Anda di halaman 1dari 109

PANDUAN KESELAMATAN PERALATAN

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN PANDUAN KESELAMATAN PERALATAN........................................................3


PANDUAN DAN STANDAR FORKLIFT............................................................................................3
PANDUAN DAN STANDAR HOIST CRANE..................................................................................14
PANDUAN DAN STANDAR BEJANA TEKAN DAN TANKI TIMBUN.......................................30
PANDUAN DAN STANDAR TANGGA KESELAMATAN.............................................................33
PANDUAN BEKERJA DI KETINGGIAN................................................................................................38
PANDUAN BEKERJA DI RUANG TERBATAS................................................................................46
PANDUAN PEKERJAAN PENGGALIAN MEKANIS....................................................................49
PANDUAN PEKERJAAN LISTRIK (ELEKTRIKAL)..........................................................................50
PANDUAN PEKERJAAN PANAS...................................................................................................58
PANDUAN PENANGANAN TUMPAHAN DAN CECERAN........................................................61
PANDUAN STANDAR KERJA AREA WAREHOUSE....................................................................65
PANDUAN STANDAR KERJA AREA LABORATORIUM..............................................................69
PANDUAN STANDAR KERJA AREA PRODUKSI.........................................................................80
PANDUAN STANDAR KERJA AREA OFFICE................................................................................81
PANDUAN STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI...........................................................................87
PENUTUP........................................................................................................................................100

2
PENDAHULUAN PANDUAN KESELAMATAN PERALATAN

Panduan Keselamatan Peralatan ini menguraikan tentang bagaimana bekerja dengan cara
yang aman dan tidak menimbulkan kecelakaan atau zero accident bagi karyawan dan masyarakat.
Banyak teknik serta metode yang digunakan untuk melindungi pegawai, lingkungan dan masyarakat
sekitar dari berbagai potensi bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja yang dipelajari pada mata kuliah ini adalah hakikat keselamatan dan kesehatan kerja
dan K3 secara umum.
Ada beberapa manfaat yang akan Anda peroleh setelah mempelajari materi dalam mata kuliah
ini, diantaranya adalah: mengetahui berbagai potensi bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja
dengan identifikasi bahaya dan penilaian risiko; memilih tindakan pencegahan yang tepat dalam
menanggulangi potensi bahaya; dan menambah wawasan dan pengetahuan K3 di berbagai bidang.
Dalam mempelajari modul ini didapat beberapa materi, sebagai berikut :
 Panduan dan Standar Forklift , Hoist Crane, Bejana tekan dan Tanki timbun, Tangga
Keselamatan
 Panduan Bekerja di Ketinggian, Bekerja di ruang terbatas, Pekerjaan Penggalian, Pekerjan
Panas, Pekerjaan Listrik, Pekerjaan Panas
 Panduan Standar Kerja Di Area Warehouse, Area Laboratorium, Area Produksi, Area Office
 Panduan Standar Alat Pelindung Diri (APD)

Jumlah kecelakaan paling tinggi berada di lingkungnan industri sehingga pembahasan K3 di


industri sangat penting. Materi yang dibahas seperti bahan kimia dan material industri, identifikasi
bahan kimia dan penanganan bahan kimia, ketentuan alat pelindung diri, jenisjenis alat pelindung diri,
penggunaan dan perawatan alat pelindung diri.

PANDUAN DAN STANDAR FORKLIFT

3
Forklift merupakan sebuah alat yang dapat secara presisi mengangkat dan mengangkut beban
angkut berat dengan sedikit upaya. Mempergunakan forklift dapat mengurangi beban kerja
yang dapat menimbulkan penyakit tulang belakang jika tidak dilakukan secara ergonomi.
Dalam pemakaian forklift resiko besar dan kematian dapat terjadi ketika operator forklift
tidak dilakukan pelatihan , tidak mengerti bagaimana pengoperasian forklift, ceroboh, dan
menggunakan forklift dalam keadaan rusak

 Jenis-jenis forklift dapat diklasifikasikan menjadi 7 tipe diantaranya :

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

Setiap tahun setidaknya terdapat 100 orang meninggal dan 20.000 orang mengalami
cedera serius akibat kecelakaan forklift, berdasarkan sistem survey yang dilakukan oleh
National Traffic Occupational Fatality (NTOF).

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

4
 Buku ini memuat informasi umum seputar :

 Jenis-jenis forklift yang umum digunakan


 Prinsip dalam pengangkutan yang dapat dilakukan secara aman
 Persyaratan training operator forklift
 Beberapa aturan dasar keselamatan operator forklift
 Lokasi berbahaya apabila terdapat masalah karbon monoksida sebagai bahan bakar
dan pengendaliannya

Tipe-tipe Forklift :

Class 1 : Forklift Counterbalanced Elektrik


counterbalanced truck
Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

Sumber:h ttps://depts.washington.edu/wineryhs/Co
Class 2 : Forklift Narrow Isle Elektrik
ntent/Forkl ift%20Safety%20Guide.pdf
narrow isle

5
Class 1 : jika menggunakan daya listrik

Class 4 : jika menggunakan bahan bakar (gas,diesel,LPG)


ban solid

Class 5 : jika menggunakan internal combustion ban


pneumatic

Sumber:
https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

Class 7 : Rough Terrain Forklift Truck

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

 Pelaksanaan training operator forklift :


6
 Instruksi formal berupa diskusi, belajar mengemudi intensif, pembelajaran melalui
interaktif computer, rekaman video, maupun material tertulis (bisa dilaksanakan
dimanapun)
 Praktik nyata melalui demo alat oleh trainer dan di lakukan bimbingan terhadap
trainee (menggunakan model forklift yang akan digunakan oleh operator tersebut)
 Dilakukan evaluasi efektifitas pelaksanaan training berdasarkan performa operator.
Proses evaluasi ini wajib dilakukan ulang setidaknya sekali dalam 3 tahun (wajib
dilakukan dilokasi pekerjaan operator tersebut)
Note : Training refreshment wajib dilakukan apabila terjadi kecelakaan, nearmiss, tindakan
mengemudi forklift tidak aman, ataupun operator menggunakan jenis forklift model baru
yang belum pernah digunakan sebelumnya

Operator forklift wajib mengetahui instruksi operasi, bahaya, dan pencegahan dari
tipe forklift yang akan digunakan

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

 Mengetahui Cara Kerja Forklift

Hal utama dalam mengendarai forklift yang harus diketahui adalah bahwa
mengendarai forklift sama sekali berbeda dengan mengendarai mobil pada umumnya, jika
pada mobil dan truk posisi stir berada di bagian roda depan, forklift memiliki posisi stir
yang menggerakkan roda bagian belakang. Operator perlu memeriksa lokasi jalur tempat
operasional forklift bebas dari hambatan barang yang akan mengganggu kegiatan.
Oleh karena itu perlu di berikan penanda di area lorong produksi untuk mempermuda
visual operator forklift melakukan aktifitasnya.

7
Penanda lorong (marking) diperlukan untuk mempermudah kelancara lalu lintas forklift

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

Pada saat menemukan lintasan dengan posisi kemiringan cukup tinggi maka perlu untuk
memposisikan beban pada posisi menanjak dengan lurus pada permukaan lereng, jika
hal ini tidak dilakukan maka forklift akan kehilangan kontrol dan menimbulkan bahaya

8
Senantiaasa mengenakan sabuk pengaman ketika mengendarai forklift

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

Aspek yang perlu diperhatikan sebelum mengendarai forklift

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

 Aturan Dasar Keselamatan Operator :

9
 Pengemudi forklift yang diijinkan adalah seseorang yang telah mengikuti pelatihan
dan memahami pengoperasian forklift dan perawatan forklift yang benar dan aman
 Periksa kondisi forklift sebelum menghidupkan forklift
 Laporkan kepada atasan apabila ada kelainan sebelum forklift dioperasikan
 Jangan melebihi beban maksimum sesuai dengan grafik beban pada forklift anda
 Palet yang digunakan harus sesuai dengan besar/volume beban yang diangkat
 Atur lebar garpu fork pada forklift sesuai dengan beban yang sedang diangkat
 Ingat ! Jangan sekali-kali menahan beban dengan tangan atau melalui tiang garpu
yang sedang dioperasikan , hal ini dapat mengakibatkan tangan anda terjepit dan
cedera
 Gunakan/pasunglah penumpu beban pada garpu (load back rest) dan atap pelindung
forklift agar anda terlindung dari jatuhnya beban yang diangkat tinggi
 Jangan mengangkat beban dengan kondisi tiang garpu condong ke depan. Beban yang
anda bawa akan mudah meluncur jatuh ke depan.
 Pada saat berjalan dengan muatan , usahakan beban yang dibawa serendah mungkin
dengan jalan/lantai (kurang lebih 15 centimeter)
 Posisikan tiang garpu condong ke belakang , sehingga beban tersandar pada penumpu
beban
 Sebelum forklift mulai bergerak , lihat dan awasi lokasi / arah tujuan anda. Pastikan
aman kemudian bergerak
 Jalankan dan hentikan forklift anda secara perlahan, Jangan gunakan rem secara
mendadak terutama pada saat membawa beban
 Jalankan forklift anda sedemikian rupa sehingga terkendali dengan aman ,
Mengoperasikan dengan cepat dan ugal-ugalan membuat forklift sulit dikendalikan
 Jaga jarak forklift dengan kendaraan lain saat beroperasi, jangan terlalu dekat
 Jangan saling mendahului, terutama di tikungan , dan lokasi kerja dengan pandangan
terhalang
 Jangan mengendarai forklift dengan cara yang mengundang bahaya
 Pada saat mengendarai forklift wajib berkonsentrasi penuh dan jangan melamun
 Kurangi kecepatan dan bunyikan klakson pada tikungan tertutup
 Pada saat melintasi rel / gundukan usahakan sepelan mungkin dan lintasi secara
diagonal / melintang untuk menghindari guncangan

10
 Waspada terhadap lubang dan benda di jalan
 Hati-hati pada saat berbelok perhatikan belakang forklift (counterweight)
 Perhatikan ketinggian operasi dengan asset perusahaan, jangan sampai tertabrak.
 Perhatikan pula lebar daerah operasi pada saat melaluinya, Beban yang besar dapat
jatuh dan rusak apabila membentur pintu atau benda di area yang sempit
 Dilarang mengeluarkan kepala dan anggota badan
 Jangan mengangkat garpu terlalu tinggi saat berjalan
 Jika beban yang anda angkat menghalangi pandangan maka opsi paling tepat adalah
berjalan mundur untuk menghindari beban meluncur jatuh
 Pada medan operasi yang sulit gunakan pemandu untuk membantu anda mengarahkan
jalan
 Jangan menggunakan forklift untuk menaikkan penumpang atau orang bekerja di
ketinggian
 Matikan mesin pada saat anda mengisi bahan bakar
 Periksa kondisi forklift anda setelah operasi selesai. Catat dan laporkan hal yang
berkaitan dengan pengoperasian dan kondisi forklift

Pada tanki LPG yang digunakan untuk forklift berbahan bakar gas, diberikan
perlindungan agar aman dari benturan/kendaraan yang melintas

11
Aliran ventilasi perlu diperhatikan untuk area yang sering dilalui
forklift berbahan bakar gas dengan buangan karbon monoksida

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

12
 Motor bakar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus:
 dilakukan pengendalian pada gas buang
 diberikan isolasi pada knalpot
 dilengkapi dudukan mesin (engine mounting) yang dapat meredam getaran
 dilengkapi dengan alat penunjuk atau indicator sesuai dengan jenis, tipe dan
model yang mudah dilihat, dibaca, dan memenuhi syarat
(Sumber: PERMENAKER 8 Tahun 2020)

 Motor listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus:


 Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan standar di bidang
kelistrikan
 Dilengkapi dengan penghenti otomatis jika muatan melebihi beban aman
 Dilarang dioperasikan jika dalam proses pengisian daya
 Memiliki tanda peringatan jika pasokan daya dalam keadaan kritis
(Sumber: PERMENAKER 8 Tahun 2020)

Periksa jalur ketinggian elevasi pada forklift agar tidak


menimbulkan gangguan dan kerusakan asset perusahaan

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

Periksa pengecekan rak yang digunakan untuk tempat


penyimpanan yang akan diangkut oleh forklift

Sumber: https://depts.washington.edu/wineryhs/Content/Forklift%20Safety%20Guide.pdf

13
14
PANDUAN DAN STANDAR HOIST CRANE

Hoist Crane merupakan salah satu dari jenis pesawat angkat yang banyak dipakai sebagai
alat pengangkat dan pengangkut pada daerah daerah industri , pabrik , maupun bengkel.
Tujian dibuatnya panduan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran terhadap bahaya yang
ditimbulkan dari pekerjaan mengangkat material ini dan sebagai pengetahuan dasar di dalam
mengoperasikan hoist cranes secara aman.

Panduan ini diperuntukkan untuk digunakan oleh operator dan supervisor untuk sebagai
bahan pelatihan untuk mempromosikan teknis angkat dan angkut yang aman dalam proses
pemindahan material hoist crane.

Sumber:
https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

15
 Buku ini memuat informasi umum seputar :

 Jenis-jenis crane sebagai pesawat angkat


 Jenis bahaya yang perlu di antisipasi pada saat pengoperasian crane
 Personil kunci yang terlibat dalam proses aktifitas kerja
 Pengecekan visual kondisi crane
 Rigging Methods
 Keselamatan Operasional di area kerja
 Penggunaan alat angkat tambahan

 Jenis-jenis bahaya yang perlu diantisipasi

Kelebihan beban muatan (Overloading)

Terbentur material yang sedang berayun

16
Sumber:
https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

Terjepit diantara gantry crane dan bangunan objek

Terjepit diantara muatan dan lifting gear

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian forklift

Cek kondisi crane dari kebocoran oli dan


getaran tidak wajar, pastikan terkendali

17
Sumber:
https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

Tidak membuat asumsi/ragu ketika mengoperasikan crane

Tidak berdiri di atas muatan

Pastikan muatan sudah terikat dengan aman

Sumber:
https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

18
Pastikan jarak memadai antara cranes dan objek tetap

A > 750 mm B > 600 mm

Pastikan hoist limit, travel limit switches ,


dan alat indikasi crane berfungsi baik

Pastikan lingkungan disekitar operasional


crane tidak terdapat bahaya

Sumber:
https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

19
Gunakan Tag Lines atau tongkat pemaju
mundur untuk mengontrol muatan

Pastikan hook block dalam kondisi baik


dan tidak dimodifikasi

Pastikan tali pengangkut tidak rusak

Sumber:
https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

20
Pastikan tidak mengendarai muatan atau
memperbolehkan orang lain untuk diatasnya

Jangan gunakan crane untuk menarik


benda yang tertanam/objek tersangkut

21
Jangan gunakan crane jika ditempel LOTO

Sumber:

https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

Jangan mengoperasikan dalam keadaan sakit

Tidak meninggalkan crane dalam posisi tergantung ,


terutama malam hari

22
Jangan mengooperasikan crane dalam
posisi terburu-buru

Sumber:
https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

Crane / hoist tidak kelebihan muatan

23
Dilarang mengangkat beban dari arah samping

Dilarang melakukan aktifitas lain ketika


mengoperasikan crane

Sumber:
https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

 Memastikan aspek legalitas crane :

24
Memastikan aspek legalitas sebelum mengoperasikan crane

Sumber:
https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/infostop/attachments/2016/IS201610260000000410/WSH_Guide_on_Safe_Use_of_Overhead_T
ravelling_Cranes_Gantry_Cranes_Jib_Cranes_and_Hoist.pdf

 Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktifitas crane diluar ruangan :


 Hujan
 Petir
 Angin kencang

25
 Dokumen yang wajib disiapkan dan disetujui sebelum proses pemulaan
pengangkutan muatan :
 Risk Assesment
 Prosedur Kerja Aman
 Perencanaan Angkut (Lifting Plan)

26
27
 Pemeriksaan Visual Hoist Crane (Permenaker 8 Tahun 2020)

28
29
30
31
PANDUAN DAN STANDAR BEJANA TEKAN DAN TANKI
TIMBUN

Istilah-istilah Bejana Tekan dan Tanki Timbun :


 Bejana Tekanan adalah bejana selain Pesawat Uap yang di dalamnya terdapat tekanan dan
dipakai untuk menampung gas, udara, campuran gas, atau campuran udara baik dikempa
menjadi cair dalam keadaan larut maupun beku,
 Bejana Tekanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tekanan lebih dari 1
kg/cm2 (satu kilogram per sentimeter persegi) dan volume lebih dari 2,25 (dua koma dua
puluh lima) liter.
 Tangki Timbun adalah bejana selain bejana tekanan yang menyimpan atau menimbun cairan
bahan berbahaya atau cairan lainnya, di dalamnya terdapat gaya tekan yang ditimbulkan
oleh berat cairan yang disimpan atau ditimbun dengan volume tertentu.
 Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi: a. tangki penimbun cairan
bahan mudah terbakar; b. tangki penimbun cairan bahan berbahaya; dan c. tangki penimbun
cairan selain huruf a dan huruf b.
 Tangki Timbun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memiliki volume paling sedikit
200 (dua ratus) liter.
 Tangki Timbun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c memiliki volume paling sedikit
450 (empat ratus lima puluh) liter dan/atau temperatur lebih dari 99 0C (sembilan puluh
sembilan derajat celcius).

Poin-poin penting pada Bejana Tekan :


 Setiap Bejana Tekanan diberikan tanda pengenal meliputi:

 Nama pemilik;
 Nama dan nomor urut pabrik pembuat;
 Nama gas atau bahan yang diisikan beserta simbol kimia;
 Berat kosong tanpa keran dan tutup;
 Tekanan pengisian (Po) yang diijinkan kg/cm2;
 Berat maksimum dari isinya untuk bejana berisi gas yang dikempa menjadi cair;
 Volume air untuk bejana berisi gas yang dikempa;
 Nama bahan pengisi porous mass khusus untuk bejana penyimpanan gas yang berisi
larutan asetilen; dan i. bulan dan tahun pengujian hidrostatik pertama dan berikutnya

 Tangki Timbun yang berisi cairan yang mudah terbakar harus dilengkapi:

 Plat nama;
 Pipa pengaman;
 Indikator volume atau berat;
 Pengukur temperatur;
 Katup pengisian dan pengeluaran;

32
 Lubang lalu orang/lubang pemeriksaan;
 Alat penyalur petir dan pembumian;
 Sarana pemadam kebakaran yang sesuai; dan
 Perlengkapan lainnya untuk pemeriksaan dan pemeliharaan.:

Sumber : See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/292675771

Pembersihan dan pengecekan sebagaimana dimaksud dilakukan untuk memastikan tidak


boleh ada:

a. Karatan atau retak-retak;


b. Sisa gas;
c. Sisa tekanan;
d. Kotoran bahan yang mudah terbakar; dan
e. Aseton yang diisikan kedalam bejana penyimpanan gas yang melebihi 42 % (empat puluh
dua persen) dari porous mass.
Pembersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 untuk bejana penyimpan gas zat asam
atau oksigen, nitrogen, zat air dapat dilakukan dengan cara:

a. tingkap dilepas, bejana penyimpanan gas dibalik dan dipukuli dengan palu kayu agar karat
dan kotoran lainnya jatuh keluar;
b. bejana penyimpanan gas disandarkan dengan posisi kepala di bawah dengan sudut 20 (dua
puluh) derajat, dimasukan pipa uap yang hampir sampai dasar bejana penyimpanan gas,
disemprot dengan uap selama 2 (dua) jam, setiap setengah jam diputar 90 (sembilan puluh)
derajat;
c. bejana penyimpanan gas didirikan dengan posisi kepala di bawah selama 2 (dua) jam
sehingga air dapat mengalir keluar; dan
d. bejana penyimpanan gas didirikan kembali dengan posisi kepala di atas dan melalui pipa
yang hampir sampai dasar disemprot dengan angin kering selama 20 (dua puluh) menit.

33
Pembersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 untuk bejana penyimpanan gas yang
beroksidasi dilakukan dengan cara:
a. bejana penyimpanan gas yang sudah dikeringkan diisi dengan bahan cair berupa totual,
benzol, atau bensin paling sedikit 1 liter dan ditutup rapat kemudian diputarbalikan selama 15
menit dengan penempatan tengah-tengah bejana penyimpanan gas di atas balok;
b. bahan cair sebagaimana dimaksud pada huruf a dituangkan dalam bejana penyimpanan gas
gelas yang jernih, didiamkan sampai semua kotoran turun, kemudian bahan cair diuji dan
apabila ternyata masih kotor maka harus diulangi dengan memasukan bahan cair lagi sampai
bahan cair pembilas bersih dan tidak berwarna; dan
c. bejana penyimpanan gas disemprot dengan uap kering selama 1 (satu) jam kemudian
dikeringkan dengan angin.
Selain cara pembersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan
dengan cara lain sesuai buku petunjuk dari pabrik pembuat atau standar.

Sumber : https://riskmanagement.nd.edu/assets/280440/pressure_vessels_new3.5.18.pdf

34
PANDUAN DAN STANDAR TANGGA KESELAMATAN

Tangga merupakan pesawat sederhana yang memanfaatkan prinsip bidang miring,


sebagian besar cidera disebabkan karena jatuh dari ketinggian. Mengetahui cara
menggunakan tangga keselamatan dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang diakibatkan
penggunaan tangga keselamatan yang keliru.
Tangga dibuat dari berbagai macam material yang berbeda, setiap material memiliki
keterbatasan beban dan penggunaan tersendiri. Tipe material itu, diantaranya :
 Alumunium
 Fiberglass
 Kayu
 Baja
Dibutuhkan pemahaman yang baik dalam menggunakan aplikasi tangga keselamatan, mulai
dari identifikasi bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan dalam menggunakan tangga dan
tips pengendalian penggunaan tangga keselamatan ini agar terhindar dari cedera yang tidak
diinginkan.

35
Tangga yang kita gunakan sehari-hari dibuat dengan jenis-jenis material beserta
kegunaannya, diantaranya :
 Alumunium
Merupakan jenis material yang paling umum untuk pembuatan tangga, lebih ringan
dan terlindungi dari karat. Alumunium menyerap panas dan listrik dengan baik,
sebaiknya tidak digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kelistrikan.

 Fiberglass
Merupakan material yang lebih berat dibandingkan dengan alumunium, bukan
penghantar panas ataupun listrik yang baik, cocok untuk digunakan pada pekerjaan
yang berhubungan dengan kelistrikan.

 Kayu
Merupakan material alam yang sebelumnya umum digunakan sebelum ditemukannya
tangga alumunium maupun fiberglass, karakteristik tangga kayu adalah mempunyai
berat lebih dibandingkan dengan tangga lainnya. Namun memiliki sifat menyerap
kadar air, tangga kayu bersifat bukan penghantar listrik jika ditempatkan di
lingkungan yang kering dan bersih.Tangga kayu sebaiknya tidak di lakukan
pengecetan hal ini dapat menyembunyikan retakan pada kayu.

 Baja
Tangga baja bisa dapat sangat berat, hal ini untuk memenuhi spesifikasi kebutuhan
berat yang dipersyaratkan , tangga baja merupakan penghantar panas dan listrik yang
baik, dan juga cepat terkena korosi pada aplikasi pemakaiannya.

 Keselamatan Penggunaan Tangga

 Identifikasi bahaya pada penggunaan tangga :


 Terjatuh dari tangga
 Tertimpa tangga yang akan jatuh
 Tertimpa barang yang jatuh dari tangga
 Kontak dengan peralatan listrik

 Tips Umum Keselamatan :


 Gunakan jenis tangga yang sesuai dengan pekerjaan
 Inspeksi tangga sebelum dan sesudah digunakan
 Minta bantuan ketika memindahkan tangga yang panjang dan berat
 Pastikan tangga berdiri di atas permukaan yang stabil
 Ketika menaiki tangga pastikan alas kaki bebas dari kotoran ataupun oli

36
 Lindungi area sekitar tangga yang sedang dinaiki dengan tanda bahaya atau
informasi lain untuk mengisyaratkan berhati-hati di sekitar lokasi kerja
 Pastikan hanya 1 orang yang menaiki tangga
 Kaitkan hoist pada benda berat yang akan di angkat ketika menaiki tangga,
jangan menggunakan tangan.
 Identifikasi bahaya sebelum menaiki tangga
 Jika pekerjaan berhubungan dengan konstruksi , pekerja wajib dilakukan
training ketinggian oleh penyelenggara yang kompeten
 Setiap pekerja yang menggunakan fall arrest wajib melakukan training
terlebih dahulu sebelum dapat menggunakan

Sumber : file:///D:/Panduan%20Keselamatan%20Peralatan/Ladder_Safety_Final.pdf

37
Senantiasa menggunakan 3 poin pengontrolan pada saat menaiki tangga

 Klasifikasi Tangga

38
STANDAR BEKERJA DI PERUSAHAAN

39
PANDUAN BEKERJA DI KETINGGIAN

Jatuh saat bekerja di ketinggian atau jatuh dari ketinggian adalah penyumbang terbesar kasus
kematian di dunia konstruksi (59%). Pencegahan terhadap jatuh dari ketinggian dan standar aman
bekerja di ketinggian harus benar-benar diterapkan. Prinsip aman bekerja di ketinggian adalah
perencanaan yang baik, komunikasi, dan koordinasi yang baik.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

Training bekerja di ketinggian, meliputi :

 Pengetahuan situasi dalam bekerja di ketinggian, di dalamnya termasuk akses menuju dan
jalur keluar dari lokasi tersebut.
 Kesadaran, evaluasi, dan pengaturan bahaya resiko yang berkaitan dengan bekerja di
ketinggian
 Peran kompetensi dan tanggung jawab personel
 Penggunaan APD dari perlindungan terhadap bahaya terjatuh
 Pengetahuan mengenai sistem kedaruratan pada saat bekerja di ketinggian

40
Panduan ketika menetapkan peralatan yang sesuai untuk pelaksanaan bekerja di ketinggian, beberapa
hal yang perlu diperhatikan diantaranya :

 Kondisi tanah yang tidak baik atau licin


 Halangan, contohnya : pekerjaan baja dan tanaman menjalar
 Permukaan yang labil
 Pemuatan lantai
 Durasi kerja
 Kondisi cuaca

 Sistem Penahan Jatuh

 Sistem penahan jatuh harus dipasang dengan izin pada saat penempatannya, untuk
melindungi personil dari menabrak penghalang ataupun tanah sebelum sistem
penahan berhenti
 Banyan praktik spesifik sistem tertentu dalam penerapannya, diantaranya guardrail
system atau safety net system, atau sistem penahan jatuh ketika berada pada ketinggian
1,8 meter atau lebih dari sisi yang tidak terlindungi .
 Prosedur penahan jatuh seharusnya dilengkapi dengan penyelamatan untuk membawa
personil ketika mengalami kendala pada saat di area kerja
 Jaring keselamatan dan bantal udara seharusnya dapat diletakkan sedekat mungkin
dengan level ketinggian untuk meningkatkan keefektifannya.
 Jaring keselamatan perlu diletakkan sedekat mungkin dibawah permukaan berjalan /
bekerja dimana personil bekerja ketinggian bekerja, seperti praktik umum yang
digunakan antara lain :
 Jaring keselamatan tidak berada 9,1 m lebih rendah daripada level ketinggian bekerja
 Ukuran maksimum dari masing-masing rongga keselamatan terbuka tidak lebih dari
230 cm persegi dan tidak terlalu panjang 0,15 m diantara sisinya.
 Semua silang rongga pada jaring keselamatan harus aman untuk mencegah bagian
rongga terbuka
 Masing-masing jaring keselamatan memiliki tali simpul tebal berupa anyaman
disetiap sisinya. Jaring keselamatan dipasang aman dengan memperhatikan
perlindungan untuk mengantisipasi kontak dengan permukaan atau struktur
dibawahnya.

41
 Ketentuan jaring keselamatan , sebagai berikut :

 Sistem Penahan Jatuh

Sistem Penahan Jatuh digunakan ketika potensial terjatuh tidak terhindarkan. Peralatan yang
digunakan meliputi penahan ketika terjatuh dan menyerap sebagian energi ketika jatuh.
Sistem posisi bekerja yaitu proteksi terjatuh perseorangan yang memungkinkan pekerja untuk
melaksanakan pekerjaannya yang memungkinkan pekerja aman ketika bekerja di ketinggian .
Contoh dari beberapa peralatan yang umumnya digunakan untuk penahan jatuh, berupa
harness plus lanyard yang berfungsi menyerap energy ketika terjatuh safety nets, dan air
bags.

 Sistem Penahan Jatuh, tidak boleh digunakan apabila:


 Ketika berhubungan dengan tali yang akan putus
 Ketika bisa digunakan berbarengan dengan area terbatas
 Performa dari peralatan tidak aman digunakan
 Lifeline dan jangkar sebaiknya tidak digunakan bersama, penggunaan double lanyards
wajib digunakan.
 Pengaman mandiri harus digunakan untuk memperbaiki, bisa juga digunakan sabuk
keselamatan ataupun jaring.
 Ketika menggunakan sistem penahan jatuh, setidaknya satu orang harus siap sedia di
lapangan yang bertugas untuk membunyikan alarm dan melakukan pertolongan dasar
ketika ada pekerja terjatuh

42
 Scaffolding

Scaffolding seharusnya dapat di desain , konstruksi, dan rawat sedemikian rupa oleh pekerja-
pekerja kompeten.

 Dapat di desain untuk tipe pekerjaan dan beban tertentu


 Memiliki tipe tiang scaffold yang terbuat dari metal dan tabung scaffolds yang
tersambut dengan skrup yang baik dan sesuai sudutnya
 Diletakkan pada struktur yang kokoh
 Mempunyai kestabilan yang baik dengan stabilan struktur dan di tanamkan dengan
diagonal
 Memiliki platform yang kokoh keseluruhan dengan terpasang pijakan kaki di
keselruhannya
 Jalur berjalan kuat, berlanjut , bersih, tidak licin di sepanjang papan platform
 Tidak menaruh benda benda yang beresiko jatuh
 Dilengkapi dengan akses jalur aman

 Prinsip aman bekerja di ketinggian adalah perencanaan yang baik, komunikasi, dan
koordinasi yang baik.
 Hubungi petugas K3 untuk meminta form izin kerja 1 hari sebelum pelaksanakan pekerjaan
di ketinggian, surat izin bekerja di ketinggian ini hanya berlaku untuk pekerjaan yang
dilaksanakan di satu lokasi saja dan telah dipenuhi semua ketentuan keselamatan kerja.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-
ilovepdf-compressed.pdf

43
 Pekerja yang akan melakukan pekerjaan di ketinggian harus sudah mendapatkan induksi
khusus, pemeriksaan kesehatan serta wawancara mengenai kondisi mental psikologis
bekerja di ketinggian yang ditandai dengan kompetensi bekerja di ketinggian.
 Memastikan alat kerja, APD dan perlengkapan tambahan untuk menautkan kait (pipa
galvanis) tersedia dan dalam kondisi baik.
 Pastikan sudah dilakukan penilaian risiko dan JSA sudah dibuat serta izin kerja di ketinggian
sudah disetujui sebelum pekerjaan dilaksanakan.
 Memastikan telah dilakukan rapat persiapan (TBM) sebelum pekerjaan dimulai.

 Pastikan pengait sabuk pengaman tubuh selalu terpasang di atas pinggang dan ditautkan
pada bagian yang kuat (dilarang menggunakan tambang sebagai tali keselamatan horizontal
untuk tempat menautkan sabuk pengaman tubuh).
 Bila tidak ada tempat untuk menautkan kait tali, perlu dibuat/dipasang pipa galvanis
horizontal (ketebalan pipa harus 2,3 mm) atau tali baja diameter 6 mm atau tali serat (untuk
tali keselamatan horizontal).
 Pada pekerjaan memanjat atau bergerak (kran menara, gondola, steel structure, dll.) harus
menggunakan tali keselamatan vertikal dengan material karmantel diameter 8 mm.
 Gunakan kotak untuk menyimpan peralatan dan material kecil, material yang diangkut
keatas, baik manual ataupun dengan alat angkat harus terikat kuat dan dipastikan tidak
jatuh saat posisi pengangkatan tidak stabil/miring.

 Selesai bekerja atau saat akan istirahat, pastikan tidak ada material atau peralatan yang bisa
jatuh, baik karena tersenggol atau karena tiupan angin kencang, bila perlu ikat dengan kuat
ke bagian bangunan yang kokoh.
 Lakukan pengecekan sebelum pekerjaan dimulai dan sesudah pekerjaan selesai terhadap
potensi bahaya benda jatuh atau potensi bahaya jatuh dari ketinggian.

44
Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-
ilovepdf-compressed.pdf

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN:

 Bekerja di ketinggian adalah pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih dari 1,8 m dari
lantai kerja atau pada area yang berpotensi jatuh dari ketinggian lebih dari 1,8 m atau
bekerja di ketinggian tertentu yang memiliki resiko bahaya
 Pastikan bahwa kondisi fisik pekerja sehat.
 Area di bawah pekerjaan di ketinggian harus diberi tanda keselamatan/ spanduk “Ada
Pekerjaan di Atas” dan pasang barikade sekitar lokasi.
 Memakai alat pelindung diri yang disyaratkan (helm pelindung, sabuk pengaman tubuh,
sepatu keselamatan/sepatu kerja, dll.).

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 Alat pelindung kerja (karmantel, alat pengait tali, karabiner, jaring pengaman, tali
keselamatan/pipa atau tali baja, dll.) sudah disiapkan dan dipakai.
 Alat pelindung diri yang disyaratkan harus ditautkan atau dipasang pada titik kait yang sudah
disediakan.
 Jika menggunakan tangga, lakukan pemeriksaan sebelumnya dan pakailah tangga yang
memenuhi syarat keselamatan kerja dengan menggunakan label inspeksi tangga.
 Jika menggunakan perancah, lakukan pemeriksaan dan pakailah perancah yang memenuhi
syarat keselamatan kerja dan berlabel hijau.
 Lakukan pemasangan perancah sesuai dengan “Instruksi Kerja Perancah “.
 Peralatan yang akan dibawa harus disimpan/diletakkan pada tempat yang aman dari bahaya
jatuh.

45
 Bila ada pekerjaan panas/api di kerja ketinggian, prosedur izin kerja panas harus dipenuhi
dan sesuai dengan instruksi kerja panas.
 Pastikan agar semua material yang digunakan pada saat pekerjaan di ketinggian aman dan
tidak menyebabkan kemungkinan terjatuh ke permukaan.
 Apabila melihat benda jatuh, atau material yang dikerjakan jatuh, agar segera berteriak
untuk mengingatkan orang yang di bawah untuk menghindar, laporkan kejadian kepada
Departemen K3 atau supervisor.
 Harus tersedia prosedur evakuasi dan sudah dilakukan latihan bagaimana melakukan proses
evakuasi apabila ada pekerja yang jatuh dan tergantung pada sabuk pengaman tubuh atau
pada jaring pengaman.
 Apabila terjadi keadaan darurat seperti terjatuh dari ketinggian atau ada orang tertimpa
benda jatuh jika memungkinkan korban atau saksi yang melihat kejadian harus segera
menghubungi Departemen K3 untuk evakuasi penyelamatan dan pertolongan pertama.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 SISTEM PENAHAN JATUH


Sistem penahan jatuh adalah sebuah sistem dalam menggunakan peralatan pengaman
ketika terjatuh dengan aman. Sistem ini dipakai saat bekerja di ketinggian diatas 1.8 m atau dimana
potensi jatuh berada. Untuk keamanan maksimal penahan jatuh ini harus mampu menahan beban 6
kN (600 kg). Sistem ini menggunakan peralatan pengaman yaitu: sabuk pengaman tubuh, tali koneksi
dengan karabiner, tali keselamatan, dan titik tambat/angkur pada bagian konstruksi yang kokoh.

46
 Sistem Pembatas Gerak: sabuk pengaman dapat digunakan untuk mencegah orang
melangkah lebih jauh dan terjatuh dari tempat dimana terdapat kemungkinan jatuh.
 Sistem Posisi Kerja: sabuk pengaman tubuh dengan pengait ganda dengan fungsi utama
untuk menahan posisi orang untuk bekerja di ketinggian. Tali koneksi harus dapat menahan
beban sampai dengan 6 kN (600 kg) dan harus nyaman dan aman.
 Sistem Penahan Jatuh: sabuk pengaman tubuh dengan pengait ganda dapat digunakan
untuk menahan orang saat jatuh dari ketinggian saat bekerja di ketinggian diatas 1.8 m atau
di ketinggian tertentu yang terdapat resiko bahaya.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

47
PANDUAN BEKERJA DI RUANG TERBATAS

Ruang terbatas hampir selalu ada di setiap lokasi kerja, sangat berbahaya memasuki ruang
terbatas tanpa memiliki prosedur kerja aman. Pastikan persyaratan bekerja di ruang terbatas diikuti
dan semua peralatan tersedia dalam kondisi baik. Paling utama adalah adanya pengawas yang setiap
15 menit menanyakan kondisi pekerja yang masuk ke dalam ruang terbatas dan dilakukan
pemeriksaan multi gas sebelum masuk ruang terbatas dan dibuatnya izin kerja ruang terbatas.

DEFINISI RUANG TERBATAS

 Ruangan terbatas atau dibatasi hanya untuk keluar masuk orang (lorong gedung, lift,
terowongan bawah tanah, dll.)
 Ruangan tertutup yang cukup besar untuk orang masuk dan melakukan pekerjaannya
(basemen bangunan).
 Ruangan yang tidak didesain atau dibentuk untuk berada terus-menerus di dalamnya (tangki
bawah/diatas tanah untuk menyimpan air atau cairan kimia lainnya).
 Ruangan tertutup yang mempunyai kedalaman lebih dari 4 feet (1,3 m) yang berisi udara
yang berbahaya (lekuk dasar dibawah mesin-mesin dan lekuk dasar untuk kabel).
 Terowongan di dalam boiler yang hanya boleh dilalui pada waktu boiler kondisi mati.
 Di dalam ruangan tangki yang berisi cairan kimia atau BBM
 Tangki kakus yang berisi buangan kotoran, lorong bawah jembatan.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

48
 Sebelum memulai pekerjaan di ruang terbatas, supervisor terkait harus meminta izin kerja
ke petugas K3 untuk melakukan inspeksi lokasi, induksi kepada pekerja dan pengukuran gas.
 Supervisor memastikan bahwa persiapan sebelum pekerjaan sudah sesuai dengan aspek K3.
Bila masih ada item/isu yang belum sesuai dengan aspek K3, maka staff terkait melakukan
perbaikan yang diperlukan.
 Setelah persiapan sudah disetujui oleh supervisor, staff memulai pekerjaan.
 Setelah pekerjaan selesai, supervisor harus memastikan bahwa area tempat kerja bersih.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :

 Cek kandungan gas di ruang terbatas dengan menggunakan detektor gas.


 Memastikan telah dilakukan pencegahan terhadap bahaya kekurangan oksigen, keracunan
gas dan kemungkinan terjadi kebakaran/ledakan serta peralatan pengamanan yang
disyaratkan dipenuhi.
 Surat izin kerja di ruang terbatas ini hanya berlaku untuk pekerjaan yang dilakukan dalam
satu lokasi dan telah dilaksanakan semua ketentuanketentuan keselamatan kerja.
 Izin kerja dipasang di lokasi kerja.
 Ada supervisor yang menjaga diluar dan peralatan untuk komunikasi dengan pekerja di
dalam ruang terbatas dan peralatan evakuasi selalu siap untuk digunakan.
 Jika area kerja di ruang terbatas, udaranya beracun/mengandung gas maka pekerja harus
memakai alat bantu pernapasan (SCBA).
 Jika tempat kerjanya sedikit oksigen/sirkulasi udaranya tidak mencukupi maka harus
disediakan fan/alat peniup.
 Apakah diperlukan pengawas?
 Apakah diperlukan sabuk pengaman tubuh/APD?
 Apakah diperlukan radio komunikasi 2 arah?
 Apakah diperlukan isolasi dan rambu-rambu?

49
 Apakah perlu dipasang barikade?
 Apakah diperlukan penerangan?
 Apakah diperlukan APAR?
 Apakah pekerjaan ini bisa menimbulkan kecelakaan di lain tempat?

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

50
PANDUAN PEKERJAAN PENGGALIAN MEKANIS

Pekerjaan penggalian memiliki bahaya dan dampak resiko antara lain: tertimbun longsor, terpeleset,
terperangkap area galian, menghirup gas beracun, kekurangan oksigen, dan terkena manuver alat
berat.

URUTAN KERJA :

 Ajukan izin pekerjaan yang dilengkapi dengan gambar kerja dan Analisa Keselamatan Kerja.
 Pastikan sudah memeriksa kondisi sudah tidak ada kabel atau pipa bawah tanah.
 Lakukan pemeriksaan alat sebelum beroperasi (daftar periksa awal ekskavator) dan pastikan
sebelum alat masuk proyek sudah dilakukan inspeksi pramobilisasi.
 Pastikan SILO alat dan SIO operator masih berlaku.
 Lakukan rapat persiapan kepada seluruh pekerja terkait pekerjaan galian.
 Buat tanda
 Pembersihan area kerja.
 Tentukan tempat tumpukan/galian tanah.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

51
PANDUAN PEKERJAAN LISTRIK (ELEKTRIKAL)

Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat, bahan, proses,
tempat (lingkungan), dan cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan kerja listrik adalah
untuk melindungi tenaga kerja atau orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya tegangan
listrik di sekitarnya, baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan.

 Pekerjaan kelistrikan memiliki potensi bahaya dan risiko yang cukup serius, pekerja harus
memperhatikan bahaya dan risiko yang ada, yaitu :
 Tersetrum
 Terjadi ledakan akibat hubungan arus pendek
 Kerusakan alat kerja akibat terjadinya kontak arus
 Kebakaran

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 Praktek Kerja Aman

 Pastikan peralatan kerja untuk pekerjaan kelistrikan dalam kondisi aman. Tidak menggunakan
kabel sambungan, steker, dan stop kontak harus sesuai dengan standar regulasi kelistrikan
(SNI).

 Gunakan soket dan steker yang layak dan aman, dan pastikan tidak ada sambungan pada
kabel daya yang digunakan. Untuk penyambungan daya listrik ke alat listrik, harus
menggunakan soket yang khusus dipergunakan untuk konstruksi/luar ruangan dan sesuai
dengan kapasitas daya listrik pada alat yang digunakan.

52
Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 Pekerjaan kelistrikan hanya boleh dilakukan oleh orang yang telah memiliki kompetensi dan
pengalaman dalam bidang kelistrikan, teknisi listrik harus memiliki sertifikat teknisi K3
Listrik atau Ahli K3 Listrik.

 Buatlah izin kerja jika pekerjaan listrik tersebut mengandung risiko atau dampak kecelakaan
yang serius (seperti: kematian atau kerusakan mesin yang parah).

 Agar terhindar dari arus listrik, maka sambungan perlu ditutup dengan lasdop. Dan pastikan
sebelum ditutup lasdop, ujung kabel diisolasi terlebih dahulu dengan pita isolasi vinyl. Secara
berkala mingguan sambungan kabel harus diperiksa untuk mengetahui apakah sambungan
kabel masih aman.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 Gunakan kabel jenis NYM untuk soket-outlet dengan ukuran 3x2,5 mm dengan isolator dari
vinyl (standar SNI No. 04-6629.1-2006).

53
Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 Konektor harus disambungkan ke ELCB, atau memiliki breaker tersendiri jika tidak
dihubungkan dengan pemutus.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 Penggunaan alat listrik > 100 v harus menggunakan ELCB, untuk mencegah risiko tersetrum
karena adanya arus yang bocor.

 Setiap pengambilan daya dari panel, harus dipasang label nama perusahaan,PIC, dan no.
handphone pengguna yang diikatkan pada kabel.

 Lakukan pemeriksaan lokasi kerja, untuk melihat kondisi instalasi listrik yang
sudah ada sebelumnya dan fasilitas listrik sementara yang disediakan.

 Pastikan sumber listrik telah dimatikan dan diisolasi dari penggunaan yang
tidak berwenang selama melakukan pekerjaan.

54
 Lakukan pengetesan pada kabel dengan menggunakan peringatan volt untuk mengetahui
kondisi arus listrik, apakah sudah terputus atau masih
tersambung.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 Matikan sumber listrik, dan harus dikunci agar tidak dapat diakses oleh pihak yang tidak
berkepentingan, kemudian diberi label dan terkunci (LOTO) “Sedang berlangsung pekerjaan
instalasi listrik-Dilarang Menghidupkan Listrik“.

 Peralatan kelistrikan yang telah dikunci harus dilengkapi dengan data personel yang
bertanggung jawab, tanggal pemasangan, dan alasan kenapa alat tersebut di kunci.

 Pastikan untuk semua peralatan listrik yang digunakan terpasang pembumian atau isolasi
ganda.

