Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan.

1. Pengertian

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan

darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan

menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan

lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan

urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c)

satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan

dari vesika urinaria.

2. Ginjal (Ren)

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua

sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji

kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis

dexter yang besar.

3. Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis

atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan

keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa

metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.


4. Fascia Renalis terdiri dari:

Fascia renalis terdiri dari ; a). fascia (fascia renalis), b). Jaringan lemak peri renal,

dan c). kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada

permukaan luar ginjal.

5. Struktur Ginjal.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat

cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian

dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla

berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks

yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya

pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong

yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis

majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis

minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional

ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :

Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

6. Proses pembentukan urin

Tahap pembentukan urin.

a. Proses Filtrasi ,di glomerulus.

Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari

glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan

yang di saring disebut filtrate gromerulu

b. Proses Reabsorbsi.

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,

klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator

reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali

penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi

secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

c. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis

selanjutnya diteruskan ke luar.

7. Pendarahan.

Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan

arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi

arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di

tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus.

Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang

kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.


8. Persarafan Ginjal.

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi

untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan

dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

9. Ureter.

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika

urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak

pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah lapisan otot polos.

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin

masuk ke dalam kandung kemih.

10. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah

pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria

dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).

b. Tunika muskularis (lapisan berotot).

c. Tunika submukosa.

d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).


11. Uretra,

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi

menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

a. Urethra pars Prostatica

b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)

c. Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).

Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra

disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria mengandung

jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.

b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.

c. Lapisan mukosa.

12. Urin (Air Kemih).

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan

dan faktor lainnya.

b. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

c. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan


sebagainya.

e. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau

amoniak.

f. Berat jenis 1,015-1,020.

g. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur

menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:

a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea

amoniak dan kreatinin.

c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

d. Pagmen (bilirubin dan urobilin).

e. Toksin.

f. Hormon.

13. Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi

melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

a. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada

dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi

bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan

tahap ke 2.

b. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan

mengosongkan kandung kemih.


Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar

pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf

simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot

detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls

menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi

MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

14. Ciri-Ciri Urin Normal.

a. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan

jumlah cairan yang masuk.

b. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.

c. Baunya tajam.

d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Perkemihan


Keterangan : 1. Vas deferens, 2. Uretra prostatika. 3.

B. Jenis jenis kateter.

Ada 2 jenis kateter yaitu Poly kateter lama pemakaian 7 sampai 10 hari dan kateter

Silocon lama pemakaian 1 bulan biasanya dipakai oleh pasien dengan pemakaian

kateter menetap karena adanya gangguan fisik. Kateter juga memiliki beberapa macam

dan kegunaannya antara lain : poly kateter biasa yang memiliki 2 cabang, triway kateter

yang memiliki 3 cabang biasa digunakan pada pasin BPH ( Benigna Prostat Hypertropi )

untuk pembilasan kandung kemih,( R Samsu Hidayat, Wim De jong. 2002 ).

C. Tehnik Pemasangan Kateter.

1. Definisi

Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan, terbuat dari

bahan karet atau plastic, metal, woven silk dan silikon. Kandung kemih adalah

sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang berubah ubah

junlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal. Kateter kandung

kemih adalah dimasukkannya kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk

mengeluarkan air seni atau urine.

2. Tujuan

a. Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih

b. Untuk pengumpulan spesimen urine

c. Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih

d. Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

3. Prosedur Pemasangan kateter


a. Sarana dan persiapan

1). Alat adalah sebagai berikut :Tromol steril berisi : Gass steril, Deppers

steril, Handscoen, Gunting, Neirbecken, Pinset anatomi, Doek steril,

Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan, Tempat spesimen urine

jika diperlukan, Urin bag, Perlak dan pengalasnya, Disposable spuit,

Selimut

2). Obat adalah sebagai berikut : Aquadest, Bethadine, Alkohol 70 %.

3). Petugas.

a). Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas

mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus

rantai penyebaran infeks nosokomial

b). Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan

dimaksud.

c). Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita,

melakukantindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati.

d). Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang

prosedur dan tujuan tindakan

4). Penderita.

Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan

yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani

informed consent.

b. Penatalaksanaa
1) Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang

sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi. Sim.

2) Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik.

3) Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya.

4) Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita.

5) Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine.

6) Melakukan desinfeksi sebagai berikut :

a). Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir

tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok

agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk

glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan

dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang

tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.

b). Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora,

desinfeksi dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju

rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara

labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus

urethra.

7). Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk

penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita

laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah

masuk karena urethra berbelit-belit.


8). Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta

untuk menarik nafas dalam.

Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak

lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan

memegang kateter dan memasukkannya secara pelan pelan dan hati-hati

bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter

jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada

tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter

sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm

dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang

tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik

nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi

dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar.

Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya

dimasukkan lagi +/- 3 cm.

9). Mengambil spesimen urine kalau perlu

10).Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume

yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai

11).Memfiksasi kateter :

a). Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen.

b). Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha

12).Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari
kandung kemih

13).Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang

meliputi :

a). Hari tanggal dan jam pemasangan kateter.

b). Tipe dan ukuran kateter yang digunakan

c). Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan

d). Nama terang dan tanda tangan pemasang

( Keterampilan dan prosedur dasar ,Feri Peterson Potter 2011 )

D. Infeksi Saluran Kemih.

1. Pengertian

Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection adalah sutatu keadaan

adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001).Infeksi Saluran

Kemih adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada

saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang di

sebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli: resiko dan beratnya meningkat

dengan kondisi seperti refluksvesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis

perkemihan, pemakaian instrumen baru,septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,1998)

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan

adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih pada pasien yang pemakaian

kateter lebih dari 10 hari (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)

2. Etiologi.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

1). Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK

complicated

2). Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated

3). Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.

b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

1). Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat

pengosongan kandung kemih yang kurang efektif

2). Mobilitas menurun

3). Nutrisi yang kurang baik

4). Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

5). Adanya hambatan pada aliran urin

6). Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

1. Pembagian ISK.

a. Berdasar anatomi dibagi menjadi 2 antara lain :

1). Bagian bawah : uritritis, sistitis (infeksi superfisialis vesika urinaria),

prostatitis

2). Bagian atas : pielonefritis (proses inflamasi parenkim ginjal), abses

ginjal

b. Berdasar Klinis dibagi menjadi 2 antara lain :

1). Tanpa komplikasi : sistitis pada wanita hamil kelainan neurologis atau

struktural yang mendasarinya


2). Dengan Komplikasi : infeksi saluran kemih atas atau setiap kasus ISK pada

laki-laki, atau perempuan hamil, atau ISK dengan kelainan neurologis atau

struktural yang mendasarinya

4. Patofisiologi

a. Proses Penyakit Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya

mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini

masuk melalui: kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen,

Limfogen

Ada 2 jalur utama terjadi ISK yaitu asending dan hematogen

1). Secara Asending yaitu :Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih,

antara lain : faktor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih

pendek dari pada laki- laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor

tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal, Pemasangan alat kedalam traktus

urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang

terinfeksi

2). Secara Hematogen,yaitu :Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya

rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara Hematogen. Ada

beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga

mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total urin yang

yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat

jaringan intrarenal akibat jaringan.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya :Sisa urin
dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang

tidak lengkap, mobilitas menurun,nutrisi yang sering kurang baik,sistem

imunitas yang menurun, adanya hambatan pada saluran urin,hilangnya efek

bakterisid dari sekresi prostat, sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat

tersebut mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri,

keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan

residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan

mengakibatkan gangguan fungsi gunjal sendiri, kemudian keadaan ini secara

hematogen menyebar keseluruh traktus urinarius. Selain itu beberapa hal yang

menjadi predisposisi ISK, antara lain adanya obstruksi aliran kemih proksimal

yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan

ureter yang disebt sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah

jaringan perut ginjal, batu neoplasma dan hipertropi prostat yang sering

ditemukan pada laki-laki diatas 60 tahun.

b. Klasifikasi

Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :

1). Kandung kemih (sistitis) : Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling

sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat

disebabkan oleh aliran balik irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks

urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

2).Uretra (uretritis) adalah : suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan

sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria

gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah
uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya

disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum

3).Ginjal (pielonefritis) : pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan

infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau

kedua ginjal.

Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan menjadi :

1). ISK Uncomplicated (simple) :ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan

saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia

lanjut terutamamengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa

superficial kandung kemih.

2). ISK Complicated :Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali

kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap

beberapa macamantibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock.ISK ini

terjadi bila terdapat keadaan- keadaan sebagai berikut :

Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesikouretral

obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap

dan prostatitis. Kelainan faal ginjal :GGA maupun GGKGangguan daya tahan

tubuh Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp

yang memproduksi urease.

c.Manifestasiklinis

1). Uretritis biasanya memperlihatkan gejala : Mukosa memerah dan edema

.Terdapat cairan eksudat yang purulent, Ada Ulserasi pada uretra, Adanya rasa
gatal yang menggelitik, Adanya nanah awal miksi, Nyeri pada awal miksi,

Kesulitan untuk memulai miksi, Nyeri pada bagian abdomen .

2). Sistitis biasanya memperlihatkan gejala : Disuria (nyeri waktu

berkemih)Peningkatan frekuensi berkemih, Perasaan ingin berkemih, Adanya

sel-sel darah putih dalam urin, Nyeri punggung bawah atau suprapubic, Demam

yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah..

3).Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala : Demam, Menggigil.

Nyeri pinggang, Disuria

d. Komplikasi.

1) Prostatitis

2) Epididimis.

3) Striktura uretra.

4) Sumbatan pada vasoepididinal

e. Pemeriksaan Penunjang

1) Urinalisis

Leukosuria atau puria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK. Leukosuria

positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/ lapang pandang besar (LBP) sediment

air kemih Hematuria : Hematuria positif bila 5 – 10 eritrosit/ LBP sediment air

kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa

kerusakan glomerolus ataupun urolitiasis.

2) Bakteriologis : Mikroskopis dan biakakan bakteri.

3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.


4) Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari

urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai

criteria utama adanya infeksi.

5) Metode tes : Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit )

dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif :

maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika

terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organime

menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonnorrhoeae, herpes

simplek) Tes - tes tambahan : Urogram Intravena (UIV), Pielografi (IVP),

msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah

infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau

abses, hodronerosis atau hiperplasie prostat. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,

sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi

penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

f. Penatalaksanaan

Penanganan Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) yang ideal adalah agens

antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius

dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina.

Terapi Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas :

1). Terapi antibodika dosis tunggal.

2). Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari.

3). Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu.


4). Terapi dosis rendah untuk supresi.

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan

infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole

(gastrisin),trimethoprim / sulfamethoxazole ( tpm / smz,bactrim,septra),kadang

ampicillin atau amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri

ini.pyridium,suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi

ketidak nyamanan akibat infeksi.Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK

sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke

uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari

kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.

5. Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya Infeksi Saluran Kemih.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi saluran kemih yaitu :

a. Umur.

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini Umur

merupakan periode terhadap pola pola kehidupan yang baru, semakin bertambahnya

umur akan mencapai usia Reprodusi ( Notoatmodjo, 2003 ).

Selain itu Abu Ahmadi ( 2001 ), juga mengemukakan bahwa memang daya

ingat seseorang itu salah satu di pengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat

kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada proses

terjadinya penurunan degenerasi sel sel tubuh dalam kehidupan sehari hari.

b. Jenis kelamin.
Kata Gender berasal dari kata bahasa Inggris berarti Jenis kelamin. Dalam

Webster“s New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak

antara laki laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.

Di dalam Women“s studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah

suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan ( distinection) dalam hal

peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki laki dan

perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Dari uraian ini maka dapat di

simpulkan bahwa laki laki dan wanita mempunyai perbedaan juga dalam hal

anatomi tubuhnya terutama yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran

kemih.

c. Lingkungan.

Lingkungan adalah komponen dalam paradigma keperawatan yang mempunyai

implikasi yang sangat luas bagi kelangsungan hidup manusia. Khususnya

menyangkut status kesehatan seseorang. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa

lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang berpengaruh baik secara

langsung maupun tidak langsung pada individu, kelpmpok, dan masyarakat, (

Wahid Iqbal Mubarak 2009 ).

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan kejadian infeksi saluran kemih

dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang hygine dan kehidupan sehari hari

dari pasien yang kurang dalam kebersihan lingkungannya .

d. Pendidikkan.
Menurut Notoatmodjo ( 1997 ) pendidikkan adalah suatu kegiatan atau proses

pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu

sehingga sasaran pendidikkan itu dapat berdiri sendiri.

e. Jenis jenis kateter.

