Anda di halaman 1dari 16

MIKROBIOLOGI PERTANIAN

Kelompok 7:
Hanuun Aulia (4401418094)
Millana Aulia (44014180
Diana Puteri (44014180
Ananda Mutiara (44014180
Sabrina Madania (44014180
DEFINISI
DEFINISIMIKROBILOGI
MIKROBILOGIPERTANIAN
PERTANIAN
 Mikrobiologi pertanian adalah teknologi mikro tingkat
sel yang bergerak dibidang pertanian, yang
mempelajari pertumbuhan ataupun gejala penyakit
tumbuhan dari sel yang paling kecil.
 Organisme di tanah terdiri dari vertebrata,
invertebrata, dan mikroorganisme.
 Golongan-golongan yang menyusun populasi
mikroorganisme tanah terdiri atas prokariotik, (bakteri
dan actinomycetes, fungi, algae), mikrofauna
(protozoa dan archezoa), mezofauna (nemathoda),
makrofauna(semut, cacing tanah dll), dan mikrobiota
(mycoplasma, virus, viroid dan prion).
JENIS-JENIS
JENIS-JENISMIKROORGANISME
MIKROORGANISMETANAH
TANAH
 Bakteri fiksasi Nitrogen hidup
bebas pada daerah perakaran
1.1.Bakteri
BakteriFiksasi
FiksasiNitrogen
Nitrogen dan jaringan tanaman padi,
seperti Pseudomonas sp.,
Azotobacter
Azotobacter Enterobacteriaceae, Bacillus,
Azotobacter, Azospirillum, dan
Herbaspirrillum.
 Bakteri fiksasi Nitrogen yang
bersimbiosis dengan tanaman
kacang kacangan (Rhizobia)
disebut juga bakteri bintil akar
(Root Nodulating Bacteria).
 Pemanfaatan bakteri fiksasi
Nitrogen baik yang diaplikasikan
melalui tanah maupun yang
disemprotkan pada tanaman,
mampu meningkatkan efisiensi
pemupukan N.
JENIS-JENIS
JENIS-JENISMIKROORGANISME
MIKROORGANISMETANAH
TANAH
 Mikroorganisme pelarut P adalah
2. Mikroba Pelarut Fosfat mikroorganisme yang dapat
2. Mikroba Pelarut Fosfat
melarutkan P sukar larut menjadi larut,
Bacillus
Bacillus
baik yang berasal dari dalam tanah
maupun dari pupuk, sehingga dapat
diserap oleh tanaman.
 Berbagai spesies mikroba pelarut P
antara lain Pseudomonas, Micrococcus,
Bacillus, Flavobacterium, Penicillium,
Sclerotium, Fusarium dan Aspergillus.
 Mekanisme pelarutan P dari bahan
yang sukar larut terkait erat dengan
aktivitas mikroba bersangkutan dalam
menghasilkan enzim fosfatase dan
fitase dan asam-asam organik hasil
metabolisme seperti asetat, propionat,
gllikolat, fumarat, oksalat, suksinat dan
tartrat.
JENIS-JENIS
JENIS-JENISMIKROORGANISME
MIKROORGANISMETANAH
TANAH
 Mikoriza berperan meningkatkan
3. Mikoriza
serapan P oleh akar tanaman.
 Mikoriza memiliki struktur hifa
yang menjalar luas ke dalam tanah,
melampaui jauh jarak yang dapat
dicapai oleh rambut akar.
 Daerah akar bermikoriza tetap
aktif dalam mengabsorpsi hara
untuk jangka waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan akar yang
tidak bermikoriza.
 Tanaman dengan akar besar lebih
tergantung pada mikoriza daripada
tanaman dengan sistem akar yang
kecil.
JENIS-JENIS
JENIS-JENISMIKROORGANISME
MIKROORGANISMETANAH
TANAH
 Bakteri Pereduksi sulfat
4. Bakteri Pereduksi Sulfat
4. Bakteri Pereduksi Sulfat merupakan perombak
Genera Desulfovibrio bahan organik utama
Genera Desulfovibrio
dalam sedimen anaerob,
dan berperan utama
