Anda di halaman 1dari 4

SEGERA

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA


di Riyadh, Arab Saudi
Diplomatic Quarter, P.O. Box 94343 - Riyadh 11693, Kingdom of Saudi Arabia
Telepon: +966-11-4882800. Faksimil: +966-11-4882966. E-mail: riyadh.kbri@kemlu.go.id

a.n. Kepala Perwakilan R.I.


BERITA BIASA

Arief Hidayat
Wakil Kepala Perwakilan

Nomor : B-
Kepada : 1. Menteri Luar Negeri u.p. Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Yth. 2. Menteri Perdagangan u.p, Sekjen, Dirjen PEN
Info Yth. : Direktur Timur Tengah
Dari : Kepala Perwakilan RI
Jumlah : ( ) halaman
Perihal : Arab Saudi meluncurkan inisiatif “Made in Saudi” (MiS), 28 Maret 2021

Ringkasan Berita

Merujuk perihal pada pokok brafaks diatas, dengan hormat disampaikan hal-hal sebagai
berikut :

1. Tanggal 28 Maret 2021, Pemerintah Arab Saudi c.q. Menteri Industri dan Sumber Daya
Mineral / Kepala Badan Otorita Pengembangan Ekspor Saudi (SEDA/Saudi Export
Development Authority/Saudi Exports), Bandar bin Ibrahim Al-Khorayef meluncurkan program
MiS yang bertujuan mendukung peningkatan penggunaan produk dan jasa buatan Arab
Saudi di tingkat nasional dan internasional. Menteri menegaskan melalui program MiS akan
ditawarkan paket dan fasilitas menarik bagi para pengusaha antara lain promosi khusus dari
pemerintah dengan menggunakan logo MiS di pasar domestik maupun internasional.

2. Program MiS merupakan bagian dari National Industrial Development and Logistics Program
(NIDLP) dibawah paying Saudi Exports. Program ini sejatinya untuk mendukung
pertumbuhan pengusaha local dengan mendorong konsumen dalam negeri untuk lebih
menggunakan produk buatan Saudi, serta mendorong pengusaha lokal untuk dapat lebih
memasarkan produknya ke luar negeri (ekspor). Melalui program ini, pemerintah mendorong
pengusaha untuk lebih menggunakan kandungan bahan baku, tenaga ahli dan pemasok dari
dalam negeri. Perusahaan yang mendaftar dalam program ini, setelah dikaji dengan kriteria
tertentu (antara lain persentasi kandungan lokal) oleh SEDA, akan berhak menggunakan logo
MiS di setiap produknya serta mendapat insentif lainnya dari Pemerintah termasuk promosi
khusus oleh pemerintah Saudi di setiap event dalam negeri dan internasional.

3. Berikut sector industri Saudi yang didorong untuk masuk dalam program MiS :

 Kimia dan Polimer  Kertas & Kayu


 Bahan bangunan  Industri kemasan
 Peralatan mesin berat &  Logam mulia & perhiasan
elektronik  Otomotif
 Tekstil  Mineral
 Barang-barang konsumsi  Produk makanan segar
 Makanan olahan  Kerajinan tangan
 Farmasi dan peralatan medis

4. Analisa peluncuran MiS dan dampaknya terhadap ekspor Indonesia ke Arab Saudi

Sebagai negara produsen dan eksportir terbesar produk migas, Arab Saudi memaksimalkan
keberadaan produk migas untuk menghasilkan produk turunan migas seperti plastik dan karet
serta produk industri kimia atau industry migas terkait yang mendominasi sekitar 60% nilai
ekspor non migas Arab Saudi. Sementara impor Arab Saudi didominasi untuk kebutuhan
industri yaitu mesin dan peralatan mekanis serta perlengkapan elektris sebanyak 22%,
kendaraan dan perlengkapan pengangkutan sebanyak 17%, produk industri kimia atau industri
terkait sebanyak 11% serta logam dan barang dari logam sebanyak 10%. Selain produk plastik
dan karet (HS 07) dan produk industri kimia atau industri migas terkait (HS 06), Arab Saudi
mengalami defisit hampir disemua kelompok perdagangan non migas. Defisit terbesar berupa
perdagangan mesin, peralatan mekanis dan elektris, Kendaraan dan perlengkapan
pengangkutan serta logam dan barang dari logam.

