PDF Mikrobiologi Makalah Biofertilizer
PDF Mikrobiologi Makalah Biofertilizer
PENDAHULUAN
Pupuk hayati atau pupuk mikrobiologis atau biofertilizer adalah pupuk yang
mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih,
permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian dalam dari tanaman
dan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama dari tanaman.
Pupuk hayati mirip dengan kompos teh, dan bisa dikatakan sebagai kompos teh yang
direkayasa karena hanya mikroorganisme tertentu yang bermanfaat bagi tanah yang
digunakan. Pupuk biofertilizer bukanlah pupuk biasa yang secara langsung
meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Pupuk
hayati bekerja melalui aktifitas mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun masalah yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan beberapa petani beralih menggunakan pupuk hayati
dibandingkan pupuk kimia?
5. Apakah ada efek penggunaan terhadap tanah yang diberikan pupuk hayati?
5. Mengetahui ada efek penggunaan terhadap tanah yang diberikan pupuk hayati
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Biofertilize
Pupuk hayati atau pupuk mikrobiologis atau biofertilizer adalah pupuk yang
mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih,
permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian dalam dari
tanaman dan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama
dari tanaman. Biofertilizer dinilai lebih bermanfaat baik ke tanaman maupun ke
yang mampu menyediakan nutrisi bagi kebutuhan tanaman, seperti Nitrogen, fosfat,
Kalium, dan Biohormon.
Jenis carrier yang sering digunakan dalam industri pertanian adalah bahan-
bahan organik yang berasal dari limbah pertanian misalnya pupuk kandang, serbuk
tongkol jagung, dan kompos.
B. Macam-macam Biofertilizer
Ada beberapa jenis-jenis biofertilizer yang sering dijumpai yakni sebagai berikut :
a. Rhizobium, bakteri ini salah satu bakteri yang memiliki kemampuan untuk
menyediakan hara bagi tanaman. bila bersimbiosis dengan tanaman legum
atau kacang-kacangan, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman
dan membentuk bintil akar didalamnya. Rhizobium hanya dapat menfiksasi
nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar tersebut. Suatu pigmen
merah yang disebut Leghemeglobin dapat dijumpai dalam bintil akar antara
bakteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah
pada suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan
konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Peran suatu hormon
adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel, dan ada yang
menghambatpertumbuhan(IstamarSyamsuri,2007).Fitohormonyang
dihasilkan bakteri ini adalah auksin, sitokinin, giberelin dan etilen. Hormon-
hormon ini berperan penting dalam pertumbuhan tanaman dan masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda-beda pada pertumbuhan suatu tanaman.
Keunggulan Biofertilizer
a. Pupuk hayati meningkatkan ketersediaan unsur hara (nitrogen dan fosfor) bagi
tanaman dengan cara lebih alami dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk
hayati juga dapat menambah dan memobilisasi nutrisi penting untuk
pertumbuhan tanaman seperti hormon tumbuh, protein dan vitamin. Beberapa
spesies mikroba juga dapat memproduksi senyawa anti mikroba (patogen) dan
pestisida alami.
terbawa benih.
e. Mekanisme proteksi mikroba bersifat selektif, artinya mikroba yang terdapat
dalam pupuk hayati hanya akan menyerang hama penyakit target, dan tidak
menyerang mikroorganisme/ organisme bermanfaat.
f. Pupuk hayati tidak mencemari tanah atau lingkungan, sedangkan pupuk kimia
sering mengakibatkan terlalu banyak fosfat dan nitrogen dalam tanah.
g. Pupuk hayati lebih murah dan mudah digunakan, bahkan untuk petani pemula.
