Prisma 2
Prisma
pole
Helm 5 Dimensi : ( W x L x
praktikum H ) 22 Cm x 28 Cm x 18
Cm
Weight : 440 g
Kalkulator 1
Scientific
Metode Pengukuran
- Pengukuran KDH
Dalam menentukan posisi horizontal terdapat 5 metode yaitu :
a. Metode polar
b. Metode poligon
c. Metode triangulasi
d. Metode trilaterasi
e. Metode satelit
Pada pengukuran kali ini metode yang digunakan adalah metode poligon. Metode poligon
umumnya digunakan untuk memetakan daerah dengan bentuk yang memanjang. Untuk
rangkain poligon ini terbagi atas dua yakni poligon tertutup dan terbuka. Untuk bisa
membentuk rangkaian ini baik poligon terbuka dan tertutupnyang sangat diperlukan adalah
jarak mendatar dan sudut mendatar. Dalam metoda poligon, salah satu cara penentuan sisi
horizontal banyak titik adalah titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak, sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon) dengan satu
titik atau lebih sebagai titik acuan. Ditinjau dari penyambungan titik satu dengan yang
lainnya, poligon digolongkan sebagai poligon terbuka, tertutup, cabang, dan kombinasi dari
kedua atau ketiga bentuk poligon. Dari 4 golongan tersebut, dapat dipilih golongan mana
yang akan digunakan, sesuai dengan kebutuhan dari hasil yang dibutuhkan. Berikut ilustrasi
jenis-jenis poligon :
1. Poligon terbuka
Keterangan :
Titik yang akan ditentukan koordinatnya.
Titik ikat/ titik kontrol.
2. Poligon tertutup
Gambar 4 poligon tertutup
Pada poligon, parameter yang diukur adalah sudut dan jarak, sehingga hal ini yang
membedakan metoda poligon ini dari metoda polar. Seluruh hitungan poligon, merupakan
hitungan yang berangkai, sehingga dituntut ketelitian dan kecermatan yang tinggi, karena
kesalahan yang dilakukan saat awal akan mempengaruhi hasil hitungan berikutnya.
Tahapan hitungan poligon adalah sebagai berikut :
a. Hitungan azimuth setiap jurusan secara berangkai
b. Hitungan selisih/beda absis dan selisih/beda ordinat setiap sisi.
c. Hitungan koordinat setiap titik secara berangkai.
a. Hitungan Azimuth
α 1 A =α A 1 +180 °
1
α 12=α 1 A + β1 1
α 12=α A 1+ 180° 3
Berhubung α 12>360 ° , maka dikurangi 360 °, tanpa mengubah arah garis tersebut,
sehingga :
α 12=α A 1+ 180+ β1 −360° 4
α12¿ α A 1 + β 1−180° 5
Untuk selanjutnya :
α 23=α 12+ β 2−180 ° 6
Bila dilihat dari arah hitungan, (lihat Gambar 18 dan 19.), maka sudut yang digunakan untuk
hitungan merupakan sudut kiri, karena berada di sebelah kiri arah hitungan. Hal ini penting
artinya, karena bila menggunakan rumus yang sama untuk jenis sudut yang berbeda, maka
hasil hitungan azimuth akan berbeda pula. Titik yang seharusnya berada di utara, dapat
berpindah ke selatan. Hal tersebut jelas pula akan berpengaruh pada koordinat titik.
Rumus hitungan azimuth di atas, dapat dituliskan secara umum sebagai :
Azimuth untuk sudut kiri :
α jk =α ij + β j−180 ° 7
di mana :
α jk = azimuth dari titik j ke titik k
α ij= azimuth dari titik i ke titik j
β ij = sudut kiri pada titik j
j = titik poligon 1, 2, 3, ......., j.
i= j – 1 (titik sebelum/ di belakang titik j)
k = j + 1 (titik sesudah/ di muka titik j)
Untuk sudut kanan dari arah hitungan, maka persamaan di atas dapat digunakan untuk
mendapatkan persamaan baru .