Dalam rangka mencapai visi 2030, KSA telah menargetkan peningkatan kontribusi ekspor non
migas terhadap PDB pada Tahun 2030 sebesar 50% dengan pendapatan negara sebesar SAR
1 triliun (USD 266,6 juta). Hingga tahun 2020, kontribusi ekspor non migas terhadap PDB Arab
Saudi baru mencapai 30,1% dengan nilai ekspor sebesar pendapatan negara sebesar USD
52,8 juta).

Total perdagangan Indonesia – Arab Saudi selama kurun waktu 2016-2020 mengalami
kecenderungan peningkatan tipis sebesar 0,56% dimana ekspor yang seluruhnya berasal dari
non migas mengalami peningkatan sebesar 0,95% dan impor meningkat sebesar 0,36%
dengan rincian impor migas tumbuh 2,63% dan non migas turun sebesar 6,96%. Neraca
perdagangan Indonesia terus mengalami tekanan defisit yang diakibatkan oleh besarnya impor
migas Indonesia dari Arab Saudi.

Dibandingkan Tahun 2019, total perdagangan Indonesia – Arab Saudi pada tahun 2020
mengalami penurunan sebesar 22,07% dengan nilai perdagangan sebesar USD 3,95 Milyar,
dengan rincian :

a. Ekspor yang seluruhnya berasal dari non migas mengalami penurunan sebesar 10,98%
dengan nilai ekspor sebesar USD 1,33 Milyar;
b. Impor mengalami penurunan tajam sebesar 26,75% dengan nilai impor sebesar USD 2,61
Milyar terdiri dari impor migas turun 26% dengan nilai impor sebesar USD 2,09 milyar dan
non migas turun sebesar 29,64% dengan nilai impor sebesar USD 516 juta;
Penurunan kinerja perdagangan Indonesia – Arab Saudi pada Tahun 2020 disebabkan
menurunnya aktivitas perdagangan akibat pandemi Covid 19 yang masih berlanjut hingga
Tahun 2021 namun diharapkan dengan kondisi yang lebih baik. Dibandingkan periode Januari
2020, total perdagangan Indonesia – Arab Saudi pada bulan Januari 2021 menurun sebesar
0,56% dengan rincian ekspor meningkat sebesar 0,95% dan impor meningkat sebesar 0,36%
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi berupa mobil penumpang, minyak sawit dan
turunannya, kayu lapis, ikan olahan, saus dan olahannya, arang kayu, kertas dan ban karet,
dengan kinerja sebagai berikut :
1. Mobil penumpang yang memberikan kontribusi sepertiga ekspor non migas Indonesia ke
Arab Saudi dengan kecenderungan penurunan ekspor selama periode 2016-2020 sebesar
1,05%.
2. Minyak sawit dan turunannya dengan kecenderungan peningkatan ekspor selama periode
2016-2020 sebesar 2,9%.
3. Kayu lapis dengan kecenderungan peningkatan ekspor selama periode 2016-2020 sebesar
1,4%.
4. Ikan olahan dengan kecenderungan peningkatan ekspor selama periode 2016-2020
sebesar 6,6%.
5. Saus dan olahannya dengan kecenderungan peningkatan ekspor selama periode 2016-
2020 sebesar 9,6%.
6. Arang kayu dengan kecenderungan penurunan ekspor selama periode 2016-2020 sebesar
13,5%.
7. Kertas dengan kecenderungan penurunan ekspor selama periode 2016-2020 sebesar
5,6%.
8. Ban karet dengan kecenderungan penurunan ekspor selama periode 2016-2020 sebesar
7,1%.
Dalam rangka mempercepat peningkatan kontribusi ekspor non migas tersebut, Arab Saudi
telah meluncurkan berbagai rencana aksi termasuk Rencana Strategi Pengembangan Industri
Nasional yang diarahkan pada 9 sektor industri yaitu: 1) Peralatan dan mesin, 2) Pasokan
energi terbarukan, 3) Farmasi, 4) Pasokan medis, 5) Otomotif, 6) Industri terkait minyak dan
gas, 7) Pengolahan makanan, 8) Penerbangan dan 9) Militer
Pengembangan industri tersebut berpotensi mengurangi ekspor Indonesia ke Arab Saudi
terutama industri otomotif dan olahan makanan. Ekspor mobil penumpang Indonesia
memberikan kontribusi sepertiga dari total ekspor non migas Indonesia dengan nilai ekspor
pada tahun 2020 sebesar USD 442,7 juta. Sedangkan untuk ekspor makanan olahan Indonesia
pada tahun 2020 tercatat sebesar USD 180,7 juta dan minyak nabati dan hewani sebesar USD
114,5 juta. Industry olahan akan difokuskan pada produk dairy, buah-buahan, sayur mayur,
kacang, confectionary (permen dan produk manisan lainnya), daging dan unggas, sea food,
minuman, minyak nabati dan hewani.