Kelemahan Biofertilizer
a. Secara umum efektivitas pupuk hayati lebih rendah dibandingkan dengan
pupuk kimia. Mekanisme perbaikan pertumbuhan atau proteksi terhadap
organisme pengganggu tanaman (OPT) berjalan lebih lambat, sehingga hal ini
seringkali mengakibatkan petani kembali beralih ke pestisida kimiawi,
dikarenakan ketidaksabaran menunggu hasil aksi mikroba pupuk hayati.
c. Lebih optimal jika digunakan untuk preventif (melalui perlakuan pada benih),
karena membutuhkan waktu untuk pertumbuhannya. Keterlambatan aplikasi
pada tanaman mengakibatkan pupuk hayati kurang efektif.
METODE
Adapun alat dan bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan biofertilizer yaitu :
A. Alat
Alat yang umum digunakan dalam pembuatan biofertilizer ini adalah:
1. Cawan petri atau tabung reaksi yang digunakan untuk membuat isolat
mikroorganisme yang akan digunakan
2. Neraca analitik, biasanya untuk menimbang bahan
3. Jarum ose
4. Autoclaf, yang sering kali digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan agar
terhindar dari tumbuhnya mikroorganisme lain yang tidak dibutuhkan.
5. steril untuk melakukan kegiatan inokulasi atau penanaman, alat ini digunakan untuk menghindari konta
nar Air Flow adalah meja kerja
karena terdapat penyaring udara pada alat ini. Sehingga dalam penanaman
maupun kultur kontaminan terhadap bahan dapat di minimalisir secara maksimal
B. Bahan
1. Mikroorganisme yang akan digunakan dalam pembuatan pupuk hayati,
mikroorganisme yang dimaksud yaitu mikroorgansimepenambatN,
mikroorganisme pelarut P, dan mikoriza.
2. Padatan atau bahan pembawa (carrier) yang digunakan untuk tempat
mikroorganisme melekat sebelum pupuk hayati di aplikasikan pada tanaman
3. Air untuk melarutkan campuran antara mikroorganisme dan bahan pembawa atau
carrier.
Adapun alat dan bahan yang dapat digunakan dalam pengaplikasian biofertilizer yaitu :
A. Alat
Alat yang umum digunakan dalam pengaplikasian biofertilizer ini adalah:
1. Ember atau wadah untuk tempat pupuk hayati diletakan sebelum diaplikasikan
pada tumbuhan
2. Sarung tangan dan masker, biasanya digunakan oleh petani untuk mengurangi
resiko terhirup dan kontak dengan mikroorganisme langsung.
B. Bahan
Bahan yang umum digunakan dalam pengaplikasian biofertilizer ini adalah:
1. Pupuk hayati yang sudah siap untuk pengaplikasian pada tanaman
2. Air untuk penyiraman tanaman
3.2 Prosedur
Dalam pembuatan biofertilizer ini diperlukan prosedur kerja yang benar, adapun langkah
langkah yang perlu dilakukan adalah :
Pilihan yang biasa digunakan adalah mikroba penambat N, mikroba pelarut P, atau
mikoriza,. Pada tahap ini ditentukan juga tanaman targetnya, bisa untuk tanaman
tertentu atau untuk beberapa tanaman. Pilih tanaman yang paling memiliki nilai
strategis dan ekonomis.
2. Mengisolasi mikroba target
Mikroba-mikroba umumnya diisolasi dari Rhizosphere atau daerah di sekitar
perakaran. Untuk mikroba-mikroba yang bersimbiosis diisolasi dari akarnya
langsung, seperti Rhizobium atau mikoriza. Atau mikroba yang hidup dipermukaan
akar tanaman. Tanah-tanah sampel dikumpulkan dari berbagai tempat yang memiliki
sebanyak-banyaknya, baik dari jenis fungi, bakteri, atau aktinomicetes. Kegiatan ini
bisa makan waktu lama sekali. Sering diulang-ulang dan untung-untungan hingga
benar-benar mendapatkan mikroba yang diinginkan. Tahap ini juga banyak menghabiskan bahan. Tahap isola
diperoleh.