dalam mineralisasi sulfur
organik dan produksi Fe
dan P mudah larut.
 Bakteri pereduksi sulfat
terdiri atas Genera
Desulfovibrio,
Desulfotomaculum,
Desulfosarcina, dan
Desulfococcus.
JENIS-JENIS
JENIS-JENISMIKROORGANISME
MIKROORGANISMETANAH
TANAH
 Beberapa spesies bakteri rizosfer
5. Rizobakteri
5. Rizobakteri (disekitar perakaran) yang mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman
sering disebut Rhizobakteria Pemacu
Rhizobium
Rhizobium Pertumbuhan Tanaman (RPPT).
 RPPT terdiri atas Genus Rhizobium,
Azotobacter, Azospirillum, Bacillus,
Arthrobacter, Bacterium,
Mycobacterium, dan Pseudomonas.
 Bakteri pemacu tumbuh secara
langsung memproduksi fitohormon
yang dapat menginduksi
pertumbuhan.
 Bakteri pemacu tumbuh secara
tidak langsung juga dapat menhambat
patogen dengan menghasilkan
berbagai senyawa atau metabolit
sepertin antibiotik.
JENIS-JENIS
JENIS-JENISMIKROORGANISME
MIKROORGANISMETANAH
TANAH
 Mikroorganisme perombak bahan
6. Mikroba Perombak Bahan Organik organik atau biodekomposer adalah
6. Mikroba Perombak Bahan Organik
mikroorganisme pengurai serat, lignin,
Trichoderma dan senyawa organik yang
mengandung nitrogen dan karbon dari
bahan organik.
 Mikroba perombak bahan organik
terdiri dari Trichoderma reesei, T.
harzianum, T. koningii, Phanerochaeta
crysosporium, Cellulomonas,
Pseudomonas, Thermospora,
Aspergillus niger, A. terreus,
Penicillium, dan Streptomyces.
 Mikroba perombak bahan organik
banyak digunakan untuk mempercepat
proses dekomposisi sisa-sisa tanaman
yang mengandung
PERANAN MIKROBA DALAM BIDANG
PERANAN MIKROBA DALAM BIDANG
PERTANIAN
PERTANIAN
1. Dalam hal penyediaan dan penyerapan
Peranan unsur hara bagi tanaman biofertilizer
Mikroba yang aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga
Menguntungkan ketersediaan 3 unsur hara yang penting bagi
tanaman antara lain Nitrogen (N), fosfat (P),
dan Kalium (K).
 Mikroba penambat N simbiotik
 Mikroba penambat N non-simbiotik
 Mikroba yang mampu melarutkan P
2. Mikroba sebagai agen biokontrol
 Mengendalikan hama tanaman antara lain : Bacillus thurigiensis (BT),
Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus.
 Mengendalikan penyakit tanaman lainnya seperti : Trichoderma sp. Yang
mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
Gonoderma sp., JAP (Jamur Akar Putih), dan Phytoptora sp.
PERANAN RHIZOBIUM DALAM BIDANG
PERANAN RHIZOBIUM DALAM BIDANG
PERTANIAN
PERTANIAN
1. Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah
PEMANFAATAN dengan memanfaatkan mikrobia yang berperan
PEMANFAATAN
RHIZOBIUM dalam siklus Nitrogen, Fosfor, Sulfur dan Logam-
RHIZOBIUM
logam seperti Fe, Cu dll.
2. Pemeliharaan kesehatan tanah dengan
memanfaatkan mikrobia penekan organisme
pengganggu tanaman (OPT).
3. Pemulihan Kesehatan tanah dengan
memanfaatkan mikrobia pendekomposisi/
penyerap senyawa-senyawa toksik terhadap
makhluk hidup.
4. Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan
memanfaatkan mikrobia penghasil fittohormon.