Ada 2 jenis kateter yaitu Poly kateter lama pemakaian 7 sampai 10 hari dan

kateter Silocon lama pemakaian 1 bulan biasanya dipakai oleh pasien dengan

pemakaian kateter menetap karena adanya gangguan fisik. Kateter juga memiliki

beberapa macam dan kegunaannya antara lain : poly kateter biasa yang memiliki 2

cabang, triway kateter yang memiliki 3 cabang biasa digunakan pada pasin BPH (

Benigna Prostat Hypertropi ) untuk pembilasan kandung kemih,( R Samsu Hidayat,

Wim De jong. 2002 ).

f. Tehnik Perawata Kateter.

1). Persiapan alat : Sarung tangan steril, cairan anti septik ( kapas sublimat 1 :

1000 ) sedikitnya 3 buah untuk pria dan 6 buah untuk wanita,set perawatan

kateter terdiri dari ( pinset anatomi 2 buah, kom kecil, kasa/ lidi waten

steril 2 buah ) , Perlak dan pengalas, plester dan gunting, betadin 10 %,

bengkok .

2). Persiapan pasien : jelaskan maksud dan tujuan dari prosedur perawatan

kateter, kaji rasa tidak nyaman pasien sehubungan dengan pemakaian

kateter.

3). Pelaksanaan perawatan kateter : perhatikan penerangan ruangan, tutup tirai serta

pintu kamar pasien, perawat mencuci tangan, atur posisi pasien ( posisi litotomi

), letakkan perlak dan kain pengalas dibawah bokong pasien, simpan bengkok
diantara kedua pangkal paha pasien, siapkan dan bukaset kateter atur sedemikian

rupa isi kom kecil dengan kapas sublimat, perawat memakai sarung tangan steril,

buka daerah meatus sama seperti pemasangan kateter, masukkan kateter

sepanjang 2 cm sambil sedikit diputar, isi balon kateter sebanyak 10 cc, tarik

kateter perlahan lahan sampai ada tahanan balon, oleskan betadin pada daerah

meatus arah melingkar dan kateter luar 10 cm dengan lidi waten steril, fiksasi

kateter dengan plester, atur posisi kantung urin lebih rendah dari posisi pasien,

atur posisi yang nyaman pada pasien, rapihkan alat alat pada tempatnya, perawat

mencuci tangan.

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Solikin ( 2008 – 01- 29) dengan judul “Faktor factor

yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang

kateter menetap di ruang BI Syaraf Rumah Sakit dokter Karyadi Semarang”.

Penelitian ini menggunakan metodelogi Deskripsi Alternatif dengan observasi

langsung pada pasien yang Terpasang kateter menetap di ruang B1 syaraf RS dr

Karyadi Semarang. Dari 28 sampel yang di ambil hasil penelitiannya menunjukan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kejadian infeksi saluran kemih

dengan usia ( P = 40% ) dengan jenis kelamin ( p = 30% )dan dengan lamanya

pemasangan kateter( p = 30 % ) jadi perlu di teliti faktor faktor lain yang memiliki

pengaruh terhadap kejadian infeksi saluran kemih pada penelitian berikutnya antara

lain pemasangan kateter dengan tehnik septic dan aseptic atau perawatan kateter dan

ukuran kateter yang tepat.


2. Penelitian yang dilakukan oleh Amalia Fazilla Rahma ( 2008 – 06 -24 ) dengan judul “

Tingkat pengetahuan perawat UGD RSD dr . R. Sudarsono Pasuruan tentang peran

perawat terhadap pemasangan kateter sesuai standar operasional prosedur ( SOP ).

Penelitian ini menggunakan metodelogi Deskripsi Alternatif dengan observasi

langsung pada personil perawat yang ada di RSD dr . R. Sudarsono Pasuruan. Dari

hasil penyebaran kuisioner menunjukkan bahwa 60 % personil mampu mengerjakan

pemasangan kateter sesuai SOP hal ini di karena kan mayoritas perawat masih dalam

kisaran usia produktif, sehingga mereka masih memiliki daya nalar yang masih baik.

F. Kerangka Teori.

Berdasarkan yang telah diuraikan pada studi kepustakaan peneliti membuat

kerangka teori sebagai berikut.


Skema 2.1 Kerangka Teori

INPUT OUTPUT

Faktor Internal
1. Umur.
2. Jenis Kelamin.
3. Pendidikkan.
4. Kondisi fisik.

Faktor Eksternal

1. Jenis Kateter. Kejadian


2. Perawatan kateter. InfeksinSaluran Kemih
3. Lamanya penggunaan
4. Bakteri

Faktor lain
1. Kebiasaan Eliminasi
2. Lingkungan
3 Kebersihan
4. Cara Pemasangan

Anda mungkin juga menyukai