Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Inspirasi Pendidikan

Vol. x No. x Tahun 20XX | Hal. xx – xx

Pengembangan Media Scrabble untuk Meningkatkan Keterampilan


Membaca Permulaan Siswa Kelas Awal Sekolah Dasar

Herdiana a, 1*
a
Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
1
herdin2102@gmail.com*
*korespondensi penulis

Informasi artikel ABSTRAK


Received : Abstrak menjelaskan intisari dari artikel yang bersifat informatif dan benar-benar
August 26, 2018. jelas, dengan memuat pokok permasalahan yang ada, pendekatan atau solusi yang
Revised : diusulkan dan menunjukkan temuan utama dan simpulan. Abstrak menggunakan
September 08,2018. bahasa inggris dan bahasa Indonesia. Banyaknya kata dalam abstrak antara 150 –
Publish : 200 kata, disusun dalam satu alinea, jika terdapat istilah-istilah asing yang belum
January 01, 2019. dibakukan ditulis italic. Font yang digunakan untuk menyusun abstrak adalah
Times New Roman 10pt. Pengetikan abstrak dilakukan dengan spasi tunggal
Kata kunci: dengan margin yang lebih sempit dari margin kanan dan kiri teks utama. Kata
Kata kunci 1 kunci perlu dicantumkan untuk menggambarkan ranah masalah yang diteliti dan
Kata kunci 2 istilah-istilah pokok yang mendasari pelaksanaan penelitian. Kata-kata kunci
Kata kunci 3 dapat berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata-kata kunci 3-5 kata.
Kata kunci 4 Kata-kata kunci ini diperlukan untuk komputerisasi. Pencarian judul penelitian
Kata kunci 5 dan abstrak nya dipermudah dengan adanya kata-kata kunci tersebut.
Abstrak yang diharapkan memiliki:
Tujuan (1 kalimat):
Metode (1-2 kalimat):
Hasil (2-3 kalimat):
Pembahasan (1 -2 kalimat)menjawab pertanyaan mengapa (Why?):
Kesimpulan dan Impact (1-2 kalimat):

ABSTRACT
Title in English. Abstract explain the core of manuscript informatively and
Keywords: obviously including the subject matter proposed approach and solution and show
Keyword 1 key findings and conclusions. Abstract using English and bahasa. The number of
Keyword 2 words in the abstract about 150-200 words, written in one paragraph, any
Keyword 3 unfamiliar terms should be written in italic. Font type and size are Times New
Keyword 4 Roman 10pt. Abstract was written in single spaced and the margin was narrower
Keyword 5 than main text. Keywords need to be listed and reviewed and the main terms
underlying the conduct of the research. Keywords could be single word or phrase.
Keywords including 3-5 words or phrase. These keywords are required for
computerization. Research and abstract title search made easy with these
keywords.
Copyright © 2019 (Nama Penulis). All Right Reserved

How to Cite: Rahmawati, S. (2018). Pengaruh Logic Exercises Terhadap Disorientasi Moral Jugdment
Mahasiswa: Studi Kasus Terorisme. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 3(1), 1-10.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. Allows
readers to read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full texts of its articles and allow
readers to use them for any other lawful purpose. The journal hold the copyright.

DOI: http://dx.doi.org/ 10.21831 email: jip@unikama.ac.id


1
Jurnal Inspirasi Pendidikan, VOL.X, NO.X, Edisi Januari 2018
Judul Artikel
Nama Penulis 1 , Nama Penulis 2
Hal: xx-xx

Pendahuluan

Pendidikan merupakan sebuah pintu menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan
Pendidikan, seseorang akan mempelajari berbagai keterampilan yang berguna untuk masa
depannya. Salah satu diantaranya ialah keterampilan membaca. Membaca merupakan suatu
kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang atau tulisan dalam suatu teks sehingga
pesan yang terdapat dalam teks tersebut dapat diterima oleh pembaca (Dalman, 2014). Di
sekolah dasar khususnya pada kelas awal, salah satu keterampilan utama yang diajarkan pada
siswa adalah keterampilan membaca, karena membaca merupakan hal yang sangat penting
untuk membantu siswa dalam menerima atau pun menggali pengetahuan selama proses
belajar. Lebih lanjut, Menurut Mulyati (2014) Membaca merupakan salah satu jenis
kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif, dengan membaca, seseorang akan dapat
memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru yang
memungkinkan orang tersebut mampu memperluas daya pikir, mempertajam pandangan, dan
memperluas wawasan.

Abdurrahman (2009) berpendapat bahwa kemampuan membaca merupakan kemampuan


dasar untuk menguasai berbagai bidang studi, karena jika siswa belum menguasai
keterampilan membaca, maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam mempelajari
berbagai bidang di kelas-kelas berikutnya. Namun kenyataannya, tingkat keterampilan
membaca siswa masih memprihatinkan. Berdasarkan Hasil pendataan Indonesia National
Assesment Program di tahun 2016 yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Pendidikan
(Puspendik) Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, mengungkap data bahwa rata-rata
nsaional distribusi literasi pada kemampuan membaca pelajar di Indonesia adalah 46,83%
berada pada kategori kurang, hanya 6,06% berada pada kategori baik dan 47,11% berada
pada ketegori cukup (P. Kemdikbud, 2017). Dalam data tersebut berarti Kurang dari 50%
pelajar belum mencapai kompetensi membaca yang baik, dan hal tersebut dapat menjadi
masalah dikemudian hari. Oleh karenanya diperlukan suatu pembelajaran yang efektif guna
meningkatkan keterampilan membaca. Fahrurrozi (2016) Membedakan pembelajaran
membaca di Sekolah Dasar menjadi dua tingkatan, yaitu membaca permulaan pada siswa
kelas I dan II serta membaca lanjutan pada siswa kelas III, IV, V, dan VI. Dalam
pembelajaran membaca permulaan siswa harus merasakan proses pembelajaran yang
bermakna dalam proses pengenalan huruf (decoding) dan proses pengenalan bentuk bunyi
dari huruf-huruf tersebut (recording) (Rachmawaty, 2017).

Dalam proses pembelajaran, agar lebih bermakna diperlukan adanya suatu media yang
dapat membantu guru dalam penyampaikan pesan materi kepada siswa dengan menarik dan
menyenangkan (Munadi, 2008). Pada tingkat sekolah dasar, belajar dan bermain tidak dapat
dilepaskan dari keseharian siswa. Tetapi realitanya, belajar dan bermain terkadang dipandang
oleh sebagian orang sebagai hal yang bertentangan. Bermain dianggap dapat mengganggu
belajar sedangkan belajar dapat menghalangi kesenangan bermain. Padahal belajar dan
bermain bila dikolaborasikan dapat menghasilkan pembelajaran yang menarik khususnya
dalam pembelajaran membaca yang kerap kali dianggap membosankan oleh siswa. Sejalan
dengan apa yang disampaikan Jazuli (2008) bahwa kemampuan membaca seorang anak
dipengaruhi oleh cara guru dalam mengajar. Apabila guru menyajikan pembelajaran yang
menarik minat siswa, maka proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Karena

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrnspirasi 2
Jurnal Inspirasi Pendidikan, VOL.X, NO.X, Edisi Januari 2018
Judul Artikel
Nama Penulis 1 , Nama Penulis 2
menurut Muhyidin (2015) untuk mengajar membaca permulaan pada anak anak usia kelas
awal yang masih berada dalam usia bermain perlu menyesuaikan dengan karakteristiknya.

Hal tersebut didasarkan pada karakteristik siswa sekolah dasar yang menurut Piaget
sedang berada dalam tingkat perkembangan operasional konkret. Pada tingkatan ini, siswa
akan lebih cepat memahami segala sesuatu yang konkret, yang dapat mereka lihat, mereka
raba, dan mereka rasakan. Dalam pembelajaran di kelas awal, siswa akan mudah menangkap
materi yang diberikan oleh guru apabila hal tersebut disampaikan secara konkret melalui
media pembelajaran. Namun dalam praktiknya, media yang digunakan pun harus sesuai
dengan kebutuhan agar tepat guna sesuai karakteristik siswa maupun materi yang akan
disampaikan. Penyampaian tersebut dapat dilakukan, salah satunya dengan menggunakan
media permainan scrabble. Permainan ini dapat menjadi suatu media dalam pembelajaran
membaca permulaan untuk siswa kelas awal. Karena karakteristik dan aturan permainan
scrabble ini memang menggunakan huruf-huruf atau kosa kata sebagai bagian dari
permainannya yang dapat dimanfaatkan untuk membelajarkan siswa dalam membaca.

Dalam jurnal Encyclopedia of play in today's society, Pratt (2009) menjelaskan bahwa
Scrabble adalah permainan yang dapat dimainkan oleh dua, tiga atau empat orang peserta
dalam waktu tertentu. Permainan ini merupakan permainan menyusun kata di atas papan
berkotak-kotak sejumlah 15 kolom dan 15 baris dengan menggunakan kepingan huruf
sejumlah 100 tiles. Pemain menggunakan kepingan huruf untuk membentuk kata, baik secara
mendatar maupun menurun, layaknya bermain teka-teki silang. Berdasarkan uraian
sebelumnya permain scrabble dapat digolongkan sebagai alat permainan edukatif karena
bersifat konstruktif dengan cara permainannya yang sederhana. Selain itu, permainan
scrabble yang terdiri dari huruf-huruf akan dapat membantu siswa dalam mengenal huruf
ataupun menyusun kata-kata. Permainan scrabble dalam hal ini dipakai untuk berbagai tujuan
pendidikan dengan mengubah sedikit aturan ataupun persoalannya, misalnya dalam
mempraktikkan keterampilan membaca. Selain itu, scrabble dapat mempermudah siswa
dalam mempelajari huruf-huruf maupun kosa kata. karena siswa akan diajak untuk mengenal
dan membuat atau menyusun sebuah kata dari huruf-huruf yang ada.

Pada saat ini, banyak penelitian tentang penggunaan media scrabble dalam
pembelajaran. Diantaranya adalah Varia & Nurul (2013) yang meneliti tentang Pengaruh
Permainan Scrabble Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Disleksia.
Berdasarkan hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa permainan scrabble secara efektif
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca anak disleksia. Tetapi, ada
beberapa permasalahan yang peneiti temukan yakni, metode dari permainan Scrabble yang
digunakan oleh Varia & Nurul masih terkesan sulit untuk diberikan kepada siswa kelas awal
karena susunan huruf atau kosa kata yang di munculkan belum sesuai dengan karakteristik
perkembangan siswa yang masih berada di kelas awal Sekolah Dasar. Kemudian permainan
Scrabble hanya dapat mengakomodir 2-4 orang siswa saja berdasarkan aturan dasar dari
permainannya. Kemudian, Kusni (2014) dalam penelitiannya yang memanfaatkan media
Scrabble untuk meningkatkan penguasaan kosa kata Bahasa Inggris. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Kusni, media Scrabble terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan
penguasaan kosa kata Bahasa Inggris. Hal itu membuktikan, scrabble dapat digunakan dalam
penambahan kosa kata yang berasal dari susunan huruf yang terbentuk, sehingga dapat
membantu siswa dalam belajar membaca.

Penelitian yang dilakukan Varia, Nurul dan Kusni, telah terbukti bahwa permainan
scrabble dapat dijadikan media pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kosa kata.

