Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Keperawatan II

Disusun Oleh:

NAUVA ERZA ERDIA PERMANA


16612791

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan tentang Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa


Surakarta yang disusun oleh mahasiswa D3 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo sebagai salah satu tugas Praktek Klinik Keperawatan Ii
yang telah diperiksa oleh

Ponorogo, Januari 2019

Penyusun

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan


LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Pengertian
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negative dan di pertahankan dalam waktu
yang lama.Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa
lebih rendah dari orang lain.Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung
di ekpresikan.Perasaan negative terhadap diri sendiri,hilangnya percaya diri
dan harga diri,merasa gagal mencapai keinginan [CITATION Placeholder1 \l
1033 ].
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri [ CITATION Has14 \l 1033 ]

B. Tanda dan Gejala


Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan
harga diri rendah :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap
lawan bicara
9. Lebih banyak menunduk
10. Bicara lambat dan nada suara lemah
Menurut[ CITATION Has14 \l 1033 ] :
1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
2. mengungkapkan menjelek-jelekkan diri
3. mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya,
ketidakberdayaan, dan ketidak bergunaan)
4. kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup
yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
5. kesulitan dalam membuat keputusan

C. Proses Terjadinya Masalah


Menurut [ CITATION Her12 \l 1057 ] proses terjadinya masalah :
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman
(2012) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
Faktor predisposisi harga diri rendah adalah :
a. Penolakan
b. Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak
konsisten,terlalu dituruti,terlalu dituntut
c. Persaingan antar saudara
d. Kesalahan dan kegagalan berulang
e. Tidak mampu mencapai standar ( Herman,2012).
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat
terjadi secara situasional maupun kronik.
a. Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi
yang membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma
emosi seperti penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-
anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak
merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini
sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran dan terlalu
banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua
harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan
peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang
spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai
1) Trauma peran perkembangan
2) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
3) Transisi peran situasi
4) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau
berkurang
5) Transisi peran sehat-sakit
6) Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian
tubuh, perubahan bentuk , penampilana dan fungsi tubuh,
prosedur medis dan keperawatan ( Herman,2012).
c. Perilaku
1) Citra tubuh Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh
tertentu, menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan
keterbatasan atau cacat tubuh, menolak usaha rehabilitasi, usaha
pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan menyangkal cacat
tubuh.
2) Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain,
produkstivitas menurun, gangguan berhubungan ketengangan
peran, pesimis menghadapi hidup, keluhan fisik, penolakan
kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan, distruktif kepada
diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri paling
penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa
bersalah, mudah tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap
tubuh.
3) Keracunan identitasdiantaranya tidak ada kode moral, kepribadian
yang bertentangan, hubungan interpersonal yang ekploitatif,
perasaan hampa, perasaan mengambang tentang diri, kehancuran
gender, tingkat ansietas tinggi, tidak mampu empati pada orang
lain, masalah estimasi .
4) Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan
terpisah dari diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang
kuat, kurang rasa berkesinambungan, tidak mampu mencari
kesenangan. Perseptual halusinasi dengar dan lihat, bingung
tentang seksualitas diri,sulit membedakan diri dari orang lain,
gangguan citra tubuh, dunia seperti dalam mimpi, kognitif
bingung, disorientasi waktu, gangguan berfikir, gangguan daya
ingat, gangguan penilaian, kepribadian ganda ( Herman,2012).

D. Rentang Respon
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi
Mayor,dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment.(Stuart
& Laraia,2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis
dapat bermakana patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari menjadi
pervasive dan muncul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai
perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang
meliputi mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lam
adan terus menerus, mengekspresikan sikap malu atau minder atau rasa
bersalah,kontak mata kurang atau tidak ada, sealalu mengatakan ketidak
mampuan atau kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain,
tidak asertif, pasif dan hipoaktif,bimbang dan ragu-ragu serta menolak u pan
balik positif dan membesarkan umpan balik negative mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga
diri rendah adalah kegiatan yamg dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
misalnaya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-
menerus.Kegiatan mengganti identitas semantara, misalnya ikut kelompok
social, kegamaan dan politik. Kegiatan yang meberi dukungan sementara
seperti .kegiatan mencoba menghilangakan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identits yang di senangi dari orang-orang yang berani tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri, identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering di gunakan adalah fantasi,
regresi,disasosiasi, isolai, proyeksi, menghilangkan marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain. Terjadinya gangguan konsep harga diri rendah juga di
pengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis,psikologis,
social dan kultural.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar
karena klien lebih di kuasai oleh fikiran-fikiran negative dan tidak berdaya.