adalah mendapatkan mikroba yang benar-benar unggul. Mikroba unggul adalah kunci dari kualitas biofertilizer yang ingin buat. Seleksi b
tahap. Misalnya: 1) tahap laboratorium, 2) tahap rumah kaca, dan 3) uji
coba skala lapang. Teknik seleksi biasanya diawali dengan seleksi kasar tujuannya
untuk mendapatkan kandidat-kandidat mikroba unggul. Seleksi bisa dilakukan secara
Setelah seleksi di laboratorium dalam skala kecil selanjutnya adalah seleksi di rumah
kaca. Setelah itumikroba diuji coba untuk menjawab pertanyaan apakah jika
Uji coba di rumah kaca juga sering dilakukan dalam bentuk prototipe mikroba yang
telah disimpan dalam bawan pembawa Penjelasn tentang bahan pembawa saya
uraikankan dibagian bawah. Seleksi berikutnya adalah seleksi di lapang.
Berikutnya adalah bagaimana mikroba ini akan ‘dikemas’. Pilihan yang umum
adalah dikemas dalam bentuk padat, serbuk, granul, pelet, tablet, atau cair. Banyak
pertimbangan untuk menentukan dalam bentuk apa biofertilizer akan dikemas. Salah
satunya adalah karakteristik dari mikroba tersebut. Umumnya bahan pembawa yang
sering digunakan adalah bahan-bahan organik, mineral, atau liat. Ada juga yang
mengguanakan tanah liat tertentu, seperti untuk endomikoriza. Bahan-bahan ini bisa
tunggal atau bisa juga merupakan campuran dari beberapa bahan. Ada juga yang
memberikan tambahan nutrisi pada bahan pembawa tersebut. Beberapa pertimbangan
Metode umum untuk memproduksi mikroba antara lain adalah fermentasi cair dan
fermentasi padat. Mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman, seperti mikoriza,
6. Membuat prototipe
Prototipe bisa terdiri dari beberapa contoh. Contoh-contoh ini mungkin sudah
diseleksi dari beberapa percobaan dan dianggap sebagai hasil terbaik, misal: lima
prototipe terbaik. Contoh biofertilizer dalam bentuk: cair, granul, serbuk, dan pelet.
Atau bisa saja satu bentuk tetapi dengan beberapa formula, misal: cair A, cair B, cair
C, dan seterusnya. Prototipe ini yang selanjutnya harus diuji dan dipilih mana
prototipe yang akan menjadi produk akhir.
7. Menguji prototipe
totipe pertama bisa dilakukan di rumah kaca dengan tanaman-tanaman target atau tanaman model. Dalam tahap ini, bisa saja sebuah
puk organik bentuk serbuk memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan bentuk granul. Tetapi masa simpannya lebih pendek daripada bentuk
granul.
Apabila prototipe lolos dari pengujian di rumah kaca, langkah berikutnya adalah
pengujian lapang. Pengujian bisa dilakukan di kebun percobaan, tetapi skalanya
kecil. Kalau percobaan ini mendapatkan hasil yang konsisten, coba lagi di tempat
yang lebih luas atau diulang di tempat yang berbeda-beda.
4. Bila perlu siram tanaman agar pupuk tadi menyerap kedalam tanah sekitar tanaman.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam makalah ini kami mengambil satu contoh tumbuhan yang diaplikasikan dengan pupuk
hayati atau biofertilizer yaitu Arachis hypogea atau kacang tanah.
Kacang tanah merupakan salah satu tumbuhan legum atau tumbuhan kacang-kacangan yang
memerlukan senyawa tertentu untuk menunjang pertumbuhannya dengan baik. Salah satu
senyawa yang diperlukan oleh kacang tanah ini adalah yaitu nitrogen dan posfor. Nitrogen
berfungsi untuk membantu pertumbuhan vegetatif dan sebagai pembentuk klorofil pada daun.
Sedangkan posfor berfungsi untuk pertumbuhan akar, proses pembungaan, pemasakan buah
dan biji serta penyusun inti sel, lemak dan protein pada tumbuhan kacang.
