Anda di halaman 1dari 104

ANALISIS EFEKTIVITAS BUKTI POTONG ELEKTRONIK DI KPP

MADYA TANGERANG

SKRIPSI

Disusun Oleh :
INDAH PURNAMA SARI
CA191221374
Program Studi : Administrasi Publik
Konsentrasi: Kebijakan & Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJEMEN STIAMI
JAKARTA
2020
ANALISIS EFEKTIVITAS BUKTI POTONG ELEKTRONIK DI KPP
MADYA TANGERANG

INDAH PURNAMA SARI


NPM : CA191221374
Program Studi :Ilmu Administrasi Publik

SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Administrasi Publik (S A P) Program Studi Strata Satu telah
disetujui oleh Pembimbing dan Ketua Program Studi pada tanggal
seperti tertera dibawah ini

Jakarta, 30 September 2020

Menyetujui,

Drs. Johansyah Zaini, MM


Pembimbing

Menyetujui,

Dwi Agustina, S.IP., MPA


Ketua Program Studi Administrasi Publik

ii
ANALISIS EFEKTIVITAS BUKTI POTONG ELEKTRONIK DI KPP
MADYA TANGERANG

INDAH PURNAMA SARI


NPM : CA191221374
Program Studi :Ilmu Administrasi Publik

SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Administrasi Publik (S A P) Program Studi Strata Satu telah
disetujui Tim Penguji dan disahkan Dekan Fakultas Ilmu Administrasi
Institut STIAMI pada tanggalseperti tertera dibawah ini

Jakarta, 24 Oktober 2020

1. Dr Novianita Rulandari, S.AP, M.Si, CiQaR ……………………….


Ketua Penguji

2. Roike Tambengi, SE, MSi, MBA ……………………….


Penguji Ahli

3. Drs. Johansyah Zaini, MM ……………………….


Penguji Ahli
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Administrasi
Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI

Dr Novianita Rulandari, S.AP, M.Si, CiQaR

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Karya tulis saya, Skripsi ini, adalah hasli dan belum pernah diajukan

untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau

doktor baik di Universitas maupun di perguruan tinggi lain).

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya

sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Dosen Pembimbing

dan masukan dari Tim Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah

ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan

jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan

nama pengarang dan dicantum kan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di

kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam

pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan gelar yang telah diperoleh,serta sanksi lainnya sesuai

dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Jakarta, 15 September 2020,


Yang membuat pernyataan,

Indah Purnama Sari

NPM: CA191221374

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


berkat, rahmat, hidayah dan inayah-Nya serta ditambah dengan semangat
dan kerja keras sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini
yang berjudul “ANALISIS EFEKTIVITAS ELEKTRONIK BUKTI POTONG
DI KPP MADYA TANGERANG”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu


syarat memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik (S.A.P) dari Institut
Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka


kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak
demi kesempurnaan skripsi ini.

Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi


yang memerlukan, khususnya bagi peneliti yang bermaksud melakukan
penelitian selanjutnya.

Jakarta, 15 September 2020

Indah Purnama Sari

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penyelesaian
skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Kedua orang tua Mama Asmila dan Papa Sa’arih, untuk hari-hari yang
telah kau habiskan untuk menjaga, menyayangi, mendidik, dan
membimbing serta mendoakan penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan kuliah dan meraih gelar sarjana.

2. Bapak Prof Dr. Ir.Wahyuddin Latunreng, MM selaku Rektor Institut Ilmu


Sosial dan Manajemen STIAMI.

3. Ibu Dr. Novianita Rulandari, S.AP., M.Si, CiQaR selaku Dekan


Fakultas Ilmu Administrasi.

4. Ibu Dwi Agustina, S.IP., MPA Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Publik.

5. Bapak Drs. Johansyah Zaini,MM Selaku Dosen Pembimbing Skripsi


yang selalu meluangkan waktu dalam proses bimbingan skripsi ini
hingga selesai.

6. Bapak Lun Zamroni, S.Sos.,MA. Selaku Kepala Kampus Institut Ilmu


Sosial dan Manajemen STIAMI Kampus Kota Tangerang.

7. Seluruh Dosen Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI Jakarta.

8. Seluruh Staf KPP Madya Tangerang;

9. Teman-teman, pasangan serta seluruh keluarga saya yang telah


memberikan dukungan.

vi
10. Staff Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI Kampus Kota
Tangerang.

Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa membalas dengan

balasan yang terbaik kepada semua pihak atas segala bantuannya

sehingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa hasil

penelitian skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran untuk menjadikan hasil penelitian ini lebih

baik.

Akhir kata penulis berharap hasil penelitian skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Jakarta, 15 September 2020

Indah Purnama Sari

NPM: CA191221374

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iii

PERNYATAAN .................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................ vi

DAFTAR ISI......................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian......................................................................1


B. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................... 3
C. Pertanyaan Penelitian............................................................................3
D. Tujuan Penelitian.................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian.................................................................................. 4

BAB II KAJIAN LITERATUR

A. Penelitian Terdahulu.............................................................................. 6
B. Kajian Pustaka........................................................................................ 18
C. Kerangka Konseptual.............................................................................33
D. Model Konseptual...................................................................................34

BAB IIl METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.........................................................35


B. Operasionalisasi Konsep.......................................................................38

viii
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................38
D. Penentuan Informan...............................................................................42
E. Teknik Analisi Data.................................................................................43
F. Lokasi dan Jadwal Penelitian................................................................46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian............................................. 49


B. Hasil Penelitian........................................................................................54
1. Data Sekunder.................................................................................... 54
2. Data Primer......................................................................................... 55
C. Pembahasan........................................................................................... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 73
B. Saran........................................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar ll.I Model Konseptual...................................................................34

Gambar IV.l Struktur Organisasi...............................................................48

x
DAFTAR TABEL

Tabell l.l Penerimaan PPh 23 tahun 2017-2019……………………………2


Tabel ll.l Penelitian Terdahulu.......................................................................... 7

Tabel lll.l Jadwal Penelitian............................................................................... 48

Tabel IV.I Realisasi Pendapatan PPh 23/26.................................................. 50

Tabel IV.ll Realisasi Kepatuhan PPh 23/26....................................................50

Tabel IV.III Hasil wawancara informan ...........................................................52

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan Teknologi dan informasi ditengah arus globalisasi


dan modernisasi yang cukup pesat merupakan persyaratan utama
untuk menciptakan reformasi dalam pelayanan publik. Salah satunya
adalah muncul sistem perpajakan berbasis elektorik yaitu E-tax.
Electronic Tax atau E-tax merupakan sistem administrasi perpajakan
yang mengadopsi penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi
untuk memudahkan masyarakat sebagai wajib pajak dalam
melaksanakan setiap transaksi yang berkaitan dengan pajak.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak


(DJP) dalam meningkatkan pelayanan dan pengawasan kepada wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan
menggunakan layanan berbasis elektronik. Layanan berbasis
elektronik tersebut salah satunya adalah E-BUPOT. E-BUPOT adalah
aplikasi yang disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk
digunakan dalam membuat bukti pemotongan dan pelaporan pajak
seperti SPT Masa PPh pasal 23/26 dalam bentuk dokumen elektronik.
Selain itu, e-BUPOT juga dapat digunakan untuk peningkatan
pengawasan terhadap wajib pajak. Penggunaan e-BUPOT dibuat
untuk memberikan kemudahan, kepastian hukum dan meningkatkan
pelayanan kepada pemotong pajak penghasilan pasal 23 dan/atau
pasal 26 dalam melaporkan pemotongan pajak penghasilan pasal 23
dan/atau pasal 26.
2

Pertumbuhan penerimaan dari pajak yang dipotong/dipungut


(withholding tax) terus meningkat. Meningkatnya jumlah tersebut
belum selaras dengan meningkatnya kepatuhan pelaporan PPh pasal
23/26. Selain itu, masih belum ada integrase yang sistematis antara
pemotong dan yang melaporkan SPT masa PPh pasal 23 dan 26
dengan bukti potong yang diterima oleh wajib pajak yang dipotong.
Peluncuran aplikasi E-BUPOT menjadi inovasi dari Direktorat Jenral
Pajak (DJP) untuk menyelesaikan segala permasalahan tersebut
melalui sebuah sistem yang terintegrasi.

Dengan itu, dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian


dan melihat sejauh mana efektivitas berjalannnya penerapan sistem
E-BUPOT di KPP Madya Tangerang yang mulai berlaku di bulan
desember tahun 2019 ditengah situasi pandemi covid-19 ini. Dan
melihat sejauh mana ketepatan sasaran sistem e-bupot di KPP madya
Tangerang apakah sudah tepat atau masih perlu dievaluasi kembali.
Dan bagaimanakah sosialisasi yang sudah dilakukan untuk sistem
elektronik bukti potong ini kepada para wajib pajak, ditambah dengan
adanya situasi pandemi ini yang memungkinkan adanya
keterhambatan dan yang memerlukan pemantauan dalam proses
penerpannya. Serta apakah sejauh ini sudah mencapai tujuan dari
program sistem e-bupot ini atau masih banyak yang perlu diperbaiki
dan dilakukan untuk mencapai tujuan dari program e-bupot tersebut.

Tabel l.1

Realisasi Pendapatan Pajak Penghasilan

PPh pasal 23 dan 26 Tahun 2017 s/d 2019

Jenis Tahun
No
Penghasilan 2017 2018 2019
1 PPh Pasal 23 380.971.805.153 384.721.979.858 434.809.682.059
3

2 PPh Pasal 26 374.762.350.903 288.639.179.451 296.234.702.743


Sumber dari : KPP Madya Tangerang

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dijadikan


sebagai dasar untuk melakukan penelitian di KPP Madya Tangerang.
Untuk itu penulis mengangkat judul “ANALISIS EFEKTIVITAS BUKTI
POTONG ELEKTRONIK DI KPP MADYA TANGERANG”.

B. Ruang Lingkung Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas untuk mempermudah penulisan


penelitian ini agar lebih terarah, berjalan dengan baik, dan tidak
menyimpang dari pokok permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu
penulis memberikan Batasan permasalahan yaitu hanya mencakup
efektivitas penerapan sistem e-BUPOT sesuai dengan peraturan
perpajakan dalam pelayanan pajak pada KPP Madya Tangerang.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian dalam


penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana Efektivitas penerapan sistem elektronik bukti potong


pada KPP Madya Tangerang?

2. Bagaimana hambatan dalam penerapan sistem elektronik bukti


potong pada KPP Madya Tangerang?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan


dalam penerapan sistem elektronik bukti potong pada KPP Madya
Tangerang?
4

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas maka penulis menentukan


beberapa tujuan penulisan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis efektivitas penerapan sistem elektronik bukti


potong pada KPP Madya Tangerang.

2. Untuk menganalisis hambatan dalam pelayanan sistem elektronik


bukti potong pada KPP Madya Tangerang.

3. Untuk menganalisis upaya yang dilakukan dalam mengatasi


hambatan dalam penerapan sistem elektronik bukti potong pada
KPP Madya Tangerang.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan oleh peneliti bukan sekedar berguna untuk


segi akademik saja, tetapi juga berguna untuk segi kebijakan, praktis
dan berguna bagi berbagai pihak :

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini dilakukan sebgai syarat Ujian Akhir Semester untuk


memperoleh gelar sarjana dan di harapkan dapat digunakan
sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan serta
memperluas wawasan baik bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca mengenai Analisis Penerapan E-bupot terhadap
efektivitas pelayanan pajak.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan


sumber informasi atau referensi untuk penelitian yang akan
5

datang tentang Analisis Penerapan E-bupot terhadap efektivitas


pelayanan pajak.

3. Manfaat Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan acuan dasar bagi


pemerintah dalam melaksanakan sistem elektronik bukti potong
(e-bupot) yang dapat memberikan kemudahan, keamanan dan
kenyamanan bagi semua pihak dan untuk peningkatan pelayanan
perpajakan dalam upaya mengatasi hambatan yang terjadi agar
dapat membangun kesadaran wajib pajak yang belum melaporkan
bukti potong PPh Pasal 23 dan 26 secara benar dalam
menjalankan kewajiban perpajakannya, sehingga dapat
meningkatkan penerimaan pajak.
BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Penelitian Terdahulu

Sebelum dilakukannya penelitian mengenai analisis penerapan e-


bupot terhadap efektivitas pelayanan pajak pada KPP Madya
Tangerang, maka diperlukan adanya suatu acuan mengenai
pembanding dalam penulisan proposal skripsi ini. Acuan tersebut
diambil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
beberapa pihak mengenai tema dari permasalajam yang mirip dengan
masalah yang penulis teliti. Sehingga nanti dapat diambil kesimpulan
tetang persamaan dan perbedaan dengan masalah yang peneliti
angkat. Hal tersebut disajikan dalam matriks penelitian berikut ini.