E. Faktor Predisposisi
Faktor presidposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
memounyai tanggung jawab personal, ketwrgantungan pada orang lain, ideal
diri yang tidak realistis.

F. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadunya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunya produksivitas. Gangguan konsep
diri : harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara situsional kronik.
G. Pohon Masalah

Risiko tinggi perilaku kekerasan

Effect
Perubahan Persepsi
Sensori:Halusinasi

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Care problem
Koping Individu tidak Epektif

Cousa

H. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
5. Risiko tinggi perilaku kekerasan

I. Data yang perlu dikaji[ CITATION Dir11 \l 1033 ]

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Harga Diri Rendah Kronis Subjektif :
- Mengungkapkan dirinya
merasa tidak berguna
- Mengungkapkan dirinya
merasa tidak mampu
- Mengungkapkan dirinya
merasa tidak semangat untuk
beraktivitas atau bekerja
- Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri
(mandi, berhias, makan, atau
toileting)
Objektif :
- Mengkritik diri sendiri
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang
pesimistis
- Tidak menerima pujian
- Penurunan produktifitas
- Penolakan terhadap
kemampuan diri
- Kurang memperhatikan
perawatan diri
- Berpakaian tidak rapi
- Berkurang selera makan
- Tidak berani menatap lawan
bicara
- Lebih banyak menunduk
- Bicara lambat dengan nada
suara lemah.

J. Diagnosa keperawata
Harga Diri Rendah Kronis
K. Rencana asuhan keperawatan

Tujuan Kriterias evaluasi intervensi


Pasien mampu : Setelah … x pertemuan, SP 1
- Mengidentifikasi pasien mampu : 1. Identifikasi
kemampuan dan - Mengidentifikasi kemampuan
aspek positif kemampuan positif yang
yang dimiliki. aspek positif dimiliki.
- Menilai yang dimiliki. - Diskusikan
kemampuan - Memiliki bahwa
yang dapat kemampuan pasien
digunakan. yang dapat masih
- Menetapkan atau digunakan. memiliki
memilih - Memilih sejumlah
kegiatan yang kegiatan sesuai kemampuan
sesuai dengan kemampuan. dan aspek
kemampuan. - Melakukan positif
- Meatih kegiatan kegiatan yang seperti
yang sudah sudah dipilih. kegiatan
dipilih, sesuai - Merencanakan pasien di
kemampuan. kegiatan yang rumah
- Merencanakan sudah dilatih. adanya

kegiatan yang keluarga

sudah dilatihnya. dan


lingkungan
terdekap
pasien.
- Beri pujian
yang
realistis dan
hindarkan
setiap kali
bertemu
dengan
pasien
penilaian
yang
negatif.
2. Nilai
kemampuan
yang dapat
dilakukan saat
ini.
- Diskusikan
dengan
pasien
kemampuan
yang masih
digunakan
saat ini.
- Bantu
pasien
menyebutka
nnya dan
memberi
penguatan
terhadap
kemampuan
diri yang
diungkapka
n pasien.
3. Pilih
kemampuan
yang akan
dilatih.
- Diskusi
dengan
pasien
beberapa
aktivitas
yang dapat
dilakukan
dan dipilih
sebagai
kegiatan
yang akan
pasien
lakukan
sehari-hari.
4. Bantu Pasien
menetapkan
aktivitas mana
yang dapat asien
lakukan secara
sendiri :
 ktivitas
yang
memerluka
n bantuan
minomal
dari
keluarga.
 Akticitas
apa saja
yang perlu
bantuan
penuh dari
keluarga
atau
lingkungan
terdekat
pasien.
 Beri contoh
cara
pelaksanaan
aktivitas
yang dapat
dilakukan
pasien.
 Susun
bersama
pasien
atovitas
atau
kegiatan
sehari-hari
pasoen.
5. Nilai
kemampuan
pertama yang
telah dipilih
 Diskusikan
dengan
pasien
untuk
menetapkan
urutan
kegiatan
(yang sudah
dipilih
pasien)
yang akan
dilatihkan.
 Bersama
pasien dan
keluarga
memperaga
lan
beberapa
kegiatan
yang akan
dilakukan
pasien.
 Beri
dukungan
atau pujian
yang nyata
sesuai
kemajuan
yang
diperlihatka
n pasien.
 Masukan
dalan
jadwal
kegiatan
pasien
 Beri
kesempatan
pada pasien
untuk
mencoba
kegiatan.
 Beri pujian
atas
aktifitas/ke
giatan yang
dapat
dilakukan
pasien
setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

H. T. (2012). International Diagnosis Keperawatan Buku Kedokteran. Jakarta:


EGC.

Hastuti, R. Y. (2014). RS Jiwa Daerah Surakarta. Surakarta: RS Jiwa Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai