Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran manusia akan kerusakan dan


munculnya berbagai penyakit yang disebabkan penggunaan bahan kimia secara
 berlebihan pada makanan. Pertanian organik dikatakan sebagai suatu sistem bertani
selaras alam, mengembalikan iklus ekologi dalam suatu area pertanian membentuk suatu
aliran yang siklik dan seimbang.pertanian organik ini menggunakan teknik pertanian
tanpa menggunakan pestisida, pupuk dan hormon tumbuh kimia. Pertanian organik
memiliki tujuan utama yaitu untuk menyedikan produk-produk pertanian terutama bahan
 pangan yang aman bagi kesehatan prosedur dan konsumen serta tidak merusak
lingkungan.oleh sebab itu, pertanian organik ini memerlukan pupuk yang berisi
mikroorganisme penyubur tanah dikenal dengan pupuk hayati atau biofertilizer.

Pupuk hayati atau pupuk mikrobiologis atau biofertilizer adalah pupuk yang
mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih,
 permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian dalam dari tanaman
dan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama dari tanaman.
Pupuk hayati mirip dengan kompos teh, dan bisa dikatakan sebagai kompos teh yang
direkayasa karena hanya mikroorganisme tertentu yang bermanfaat bagi tanah yang
digunakan. Pupuk biofertilizer bukanlah pupuk biasa yang secara langsung
meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Pupuk

hayati bekerja melalui aktifitas mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk tersebut.
1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun masalah yang dirumuskan sebagai berikut :

1.  Apa yang menyebabkan beberapa petani beralih menggunakan pupuk hayati
dibandingkan pupuk kimia?

2.   Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan serta produksi tumbuhan kacang yang


diberikan pupuk hayati dan pupuk kimia?
3.   Apa saja mikroorganisme yang terkandung didalam pupuk hayati sehingga dapat lebih
 baik dibandingkan pupuk kimia?

4.   Bagaimana mikroorganisme pada pupuk hayati tersebut dapat menyuburkan tanah


 pada tumbuhan kacang?

 
5. Apakah ada efek penggunaan terhadap tanah yang diberikan pupuk hayati?

1.3  Tujuan Penulisan

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai


 berikut:

1.   Mengetahui penyebab beberapa petani beralih menggunakan pupuk hayati


dibandingkan pupuk kimia.

2.   Mengetahui perbedaan pertumbuhan serta produksi tumbuhan kacang yang diberikan


 pupuk hayati dan pupuk kimia

3.   Mengetahui mikroorganisme yang terkandung didalam pupuk hayati sehingga dapat


lebih baik dibandingkan pupuk kimia

4.   Mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada pupuk hayati tersebut dapat


menyuburkan tanah pada tumbuhan kacang

5.   Mengetahui ada efek penggunaan terhadap tanah yang diberikan pupuk hayati
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Pengertian Biofertilize

rtanian organik dapat didefinisikan sebagai sistem pengolahan produksi


rtanian yang holistik yang mendorong dan meningkatkan kesehatan agro-ekosistem termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktifitas bio

Pupuk hayati atau pupuk mikrobiologis atau biofertilizer adalah pupuk yang
mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih,
 permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian dalam dari
tanaman dan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama
dari tanaman. Biofertilizer dinilai lebih bermanfaat baik ke tanaman maupun ke

lingkungan. Manfaat ke tanaman karena biofertilizer mengandung sejumlah mikroba

yang mampu menyediakan nutrisi bagi kebutuhan tanaman, seperti Nitrogen, fosfat,
Kalium, dan Biohormon.

Komponen utama dari biofertilizer dalah mikroorganisme pemfiksasi yang


mengadung Rhizoba atau campuran beberapa mikroba sekaligus. Komponen
 biofertilizer lainnya adalah carrier berupa cairan atau padatan.

Jenis carrier yang sering digunakan dalam industri pertanian adalah bahan-
 bahan organik yang berasal dari limbah pertanian misalnya pupuk kandang, serbuk
tongkol jagung, dan kompos.

B.   Macam-macam Biofertilizer

Ada beberapa jenis-jenis biofertilizer yang sering dijumpai yakni sebagai berikut :

1. Biofertilizer sumber nitrogen melalui kemampuannya yang dapat mengikat


nitrogen bebas untuk kemudian diolah menjadi amoniak yang dapat diserap oleh
tumbuhan. Contoh dari biofertilizer ini adalah:

a.    Rhizobium, bakteri ini salah satu bakteri yang memiliki kemampuan untuk
menyediakan hara bagi tanaman. bila bersimbiosis dengan tanaman legum
atau kacang-kacangan, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman
dan membentuk bintil akar didalamnya. Rhizobium hanya dapat menfiksasi
nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar tersebut. Suatu pigmen
merah yang disebut Leghemeglobin dapat dijumpai dalam bintil akar antara
 bakteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah

leghemeglobin di dalam bintil akar memiliki kaitan dengan jumlah nitrogen


yang difiksasi. Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legum mampu
menfiksassi 100-300 kg N/ha dalam satu musim tanam dan meninggalkan
sejumla N untuk tanaman berikutnya.

Bintil Akar pada Tumbuhan Kacang Rhizobium sp

 b.   Azetobacter spp. merupakan bakteri non-simbiosis yang hidup didaerah


 perakaran. Dapat dijumpai pada semua jenis tanah, namun populasinya relatif
rendah. Bakteri ini menghasilkan hormon yang kurang lebih sama dengan
hormon pertumbuhan tanaman dan dapat menghambat pertumbuhan jamur
tertentu.  Azetobacter spp. memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan yaitu
mempengaruhi perkecambahan benih dan memperbaiki pertumbuhan
tanaman.
Koloni bakteri Azetobacter spp. 

2.   Biofertilizer sumber fosfat, pada kebanyakan tanah di daerah tropis diperkirakan


hanya terdiri atas 25% fosfat yang diberikan dalam bentuk superfosfat yang
diserap tanaman dan 75% sisanya diikat tanah dan tidak dapat diserap oleh
tanaman. Beberapa mikroorganisme tanah memiliki kemampuan untuk
melarutkan fosfat yang tidak larut dalam air dan menjadikannya tersedia bagi
akar tanaman. mikroba merubah P di alam untuk mencegah terjadinya proses
fiksasi P. Salah satu bakteri yang digunakan adalah  Pseudomonas striata. Sedangkan
contoh dari fungi yang melarutkan fosfat adalah Aspergillus awamori. Bakteri
dan Fungi tersebut telah diidentifikasikan mampu melarutkan bentuk P
tak terlarut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Jumlah bakteri pelarut P
dalam tanah sekitar 104 – 106 tiap gram tanah.

 Pseudomonas striata Aspergillus awamori 

3.   Biofertilizer penyedia biohormon yaitu hormon yang dihasilkan oleh mikroba


yang penting bagi pertumbuhan tanaman. contohnya hormon auksin, sitokinin
dan giberelin.

Adapun bakteri yang dapat menghasilkan hormon-hormon tersebut adalah


llum sp. menghasilkan fitohormon sangat berguna bagi tumbuhan karena dengan adanya fitohormon tersebut maka tanaman akan tu
mon adalah hormon tumbuhan yang berupa senyawa organik yang dibuat

 pada suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan
konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Peran suatu hormon
adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel, dan ada yang

menghambatpertumbuhan(IstamarSyamsuri,2007).Fitohormonyang
dihasilkan bakteri ini adalah auksin, sitokinin, giberelin dan etilen. Hormon-
hormon ini berperan penting dalam pertumbuhan tanaman dan masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda-beda pada pertumbuhan suatu tanaman.

Koloni Azospirillum sp Azospirillum sp Selain

itu adapula mikoriza. Mikoriza sendiri merupakan jamur yang berkembang


 pada akar tanaman. Mikoriza ini terbagi atas dua yaitu :

1.   Ektomikoriza yaitu jamur yang berkembang dipermukaan luar akar, tepatnya di


antara sel-sel korteks. Ektomikoriza bersimbiosis dengan tumbuhan jenis pohon
seperti pinus, dan eukaliptus. Infeksi ektomikoriza diawali dengan dijumpai
adanya pertumbuhan spora diperakaran tanaman. setelah spora tumbuh, dengan
cepat ektomikoriza akan tumbuh menutupi perakaran kecil dalam bentuk hifa
yang akan menghambat pertumbuhan rambut akar.

a.  Endomikoriza yaitu jamur yangberkembang didalam akar, tepatnya di dalam


sel-sel korteks. Salah satu contohnya adalah Mikoriza vesikular arbuskular

yang dapat hidup bersimbiosis dengan tumbuhannya membantu pertumbuhan


tanaman dengan memperbaiki ketersediaan hara fosfor dan melindungi
 perakaran dari serangan patogen.

Selanjutnya adalah Mikoriza perombak selulosa. Mikoriza ini dapat merombak


selulosa dari tumbuhan yang sudah mati. Contoh dari mikoriza adalah Trichoderma
dan Aspergilus yang mampu merombak selulosa menjadi bahan senyaw-senyawa
monosakarida, alkohol, CO2 dan asam-asam organik lainnya dengan dikeluarkannya
enzim selulase. Trichoderma sendiri dapat mempercepat dekomposisi pada jerami
yang dibenamkan ke dalam tanah, sehingga jerami tersebut akan terkomposisi
menjadi gambut.
C.   Keunggulan dan Kelemahan Biofertilizer

Adapun keunggulan dan kelemahan dari penggunaan biofertilizer adalah sebagai


 berikut :

Keunggulan Biofertilizer

a.   Pupuk hayati meningkatkan ketersediaan unsur hara (nitrogen dan fosfor) bagi
tanaman dengan cara lebih alami dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk
hayati juga dapat menambah dan memobilisasi nutrisi penting untuk
 pertumbuhan tanaman seperti hormon tumbuh, protein dan vitamin. Beberapa
spesies mikroba juga dapat memproduksi senyawa anti mikroba (patogen) dan
 pestisida alami.

 b.  Pupuk hayati mengembalikan kesuburan tanah secara normal melalui


 peningkatan aktivitas biologis mikroba penyusunnya dan asosiasinya dengan

 berbagai mikroorganisme lainnya. Peningkatan aktivitas mikroba dapat


meningkatkan jumlah bahan organik sehingga tekstur dan struktur tanah
menjadi lebih baik.

c.   Pupuk hayati meningkatkan hasil hingga 50%. Pupuk hayati membantu


tanaman mengembangkan sistem akar yang lebih kuat dan tumbuh lebih baik.

d.   Pupuk hayati mampu memproteksi mikroorganisme berbahaya dalam tanah,


seperti fungi, bakteri dan nematoda patogen. Aplikasi pupuk hayati pada
 benih, memberikan perlindungan lebih awal terutama terhadap patogen

terbawa benih.
e.   Mekanisme proteksi mikroba bersifat selektif, artinya mikroba yang terdapat
dalam pupuk hayati hanya akan menyerang hama penyakit target, dan tidak
menyerang mikroorganisme/ organisme bermanfaat.

f.   Pupuk hayati tidak mencemari tanah atau lingkungan, sedangkan pupuk kimia
sering mengakibatkan terlalu banyak fosfat dan nitrogen dalam tanah.

g.   Pupuk hayati lebih murah dan mudah digunakan, bahkan untuk petani pemula.

Pupuk hayati tidak membahayakan (tidak memiliki efek samping) bagi


 penggunanya.
Penggunaan pupuk hayati dalam jangka panjang tidak mengakibatkan
resistensi hama atau penyakit.

h.   Penggunaan pupuk hayati mengurangi ketergantungan pada sumberdaya alam


(energi bumi tak terbarukan) yang merupakan bahan baku pupuk kimia.

Kelemahan Biofertilizer

a.  Secara umum efektivitas pupuk hayati lebih rendah dibandingkan dengan
 pupuk kimia. Mekanisme perbaikan pertumbuhan atau proteksi terhadap
organisme pengganggu tanaman (OPT) berjalan lebih lambat, sehingga hal ini
seringkali mengakibatkan petani kembali beralih ke pestisida kimiawi,
dikarenakan ketidaksabaran menunggu hasil aksi mikroba pupuk hayati.

 b.  Dinamika perkembangan populasi mikroba di daerah rizosfer setelah aplikasi


sulit diprediksi (memerlukan isolasi dan pengujian berkala untuk memastikan

keberadaan dan kontribusinya bagi tanaman).

c.  Lebih optimal jika digunakan untuk preventif (melalui perlakuan pada benih),
karena membutuhkan waktu untuk pertumbuhannya. Keterlambatan aplikasi
 pada tanaman mengakibatkan pupuk hayati kurang efektif.

d.  Pupuk hayati memerlukan aplikasi berulang untuk mempertahankan


 populasinya pada kondisi seimbang.
 BAB III

METODE

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan biofertilizer yaitu :

A.  Alat
Alat yang umum digunakan dalam pembuatan biofertilizer ini adalah:
1.   Cawan petri atau tabung reaksi yang digunakan untuk membuat isolat
mikroorganisme yang akan digunakan
2.    Neraca analitik, biasanya untuk menimbang bahan
3.  Jarum ose
4.  Autoclaf, yang sering kali digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan agar
terhindar dari tumbuhnya mikroorganisme lain yang tidak dibutuhkan.
 
5. steril untuk melakukan kegiatan inokulasi atau penanaman, alat ini digunakan untuk menghindari konta
nar Air Flow adalah meja kerja

karena terdapat penyaring udara pada alat ini. Sehingga dalam penanaman
maupun kultur kontaminan terhadap bahan dapat di minimalisir secara maksimal

6.   Mikroskop, dapat berupa mikroskop cahaya maupun elektron tergantung dengan


keperluan pengamatan mikroorganisme.
7.   Rumah kaca, biasanya digunakan sebagai tempat untuk peletakan tanaman yang
akan diuji pengaplikasian biofertilizer.
8.   Media tanam tanaman, dapat berupa pot tanaman maupun polybag yang memiliki

ukuran sesuai dengan tanaman yang akan diuji

B.  Bahan
1.   Mikroorganisme yang akan digunakan dalam pembuatan pupuk hayati,
mikroorganisme yang dimaksud yaitu mikroorgansimepenambatN,
mikroorganisme pelarut P, dan mikoriza.
2.   Padatan atau bahan pembawa (carrier) yang digunakan untuk tempat
mikroorganisme melekat sebelum pupuk hayati di aplikasikan pada tanaman
3.   Air untuk melarutkan campuran antara mikroorganisme dan bahan pembawa atau

carrier.
Adapun alat dan bahan yang dapat digunakan dalam pengaplikasian biofertilizer yaitu :

A.   Alat
Alat yang umum digunakan dalam pengaplikasian biofertilizer ini adalah:
1.   Ember atau wadah untuk tempat pupuk hayati diletakan sebelum diaplikasikan
 pada tumbuhan

2.   Sarung tangan dan masker, biasanya digunakan oleh petani untuk mengurangi
resiko terhirup dan kontak dengan mikroorganisme langsung.

B.   Bahan
Bahan yang umum digunakan dalam pengaplikasian biofertilizer ini adalah:

1.  Pupuk hayati yang sudah siap untuk pengaplikasian pada tanaman
2.  Air untuk penyiraman tanaman

3.2 Prosedur

Dalam pembuatan biofertilizer ini diperlukan prosedur kerja yang benar, adapun langkah
langkah yang perlu dilakukan adalah :

1.   Menentukan mikroba bahan aktif

Pilihan yang biasa digunakan adalah mikroba penambat N, mikroba pelarut P, atau
mikoriza,. Pada tahap ini ditentukan juga tanaman targetnya, bisa untuk tanaman

tertentu atau untuk beberapa tanaman. Pilih tanaman yang paling memiliki nilai
strategis dan ekonomis.

 
2. Mengisolasi mikroba target
Mikroba-mikroba umumnya diisolasi dari Rhizosphere atau daerah di sekitar
 perakaran. Untuk mikroba-mikroba yang bersimbiosis diisolasi dari akarnya

langsung, seperti Rhizobium atau mikoriza. Atau mikroba yang hidup dipermukaan
akar tanaman. Tanah-tanah sampel dikumpulkan dari berbagai tempat yang memiliki

anah, iklim, dan komoditas yang berbeda-beda. Tanah-tanah yang memiliki


kstrim bisa juga dipilih. Setiap jenis mikroba memiliki metode isolasi sendiri-sendiri. Tahap isolasi ini tujuannya adalah mendapatkan

sebanyak-banyaknya, baik dari jenis fungi, bakteri, atau aktinomicetes. Kegiatan ini
 bisa makan waktu lama sekali. Sering diulang-ulang dan untung-untungan hingga
 benar-benar mendapatkan mikroba yang diinginkan. Tahap ini juga banyak menghabiskan bahan. Tahap isola
diperoleh.

3.   Menyeleksi mikroba target

adalah mendapatkan mikroba yang benar-benar unggul. Mikroba unggul adalah kunci dari kualitas biofertilizer yang ingin buat. Seleksi b
tahap. Misalnya: 1) tahap laboratorium, 2) tahap rumah kaca, dan 3) uji

coba skala lapang. Teknik seleksi biasanya diawali dengan seleksi kasar tujuannya
untuk mendapatkan kandidat-kandidat mikroba unggul. Seleksi bisa dilakukan secara

sederhana di dalam cawan petri, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan


erlenmeyer.

Setelah seleksi di laboratorium dalam skala kecil selanjutnya adalah seleksi di rumah
kaca. Setelah itumikroba diuji coba untuk menjawab pertanyaan apakah jika

mikroba-mikroba tersebut akan memberikan pengaruh yang signifikan daripada jika


mikroba-mikroba tersebut digunakan sendiri-sendiri. Pengujian bisa dilakukan di

laboratorium maupun di rumah kaca.

Uji coba di rumah kaca juga sering dilakukan dalam bentuk prototipe mikroba yang
telah disimpan dalam bawan pembawa Penjelasn tentang bahan pembawa saya
uraikankan dibagian bawah. Seleksi berikutnya adalah seleksi di lapang.

4.   Menentukan metode dan bahan pembawa atau carrier.

Berikutnya adalah bagaimana mikroba ini akan ‘dikemas’. Pilihan yang umum
adalah dikemas dalam bentuk padat, serbuk, granul, pelet, tablet, atau cair. Banyak
 pertimbangan untuk menentukan dalam bentuk apa biofertilizer akan dikemas. Salah
satunya adalah karakteristik dari mikroba tersebut. Umumnya bahan pembawa yang

sering digunakan adalah bahan-bahan organik, mineral, atau liat. Ada juga yang
mengguanakan tanah liat tertentu, seperti untuk endomikoriza. Bahan-bahan ini bisa

tunggal atau bisa juga merupakan campuran dari beberapa bahan. Ada juga yang
memberikan tambahan nutrisi pada bahan pembawa tersebut. Beberapa pertimbangan

lain untuk memilih bahan pembawa adalah kemampuan dalam mempertahankan

viabilitas dan efektivitas mikroba.


5.   Menentukan metode perbanyakan secara masal.

Metode umum untuk memproduksi mikroba antara lain adalah fermentasi cair dan
fermentasi padat. Mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman, seperti mikoriza,

diproduksi bersama dengan tanaman inangnya. Pemilihan bahan media untuk


memproduksi mikroba ini tergantung pada metode produksinya.

6.   Membuat prototipe

Prototipe bisa terdiri dari beberapa contoh. Contoh-contoh ini mungkin sudah
diseleksi dari beberapa percobaan dan dianggap sebagai hasil terbaik, misal: lima

 prototipe terbaik. Contoh biofertilizer dalam bentuk: cair, granul, serbuk, dan pelet.
Atau bisa saja satu bentuk tetapi dengan beberapa formula, misal: cair A, cair B, cair

C, dan seterusnya. Prototipe ini yang selanjutnya harus diuji dan dipilih mana
 prototipe yang akan menjadi produk akhir.

7.   Menguji prototipe
totipe pertama bisa dilakukan di rumah kaca dengan tanaman-tanaman target atau tanaman model. Dalam tahap ini, bisa saja sebuah
puk organik bentuk serbuk memberikan hasil yang lebih baik

dibandingkan bentuk granul. Tetapi masa simpannya lebih pendek daripada bentuk
granul.

8.   Pengujian multi komoditas dan multi lokasi

Apabila prototipe lolos dari pengujian di rumah kaca, langkah berikutnya adalah
 pengujian lapang. Pengujian bisa dilakukan di kebun percobaan, tetapi skalanya

kecil. Kalau percobaan ini mendapatkan hasil yang konsisten, coba lagi di tempat
yang lebih luas atau diulang di tempat yang berbeda-beda.

3.3 Cara Implementasi

Cara implementasi, atau penerapan biofertilizer pada tanaman yang ditanam.


Pengaplikasian biofertilizer ini cukup mudah dan tidak jauh berbeda dari pengaplikasian

 pupuk pada umumnya yaitu :


1.   Menggali tanah sekitar tanaman yang akan diberikan pupuk, tanah digali tidak terlalu
dalam agar ketika penggalian tidak melukai akar tanaman
2.   Menaburi pupuk hayati kedalam lubang disekitar tanaman tersebut
3.   Kemudian tutupi lubang yang telah diberikan pupuk menggunakan sekam atau tanah
subur.

4.   Bila perlu siram tanaman agar pupuk tadi menyerap kedalam tanah sekitar tanaman.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam makalah ini kami mengambil satu contoh tumbuhan yang diaplikasikan dengan pupuk
hayati atau biofertilizer yaitu Arachis hypogea atau kacang tanah.

Kacang tanah merupakan salah satu tumbuhan legum atau tumbuhan kacang-kacangan yang
memerlukan senyawa tertentu untuk menunjang pertumbuhannya dengan baik. Salah satu
senyawa yang diperlukan oleh kacang tanah ini adalah yaitu nitrogen dan posfor. Nitrogen
 berfungsi untuk membantu pertumbuhan vegetatif dan sebagai pembentuk klorofil pada daun.
Sedangkan posfor berfungsi untuk pertumbuhan akar, proses pembungaan, pemasakan buah
dan biji serta penyusun inti sel, lemak dan protein pada tumbuhan kacang.

Maka dari itu, biofertilizer yang diperlukan dalam pengaplikasian pada tumbuhan kacang ini
adalah:

sumber nitrogen melalui


1.  kemampuannya yang dapat mengikat nitrogen
kemudian diolah menjadi amoniak yang dapat diserap oleh tumbuhan. Bakteri yang di ambil adalah  Rhizobium, bakteri ini salah satu b

kemampuan untuk menyediakan hara bagi tanaman. bila bersimbiosis dengan


tanaman legum atau kacang-kacangan, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar
tanaman dan membentuk bintil akar didalamnya. Rhizobium hanya dapat menfiksasi
nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar tersebut. Suatu pigmen merah yang
disebut Leghemeglobin dapat dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid dan
selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin di dalam bintil akar
memiliki kaitan dengan jumlah nitrogen yang difiksasi. Rhizobium yang berasosiasi
dengan tanaman legum mampu menfiksassi 100-300 kg N/ha dalam satu musim
tanam dan meninggalkan sejumla N untuk tanaman berikutnya. Bakteri Rhizobium ini
memiliki enzim nitrogenase yang berfungsi untuk menguraikan senyawa nitrogen
yang ada didalam tanah. Penguraian oleh bakteri ini disebut juga fiksasi biologis.

2.  Biofertilizer sumber fosfat, pada kebanyakan tanah di daerah tropis diperkirakan
hanya terdiri atas 25% fosfat yang diberikan dalam bentuk superfosfat yang diserap

tanaman dan 75% sisanya diikat tanah dan tidak dapat diserap oleh tanaman.
Beberapa mikroorganisme tanah memiliki kemampuan untuk melarutkan fosfat yang
tidak larut dalam air dan menjadikannya tersedia bagi akar tanaman. mikroba
merubah P di alam untuk mencegah terjadinya proses fiksasi P. Salah satu bakteri
yang digunakan adalah  Pseudomonas striata.  Sedangkan contoh dari fungi yang
melarutkan fosfat adalah  Aspergillus awamori.  Bakteri dan Fungi tersebut telah
diidentifikasikan mampu melarutkan bentuk P tak terlarut menjadi bentuk yang

tersedia bagi tanaman. Jumlah bakteri pelarut P dalam tanah sekitar 104  –  106 tiap
gram tanah.

Mineralisasi fosfat organik juga melibatkan peran mikroba tanah melalui produksi
enzim fosfatase seperti fosfatase asam dan basa. Beberapa enzim fosfatase seperti
fosfomonoesterase, fosfodiesterase, trifosfomonoesterase dan fosfoamidase pada
umumnya terdapat didalam tanah. Enzim-enzim tersebut bertanggung jawab pada
 prosses hidrolisis P organik menjadi fosfat anorganik (H2PO4-, HPO4= ) yang
tersedia bagi tanaman.

Bintil Akar pada Tumbuhan Kacang Rhizobium sp

 Pseudomonas striata Aspergillus awamori 

Penggunaan dari biofertilizer ini memiliki beberapa keuntungan, yakni sebagai berikut :
1.   Pemakaian pupuk kimia dapat diminimalisir, sehingga resiko terakumulasinya bahan
kimia pada taaman dapat berkurang
2.   Dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan
mengoptimalkan mikroorganisme yang bekerja di dalam tanah, sehingga ketersediaan
hara makro maupun mikro terpenuhi.

3.   Mikroorganisme dari biofertilizer dapat mendekomposerkan daun, batang maupun


tumbuhan yang sudah mati sehingga tumbuhan mati tersebut dapat menjadi pupuk
tambahan.
BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Petani mulai beralih dari yang tadinya menggunakan pupuk hayati untuk membantu
 pertumbuhan tanaman, menjadi pupuk hayati atau Biofertilizer. Biofertilizer

merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan


 pada benih, permukaan tanaman, atau tanah.

Pertumbuhan serta produksi tumbuhan kacang cukup signifikan karena, selain


 berbahaya bagi konsumen, pupuk kimia juga dapat mengubah struktur tertentu

dalam tumbuhan kacang.

Pupuk hayati atau biofertilizer yang digunakan dalam pemupukan tumbuhan kacang
mengandung mikroorganisme pengurai nitrogen dan pengurai posfor serta mikoriza
 pengurai selulosa yang dapat membantu kesuburan tanah.

Efek penggunaan pupuk hayati terhadap tanah seperti yang sudah dijelaskan tadi,
dapat meningkatkan kesuburan tanah karena mikroorganisme pada pupuk telah
menguraikan nitrogen dan pospor pada tanah, selain itu dapat menguraikan
tumbuhan yang telah mati.

5.2  Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan, agar mahasiswa dan mahasiswi mengetahui
 bahwa pupuk hayati dapat membantu memperbaiki kesuburan tanah yang tadinya
rusak karena pupuk kimia yang sebelumnya digunakan. Selain itu pemakaian pupuk
hayati dapat meningkatkan hasil produksi dari tumbuhan yang dituju.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Pupuk Mikrobiologis. Link : https://id.wikipedia.org/wiki/


Pupuk_mikrobiologis. Diakses pada tanggal 18 November 2017.

Masfufah, Ainun,. Agus Supriyanto,. Tini Surtiningsih. . Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati
(Biofertilizer) pada Berbagai Dosis Pupuk dan Media Tanam yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Produktifitas Tanaman Tomat ( L

esculentum) pada Polybag. Surabaya : Universitas Airlangga.

Rahmawati, S.P, M.Si, Nini. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Medan
: Universitas Sumatera Utara.

Subowo,. Suliasih,. Dan Sri Widawati. 2010. Pengujian Pupuk Hayati KalBar untuk

Meningkatkan Produktifitas Tanaman Kedelai (Glycine max) var. Baluran. Bogor


: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Wardhani, Shinta,. Kristanti Indah Purwani, S.Si, M.Si,. dan Warisnu Anugerahani, S.Si.
2014. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)  varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gersik. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nop

Anda mungkin juga menyukai