Anda di halaman 1dari 104

EKG – KEGAWATDARURATAN - RJP

dr. Danayu Sanni, SpJP(K). FIHA


sederhana

D a n a y u s a n n i
Pendahuluan

 EKG (elektrokardiografi~elektrokardiogram)
merupakan salah satu cara mengetahui kondisi
jantung secara umum
 Berikut akan dibahas interpretasi EKG
 Paling pertama tentu pastikan identitas, tanggal,
jam pembuatan EKG
 Selanjutnya KALIBRASI dan pastikan EKG tidak
terbalik
 Untuk tahu terbalik atau tidak harus paham EKG
normal
Kalibrasi standar : 10mV, kecepatan 25 ms
8
Jika amplitude 5mV → 5 kotak = 1 mV → LVH tidak terdiagnosa
Jika kecepatan 50ms → dua kotak = 0.04 → tampak bradikardi
Tahapan membaca EKG
CONTOH

I rama sinus; QRS Rate: 88; Normoaxis; Gel.P normal; PR int 0,16;
QRS dur 0,08;QRS progression N ;Q patologis (-); ST-T changes (-)
Gelombang T N Kesimpulan: Normal Sinus Rythm
Irama sinus normal
1. ANALISA irama

 Irama jantung normal adalah irama sinus


 Irama sinus dikenali dengan gelombang P yang
diikuti QRS complex
 Lihat dulu keseluruhan ekg, kenali irama dasar,
dan irama tambahan
 Identifikasi PVC, PAC
 Aritmia bisa berasal dari atrium, AV junction,
ventrikel
Temukan irama dasar dengan menemukan P - QRS
2. Hitung heart rate
 300 / kotak besar
 1500 / kotak kecil
 Hitung jumlah kompleks QRS dalam 30 kotak
besar, kalikan 10
2. QRS Rate/ Frekuensi

Sinus Tachycardia

Sinus Rhythm Sinus Bradycardia


3. Hitung QRS aksis

 Mengapa dibutuhkan 12 lead untuk menganalisa


kelistrikan jantung
 Karena setiap lead memiliki view yang berbeda
terhadap arah listrik jantung
 Kelistrikan jantung meski seperti mengarah ke
banyak cabang, namun memiliki resultan arah
 Hal ini dinamakan aksis
AXIS
QRS Axis
Left Axis Deviation
Extreme RAD/ (LAD)
Superior Axis

Right Axis
Deviation
(RAD) Normal Axis
-30 s/d +90
-30 s/d +120
QRS Axis
4. Analisa gelombang P

 P terbaik dilihat di lead II karena aksis nya selaras dengan aksis atrium
→ gambaran p upright
 Dan Lead V1 karena berpotongan dengan aksis V1 → gambaran p
bifasik
 kelainan P: kelainan atrium
 P pulmonal → atrium kanan → biasa akibat proses di paru
 P mitral → atrium kiri → bisa karena masalah di mitral
5. Hitung PR interval

 Terdapat jeda setelah gelombang P dan sebelum


kompleks QRS dimana tidak terdapat aktivitas
listrik
 Hal ini disebabkan AV node menahan impuls
beberapa detik dan merupakan hal fisiologis
 Memberi waktu pengisian ventrikel sebelum terjadi
kontraksi ventrikel
 Normal 0,12 – 0,2 dt
 Memanjang → av block derajat 1
6. Evaluasi QRS kompleks

Durasi QRS normal


0,06 – 0,1 dt

 Progresifitas R wave
Gelombang Q fisiologis
Q patologis

 Menandakan infark miokard


 Amplitudo Q patologis lebih dari sepertiga
amplitude gelombang QRS
 Beberapa literature menyebutkan lebih dari 25%
amplitude QRS
 Lebar 40 ms (satu kotak kecil)
7. ST – T changes

 Tidak semua ST elevasi atau ST depresi berarti gangguan


coroner
 Diagnosis penyakit berbeda dengan interpretasi EKG
 Tidak akurat jika mendiagnosa hanya berdasar EKG
 Jika ragu lakukan serial EKG → STEMI new onset evolusi
tampak jelas
 Jika bingung kembali ke klinis
 Selalu sebutkan di lead mana ditemukan ST/T changes
Evolution of Inferior STEMI, lead III
Indicative Changes Reciprocal Changes
Location of MI Affected Coronary Artery
(Leads facing affected area) (Leads opposite affected area)
Left coronary artery
A nterior V3, V4 V7, V8, V9 •LAD-diagonal branch

