Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MINGGU 2

STASE KEPERAWATAN GERONTIK


DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI

DI SUSUN OLEH :
ANISA SAFUTRI
G1B220017

PEMBIMBING AKADEMIK :
Luri Mekeama.,S.Kep.,Ners.M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution, Sp.Kep.J
Ns. Meinarisa,S.Kep.M.Kep

PEMBIMBING KLINIK :
Ns. Ana, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS
A. Definisi Gastritis
Gastritis yang biasanya orang awam mengatakannya maag adalah
peradangan yang terjadi dilambung akibat meningkatnya sekresi asam
lambung mengakibatkan iritasi/perlukaan pada lambung.
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh
akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam yang menumpuk
dalam lambung akan semakin banyak dan berlebih. Hal ini dapat
menyebabkan luka atau iritasi pada dinding lambung sehingga timbul rasa
perih.
B. Etiologi Gastritis
1. Stress
2. Usia
3. Pola makan yang tidak baik. Misalnya terlambat makan, makan makanan
yang pedas, asam yang dapat merangsang asam lambung contoh cabe,
cuka, sambal, ketan dan lain-lain. Makan terlalu banyak atau cepat, dan
makanan yang terinfeksi oleh bakteri helicobakter phylory.
4. Merokok
5. Mengkonsumsi alcohol atau minuman berkafein
6. Mengkonsumsi obat-obatan dalam dosis yang tinggi. Contohnya aspirin
dan antalgin. (aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung)
7. Keracunan makanan
C. Tanda dan Gejala
1. Mual dan muntah
2. Kembung
3. Nyeri seperti terbakar pada perut bagian atas
4. Nafsu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik,
keluar keringat dingin
5. Sering sendawa terutama bila dalam keadaan lapar
6. Terkadang disertai sakit kepala
7. Bila gastritis sudah parah, makan akan terjadi luka pada lambung
sehingga menyebabkan perdarahan. Gejala yang timbul saat lambung
sudah terdapat luka adalah muntah darah atau terdapat darah pada feses.
D. Cara Pencegahan
1. Jaga pola makan secara baik dan teratur. Hindari menunda waktu makan
karena akan mengakibatkan produksi asam lambung meningkat
2. Makan makanan yang bersih, sehat dan bergizi. Hindari makanan yang
merangsang kerja lambung. Contohnya makanan pedas, asam, dan kopi
3. Hindari stress yang berlebihan. Anda dapat mengalihkan rasa stress
dengan berolahraga yang baik bagi tubuh
4. Tidak merokok
5. Tidak mengkonsumsi alcohol
6. Hindari penggunaan obat-obatan terutama yang mengiritasi lambung
misalnya aspirin
E. Penatalaksanaan
Jika anda mengalami atau mempunyai riwayat gastritis, hal-hal yang
dapat anda lakukan antara lain adalah:
1. Makan dengan porsi kecil tapi sering. Contoh makanan adalah snack atau
makanan ringan.
2. Makan teratur dan tepat waktu
3. Dianjurkan minum air hangat jika terjadi mual dan muntah
4. Minumlah obat antasida (obat maag) jika gastritis kambuh
5. Istirahat yang cukup
6. Kalau merokok, hentikan merokok
7. Segera periksakan ke dokter jika nyeri tidak kunjung hilang
F. Jenis-jenis makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
1) Makanan yang dianjurkan:
a. Sumber hidrat arang atau karbohidrat: bubur, kentang rebus, biscuit
dan tepung-tepungan yang dibuat bubur atau pudding.
b. Sayur yang tak berserat dan tidak menimbulkan gas: labu kuning,
labu siam, wortel, brokoli
c. Buah-buahan yang tidak asam dan tidak beralkohol : pisang, pepaya,
tomat
2) Makanan yang tidak dianjurkan:
a. Makanan yang secara langsung merusak dinding lambung: nasi
keras, ketan, jagung, ubi talas.
b. Sumber Protein Hewani: daging yang berlemak,ikan asin, ikan
pindang.
c. Sayuran tertentu (sawi, kol, nangka muda,nanas)
d. Buah-buahan tertentu (nangka, pisang ambon, durian)
e. Minuman yang mengandung soda dan alkohol: soft drink, tape, susu,
anggur putih dan kopi.
f. Makanan yang secara langsung merusak dinding lambung yaitu
makanan yang mengandung cuka dan pedas, merica.
g. Makanan yang sulit dicerna yang dapat memperlambat pengosongan
lambung. Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan
peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam
lambung antara lain makanan berlemak, kue tart, coklat dan keju.
G. Pattofisiologi
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk
kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga
lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi
balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam
lambung yang meningkat/ banyak. Asam lambung dan enzim-enzim
pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi
peradangan.

Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung


pada sel-sel dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini
termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan
nyeri tekan.Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan
pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila
iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan
mengenai pembuluh darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat
mennimbulkan hematemesis maupun melena.

H. Pathway Gastritis
I. Klasifikasi
a. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi
menjadi dua garis besar yaitu :
a) Gastritis eksogen akut
biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia.
Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi
bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).

b) Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan


badan.

b. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis
kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan
gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim.
Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori yang menimbulkan
ulkus pada dinding lambung.
J. Komplikasi
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang
dapat berakhir sebagai syok hemoragie.
b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin
B12
K. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap.
b.Gastroscopy
c. Nasogastrik aspiration.
d. Angiografie visualization i. Double-contrast
e. Semin-gastrin
f. Faeces
g. Biosi dan sitology
h. Endoscopy
h. Endoscopy
K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : · Kelemahan / kelelahan.

Tanda : · Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).

2. Sirkulasi

Gejala : · Hipotensi.

 Takhikardi. Disritmia.
 Kelemahan nadi / perifer
 Pengisian kapiler lambat.
 Warna kulit pucat, sianosis.
 Kelembaban kulit, berkeringat.

3. Integritas Ego

Gejala : · Faktor stress akut / psikologi.

 Perasaan tidak berdaya.

Tanda : · Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat.

 Perhatian menyempit.

4. Eliminasi

Gejala : · Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.

Tanda : · Nyeri tekan abdomen.

 Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus.


 Karakteristik feses ; diare dan konstipasi.

5. Makanan / Cairan

Gejala : · Anorexia, mual, dan muntah, cegukan.

 Tidak toleran terhadap makanan.


Tanda : · Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.

6. Neorosensori

Gejala : · Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.

 Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk,


disorientasi, bingung.

7. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : · Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih

 Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan &


hilang setelah minum obat antasida.
 Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang
1-2 jam setelah makan ( ulkus peptik ).
 Nyeri epigastrium kanan ± 4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi
antasida ( ulkus doudenum ).
 Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu.
 Stress psikologis.

8. Keamanan

Gejala : · Alergi terhadap obat.

Tanda : · Peningkatan suhu.

1. Faktor predisposisi dan presipitasi


Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat
analgetik, anti inflamasi, cuka atau lada.
Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok,
penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta gaya hidup
seperti kurang istirahat.

2. Test dignostik

 Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknya tersebar.
 Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis.

 Pemeriksaan radiology.

 Pemeriksaan laboratorium.

 Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL


menurun pada klien dengan gastritis kronik.

 Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar


vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.

 Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.

 Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area
perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsy

b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul Pada Pasien Gastritis

1) Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa


gaster

Tujuan jangka pendek : Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.

Tujuan jangka panjang : Tidak terjadi iritasi berlanjut.

Rencana Tindakan :

1. Puasakan pasien pada 6 jam pertama.

2. Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang hangat.

3. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.

4. Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, ( skala 0-10 ),


serta perubahan karakteristik nyeri.

Rasional :

1. Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung.

2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat etelah
periode puasa.

3. Dapat menyebabkan distres pada bermacam-macam individu / dispepsia.

4. Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit /


terjadinya komplikasi.

2) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


Anorexia.

Tujuan jangka pendek : Pemasukan nutrisi yang adekuat.

Tujuan jangka panjang : Mempertahankan BB tetap seimbang.

Rencana Tindakan

1. Buat program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum.

2. Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan.

3. Monitor aktivitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut.

4. Hindari makanan yang menimbulkan gas.

5. Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan yang


menyenangkan, dengan situasi yang tidak terburu-buru.

Rasional :

1. Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.

2. Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa mual.

3. Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk
mengontrol tingkat pembakaran kalori.

4. Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi masukan


nutrisi.

5. Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih


kondusif untuk makan.

3.) Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan jangka pendek : Pasien dapat mendiskusikan permasalahan yang


dihadapinya.

Tujuan jangka panjang: Pasien dapat memecahkan masalah dengan


menggunakan sumber yang efektif.

Rencana Tindakan

1. Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing.

2. Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung.

3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.

4. Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.

5. Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan imaginasi.

6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.

Rasional :

1. Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.

2. Indikator derajat ansietas.

3. Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan


dan menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.

4. Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga


dapat meningkatkan ketrampilan koping.

5. Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.

6. Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas,


meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.

c. Implementasi

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian
asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien
mencapai tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ;
63, dikutip dari Lyer, et.al, 1996)

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah


intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi
harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan
fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan
dan pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan


yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping”. (Nursalam, 2001 ;
63).

Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu
persiapan, perencanaan dan dokumentasi.

a. Fase persiapan, meliputi:

1) Review tindakan keperawatan

2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan

5) Persiapan lingkungan yang kondusif

6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik

b. Fase intervensi:

1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau


perintah dokter atau tim kesehatan lain.

2) Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim


kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).

3) Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana


tindakan medis dilaksanakan.

c. Fase dokumentasi

Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:

(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)

Adapun kriteria yang diharapkan pada implementasi penyakit Gastritis


adalah:

1. Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan persiapan puasa pada 6


jam pertama.

2. Mengidentifikasi dan membatasi makanan yang dapat menimbulkan


ketidak nyamanan.

3. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai indikasi.

4. Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari
pemberian obat - obatan .

5. Menyarankan untuk istirahat sebelum makan.

6. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.

7. Memberi penjelasan tentang pentingnya makanan sehingga tidak terjadi


keragu-raguan terhadap makanan yang dapat menyebabkan eksaserbarsi
gejala

8. Memantau respon fisiologis untuk mengindari terjadi masalah.

9. Membuat catatan perilaku seperti gelisah, mudah marah danmmudah


tersinggung.

10. Menciptakan hubungan saling percaya dengan sering melakukan


komunikasi yang terafiutik.

11. Membantu pasien melakukan latihan nafas dalam.

d. evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan


yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip
dari Ignatavicius & Bayne, 1994).

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan.


Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan :

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang


ditetapkan).

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan


untuk mencapai tujuan).

c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang


lebih lama untuk mencapai tujuan).

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:

a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.

c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.

d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 ) Adapun kriteria
yang diharapkan pada evaluasi penyakit Gastritis adalah:

1. Gangguan rasa nyeri berkurang.

2. Tidak terjadi iritasi berlanjut.

3. Kebutuhan nutrisi teratatasi.

4. Tidak terjadi penurunan berat badan.

5. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya.

6. Klien mampu memecahkan masalah dengan menggunakan sumber yang


efekrif
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif. 2010. Pengobattradisionalgastritis. Yogyakarta: GrahaIlmu.
2. Asnadi. 2005. Penyakit Gastritis. Jakarta: SalembaMedika.
3. Doengoes, Marilyn E. dkk.(2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta
:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
4. Muttaqin, Arif, 2011. Gangguangastroinstestinal: aplikasiasuhankeperawatan
medical bedah. Jakarta: SalembaMedika
5. Smeltzer, Suzanne C, ,Brenda G. Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Sudarth.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
6. Shania. 2006. Cara pencegahanpenyakitgastitis. Jakarta: EGC.
7. Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem
8. Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
9. Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta :
EGChttp://www.indofarma.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=27&Itemid=125
10. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara,
Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai