Anda di halaman 1dari 12

UKURAN TESTIS SAPI

(Praktikum Fisiologi dan Reproduksi Ternak)

Oleh
Fathul Aziz Sofiandi
2054241006
NTP B

Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Ukuran
Testis Sapi” tepat pada waktu yang telah ditentukan pada saat pelaksanaan
praktikum sebelumya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses mengerjakan laporan ini sehingga dapat selesai tepat
waktu. Penulis menyadari betul bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan lebih lanjut.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang bagi yang
membutuhkan.

Lampung Selatan, 30 September 2021

Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….....iii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………....1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………1
1.2 Tujuan Praktikum…………………………………………………………1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………2
BAB 3 METODE PRAKTIKUM…………………………………………….3
3.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………3
3.3 Cara Kerja Praktikum……………………………………………………..3
BAB 4 HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN………………………4
4.1 Hasil Praktikum…………………………………………………………...4
a. Metode Langsung…………………………………………………………..4
b. Metode Tidak Langsung……………………………………………………5
c. Perhitungan Volume………………………………………………………..5
4.2 Pembahasan……………………………………………………………….6
BAB 5 KESIMPULAN……………………………………………………….7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………8
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan.


Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup
lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan. Fungsi alamiah
seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa
yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara sempurna meletakakannya ke
dalam saluran kelamin betina. Inseminasi buatan hanya memodifiser cara dan
tempat peletakan spermatozoa. Semua proses-proses fisiologik dalam tubuh hewan
jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjang produksi dan
kelangsungan hidup spermatozoa. Akan tetapi pusat kegiatan kedua proses ini
terletak pada organ reproduksi hewan jantan itu sendiri.

Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat dibagi atas tiga komponen:
(a) organ kelmin primer yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau testiculus (jamak:
testes atau testiculae) disebut juga orchis atau didymos (b) sekelompok kelenjar-
kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelanjar vesikulares, prostata dan
Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididylis dan vas deferen dan (c)
alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis.

1.2 TUJUAN PRAKTIUM


Untuk mengetahui ukuran lingkar testis,panjang ,tebal dan volume testis pada
sapi,dan di ilustrasian dengan buah alpukat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, sebagaimana
halnya ovarium pada ternak betina. Testis dikatakan sebagai organ primer karena
berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) (Saputro et al, 2008).
Tahapan spermarogenesis meliputi spermatogonium, spermatositprimer, spermat
osit skunder, spermatid muda, dan spermatid matang (Susatyo dan Chaeri, 2009).

Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang


banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-
kelok. Di bawah tunica albuginea terdapat parenkim yang menjalankan
fungsi testis. Parenkim membentuk saluran yang berkelok-kelok (Frandson, 1992).
Secara sentral, septula testis berlanjut dengan jaringan ikat longgar
dari mediastinum testis. Kuda jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub
kranial testis, tetapi pada hewan piaraan umumnya menempati posisi sentral.
Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan
limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig)
(Dellman, 1992).
Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan
respon FSH dengan mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang
tergantung pada dosis. Selain reseptor LH, ditemukan pula reseptor prolaktin dan
inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi
yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron, namun keduanya tidak bisa
melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi khusus dalam proses spermatogenesis.
Fungsi sel–sel sertoli adalah (1) memberi lingkungan tempat khusus untuk
berkembangnya sel–sel germinal. Sel ini mensekresikan cairan yang membasahi
sel–sel germinal, dan juga mensekresi cairan tambahan ke lumen tubulus
seminiferus untuk menyediakan nutrisi bagi sperma yang berkembang dan baru
dibentuk, (2) Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit untuk
menjadi sperma suatu proses yang disebut spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa
hormon yang memiliki fungsi penting antara lain factor inhibisi muller (FIM)
disekresi oleh testis selama perkembangan janin untuk menghambat
pembentukan tuba fallopi dariductus muller, ekstradiol merupakan hormon
kelamin feminism yang penting, Inhibin yang merupakan umpan balik dari
inhibisi pada kelenjar hypophysis untuk anterior untuk mencegah sekresi yang
berlebihan dari hormon perangsang folikel (Dellmann, 1992). Hasil pengamatan
diperoleh bahwa histologi testis hewan jantan terdiri membran basement, tubulus
seminiferus yang merupakan kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel
yang terdapat diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara literatur dengan
hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi
yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus seminiferus.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
A. ALAT
1.Meteran
2.Gelas Ukur
3.Alat Tulis
4.HP
B.BAHAN
1. Buah Alpukat
2. Air

3.2 CARA KERJA

A.METODE LANGSUNG
1. Siapkan alat dan bahannya
2. Isi gelas ukur dengan air sampai penuh
3. Celupkan buah kedalam gelas ukur yg berisi air
4. Hitung volume air yang tumpah
B.METODE TIDAK LANGSUNG
1.Mengukur lingkat testis
2.Mengukur panjang testis
3.Mengukur lebar testis
4.Mengukur tebal testis bagian atas dan bawah
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
a. Metode Langsung

Volume Awal Air 220 ml Saat Alpukat dimasukan kedalam air

Volume setelah Alpukat di masukan


Kedalam air menjadi 110 ml.
b. Metode Tidak Langsung

Lingkar Alpukat (Testis) Panjang Alpukat (Testis)

Lebar Alpukat (Testis) Tebal Atas Alpukat (Testis)

Tebal Bawah Alpukat (Testis)


c. Perhitungan Volume Testis
Metode Langsung
Diketahui :
volume awal air = 220
volume akhir air = 110
Volume awal air – volume akhir air
= 220 mL – 110 mL
= 110 mL
Metode Tidak Langsung
Tabel 1. Hasil Pengukuran Mangga (Testis) Metode Tidak Langsung
Nama Organ Lebar (cm) Panjang (cm) Tebal (cm) Lingkar (cm)
Testis 3 4 Atas 2 9
Bawah 1

Diketahui :
Untuk sumbu (a) lebar = 3:2 = 1,5
Untuk sumbu (b) panjang = 4:2 = 2
Untuk sumbu (c) tebal = 3:2 = 1,5
π = 22/7
Rumus Ellipsoid
Volume:
V = 4/3 π abc
= 4/3 . 22/7 . (1,5 x 2 x 1,5)
= 4/3 . 22/7 . 4,5
= 4/3 . 14,142
= 18,86 cm3
4.2 Pembahasan
Pada metode langsung volume awal 220 ml dengan di jatuhan buah alpukat,
terdapat pengurangan 110 ml dan yang tersisa di gelas ukur 110 ml, dengan ini
volume testis ini sebesar 110 ml. Pada metode tidak langsung yang di lakukan
dengan rumus ellipsoid dengan hasil 18,86cm3 yang di ukur dengan panjang,
lebar, tebal yang di bagi dua dengan rumus ellipsoid.
Dari kedua metode tersebut memiliki perbedaan dimana,metode langsung
memiliki volume yang lebih besar di bandingan dengan metode tidak langsung.
hal ini di sebabkan oleh kecilnya gelas ukur yang menyebabkan ketika buah
alpukat di masukan kedalam air, air keluar dengan banyak hal itu menyebabkan
volume pengukuran langsung menjadi lebih besar dari pada metode tidak
langsung.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari praktikum, peraktika dapat meyimpulkan bahwa pada dari
dua metode yang ada mereka memiliki hasil volume yang berbeda. Pada metode
langsung menghasilkan 110 mL sedangkan dengan metode tidak langsung
mengdapatkan hasil 18,86 cm3.
DAFTAR PUSTAKA
Dellmann, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi ketiga.Fakultas
Peternakan UGM. Yogyakarta.
https://www.ilmuternak.com/2014/12/organ-reproduksi-pada-sapi-jantan.html
Saputro. 2008. Histologi Organ Reprodusi Jantan. Universitas Brawijaya. Malang.
Suatyo, P., dan Chaeri, A. 2013. Histologi Reproduksi Jantan Tikus Putih Setelah
Pemberian Propoxur. Jurnal Inovasi Vol. 3 No. 2, Juli 2009
Widjanarko, Bambang. 2011. Informasi Reproduksi

Anda mungkin juga menyukai