Left coronary artery


Anteroseptal V1, V2, V3, V4 V7, V8, V9 •LAD-diagonal branch
•LAD-septal branch

Left coronary artery


Anterolateral I, aVL, V3, V4, V5, V6 II, III, aVF, V7, V8, V9 •LAD-diagonal branch and/or
•Circumflex branch

Right coronary artery (most common)


Inferior II, III, aVF I, aVL posterior descending branch or
Left coronary artery-circumflex branch

Left coronary artery


Lateral I, aVL, V5, V6 II, III, aVF •LAD-diagonal branch and/or
•Circumflex branch

Left coronary artery


Septum V1, V2 V7, V8, V9 •LAD-septal branch

Posterior V7, V8, V9 V1, V2, V3 Right coronary or left circumflex artery

Right coronary artery


Right Ventricle V1R-V6R I, aVL •Proximal branches
Benign Early Repolarization
ECG criteria for Benign Early Repolarization
Left Ventricular Hypertrophy
ECG criteria for Left Ventricular Hypertrophy
Left Bundle Branch Block
ECG criteria for Left Bundle Branch Block
Right Bundle Branch Block
ECG criteria for Right Bundle Branch Block
ECG findings for digoxin effect
ECG findings for hyperkalemia-related
ST segment/T wave abnormalities
Specific ECG findings (promonent T wave, T wave inversion, ST segment depression, and ST segment
evelation) in Normal, ACS and non-ACS presentation
INTERPRETASI

 Merupakan kesimpulan dari ketujuh poin diatas


 Jika semua normal dapat disebutkan irama sinus
normal
 Jika terdapat hal yang tidak normal disebutkan
misal aksis ke kiri
 Perubahan ST –T yang telah dideskripsikan, pada
bagian kesimpulan disebutkan merupakan
bagian dari apa, misal LVH, infark anterior, iskemia
posterior, dsb
 Adapun diagnosa STEMI atau NSTEMI adalah
diagnosa klinis, bukan interpretasi EKG
TERIMAKASIH
Kegawatdaruratan
Kardiovaskuler
dr. Danayu Sanni, SpJP (K), FIHA
49
Kegawatdaruratan
Kardiovaskuler
Di era COVID 19
COVID 19

▪ Ilmu kedokteran terus berkembang


▪ Jenis penyakit baru yang tidak
pernah ada sebelumnya
▪ First, do no harm → terhadap diri
sendiri, keluarga, sejawat, dan
pasien lain

with great power comes


great responsibility

51
BantuanHidupDasar
di masa wabah
COVID 19

52
53
Tenaga Kesehatan + → Resiko tertinggi tertular
Langkanya Alat Pelindung Diri
Mengapa resusitasi meningkatkan risiko penularan??

RJP → prosedur penghasil aerosol :


kompresi dada, ventilasi tekanan • Henti jantung
positif, intubasi (advanced airway). →kegawatdaruratan
• Selama prosedur ini, partikel virus dimana kebutuhan pasien
dapat tersuspensi di udara dengan mendapat resusitasi
waktu paruh kurang-lebih 1 jam dan dalam waktu cepat dan
dihirup orang-orang di sekitarnya. hal ini berpotensi
menyebabkan
kemerosotan praktik
Resusitasi mengharuskan sejumlah kewaspadaan standar
penolong bekerja dalam jarak dekat baik untuk mengontrol infeksi.
satu sama lain maupun dengan pasien.

54
55
56
57
58
Acute
Coronary
Syndrome
STEMI, NSTEMI,
UNSTABLE ANGINA

59
Mulai decade
pertama kehidupan

Lesi komplikasi
biasa terbentuk pada
dekade keempat
→ Usia 40tahun
Knuuti et al. Eur Heart J. 2019 Aug 31
jika PJK asimptomatik, gejala pertama sering berasal dari CHF

The cardiovascular disease


continuum.

