Anda di halaman 1dari 7

e-ISSN: 2657-1668 http://www.ejournal.umbandung.ac.id/index.php/JSTE vol.1 No.2 tahun.

2019

JSTE
Journal of Science, Technology
and Enterpreneurship

Siklus Estrus Mencit Betina Virgin (Mus musculus) Strain BALB/c


setelah Terpapar Berbagai Jenis Sound
Haryanto1, Wulan Pertiwi2, Nisa Ihsani3
Departemen Bioteknologi, Universitas Muhammadiyah Bandung
Jalan Soekarno-Hatta No. 752 Cipadung Kidul, Panyileukan Kota Bandung 40614.
e-mail: 1haryanto@umbandung.ac.id, 2wulanpertiwi@umbandung.ac.id, 3nisaihsani@umbandung.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil siklus estrus pada mencit betina strain BALB/c yang dipaparkan
pada berbagai jenis sound musik. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dan terdiri dari 4 perlakuan serta 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah paparan sound musik dengan durasi 30
menit pada setiap hari selama 15 hari (3 siklus estrus). Perlakuan kontrol adalah mencit tanpa sound musik dan pelakuan
P1, P2 dan P3 adalah dipaparkan sound klasik, sound haevy metal dan suara kucing berkelahi. Pada setiap harinya (pukul
08.00-10.00) mencit diamati siklus estrus melalui pendekatan metode sitologi vagina dan pengamatan langsung pada
genitalia eksternal. Variabel yang diamati adalah fase dan panjang siklus estrus. Hasil analisis one way ANOVA
menunjukkan paparan sound musik tidak signifikan terhadap panjang siklus estrus mencit betina virgin matang kelamin.

Kata kunci: estrus, mencit BALB/c, sound musik.

Abstract

This research was conducted to evaluate estrous cycle lenght in the mice virgin strain BALB/c (Mus musculus)
given music sound. This research was conducted experimentally applying complete Randomized Design (RAL Design) 4
treatments and 5 repeating. The mice was taken sound music (30 minutes everedy days for 15 days). The tested sound
music were control/no sound (P1), classical music (P2), heavy metal music (P3), and the sound of cats fighting (P4). The
data consisted estrous cycle from used methode include evaluating vaginal cytology and visual observation of the
external genitalia. The results showed that the treatment did not significantly affect the estrous cycle length in the mice
virgin strain BALB/c (p>0.05).

Keywords: estrous, mice BALB/c, music sound

1. PENDAHULUAN

Fase estrus pada mencit berulang dan kembali lagi membentuk siklus yang kontinyu atau dikenal
dengan siklus estrus. Siklus estrus terdiri dari empat tahap yang berurutan yaitu proestrus, estrus, metestrus
dan diestrus. Panjang siklus estrus mencit strain BALB/ c adalah 4-5 hari [1] [2]. Siklus ini dapat diamati
dengan beberapa metode yaitu evaluasi sitologi vagina [2], pengukuran impedance elektrical [3], analisis
biokimiawi urin [4] dan pengamatan visual pada bagian genitalia eksternal [1].
Metode evaluasi sitologi paling efektif untuk mengamati fase dalam siklus estrus. Metode ini
dilakukan dengan mengulas sel-sel pada vagina (swab), menempelkan hasil ulasan ke objek gelas, fiksasi,
staining dan pengamatan pada mikroskop. Metode ini mudah, murah dan memiliki akurasi yang lebih tinggi
[1][2]. Larutan yang digunakan dalam tahap fiksasi adalah alkohol 70%, sedangkan methylen blue [5] dan
giemsa 2017 [6] [7] [8] dapat dijadikan sebagai larutan staining.