5. Pengamatan dan Tindak Lanjut KBRI

 Tanggal 4 April 2021, KBRI Riyadh telah menemui Dirjen Promosi Export, SEDA, Mr. Feras
Ahmed Alhumidi guna mencari informasi lebih jauh mengenai program MiS. Dirjen
menyampaikan bahwa program Made in Saudi memang ditujukan untuk menggalakkan
pemakaian produk dalam negeri dan juga mendorong penggunaan lebih banyak kandungan
lokal di setiap produk yang dihasilkan pengusaha setempat. SEDA sebagai focal point
program ini akan menyeleksi perusahaan yang ingin bergabung dalam program ini, dan
setiap perusahaan yang lulus seleksi akan berhak mendapat insentif khusus dari
pemerintah. Dirjen belum secara rinci menjelaskan insentif yang akan didapat.

 Dirjen menegaskan program ini tidak akan membatasi impor barang dari negara asing
termasuk Indonesia dan tidak membatasi jumlah tenaga kerja asing yang diijinkan untuk
memproduksi barang di perusahaan Arab Saudi. Dirjen menyadari di sektor tenaga kerja,
masih sulit untuk menggunakan tenaga lokal Saudi sebagai sumber tunggal pekerja di
berbagai perusahan dan industri jasa di Arab Saudi.

 Dirjen dan KBRI sepakat untuk melakukan temu bisnis antara eksportir kedua negara dalam
rangka meningkatkan ekspor non migas Arab Saudi – Indonesia. Temu bisnis antara
eksportir ini akan dilaksanakan per sektor secara berkala dan direncanakan dapat dimulai
pada minggu III April 2021.

 Dalam rangka mempertahankan pangsa ekspor produk mobil penumpang dan makanan
olahan Indonesia pasca pengembangan industri otomotif dan pengolahan makanan serta
ketentuan penggunaan konten lokal di Arab Saudi, perlu dilakukan langkah-langkah
antisipasi sebagai berikut :

a. Melakukan kerjasama dalam pendirian industri otomotif sehingga Indonesia masih bisa
memasok perlengkapan perakitan mobil;

b. Memasok kebutuhan bahan mentah dan setengah jadi untuk kebutuhan produksi
makanan olahan terutama Crude Palm Oil sebagai bahan baku minyak goreng.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.


Petugas Komunikasi Pejabat Pembuat

Djoko Sulastomo
PF Ekonomi I

Anda mungkin juga menyukai