Tabel ll.1
Penelitian Terdahulu

N Nama Judul Tujuan Metode Hasil


o Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
-Untuk Penelitian ini -Penerapan
1 Dhita Analisis
menganalisis menggunaka sistem
Nofianty Penerapan
penerapan n elektronik
(2019) E-BUPOT
aplikasi e- pendekatan perpajakan
pada
bupot dalam kuaitatif E-Bupot
Pelaporan
pelaporan masih baru,
SPT Masa
SPT Masa tetapi
PPH Pasal
7

23 di KPP PPh Pasal meskipun


Madya 23. -Untuk baru sudah
Jakarta menganalisis diterapkan
Pusat hal-hal yang dengan
Tahun 2018 menjadi cukup baik -
pendorong pembaharu
penerapan an ICT
sistem e- (Information
bupot dalam Communica
pelaporan tion &
SPT masa Technology)
PPh Pasal 23 dalam
-Untuk penerapan
menganalisis sistem
hal-hal yang elektronik
menjadi perpajakan
penghambat diindonesia
dalam menghasila
penerapan kan
sistem e- kemudahan,
bupot dalam efektik dan
pelaporan efisien, -Per
SPT PPh 23 04/PJ/2017
sudah
disosialisasi
kan dengan
baik akan
tetapi belum
di
berlakukan
untuk
8

semua WP
melainkan
beberapa
wajib pajak
yang
ditunjuk
Dirjen
Pajak.
-Untuk Penelitian ini -Sebagai
2 Laksita Efektiviitas
menambah menggunaka pendukung
Diah Sistem
wawasan n modernisasi
Ayuning Pembayara
tentang pendekatan Administrasi
tiyas n Pajak
gambaran kuaitatif perpajakan,
(2017) Menggunak
umum ebilling Dirjen Pajak
an E-
-untuk mengeluark
BILLING di
mengetahui an sistem e-
KPP
prosedur billing
Semarang
pembuatan sebagai
Candisari
kode billing sistem
-menambah pembayara
pengetahuan n yang
bagaimana berbasis
tata cara teknologi
pembayaran yang hadir
pajak memberikan
menggunaka kemudahan
n kode billing dalam
-untuk pembayara
menguji n pajak bagi
efektivitas wajib pajak
sistem e- -
9

billing dalam sebelumnya


penerimaan pada
negara di pembayara
KPP n pajak
Semarang dengan
Candisari billing
sistem
harus
membuat
kode billing.
Data
informasi
pajak yang
diisi wajib
pajak akan
terdaftar di
sistem
informasi
DJP pusat.
Dan pajak
dapat
dibayarkan
di bank/pos
secara
langsung
ataupun
dengan
internet
banking.
- Sistem e-
billing
10

memiliki
keunggulan
yaitu lebih
akurat,
cepat dan
aman dari
sistem
sebelumnya
. Karena
wajib pajak
mengisi
sendiri data
informasi
pajak yang
akan
dibayarkan
melalui situs
Direjn
pajak.
-
pembayara
n E-Billing
mulai
diterapkan
secara
sempurna
dipertengah
an tahun
2016
menunjukan
adanya
11

pengaruh
positif
terhadap
penerimaan
negara dan
kesadaran
wajib pajak
di KPP
Pratama
Semarang
Candisari
-Untuk Menggunaka Penggunaa
3 Raih “Analisis
mengetahui n Metode n e-filling di
Etika Efektivitas
mekanisme Deskriptif KPP
(2017) Penerapan
pelaporan Kualitatif Pratama
E-Filling
Surat Kebumen
dalam
Pemberitahu ternyata
Pelaporan
an Tahunan belum dapat
Surat
dengan cara mengoptima
Pemberitah
e-filling. lisasikan
uan
-Untuk kepatuhan
Tahunan
mengetahui wajib pajak
Wajib Pajak
efektivitas untuk
di KPP
penerapan e- melakukan
Pratama
Filling dalam kewajibanny
Kebumen
Surat a dalam
Pemberitahu melaporkan
an Tahunan SPT
Pajak oleh Tahunan.
Wajib Pajak Namun total
di KPP wajib pajak
12

Pratama yang telah


Kebumen melakukan
tahun 2014- pelaporan
2016. -Untuk dengan
mengetahui tepat waktu
hubungan sudah
efektivitas cukup
penerapan e- signifikan,
Filling ditinjau dari
terhadap total
kepatuhan pelaporan
pelaporan SPT
SPT Tahunan Tahunan
oleh wajib tepat waktu
pajak. dengan total
pelaporan
SPT
Tahunan
Analisis Untuk Penelitian ini Mrnunjukan
4 Fahrul efektivitas, menganalisis menggunaka bahwa
Rumata efesiensi
bagaimana n pelaporan
(2017) penerapan
E-Filing efektivitas pendekatan drngan
dalam penerapan e- kuaitatif menggunak
pelaporan
filing pada an e-filing di
SPT
Tahunan KPP Pratama KPP
(Studi pada Ambon dan Pratama
KPP
menganalisis Ambon
Pratama
Ambon bagaimana cukup
Periode efesiensi efektif
2014-2016) penerapan e- melihat
filing bahwa
13

disetiap
tahunnya
pelaporan
dengan
menggunak
an e-filing
mengalami
peningkatan
dimana
tahun 2014
sebesar
6.241, 2015
sebesar
65.418 dan
2016
sebesar
71.759.
sedangkan
efisiensinya
e-filinhg
memberikan
manfaat
dimana
sistem
pelaporan
dengan e-
filing tidak
dipungut
biaya dan
gratis di
setiap
14

pelaporan
dan juga
WP tidak
perlu
melakukan
print out
setiap
pelaporan
-Untuk Penelitian ini -e-Bupot
5 Laura Analisis
mengetahui menggunaka merupakan
Fevriyeli Efektifitas
efektifitas n aplikasi
en Penggunaa
penggunaan pendekatan yang baru
Tatiana n Aplikasi E-
aplikasi e- kuaitatif diterapkan
Bupot Untuk
(2019) bupot di
Pajak
terhadap Indonesia,
Penghasilan
pelaporan dengan
Pasal 23/26
pajak adanya
aplikasi ini
efisiensi
dan
efektifitas
pelaporan
pajak dapat
di percepat.
tahapan
pembuatan
bukti potong
pajak online
lewat fitur e-
Bupot.
Selain lebih
15

mudah, fitur
ini juga
memberikan
kepastian
hukum
terkait
status Bukti
Pemotonga.
To analyze This study The survey
6 Metin The effect of
the effect of uses a also
Allahverd E-Taxation
electronic quantitative provided
i, Ali System on
taxation approach information
Alagoz Tax
system on tax on the
and Revenues
revenue and electronic
Metehan And Cost :
tax collection transformati
Ortakarp Turkey
system on of the tax
uz (2017) Case
system and
Malaysia
Turkish tax
system.
According
to the
imperical
result of the
research,
the
transition to
the
electronic
tax system
positively
affected the
16

tax revenue
and
reduced the
cost per tax.

Sumber: Jurnal Ilmiah Terakreditasi (Diolah Penulis)

Berdasarkan uraian keenam penelitian terdahulu di atas,


penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang terdahulu memiliki
kesamaan yaitu, sama-sama meneliti tentang penerpan e-tax,
menggunakan pendekatan analisis kualitatif. Adapun perbedaan penelitian
yang membedakan adalah pada penelitian pertama meneliti Penerapan E-
BUPOT pada Pelaporan SPT Masa PPH Pasal 23 di KPP Madya Jakarta
Pusat Tahun 2018. Perbedaan peniliti yang kedua yaitu meneliti
Efektiviitas Sistem Pembayaran Pajak Menggunakan E-BILLING di KPP
Semarang Candisari. Selanjutnya, perbedaan penelitian yang ketiga yaitu
meneliti Efektivitas Penerapan E-Filling dalam Pelaporan Surat
Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak di KPP Pratama Kebumen, pada
penelitian berikutnya, mengetahui efektivitas, efesiensi penerapan E-Filing
dalam pelaporan SPT Tahunan (Studi pada KPP Pratama Ambon Periode
2014-2016). Pada penelitian kelima memliliki perbedaan yaitu meneliti
Analisis Efektifitas Penggunaan Aplikasi E-Bupot Untuk Pajak
Penghasilan Pasal 23/26. Terakhir, kepatuhan pajak di luar fakta bahwa
pemotongan dapat mengurangi peluang untuk menghindari pajak.
Sedangkan peneliti akan meneliti Analisi Penerapan E-Bupot terhadapat
Efektivitas Pelayanan Pajak di KPP Madya Tangerang.
17

B. Kajian Pustaka

Terdapat 3 Konsep Kebijakan yaitu Kebijakan Administrasi/Kebijakan


Administrasi Publik/ dan Kebijakan Administrasi Perpajakan,

1. Kebijakan Administrasi

a. Konsep Kebijakan Administrasi

Dalam arti luas kebijakan administrasi diartikan sebagai proses


perencanaan, pengarahan, dan pengendalian sumber daya
organisasi Dan dalam arti sempit kebijakan administrasi disebut
sebagai aturan yang digunakan dalam kegiatan administrasi.

b. Pengertian Administrasi
Menurut Siagian (2010:4), menguraikan: “Administrasi
adalah rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok
yang dilakukan sekelompok orang dalam bekerja sama
mencapai tujuan tertentu.”

Menurut Hadari Nawaw (2010:14) menguraikan


administrasi sebagai berikut, “Administrasi adalah keseluruhan
proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil
dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa administrasi


merupakan melakukan/melaksanakan hasil keputusan yang diambil
bersama agar tercapai sebuah tujuan.

2. Kebijakan Administrasi Publik


a. Konsep Kebijakan Administrasi Publik

Istilah administrasi publik sering digunakan untuk menunjukan


administrasi pemerintahan atau birokrasi pemerintah.
18

b. Pengertian Administrasi Publik

Menurut Keban (2008:4) menyatakan bahwa istilah


administrasi publik menunjukan bagaimana pemerintah
berperan sebagai agen tunggal yang berkuasa atau sebagai
regulator, yang aktif dan selalu berinisiatif dalam mengatur
atau mengambil langkah dan prakarsa, yang menurut mereka
penting atau baik untuk masyarakat.

Menurut Dwight Waldo (Pasolong, 2012:56)


“Administrasi Publik adalah manajemen dan organisasi dari
manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan
pemerintah.”

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil


kesimpulan administrasi publik merupakan kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3. Kebijakan Administrasi Perpajakan


a. Konsep Kebijakan Administrasi Perpajakan

Merupakan pencatatan, penggolongan, penyimpanan dan


layanan terhadap kewajiban dan hak wajib pajak yang
dilakukan di kantor pajak maupun di kantor wajib pajak.

b. Pengertian Administrasi Perpajakan

Menurut Abdul Rahman (2010:183), Administrasi Perpajakan


adalah:
“Penatausahaan dan pelayanan terhadap kewajiban-
kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan dan
pelayanan tersebut dilakukan di kantor fiskus maupun
dilakukan di kantor wajib pajak. Yang termasuk dalam kegiatan
19

penatausahaan (clerical works) adalah pencatatan (recording),


penggolongan (classifying) dan penyimpanan (filling).

Menurut Gunadi (2006:12) administrasi pajak dalam arti


sempit merupakan penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak
dan kewajiban pembayaran pajak, baik penatausahaan dan
pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun di tempat
wajib pajak , sedangkan administrasi pajak dalam arti luas
meliputi fungsi, system dan organisasi atau kelembagaan.
Sebagai suatu fungsi, administrasi perpajakan meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian perpajakan.

Dari pengertian diatas maka penulis membuat kesimpulan


administrasi pajak adalah suatu sistem yang mengatur semua
kegiatan perpajakan.

4. Pengertian Analisis

Menurut Spradley (Sugiyono, 2015:335) mengatakan


bahwa analisis adalah sebuah kegiatan untuk mencari suatu pola
selain itu analisis merupakan cara berpikir yang berkaitan dengan
pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan
bagian, hubungan antar bagian dan hubungannya dengan
keseluruhan.

Berdasarkan definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa


analisis adalah mencari tau suatu hal dengan cara menguji untuk
mendapatkan hasil atau jawabannya.
20

5. Pengertian Efektivitas
Menurut Moore D.Kenneth Dalam Moh Syarif (2015:1)
efektivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, atau
makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi
efektivitasnya.

Menurut Ravianto (2014:11) Pengertian efektivitas ialah


seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang
menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Artinya
apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan
perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun mutunya maka
dapat dikatakan efektif.
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis
menyimpulkan pengertian Efektivitas adalah presentase
keberhasilan suatu target yang telah dicapai dibandingkan
sebelum dilakukannya usaha tersebut.

a) Ukuran Efektivitas
Efektivitas program dapat diketahui dengan membandingkan
tujuan program dengan output program, pendapat peserta
program dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan
efektivitas program. Budiani (2009), menetapkan variabel-
variabel yang digunakan untuk mengukur efektivitas sebagai
berikut :
1. Ketepatan sasaran program
2. Sosialisasi program
3. Tinjauan program
4. Pemantauan

Terkait dengan itu, pengukuran sebuah efektivitas sebuah


program yang dikaji dalam penelitian ini mengacu pada
beberapa indikator yakni 1) Ketepatan sasaran program 2)
21

Sosialisasi program, 3) Tujuan Program 4) Pemantauan


program. Selanjutnya dari keempat Indikator tersebut dapat
dilihat perihal efektif atau tidaknya sebuah program yang diteliti.
a. Kualitas Layanan Terhadap Wajib Pajak
Parasuraman dalam Widodo (2010:59) mengidentifikasi
kualitas layanan terhadap Wajib Pajak menjadi lima dimensi
sebagai berikut:

1. Tangibles : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai


dan sarana komunikasi.

2. Reliability (kehandalan) : yakni kemampuan untuk


memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan.

3. Responsiveness (ketanggapan) : yaitu keinginan para


aparat pajak untuk membantu Wajib Pajaknya dan
memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Assurance (kepastian) : mencakup kemampuan,


kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki aparat
pajak, bebas dari resiko dan sifat keragu-raguan dalam
memutuskan.

5. Emphaty (empati) : meliputi kemudahan dalam melakukan


hubungan, komunikasi yang baik dan memahami
kebutuhan Wajib Pajak”. Dengan peningkatan kualitas dan
kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan
kepuasan kepada Wajib Pajak sebagai pelanggan sehingga
meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan.

b. Fasilitas Pelayanan Pajak

Pandiangan (2014:36-38) ada beberapa fasilitas pelayanan


pajak yang mendukung pelaksanaan kegiatan pajak, seperti:
22

1. Tempat Pelayanan Terpadu Tempat Pelayanan Terpadu


(TPT) adalah tempat pelayanan perpajakan yang
terintegrasi dengan sistem yang melekat di KPP dalam
memberikan pelayanan perpajakan.