h. 127 - 133
e-ISSN: 2657-1668 http://www.ejournal.umbandung.ac.id/index.php/JSTE vol.1 No.2 tahun.2019
Siklus estrus mencit juga ditemukan pada hewan-hewan mamalia non primata [9][10]. Siklus estrus
mencit setara dengan siklus menstruasi pada hewan primata dan manusia [11]. Fase dalam siklus estrus dapat
digolongkan berdasarkan tipe dan proporsi sel yang terdapat pada hasil apusan [1][2]. Setiap fase estrus
memiliki karakteristik spesifik, saat fase estrus terjadi ovulasi. Fase estrus ditandai dengan tingkah laku aneh,
gelisah dan tidak menolak bila didekati pejantan. Selain fase estrus, hewan betina tidak mau melayani hewan
jantan untuk kopulasi [12].
Kajian estrus penting dalam aplikasi reproduksi yaitu untuk pemilihan mencit yang akan dikawinkan
dengan pejantan. Dalam bidang penelitian, fase estrus digunakan untuk mengetahui perkembangan embrional
oleh karena itu harus mengetahui secara pasti kapan oosit diovulasikan dan kapan oosit difertilisasi sel
spermatozoon dengan mengetahui saat terjadinya fertilisasi maka umur embrio dapat diketahui secara tepat
[1]. Traking fase estrus juga dapat dijadikan variabel dalam sebuah penelitian [8].
Siklus estrus dapat dipengaruhi oleh stimulasi auditori [13] faktor nutrisi [14] [15], hormonal [16],
faktor fotoperiodisme [17], dan faktor setres lingkungan lainnya seperti bising [18]. Pada penelitian Naff et al,
tahun 2007 menunjukkan bahwa penyedotan debu dengan vacuum cleaner menyebabkan mencit C57Bl/6 dan
CD mengalami setress [19]. Peningkatan kebising pada kandang yang berventilasi menurunkan jumlah
blastokista mencit [20], oleh karena itu penelitian ini menjadi penting untuk mengetahui profil siklus estrus
pada mencit betina virgin matang kelamin strain BALB/c yang dipaparkan pada berbagai jenis sound musik.

2. METODE PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang mencit, tempat minum, timbangan
digital, beaker glass 10 mL, staining jarr, cutton bud for babby merk alfamart, gelas objek, gelas penutup,
mikroskop cahaya binokuler, timer, kamera digital dan hand phone.
Bahan yang digunakan adalah mencit betina virgin matang kelamin strain BALB/c umur 12-14
minggu (20,45 g), pelet N954 merk dagang Hyprovit, sekam, larutan methylen blue, NaCl fisiologis, alkohol
70%, akuades, dan air ledeng. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Universitas
Muhammadiyah Bandung selama 16 hari (3 kali siklus estrus mencit).
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Perlakuan yang diuji adalah pemaparan jenis sound yaitu tanpa suara sound (P0), sound musik klasik (P1),
sound musik heavy metal (P2) dan sound kucing berkelahi (P3). Setiap taraf perlakuan dibutuhkan ulangan
sebanyak 5 sehingga ada 20 ekor mencit. Variabel bebas dalam penelitian ini jenis sound. Variabel terikat
berupa panjang dan fase siklus estrus. Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persiapan Kandang
Persiapan kandang utuk pemeliharaan mencit uji. Kandang dengan penutup berventilasi. Ukuran kandang yang
digunakan berukuran 30x23x10 cm3, masing-masing kandang diisi sebanyak lima ekor mencit. Agar mencit
dapat hidup dengan nyaman, diletakkan sekam pada bagian dasar kandang.
2. Persiapan Hewan Uji
Dua puluh ekor mencit betina (M. musculus) strain BALB/c disediakan dengan usia matang kelamin yaitu
umur 12-14 minggu dan berat yang sekitar 17-24 (20,45±2,30 g). Mencit dipastikan dalam keadaan sehat dan
normal, hal tersebut dapat dilihat dari keadaan mencit yang tidak cacat dan aktif bergerak. Mencit
diaklimatisasi selama 7 hari sebelum perlakuan penelitian diujicobakan.
3. Pemberian Perlakuan dan Pemeliharaan
Mencit dibagi kedalam taraf taraf perlakuan yaitu P0, P1, P2, dan P3. Setiap hari mencit diberi pakan sebanyak
4 g/ekor. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Pencahayaan berasal dari lampu bohlam yaitu
dinyalakan pada pukul 08.00-16.00. Selama 15 hari, mencit dipaparkan pada berbagai jenis sound selama 30
menit dengan volume maksimal HP SONY Z5 Compact. Jarak sumber suara dengan mencit adalah 10 cm.
Spesies Mus musculus pendengaran 1000-4000 Hz [19]; dan tikus domestikasi memiliki rentang 34.5-kHz -
85.5-kHz [21].
4. Pengambilan dan Analisis Data
Data penelitian berupa panjang dan fase siklus estrus. Pengambilan data dilakukan setiap hari pada pukul
08.00-10.00 pagi. Penentuan fase estrus dilakukan dengan cara pembuatan preparat apus vagina. Ujung cotton
bud dibasahi dengan larutan NaCl fisiologis, secara perlahan cotton bud tersebut dimasukkan kedalam vagina
mencit (5 mm) dan diputar perlahan searah dengan jarum jam sebanyak tiga rotasi. Ujung cotton bud dioleskan
memanjang pada objek gelas menjadi tiga baris. Apusan dipastikan menempel dan dikering anginkan 5 menit.
Apusan tersebut difiksasi menggunakan alkohol 70% dan diwarnai menggunakan methylen blue selama 5
menit. Pewarna yang berlebih dibersihkan dengan air mengalir. Apusan diamati pada perbesaran 400x guna
evaluasi panjang dan fase siklus estrus. Evaluasi siklus estrus berdasarkan Meziane et al., 2007 [2], yaitu tipe

h. 127 - 133
e-ISSN: 2657-1668 http://www.ejournal.umbandung.ac.id/index.php/JSTE vol.1 No.2 tahun.2019
dan proporsi sel pada apusan. Data fase estrus hasil pengamatan genitalia luar dan apus vagina dianalisis secara
deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk gambar. Data panjang siklus estrus dianalis menggunakan ANOVA
satu arah dan diikuti uji beda nyata terkecil (BNT) menggunakan softwere SPSS for windows.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Fase estrus dalam siklus estrus


Berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap genitalia luar mencit betina strain BALB/c adalah
fase proestrus ditandai dengan vagina mulai membuka dan ditandai dengan jaringan bengkak, lembab, dan
berwarna merah muda (Gambar 1A). Vagina terbuka lebar, sehingga ada kerutan disekitar vagina, fase estrus
ditandai dengan bukaan vagina yang lebar dengan jaringan yang sedikit bengkak, sedikit lembab, dan
internsitas warna merah mudah memudar dibandingkan fase proestrus (Gambar 1B). Fase metestrus ditandai
dengan pembukaan vagina yang tidak terbuka lebar, tidak bengkak, tidak lembab dan dijumpai dengan debris
seluler putih (Gambar 1C). Fase diestrus ditandai dengan pembukaan vagina kecil dan tertutup dan tanpa
jaringan yang bengkak (Gambar 1D).

A B

C D
Gambar 1. Karakteristik fase-fase estrus pada pengamatan genitalia eksternal mencit betina strain BALB/c.
Fase proestrus (A), fase estrus (B), fase metestrus (C) dan fase diestrus (D).

Penentuan fase estrus dengan pengamatan langsung pada genitalia eksternal mencit betina
membutuhkan cahaya yang cukup pada ruang pengamatan. Sumber cahaya diperlukan untuk pengamatan
warna genitalia eksternal mencit betina yang mengalami perubahan warna dan pembukaan vagina pada setiap

h. 127 - 133
e-ISSN: 2657-1668 http://www.ejournal.umbandung.ac.id/index.php/JSTE vol.1 No.2 tahun.2019
fase. Mencit betina fase proestrus dan estrus dengan pejantan akan mengalami kopulasi setelah semalam jika
disatukan. Mencit yang berhasil kopulasi ditandai dengan adanya vaginal plug pada esok harinya [1].
Karakteristik proestrus, alat kelamin betina luar mulai memperlihatkan tanda-tanda bahwa terjadi
peningkatan peredaran darah di daerah itu. Meskipun telah ada perubahan yang menimbulkan gairah sex,
namun hewan betina ini masih menolak pejantan yang datang karena tertarik oleh perubahan tingkah laku
tersebut. Fase estrus merupakan fase yang tepat dan terjadi kopulasi. Pada fase metestrus, serviks telah
menutup, kelenjar-kelenjar serviks merubah sifat hasil sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini
berfungsi sebagai sumbat lumen serviks. Diestrus adalah fase dalam siklus berahi yang ditandai dengan tidak
adanya kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang (Partodihardjo, 1982) dalam
Huda et al., 2017[5]..
Berasarkan hasil pengamatan mikroskopik preparat apus vagina dijumpai dua tipe sel yaitu sel leukosit
dan sel epitel. Sel leukosit memiliki struktur bulat dengan inti yang bersegmen-segmen ditengah. Inti leukosit
menyerap warna yang lebih kontras dibadandingkan dengan sitoplasma. Ada dua tipe perkembangan sel epitel
vagina yaitu epitel berinti dan epitel terkornifikasi. Epitel berinti memiliki struktur bulat dan atau lonjong
dengan inti bulat ditengah. Intesitas penyerapan warna inti sel epitel lebih kontras jika dibandingkan dengan
sitoplasmanya. Epitel kornifikasi adalah epitel berinti akan mengalami diferensiasi perkembangan karena
epitel megalami keratinisasi protein dan sel nampak menanduk atau menebal sehingga inti sel tidak tampak.
sel leukosit memiliki ukuran yang relatif kecil dibandingkan sel epitel berinti. Sel epitel terkornifikasi memiliki
intensitas penyerapan warna yang lebih kontras dibandingkan sel epitel berinti. Fase proestrus ditandai dengan
keberadaan sel epitel berinti dan epitel terkornifikasi (Gambar 2A). Fase estrus ditandai dengan dominansi sel
epitel terkornifikasi (Gambar 2B). Fase metestrus ditandai dengan kehadiran proporsi sel leukosit diantara
epitel terkornifikasi (Gambar 2C). Fase diestrus ditandai dengan proporsi sel leukosit yang lebih banyak
dibandingkan dengan sel epitel inti dan epitel terkornifikasi (Gambar 2D).

2
3
3

A B

2 3 1

C D
Gambar 2. Karakteristik fase-fase estrus pada pengamatan mikroskopis apus vagina dengan perbesaran 400x.
Fase proestrus (A), fase estrus (B), fase metestrus (C) dan fase diestrus (D).
Keterangan gambar 1. Sel leukosit, 2. Sel epitel berinti, 3. Sel epitel terkornifikasi.

Pada fase proestrus dan estrus hanya dijumpai satu tipe sel yaitu sel epitel. Kopulasi hanya terjadi saat estrus,
mencit betina dalam fase ini siap menerima pejantan dikarenakan epitel sudah dilapisi epitel kornifikasi atau

h. 127 - 133
e-ISSN: 2657-1668 http://www.ejournal.umbandung.ac.id/index.php/JSTE vol.1 No.2 tahun.2019
sel epitel yang menebal atau menanduk. Kehadiran sel leukosit pada fase metestrus dan diestrus adalah sebagai
sel imunitas [11].

B. Panjang siklus estrus


Berdasarkan hasil apus vagina dan pengamatan genitalia luar mencit betina menunjukkan bahwa
panjang siklus estrus pada P0 berkisar 4-6 hari, pada P1 berkisar 4-8 hari, pada P2 berkisar 4-8 hari dan pada
P3 berkisar 5-8 hari. Rerata panjang siklus estrus pada P0 adalah (5,46±0,258 hari), P1 (5,72±1,772 hari), P2
hari (5,70±1,745 hari), dan P3 (5,86±0,473 hari).
Berdasarkan hasil analisis ANOVA menunjukkan paparan sound musik 30 menit selama 15 hari pada
setiap harinya tidak berpengaruh terhadap panjang siklus estrus. Data lengkap panjang siklus estrus tersaji
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Panjang siklus estrus mencit betina yang dipaparkan berbagai jenins sound musik
Perlakuan Panjang siklus estrus (hari)
P0 5,46±0,258A
P1 5,70±1,745A
P2 5,72±1,772A
P3 5,86±0,473A
Keterangan : angka yang diikuti huruf superscript sama menunjukkan tidak beda nyata (α=5%).

Berdasarkan hasil apus vagina dan pengamatan genitalia luar mencit betina pada hari ke-16
menunjukkan P0 terdapat 4 mencit dalam fase estrus dan 1 ekor mencit dalam fase diestrus. Pada P1 terdapat
2 ekor mencit fase estrus, 1 ekor mencit fase metestrus dan 2 ekor mencit fase diestrus. Pada P2 terdapat 1
ekor mencit fase proestrus, 3 ekor mencit fase estrus dan 1 ekor mencit fase diestrus. Pada P3 1 ekor mencit
fase proestrus, 1 ekor mencit fase estrus dan 3 ekor mencit fase diestrus. Hal ini menunjukkan bahwa paparan
musik sound 30 menit selama 15 hari pada setiap harinya belum mampu mensinkronkan fase estrus pada
masing-masing perlakuan.
Pada penelitian ini terdapat 3 ekor mencit yang dipaparkan sound musik memiliki panjang siklus estrus
8 hari. Satu siklus estrus pada mencit berkisar 4-5 hari [1] [2]. Mencit yang diberi dosis ekstrak biji kapas 2,1
dan 2,7 g/kg BB memiliki panjang siklus estrus yang lebih lama dibandingkan dengan mencit kontrol, yaitu
siklus estrusnya melebihi 5 hari. Pemanjangan siklus estrus menyebabkan durasi folikulogenesis menjadi lebih
panjang [8]. Intensitas, frekuensi dan suara yang tidak diinginkan dapat menyebabkan cascade neuroendokrin
[19]. Terganggunya sel-sel neuron mengakibatkan gangguan hipotalamus untuk menstimulasi sekresi GnRH
yang merangsang hipofisis mensekresikan FSH dan LH. Hormon FSH dan LH ini berperan dalam siklus
reproduksi [22]. Pada penelitian ini, paparan berbagai jenis sound musik (P1, P2 dan P3) menunjukkan relatif
sama dengan kontrol (P0). Paparan kebisingan vacuum cleaner dengan suara moderat selama satu jam belum
menyebabkan peningkatan konsentrasi fecal corticosterone paska 24 jam pendedahan terhadap mencit betina
dewasa C57BL/6 [23].
Selama pemeliharaan, berat badan mencit pada setiap minggunya tersaji dalam Tabel. 2
Tabel 2. Berat mencit selama penelitian
Perlakuan Berat badan mencit (g)
H0 H7 H15
P0 19,6±2,51 25,2±1,92 2,48±2,28
P1 2,12±1,48 25,6±1,51 25,2±1,92
P2 19,8±3,11 24,2±2,48 25,6±2,71
P3 21,2±2,05 27,0±2,91 26,8±2,28

C. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan siklus dan fase estrus dapat dilakukan dengan pengamatan
visual langsung pada genitalia eksternal dan memalui metode sitologi dengan cara apus vagina. Pemberian
paparan sound musik 30 menit selama 15 hari pada setiap harinya belum berpengaruh terhadap panjang siklus
estrus mencit betina virgin matang kelamin strain BALB/c.

h. 127 - 133
e-ISSN: 2657-1668 http://www.ejournal.umbandung.ac.id/index.php/JSTE vol.1 No.2 tahun.2019
Daftar Pustaka

[1] S.L. Byers, M. V. Wiles, S. L. Dunn, and R. A. Taft. 2012. “Mouse Estrous Cycle Identification Tool and
Images”. PLoS ONE. vol. 7, no. 4, pp 1-5.
[2] H. Meziane, A.M. Ouagazzal, L. Aubert, M. Wietrzych and W. Krezel. 2007. Estrous Cycle Effects on
Behavior of C57BL/6J and BALB/cByJ Female Mice: Implications for Phenotyping Strategies. Genes,
Brain and Behavior. vol. 6, pp. 192–200.
[3] S.D. Ramos, J. M. Lee and J. D. Peuler. 2001 “An inexpensive meter to measure differences in electrical
resistance in the rat vagina during the ovarian cycle”. Journal of Applied Physiology vol. 91, pp 667.
[4] S. Achiraman, G.Archunan, D. Sankarganesh, T. Rajagopal, and R. L. Rengarajan. 2011 “Biochemical
analysis of female mice urine with reference to endocrine function: a key tool for estrus detection”.
Zoologi Science, vol. 28, pp. 600–605.
[5] N.K. Huda, R. Sumarmin dan Y. Ahda. 2017. “Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata
Nees.) terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster)”. Eksakta. vol. 18, no. 2, pp.
69-76.
[6] N. Lusiana. 2017. “Pengaruh Fitoestrogen Daging Buah Kurma Ruthab (Phoenix dactylifera L.) terhadap
Sinkronisasi Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.)” KLOROFIL. vol. 1, no. 1, pp. 24-31.
[7] S. Sulastri, N.I Wiratmini dan N.L.Suriani. 2014. “Panjang Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.) yang
Diberi Pemanis Buatan Aspartam secara Oral”. Jurnal Biologi. Vol.18, no.2, pp. 69–72.
[8] S. A. Ramadhani, I. Supriatna, N. W. K. Karja, dan A. Winarto. 2007. “Pengendalian Folikulogenesis
Ovarium dengan Pemberian Ekstrak Biji Kapas”. Jurnal Sain Veteriner, vol. 35, no. 1, pp 71-79.
[9] T. L. Blanchard, T. S. Taylor and C. L. Love. 1999. “Estrous Cycle Characteristics and Response to Estrus
Synchronization in Mammoth Asses (Eouus asinus Americanus)”. Elsevier, vol. 52, pp: 827-834.
[10] K. Satué and J.C. Gardón. 2013. “A Review of the Estrous Cycle and the Neuroendocrine Mechanisms in
the Mare”. Journal of steroids and Hormonal Science, vol. 4, no. 2, pp. 1-8.
[11] N. A. Campbell, J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky, and R. B.
Jackson. 2011. Biology. Jakarta, Erlangga.
[12] R Rough, 1962. Experimental Embryology. Third Ed.Burgers Publishing Co., Minneapolis, Minn.
[13] M. Hernández-González, D. R. C. G. Abascal, M. Á. Guevara, R. A. R. Orozco, M. L. A. Sepúlveda, L.
E. F. Mancilla. 2013. “Prefrontal and Accumbal Electric Activity during Auditory Stimulation in Virgin
Female Rats: Changes Related to the Estrous Cycle”. Journal of Behavioral and Brain Science, vol. 3,
pp. 454-462.
[14] D.A. Nursyah. 2012. Gambaran Siklus Estrus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Ovariektomi yang Diberi
Tepung Daging Teripang (Holothuria scabra). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[15] V.T. Darma, L. M. Santoso, dan Riyanto. 2017. “Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiutica)
terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L) dan Sumbangannya terhadap Pembelajaran Biologi
SMA”. Jurnal Pem Belajaran Biologi. vol. 4, no. 1, pp. 17-87.
[16] E. Narulita, J. Prihatin, K. Anam, dan F. A. R. H. Oktavia. 2017. “Perubahan Kadar Estradiol dan
Histologi Uterus Mencit (Mus musculus) Betina dengan Induksi Progesteron Sintetik”. Biosfera. vol.34,
no. 3, pp. 117-122.
[17] K. Yoshinaka, A. Yamaguchi, R. Matsumura, K. Node, I. Tokuda and M. Akashi. 2017.” Effect of
Different Light-dark Schedules on Estrous Cycle in mice, and implications for mitigating the adverse
impact of night work”. Genes to cells, vol. 22, pp. 876-884.

h. 127 - 133
e-ISSN: 2657-1668 http://www.ejournal.umbandung.ac.id/index.php/JSTE vol.1 No.2 tahun.2019

[18] E. G. Patterson-Kane and M. J. Farnworth. 2006. “Noise Exposure, Music, and Animals in the
Laboratory: A Commentary Based on Laboratory Animal Refinement and Enrichment Forum (LAREF)
Discussions”. Journal of Applied Animal Welfare Science, vol. 9, no.4, pp. 327–332.
[19] K. A. Naff, C. M. Riva, S. L. Craig, and K. N. Gray. 2007. “Noise Produced by Vacuuming Exceeds the
Hearing Thresholds of C57Bl/6 and CD1 Mice”. Journal of the American Association for Laboratory
Animal Science”. vol. 46, no. 1. pp. 52-57.
[20] B. M. Zamora, M. Jiang, Y. Wang, M. Chai, P T. Lawson, and G. W Lawson. 2009. “Decreased Blastocyst
Production in Mice Exposed to Increased Rack Noise”. Journal of the American Association for
Laboratory Animal Science, vol. 48, no. 5. pp. 486-491.
[21] H. E Heffner and R. S. Heffner. 2007. “Hearing Ranges of Laboratory Animals”. Journal of the American
Association for Laboratory Animal Science, vol. 46, no. 1, pp. 20-22.
[22] Y.S. Uke. 2008. “Efek Toksik Monosodium Glutamat (MSG) pada Binatang Percobaan”. Sutisning,.vol.
3, no. 2, pp. 306-314.
[23] K. Jensen, N. E Hahn, R. Palme, K. Saxton, and D. D Francis. 2010. “Vacuum-Cleaner Noise and Acute
Stress Responses in Female C57BL/6 Mice (Mus musculus)”. Journal of the American Association for
Laboratory Animal Science, vol. 49, no. 3, pp. 300-306.

h. 127 - 133

Anda mungkin juga menyukai