 Posisikan kabel dalam kondisi tergantung untuk menghindari genangan air


atau terlindas roda kendaraan di lokasi kerja serta terinjak kaki pekerja.

 Jangan menggunakan adaptor beberapa steker, karena bisa terjadi


kelebihan beban.

 Gunakan sarung tangan listrik, sepatu keselamatan listrik dan helm sebagai APD (alat
pelindung diri) untuk menghindari kontak listrik langsung dengan
anggota badan.

 Sediakan APAR untuk antisipasi jika terjadi kebakaran akibat arus pendek.

 Hentikan pekerjaan kelistrikan jika terdapat potensi bahaya paparan air, baik karena hujan
atau genangan air.

 Hentikan semua pekerjaan luar ruangan apabila terjadi hujan lebat yang disertai petir karena
adanya potensi bahaya sambaran petir.

55
Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

PANEL DISTRIBUSI LISTRIK SEMENTARA

Panel listrik adalah sebuah perangkat yang berfungsi membagi, menyalurkan dan
mendistribusikan tenaga listrik dari sumber/pusat listrik ke konsumen/pemakai. Karena listrik sangat
berbahaya, bahkan dapat berujung pada kematian, panel harus memenuhi standar yang diatur di dalam
PUIL 2011 dan memenuhi beberapa peraturan terkait keselamatan listrik, seperti panel harus selalu
terkunci, hasil pengukuran pembumian dibawah 5 Ohm dan terpasang pembumian pintu, dilakukan
inspeksi secara berkala, serta proyek harus memiliki Ahli K3 Listrik atau Teknisi K3 Listrik.

 Kotak panel distribusi sementara harus dipasang dengan perbandingan 1 DB panel per 1000
meter persegi
 Kotak panel distribusi sementara, daya dari panel listrik utama, digunakan untuk pencahayaan
sementara dan alat listrik (harus menggunakan ELCB Portabel)
 Panel harus hanya dalam satu jenis tipe luar ruangan, dengan bentuk yang tahan lembab , dan
ini digunakan pada dua area , , baik di dalam dan diluar ruangan
 Kotak panel dibuat dengan ketebalan plat sesuai dengan standar ukuran panel, dan dapat
tahan pada penggunaan pekerjaan yang berat di lokasi. Kotak panel di desain untuk
penggunaan jangka panjang (inventaris)
 Panel mempunyai penunjang yang tergabung dalam kesatuan di kotak panel, dan kabel
pengumpan serta kabel sekunder sementara harus masuk dan keluar dari bawah panel.
 Semua panel harus dikunci dengan kunci panel normal
 Panel memiliki daya dengan indicator berupa LED, berwarna putih pada penutup panel
karena untuk memberikan daya datang pada panel utama
 Panel di cat dengan warna serbuk pelapis cat , dan ditempel stiker bahaya tegangan tinggi
yang ditempelkan pada penutup panel
 Panel pendukung mempunyai penunjang tambahan untuk memperkuat / mempererat kabel
sekunder sementara dan posisi ketinggian 1,5 m

56
 Panel selalu memiliki gambar diagram tunggal di dalam kotak panel
 Panel tidak memiliki penutup depan komponen, namun rel tertutup oleh kaca akrilik atau
penghalang lainnya
 Panel tidak memiliki stop kontak asli sesuai produk dari pabrik manufaktur, stop kontak akan
dipasang oleh mekanik di proyek sesuai dengan kondisi proyek. Panel tersebut memiliki
ruang untuk pemasangan 4 stop kontak
 Panel memiliki 3 terminal khusus untuk trafo las ,

 Penggunaan Pelabelan LOCK OUT TAG OUT

 Penguncian-Pelabelan berfungsi sebagai panduan dalam melakukan isolasi energi terhadap


sumber sumber energy yang berbahaya dan peralatan atau mesin yang sedang dalam
perbaikan atau sedang tidak aman dipergunakan atau yang sedang dipergunakan untuk
kegiatan yang khusus oleh orang yang berwenang.

 Peralatan Penguncian yang bersifat positif seperti gembok, kunci atau kombinasi keduanya
untuk menjaga alat isolasi energi dalam posisi yang aman dan mencegah pelepasan energi
dari mesin atau peralatan.

 Peralatan Pelabelan adalah alat peringatan yang menonjol, seperti label yang dipasang sebagai
pengaman pada alat isolasi energi untuk menunjukkan bahwa alat telah diisolasi energinya
dan peralatan sedang dalam pengawasan tidak boleh dioperasikan sampai dengan peralatan
pelabelan dilepas.

 Penguncian-Pelabelan LOTO

 Peralatan penguncian/pelabelan dipergunakan pada sumber energy yang berbahaya atau pada
peralatan/mesin yang sedang dalam perbaikan atau perawatan dan ada kemungkinan
peralatan/mesin tersebut dapat diaktifkan atau dioperasikan oleh personel baik secara
langsung ataupun dari tempat lain.

 Kunci, label, rantai, penjepit, atau peralatan lainnya dapat dipergunakan sebagai peralatan
penguncian/pelabelan.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

57
 Peralatan penguncian/pelabelan harus baku paling tidak memenuhisalah satu kriteria berikut,
misalnya mengenai warna, bentuk dan ukurannya, sedangkan untuk label format, cetakannya
harus standar dan tulisan yang dipergunakan harus menggunakan Bahasa Indonesia dan/atau
Bahasa Inggris.

 Peralatan penguncian/pelabelan harus dipergunakan dalam waktu yang maksimal sesuai


dengan yang diharapkan.

 Peralatan penguncian/pelabelan harus dibuat tahan terhadap kondisi cuaca dan bilamana
ditempatkan pada daerah yang basah tidak menyebabkan tulisan pada peralatan pelabelan
tersebut menjadi tidak terbaca.

 Peralatan pelabelan juga harus tahan ditempatkan pada lokasi yang lingkungannya bersifat
korosif, misalnya di lokasi penanganan atau penyimpanan bahan kimia alkali dan asam.

 Pemasangan Penguncian Pelabelan LOTO

 Pemasangan peralatan penguncian/pelabelan hanya boleh dilakukan oleh personel yang telah
mendapatkan pelatihan penguncian/ pelabelan dan prosedur isolasi energi serta personel yang
berwenang melakukan pemasangan dan/atau personel yang sedang melakukan perbaikan atau
perawatan sumber energi, peralatan atau mesin.

 Sebelum personel yang berwenang memasang peralatan penguncian/pelabelan, maka personel


tersebut harus mengetahui jenis dan besarnya energi, bahaya-bahaya dari energi yang akan
dikontrol dan metode atau cara untuk mengontrol energi tersebut.

 Dalam mematikan mesin atau peralatan yang akan dipasang peralatan penguncian/pelabelan
harus sesuai prosedur yang telah ditetapkan pada masing-masing jenis mesin.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 Bilamana label dipasang pada alat isolasi energi yang juga dikunci, maka label harus dipasang
pada bagian yang sama dengan penempatan kunci tersebut.

58
 Jika peralatan pelabelan tidak dapat langsung dipasang pada alat isolasi energi maka peralatan
pelabelan harus dipasang sedekat mungkin dengan alat tersebut dan dalam posisi yang mudah
terlihat bagi personel yang berusaha mengoperasikan peralatan tersebut.

 PELEPASAN PENGUNCIAN PELABELAN (LOTO)

 Pelepasan peralatan penguncian/pelabelan hanya boleh dilakukan oleh personel yang


memasang peralatan tersebut.

 Jika personel tersebut tidak ada maka dapat dilakukan oleh personel yang ditunjuk atau diberi
wewenang oleh urusan peralatan atau pelaksana. Dan hal ini harus diinformasikan kepada
personel yang memasang peralatan penguncian/pelabelan.

 Sebelum melepas peralatan penguncian/pelabelan maka personel yang berwenang harus


memeriksa lokasi kerja untuk memastikan bahwa hal-hal yang tidak perlu telah dipindahkan
dan bagian-bagian mesin atau peralatan telah lengkap untuk dioperasikan serta seluruh
pekerja pada posisi yang aman atau sudah pergi.

 Setelah peralatan penguncian/pelabelan dilepas dan sebelum peralatan atau mesin dihidupkan,
maka personel yang terkait harus diberitahukan bahwa peralatan penguncian/pelabelan
tersebut harus dilepas.

Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

59
PANDUAN PEKERJAAN PANAS

Pekerjaan panas adalah setiap pekerjaan yang menggunakan/ menghasilkan api terbuka seperti
pengelasan, pemotongan, dan pekerjaan lainnya. Pekerjaan panas ini memiliki potensi bahaya ledakan
atau kebakaran, tersengat listrik atau gangguan kesehatan dari gas yang dihasilkan yang akibatnya
bisa fatal.

 Pekerjaan panas (pekerjaan yang menghasilkan api atau bunga api atau berpotensi terjadinya
kebakaran) dengan menggunakan semua peralatan (trafo las, blander las potong, pengelasan,
dan unit generator) harus mengajukan izin kerja panas.

 Sebelum menyetujui izin kerja yang diajukan, harus dilakukan pemeriksaan peralatan,
proteksi bunga api, lokasi kerja, material, perlengkapan pemadam api, APD yang akan
digunakan, dan fasilitas evakuasi bila pengelasan dilakukan di ruang terbatas, serta
pemeriksaan alat bantu kerja (perancah) bila pengelasan dilakukan di ketinggian

 Pekerjaan panas (pekerjaan yang menghasilkan api atau bunga api atau berpotensi terjadinya
kebakaran) dengan menggunakan semua peralatan (trafo las, blander las potong, pengelasan,
dan unit generator) harus mengajukan izin kerja panas.

 Sebelum menyetujui izin kerja yang diajukan, harus dilakukan pemeriksaan peralatan,
proteksi bunga api, lokasi kerja, material, perlengkapan pemadam api, APD yang akan
digunakan, dan fasilitas evakuasi bila pengelasan dilakukan di ruang terbatas, serta
pemeriksaan alat bantu kerja (perancah) bila pengelasan dilakukan di ketinggian.

 Setelah izin kerja disetujui, pasang izin kerja di lokasi dimana pekerjaan akan dilakukan.

 Sediakan alat pemadam kebakaran, APAR minimal 2 tabung, air, dan karung basah.

 Juru las harus menggunakan masker las/kedok las, masker, sarung tangan kulit, sepatu
keselamatan, pelindung lengan dari kulit dan apron/celemek las dari kulit.

60
Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

 Area kerja aman (jauh dari titik api, jauh dari bahan mudah terbakar, dll.)

 Pindahkan semua bahan mudah terbakar/meledak: oli, bensin, tiner,kertas, kain, kayu, dll.
(jarak min. 10 m dari area kerja).

 Jika tidak bisa dipindahkan, maka harus ditutup dengan karung basah atau selimut api.

 Lapisi lantai yang mudah terbakar dengan pasir basah, terpal tahan api, selimut api atau
karung basah.

 Proteksi bunga api harus benar-benar rapat (proteksi bisa menggunakan karung basah atau
selimut api).

 Jika melakukan pengelasan di area ketinggian, pasang proteksi untuk menghalangi bunga api
jatuh ke bawah (baik melalui lubang, perimeter atau area terbuka yang lain) dan tersedia
pengawas di area bawah pengelasan serta area di bawah harus dibarikade dan terpasang
rambu peringatan.

 Lakukan penyiraman setiap 30 menit (jika proteksi menggunakan karung basah).

 METODE KERJA

 Lampirkan rencana kerja, sket, dan JSA pada izin kerja yang dipasang di lokasi kerja.

 Jangan gunakan trafo las pada kondisi hujan dan berlumpur.

 Pada pengelasan di ruang terbatas :


• Lakukan pengukuran kadar gas (uji gas).
• Tunjuk minimal 1 orang sebagai pengawas.
• Pasang alat peniup sebagai ventilasi (sistem masuk-keluar).
• Gunakan APD yang sesuai (alat bantu pernapasan bila ada gas berbahaya).
• Letakkan mesin las di luar ruang terbatas (dengan disertai tombol darurat).

61
Sumber : https://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-
SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

62
PANDUAN PENANGANAN TUMPAHAN DAN CECERAN

Ceceran dan tumpahan merupakan kondisi tidak sesuai dari kegiatan operasional yang menyebabkan
terjadinya ceceran ataupun tumpahan material cair (air, minyak, oli, bahan kimia) dan material padat
(batu bara, gemuk, lumpur, pasir).

 Persiapan

 Gunakan alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan sebelum melakukan pekerjaan.

 Persiapkan peralatan-peralatan yang sesuai untuk penanganan ceceran dan tumpahan yang
terjadi.

 Untuk penanganan ceceran dan tumpahan bahan kimia, sebelum melakukan pembersihan
terlebih dahulu harus memahami dan mengikuti petunjuk pada Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB) untuk bahan kimia tersebut.

 Penanganan ceceran dan tumpahan

 Untuk melakukan pengendalian terhadap kemungkinan terjadinya ceceran dan tumpahan


dalam kegiatan operasional, setiap petugas yang melakukan pekerjaan yang dapat
menimbulkan potensi ceceran dan tumpahan diharuskan menyediakan tempat penampungan
yang sesuai dan memadai untuk menampung ceceran dan tumpahan yang terjadi.

 Untuk ceceran dan tumpahan material cair (dapat dikendalikan) dibersihkan terlebih dahulu
dengan absorben atau kain. Terutama untuk bahan kimia pastikan tidak ada lagi sisa ceceran
dan tumpahan yang tertinggal.

 Ceceran/tumpahan air dibersihkan dengan absorben cair atau peralatan lain sesuai volume
ceceran/tumpahan untuk dibuang ke kanal air yang tersedia dan dilakukan perbaikan terhadap
sumber ceceran/tumpahan.

 Ceceran/tumpahan minyak (HSD dan pelumas) dibersihkan menggunakan absorben minyak


selanjutnya dimasukkan ke tempat penampungan limbah B3.

 Ceceran/tumpahan bahan kimia dibersihkan menggunakan absorben yang sesuai dengan


LDKB bahan tersebut.

 Untuk ceceran dan tumpahan material cair (tidak dapat dikendalikandalam jumlah besar harus
segera dibuatkan isolasi terhadap ceceran atau tumpahan tersebut dengan absorben (pasir dan
serbuk gergaji).

 Ceceran dan tumpahan tersebut ditempatkan pada tempat penampungan yang beridentitas
”Limbah B3” dan diletakkan pada tempat penampungan limbah B3, termasuk kain atau
absorben lain yang terkontaminasi. Selanjutnya proses penanganan didokumentasikan.

 Kemasan bekas limbah B3 dapat digunakan kembali asalkan limbah B3 yang dibuang
mempunyai karakteristik yang sama dengan limbah sebelumnya. Jika karakteristiknya
berbeda, maka kemasan tersebut harus dicuci dulu.

63
 Untuk ceceran dan tumpahan material padat wajib segera dilakukan pembersihan
menggunakan peralatan yang tersedia, dengan penjelasan sebagai berikut:

 Ceceran/tumpahan gemuk dibersihkan menggunakan peralatan yang sesuai selanjutnya


dimasukkan ke tempat penampungan limbah B3.
 Ceceran/tumpahan lumpur dibersihkan menggunakan peralatan yang sesuai selanjutnya
dimasukkan ke tempat penampungan

 Petugas K3 memantau pelaksanaan penanganan ceceran dan tumpahan di lokasi sebelum dan
sesudah dibersihkan atau dibuang limbahnya sesuai prosedur penanganan limbah.

 PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi
fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti, dan
atau lingkungan. Hampir semua bahan kimia yang digunakan terkait dengan satu atau lebih
sumber bahaya bagi kesehatan atau fisik. Sumber bahaya ini dapat memberi dampak
merugikan pada pekerja, lingkungan kerja, masyarakat umum dan lingkungan di luar pabrik.

 Melakukan identifikasi kebutuhan bahan, klasifikasi bahan, dan perencanaan penyimpanan.

 Menetapkan tugas dan wewenang personel pengelola, pemakai, dan pengawas.

 Menetapkan persyaratan penyimpanan B3 dimana setiap jenis bahan memiliki syarat


penyimpanan tertentu :

 Bahan beracun: ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari sumber panas, terpisah dari bahan
kimia lain yang reaktif, tersedia APD seperti masker, pakaian pelindung, sarung tangan, dll.

 Bahan korosif: ruangan dingin dan berventilasi, wadah tertutup dan berlabel, terpisah dari zat
beracun, tersedia APD seperti sarung tangan, masker, kaca mata, dll.

 Bahan mudah meledak: ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari sumber panas/api.

 Bahan oksidator: ruangan dingin dan berisik, jauh dari sumber api/panas, dan dilarang
merokok.

 Bahan reaktif terhadap air: suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi, bangunan kedap air,
tersedia pemadam kebakaran (CO2, halon, bubuk kering).

 Bahan reaktif terhadap asam: ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari sumber api dan panas,
ruangan perlu dirancang agar tidak terbentuk kantong-kantong hidrogen akibat reaksi dengan
asam sehingga dapat mudah terbakar.

 Gas bertekanan: Disimpan dalam keadaan tegak/berdiri dan terikat, ruangan dingin dan tidak
terkena langsung sinar matahari, jauh dari api dan panas, jauh dari bahan korosif yang dapat
merusak kran dan katup.

 Melakukan identifikasi substansi berbahaya di tempat kerja.

64
 Semua bahan kimia yang digunakan, yang akan digunakan, dan yang disimpan harus
memiliki Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB).

 Seluruh instalasi listrik (lampu, sakelar, peralatan ventilasi, dan peralatan lain) harus kedap
ledakan atau terlindung.

 Fasilitas harus dijaga kebersihannya dan harus ada alat untuk membersihkan mata atau tubuh
dalam jarak 30 m.

 Kontainer harus diperiksa setelah diterima untuk memastikan isi,konsentrasi, dan kualitasnya
memenuhi spesifikasi pembelian.

 Harus ada label yang dapat dibaca dan tahan lama pada seluruh kontainer.

 Penampung sekunder/palet harus tersedia untuk penyimpanan cairan berbahaya untuk


mencegah terjadinya kontaminasi tanah dan air.

 Terdapat rambu peringatan yang dapat dilihat dengan jelas untuk sumber bahaya bahan kimia
dan kebakaran.

 Material yang dapat menyala dan terbakar harus dipisahkan dari bahan pengoksidasi, reaktif,
dst.

 Terdapat absorben material (penyerap) dan pembersih harus tersedia untuk digunakan apabila
terjadi tumpahan atau ceceran.

 Harus dilakukan pemeriksaan rutin atas daerah penyimpanan untuk mengetahui apakah telah
terjadi kebocoran, untuk mengetahui kondisi kontainer dan produk yang sudah kadaluwarsa.

 Daftar bahan kimia yang selalu diperbarui dalam inventaris.

 Bejana harus dilindungi dari sinar matahari langsung.

 Kontainer, drum atau dispenser, apabila sedang tidak digunakan, harus ditutup dengan tutup
rapat.

65
STANDAR DI AREA KERJA

PANDUAN STANDAR KERJA AREA WAREHOUSE

66
Gudang (warehouse) merupakan komponen penting dari rantai pasokan modern. Rantai pasokan
melibatkan kegiatan dalam berbagai tahap: sourcing, produksi, dan distribusi barang, dari penanganan
bahan baku dan barang dalam proses hingga produk jadi.

Sasaran pengelolaan warehouse:

 Speed. Kecepatan penyampaian ke pasar dan memenuhi perubahan permintaan, menjadi isu
penting yang digunakan manajemen sebagai strategi dalam bersaing.
 Efficiency. Efisiensi rantai pasok diukur dan diperbaiki secara terus-menerus oleh
tim continuous improvement dari berbagai unit.
 Effectiveness. Efektivitas yang memungkinkan pelanggan atau pengguna mendapatkan
produk perusahaan dengan mudah.
 Reliability. Keandalan informasi, komunikasi, dan eksekusi agar semua fungsi bekerja dengan
baik.

Jenis warehouse dalam rantai pasokan sangat bervariasi, tergantung dari perannya dalam rantai
pasokan (Rushton, 2010):

 berdasarkan tahap dalam rantai pasokan, dikenal warehouse untuk penyimpanan bahan baku,
barang dalam proses, dan barang jadi;
 berdasarkan wilayah geografis: misalnya, regional warehouse untuk melayani seluruh dunia
atau beberapa negara, warehouse nasional untuk melayani daerah-daerah di seluruh wilayah
satu negara, atau warehouse lokal untuk melayani wilayah tertentu;
 berdasarkan jenis produk: misalnya, warehouse untuk penyimpanan suku cadang, gudang
perakitan (misalnya untuk perakitan mobil), makanan beku, makanan yang mudak rusah
(perishable), dan barang berbahaya;
 berdasarkan fungsi: misalnya, warehouse untuk penyimpanan persediaan, warehouse untuk
sortasi (misalnya sebagai ‘hub’ dari warehouse pengolahan kirimanpos);
 berdasarkan kepemilikan: warehouse yang dikelola sendiri milik pengguna (misalnya
produsen atau pengecer) atau warehouse yang dikelola perusahaan penyedia jasa logistik
(third-party logistics);
 berdasarkan penggunaan perusahaan: misalnya, warehouse khusus untuk satu perusahaan
(dedicated warehouse), atau warehouse yang digunakan bersama (share-warehouse);
 berdasarkan luas: warehouse dengan luas mulai dari 100 meter persegi atau kurang
dan warehouse dengan luas lebih dari 100.000 meter persegi;
 berdasarkan tinggi: mulai dari warehouse sekitar 3 meter hingga warehouse “high-bay”
dengan tinggi lebih dari 45 meter;
 berdasarkan alat yang digunakan: dari warehouse yang mengoperasikan secara manual
atau warehouse dengan operasi otomatis.

Tujuan utama dari warehouse adalah untuk memfasilitasi pergerakan barang melalui rantai pasokan
ke konsumen akhir. Ada banyak teknik yang digunakan untuk mengurangi kebutuhan untuk
mengadakan persediaan, seperti sistem manufaktur fleksibel, visibilitas rantai pasokan dan
pengiriman ekspres, just-in-time (JIT ), efficient consumer response (ECR) and collaborative
planning, forecasting and replenishment (CPFR).

Warehouse memiliki fungsi sebagai :

 Titik penyimpanan persediaan (inventory holding point).

67
 Pusat konsolidasi (consolidation center).
 Pusat cross-dock.
 Pusat pemilahan (sortation center).
 Fasilitas perakitan (assembly facility).
 Titik penerusan kiriman barang (trans-shipment point).
 Pusat pengembalian barang (returned goods center).

Keputusan manajemen tentang perencanaan warehouse mencakup antara lain:

 Berapa banyak warehouse yang harus tersedia?


 Di mana seharusnya warehouse ditempatkan?
 Berapa banyak persediaan yang harus diisi pada setiap warehouse?
 Pelanggan yang mana yang harus dilayani oleh setiap warehouse?
 Bagaimana seharusnya pesanan pelanggan dari warehouse?
 Bagaimana seharusnya pesanan warehouse dari pemasok?
 Seberapa sering pengiriman yang harus dibuat untuk setiap pelanggan?
 Bagaimana seharusnya tingkat pelayanan diberikan?
 Metode transportasi seperti apa yang seharusnya digunakan?

Penggunaan beban unit tersebut memungkinkan transportasi, penyimpanan dan penanganan sistem
yang akan dirancang di sekitar modul dimensi umum. Dalam pergudangan, beberapa satuan beban
yang paling sering digunakan adalah sebagai berikut (Rushton, 2010):

 Palet.

Palet merupakan bentuk paling umum dari unit muatan yang tersimpan di gudang. Pada dasarnya,
palet mengangkat platform datar, di mana barang dapat ditempatkan, dan truk garpu dapat
dimasukkan untuk mengangkat dan memindahkan mereka.

Entri untuk garpu bisa di keempat sisinya, yang dikenal sebagai entri palet empat arah, atau hanya
pada dua sisi, yang dikenal sebagai dua arah masuk palet.

Sebagian besar palet terbuat dari kayu, meskipun beberapa terbuat dari plastik atau fibreboard.

Ada berbagai ukuran standar palet untuk digunakan dalam industri yang berbeda. Variasi ini dapat
menyebabkan masalah baik dari segi angkutan internasional dan dalam desain rak peralatan. Di benua
Eropa jenis yang paling umum adalah Europallet (1.200 milimeter dengan 800 milimeter), sedangkan
di Inggris ukuran standar sedikit lebih besar (1.200 milimeter dengan 1.000 milimeter), ukurannya
sama dengan yang di Amerika Serikat (48 inci dengan 40 inci).

 Cage dan kotak palet.

Ini digunakan untuk isi barang yang mungkin jatuh dari palet standar. Cage dan kotak palet memiliki
sisi yang padat atau jala sisi yang dapat dibangun, misalnya, baja atau plastik. Mereka dapat di-pick-
up oleh truk fork-lift dan sering dapat ditumpuk di atas satu sama lain.

 Roll-cages. Biasanya terbuat dari baja dan sering terdiri jala bawah, sisi dan rak. Roda
dipasang ke setiap sudut sehingga roll-cages dapat didorong. Garpu dapat dimasukkan di

68
bawah dasar, sehingga roll-cages dapat dipindahkan dengan truk palet. Umumnya roll-
cages digunakan dalam distribusi ritel untuk pengiriman ke toko-toko.

 Tote bins. Tote bins plastik digunakan di banyak gudang untuk penyimpanan dan penanganan
bagian-bagian kecil. Ukuran tote bins bervariasi: panjang 600 milimeter, lebar 400 mm, dan
tinggi 300 mm. Tote bins terbuka di bagian atas atau memiliki tutup closable, dan dapat
menyimpan sejumlah item atau kotak di dalamnya.

 Ini terdiri dari basis dilengkapi dengan roda, di mana nampan plastik dan tote bins dapat
ditumpuk. Dolly sering digunakan dalam distribusi ritel.

 Kontainer besar intermediate (IBCs). Ini biasanya digunakan untuk menyimpan dan
memindahkan cairan dan produk partikulat padat dalam unit yang banyak sekitar satu atau
dua ton. IBCs menawarkan alternatif untuk penanganan massal untuk produk tersebut.
Tergantung pada karakteristik IBCs, IBCS dapat diangkat oleh truk fork-lift, baik dari bawah
atau dari tali di atas. Beberapa dapat ditumpuk dalam blok, satu di atas yang lain.

Sistem manajemen pergudangan didukung teknologi informasi untuk membantu pengawasan


pergerakan barang masuk, pergerakan dalam warehouse dan barang keluar. Pengawasan dengan
menggunakan sistem, memberikan kemudahan pengelolaan dan nilai tambah warehouse, yaitu:

 Memudahkan pengelola warehouse memberikan informasi ketersediaan suatu barang kepada


bagian perencanaan produksi atau pengiriman agar ketersediaan barang tetap pada tingkat yang
aman
 Penempatan barang yang ditentukan oleh sistem sehingga memudahkan penyimpanan,
pengambilan dan perhitungan stok
 Mengurangi lead time dari aktivitas penyimpanan barang dan pengiriman barang
 Ketersediaan beragam informasi mengenai level barang dan utilitas warehouse memudahkan
analisis untuk menyusun strategi penggunaan warehouse yang lebih efisien

Tugas Pekerjaan sebagai warehouse / pergudangan

 Mempersiapkan pesanan dan memproses permintaan dan pesanan pasokan.


 Melengkapi data yang dibutuhkan pengiriman.
 Melengkapi persyaratan pemeliharaan preventif; mengatur untuk perbaikan sarana
pengangkutan dari dan ke gudang.
 Mempertahankan kualitas layanan dengan mengikuti standar organisasi.
 Mempertahankan lingkungan kerja yang aman dan bersih, sesuai dengan prosedur, aturan,
dan peraturan.
 Melengkapi laporan dengan memasukkan informasi yang diperlukan.
 Mempertahankan pengetahuan teknis dengan menghadiri lokakarya pendidikan; meninjau
publikasi.
 Membuat catatan administrasi persediaan barang, yang meliputi jenis barang, kode barang
dan jumlah barang dengan benar.
 Merapikan setiap penempatan barang yang ada di gudang berdasarkan kelompok barang
dengan baik dan teratur.
 Menyiapkan barang yang akan dikirimkan ke Pelanggan berdasarkan Surat Jalan yang
diterima dari Bagian Administrasi .
 Melakukan perhitungan fisik barang manual setiap hari.
 Melakukan koordinasi dengan Admin Supervisor dan Sales Supervisor yang berhubungan
dengan stock barang

69
 Melakukan pengaturan bawahannya dalam pendistribusian pengiriman
 Menjaga dan merawat armada ekspedisi

Keterampilan / keahlian yang dibutuhkan oleh pekerja warehouse / pergudangan


Teamwork, Koordinasi, Organisasi, Perencanaan, Manajemen Waktu, Pelaporan Keterampilan,
Inventory Control, Keterampilan Dokumentasi, Peralatan Pemeliharaan, Keterampilan Entri Data,
Dependability

Sumber : https://www.humanitarianlibrary.org/resource/warehousing-and-inventory-management-
log

PANDUAN STANDAR KERJA AREA LABORATORIUM

70
Pelaksanaan eksperimen yang aman memerlukan praktik kerja yang mengurangi risiko
dan melindungi kesehatan dan keselamatan pegawai laboratorium, sekaligus publik dan
lingkungan. Pegawai laboratorium harus melakukan pekerjaan mereka dalam risiko yang
rendah, baik risiko yang disebabkan zat berbahaya yang dikenal maupun yang tidak dikenal.
Oleh karena itu sangat penting untuk menerapkan K3 di laboratorium baik dari sistem
manajemen maupun dari fasilitas keselamatannya.
Berikut ini adalah langkah-langkah menciptakan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Keamanan Kimia Laboratorium secara efektif :
 Membentuk Komite Pengawasan Keselamatan dan Keamanan Lembaga dan menunjuk
Petugas Keselamatan dan Keamanan Kimia.
 Mengembangkan kebijakan keselamatan dan keamanan kimia.
 Membentuk kendali dan proses administratif untuk mengukur kinerja.
 Mengidentifikasi dan mengatasi situasi yang sangat berbahaya.
 Menentukan prosedur untuk penanganan dan manajemen bahan kimia.
 Menggunakan kendali teknik dan peralatan pelindung diri.
 Membuat rencana untuk keadaan darurat.
 Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan untuk mengikuti praktik terbaik
keselamatan dan keamanan.
 Melatih, menyampaikan, dan membina
Petugas keselamatan dan keamanan kimia bertanggung jawab untuk menentukan
prosedur keselamatan dan keamanan serta memastikan apakah semua orang
mengetahui dan mematuhi prosedur itu. Namun, diperlukan komitmen yang kuat dari
pimpinan teratas untuk menciptakan sistem keselamatan dan keamanan terbaik.

Semua pegawai harus mematuhi standar profesional berikut ini :


1. Hindari mengganggu atau mengejutkan pegawai lain.
2. Jangan biarkan lelucon praktis, keributan, atau kegaduhan berlebih terjadi kapan pun.
3. Gunakan peralatan laboratorium hanya untuk tujuan yang dimaksudkan.

 MENGURANGI PAPARAN KE BAHAN KIMIA


Berhati-hatilah untuk menghindari cara paparan paling umum: kontak kulit dan mata,
penghirupan, dan pencernaan. Metode yang dianjurkan untuk mengurangi paparan bahan
kimia, menurut urutan preferensi sebagai berikut.

 MENGHINDARI CEDERA MATA


Pelindung mata wajib digunakan oleh semua pegawai dan pengunjung di seluruh lokasi
tempat bahan kimia disimpan atau digunakan, baik seseorang benar-benar melakukan
operasi kimia maupun tidak. Kacamata dan sarung tangan pelindung sangat penting untuk melindungi
mata dantangan dari paparan kimia di laboratorium. Lensa kontak tidak memberi
perlindunganterhadap cedera mata dan bukan merupakan pengganti kaca mata keselamatan atau
kacamata percikan bahan kimia. Lensa kontak tidak boleh digunakan jika ada kemungkinanterjadinya
paparan ke uap kimia, percikan bahan kimia, atau debu bahan kimia. Lensa kontakdapat rusak dalam
kondisi semacam ini.

71
 MENGHINDARI MENCERNA BAHAN KIMIA BERBAHAYA
Pada saat di laboratorium tidak diizinkan untuk:
1. makan, minum, merokok, mengunyah permen karet, menggunakan kosmetik, dan
meminum obat di tempat bahan kimia berbahaya digunakan;
2. menyimpan makanan, minuman, cangkir, dan peralatan makan dan minum lainnya di
tempat bahan kimia ditangani atau disimpan;
3. penyiapan atau konsumsi makanan atau minuman dalam peralatan dari kaca yang
digunakan untuk operasi laboratorium;
4. penyimpanan atau penyiapan makanan di lemari es, peti es, ruang dingin, dan oven
laboratorium;
5. penggunaan sumber air laboratorium dan air laboratorium demineral sebagai air
minum;
6. mengecap bahan kimia laboratorium; dan
7. pemipetan dengan mulut (bola pipet, aspirator, atau perangkat mekanik harus
digunakan untuk memipet bahan kimia atau memulai sifon).
Cuci tangan dengan sabun dan air segera setelah bekerja dengan bahan kimia
laboratorium apapun, meskipun sudah menggunakan sarung tangan.

 MENGHINDARI PENGHIRUPAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA


Endus bahan kimia hanya dalam situasi tertentu yang terkendali. Jangan sekali-kali
mengendus bahan kimia beracun atau senyawa dengan toksisitas tidak diketahui. Lakukan
semua prosedur yang melibatkan zat beracun yang mudah menguap dan semua operasi
yang melibatkan zat beracun padat atau cair yang dapat mengakibatkan pembentukan
aerosol di bawah tudung kimia laboratorium. Respirator pemurni udara harus digunakan
dengan beberapa bahan kimia jika kendali teknik tidak dapat mencegah paparan.
Dalam latar terkendali, instruktur dapat meminta siswa mengendus isi wadah. Dalam
kasus semacam itu, periksa dulu bahan kimia yang diendus untuk memastikannya aman. Jika
diperintahkan untuk mengendus bahan kimia, perlahan arahkan uap ke hidung Anda dengan
selembar kertas yang dilipat.
Jangan menghirup uap secara langsung. Jangan menggunakan tudung kimia
laboratorium untuk pembuangan bahan yang mudah menguap dan berbahaya melalui
evaporasi. Bahan semacam itu harus diperlakukan sebagai limbah kimia dan dibuang dalam
wadah yang sesuai.

72
73
74
 Bahan Kimia Dan Material Industri

Bahan kimia merupakan senyawa dari beberapa unsur. Sedangkan material industri
adalah produk dari campuran maupun reaksi dari beberapa senyawa. Kedua hal itu
mempunyai tingkat bahaya yang berbeda. Pada umumnya bahan kimia lebih berbahaya
daripada material industri, meskipun banyak material industri yang juga berbahaya. Bahan
kimia yang digunakan dalam lingkungan kerja dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu:
 Industri kimia yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia di
antaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat, detergen,
dan lain-lain.
 Industri pengguna bahan kimia yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan
pembantu proses, di antaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan
logam, obat-obatan, dan lain-lain.
 Laboratorium yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian, dan pengembangan
serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dilakukan oleh industri, lembaga
penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit, dan perguruan tinggi

 Identifikasi Bahan Kimia

Bahan kimia maupun material industri yang digunakan dalam proses industri
merupakan bahan berbahaya dengan tingkat risiko yang berbeda. Mulai tingkat risiko yang
ringan hingga yang menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena bahan kimia maupun
material industri memiliki sifat merusak kesehatan, mudah meledak/eksplosif,
beracun/toksik, dan mudah terbakar. Bahkan hampir semua bahan kimia bersifat reaktif.
Dengan demikian, bekerja dengan bahan kimia dan material industri memerlukan konsentrasi penuh,
kewaspadaan, dan ketelitian. Untuk itu, perlu menata penempatan/penyimpanan bahan-bahan kimia
dalam keadaan benar dan aman sehingga area atau wilayah penggunaannya pun menjadi aman. Selain
itu, bahan-bahan kimia dan area/wilayah yang berbahaya harus teridentifikasi dengan teliti dan akurat.
Berikut ini panduan identifikasi bahan berbahaya serta penanganan khusus.

1. Periksa bahan berbahaya serta prosedur penanganan khusus yaitu dengan mengamati
label kemasan/keterangan lainnya dan wilayah kerja yang berpotensi bahaya.
2. Identifikasi bahan-bahan yaitu dengan mencatat nama bahan, data keselamatan,
penomoran, spesifikasi teknis, sifat fisik, dan sifat kimianya serta keterangan lain yang
diperlukan.
3. Identifikasi wilayah berbahaya yaitu dengan mencatat nama wilayah berbahaya dan
amati kemungkinan apa saja yang dapat terjadi dan penyebabnya.
4. Identifikasi prosedur penanganan khusus yaitu dengan mencatat nama prosedur
penanganan khusus, mengamati, dan mencatat kekurangannya serta menyusun
laporannya.

Rincian data teknis dan sifat-sifat yang dimiliki bahan kimia harus jelas sehingga tidak
akan terjadi kontradiksi dalam penggunaannya antara bahan perlengkapan dengan bahan
kimianya. Misalnya dalam label kemasan terdapat informasi yang perlu kita ketahui, antara
lain:
1. Sifat-sifat bahaya, antara lain terhadap kesehatan, kebakaran, ledakan, dan reaktivitas.
2. Sifat-sifat fisika seperti berat jenis, titik didih, titik bakar tekanan uap dan sifat
kelarutan.
3. Label bahaya dengan ranking dan tanda warna sebagai aspek bahaya yang telah

75
distandarkan.
4. Keterangan bahan seperti nama, jenis, wujud bahan cair/padat/gas, dan keterangan
lainnya yang berhubungan dengan unsur-unsurnya.
Hindari menggunakan atau mencampurkan bahan kimia tanpa ada label yang
menempel pada kemasannya. Tidak semua botol berbahan gelas mampu sebagai wadah
penyimpanan bahan kimia tertentu karena bahan kimia tersebut reaktif terhadap gelas.
Bahan perlengkapan lain yang terbuat dari logam, plastik/polimer dan karet, harus
disesuaikan dengan sifat-sifat bahan kimianya yang tidak reaktif. Dengan demikian, jika
spesifikasi bahan perlengkapan dan spesifikasi bahan kimia telah diketahui maka tidak akan
terjadi kesalahan menggunakan wadah maupun salah mencampur bahan kimia.
Label yang menempel pada kemasan bahan kimia memberikan informasi penting
mengenai identitas bahan kimia di dalamnya termasuk jenis bahaya, prosedur darurat, alat
pelindung diri, serta nama, alamat, nomor telepon pembuatnya serta informasi mengenai
bahaya utama dari bahan kimia tersebut. Tanda-tanda bahaya yang dimaksud antara lain:
 Explosive (mudah meledak)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive” tidak boleh kena
benturan, gesekan pemanasan, api, dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik.
Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan.Sebagai contoh asam nitrat dapat
menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dan
lainlain. Bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis
maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut, kuantitas harus dijaga
sedikit mungkin untuk penanganan maupun persediaan.

Simbol Eksplosive

 Oxidizing (pengoksidasi)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing” biasanya tidak
mudah terbakar. Jika kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah
terbakar, mereka dapat meningkatkan risiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal ,mereka
adalah bahan anorganik seperti garam dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida organik. Contoh
bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganate serta asam nitrat pekat.

76
Simbol Oxidizing

 Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “toxic” dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah
jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, mulut atau kontak dengan kulit. Contoh bahan dengan
sifat tersebut misalnya solven dan benzene.

Simbol Toxic

 Harmful (berbahaya)
Bahan dan formula yang ditandai dengan notasi bahaya “harmful” memiliki risiko
merusak kesehatan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, mulut, atau kontak dengan kulit.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol atau
etilenglikol dan diklorometan (karsinogenik).

Simbol Harmfull

77
 Corrosive (korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi bahaya “corrosive” adalah merusak jaringan hidup.
Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji dapat diprediksikan karena
karakteristik kimia bahan uji seperti asam (pH<2) dan basa (pH>11,5) ditandai sebagai bahan
korosif. Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah asam mineral seperti HCl dan H2SO4
maupun basa seperti larutan NaOH (>2%).

Simbol Korosif

 Bahan berbahaya bagi lingkungan


Bahan dan formulasi dengan notasi bahaya “dangerous for environment” dapat
menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada suatu kompartemen
lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisme) dan menyebabkan
gangguan ekologi. Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda,
tetraklorometan dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan bensin.

Simbol Berbahaya Bagi Lingkungan

78
 STANDARISASI K3 PENANGANAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA

79
Setiap kegiatan penanganan bahan kimia berbahaya di dalamnya sudah pasti
terkandung risiko bahaya yang dapat menimbulkan dampak serius jika tidak ditangani sesuai
dengan prosedur K3. Oleh karena itu penerapan K3 di setiap unit kerja yang terlibat langsung sangat
penting. Berikut ini standarisasi K3 penanganan bahan kimia berbahaya.

1. Proses pengadaan bahan kimia berbahaya. Berikut ini merupakan petunjuk


pelaksanaan K3 :
a. Setiap pembelian/pengadaan bahan kimia berbahaya harus dicantumkan dengan
jelas di dalam lebar PP/PO tentang kelengkapan informasi bahan berupa
labeling, dampak bahaya, dan P3K serta APD.
b. Spesifikasi mutu kemasan/wadah harus tertulis dengan jelas dalam lembaran
PP/PO keamanan, ketahanan, efektifitas, dan efisiensi. Khusus dalam
botol/bejana bertekanan, harus dicantumkan warna sesuai jenis/golongan gas.
Dalam hal ini berpedoman pada GHS/NFPA.
c. Setiap wadah harus dilengkapi dengan tanda risiko bahaya serta tindakan
pencegahan dan penanggulangannya.
d. User/pejabat yang mengajukan pembelian bahan kimia berbahaya wajib
melengkapi syarat-syarat K3.

Bongkar muat bahan kimia berbahaya. Berikut ini merupakan petunjuk pelaksanaan
K3 :
a. Sebelum melaksanakan kegiatan bongkar muat, pengawas setempat harus
menyiapkan kelengkapan administratif seperti daftar bahan yang akan
dibongkar, prosedur kerja, perizinan, dan daftar kerja serta penanggung jawab.
b. Perencanaan dan tindakan K3 harus dilaksanakan sebaik-baiknya sebelum dan
sesudah bongkar muat.
c. Pastikan bahwa para pekerja sudah mengetahui bahaya yang ada serta
pencegahan dan penanggulangannya.
d. APD dan alat pemadam yang sesuai dan P3K disiapkan dan digunakan
sebagaimana mestinya.
e. Pengawas buruh berkewajiban memberikan pembinaan perbaikan K3 jika
menemui adanya penyimpangan peraturan yang sudah diberlakukan.
f. Pemasangan rambu-rambu K3 harus jelas, mudah dibaca, dimengerti dan terlihat
oleh pekerja.
g. Setiap pekerja tidak diizinkan untuk merokok di tempat yang terlarang,
menggunakan APD yang tidak sesuai, mengerjakan pekerjaan yang bukan
wewenangnya, bersenda gurau dan menolak perintah atasan.
h. Setiap kecelakaan, kebakaran, peledakan atau kondisi berbahaya yang tidak
mungkin dapat diatasi sendiri harus dilaporkan ke atasan.
P3K harus dilakukan dengan benar oleh orang yang berpengalaman.

Penyimpanan bahan kimia berbahaya. Berikut ini merupakan petunjuk pelaksanaan K3.
a. Gudang tempat bahan kimia berbahaya harus dibuat sedemikian rupa sehingga
aman dari pengaruh alam dan lingkungan dengan syarat:
1) Memiliki sistem sirkulasi udara dan ventilasi yang baik.
2) Suhu di dalam ruangan konstan dan aman.

80
3) Aman dari gangguan biologis (tikus, rayap).
b. Tata letak dan pengaturan penempatan bahan harus mempertimbangkan:
1) Pemisahan dan pengelompokkan untuk menghindari bahaya reaktivitas
2) Penyusunan agar tidak melebihi batas maksimum yang dianjurkan
manufaktur untuk menghindari ambruk sehingga tidak mengakibatkan
kerusakan.
3) Lorong tetap terjaga dan tidak terhalang oleh benda apa pun.
4) Khusus bahan dalam wadah silinder/tabung gas bertekanan agar di
tempatkan pada tempat yang teduh, tidak lembab, dan aman dari sumber
panas.
c. Program housekeeping harus dilaksanakan secara periodik dan
berkesinambungan, meliputi: kebersihan, kerapihan, dan keselamatan.
d. Sarana K3 harus disiapkan dan digunakan sebagaimana mestinya.
e. Pekerja yang tidak berkepentingan dilarang memasuki gudang dan harus
menggunakan APD yang sesuai jika masuk.
f. Inspeksi K3 dilakukan secara teratur meliputi pemeriksaan seluruh kondisi
lingkungan, bahan, peralatan, dan sistem.
g. Setiap penyimpanan harus dilengkapi dengan label disertai uraian singkat
pencegahan, penanggulangan, dan pertolongan pertama.
h. Petugas gudang harus dilengkapi buku pedoman K3.
i. Setiap pekerja dilarang makan, minum di tempat penyimpanan bahan kimia.
j. Tindakan P3K harus dilakukan oleh petugas yang berpengalaman.

Pengangkutan bahan kimia berbahaya. Berikut ini merupakan petunjuk pelaksanaan


K3.
a. Sebelum melaksanakan pengangkutan, pengawas wajib menyampaikan
informasi K3 serta risiko yang ada pada setiap pekerja.
b. Hanya pekerja yang mengerti tugas dan tanggung jawab yang boleh melakukan
pengangkutan serta adanya rekomendasi dari atasan.
c. Upaya pencegahan harus tetap dilakukan seperti pemeriksaan kelayakan
peralatan kerja, kondisi muatan, dan kondisi fisik pekerja sebelum melakukan
pengangkutan.
d. Menaikkan dan menurunkan bahan kimia berbahaya harus dilakukan dengan
hati-hati jika perlu buatkan bantalan kayu/karet.
e. Perlengkapan K3 dalam kondisi siap pakai.
f. Pengangkutan tidak boleh melebihi kapasitas yang ada dan tidak boleh
menghalangi pemandangan pengemudi.
g. Pengemudi harus mengikuti peraturan lalu lintas yang berlaku.
h. Jika kontak dengan bahan kimia berbahaya, segera lakukan tindakan pertolongan
pertama dengan benar.
i. Tanda label peringatan bahaya berupa tulisan, kode sesuai risiko bahaya harus
terpasang jelas di depan muatan, samping kiri dan kanan, belakang muatan.

81
PANDUAN STANDAR KERJA AREA PRODUKSI

Pokok bahasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri merupakan salah satu
bagian dari serangkaian ilmu keselamatan dan kesehatan kerja yang wajib dibahas karena
industri termasuk tempat kerja yang berpotensi menyebabkan kecelakaan seperti
kebakaran, ledakan, keracunan, dan iritasi. Berdasarkan data PT. Jamsostek, angka
kecelakaan kerja paling tinggi berada di lingkungan industri. Hal ini disebabkan kurangnya
perhatian terhadap aspek K3. Di samping itu, penerapan program K3 belum dipandang
sebagai investasi bahkan masih dinilai sebagai beban biaya tambahan bagi perusahaan
sehingga penerapannya belum dilakukan secara optimal.
Setelah mempelajari materi ini Anda diharapkan memiliki kemampuan untuk
menjelaskan keselamatan dan kesehatan kerja di industri. Secara rinci lagi diharapkan
mampu menjelaskan
1) bahan kimia dan material industri;
2) identifikasi bahan kimia;
3) penanganan bahan kimia;
4) ketentuan alat pelindung diri;
5) jenis-jenis alat pelindung diri; dan
6) penggunaan dan perawatan alat pelindung diri.

82
PANDUAN STANDAR KERJA AREA OFFICE

Perkantoran merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat karyawan


melakukan kegiatan perkantoran baik yang bertingkat maupun tidak bertingkat.
Membentuk dan menetapkan SMK3 perkantoran :
 Penetapan kebijakan K3 perkantoran
 Perencanaan K3 perkantoran
 Pelaksanaan rencana K3 perkantoran
 Pemantauan dan Evaluasi K3 perkantoran
 Peninjauan dan Peningkatan kinerja SMK3

Menerapkan standar K3 perkantoran :


 Keselamatan Kerja
 Kesehatan Kerja
 Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
 Ergonomi Perkantoran

K3 Perkantoran adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan karyawan melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di kantor.
Tujuan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kantor yang sehat, bersih dan aman demi mewujudnya
karyawan sehat, selamat, bugar, berkinerja, dan produktif.

Mengapa K3 Perkantoran penting:

 Kantor adalah tempat bekerja yang mempunya faktor resiko dan bahaya
 Rata-rata pekerja kantor bekerja selama 8 jam sehari
 Riskesdas 2013 : Prevalensi cidera karena kelalaian / ketidaksengajaan pada karyawan
sebesar 94,6%

 Standar K3 Perkantoran (Keselamatan Kerja)


 Persyaratan Keselamatan Kerja
 Kewaspadaan Bencana Perkantoran

 Kesehatan kerja
 Peningkatan Kesehatan Kerja
 Pencegahan Penyakit di Perkantoran
 Penanganan Penyakit

83
 Pemulihan Kesehatan Bagi Karyawan

 Keselamatan Kerja Lingkungan Perkantoran


 Sarana bangunan
 Penyediaan air
 Toilet
 Pengelolaan limbah
 Cuci Tangan Pakai Sabun
 Pengamanan Pangan
 Pengendalian Vektor dan binatang pembawa penyakit

 Ergonomi

 Luas Tempat Kerja


 Tata Letak Peralatan Kantor
 Kursi
 Meja Kerja
 Postur Kerja
 Koridor
 Durasi Kerja
 Manual Handling

 Peningkatan Kesehatan Kerja di Perkantoran

84
 Pencegahan Penyakit di Perkantoran

85
 Bahaya Potensial Di Perkantoran

86
 Pedoman dan Panduan Bekerja Di Kantor Selama COVID-19

COVID-19 dapat menyebabkan gejala, seperti : demam, batuk, sakit tenggorokan, serta kesulitan
bernapas. Gejala ini dapat terjadi dalam beberapa hari hingga 2 minggu setelah terkena paparan
virus. Untuk beberapa orang, gejala ini terkadang disertai demam, hal ini dapat mengkhawatirkan
keselamatan jiwa. Virus ini dapat menyebar melalui droplets, posisi tidak terlindungi dengan orang
yang terinfeksi. atau karena menyentuh bagian yang terinfeksi pada area mulut, hidung, dan mata.

Pekerja dalam ruang lingkup administrasi perkantoran, sekretaris , pelayanan pelanggan, dan
staf maintenance merupakan salah satu dari sekian banyak yang perlu diperhatikan aspek
keselamatan dan kesehatan pada keadaan pandemi ini.

Berikut ini beberapa pilihan untuk melindungi pekerja yang terpapar dengan COVID-19:

 Memperbolehkan pekerja berkebutuhan khusus untuk bekerja dari rumah


 Melakukan pelatihan transmisi COVID-19 di area kerja , langkah-langkah yang dapat diambil
untuk melindungi pekerja , termasuk diantaranya mencuci tangan, dan tidak menyentuh
bagian wajah
 Pelatihan dalam memberikan pemahaman menjaga kebersihan area kerja, peralatan, layar,
dan perlengkapan
 Membuat peraturan bagi karyawan dan pengunjung area perusahaan agar selalu
membersihkan tangan menggunakan sabun dan air, atau alkohol, jika tidak terdapat sabun
dan air.

 Batas pekerja yang dapat bekerja dalam satu area kerja, sehingga terhindar dari virus
dengan cara:
1. Menerapkan penyesuaian shift dan jam istirahat di area kantor
2. Menerapkan physical distancing untuk penyesuaian area kerja ketika istirahat
3. Tidak memasuki area ketika jarak 2 meter tidak memungkinkan untuk dilakukan
4. Menutup area-area untuk mencegah kerumunan/berkumpul

87
 Sanitasi area kerja secara rutin, terutama pada area yang sering disentuh dan area lainnya.
Contohnya: gagang pintu, area pintu masuk, elevator, ruang cuci, dan dapur.
 Mengatur ulang posisi denah area kerja untuk jaga jarak (partisi / penghalang)
 Jadwal ulang kedatangan yang tidak diperlukan oleh pihak luar yang akan masuk dalam
keadaan tidak diketahui status kesehatannya
 Melakukan pengecekan berkala pada karyawan . Jika ada yang mengalami gejala, segera
lakukan isolasi mandiri dan dilakukan pengecekan lanjutan,
http://www.health.gov.on.ca/en/pro/programs/publichealth/coronavirus/docs/2019_opera
tors_guidance.pdf
 Menerapkan sirkulasi udara yang baik di area kerja

88
PANDUAN STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI

Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari
potensi bahaya di tempat kerja. APD sebagaimana dimaksud meliputi: a. pelindung kepala; b.
pelindung mata dan muka; c. pelindung telinga; d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya; e.
pelindung tangan; dan/atau f. pelindung kaki. Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
termasuk APD: a. pakaian pelindung; b. alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau c. pelampung.
(Sumber :
PERMENAKERTRANS_NO._PER.08_MEN_VII_2010_TENTANG_ALAT_PELINDUNG_DIRI)
APD wajib digunakan di tempat kerja di mana: a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan
mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran atau peledakan; b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan,
diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah; c. dikerjakan pembangunan, perbaikan,
perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana dilakukan
pekerjaan persiapan; d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan; e. dilakukan
usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak, panas bumi, atau mineral lainnya, baik
di permukaan, di dalam bumi maupun di dasar perairan; f. dilakukan pengangkutan barang, binatang
atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara; g.
dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun, bandar udara dan
gudang; h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air; i. dilakukan
pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan; j. dilakukan pekerjaan di bawah
tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah; k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya
tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau
terpelanting; l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang; m. terdapat atau
menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara atau getaran; n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah; o. dilakukan
pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi radio, radar, televisi, atau telepon; p.
dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak
atau air; dan r. diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

89
Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)
 Alat Pelindung Kepala/Helmet
Tujuan dari pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk mencegah rambut pekerja terjerat oleh
mesin yang berputar, melindungi kepala dari bahaya terbentur oleh benda tajam atau keras yang dapat
menyebabkan luka gores, potong atau tusuk, bahaya kejatuhan benda-benda atau terpukul oleh benda-
benda yang melayang atau meluncur di udara, panas radiasi, api dan percikan bahan-bahan kimia
korosif.
Topi pengaman dapat dibuat dari berbagai bahan, misalnya bahan plastik (Bakelite), serat gelas
(fiberglass), dan lain-lain. Topi pengaman yang dibuat dari Bakelite mempunyai beberapa keuntungan
yaitu ringan, tahan terhadap benturan atau pukulan benda-benda keras dan tidak menyalurkan listrik
(isolator electricity). Topi yang dibuat dari bahan campuran serat gelas dan plastik sangat tahan
terhadap asam atau basa kuat.
Alat pelindung kepala, menurut bentuknya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
a. Topi pengaman (safety helmet), untuk melindungi kepala dari benturan, kejatuhan, pukulan benda-
benda keras atau tajam. Topi pengaman harus tahan terhadap pukulan atau benturan, perubahan cuaca,
dan pengaruh bahan kimia. Topi pengaman harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tidak
menghantarkan listrik ringan dan mudah dibersihkan.
b. Hood, berfungsi untuk melindungi kepala dari bahaya-bahaya bahan kimia, api, dan panas radiasi
yang tinggi. Hood terbuat dari bahan yang tidak mempunyai celah atau lubang, biasanya terbuat dari
asbes, kulit, wool, katun yang dicampuri alumunium dan lain-lain.
c. Tutup kepala (hair cap), berfungsi untuk melindungi kepala dari kotoran debu dan melindungi
rambut dari bahaya terjerat oleh mesin-mesin yang berputar. Biasanya terbuat dari bahan katun atau
bahan lain yang mudah dicuci.

Helm Keselamatan

Sumber : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehatan-dan-
Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf

90
Penjelasan Helm Keselamatan :
 Shell : Sebuah pelindung berbentuk kubah untuk bagian kepala dan terbuat dari material yang
keras dan tahan lama. Permukaan bagian luar merupakan bagian yang tidak kasar dan tidak
mengganggu kenyamanan penggunanya. Didalamnya termasuk :
 Brim : Bagian yang berfungsi untuk saluran yang dilengkapi untuk aliran air hujan agar tidak
masuk kepala
 Peak : Bagian helm keselamatan yang melindungi bagian mata

 Harness : Merupakan bagian helm keselamatan yang berfungsi untuk memposisikan bagian
kepala dan sebagai peredam akibat adanya benturan , didalamnya juga termasuk :
 Cradle : Bagian tidak terpisahkan dari harness yang berfungsi memposisikan kepala pada
posisi yang tepat dan meredam efek benturan ke kepala
 Headband : Merupakan bagian harness yang menutupi kepala pada bagian bawah mata,
 Nape strap : Bagian harness yang menyatu dengan headband untuk mengencangkan bagian
bawah
 Sweatband : Bagian helm keselamatan berfungsi untuk penyerap keringat

Label Safety Helmet

https://produksielektronik.com/pengertian-alat-pelindung-diri-apd-k3-jenis-apd/

91
Biasanya digunakan oleh Manager / Mandor

Biasanya digunakan oleh operator kelistrikan

Biasanya digunakan oleh Pekerja umum

Biasanya digunakan oleh Pengawas Lingkungan

Biasanya digunakan oleh Pekerja baru/magang

Biasanya digunakan oleh Tamu Perusahaan

Biasanya digunakan oleh Safety Officer

https://produksielektronik.com/pengertian-
alat-pelindung-diri-apd-k3-jenis-apd/

 Alat Pelindung Mata dan Muka


Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan korosif, radiasi, gelombang
elektromagnetik dan benturan/pukulan benda-benda keras atau tajam. Alat ini juga untuk mencegah
masuknya debu-debu ke dalam mata serta mencegah iritasi mata akibat pemaparan gas atau uap.
Alat pelindung mata terdiri dari kacamata (spectacles) dengan atau tanpa pelindung samping
(shideshield), goggles (cup type/boxtype), dan tameng muka (face shreen/face shield). Lensa dari
kacamata pengaman/goggles dapat dibuat dari beberapa jenis bahan, misalnya plastik (polycarbonate,
cellulose, acetate, polycarbonatevinyl) yang transparan atau kaca. Polycarbonate/polikarbonat
merupakan jenis plastik yang mempunyai daya tahan yang paling besar terhadap benturan/pukulan.

Pelindung Mata dan Pelindung Muka

Sumber : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehatan-dan-
Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf

92
Untuk melindungi mata dari radiasi elektromagnetik yang tidak mengion (infra merah, ultraviolet),
lensa dari kacamata pengaman/goggles dilapisi dengan oksida dari kobal dan diberi warna biru atau
hijau yang selain untuk melindungi mata dari bahaya radiasi tetapi juga untuk mengurangi kesilauan.
Kemampuan filter untuk menyerap panjang gelombang tertentu tergantung dari kepadatannya
(opticaldensity) dan jenis bahan kimia yang dipergunakan untuk membuat lensa tersebut. Untuk
melindungi mata dari bahaya radiasi  Kesehatan dan Keselamatan Kerja  214 yang mengion
(sinar X), dapat dipakai kacamata pengaman dimana lensa dari kacamata tersebut dilapisi oleh timah
hitam (Pb).

 Alat Pelindung Pendengaran


Ada dua jenis alat pelindung telinga, antara lain :
 Sumbat telinga (ear plug)
Sumbat telinga yang baik adalah sumbat telinga yang dapat menahan frekuensi tertentu saja,
sedangkan frekuensi pembicaraan tidak terganggu. Ear plug dapat dibuat dari kapas, malam
(wax), plastik, karet alami dan sintetik, Ear plug dapat dibedakan (menurut cara
pemakaiannya) ,menjadi: 1) Semi insert-typeearplug, yang hanya menyumbat liang telinga
luar saja. 2) Insert type ear plug, yang menutupi seluruh bagian dari saluran telinga.

 Keuntungan menggunakan earplug yaitu :


1) Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil.
2) Relatif lebih nyaman dipakai di tempat kerja yang panas.
3) Tidak membatasi gerakan kepala.
4) Harganya relatif lebih murah.
5) Dapat dipakai dengan mudah dan tidak dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup
kepala dan anting-anting/giwa

 Kerugian menggunakan ear plug yaitu :


1) Untuk pemasangan yang tepat, earplug memerlukan waktu yang lebih lama dari ear
muff.
2) Tingkat proteksi yang diberikan oleh earplug lebih kecil dari ear muff.
3) Sulit dipantau oleh pengawas apakah pekerja memakai ear plug atau tidak (karena
ukurannya yang kecil).
4) Ear plug hanya dipakai oleh pekerja yang telinganya sehat.
5) Bila pekerja menggunakan tangan yang kotor pada saat memasang ear plug,
kemungkinan dapat menyebabkan iritasi pada kulit saluran telinga.

93
Ear Plug

Sumber : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehatan-dan-
Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf

 Tutup telinga (ear muff)


Alat pelindung telinga ini terdiri dari 2 buah tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup
telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara dengan frekuensi
tinggi. Jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, efektivitasnya dapat menurun karena
bantalannya menjadi keras dan mengerut sebagai akibat reaksi bantalan dengan minyak dan
keringat yang terdapat pada permukaan kulit.

Ear Muff

 Keuntungan menggunakan earmuff yaitu :


1) Atenuasi suara (besarnya intensitas suara yang direduksi) umumnya lebih besar dari earplug.
2) Earmuff dapat digunakan oleh semua pekerja dengan ukuran telinga yang berbeda.
3) Penggunaan mudah dipantau oleh pengawas.
4) Dapat dipakai oleh pekerja yang menderita infeksi telinga yang ringan.
5) Mudah dicari bila hilang karena ukuran earmuff yang relatif besar.

94
 Kerugian menggunakan earmuff yaitu:
1) Tidak nyaman digunakan di tempat kerja yang panas.
2) Efektivitas dari earmuff dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, antinganting dan
rambut yang menutupi kepala. Demikian pula kenyamanan dari pemakaiannya.
3) Penyimpanannya relatif lebih sulit dari ear plug.
4) Dapat membatasi gerakan kepala bila digunakan di tempat kerja yang sempit/sangat sempit.
5) Harganya relatif lebih mahal dari ear plug.
6) Pada pemakaian yang terlalu sering atau bila headband yang berpegas sering ditekuk oleh
pemakainya, hal ini akan menyebabkan daya atenuasi suara dari ear muff menurun.

 Alat Pelindung Pernafasan

Menurut cara kerjanya, respirator dibedakan menjadi:

 Chemical respirator
Respirator berfungsi membersihkan udara dengan cara adsorbsi atau absorpsi. Adsorpsi
adalah suatu proses ketika kontaminan melekat pada permukaan zat padat (adsorben), sedangkan
absorbsi adalah suatu proses ketika gas-gas atau uap mengadakan penetrasi ke struktur bagian dalam
dari suatu zat (absorber). Respirator ini tidak boleh digunakan di tempat kerja yang terdapat gas atau
uap yang ekstrem, kadar gas/uap dalam udara tempat kerja cukup tinggi/mengalami kekurangan
oksigen.

Chemical Respirator

 Mechanical filter respirator

95
Filter ini digunakan untuk melindungi dari pemaparan aerosol zat padat dan aerosol zat cair
melalui proses filtrasi. Efisiensi filter ini tergantung pada ukuran dan jenis filter. Semakin kecil
diameter dari pori-pori filter semakin besar tahanan terhadap aliran udara.

 Kombinasi mechanical den filter respirator


Respirator ini digunakan pada penyemprotan pestisida dan pengecatan. Respirator ini
dilengkapi dengan filter dan adsorben sehingga relative lebih berat dari filter atau cartridge respirator.

Sumber : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehatan-dan-
Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf

 Self contained breathing apparatus


Self-contained breathing apparatus (SCBA) digunakan di tempat kerja ketika terdapat zat
kimia yang sangat toksik atau defisiensi oksigen.

SCBA ( Self Contain Breathing Apparatus )

 Alat Pelindung Tangan


Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan alat pelindung tangan adalah:
a. Bahaya yang mungkin terjadi, apakah berbentuk bahan-bahan kimia korosif, benda-benda
panas, panas, dingin atau tajam atau kasar.
b. Daya tahannya terhadap bahan-bahan kimia.
c. Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan. d. Bagian tangan yang harus
dilindungi.

96
Sarung Tangan Untuk Bahan Kimia

Sarung Tangan Untuk Pengelasan

Menurut bentuknya sarung tangan dibedakan menjadi:


a. Sarung tangan biasa (gloves).
b. Sarung tangan yang dilapisi logam (gounlets).
c. Sarung tangan yang keempat jari pemakainya dibungkus jadi satu kecuali ibu jari

 Alat Pelindung Kaki

Sepatu keselamatan kerja (safety shoes) berfungsi untuk melindungi kaki dari bahaya

97
kejatuhan benda-benda berat, terpercik bahan kimia korosif, dan tertusuk benda-benda
tajam. Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan, sepatu keselamatan dibedakan menjadi:
a. Sepatu pengaman yang digunakan untuk pengecoran baja terbuat dari bahan kulit
yang dilapisi logam krom atau asbes.
b. Sepatu khusus yang digunakan untuk bahaya peledakan. Sepatu ini tidak boleh ada
paku-paku yang dapat menimbulkan percikan bunga api.
c. Sepatu karet anti elektrostatik untuk melindungi pekerja dari bahaya listrik.
d. Sepatu pengaman untuk pekerja bangunan. Sepatu ini ujungnya dilapisi baja untuk
melindungi jari kaki.

Pelindung Kaki

Keterangan : S = Suitable (Cocok) F = Fair (Menawarkan Perlindungan Minimal, namun tetap


memadai) NR = Not Reccomended S* = Not Suitable (Tidak cocok)

98
https://burjoweb.wordpress.com/2017/02/16/komponen-sepatu-safety/

Kategori Sepatu Keselamatan Safety :

 F 1 : Sepatu Safety Penggunaan di area terbuka , baik itu di hutan dengan tidak ada
perlindungan paparan kimia,
 F 1A : Sepatu Safety F1 dengan antistatic
 F 1l : Sepatu Safety F1 dengan perlindungan ketahanan listrik
 F 1P : Sepatu Safety F1 dengan puncture plate
 F 1PA: Sepatu Safety F1 dengan plate dan antistatic properties
 F 1Pl : Sepatu Safety F1 dengan Isolating property dan Resisten

 Alat Pelindung Ketinggian

Tali dan sabuk pengaman digunakan untuk menolong kecelakaan. Selain itu, sabuk
pengaman juga digunakan pada pekerjaan mendaki dan memanjat konstruksi bangunan

99
Pelindung Ketinggian

Sumber : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehatan-dan-
Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf

 Alat Pelindung Tubuh

Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek,
tidak longgar pada dada atau punggung, tidak terdapat lipatan-lipatan. Pakaian kerja wanita
sebaiknya memakai celana panjang, tutup kepala dan tidak memakai perhiasan. Berikut ini
adalah contoh pakaian pelindung seperti wearpack.

Alat Pelindung Tubuh

 Pelampung

Baju Pelampung adalah alat yang berfungsi menjaga pekerja tetap terapung saat
terjadi keadaan darurat di kapal. Baju pelampung sering disebut sebagai life jacket atau
workvest. Dalam pemakaiannya baju pelampung sering ditemani life jacket light yang
berfungsi memberi tanda lokasi orang di laut terutama pada malam hari.

Pelampung

100
 Rompi Nyala

Rompi nyala merupakan rompi yang menggunakan bahan yang dapat menyala jika
terkena cahaya. Sangat bermanfaat jika digunakan pada kondisi gelap atau malam hari
karena dapat bercahaya dengan cara memantulkan dari sumber cahaya sehingga pekerja
yang menggunakan rompi ini dapat dengan mudah ditemukan

Rompi Nyala
Sumber :
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehatan-dan-Keselamatan-
Kerja-Komprehensif.pdf

101
 Penyakit Akibat Kerja
Kesehatan Kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi setiap orang yang berada di
Tempat Kerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan dari pekerjaan. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
danf atau lingkungan kerja.

Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya:

a. pencegahampenyakit;

b. peningkatrrn kesehatan;

c. penanganan penyakit; dan

d. pemulihan kesehatan.

Standar Kesehatan Kerja daiam upaya pencegahan penyakit meliputi:

a. Identifikasi, penilaian, dan pengendalian potensi bahaya kesehatan;


b. pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan kerja
c. pelindungan kesehatan reproduksi
d. pemeriksaan kesehatan
e. penilaian kelayakan bekerja
f. pemberian imunisasi dan/atau profilaksis bagi pekerja berisiko tinggi
g. pelaksanaan kewaspadaan standar
h. surveilans Kesehatan Kerja

Pekerja merupakan aset berharga dalam pembangunan perekonomian bangsa yang wajib
mendapatkan perlindungan keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pelaksanaan keselamatan dan
Kesehatan Kerja bertujuan memberikan perlindungan bagi Pekerja agar sehat, selamat, produktif,
dan terhindar dari kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Kesehatan Kerja merupakan bagian
tak terpisahkan dari keselamatan dan Kesehatan Kerja, tercermin dalam berbagai Undang-Undang.
UndangUndang yang dimaksud, antara lain yaitu Undang-Undang yang mengatur mengenai
keselamatan kerja dan Undang-Undang yang mengatur mengenai ketenagakerjaan serta Undang-
Undang yang mengatur mengenai kesehatan telah mengamanatkan pengaturan tentang Kesehatan
Kerja. Kebijakan keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam perlindungan kesehatan Pekerja sejalan
dengan prinsip dalam Sistem Kesehatan Nasional. Hal ini terwujud melalui kebijakan, sistem, dan
program nasional dalam mencapai terwujudnya budaya keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Produktifitas kerja dapat terwujud apabila Pekerja berada dalam kondisi sehat dan bugar untuk
bekerja serta merasa aman dan terlindungi sebelum, saat, dan setelah bekerja. Oleh karena itu,
dalam rangka memberikan perlindungan kepada Pekerja dan setiap orang selain Pekerja yang
berada di Tempat Kerja, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat bertanggung jawab
dalam penvelenggaraan Kesehatan Kerja. melalui upaya pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, penanganan penyakit, dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan sesuai dengan
standar Kesehatan Kerja.

102
Upaya pencegahan penyakit dilaksanakan agar Pekerja terbebas dari penyakit dan gangguan
kesehatan serta cedera akibat kerja.

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor
tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan terjadinya
penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual juga berperan dalam perkembangan
penyakit di antara pekerja yang terpajan

Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai berikut:

1. Golongan fisik

a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai dengan Non-induced


hearing loss

b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit

c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia.
Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau hypothermia.

d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease

e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata. Pencahayaan yang tinggi
dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.

2. Golongan kimia :

a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis

b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan

c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S

d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis

e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan

3. Golongan infeksi

a. Anthrax

b. Brucell

c. HIV/AIDS

Golongan fisiologis Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang kurang
baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan kelelahan fisik bahkan
lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.

103
Pencegahan Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of
prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:

a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan kesehatan dan keselamatan


kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian,
perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan
perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan
periodik.

b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan, sanitasi


lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan alat
pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)
baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.

c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk
mencegah terjadinya komplikasi.

d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya: memeriksa dan mengobati tenaga
kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan. e.
Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kemali para pekerja
yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan
cacat di jabatan yang sesuai.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah sebagai berikut:

1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya menggantikan bahan kimia yang
berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.

2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.

3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.

4. Menyediakan, memakai dan merawat APD

Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pekerjaan, apapun jenis pekerjaan selalu dilakukan
dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pekerjaan berisiko rendah hingga
berisiko tinggi.5 Disamping itu pemahaman dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
masih kurang di perhatikan oleh pekerja formal maupun informal. Pada hal faktor K3 sangat penting
dan harus diperhatikan oleh pekerja dan hal ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya
kerja sama antara pemerintah, perusahaan dan pekerja agar terhindar dari Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).

104
Sebagai upaya untuk memberikan pemahaman dan acuan yang sama mengenai pelaksanaan
Permen tersebut, perlu dibuat buku pedoman yang berorientasi pada aspek kejelasan dan
kesesuaian dengan kebutuhan serta efektivitas pengujian dan pengendalian. faktor fisika meliputi
iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang radio/ gelombang mikro, radiasi ultra violet, medan
magnet, tekanan udara dan pencahayaan.

Nilai Ambang Batas Faktor Kimia dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 05 Tahun
2018 tentang K3 Lingkungan Kerja ini meliputi : notasi, nama bahan kimia, nomor CAS dan penulisan
satuan. Berikut tabel penjelasan Nilai Ambang Batas Faktor Kimia :

105
Saat ini untuk faktor biologi di tempat kerja hanya meliputi parameter mikroorganisme saja,
yaitu angka kuman yang terdiri dari 1. Jumlah bakteri total 700 cfu/m3 2. Jumlah jamur total 1.000
cfu/m3 , dan 3. Tidak terdapat mikroorganisme patogen. Untuk pengembangan lebih lanjut akan terus
menerus dilakukan pengkajian.
Lampiran Faktor Ergonomi pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 05 Tahun 2018
tentang K3 Lingkungan Kerja merupakan pedoman pengukuran dan pengendalian faktor ergonomi di
tempat kerja yang meliputi :
A. Pengukuran antropometri
B. Desain stasiun kerja
C. Desain manual handling

106
Kuesioner Survei Diagnosis Stres (SDS) ini dirancang untuk keperluan pengujian faktor psikologi di
tempat kerja. Kuesioner ini bertujuan untuk menilai tingkat risiko stres akibat sumber-sumber
penyebab stres di tempat kerja, yaitu :
1. Ketaksaan peran
2. Konflik peran
3. Beban berlebih kuantitatif
4. Beban berlebih kualitatif
5. Pengembangan karir
6. Tanggung jawab terhadap orang lain

 Standar Kualitas Udara Dalam Ruang

Pedoman ini memberikan penjelasan yang terdapat pada Permenaker No. 05 Tahun 2018
tentang K3 Lingkungan Kerja, Pedoman ini memberikan penjelasan terhadap Bagian Ketiga
mengenai Kebutuhan Udara, Pasal 40, Ayat 5, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.05 Tahun
2018. Berikut tabel penjelasan Standar Kualitas Udara Dalam Ruang :

107
PENUTUP

Disetujui oleh,

108
Khristian Anton Hartono

Dibuat oleh,

Frans Fernandes

109

Anda mungkin juga menyukai