Anda di halaman 1dari 20

Kuliah Ke-12

SIA-310
PPJ

Judul Pertemuan:

Lendutan Langsung
Falling Weight Deflectometer
(FWD)
Pengukuran lendutan dengan menggunakan alat
Falling Weight Deflectometer (FWD).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
beban pelat dinamik (impuls)
pada perkerasan jalan.

Bahan pelat lingkaran


ditempatkan pada permukaan perkerasan
atau lapis pondasi/pondasi bawah,
dan beban impuls diaplikasikan terhadap pelat
melalui beban yang dijatuhkan
terhadap sistem pegas dari pelat.
Energi yang diterima maupun yang dilepaskan
oleh sistem perkerasan akibat beban jatuh
atau nilai lendutan yang terjadi
diukur oleh 7-9 buah geophone/deflector
yang diletakkan pada jarak tertentu
tergantung dari tebal konstruksi perkerasan.
Penggunaan alat FWD dalam pelaksanaan
pengujian lapangan
untuk melakukan evaluasi kekuatan struktur perkerasan
mempunyai keunggulan:

a. Cara pengujian yang tidak merusak (non destructive test);


b. Pengoperasiannya dilakukan dengan 2 orang
(teknisi/operator komputer dan sopir);
c. Hasil pengujian yang teliti dan dapat dilakukan dengan cepat
(+ 60 titik per-jam);
d. Rentang pembebanan, tinggi jatuh
dan diameter pelat beban yang bervariasi;
e. Sangat baik untuk pengujian yang berulang-ulang;
f. Sangat baik dalam pendekatan
perencanaan secara mekanistik/analitik;
g. Dirancang untuk jenis-jenis perkerasan
yang bervariasi
dari jenis perkerasan berbutir (tanpa pengikat)
sampai dengan perkerasan
pada landasan lapangan terbang.
Komponen FWD
1. Diameter pelat dasar untuk:
a. Perkerasan lentur : 300 mm;
b. Unbound material : 450 mm.

2. Tinggi jatuh beban pelat :


81 mm, 135 mm, 196 mm, dan 361 mm.

h = P 2

3. Berat beban pelat


Secara umum di Indonesia beban as tunggal
adalah 8,16 ton (W) atau 82 kN,
dengan diameter pelat dasar 300 mm,
maka tekanan yang diberikan :

P= W/2 = 580 kpa.


0,25 x πd2
Tabel Hubungan berat beban VS tegangan & k
Berat
Pelat Tegangan (kPa) Nilai k
beban
(kg)
Ǿ Pelat 300 Ǿ Pelat 450 Ǿ Pelat 300 Ǿ Pelat 450
mm mm mm mm

350 850 - 1700 380 – 750 86 38

200 425 – 950 190 – 430 50 22

100 210 – 480 95 – 215 25 11

50 100 – 240 45 – 105 13 5,8


Terdapat 7 buah deflector pada FWD
yang akan menangkap
sinyal cekung lendutan
dengan jarak ditentukan
oleh tebal struktur perkerasan.

TEBAL TOTAL
PERKERASAN (mm) JARAK ANTAR DEFLECTOR (mm)

300 - 700 0, 150, 300, 700, 750, 900, 1500

700 – 1200 0, 300, 600, 900, 1200, 1500, 1800

Jumlah dan jarak antara titik pengamatan:


Letak titik uji dan jumlahnya
ditentukan secara random,
ditentukan setiap interval 25–50 m.
Temperatur pada lokasi uji:
Dalam proses pengukuran FWD,
diperlukan pengukuran temperatur.
Pencatatan temperatur dilakukan
dengan menggunakan sinar infra merah
secara otomatis.
Akibat beban yang dijatuhkan
pada pengukuran dengan
Falling Weight Deflectometer (FWD),
selain lendutan,
timbul juga reaksi permukaan
yang menahan beban berupa tegangan.

Beban yang dijatuhkan


merupakan beban sesaat
atau beban dinamis
yang berdasarkan hasil penelitian
sama dengan beban lalu lintas
dengan kecepatan
V= 60–80 km/jam.
Data yang dihasilkan
langsung dari alat FWD
melalui program komputer FWD
adalah:

a.Lendutan;
b.Modulus permukaan.
Lendutan dengan
Falling Weight Deflectometer (FWD)

Lendutan yang digunakan


untuk perencanaan
adalah lendutan pada pusat beban
(df1)

Nilai lendutan dimaksud


harus dikoreksi dengan
faktor muka air tanah
(faktor musim);
koreksi temperatur;
serta faktor koreksi beban uji
(bila beban uji tidak tepat 4,08 ton);
Besarnya lendutan langsung FWD
dL = df x ft x c x FKB-FWD
Keterangan:
dL
lendutan langsung (mm)
df
lendutan langsung pada pusat beban pengukuran (mm)
ft
faktor penyesuaian lendutan terhadap
temperatur standar 350C
C
faktor pengaruh muka air tanah
(Musim Kemarau: 1,2; Musim Hujan: 0,9)
FKB-FWD
faktor koreksi beban uji FWD:
4,08 x (beban uji dalam ton)(-1)
Korelasi Lendutan BB dan FWD
BB menghasilkan lendutan balik, dan beban yang digunakan
adalah berat langsung dari sumbu belakang truck standar.

FWD menghasilkan lendutan langsung dengan beban yang bekerja


adalah beban dinamis/bergerak.

Untuk mengatasi permasalahan


ketersediaan peralatan di daerah,
maka telah dikembangkan korelasi
antara
lendutan “BB” dengan lendutan “FWD”.
Namun dalam penggunaannya
harus memperhatikan
parameter dan asumsi-asumsi yang ada.

Persamaan korelasi tersebut:


dBB = 1,135dFWD + 0,158

Anda mungkin juga menyukai