Seperti diketahui bahwa :
α j + β j =360° 8
di mana :
β j = sudut kiri di titik j
α j = sudut kanan di titik j
j = titik poligon 1, 2, 3, .....,j
atau dapat dituliskan sebagai :
α j=360−β j
sehingga bila dihitung dengan persamaan (2), maka persamaan tersebut menjadi :
α jk =α ij −β j +180 ° 9
b. Hitungan absis dan ordinat
Beda absis (ΔX) dan beda ordinat (ΔY), dinyatakan sebagai berikut :
∆ X ij =J ij sin(α ij ) 10
∆ Y ij =J ij cos( α ij ) 11
di mana : i = titik poligon 1,2,3, ........
j = titik sesudah/di muka titik i
c. Hitungan koordinat
X ij = X ij + ∆ X ij 12
Y ij =Y ij +∆ Y ij 13
- Pengukuran KDV
Penentuan titik-titik KDV pada umumnya dilakukan dengan metoda sipat datar
memanjang. Pada sipat datar memanjang dilakukan pengukuran beda tinggi antar titik.
Beda tinggi antara dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo yang melalul titik-titik
itu. Bidang nivo diaasumsikan mendatar untuk jarak yang pendek antara dua titik
tersebut. Dengan demikian beda tinggi antara dua titik tersebut dapat ditentukan dengan
menggunakan garis mendatar yang sembarang dan dua mistar yang dipasang pada kedua
titik tersebut. Selain itu titik-titik KDV juga dapat ditentukan dengan menggunakan alat
ETS dan penentuan tinggi tiap titiknya dapat ditentukan dengan menggunakan metode
trigonometri.
Metoda trigonometri
m
Rambu
JAB B BT
V
m
X
HAB
TA
A
DA
B
X Y
D1 D2 D4
D3
2. Cara grafis
Titik-titik detal yang diukur akan diplot langsung menggunakan alat meja lapangan.
3. Cara tachymetry
Titik-titik detail akan diukur arah dan jaraknya dari titik kerangka dasar atau dari titik
penolong. Alat ukur utama yang digunakan adalah theodolit dan rambu ukur.
Theodolit digunakan untuk mengukur besarnya azimut magnetis, sudut tegak, jakar
optis sehingga didapatkan jarak mendatar dan beda tingginya. Cara tachymetry
merupakan cara yang paling umum digunakan untuk pemetaan daerah yang luas dan
untuk detail-detail yang bentuknya tidak beraturan.
Prinsip pengukuran yang digunakan pada metode ini yaitu :
o Azimut magnetis didapatkan setelah kunci boussole pada alat dibuka. Angka
00 menunjukkan azimut magnetis saat itu.
o Dengan dapat bergeraknya teropong maka terdapat sudut tegak yang besarnya
dihitung mulai dari arah zenith ke arah bidikan.
o Jarak optis sama dengan pada alat penyipat datar, hanya saja pada theodolit jarak
yang digunakan belum tentu jarak datar harus memperhitungkan sudut tegak.
Dmiring
Ddatar
d=d m sin2 Z 31
Dengan,
d = jarak mendatar.
dm = jarak miring.
z = bacaan sudut tegak.
Apabila teropong dalam keadaan mendatar artinya sudut zenith = 0, maka jarak optis yang
didapatkan merupakan jarak datar.
d m =( BA −BB ) x 100 32
Beda tinggi diasumsikan keadaan teropong tidak dalam keadaan mendatar, dapat dicari
dengan
2
B 4
1 3
A
Dari gambar diatas, besarnya nilai koreksi boussole untuk titik 1,2,3 setengah dari harga
koreksi boussole di titik A dan B, apabila jarak antara A dan B pendek. Penentuan koreksi
boussole yaitu pengurangan antara azimut geografis dengan azimut magnetis. Azimut
geografid di tiap titik dapat diperoleh dengan menggunakan
∝=∝u +C 34
Dengan :
∝ = azimut geografis
∝u = azimut magnetis
C = koreksi boussole