Ket: Skema rhizobium mengikat nitrogen


PERANAN MIKROBA DALAM BIDANG
PERANAN MIKROBA DALAM BIDANG
PERTANIAN
PERTANIAN
Mikroba Yang Merugikan 1. Bakteriologi Pertanian
Mikroba Yang Merugikan  Xanthomonas citri penyebab penyakit
pada jeuk.
 Agrobacterium tumefaciens penyebab
penyakit pada batang kopi.
 Erwina trachephilla penyebab busuk
pada daun labu.

2. Mikologi Pertanian
 Puccina graminis (jamur api) yang menyebabkan penyakit pada tebu dan jagung.
 Ustilago scitamin (jamur karat) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman
tingkat tinggi.
PERANAN MIKROBA DALAM BIDANG
PERANAN MIKROBA DALAM BIDANG
PERTANIAN
PERTANIAN
Mikroba Yang Merugikan
Mikroba Yang Merugikan
3. Virologi Pertanian
Virus mozaik (Tobacco Mozaic Virus) yang menyebabkan penyakit pada daun
tanaman tembakau dan virus tungro yang menyerang tanaman.
TEKNOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN
TEKNOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN
MIKROBIOLOGI
MIKROBIOLOGIPERTANIAN
PERTANIAN
 Kompos atau pupuk kompos merupakan salah satu
PEMBUATAN KOMPOS pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari
PEMBUATAN KOMPOS
proses pembusukan sisa-sisa bahan organik (tanaman
maupun hewan).
 Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan anaerobik yang saling
menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Proses ini disebut juga dekomposisi atau
penguraian.
 Proses pembuatan kompos meniru proses terbentuknya humus di alam.
 Manfaat:
1. Manfaat Kompos Bagi Tanah
Manfaat kompos yang utama pada tanah yaitu menjaga fungsi tanah agar unsur hara
dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman.
2. Manfaat Kompos Bagi Tanaman
- Menyediakan unsur hara bagi tanaman
- Memperbaiki struktur tanah
- Meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air
- Meningkatkan aktivitas biologi tanah
- Meningkatkan PH pada tanah asam
JURNAL PENELITIAN
DIAGNOSIS PENYAKIT MOSAIK (SOYBEAN MOSAIC VIRUS) TERBAWA BENIH KEDELAI Wuye Ria Andayanie
Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka, Madiun
E-mail : wuye_andayanie@yahoo.com.
 

• Produksi kedelai di Indonesia tahun 2012 diperkirakan turun 8,40% dibandingkan


tahun 2011. Penurunan produksi ini terutama dialami oleh Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Lampung (BPS, 2012). Salah satu penyebab
rendahnya produktivitas kedelai adalah serangan penyakit mosaik kedelai. Di Jawa
Timur, penyakit mosaik kedelai terutama disebabkan oleh Cowpea mild mottle virus
(CMMV) dan Soybean mosaic virus (SMV) (Saleh & Baliadi, 2006; Andayanie et al.,
2011). SMV adalah virus yang ditularkan melalui benih. Sistem perbenihan kedelai di
Indonesia yang masih kurang sempurna mempengaruhi penularan dan penyebaran
penyakit mosaik (Saleh, 2007). Benih terinfeksi SMV berperan sebagai sumber inokulum
(primary source of infection). Sumber inokulum ini mempunyai peranan dalam
penularan dan penyebaran penyakit oleh serangga vektor di lapangan. Virus tersebut
menghasilkan gejala biji mottle (burik) dan non-mottle. Oleh karena itu biji non-mottle
tidak dapat dijadikan jaminan bebas SMV. Infeksi virus pada biji dapat menyebabkan
viabilitas atau daya tumbuh benih rendah. Virus ini akan aktif setelah benih disemaikan
dan menyebabkantanaman terinfeksi. Infeksi SMV pada awal pertumbuhan akan
menghasilkan produktivitas yang semakin rendah.Infeksi virus ini dapat menurunkan
produktivitas 25,48% sampai 93,84%.
Optimalisasi Alih Fungsi Gulma Sebagai Antiviral
Tobacco Mosaic Virus (TMV) Tanaman Cabai
 

Cabai merupakan komoditi hortikultura unggulan yang banyak dikonsumsi masyarakat


dikarenakan rasa pedas yang dimilikinya sebagai pelengkap dalam cita rasa masakan. Cabai
besar dengan kontribusi produksi sebesar 1.074.602 ton atau sekitar 9,02 persen terhadap
produksi sayuran nasional berada pada urutan keempat. Jawa Timur menyumbang 10,33%
produksi cabai pada data sayuran nasional, angka ini lebih kecil dibandingkan Jawa Tengah
15,61% [13]. Berdasarkan penelitian Nofita dan Hadi [14], Produktivitas cabai pada di kota
sentra produksi cabai di Jawa Timur adalah 11.263kg/ha. Namun diawal tahun 2017,
produksi bulan januari itu ada 1.440 kuintal [15]. Berdasarkan pengamatan di Lapang,
adanya kecenderungan nilai tinggi pada gejala mosaik diawal pertanaman kemudian diikuti
dengan gejala kuning. TMV salah satu virus yang penularannya sangat mudah. Hal ini
dikarenakan penularan secara mekanik lebih efektif dalam persebaran penyakit. Selain itu,
penularan melalui benih. Sterilisasi alat dan tenaga kerja dari TMV saat budidaya cabai
sangat diperlukan untuk mengurangi gejala mosaik di lapang.
Salah satu upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengaplikasian antiviral.
Antiviral bisa berasal dari bahan alami yang mengandung zat kimia penghambat infeksi
virus pada tanaman. Pada penelitian ini antiviral yang digunakan berasal dari bahan alami
yaitu ekstrak gulma dalam penghambatan gejala mosaik cabai. Selain bahannya mudah di
dapat dan memaksimalkan sumber daya alam yang ada disekitar petani.

Anda mungkin juga menyukai