Anda di halaman 1dari 4

Gambar 2.

2 Penyebaran Beban Roda Hingga Lapisan Subgrade

Pada gambar di atas terlihat bahwa beban kenderaan dilimpahkan ke


perkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata (w).
Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan (surface course) dan
disebarkan hingga ketanah dasar (subgrade), dan menimbulkan gaya pada
masing-masing lapisan sebagai akibat perlawanan dari tanah dasar
terhadap beban lalu lintas yang diterimanya. Beban tersebut adalah :

1. Muatan atau berat kenderaan berupa gaya vertikal;

2. Gaya gesekan akibat rem berupa gaya horizontal;

3. Pukulan roda kenderaan berupa getaran-getaran.

Karena sifat dari beban tersebut semakin kebawah semakin


menyebar, maka pengaruhnya semakin berkurang sehingga muatan yang
diterima masing-masing lapisan berbeda.

2.4. LIGHT WEIGHT DEFLECTOMETER (LWD) PUSJATAN

Light Weight Deflectometer (LWD) adalah sebuah perangkat yang


mengukur deformasi vertikal oleh massa jatuh, alat ini telah digunakan
selama lebih dari dua dekade sebagai jaminan kualitas untuk konstruksi
pekerjaan tanah. Perang katini khusus digunakan dalam pekerjaan tanah
dan, baru-baru ini untuk aspal. Di Amerika Serikat, hasil pengujian LWD,
yaitu, defleksi tanah atau perkiraan modulus tanah dinamisnya (dari analisis
Boussinesq plat pembebanan pada setengah – ruang elastis), telah

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


digunakan sebagai nilai relative dan kualitatif karena kriterianya tergantung
kepada kepadatan kering dan kadar air (David, 2013).

Light Weight Deflectometer (LWD) adalah alat untuk menganalisa


struktural jalan meliputi subbase, base, surface untuk kemudian mendesain
jalan dengan umur rencana tertentu. Hasil keluaran dari alat Light Weight
Deflectometer (LWD) adalah file lendutan.

Fungsi alat Light Weight Deflectometer (LWD) adalah :

• Menentukan defleksi yang disebabkan oleh beban terkontrol


• Menghasilkan beban impuls dinamis yang mensimulasikan beban
roda bergerak
LWD Pusjatan merupakan hasil penelitian yang dilakukan di
Puslitbang Jalan dan Jembatan pada tahun anggaran 2012 dan 2013
(Siegfried 2013). Alat LWD Pusjatan ini mempunyai perbedaan dengan alat
LWD standar, antara lain:

• Beban yang digunakan pada LWD Pusjatan berbeda dengan LWD


Standar.
• LWD Pusjatan tidak menggunakan load cell.
• Terdapat 3 buah sensor geophone yang digunakan pada LWD
Pusjatan.
Beban yang digunakan pada LWD Pusjatan adalah seberat 12 kg. Hal
ini lebih besar dibandingkan dengan beban yang digunakan pada LWD
standar. Tujuan utama menggunakan beban yang lebih berat agar bisa
menghasilkan stress level yang lebih tinggi, sehingga alat LWD Pusjatan ini
bisa digunakan juga pada pengujian jalan-jalan bervolume lalu lintas
sedang.

Pada LWD Pusjatan tidak digunakan load cell. Terdapat 5 tingkatan


beban yang dimulai dari 0 sampai dengan 4. Masing-masing tingkatan
menghasilkan beban tertentu. Besarnya beban ini sebelumnya sudah
dilakukan kalibrasi menggunakan load cell standar. Dengan tidak adanya
load cell ini maka LWD Pusjatan jauh lebih praktis dibandingkan dengan

10

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


alat sejenis. Perawatannya jauh lebih mudah karena load cell merupakan
salah satu komponen yang memerlukan perawatan yang cukup teliti.

LWD Pusjatan dilengkapi dengan 3 buah sensor geophone. Hal ini


berbeda dengan LWD pada umumnya yang mempunyai 2 sensor.
Penggunaan 3 buah sensor ini bertujuan agar penggunaan Manual Desain
Perkerasan untuk jalan beraspal berlalu lintas sedang sampai rendah bisa
diakomodasi dengan menggunakan alat LWD Pusjatan. Gambar di bawah
ini menunjukkan satu unit LWD Pusjatan.

Gambar 2.3 LWD Pusjatan

Perhitungan LWD Pusjatan didasarkan atas teori-teori dasar dari


teknik gelombang atau yang lebih dikenal dengan omega arithmetic.
Perhitungan ini memberikan hubungan antara lendutan (displacement),
kecepatan, dan percepatan pada domain frekuensi (Mercer 2006).
Langkah-langkah perhitungan untuk LWD Pusjatan ini antara lain:

1. Dari data yang diambil, nilai count ADC dikonversikan mejadi


kecepatan lendutan dengan mempertimbangkan sifat-sifat geophone
yang dipakai.
2. Untuk data kecepatan lendutan dilakukan transformasi Fourier.
3. Tetapkan frekuensi dominan serta hitung besarnya frekuensi
angular.

11

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


4. Lakukan perhitungan omega arithmetic untuk mendapatkan
lendutan.
5. Setelah mendapatkan lendutan kemudian dihitung modulus
menggunakan rumus Boussinesq dengan menggunakan data beban
dan Poisson’s ratio dari bahan yang diuji.
6. Rumusan omega arithmetic yang digunakan pada alat LWD Pusjatan
diberikan pada persamaan berikut ini.
𝑋̈(𝑓)
𝑋(𝑓) =
𝑖𝜔
Dimana :
𝑋(𝑓) : lendutan dalam domain frekuensi.
𝑋̈ (f)
̈ : kecepatan lendutan dalam domain frekuensi.
ω : frekuensi angular.
i : bilangan imajiner (-1)

2.5. PRINSIP KERJA LWD PUSJATAN

Survey lendutan dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan struktur


perkerasan yang dicerminkan dengan nilai lendutan pada tiap-tiap titik
pengujian perkerasan. Dari data kekuatan struktur perkerasan ini, dapat
diperoleh umur sisa perkerasan yang ada dan tebal lapis tambah yang
dibutuhkan. Pada perkerasan kaku pengujian lendutan dilakukan pada
tengah slab. Survey lendutan perkerasan jalan dilakukan dengan
menggunakan Light Weight Deflectometer (LWD). Survey lendutan
dilakukan pada masing-masing lajur untuk masing-masing arah. Interval
atau jarak antara titik pengujian lendutan adalah setiap interval 100 meter.

Alat LWD terdiri atas beban jatuhan, pelat beban, geophone, dan
prosesor. Beban jatuhan bertujuan untuk untuk mensimulasikan beban
dinamis lalu lintas. Apabila beban dijatuhkan pada ketinggian tertentu maka
akan menghasilkan vibrasi yang akan dicatat oleh geophone. Data vibrasi
ini kemudian digunakan untuk menghitung besarnya lendutan yang
dihasilkan oleh beban jatuhan. Perhitungan ini menggunakan rumus-rumus
dasar dari teknologi vibrasi. Nilai lendutan ini kemudian dipakai untuk
menghitung besaran modulus elastisitas dari lapisan yang diuji dengan
mengaplikasikan persamaan Boussinesq (Transit New Zealand 1998).

12

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO

Anda mungkin juga menyukai