2. Petugas Konseling Khusus Konseling khusus dilakukan


oleh pegawai khusus yang ditunjuk oleh Kepala KPP yaitu
Account Representative (AR) bersama Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi di Ruang Konsultasi yang
telah tersedia

3. Pelayanan Konsultasi (Helpdesk) Di setiap KPP ada


petugas yang melayani konsultasi yaitu Helpdesk. Mereka
adalah pegawai yang ditugaskan memberikan pelayanan
kepada masyarakat maupun WP yang membutuhkan
informasi perpajakan.

4. Complaint Center Fungsi untuk menampung keluhan wajib


pajak yang terdaftar, mengenai pelayanan, pemeriksaan,
keberatan, dan banding. Tidak termasuk keluhan mengenai
pelanggaran kode etik pegawai, karena masalah ini
ditangani secara khusus oleh unit tersendiri di KPP.

5. Kring Pajak 500200 Kring Pajak merupakan salah satu


sarana komunikasi yang disediakan DJP kepada
masyarakat. Kring pajak menyediakan layanan pemberian
informasi perpajakan yang cepat, tepat, terpercaya, dan
terstandarisasi, khususnya PPh, PPN, dan PPnBM.

6. Media Informasi Pajak Media informasi pajak dengan


fasilitas touch screen disediakan di KPP guna memberikan
informasi peraturan perpajakan. Wajib pajak dapat
23

mengakses segala hal yang berhubungan dengan pajak


secara gratis.

7. Pojok Pajak dan Mobil Pajak Pojok pajak adalah sarana


penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi masyarakat
atau wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
yang ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan, pusat-pusat
bisnis, pameran-pameran atau tempat tertentu lainnya di
seluruh Indonesia. Mobil Pajak adalah kendaraan yang
digunakan sebagai sarana penyuluhan dan pelayanan
perpajakan bagi masyarakat atau WP dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya yang ditaruh di tempat-tempat
tertentu di seluruh Indonesia.

8. Pelayanan Pajak secara Online (e-Tax)

a. e-Registration adalah system pendaftaran, perubahan


data wajib pajak dan atau pengukuhan maupun
pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak melalui
system yang berhubungan langsung secara online
dengan DJP.

b. e-Payment adalah sistem pembayaran pajak yang


dilakukan WP secara elektronik yang terhubung dengan
tempat pembayaran pajak.

c. e-SPT adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital


ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan
media komputer.

d. e-Filling adalah cara penyampain SPT secara elektronik


yang dilakukan secara online dan real time melalui
internet pada website Direktorat Jenderal Pajak
24

(www.pajak.go.id) maupun Penyedia Jasa Aplikasi atau


Application Service Provider (ASP).

6. Pemahaman Pajak

a. Pengertian Pajak
Secara garis besar pajak adalah kontribusi Wajib pajak
kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan peraturan yang berlaku, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

Menurut Mardiasmo (2016:1)

“Pajak iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan


undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (Kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”

Definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki


unsur-unsur:

1. Iuran Rakyat Kepada Negara yaitu yang berhak memungut


pajak hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang (bukan
brang)

5. Berdasarkan Undang-Undang yaitu pajak yang di pungut


berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya
25

6. Tanpa jasa timbal atau kontrprestasi dari negara yang


secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembyaran pajak
tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah

7. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni


pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat
luas.

b. Fungsi Pajak

Menurut Abdul Rahman (2010:21) “Pajak memegang


peranan yang sangat penting bagi suatu negara, karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara, yang dapat digunakan
sebagai alat untuk mengatur kegiatan ekonomi dan sebagai
pemerataan pendapatan masyarakat.”

Menurut Madiasmo (2011:1-2) fungsi pajak terdiri dari dua


macam, yaitu:

1. Fungsi Pembiayaan (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk


membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau


melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, pajak yang tinggi
dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi
konsumsi minuman keras, pajak yang tinggi yang dikenakan
untuk barang-barang mewah, pajak ekspor 0% untuk
mendorong produk Indonesia dipasar dunia.

c. Penggolongan Pajak
26

Menurut Mardiasmo (2011:5-6), pajak dibagi berdasarkan


golongan, sifat, dan lembaga pemungutnya dan terdiri atas :

1. Menurut Golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri


oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak
Penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya


dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak subjektif , yaitu pajak yang berpangkal atau


berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan
(PPh).

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada


objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh: Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

3. Menurut Lembaga Pemungut

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah


pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah


daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah. Pajak daerah terdiri atas:
27

1. Pajak provinsi, contoh: pajak kendaraan bermotor dan


pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

2. Pajak kabupaten/kota, contoh: pajak hotel, pajak


restoran, dan pajak hiburan.

d. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Sumarsan (2013:14) dalam bukunya


Perpajakan Indonesia edisi 4, system pemungutan pajak dapat
dibagi menjadi :

1) Official Assesment system


Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak ciri-cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarya pajak terutang
ada pada fiskus
b. Wajib pajak bersifat pasif
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus.
2) Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang. ciri-cirinya adalah :
a. wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
ada pada wajib pajak sendiri.
b. wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
c. fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawas.
3) With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang member
wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan
28

wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya


pajak terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya wewenang
menentukan besarnya pajak yang terutang ada pajak pihak
ketiga pihak selain fiskus dan wajib pajak.

7. Tinjauan Umum Aplikasi E-Bupot


Aplikasi Bukti Pemotongan PPh Pasal 23/26 Elektronik yang
selanjutnya disebut Aplikasi e-Bupot 23/26 adalah perangkat lunak
yang disediakan di laman milik Direktorat Jendral Pajak atau
saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak yang
dapat digunakan untuk membuat bukti pemotongan, membuat dan
melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23/16 dalam bentuk dokumen
elektronik (Maudy Puteri Agusdin:2018).

a. Syarat Wajib Pajak Menggunakan e-Bupot

Teruntuk wajib pajak badan, ada beberapa syarat yang perlu di


perhatikan untuk menggunakan aplikasi e-Bupot ini.

1. Wajib pajak melakukan pemotongan PPh Pasal 23/26


lebih dari 20 bukti pemotongan dalam satu masa pajak.

2. Wajib pajak menerbitkan bukti pemotongan dengan


jumlah penghasilan bruto lebih dari Rp100 juta.

3. Wajib pajak sudah pernah menyampaikan SPT masa


elektronik yang terdaftar di KPP

4. Wajib pajak badan terdaftar di KPP dan memiliki e-FIN.


Jika ingin menyampaikan SPT Masa PPh 23/26, wajib
pajak harus memiliki sertifikat elektronik.
29

b. Tata Cara Penerbitan Bukti Pemotongan

1. Standarisasi penomoran dengan penomoran bukti


pemotongan diberikan secara berurutan, dibuat dan
dihasilkan oleh sistem, nomor tidak berubah jika ada
pembetulan, serta nomor tidak tersentralisasi.

2. Mencantumkan NPWP/NIK.

3. Mencantumkan nomor dan tanggal SKB.

4. Mencantumkan nomor dan tanggal SKB.

5. Mencantumkan tanggal pengesahan COR/SKD.

6. Menandatangi bukti potong yaitu : 1 Bukti potong untuk 1


WP, 1 kode pajak dan 1 masa pajak.

c. Jenis Bukti Pemotongan

Ada tiga jenis bukti pemotongan, di antaranya :

1. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Bukti


Pemotongan PPh Pasal 26, selanjutnya disebut Bukti
Pemotongan, adalah formulir atau dokumen lain yang
dipersamakan yang digunakan oleh Pemotong Pajak
sebagai bukti pemotongan PPh Pasal 23/26 dan
pertanggungjawaban atas pemotongan pajak penghasilan
tersebut yang dilakukan.

2. Bukti Pemotongan Pembetulan adalah bukti pemotongan


yang dibuat untuk membetulkan kekeliruan dalam
pengisian Bukti Pemotongan yang telah dibuat sebelumnya.

3. Bukti Pemotongan Pembatalan adalah bukti pemotongan


yang dibuat untuk membatalkan bukti pemotongan yang
30

telah dibuat sebelumnya karena adanya pembatalan


transaksi.

d. Cara Membuat Bukti Pemotongan melalui Aplikasi e-Bupot

1. Jika sudah memenuhi syarat wajib pajak badan untuk


menggunakan aplikasi e-Bupot, dapat langsung membuka
situs djponline.pajak.go.id dan log in menggunakan NPWP
serta kata sandi Anda.

2. Klik fitur “e-Bupot” yang terdapat pada pojok kanan atas.


Maka akan menemukan laman “Dashboard” yang
menampilkan “Daftar SPT yang Telah Dikirim” dan “Daftar
Bukti Potong”.

3. Klik menu “Bukti Pemotongan”, Anda akan menemukan


pilihan “Pasal 23” dan “Pasal 26”. Pilih salah satu menu
untuk membuat bukti potong PPh pasal 23 dan/atau PPh
pasal 26 yang Anda butuhkan.

4. Klik salah satu menu “Pasal 23” atau “Pasal 26”, lalu klik
menu “Input BP 23/26” untuk membuat bukti potong.

5. Selanjutnya, fitur e-Bupot akan menampilkan menu


“Perekaman Bukti Potong Pasal 23”. Anda dapat mengisi
kolom kosong sesuai identitas asli yang dibutuhkan. Jika
sudah selesai, klik “Simpan”.

6. Bukti pemotongan tersebut akan tersimpan dalam sistem


dan Anda dapat melihatnya di laman “Dashboard“.

7. Jika ingin merekam bukti potong pajak dalam jumlah


banyak, dapat memilih menu “Impor Excel” dalam pilihan
“Bukti Pemotongan”.
31

8. Anda dapat mengunggah data bukti potong dengan format


yang telah ditentukan oleh DJP. Lalu, klik “Simpan”.

9. Jika ingin mencetak bukti potong, pilih menu “Daftar BP 23”


atau “Daftar BP 26” sesuai PPh Pasal yang dibutuhkan.

10. Klik “Lihat” pada bukti potong yang ingin Anda cetak. Klik
“Print” jika ingin mencetak atau klik “Download” untuk
mengunduh dan menyimpannya di komputer Anda.

C. Kerangka Konseptual

Sebagai salah satu sumber penerimaan terbesar negara, sektor


pajak merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang
keberhasilan pembangunan suatu negara. Oleh karena itu hal yang
paling utama untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
seluruh rakyat Indonesia adalah dengan adanya partisipasi rakyat
dalam membayar pajak, dalam hal ini pemerintah mengupayakan
segala cara agar memudahkan proses pengecekannya.

Penggunaan Teknologi dan Informasi ditengah arus globalisasi


dan modernisasi yang cukup pesat merupakan prasyarat utama untuk
menciptakan reformasi dalam pelayanan publik. Salah satunya adalah
muncul sistem perpajakan berbasis elektorik yaitu E-tax.

Penerapan dalam melaksanakan pelaksanaan pelaporan SPT


masa dan tahunan dalam upaya meingkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak yang diduga memiliki potensi namun belum dilaporkan
secara benar, dengan demikian maka penliti melihat setelah
menerapkan fasilitas sistem elektronik dalam pelaporan SPT PPh
Pasal 23 dan 26 e-bupot guna memudahkan penggunaan
pelaporannya dan mengefektifkan pelayanan pajak, apakah terdapat
perubahan yang memudahkan, membuat pelayanan menjadi efektif.
32

Kemudian akan disandingkan dengan pelayanan sebelum


diberlakukannya sistem e-bupot apakah dapat dikatakan baik dalam
penerapannya apabila sasaran yang dituju sesuai dengan yang
diharapkan.

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui efektivitas sistem


elektronik bukti potong (E-Bupot) dalam pelayanan pajak sehingga
diketahui bagaimana penerapannya, bagaimana pelayanan pajak
sebelum dibelakukannya e-bupot, dan bagaimana efektivitas
pelayanan setelah di berlakukannya e-bupot, apa hambatan dalam
efektivitas e-bupot ini, dan upaya apa yang dilakukan dalam
mengatasi hambatan tersrbut. Maka dibutuhkan empat variable yang
dikemukakan dalam teori Budiani yang meliputi :

(1) Ketepatan sasaran Program


(2) Sosialisasi Program
(3) Tujuan Program
(4) Pemantauan

Dengan adanya empat variable tersebut, dapat dilihat perihal


efektif atau tidaknya sebuah program (E-Bupot) yang ditelitti.

D. Model Konseptual
Berdasarkan penjelasan diatas maka model konseptual dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
33

Gambar ll.1
Model Konseptual Teori Budiani

Ketepatan
Sasaran Program

E-BUPOT
Sosialisai
(Efektivitas) Program

Tujuan
Program
Pemantauan

Sumber: Budiani (2009:53)


BAB III

METODE PENELITIAN

i. Pendekatan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini


adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut
Moleong (2016: 5) mengemukakan pendapat tentang penelitian
kualitatif :

Penelitian kualitatif adalah penelitisn yang bermaksud untuk


medsssmahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll,
secara holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
Bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah, Sedangkan definisi
pendekatan kualitatif menurut sugiyono (2011:9) bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang berdasarkan


pada filsafat postpositivisme, sedangkan untuk meneliti pada
objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara tringulasi
(gabungan). Analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil
penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Menurut Sugiyono metode deskriptif (2014:53) yaitu: “Suatu


rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau
35

lebih (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan


variabel independen, karena kalau variabel independen selalu
dipasangkan dengan variabel dependen).”

Pendekatan yang penulis gunakan merupakan jenis


penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu mengenai data yang
dikumpulkan dan nyatakan dalm bentuk kata-kata, table maupun
gambar. Dimana pendekatan tersebut berorientasi pada gejala-
gejala yang bersifat alamiah, mendasar, tidak dapat dilakukan di
labolatorium, melainkan dilakukan dengan terjun langsung dalam
melakukan penelitian tersebut.

Dengan menggunakan metode deskriptif diharapkan peneliti


mampu menemukan, menentukan serta menganalisis masalah
tertentu sehingga dapat mengungkapkan suatu kebenaran.
Karena mampu memberikan pedoman dan arah tentang
bagaimana peneliti mempelajari, menganalisa dan memahami
permasalahan yang dihadapi secara ilmiah, serta menyampaikan
saran untuk perbaikan bagi organisasi atau badan yang
bersangkutan.

Pada metode deskriptif penelitian kualitatif ini, metode


penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, Teknik pengumpulan
data dilakukan secra triangulasi (gabungan), Analisa data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi. Teknik triangulasi adalah pengumpulan
data yang menggunakan berbagai sumber dan berbagai terknik
pengumpulan data secara simultan sehingga dapat diperoleh data
yang pasti. Generalisasi dalam penelitian kaulitatif dinamakan
36

transferability, artinya hasil penelitian tersebut memiliki


karakteristik yang tidak jauh berbeda. Sugiyono (2010: 1-3).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menurut Neuman (2011: 26-53) yang penulis


gunakan dalam meneliti yaitu :

a. Penelitian Terapan (Applied Research)

Penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat


melakukan sesuat jauh lebih baik, efektif, dan efisien.
Dilakukan dengan melakukan evaluation (evaluasi), action
(tindakan), melakukan hal-hal dari hasil evaluasi tersebut dan
melihat social impact (reaksi/dampak) yang timbul dari hal
tersebut.

b. Tujuan Penelitian Deskriptif (Purposive of Research Describe)

Penelitian yang dilakukan dengan memberikan deskripsi,


gambaran mengenai fakta-fakta, hubungan antar fenomena
yang diteliti dengan menjelaskan secara jekas dan rinci.

c. Penlitian Kasus (Study Cases)

Penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan


dengan suatu fenomena yang dilakukan secara terinci,
mendalam terhadap suatu objek, atau terhadap gejala tertentu.

d. Penampang Silang (Cross Sectional)

Penelitian yang dilakukan peneliti dilihat dari segi waktu yaitu


dilakukan dalam beberapa bulan dalam satu tahun.

e. Pendekatan Kualitatif
37

Penelitian yang dilakukan dengan menganalisa data-data


bersift induktif berdasarkan fakta-fakta, kemudian menjadi
hipotesa atau teori. Pendekatan kualitatif terdiri dari: lapangan,
etnografi, dan observasi partisipasi.

ii. Operasionalisasi Konsep

Menurut Sugiyono (2012:31) definisi operasional adalah


“penentuan kontrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi
variable yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara
tertantu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan kontrak,
sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan
replica pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan
cara pengukuran kontrak yang lebih baik.

Dari penegertian diatas dapat disimpulkan operasional adalah


definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variable yang diamati
operasional mencangkup hal-hal penting dalam penelitian
memerlukan penjelasan. Operasional bersifat spesifik, rinci, tegas dan
pasti menggambarkan karakteristik variabel-variabel dan hal-hal yang
dianggap penting. Dalam penelitian ini yang dioperasionalkan adalah:

-Penerapan E-Bupot pada KPP Madya Jakarta Pusat

-Efektivitas Pelayanan Pajak KPP Madya Jakarta Pusat

-Memudahkan dan mengefisienkan dalam mencetak Bukti potong


PPh 23 dan 26 didalam KPP Madya Jakarta Pusat.
38

iii. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang penulis lakukan ini,


pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi alamiah),
sumber data primer, dan Teknik pebgumpulan data lebih banyak
pada observai berperan (participant observation), wawancara
mendalam (in-depth interview) dan dokumentasi. Catherine marshall,
Gretchen B, Rossman menyatakan bahwa “the fundamental
methods relied on by qualitative researchsers for gathering
information are, participation in the setting, direct observation, in-
depth interviewing, document review” (Moleong, 2016:63).

Menurut Sugiyono (2010:63), secara umum terdapat empat


macam Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara,
dokumentasi dan triangulasi/gabungan.

1. Observasi

Pada metode observasi, peneliti melakukan pengamatan dan


pencatatan langsung secara sistematis terhadap gejala dan
fenomena yang diselidiki. Observasi dalam penelitian kualitatif
lebih baik dilakukan secara langsung. Yang oleh Spradley dikenal
dengan “participant observation”. Hal ini dilakukan untuk menjaga
orisinalitas dan akurasi data yang diperoleh di lapangan (Mukhtar,
2013:100).

2. Wawancara Mendalam (In-Depth, Opened Ended Interviews)

Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut: “a


meeting of two persons to exchange information and idea through
question and responses, resulting in communication and join
construction of meaning about a particular topic. Wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
39

melalui tany jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam


suatu topik tertentu (Sugiyono,2010:72).

Dalam pendekatan kualitatif, peneliti dengan menggunakan


instrument pedoman wawancara yang memberi kesempatan pada
informam untuk menjawab pertanyaan lebih luas dan bebas.

Faktor subjektivitas peneliti dan informan tidak dibatasi. Bahkan


disebutkan, peneliti “menyebur” ke dalam masyarakat informan.
Dengan demikian Teknik pengumpulan data dengan wawancara
bertujuan untuk mendapatkan data atau materi yang berhubungan
dengan penulisan penelitian ini dari pihak-pihak yang
berkompeten.

Wawancara dilakukan dengan informan dari pegawai instansi


KPP Madya Jakarta Pusat, Wajib Pajak yang menjalankan system
E-bupot, kantor jasa penilai Publik (untuk memperoleh penjelasan
mengenai informan dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
ini).

3. Dokumen Tertulis

Terkait dengan dokumen tertulis yakni penulis mambahas


berbagai korespondensi dan dokumen-dokumen yang terkait
langsung. Baik terhadpap eksistensi perusahaan maupun
implementasi agenda dari tugas-tugas yang harus
diimplementasikan. Termasuk dalam dukungan tertulis adalah
berupa hasil dari penilaian pada penerapan KPP Madya sebagai
tempat utama pelayanan pajak untuk penerapan e-bupot sesuai
dengan ketentuan pajak yang berlaku.

Dalam penelitian ini, penulis menentukan data primer. Dari data


primer yaitu hasil penelitian dan wawancara penulis terhadap
40

Penerapan E-Bupot pada efektivitas pelayanan pajak studi kasus


KPP Madya Jakarta Pusat.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku secara


literature atau data kepustakaan, struktur Undang-undang atau
peraturan pemerintah, peraturan Meneteri Keuangan/Keputusan
Direktur Jendral Pajak, jurnak nasional/internasional terakreditasi
dan lain-lain yang berhubungan dengan penerapan E-bupot pada
pelayanan pajak.

4. Triangulasi
Dalam Teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan diri dari
berbagai Teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas
data, mengecek kredibilitas dengan berbagai Teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data. Dalam hubungan ini, Neuman
(2006:149), menyatakan bahwa :

Surveyors and sailors measure distance between object by


making observations from multiple posotions. By observing
something from different angles or viewpoints, they get a fix
on its true location. This process called triangulation, is used
also by quantitative and qualitative social researchs. Apllies
to social research it means it better to look at something from
several angels than to look at in one way.
Dalam hal triangulasi, Susan Stainback (1988) menyatakan
bahwa “the aim is not to determine the truth about some social
phenomenon, rather the purpose of triangulasi is to increase one’s
understanding of whatever is being investigated”.

Menurut Mukhtar (2013:137) menyatakan bahwa triangulasi


Merupakan Teknik yang digunakan untuk menguji keterpercayaan
data (memeriksakeabsahan data atau verifikasi data), atau
dengan istilah lain dikenal dengan “trustworthiness”. Triangulasi
41

dilakukan secara berdalam-dalam “eleboratif” dan dari data


temuan dilapangan itulah yang kemudia dibuat laporan yang
dirangkai tiga sumber utama, observasi, wawancara dan
dokumentasi, kemudian diskusikan dengan teori.

Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang


beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman
terhadap apa yang telah ditemukan (Sugiyono, 2010:83).

D. Penentuan Informan

Menjawab pertanyaan dalam wawancara mendalam adalah


informan, yaitu individu yang diyakini mempunyai dan mengetahui
informasi tentang topik penelitian. Dalam penelitian kualitatif, informan
harus ditentukan sebelumnya untuk mendapatkan informan yang
dibutuhkan dari individu yang tepat. Seperti yang dikemukakan oleh
Lincoln dan Guba (1985:207), bahwa “if the purpose is to maximize
information, then sampling is terminated when no information is
forthcoming from newly sample units; this redundancy is the primary
criterion”. Penentuan unit sample (Responden) dianggap telah
memadai apabila telah sampai kepada taraf redundancy (data
mencapai titik jenuh) dan sample tidak lagi memberi informasi yang
baru (Nasution, 2014:220).

Penarikan sampel purposive (purposive sampling) adalah


penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu atau tujuan
penelitian. Penarikan dengan sampel purposive dibagi menjadi dua
cara, yaitu (a) convenience sampling, yaitu penarikan sampel
berdasar keinginan peneliti sesuai dengan tujuan penelitian, dan (b)
judgement sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan penilaian
42

terhadap karakteristik anggota sampel yang sesuai dengan tujuan


penelitian. (Suharyadi dan Purwanto, 2009:17).

Kriteria narasumber yang penulis jadikan informan dalam


penelitian ini adalah narasumber yang menguasai dan memahami
kondisi internal perusahaan, sedang terlibat atau menduduki jabatan
yang berkaitan dengan topik yang diteliti serta memiliki cukup waktu
untuk diwawancarai.

Atas dasar penjelasan tersebut, maka penulis memilih informan


yang terpilih yang mempunyai dan menguasai tentang topik penelitian
agar mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

E. Teknik Analisis data

Menurut Miles and Huberman (Sugiyono 2010:91),


mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification. Dan langkah-langkah
analisis ditunjukkan sebagai berikut :

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,


untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada ha;-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
43

b. Data Display (penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah


mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and
Huberman (1984) menyatakan “the most frequent from display
data for qualitative research data in the past has been narrative
text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. “Looking at
displays help us to understand what is happening and to do some
thing-further analysis or caution on that understanding”. (Miles and
Huberman,1984). Selanjutnya disarankan, dalam melakukan
display data, selain dengan teks naratif, juga dapat berupa, grafik,
metrik, network (jejaring kerja) dan chart.

c. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and


Hubermen (1984) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan Teknik


pemeriksaan. Pelaksanaan Teknik pemeriksaan didasarkan atas
44

sejumlah kriteria tertentu. Untuk menentukan apakah data yang


diperoleh dari lapangan sudah mencapai tingkat keabsahan, maka
diperlukan penilaian validitas dan reabilitas penelitian kualitatif
melalui empat kriteria tertentu yaitu:

1. Uji Credibility

Credibility atau kepercayaan yang disandingkan dengan


internal validity pada pendekatan kualitatif. Data hasil
penelitian dapat dikatakan telah mendapat kepercayaan
apabila memenuhi unsur prolonged engagement yang artinya
keterlibatan data yang lama, yakni data tersebut telah melalui
proses yang cukup lama diolah/diteliti.

2. Pengujian Transferability

Yakni dapat dialihkan yang disandingkan dengan validitas


eksternal. Pada penelitian kualitatif dilakukan dengan
mencocokan data dari penerapan e-bupot pada KPP Madya
Jakarta Pusat yang harus dibayarkan serta dilaporkan sesuai
dengan data yang ada

Dengan demikian, pembaca menjadi lebih jelas atas hasil


penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut
ditempat lain.

3. Pengujian Dependability

Disebut juga reabilitas yaitu suatu penelitian yang reliabel.


Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian saat
di lapangan.
45

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian langsung ke KPP


Madya Jakarta Pusat untuk mendapatkan informasi-informasi
secara jelas.

4. Pengujian Confirmability

Yakni dapat ditegaskan yang disandingkan dengan


kriteria objectivity pada pendekatan kualitatif. Dalam penelitian
kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability
sehingga pengujiannya dapat dilakukan secra bersamaan.
Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan
dengan proses yang dilakukan sehingga, penelitian tersebut
telah memenuhi standar confirmability, dengan kata lain, data
sekunder yang diterima dapat dikonfirmasikan dengan pihak
ketiga untuk mendapatkan keabsahan datanya. (Sumber :
Moleong 2016: 324).

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif


mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Karena seperti telah
dikemukakan bahwa masakah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan


temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual
atau interaktif, hipotesis atau teori.
46

8. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Tempat penelitian ini mengambil di Kota Tangerang yang


beralamat di jalan Gedung Menara Top Food, Jl. Jalur Sutera Barat
No. 3 Panunggangan Timur, Pinang, Kota Tangerang 15143, tahap-
tahap dalam pelaksanaan kegiatan ini direncanakanakan akan dimulai
dari tahap persiapan, observasi sampai dengan penulisan laporan
penelitian. Secara keseluruhan semua kegiatan dilakukan seelama
kurang lebih 6 bulan yaitu sejak bulan Februari-Juli 2020. Adapun
tahap-tahap perincian kegiatan yang dimaksudkan sebagaimana
dipaparkan dalam table berikut ini :
47

Tabel lll.l

Jadwal Penelitian

2020
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
No
Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan
1 Proposal
Studi
2 Pendahuluan
Pengumpulan
3 Referensi
Penulisan
4 BAB I-III
Pengumpulan
5 data

6 Analisis Data
Penulisan
7 BAB IV-V
Penyusunan
8 Skripsi

Sumber : Pedoman Penulisan Skripsi Institut STIAMI, Diolah Penulis


48
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat KPP Madya Tangerang

KPP Madya Tangerang dibentuk sebagai unsur pelaksana


Direktorat Jenderal Pajak di bidang pelayanan pajak yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Banten, berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan RI Nomor 238/KMK.01/2006 tanggal 9 Mei 2006.
Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang sebagai kantor pelayanan
yang pertama kali melaksanakan sistem Administrasi Modern di
wilayah Provinsi Banten mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
operasional pelayanan di bidang Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak
Tidak Langsung Lainnya, pada saat pertama dibentuk hanya
mengadministrasikan 234 (dua ratus tiga puluh empat) Wajib Pajak
Besar dan pada tahun 2019 KPP Madya Tagerang
mengadministrasikan 980 Wajib Pajak Besar se-Provinsi Banten
berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.

Sejak pertama kali dibentuk, KPP Madya Tangerang bertempat


kedudukan di Komplek Perkantoran, Jl. Satria - Sudirman,
RT.002/RW.001, Sukaasih, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten
15111. Namun sejak tanggal 1 Oktober 2018, KPP Madya Tangerang
menempati kantor baru di Gedung Menara Top Food, Alam Sutera, Jl.
Jalur Sutera Barat No.3, RT.003/RW.006, Panunggangan Timur, Kec.
Pinang, Kota Tangerang, Banten 15325.
50

Wilayah Provinsi Banten berbatasan langsung dengan Daerah


Khusus Ibukota dan Provinsi Jawa Barat, sehingga potensi ini
menjadikan Provinsi Banten sebagai wilayah alternatif untuk
berinvestasi dimasa datang dengan konsekuensi logis wilayah ini
akan tumbuh dan berkembang pesat, memiliki potensi dan peluang
yang besar untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial dimasa
mendatang. Pesatnya perkembangan kondisi perekonomian dan
sosial di wilayah Provinsi Banten akan berpengaruh sangat besar
terhadap penerimaan negara dari sektor perpajakan. Dengan beban
penerimaan pajak yang cukup besar, menunjukkan bahwa KPP
Madya Tangerang mempunyai andil/peranan penting dalam
pengamanan penerimaan negara dari sektor pajak bagi Kantor
Wilayah DJP Banten, maupun secara nasional bagi Direktorat
Jenderal Pajak.

Adapun yang menjabat sebagai Kepala KPP Madya Tangerang


sejak didirikan adalah sebagai berikut:

1. Drs. Jatnika, M.B.A. (periode 2006-2009)

2. Budi Suroso, S.H., M.H. (periode 2010-2012)

3. Wansepta Nirwanda, S.E., M.M. (periode 2012-2015)

4. Mohamad Amin Yunizar (periode 2015-2016)

5. Joni Mantong, S.H., M.Si. (periode 2016-2018)

6. Jon Suryayuda Sudarso (periode 2018-sekarang)

2. Visi dan Misi


a) Visi
51

Menjadi kantor pelayanan pajak yang semakin baik dengan


sistem administrasi yang efektif dan efisien yang menjunjung
tinggi integritas dan profesionalisme.
b) Misi
Mewujudkan optimalisasi penerimaan pajak dengan
mengutamakan pelayanan terbaik melalui sistem administrasi
perpajakan yang efektif dan efisien.

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya


Tangerang terdiri dari sepuluh seksi. Seksi tersebut adalah
sebagai berikut :

A) Subbagian umum dan Kepatuhan Internal

Sub bagian umum memiliki tugas menangani semua urusan


yang menunjang operasional kantor dan kelancaran tugas
seksi laninnya, meliputi urusan kepegawaian, keuangan, tata
usaha dan urusan rumah tangga.

B) Seksi Pengolahan data dan Informasi

Seksi pengolahan data dan informasi memiliki tugas


melakukan perekaman data atau dokumen perpajakan serta
menyediakan informasi perpajakan.

C) Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan memiliki tugas utama dalam menyajikan


pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak, seksi ini
merupakan ujung tombak dan cerminan tingkat keberhasilan
dari semua pelayanan yang disediakan untuk wajib pajak.
Selain itu tugas seksi ini yaitu melakukan penetapan dan
52

penerbitan produk-produk hukum perpajakan pengelolaan dan


penerimaan surat pemberitahaun dan surat lainnya serta
pelaksanaan register wajib pajak.

D) Seksi Pemeriksaan
Seksi pemeriksaan memiliki tugas melakukan penyusunan
rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan, penerbitan
dan penyerahan surat perintah pemeriksaan pajak (SP3)
serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
E) Seksi Penagihan.
Seksi penagihan memiliki tugas dalam melakukan
penatausahaan piutang pajak, serta tindak lanjut dari
penagihan tunggakan pajak.
F) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
G) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
H) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
I) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
J) Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar IV.1 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi KPP Madya Tangerang

Sumber : KPP Madya Tangerang


53

B. Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini didapat peneliti dengan melakukan


wawancara untuk mendapatkan data primer. Wawancara yang
dilakukan terhadap informan agar peneliti bisa mendapatkan
informasi yang valid. Selain itu peneliti juga melakukan penelitian
lapangan untuk mendapatkan data skunder.

Berikut hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan proses


pengumpulan data yang dipaparkan diatas yaitu sebagai berikut:

1. Data Sekunder
Tabel IV.1 Realisasi Pendapatan Pajak Penghasilan
PPH Pasal 23 dan 26 Tahun 2017 s/d 2019

Jenis Tahun
No
Penghasilan 2017 2018 2019

1 PPh Pasal 23 380.971.805.153 384.721.979.858 434.809.682.059

2 PPh Pasal 26 374.762.350.903 288.639.179.451 296.234.702.743

Sumber dari : KPP Madya Tangerang

Tabel diatas menggambarkan bahwa terdapat kenaikan


pendapatan pajak yang cukup signifikan setelah tahun 2017 dan 2018,
meskipun di tahun 2018 mengalami kenaikan, tetapi bisa kita analisis
presentase kenaikan pendapatan PPh 23 dan 26 di tahun 2019 jauh
dibandingkan tahun sebelumnya dan dengan adanya sistem e-bupot ini
menjadi salah satu faktor pendukung kenaikan pajak penghasilan PPh
pasal 23 dan 26 karena dianggap lebih mudah dan lebih efisien dalam
membuat dan melaporkan bukti potong, walaupun tahap e-bupot ini
masih dalam tahap uji coba.
54

Tabel IV.2 Realisasi Pelaporan Bukti Potong PPh 23 dan 26


oleh wajib pajak Juni-Desember 2019 dan Januari-Juli 2020

Data Jumlah Kepatuhan WP Data Jumlah Kepatuhan WP Periode


Periode Pelaporan Juni-Des 2019 Pelaporan Jan - Juli 2020
Jumlah
Via Via Jumlah
Ebupot 4 Ebupot 2852
ESPT 2751 ESPT 487
Sumber dari : KPP Madya Tangerang

Tabel diatas menggambarkan bahwa kepatuhan wajib pajak dalam


menyampaikan PPh pasal 23 dan 26 di tahun berikutnya lebih banyak
yang memilih atau beralih menggunakan sistem Elektronik bukti potong
(E-bupot) di bandingkan dengan cara sebelumnya. Ini dapat kita analisis
jika pelaporan PPh Pasal 23 dan 26 jauh lebih efektif dan efisien dengan
menggunkan sistem E-Bupot, walaupun di KPP Madya Tangerang sistem
E-Bupot ini baru diterapkan di bulan desember 2019 tetapi kenaikan atau
peralihan pelaporan dari cara sebelumnya menjadi sistem E-Bupot sudah
sangat signifikan.

2. Data Primer (Wawancara)

Hasil Wawancara

Informan 1(Konsultan Pajak)

Informan 2 (Fiskus)

Informan 3 (Wajib Pajak)


55

Tabel IV. 3 Analisis Verbatim

Coding : Penerapan sistem elektronik perpajakan

Pertanyaan 1
Bagaimana menurut anda program pemerintah dalam menerapkan
sistem elektronik perpajakan di Indonesia?
No Informan Jawaban Analisis Verbatim
Informan 1 Saya rasa cukup baik, semua Program sudah
pembayaran dan pelaporan bisa diterapkan
dilakukan dimanapun dan dengan cukup
kapanpun tanpa harus capek baik
antri di kantor pajak, kalau
1
manual cukup buang waktu,
selain itu efektivitas administrasi
perpajakan jadi lebih rapih karena
tersimpan didata DJP jadi
kemungkinan hilang sedikit.
Informan 2 Menurut saya sebagai petugas Program
pajak, pengimplementasian diterapkan
elektronik-elektronik perpajakan sangat
merupakan suatu keharusan di membantu dan
masa-masa pandemi ini, apalagi sudah bagus
saat ini memaksa kita untuk lebih
2 banyak dirumah, tentunya
aplikasi elektronik ini sangat
membantu, bisa menghadirkan
atau memutus jarak untuk hadir
tatap muka, jadi implementasinya
bagus dan kita dukung
sepenuhnya.
56

Informan 3 Cukup membantu karena di era Cukup membantu


saat ini yang sudah serba dan cukup baik
digitalisasi sehingga
3
memudahkan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Evaluasi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
program pemerintah dalam menerapkan sistem perpajakan di Indonesia
sudah diterapkan sudah cukup baik dan memberikan kemudahan.

Coding : Penerapan sistem E-Bupot

Pertanyaan 2
Bagaimanakah efektivitas proses penerapan sistem e-bupot yang sudah
bapak/ibu ketahui? Apakah sudah tepat sasaran?
No Informan Jawaban Analisis Verbatim
Informan 1 Belum terlihat
Karena ini masih baru ya, jadi
efektivitas dan
belum tau sejauh mana efektif
1 ketepatan
dan ketepatan sasarannya
sasarannya.
karena masih baru.

Informan 2 Untuk kami di KPP Madya Sudah Efektif dan


Tangerang ini kami melayani tepat sasaran.
1000 wajib pajak se-Provisi
Banten, sudah sejak awal muncul
aplikasi elektronik itu sudah di
2
wajibkan dan diharuskan untuk
wajib pajak di KPP Madya
Tangerang, jadi ketika e-bupot ini
baru muncul untuk mentransfer
ilmu atau mengajari wajib
57

pajaknya gampang sehingga


cepat berjalan efektifnya. Jadi
tidak memerlukan waktu yang
cukup lama wajib pajak untuk
menjalankan aplikasi e-bupotnya.
Serta tepat sasaran karena
diwajibkan untuk semua wajib
pajak.
Informan 3 Sejauh ini sudah cukup sesuai Sudah cukup
3 namun mungkin masih perlu di efektif dan sesuai
kembangkan lagi.
Evaluasi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penerapan sistem elektronik bukti potong sudah cukup efektif dan tepat
sasaran. Tapi masih harus ditingkatkan.

Coding : Sosialisasi sistem E-Bupot

Pertanyaan 3
Bagaimanakah Sosialisasi yang sudah dilakukan oleh pemerintah
mengenai sistem e-bupot ini? Apakah sudah cukup baik?
No Informan Jawaban Analisis Verbatim
Informan 1 Ditengah situasi sekarang ini Sosialisasi
menurut saya sedikit terhambat terhambat
ya, sosialisasi sudah dilakukan pandemi tapi
melalui media elektronik baik sudah dilakukan
dengan email ataupun vidio dengan cukup
1
tutorial, tapi kan itu masih kurang baik.
ya kalau ada training langsung
mungkin lebih efektif daripada
sebatas melalui vidio kalau ada
pertanyaan bisa langsung
58

disampaikan.
Informan 2 Ya sudah sangat baik menurut Sangat baik
saya, sebelum pandemi kita
melakukan secara tatap muka
dalam beberapa gelombang
kemudian memasuki masa
2 pandemi ini mau ga mau kita
sosialisasi dalam jaringan atau
daring, jadi saya kira cukup baik
dari penyuluh KPP Madya
Tangerang juga sudah
menyeluruh.
3 Informan 3 Sampai saat ini sudah cukup Cukup baik.
Evaluasi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sosialisasi sudah dilakukan dengan baik, hanya saja karena situasi
pandemi ini jadi terhambat dan terbatas.

Coding : Mekanisme pelaporan sistem e-bupot

Pertanyaan 4
Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan dengan sistem e-
bupot? Apakah lebih efektif dan efisien?
No Informan Jawaban Analisis Verbatim
Informan 1 Harusnya sih iya karena sudah Lebih efektif,
elektronik semua, maksudnya efisien dan aman
lebih efisien karena ga perlu
capek-capek ke kantor pajak dan
1 capek antri, kan semua langsung
terekam di database DJP dan
pelaporannya kan sudah melalui
sistem e-bupot sendiri jadi lebih
efektiflah dibandingkan
59

sebelumnya.

Informan 2 Kalau menurut saya jauh lebih Sangat Efektif


efektif dan efisien, kenapa karena dan Efisien
sebelum e-bupot kita mengenal dibanding
e-spt, sebelumnya lagi spt sebelumnya
manual kertas, manual kertas
memerlukan banyak kertas
karena terbuat dari pohon ga
green envelopment, e-spt itu
wajib pajak masih harus
menginstal aplikasinya di
2 komputer mereka setelah selesai
dibuat lalu proses mencetak
walaupun tidak banyak. Setelah
e-bupot ini tidak perlu lagi cetak
mencetak cukup bekerja di rumah
atau di kantor masing-masing
mengisi, membuat dokumen bukti
potong lalu membuat e-sptnya
dan lapor sekaligus bisa secara
elektronik tanpa cetak mencetak,
jadi sangat efektif dan efisien
Informan 3 Lebih efektif karena wajib pajak Lebih efektif dan
tidak perlu datang ke KPP lagi efisien
3
sehingga bisa menghemat waktu
dalam proses pelaporannya.
Evaluasi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
mekanisme pelaporan dengan adanya sistem e-bupot ini lebih efektif,
efisien dan aman.

Coding : Mekanisame pelaporan sebelum e-bupot


60

Pertanyaan 5
Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan sebelum adanya e-
bupot? Apakah efektif dan efisien?
No Informan Jawaban Analisis Verbatim
Informan 1 Tentu saja kalau masih manual Belum efektif
ya belum efektif dan efisien,
harus repot datang ke kantor
1 pajak dan nunggu lama menurut
saya buang-buang waktu kalau
masih manual

Informan 2 Sebelumnya (e-spt) cukup efektif Cukup efektif tapi


karena tujuan pemerintah saat itu masih kurang
mengurangi kertas lalu
mengurangi wajib pajak dalam
pengisian dan pemahaman
dalam e-sptnya. Jadi dalam
aplikasi itu jika kita salah mengisi
akan ada warning atau tidak bisa
2
melanjutkan ke pekerjaan
selanjutnya. Efektifnya disitu
dibandingkan yang kertas. Kalau
kertas wajib pajak salah
mengisipun masih bisa masuk
laporannya, dan dari petugas
pajaknyapun masih harus
menegur, menghimbaulah.
Informan 3 Ya efektif dan efisien namun Efektif dan
3 masih lebih mudah, efektif dan Efisien namun
efisien sekarang. masih kurang
Evaluasi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
mekanisme pelaporan sebelum adanya sistem elektronik bukti potong
61

kurang efektif dan efisien.

Coding : Perbandingan pelaporan sistem e-bupot dan sebelumnya

 Pertanyaan 6

Bagaimana cara melaporkan bukti potong yang lebih baik? Dengan


menggunakan sistem e-bupot atau dengan cara sebelumnya?

No Informan Jawaban Analisis Verbatim


Informan 1 Tentu dengan e-bupot, dari Dengan E-bupot
1 jawaban sebelumnya kan lebih
efektif.
Informan 2 Jadi ya makin kesini semakin Dengan E-bupot
2 efektif dan efisien. E-bupot lebih
efektif, lebih efisien.
3 Informan 3 Dengan sistem e-bupot Dengan E-bupot
Evaluasi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
cara yang lebih baik dalam melaporkan bukti potong PPh Pasal 23 dan
26 adalah dengan menggunakan sistem e-bupot.

Coding : Tujuan Program E-Bupot

Pertanyaan 7
Bagaimana sistem e-bupot dapat memberikan kemudahan bagi anda
dalam pelayanan pajak? Dan apakah sudah mencapai tujuan dari
program sistem e-bupot ini?
No Informan Jawaban Analisis Verbatim
Informan 1 Pertama kita kan ga perlu repot- Banyak
repot antri tuh dan terekam ya memberikan
1
data-datanya langsung dari kemudah dan
sistem e-bupotnya sendiri, kedua sudah cukup
62

semua transaksi yang dipotong mencapai tujuan.


PPh 23 dan 26 kan sudah
terekam ya, jadikan resiko
kehilangan data jadi lebih kecil
atau terhindar dari resiko
kehilangan data base lah. Ya
cukup mencapai tujuan dari
programnya ya walaupun masih
terbatas karena hanya untuk
beberapa wajib pajak aja ya yang
bisa menggunakan sistem e-
bupot.
Informan 2 Menurut saya semua diberikan Memberikan
kemudahan, wajib pajak kemudahan bagi
diberikan kemudahan dengan wajib pajak dan
tidak perlu hadir atau tatap muka, petugas pajak.
petugas pajak juga diberikan Dan tujuan
kemudahan dengan tidak perlu program tercapai.
lagi melihat fisik sptnya, bisa
langsung dalam sistem informasi
kami internal itu bisa langsung
2 dilihat laporannya bisa dilihat
secara elektronik, tidak perlu lagi
menggunakan kertas mencari
berkas isitilahnya seperti itu. Dan
menurut saya program ini
tujuannya sudah tercapai tapi
dalam perjalanan tetep perlu
pengembangan-pengembangan
ntah itu di sistemnya mungkin
ada eror-eror, jaringan segala
63

macem, masih banyak masukan


wajib pajak kemudahan-
kemudahan apa lagi yang perlu
dimunculkan di aplikasi e-bupot.
Informan 3 Ya sudah mencapai tujuan, Tujuan tercapai,
karena prosesnya sudah melalui semua proses
3
elektronik filing jadi semuanya lebih mudah.
lebih mudah.
Evaluasi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penerapan sistem elektronik bukti potong memberikan kemudahan,
efektif, efisien dan keamanan sehingga meningkatkan pelayanan. Dan
sudah mencapai tujuan program.

Coding : Hambatan sistem e-bupot

Pertanyaan 8
Apa saja hambatan dan menjalankan sistem e-bupot ini? Atau entitas
penghambat dalam penerapan e-bupot.
No Informan Jawaban Analisis Verbatim
Informan 1 Mungkin kadang sistem dari Sistem DJP Eror.
DJPnya sendiri ya yang masih
1
sering eror.

Informan 2 Hamabtan terbesar karena ini Jaringan, server


teknologi ya ada, yang pertama penuh atau eror,
dari teknologi itu sendiri kedua sumber daya
dari sumber daya manusianya, manusia.
2
kalau teknologi yaitu dari
jaringannya, kecepatan jaringan
di Indonesia tahu sendiri seperti
apa kecepatannya, jadi kalau
64

banyak yang akses eror tidak si


servernya ini. Kalau dari sumber
daya manusia ya kita tahu sendiri
berbeda-beda kemampuannya
dalam memahami teknologi
komputer, kalau yang sudah
paham banget sama komputer,
sudah tau bahasa komputer,
membaca petunjuk pengisiannya
e-bupot, cara pengerjaannya
pasti mudaj menegrjakan, ada
juga yang mohon maaf nih yang
belum paham dengan komputer
misalnya ini yang di enter yang
mana, alamatnya e-bupot dimana
nulisnya, jadi sumber daya
manusia itu dalam pemahaman
teknologinya.
3 Informan 3 Mungkin jaringan server DJPnya. Jaringan server.
Evaluasi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
entitas penghambata dalam penerapan sistem e-bupot yaitu SDM,
sistem eror/perbaikan, jaringan koneksi.

Coding : Upaya dalam mengatasi hambatan e-bupot.

Pertanyaan 9
Apakah upaya yang anda lakukan untuk mengatasi hambatan dalam
menjalankan penerapan e-bupot ini?
No Informan Jawaban Analisis Verbatim
Informan 1 Ya itu mau gak mau harus Menunggu sistem
1
nunggu sistem e-bupotnya normal.
65

normal lagi, karena itu kan dari


sistem DJPnya sendiri yang
kadang gak bisa diakses atau
kepenuhan atau lagi
maintenance.
Informan 2 Teknologi ya tentunya Peningkatan
peningkatan kapasitas server kapasitas server,
Direktorat Jendral Pajak terus sosialisasi dan
ditingkatkan, teknologi terus konsultasi.
dinaikkan, dari segi SDM ya
pertama kita terus menerus
sosialiasi tetap, kedua kita
2
membuka layanan konsultasi jadi
kalau ada wajib pajak nih yang
mengalami hambatan tentang e-
bupot bisa berkonsultasi
langsung ke KPP ini, tapi bisa
juga via telpon bisa, via WA bisa
seperti itu.
Informan 3 Mencari koneksi internet yang Mencari koneksi
3 stabil untuk mengoperasikan internet yang
sistem e-bupot. stabil.
Evaluasi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan didalam mekanisme
penerapan sistem e-bupot adalah sosialisasi, dan peningkatan
kapasitas server.
66

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di KPP Madya


Tangerang yaitu :

1. Hasil wawancara dengan Fiskus.

2. Data penerimaan pajak penghasilan pasal 23 dan 26 tahun


2017/2019.

3. Data kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan PPh pasal 23 dan 26


Juni-Desember 2019 dan Januari-Juli 2020.

a. Efektivitas dalam penerapan sistem E-Bupot

Seiring berjalannya waktu kemajuan teknologi terus terjadi yang


akhirnya mendorong Direktorat Jendral Pajak untuk meningkatkan kualitas
pelayanan perpajakan kepada wajib pajak dalam menyelesaikan
kewajiban perpajakannya yaitu dengan menerapkan sistem elektronik
perpajakan, salah satunya yaitu elektronik bukti potong (E-Bupot).

Dari penggunaan E-BUPOT, Wajib pajak baik yang memotong


maupun yang dipotong merasakan beberapa kenyaman dan kemudahan
apalagi ditengah situasi pandemik ini, pertama karena berbasis web maka
aplikasi bisa diakses dimana saja dan kapan saja tanpa perlu repot datang
dan antri ke Kantor Pelayanan Pajak dan wajib pajak juga tidak perlu
memasang aplikasi tambahan dalam perangkat komputernya sehingga
tidak memakan memori perangkat wajib pajak, kedua Wajib pajak dapat
mengisi , membuat bukti potong dan melaporkannya kemudian membuat
SPT PPh 23 dan 26 hanya dalam satu sistem elektronik dan tidak perlu
cetak mencetak dan takut jika dokumen hilang atau rusak. Dan petugas
pajaknyapun merasakan kemudahan dengan tidak perlu repot mencari
fisik SPT wajib pajak karena semuanya sudah terekam di sistem DJP jadi
67

bisa langsung dicari di sistem internal KPP jadi lebih praktis dan aman
serta meminimalisir kesalahan pengisian SPT oleh wajib pajak karena
dengan sistem e-bupot ini kesalahan akan langsung terdeteksi.

Dalam menganalisis efektivitas penerapan e-bupot di KPP Madya


Tangerang, peneliti mengkaji dengan menggunakan teori efektivitas
Budiani, yaitu :

1. Ketepat Sasaran Program

Pada KPP Madya Tangerang ini melayani 1000 wajib pajak se-Provisi
Banten, sudah sejak awal munculnya aplikasi elektronik bukti potong
(e-bupot) Wajib Pajak sudah di wajibkan dan diharuskan untuk
menggunakan sistem e-bupot dalam pelaporan PPh Pasal 23 dan 26,
jadi sasaran wajib pajak badan yang memenuhi kriteria pengguna
aplikasi e-bupot yang melaporkan atau memungut PPh 23 dan 26
semua sudah beralih menggunakan sistem e-bupot.

2. Sosialisasi Program

Sebelum adanya pandemi sosialisasi mengenai program e-bupot


dilakukan secara tatap muka kepada wajib pajak dalam beberapa
gelombang dengan mengundang para wajib pajak yang memenuhi
kriteria untuk menggunakan aplikasi e-bupot kemudian saat
memasuki masa pandemi ini sosialisasi dilakukan dalam jaringan atau
daring oleh penyuluh KPP Madya Tangerang dan dilakukan secara
menyeluruh dan terus menerus sehingga sosialiasasi tetap berjalan
dengan baik.

3. Ketercapaian Tujuan Program

Tujuan dari program elektronik bukti potong ini yaitu untuk


memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi wajib
pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dalam
melaporkan PPh pasal 23 dan 26. Dan dari penerapan sistem
68

elektronik bukti potong ini sudah mencapai tujuan dari program


pemerintah. Karena manfaat dari tujuan program e-bupot ini sudah
dirasakan oleh wajib pajak maupun pegawai pajak di KPP Madya
Tangerang.

4. Pemantauan

Dari hasil pemantauan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan bukti


potong PPh Pasal 23 dan 26 di KPP Madya Tangerang terus
mengalami peningkatan dibandingkan bulan atau periodenya
sebelumnya. Begitupun dengan pendapatan PPh pasal 23 dan 26 di
KPP Madya Tangerang, setelah diterapkan sistem e-bupot ini
mengalami peningkatan yang siginifikan dibandingkan tahun tahun
sebelum diberlakukannya sistem e-bupot. Dan sudah banyaknya
perusahaan yang beralih menggunakan elektronik bukti potong (e-
bupot) ini. Serta hambatan-hambatan yang timbul dari penerapan
sistem e-bupot ini telah memiliki dan melakukan beberapa upaya
untuk mengatasi hambatan tersebut. Dan penerapan sistem e-bupot
ini jauh lebih efektif dan efisisen dibandingkan dengan cara
sebelumnya, baik bagi wajib pajak maupun petugas pajak.

Dalam penerapan sistem elektronik bukti potong di KPP Madya


tangerang dapat dianalisis efektivitas-efektivitas yang terjadi.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Fiskus di KPP Madya


Tangerang selaku informan mengatakan bahwa dengan adanya program
e-bupot ini petugas pajak tidak perlu lagi mencari fisik SPT Wajib Pajak
karena data wajib pajak sudah terekam di sistem DJP, petugas hanya
tinggal mencari di sistem internal, dan juga meminimalisir dari kerusakan
dan kehilangan dokumen, petugas pajak tidak perlu lagi menegur dan
menghimbau kesalahan pengisian SPT oleh wajib pajak karena jika ada
kesalahan maka akan langsung terdeteksi dan tidak dapat melanjutkan ke
pengerjaan atau tahap selanjutnya sehingga tidak ada lagi kelalaian
69

kesalahan pengisian yang tidak terdeteksi, tidak ada lagi antrian panjang
dan penumpukan pelayanan wajib pajak di KPP untuk lapor dan
penerbitan bukti potong PPh 23 dan 26 dan penerapan sistem e-bupot ini
sudah dijalankan dengan baik dan efektif yang kemudahannya sudah bisa
dirasakan oleh semua pihak, baik wajib pajak maupun petugas pajaknya.

b. Entitas penghambat penerapan sistem e-bupot pada KPP Madya


Tangerang

Dalam penerapannya sistem elektronik bukti potong mempunyai


beberapa entitas-entitas penghambat yang timbul pada KPP Madya
Tangerang.