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrnspirasi 3
Jurnal Inspirasi Pendidikan, VOL.X, NO.X, Edisi Januari 2018
Judul Artikel
Nama Penulis 1 , Nama Penulis 2
Hal: xx-xx

Namun dalam penelitian-penelitian terdahulu belum ada yang berfokus pada peningkatan
keterampilan membaca permulaan. Oleh karena itu, penulis merumuskan penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan permainan Scrabble yang dapat digunakan sebagai media
untuk membantu pembelajaran membaca permulaan untuk siswa kelas awal. Kemudian,
penulis akan mengembangkan media scrabble dengan menyesuaikan karakteristik siswa
sekolah dasar dan dibuat berdasarkan metode suku kata agar mudah di gunakan oleh guru
maupun siswa dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas awal.

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrnspirasi 4
Jurnal Inspirasi Pendidikan, VOL.X, NO.X, Edisi Januari 2018
Judul Artikel
Nama Penulis 1 , Nama Penulis 2
Referensi

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Asep Muhyidin. (2015). Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan Bahasa Indonesia di
Kelas Awal.

Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Pers.

Fahrurrozi. (2016). Pembelajaran Membaca Permulaan di Sekolah Dasar. Vol 10 No 2


(2016): Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar (JIPGSD)

Farida, A., Rois, S., & Ahmad, E.S. (2019). Sekolah yang Menyenangkan. Yogyakarta:
Nuansa Cendekia

Hinebaugh, J. P. (2009). A Board Game Education. United States America: Rowman &
Littlefield Education.

Jazuli, et al. (2008). Abacaga Cara Praktis Belajar Membaca untuk Anak, Jakarta: Kawan
Pustaka.

Kemdikbud, P. (2017). Hasil Indonesian National Assesment Programme (INAP).


https://puspendik.kemdikbud.go.id/inap-sd/

Lilik Tahmidaten & Wawan Krismanto. (2020). Permasalahan Budaya Membaca di


Indonesia (Studi Pustaka Tentang Problematika & Solusinya). Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 10 No. 1, Januari 2020: 22-33

Pratt, A. (2009). Scrabble. In R. P. Carlisle (Ed.), Encyclopedia of play in today's society (pp.
626-628). SAGE Publications, Inc., https://www.doi.org/10.4135/9781412971935.n355

Rafifah et. al. (2020). Analisis Kemampuan Memebaca Siswa Kelas II Sekolah Dasar.
Prosiding Konferensi Ilmiah Dasar. Volume 2

Tim MKDK UNJ. (2016). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:UNJ Press


Van Hees et al. (2016). Testing the limits of skill transfer for scrabble experts in behavior
and brain. Frontiers in Human Neuroscience, 10(NOV2016), 1–19.
https://doi.org/10.3389/fnhum.2016.00564
Varia Nihayatus Saadah., & Nurul Hidayah. (2013). Pengaruh Permainan Scabble Terhadap
Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Disleksia. EMPATHY, Jurnal Fakultas
Psikologi Vol. 1, No 1
Woro Kusni. (2014). Pemanfaatan Media Permainan Scrabble untuk Meningkatkan
Penguasaan Kosa Kata pada Pembelajaran Bahasa Inggris Materi Descriptive Text di
Kelas VIII-A SMP Negeri 5 Ngawi Tahun Pelajaran 2013-2014.

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrnspirasi 5
Jurnal Inspirasi Pendidikan, VOL.X, NO.X, Edisi Januari 2018
Judul Artikel
Nama Penulis 1 , Nama Penulis 2
Hal: xx-xx

Yeti Mulyati. 2014. Modul Hakikat Keterampilan Berbahasa. PDGK4101/Modul 1.


Keterampilan Berbahasa SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Yudhi Munadi. (2008). Media Pembelajaran, sebuah pendekatan baru. Jakarta. Gaung
Persada Press

Zubaidah, E. 2013. Kesulitan Membaca Permulaan pada Anak Diagnosa dan Cara
Mengatasinya.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrnspirasi 6

Anda mungkin juga menyukai