Maka dari itu, biofertilizer yang diperlukan dalam pengaplikasian pada tumbuhan kacang ini
adalah:
2. Biofertilizer sumber fosfat, pada kebanyakan tanah di daerah tropis diperkirakan
hanya terdiri atas 25% fosfat yang diberikan dalam bentuk superfosfat yang diserap
tanaman dan 75% sisanya diikat tanah dan tidak dapat diserap oleh tanaman.
Beberapa mikroorganisme tanah memiliki kemampuan untuk melarutkan fosfat yang
tidak larut dalam air dan menjadikannya tersedia bagi akar tanaman. mikroba
merubah P di alam untuk mencegah terjadinya proses fiksasi P. Salah satu bakteri
yang digunakan adalah Pseudomonas striata. Sedangkan contoh dari fungi yang
melarutkan fosfat adalah Aspergillus awamori. Bakteri dan Fungi tersebut telah
diidentifikasikan mampu melarutkan bentuk P tak terlarut menjadi bentuk yang
tersedia bagi tanaman. Jumlah bakteri pelarut P dalam tanah sekitar 104 – 106 tiap
gram tanah.
Mineralisasi fosfat organik juga melibatkan peran mikroba tanah melalui produksi
enzim fosfatase seperti fosfatase asam dan basa. Beberapa enzim fosfatase seperti
fosfomonoesterase, fosfodiesterase, trifosfomonoesterase dan fosfoamidase pada
umumnya terdapat didalam tanah. Enzim-enzim tersebut bertanggung jawab pada
prosses hidrolisis P organik menjadi fosfat anorganik (H2PO4-, HPO4= ) yang
tersedia bagi tanaman.
Penggunaan dari biofertilizer ini memiliki beberapa keuntungan, yakni sebagai berikut :
1. Pemakaian pupuk kimia dapat diminimalisir, sehingga resiko terakumulasinya bahan
kimia pada taaman dapat berkurang
2. Dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan
mengoptimalkan mikroorganisme yang bekerja di dalam tanah, sehingga ketersediaan
hara makro maupun mikro terpenuhi.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Petani mulai beralih dari yang tadinya menggunakan pupuk hayati untuk membantu
pertumbuhan tanaman, menjadi pupuk hayati atau Biofertilizer. Biofertilizer
Pupuk hayati atau biofertilizer yang digunakan dalam pemupukan tumbuhan kacang
mengandung mikroorganisme pengurai nitrogen dan pengurai posfor serta mikoriza
pengurai selulosa yang dapat membantu kesuburan tanah.
Efek penggunaan pupuk hayati terhadap tanah seperti yang sudah dijelaskan tadi,
dapat meningkatkan kesuburan tanah karena mikroorganisme pada pupuk telah
menguraikan nitrogen dan pospor pada tanah, selain itu dapat menguraikan
tumbuhan yang telah mati.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan, agar mahasiswa dan mahasiswi mengetahui
bahwa pupuk hayati dapat membantu memperbaiki kesuburan tanah yang tadinya
rusak karena pupuk kimia yang sebelumnya digunakan. Selain itu pemakaian pupuk
hayati dapat meningkatkan hasil produksi dari tumbuhan yang dituju.
DAFTAR PUSTAKA
Masfufah, Ainun,. Agus Supriyanto,. Tini Surtiningsih. . Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati
(Biofertilizer) pada Berbagai Dosis Pupuk dan Media Tanam yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Produktifitas Tanaman Tomat ( L
Rahmawati, S.P, M.Si, Nini. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Medan
: Universitas Sumatera Utara.
Subowo,. Suliasih,. Dan Sri Widawati. 2010. Pengujian Pupuk Hayati KalBar untuk
Wardhani, Shinta,. Kristanti Indah Purwani, S.Si, M.Si,. dan Warisnu Anugerahani, S.Si.
2014. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gersik. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nop