Dari hasil wawancara dengan salah satu Fiskus di KPP Madya


Tangerang selaku informan mengatakan bahwa faktor yang
menghambat penerapan sistem e-bupot adalah yang pertama yaitu
dari sumber daya manusianya sendiri yang masih belum kompeten
dalam menguasai teknologi, sedangkan sistem e-bupot adalah
pelayanan pajak yang berbasis teknologi elektronik yang
mengharuskan penggunanya baik wajib pajak maupun petugas pajak
menguasai teknologi, jika belum kompeten maka pengguna akan
merasakan kesulitan dalam pengoperasiannya, maka ini akan
menghambat penerapan sistem elektronik bukti potong (e-bupot).
yang kedua yaitu kapasitas dari server Direktorat Jendral Pajak atau
sistem DJP yang terbatas sehingga sering mengalami eror atau
down karena terlalu banyak pengguna yang mengakses sistem DJP
ini sehingga menghambat pengguna untuk memnuhi kewajiban
perpajakannya, ditambah sistem DJPnya sendiri sering dalam
perbaikan yang kadang memakan waktu yang cukup lama sehingga
menghambat pengguna dalam penerapan sistem e-bupot ini. Dan
yang ketiga yaitu jaringan internet yang kurang kuat atau lambat
70

untuk mengakses sistem e-bupot di server DJP sehingga


memperlambat dan penghambat pengguna dalam menerapkan atau
mengoperasikan sistem e-bupot. Ketiga faktor penghambat inilah
yang terdeteksi atau ditemukan sebagai entitas atau faktor
penghambat dalam pengoperasian sistem e-bupot oleh pengguna,
baik Wajib Pajak maupun petugas pajaknya sendiri.

c. Upaya untuk mengatasi hambatan dalam penerapan sistem e-


bupot pada KPP Madya Tangerang

Dari entitas penghambat atau faktor-faktor penghambat yang


ditemukan dalam penerapan sistem elektronik bukti potong (e-bupot)
di KPP Madya Tangerang.

Dari hasil wawancara dengan salah satu Fiskus di KPP Madya


Tangerang selaku informan mengatakan upaya-upaya yang
dilakukan oleh KPP Madya Tangerang untuk mengatasi hambatan-
hambatan yang terjadi, yang pertama yaitu, dengan terus
melakukan sosialisasi penggunaan sistem e-bupot kepada wajib
pajak dan seluruh staf perpajakan yang dilakukan secara
menyeluruh dan bertahap dan KPP Madya Tangerang pun
membuka layanan konsultasi mengenai penerapan sistem e-bupot
ini, sehingga jika ada pertanyaan, penjelasan yang kurang jelas saat
sosialisasi bahkan kesulitan dalam penerapannya bisa langsung
mengkonsultasikan kepada staf pajak di KPP Madya Tangerang,
maka akan dibimbing oleh staf pajak langsung. Konsultasi ini dapat
dilakukan melalui telepon, sosial media, WhatsApps bahkan email.
Upaya yang kedua yaitu, dengan terus meningkatkan dan
mengupgrade sistem DJP agar lebih banyak pengguna sistem e-
bupot yang bisa mengakses sistem DJP sehingga pengguna bisa
mengakses lebih lancar dan nyaman tanpa perlu khawatir saat
mengakses sistem e-bupot akan eror atau down. Dan yang ketiga
71

yaitu dengan memperkuat dan meningkatkan kecepatan jaringan


internet di KPP Madya Tangerang, agar bisa mengakses sistem
DJP dengan lancar, tidak perlu menunggu lama untuk bisa masuk
ke situs DJP. Dan untuk wajib pajak yaitu dengan mencari jaringan
internet yang lebih baik atau lebih stabil, jadi bisa mengakses situs
dengan nyaman dan tidak ada lagi gangguan koneksi internet saat
mengakses sistem DJP untuk mengoperasikan sistem e-bupot.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada


bab sebelumnya serta mengacu pada pertanyaan penelitian yang
telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :

1. Efektivitas dalam melaporkan bukti potong PPh 23 dan 26 di KPP


Madya Tangerang yaitu program sudah tepat sasaran karena dari
awal diberlakukan sistem e-bupot ini KPP Madya Tangerang
sudah mengharuskan wajib pajaknya untuk menggunakan sistem
e-bupot, yaitu wajib pajak yang memenuhi syarat menggunakan
sistem e-bupot. Sosialisasi programnya pun sudah dilakukan
dengan baik dan menyeluruh melalui beberapa tahap atau sesi.
Dan sesuai dengan tujuan diberlakukannya e-bupot yaitu
memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam melakukan
kewajiban perpajakannya, tujuan ini sudah tercapai karena
kemudahan dari penerapan sistem e-bupot ini sudah dirasakan
oleh berbagai pihak, baik wajb pajak maupun petugas pajaknya,
dan dari pemantaunnya dengan adanya sistem e-bupot ini
pendapatan dan kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan
SPT PPh 23 dan 26 mengalami peningkatan yang siginifkan
dibanding sebelum diberlakukannya sistem e-bupot ini. dengan
adanya program e-bupot ini petugas pajak tidak perlu lagi
mencari fisik SPT wajib pajak karena data wajib pajak sudah
terekam di sistem DJP hanya tinggal mencari di sistem internal
dan jauh lebih aman terhindar dari kehilangan dan keruskaan,
petugas tidak perlu lagi menegur dan menghimbau kesalahan
pengisian SPT oleh wajib pajak karena jika ada kesalahan maka
73

akan terdeteksi dan tidak dapat melanjutkan ke pengerjaan


selanjutnya, tidak ada lagi antrian panjang dan penumpukan wajib
pajak untuk lapor dan penerbitan bukti potong PPh 23 dan 26.

2. Entitas penghambat penerapan sistem e-bupot pada KPP Madya


Tangerang adalah faktor yang menghambat penerapan e-bupot
yaitu dari SDM nya sendiri yang belum kompeten dalam
menguasai teknologi, kapasitas server DJP yang terbatas
sehingga sering mengalami eror dan down server dan jaringan
internet yang kurang kuat untuk mengakses sistem e-bupot.

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan penerapan


sistem e-bupot pada KPP Madya Tangerang dengan sosialisasi
dan konsultasi mengenai e-bupot agar hambatan dari SDM
tersebut dapat teratasi, kemudian peningkatan server sistem e-
bupot agar tidak ada lagi eror sistem saat mengakses e-bupot,
dan menggunakan jaringan internet yang lebih memadai agar
dapat mengakses situs DJP dengan lancar.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah diuraikan pada


bab-bab sebelumnya maka penulis memberikan saran yang
diharapkan dapat menjadi pembelajaran untuk penelitian selanjutnya
dan menjadi masukan bagi pemerintah dalam penerapan sistem
perpajakan bukti potong elektronik.

Terus melakukan sosialisasi dan membuka layanan konsultasi


mengenai penggunaan e-bupot ini agar semua wajib pajak serta
petugas pajak selaku sumber daya manusia paham dan lancar dalam
mengakses dan mengoperasikan sistem e-bupot dan diharapkan
untuk terus melakukan perbaikan dan peningkatan server sistem
74

Direktorat Jendral Pajak terutama e-bupot agar wajib pajak maupun


petugas pajak bahkan DJP bisa mengakses dan menjalankan sistem
e-bupot ini dengan lancar dan nyaman agar semua pihak lebih
merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam melaksanakan
kewajibannya tanpa adanya gangguan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku

Andriani, PJA. (2010). Teori Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat.

B. Ilyas, Richard (2011), Hukum Pajak, Jakarta : Salemba Empat Edisi


Lima.

Darmawan, D (2013). Metode penelitian kualitatif, Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Diana, S. (2013), Konsep Dasar Perpajakan, Bandung : PT. Refika


Aditama.

Fenti, H. (2017), Metodologi Penelitian, Depok : Rajawali Pers.

Gunadi. (2013). Panduan Komperhensif Pajak Penghasilan, Bogor : Bee


Media.

Gunawan, W. (2020). Etika Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta : Yayasan


Pustaka Obor Indonesia.

Hermawan, W (2013). Panduan Penyusunan Skripsi, Tesis & Disertasi.


Bandung : CV. Andi Offset.

Husein, U (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.


Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Indra, M.P (2019). Manajemen Pajak : Strategi Pintar Merencanakan dan


Mengelola Pajak dan Bisnis, Yogyakarta : Quadrant

Juliansyah. (2011). Metodologi penelitian, Jakarta : Kencana Prenada


Media grup.
76

Mardiasmo. (2013). Perpajakan Edisi Revis i. Yogyakarta: Andi.

Moleong , L.J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosadakarya.

Pandiangan, Liberti. (2014). Administrasi Perpajakan : Pedoman Praktis


Bagi Wajib Pajak di Indonesia, Jakarta : Erlangga.

Puji, R. (2019). Perpajakan: disesuaikan dengan peraturan perpajakan


terbaru. Yogyakarta : Indomedia Pustaka.

Resmi, Siti. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba


Empat.

Siti, I Wayan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif: Berbagai


Pengalaman dari Lapangan. Depok : Rajawali Pers.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung : Alfabeta.

Supramono dan Damayanti, Theresia wowo. (2015). Perpajakan


Indonesia : Mekanisme dan Perhitungan Edisi Revisi. Yogyakarta :
Andi.

Syafri, W. (2012).Studi Tentang Administrasi Publik. Jakarta : Erlangga.

TMBooks, (2019). Pajak Penghasilan Peraturan, Perhitungan & Pelaporan.


Yogyakarta : Andi.

Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat Edisi 10.

Wiratna, S. (2014). Metodologi Penelitian : Lengkap, Praktis dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
2. Jurnal :
Ayuningtiyas, L. D (2017) EFEKTIVITAS SISTEM PEMBAYARAN
PAJAK MENGGUNKAN E-BILLING DI KPP SEMARANG
CANDASARI. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG.

Dhita, Nofianty. (2019). ANALISIS PENERAPAN E-BUPOT PADA


PELAPORAN SPT MASA PPH PASAL 23 DI KPP MADYA
JAKARTA PUSAT TAHUN 2018. Institut Stiami Fakultas Ilmu
Administrasi Publik.

Etika, Raih (2017). ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN E-FILLING


DALAM PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA KEBUMEN. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Metin, A. M. (2017). The Effect of E-Taxation system on Tax revenues and


Costs : Turkey Case.

Rumata, F (2017). ANALISIS EFEKTIVITAS, EFESIENSI PENERAPAN


E-FILING DALAM PELAPORAN SPT TAHUNAN (STUDI PADA KPP
PRATAMA AMBON PERIODE 2014-2016). Universitas
Muhammadiyah Malang.

Taitiana, L, F (2019) ANALISIS EFEKTIFITAS PENGGUNAAN APLIKASI


E-BUPOT UNTUK PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26.
Universitas Sriwijaya Fakultas Hukum.
3. Peraturan :
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negararepublik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50,
Tambahan)

Keputusan DJP No. KEP-425/PJ/2019 Tentang Penetapan Pemotongan


PPh Pasal 23/Pasal 26 yang diharuskan membuat bukti
pemotongan dan diwajibkan penyampaian SPT Masa PPh Pasal 23
/Pasal 26 berdasarkan Peraturan DJP No. PER-04/PJ/2017.

Lembaran Negara Republic Indonesia Nomor 3263) Sebagaimana Telah


Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008)
Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republic Indonesia Nomor
4893);

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-04/PJ/2017. Tentang :


Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 Dan/ Atau Pasal
26 Serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
dan/atau Pasal 26.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara


Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


243/PMK.03.2014. TENTANG : SURAT PEMBERITAHUAN (SPT).

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.03/2017 tentang Bukti


Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan.
4. Lain-Lain :
Amalia, D. (2018). Diambil Kembali dari
http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=195&q=&hlm
=3
diakses pada 21 januari 2020 jam 12:30

https://www.academia.edu/40903636/EFEKTIFITAS_PENGGUNAAN_AP
LIKASI_E-BUPOT_UNTUK_PAJAK_PENGHASILAN_PASAL_23_26
diakses 20 Januari 2020 jam 10:50

https://www.online-pajak.com/e-bupot-bukti-potongan-elektronik-pajak
diakses pada 21 januari 2020 jam 12:10
LAMPIRAN

TRANSKIP WAWANCARA

No. Informan :

A. Jadwal Wawancara
1. Hari/Tanggal :
2. Waktu :

B. Identitas Informasi
Nama :
Jabatan :

C. Pertanyaan Penelitian :
1. Bagaimana menurut anda program pemerintah dalam
menerapkan sistem elektronik perpajakan di Indonesia?

2. Bagaimanakah efektivitas proses penerapan sistem e-bupot


yang sudah bapak/ibu ketahui? Apakah sudah tepat sasaran?

3. Bagaimanakah Sosialisasi yang sudah dilakukan oleh


pemerintah mengenai sistem e-bupot ini? Apakah sudah cukup
baik?

4. Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan dengan sistem


e-bupot? Apakah lebih efektif dan efisien?

5. Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan sebelum


adanya e-bupot? Apakah efektif dan efisien?

6. Bagaimana cara melaporkan bukti potong yang lebih baik?


Dengan menggunakan sistem e-bupot atau dengan cara
sebelumnya?
7. Bagaimana sistem e-bupot dapat memberikan kemudahan bagi
anda dalam pelayanan pajak? Dan apakah sudah mencapai
tujuan dari program sistem e-bupot ini?

8. Apa saja hambatan dan menjalankan sistem e-bupot ini? Atau


entitas penghambat dalam penerapan e-bupot

9. Apakah upaya yang anda lakukan untuk mengatasi hambatan


dalam menjalankan penerapan e-bupot ini?
TRANSKIP WAWANCARA

No. Informan : 01

A. Jadwal Wawancara
1) Hari/Tanggal : Selasa/ 01 September 2020
2) Waktu : 16.25

B. Identitas Informasi
Nama : Raden Dhimas Atmojo
Jabatan : Konsultan Pajak

C. Pertanyaan Penelitian :
1. Bagaimana menurut anda program pemerintah dalam
menerapkan sistem elektronik perpajakan di Indonesia?

Jawab : Saya rasa cukup baik, semua pembayaran dan


pelaporan bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun tanpa
harus capek antri di kantor pajak, kalau manual cukup
buang waktu, selain itu efektivitas administrasi perpajakan
jadi lebih rapih karena tersimpan didata DJP jadi
kemungkinan hilang sedikit.

2. Bagaimanakah efektivitas proses penerapan sistem e-bupot


yang sudah bapak/ibu ketahui? Apakah sudah tepat sasaran?

Jawab : Karena ini masih baru ya, jadi belum tau sejauh
mana efektifnya karena masih baru.

3. Bagaimanakah Sosialisasi yang sudah dilakukan oleh


pemerintah mengenai sistem e-bupot ini? Apakah sudah cukup
baik?
Jawab : Ditengah situasi sekarang ini menurut saya sedikit
terhambat ya, sosialisasi sudah dilakukan melalui media
elektronik baik dengan email ataupun vidio tutorial, tapi kan
itu masih kurang ya kalau ada training langsung mungkin
lebih efektif daripada sebatas melalui vidio kalau ada
pertanyaan bisa langsung disampaikan.

4. Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan dengan sistem


e-bupot? Apakah lebih efektif dan efisien?

Jawab : Harusnya sih iya karena sudah elektronik semua,


maksudnya lebih efisien karena ga perlu capek-capek ke
kantor pajak dan capek antri, kan semua langsung terekam
di database DJP dan pelaporannya kan sudah melalui
sistem e-bupot sendiri jadi lebih efektiflah dibandingkan
sebelumnya.

5. Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan sebelum


adanya e-bupot? Apakah efektif dan efisien?

Jawab : Tentu saja kalau masih manual ya belum efektif dan


efisien, harus repot datang ke kantor pajak dan nunggu lama
menurut saya buang-buang waktu kalau masih manual.

6. Bagaimana cara melaporkan bukti potong yang lebih baik?


Dengan menggunakan sistem e-bupot atau dengan cara
sebelumnya?

Jawab : Tentu dengan e-bupot, dari jawaban sebelumnya


kan lebih efektif.

7. Bagaimana sistem e-bupot dapat memberikan kemudahan bagi


anda dalam pelayanan pajak? Dan apakah sudah mencapai
tujuan dari program sistem e-bupot ini?
Jawab : Pertama kita kan ga perlu repot-repot antri tuh dan
terekam ya data-datanya langsung dari sistem e-bupotnya
sendiri, kedua semua transaksi yang dipotong PPh 23 dan
26 kan sudah terekam ya, jadikan resiko kehilangan data jadi
lebih kecil atau terhindar dari resiko kehilangan data base
lah. Ya cukup mencapai tujuan dari programnya ya
walaupun masih terbatas karena hanya untuk beberapa
wajib pajak aja ya yang bisa menggunakan sistem e-bupot.

8. Apa saja hambatan dan menjalankan sistem e-bupot ini? Atau


entitas penghambat dalam penerapan e-bupot

Jawab : Mungkin kadang sistem dari DJPnya sendiri ya yang


masih sering eror.

9. Apakah upaya yang anda lakukan untuk mengatasi hambatan


dalam menjalankan penerapan e-bupot ini?

Jawab : Ya itu mau gak mau harus nunggu sistem e-


bupotnya normal lagi, karena itu kan dari sistem DJPnya
sendiri yang kadang gak bisa diakses atau kepenuhan atau
lagi maintenance.

10. Pertanyaan penutup, apakah ada saran yang ingin disampaikan


dalam penerapan sistem e-bupot ini?
Jawab : Saya rasa sih menurut saya diperbaikilah, tiap hari
harus ada perbaikan agar sistemnya bisa lancer digunakan
dengan baik oleh wajib pajak jadikan untuk DJP biar
mantaunya bisa lebih mudah dan kita juga dikasih
kemudahan untuk pelaporan dan maupun pembayaran dan
segala macemnya.
TRANSKIP WAWANCARA

No. Informan : 02

A. Jadwal Wawancara
1. Hari/Tanggal : Senin/ 14 September 2020
2. Waktu : 11.00

B. Identitas Informasi
Nama : Fransiscus Himawan Ardianto
Jabatan : Account Representative

C. Pertanyaan Penelitian :
1. Bagaimana menurut anda program pemerintah dalam
menerapkan sistem elektronik perpajakan di Indonesia?

Jawab : Menurut saya sebagai petugas pajak,


pengimplementasian elektronik-elektronik perpajakan
merupakan suatu keharusan di masa-masa pandemi ini,
apalagi saat ini memaksa kita untuk lebih banyak dirumah,
tentunya aplikasi elektronik ini sangat membantu, bisa
menghadirkan atau memutus jarak untuk hadir tatap muka,
jadi implementasinya bagus dan kita dukung sepenuhnya.

2. Bagaimanakah efektivitas proses penerapan sistem e-bupot


yang sudah bapak/ibu ketahui? Apakah sudah tepat sasaran?

Jawab : Untuk kami di KPP Madya Tangerang ini kami


melayanin 1000 wajib pajak se-Provisi Banten, sudah sejak
awal muncul aplikasi elektronik itu sudah di wajibkan dan
diharuskan untuk wajib pajak di KPP Madya Tangerang, jadi
ketika e-bupot ini baru muncul untuk mentransfer ilmu atau
mengajari wajib pajaknya gampang sehingga cepat berjalan
efektifnya. Jadi tidak memerlukan waktu yang cukup lama
wajib pajak untuk menjalankan aplikasi e-bupotnya.

3. Bagaimanakah Sosialisasi yang sudah dilakukan oleh


pemerintah mengenai sistem e-bupot ini? Apakah sudah cukup
baik?

Jawab : Ya sudah sangat baik menurut saya, sebelum


pandemi kita melakukan secara tatap muka dalam beberapa
gelombang kemudian memasuki masa pandemi ini mau ga
mau kita sosialisasi dalam jaringan atau daring, jadi saya
kira cukup baik dari penyuluh KPP Madya Tangerang juga
sudah menyeluruh.

4. Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan dengan sistem


e-bupot? Apakah lebih efektif dan efisien?

Jawab : Kalau menurut saya jauh lebih efektif dan efisien,


kenapa karena sebelum e-bupot kita mengenal e-spt,
sebelumnya lagi spt manual kertas, manual kertas
memerlukan banyak kertas karena terbuat dari pohon ga
green envelopment, e-spt itu wajib pajak masih harus
menginstal aplikasinya di komputer mereka setelah selesai
dibuat lalu proses mencetak walaupun tidak banyak. Setelah
e-bupot ini tidak perlu lagi cetak mencetak cukup bekerja di
rumah atau di kantor masing-masing mengisi, membuat
dokumen bukti potong lalu membuat e-sptnya dan lapor
sekaligus bisa secara elektronik tanpa cetak mencetak, jadi
sangat efektif dan efisien.

5. Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan sebelum


adanya e-bupot? Apakah efektif dan efisien?
Jawab : Sebelumnya (e-spt) cukup efektif karena tujuan
pemerintah saat itu mengurangi kertas lalu mengurangi
wajib pajak dalam pengisian dan pemahaman dalam e-
sptnya. Jadi dalam aplikasi itu jika kita salah mengisi akan
ada warning atau tidak bisa melanjutkan ke pekerjaan
selanjutnya. Efektifnya disitu dibandingkan yang kertas.
Kalau kertas wajib pajak salah mengisipun masih bisa
masuk laporannya, dan dari petugas pajaknyapun masih
harus menegur, menghimbaulah.

6. Bagaimana cara melaporkan bukti potong yang lebih baik?


Dengan menggunakan sistem e-bupot atau dengan cara
sebelumnya?

Jawab : Jadi ya makin kesini semakin efektif dan efisien. E-


bupot lebih efektif, lebih efisien.

7. Bagaimana sistem e-bupot dapat memberikan kemudahan bagi


anda dalam pelayanan pajak? Dan apakah sudah mencapai
tujuan dari program sistem e-bupot ini?

Jawab : Menurut saya semua diberikan kemudahan, wajib


pajak diberikan kemudahan dengan tidak perlu hadir atau
tatap muka, petugas pajak juga diberikan kemudahan
dengan tidak perlu lagi melihat fisik sptnya, bisa langsung
dalam sistem informasi kami internal itu bisa langsung
dilihat laporannya bisa dilihat secara elektronik, tidak perlu
lagi menggunakan kertas mencari berkas isitilahnya seperti
itu. Dan menurut saya program ini tujuannya sudah tercapai
tapi dalam perjalanan tetep perlu pengembangan-
pengembangan ntah itu di sistemnya mungkin ada eror-eror,
jaringan segala macem, masih banyak masukan wajib pajak
kemudahan-kemudahan apa lagi yang perlu dimunculkan di
aplikasi e-bupot.

8. Apa saja hambatan dan menjalankan sistem e-bupot ini? Atau


entitas penghambat dalam penerapan e-bupot

Jawab : Hamabtan terbesar karena ini teknologi ya ada,


yang pertama dari teknologi itu sendiri kedua dari sumber
daya manusianya, kalau teknologi yaitu dari jaringannya,
kecepatan jaringan di Indonesia tahu sendiri seperti apa
kecepatannya, jadi kalau banyak yang akses eror tidak si
servernya ini. Kalau dari sumber daya manusia ya kita tahu
sendiri berbeda-beda kemampuannya dalam memahami
teknologi komputer, kalau yang sudah paham banget sama
komputer, sudah tau bahasa komputer, membaca petunjuk
pengisiannya e-bupot, cara pengerjaannya pasti mudaj
menegrjakan, ada juga yang mohon maaf nih yang belum
paham dengan komputer misalnya ini yang di enter yang
mana, alamatnya e-bupot dimana nulisnya, jadi sumber daya
manusia itu dalam pemahaman teknologinya.

9. Apakah upaya yang anda lakukan untuk mengatasi hambatan


dalam menjalankan penerapan e-bupot ini?

Jawab : Teknologi ya tentunya peningkatan kapasitas server


Direktorat Jendral Pajak terus ditingkatkan, teknologi terus
dinaikkan, dari segi SDM ya pertama kita terus menerus
sosialiasi tetap, kedua kita membuka layanan konsultasi jadi
kalau ada wajib pajak nih yang mengalami hambatan
tentang e-bupot bisa berkonsultasi langsung ke KPP ini, tapi
bisa juga via telpon bisa, via WA bisa seperti itu.
TRANSKIP WAWANCARA

No. Informan : 03

A. Jadwal Wawancara
1) Hari/Tanggal : Rabu/ 16 September 2020
2) Waktu : 16.00

B. Identitas Informasi
Nama : Aditya Naufal Aji
Jabatan : Staf Pajak dan Akunting

C. Pertanyaan Penelitian :
1. Bagaimana menurut anda program pemerintah dalam
menerapkan sistem elektronik perpajakan di Indonesia?

Jawab : Cukup membantu karena di era saat ini yang sudah


serba digitalisasi sehingga memudahkan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Bagaimanakah efektivitas proses penerapan sistem e-bupot


yang sudah bapak/ibu ketahui? Apakah sudah tepat sasaran?

Jawab : Sejauh ini sudah cukup sesuai namun mungkin


masih perlu di kembangkan lagi.

3. Bagaimanakah Sosialisasi yang sudah dilakukan oleh


pemerintah mengenai sistem e-bupot ini? Apakah sudah cukup
baik?

Jawab : Sampai saat ini sudah cukup baik.

4. Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan dengan sistem


e-bupot? Apakah lebih efektif dan efisien?
Jawab : Lebih efektif karena wajib pajak tidak perlu datang
ke KPP lagi sehingga bisa menghemat waktu dalam proses
pelaporannya.

5. Bagaimana menurut anda mekanisme pelaporan sebelum


adanya e-bupot? Apakah efektif dan efisien?

Jawab : Ya efektif dan efisien.

6. Bagaimana cara melaporkan bukti potong yang lebih baik?


Dengan menggunakan sistem e-bupot atau dengan cara
sebelumnya?

Jawab : Dengan sitem e-bupot

7. Bagaimana sistem e-bupot dapat memberikan kemudahan bagi


anda dalam pelayanan pajak? Dan apakah sudah mencapai
tujuan dari program sistem e-bupot ini?

Jawab : Ya sudah karena prosesnya sudah melalui


elektronik filling.

8. Apa saja hambatan dan menjalankan sistem e-bupot ini? Atau


entitas penghambat dalam penerapan e-bupot

Jawab : Mungkin jaringan servernya.

9. Apakah upaya yang anda lakukan untuk mengatasi hambatan


dalam menjalankan penerapan e-bupot ini?

Jawab : Mencari koneksi internet yang stabil

Anda mungkin juga menyukai