Victor J. Dzau et al. Circulation. 2006;114:2850-2870


Terapi Coronary artery disease (CAD)

Chronic Coronary Syndromes Acute Coronary Syndrome


(CCS)
 Antiplatelet: aspilet  Revaskularisasi → Fibrinolitik, PPCI, CABG urgent
 Antiiskemik: Nitrat, CCB, BB  Dual Antiplatelet: loading dose first → aspilet +
 Anti LV remodeling : ACE inh, ARB clopidogrel
 Statin → pleiotropic efek  Oksigen : saturasi < 90% , dispneu
 Revaskularisasi → Fibrinolitik, PCI,  Antikoagulan: UFH, Fondaparinux, Enoxaparin
CABG
 Anti iskemik: Nitrat, CCB, BB
 Atasi factor resiko :
 Anti LV remodeling : ACE inh, ARB
- Berhenti rokok
 Statin → pleiotropic efek
- Olahraga setiap hari setengah jam
 Atasi factor resiko
- Obati DM
Syok
Kardiogenik
April Hansson

+1 23 987 6554

april@www.proseware.com
Definisi Syok
❑ Kondisi mengancam nyawa akibat kegagalan sirkulasi,
menyebabkan inadekuatnya pengantaran oksigen untuk
memenuhi kebutuhan metabolik sel dan kebutuhan oksigen,
menyebabkan hipoksia sel dan jaringan.
❑ Syok paling umum terjadi ketika kegagalan sirkulasi
bermanifestasi sbg hipotensi; namun sangat krusial untuk
mengenali syok bahkan pada keadaan Hipertensif dan
normotensif
❑ Awalnya efek syok reversible, tapi dengan cepat menjadi
irreversible, menyebabkan multiorgan failure (MOF) dan
kematian
❑ Keadaan hipoksia pada sel dan jaringan karena 1. penurunan
pengantaran oksigen 2. peningkatan konsumsi oksigen 3.
penggunaan oksigen yang inadekuat, 4. gabungan proses diatas
Acute cardiac hemodynamic instability may result from disorders that impair
function of the myocardium, valves, conduction system, or pericardium, either in
isolation or in combination.
CS is pragmatically defined as a state in which ineffective cardiac output
caused by a primary cardiac disorder results in both clinical and biochemical
manifestations of inadequate tissue perfusion.

Sean Van Diepen, et al. Circulation. 2017;136:e232–e268.


Acute Heart
Failure
April Hansson

+1 23 987 6554

april@www.proseware.com
2016 ESC Guideline
Acute and Chronic
Heart Failure
Symptoms/signs of congestion:
OP, PND, breathlessness,
bi‐basilar rales, (left‐sided);
symptoms of gut congestion,
jugular venous distension,
hepatojugular reflux,
hepatomegaly, ascites, and
peripheral oedema (right‐sided).
2016 ESC Guideline
Acute and Chronic Heart Failure
Hipertensi
Emergensi
April Hansson

+1 23 987 6554

april@www.proseware.com
Kegawatdaruratan jantung berhubungan dengan
Hipertensi Emergensi

Gagal Jantung (22%)


01 Disfungsi LV akut disertai edema paru

Sindrom Koroner Akut (18%)


02

Diseksi Aorta (8%)


03

# Tujuan terapi
Melindungi fungsi organ, menurunkan resiko komplikasi, sehingga memperbaiki luaran
pasien
Papadopoulos. Curr Hypertens Rep (2015) 17:5
Tatalaksana
Terapi Hypertensive emergencies umumnyq parenteral antihipertensi.

Diturunkan dalam satu jam 20-25% MAP dan bertahap dalam 2-6 jam hingga 160/100-110

Penurunan tiba –tiba dapat menyebabkan injuri iskemik berat pada organ utama

Kecuali pada Diseksi aorta dibutuhkan penurunan cepat dalam 5-10 menit pertama

Beta bloker untuk menurunkan HR dibawah 60x/menit untuk menurunkan shear stress
pada dinding aorta

vasodilator seperti nitroglycerin untuk mencapai sistolik 100-120, diastolic < 80


Acute Limb
Ischemic
April Hansson

+1 23 987 6554

april@www.proseware.com
Algorithm for the
Diagnosis and Treatment
of Acute Limb Ischemia.

Creager MA et al. N Engl J Med 2012;366:2198-2206.


Aritmia
April Hansson

+1 23 987 6554

april@www.proseware.com
SVT
VT
Torsades
de Pointes
VF

Anda mungkin juga menyukai