkan dua dimensi, perhatian untuk diri sendiri
dan perhatian untuk pihak lain. Terdapat lima alternatif pendekatan yang tersedia
yaitu mengintegrasikan, mengalah, mendominasi, menghindari, dan berkompromi.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan keterbatasan yang ada,
manajemen konflik yang sudah diterapkan Jeff Bezos sebagai CEO Amazon secara
keseluruhan sudah optimal. Hal tersebut dapat terlihat dari keseluruhan analisis yang
menunjukkan sebagian besar konflik yang dihadapi oleh Bezos telah ditangani dengan
pendekatan yang tepat dan sesuai dengan situasi berdasarkan Rahim’s Meta Model.
Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang masih dapat diperbaiki lagi sesuai dengan
teori sebagaimana yang telah dipaparkan di bagian analisis dilakukan oleh Bezos yang
tidak sesuai dengan teori Rahim. Meskipun demikian, ketidaksesuaian dengan teori
tersebut hasilnya masih menguntungkan Bezos.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alex S, Nitisemito. (1992). Manajemen dan Sumber Daya Manusia. BPFE UGM.
Yogyakarta.
Alexandria. (2014). Penghindaran Pajak Tax Avoidance dan Tax Evasion. Jakarta:
2014.
Blake, R. R., & Mouton, J. S. (1964). The managerial grid. Houston: Gulf.
Coleman, Peter T., Morton Deutch, & Eric C. Marcus. (2016), Resolusi Konflik Teori
dan Praktek. Bandung: Nusamedia.
Kakutani, Michiko. (2013). The Everything Store: Jeff Bezos and The Age of Amazon.
The New York Timez.
Schaubhut, Nancy A. (2007). Technical brief for the Thomas-Kilmann Conflict Mode
Instrument. Mountain View: CPP, Inc.
Terbitan Berkala
Format Elektronik
Alberge, Dalya. (5 April 2008). Amazon furious after publishers undercut its book
prices online. The Times. https://www.thetimes.co.uk/article/amazon-furious-
after-publishers-undercut-its-book-prices-online-wfg6hlprxdd. (diakses pada 16
Januari 2021).
Baum, Andrew. (17 Januari 2015). Amazon Wins Ruling on Results for Searches on
Brands It Doesn't Sell. The National Law Review.
https://www.natlawreview.com/article/amazon-wins-ruling-results-searches-
brands-it-doesn-t-sell . (diakses pada 15 Januari 2021).
Dwoskin, Elizabeth. (22 Mei 2018). Amazon is selling facial recognition to law
enforcement — for a fistful of dollars. Washington Post.
https://www.washingtonpost.com/news/the-switch/wp/2018/05/22/amazon-is-
selling-facial-recognition-to-law-enforcement-for-a-fistful-of-dollars/ (diakses
pada 15 Januari 2021).
Fauzia, Mutia (10 September 2019). Karyawan Amazon Bakal Turun ke Jalan
Lakukan Protes, Apa Alasannya?. Kompas.
https://money.kompas.com/read/2019/09/10/111200426/karyawan-amazon-
bakal-turun-ke-jalan-lakukan-protes-apa-alasannya-?page=all (diakses pada 16
Januari 2021).
Huddleston, Tom. (4 February 2020). Amazon had to pay federal income taxes for the
first time since 2016 — here’s how much. CNBC.
https://www.cnbc.com/2020/02/04/amazon-had-to-pay-federal-income-taxes-
for-the-first-time-since-2016.html (diakses pada 16 januari 2021).
Lotz, Amanda. (24 Maret 2018). 'Big Tech' isn't one big monopoly – it's 5 companies
all in different businesses. The Conversation. https://theconversation.com/big-
tech-isnt-one-big-monopoly-its-5-companies-all-in-different-businesses-92791.
(Diakses Jan 15 2021).
Matsakis, Louise. (2 Oktober 2018). Why Amazon Really Raised Its Minimum Wage
to $15. Wired. https://www.wired.com/story/why-amazon-really-raised-
minimum-wage/ (diakses pada 15 Januari 2021).
Matsakis, Louise. (9 September 2019). Amazon Employees Will Walk Out Over the
Company's Climate Change Inaction. Wired.
https://www.wired.com/story/amazon-walkout-climate-change/. (diakses pada
16 Januari 2021).
O’Reilly, Tim. (2 Maret 2000). My Conversation with Jeff Bezos. O'Reilly Media.
https://web.archive.org/web/20071218184903/http://www.oreilly.com/pub/a/ore
illy/ask_tim/2000/bezos_0300.html. (diakses pada 16 Januari 2021).
Stallman, Richard. (22 Desember 1999). Richard Stallman – Boycott Amazon!. Linux
Today. https://www.linuxtoday.com/developer/1999122200105NWLF.
(diakses pada 16 Januari 2021).
Stone, Brad. (17 Juli 2009). Amazon Erases Orwell Books From Kindle. New York
Times.https://www.nytimes.com/2009/07/18/technology/companies/18amazon.
html. (diakses pada 16 Januari 2021).
Willow, Francesca. (12 Januari 2019). The Ethical Issues with Amazon. Ethical
Unicorn. https://ethicalunicorn.com/2019/01/12/how-ethical-is-amazon/
(diakses pada 16 Januari 2021).
WJC objects to pro-Nazi T-shirts sold on Amazon.com. (23 Januari 2008). World
Jewish Congress. https://www.worldjewishcongress.org/en/news/wjc-objects-
to-pro-nazi-t-shirts-sold-on-amazon-com (diakses pada 16 Januari 2021).
Wolverton, Troy. (7 Maret 2002). Amazon, Barnes&Noble settle patent suit. CNET.
https://www.cnet.com/news/amazon-barnes-noble-settle-patent-suit/. (diakses
pada 16 Januari 2021).