Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Karya sastra memiliki banyak unsur yang saling berkaitan satu dengan

yang lainnya. Salah satu unsur terpenting dalam karya sastra adalah motif.

Menurut Hartoko (dalam Rokhmansyah, 2014:67) secara sangat umum, motif

berarti sebuah unsur yang penuh arti dan yang diulang-ulang di dalam satu

atau sejumlah karya. Di dalam satu karya, motif merupakan unsur arti yang

paling kecil di dalam cerita. Pengertian motif di sini memperoleh fungsi

sintaksis. Bila motif itu dibaca dan direfleksi maka pembaca melihat motif-

motif itu dalam keseluruhan dan dapat menyimpulkan satu motif dasarnya.

Bila motif dasar tadi dirumuskan kembali secara meta bahasa, maka kita

akan menjumpai tema sebuah karya.

Motif erat kaitannya dengan era kesusastraan. Setiap era dalam

kesusastraan memiliki latar belakang sejarah yang berbeda sehingga secara

tidak langsung motif yang muncul dalam suatu karya akan berbeda dan

menjadi ciri khas pada masing-masing era. Sebagai contoh yaitu era

Romantik. Era Romantik merupakan periode dalam kesusastraan Jerman

yang berlangsung dari tahun 1795 hingga 1835. Era Romantik muncul saat

terjadinya salah satu peristiwa bersejarah penting, yaitu Revolusi Perancis

1
2

yang meletus pada tanggal 14 Juli 1789, pada masa pemerintahan Raja

Louis XVI.

Walaupun dinamakan era Romantik, bukan berarti karya-karya di era

ini hanya berisi tentang cinta atau berhubungan dengan romantisme. Era

Romantik juga menggambarkan karya-karya yang penuh gairah, emosi, dan

imajinasi. Kekhasan era Romantik itu sendiri ditandai melalui adanya

kebebasan berekspresi dan berimajinasi. Beberapa motif karya sastra era

Romantik yaitu alam, keindahan malam, kematian dan kemurungan.

Aoh K. Hadimadja dalam bukunya yang berjudul Aliran-aliran Klasik,

Romantik, dan Réalisma dalam kesusastraan: dasar-dasar perkembangannja

(1972) menuliskan, beberapa penyair menekankan kepada kemurungan yang

dalam dan suram dan mereka mendapatkan ketenangan dengan

mengunjungi tempat-tempat pemakaman dan merenungkan nasib manusia,

kematian (maut), dan kefanaan. Sedang penyair lainnya menyukai

kesedihan, ketenangan, serta suka merenung di tempat-tempat terpencil.

Tema-tema pada kesusastraan kemurungan (melankolis) dapat dikatakan

berkisar seputar kemurungan akibat keterbencian, cinta yang tidak bahagia,

penderitaan hidup, dan hal-hal yang menyeramkan.

(http://www.sigodangpos.com/2011/08/ciri-ciri-aliran-romantik.html)

Sebagai contoh, dalam puisi Mondnacht karya Joseph Freiherr von

Eichendorf muncul motif-motif alam seperti Himmel „langit‟, Erde „bumi‟, Luft

„udara‟, dan dalam puisi Zuruf karya Justinus Kerner muncul motif-motif
3

kematian seperti Tod „kematian‟, Nacht „malam‟, Geist „roh‟, yang merupakan

motif-motif khas pada era Romantik.

Heinrich Heine adalah salah satu penyair era Romantik yang sering

mengangkat motif kematian dalam puisi-puisinya. Dalam karya-karyanya,

Heine tidak selalu menggambarkan kematian sebagai sebuah hal yang

menyedihkan, suram, atau menyeramkan. Dalam karyanya, makna kematian

sendiri tidak selalu diungkapkan secara terang-terangan atau secara harfiah.

Hal inilah yang menarik minat penulis untuk meneliti lebih lanjut motif

kematian yang muncul dalam puisi-puisi karya Heine.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh,

bagaimana motif kematian di era Romantik ini terrepresentasikan dalam

kelima puisi karya Heinrich Heine dan mengemasnya dalam penelitian

dengan judul “Motif Kematian di Era Romantik dalam Lima Puisi Karya

Heinrich Heine”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirangkum

dalam beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Apa karakteristik era Romantik yang tergambarkan dalam kelima

puisi karya Heinrich Heine?

2. Bagaimana motif kematian dimunculkan dalam kelima puisi

tersebut?
4

3. Makna apa yang terkandung melalui kemunculan motif kematian

dalam kelima puisi tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memaparkan karakteristik era Romantik dalam kelima puisi karya

Heinrich Heine.

2. Mengidentifikasi kemunculan motif kematian dalam kelima puisi

tersebut.

3. Menganalisis makna yang terkandung melalui kemunculan motif

kematian dalam kelima puisi tersebut.

1.4. Metode Penelitian

Metode dibutuhkan dalam menganalisis sebuah penelitian agar tujuan

dari penelitian tersebut dapat tercapai. Dalam rangka menganalisis dan

mengkaji lebih lanjut mengenai motif-motif kematian yang muncul dalam

kelima puisi karya Heinrich Heine, penulis menggunakan metode

Motivanalyse atau analisis motif.

Penulis menggunakan metode ini karena metode ini digunakan untuk

menganalisis motif-motif yang terdapat dalam karya sastra. Metode ini


5

membahas motif yang menjadi unsur pembentuk sebuah tema dalam karya

sastra. Dalam buku Horst S. und Ingrid G. Daemmrich yang berjudul Themen

und Motive in der Literatur dijelaskan tentang metode ini sebagai berikut:

Motivuntersuchungen erhielten in ihren Anfängen nicht nur starke

Anregungen von der Volkskunde und Märchenforschung, sondern

konzentrierten sich auch in der Auswertung des Materials auf seine

stoffgeschichtliche Bedeutung. Dieser Ansatz führte zu der

eigentümlichen Situation, daβ sich jede theoretische Grundlegung mit

dem Wechselverhältnis von stofflichem Gehalt und seiner Gestaltung

auseinandersetzte. (Daemmrich, 1995:XVII)

Penelitian-penelitian motif mulanya tidak hanya mendapat dorongan

yang kuat dari ilmu tentang kebudayaan masyarakat dan penelitian

dongeng, melainkan difokuskan pada penilaian material berdasarkan

makna bahan sejarahnya. Pendekatan ini membawa pada situasi

khusus, bahwa setiap pertimbangan latar belakang teoritis merupakan

hubungan timbal balik antara bahan cerita dengan perwujudannya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis motif

untuk mengidentifikasi kemunculan motif kematian dalam kelima puisi karya


6

Heinrich Heine. Penulis juga akan menganalisis makna yang terkandung

melalui kemunculan motif kematian dalam kelima puisi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai