Anda di halaman 1dari 23

1.

HISTOLOGI SISTEM GERAK

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu memahami dan
menjelaskan histologi dari organ-organ sistem gerak mamalia.

B. Landasan Teori
Sistem gerak terdiri atas alat gerak aktif dan pasif. Alat gerak aktif berupa otot
dan alat gerak pasif berupa tulang. Jaringan otot terdiri dari sel-sel panjang (serabut
otot) yang akan berkontraksi jika dirangsang oleh sel saraf. Mikrofilamen yang terbuat
dari protein aktin dan miosin menghasilkan daya yang disebut kontraksi sel. Pada sel
otot, sitoplasma disebut sarkoplasma, RE halus disebut retikulum sarkoplasma,
membran sel disebut sarkolema.

Jaringan otot dapat dibedakan atas :


1. Otot rangka
Terdiri atas serabut otot yang terdiri dari sel multinuklear dan silindris yang
panjang dan memiliki garis melintang (lurik). Inti yang banyak dikarenakan peleburan
sel mesenkimal embrional yang disebut mioblas. Inti terdapat ditepian sel yang
membedakan dari otot polos dan jantung yang intinya ditengah.
Massa serabut otot tersusun atas berkas teratur yang dikelilingi oleh epimisium,
suatu selubung luar jaringan ikat padat yang mengelilingi seluruh otot. Massa serabut
otot tersusun atas beberapa fasciculus (berkas serabut di dalam otot) yang dikelilingi
oleh jaringan ikat yang disebut perimisium. Fasciculus terdiri dari sel multinuklear
panjang (serabut otot) yang dikelilingi oleh selapis halus jaringan ikat yaitu

1
endomisium. Disetiap serabut inti sel bergeser ketepi terhadap sarkolema Pembuluh
darah masuk melalui jaringan ikat dan membentuk jaring kapiler luas di endomisium
Antara otot dan tendon terdapat taut miotendinosa.

2. Otot jantung
Memiliki garis melintang dan terdiri atas sel-sel panjang yang bercabang dan
terletak paralel satu sama lain. Ditempat kontak ujung ke ujung terdapat discus
intercalaris, suatu struktur yang hanya terdapat pada otot jantung. Sel otot jantung
memperlihatkan pola garis melintang yang sama dengan otot rangka namun setiap sel
hanya memiliki 1 atau 2 inti di tengah. Memiliki 40% mitokondria dari volume
sarkoplasma, otot rangka hanya 2%. Selama perkembangan embrio, sel mesoderm
bumbung jantung primitif tersusun berderet seperti rantai, namun tidak menyatu seperti
otot rangka. Sel otot jantung membentuk taut yang rumit diantara cabang yang terjulur,
akibatnya jantung terdiri atas sel yang teranyam erat yang dapat menimbulkan
gelombang kontraksi khas yang dapat memeras isi ruang jantung. Pada discus

2
intercalaris terdapat desmosom yang berfungsi mengikat antar sel agar tidak terpisah.
Terdapat taut celah untuk pertukaran ion secara kontinu antar sel, yang berperan seperti
sinaps listrik.

3. Otot polos
Berbentuk fusiform (meruncing pada kedua ujung) yang tidak bergaris jika
diamati dengan mikroskop cahaya. Agar lebih erat, bagian yang lebar berhimpit dengan
bagian yang sempit. Setiap sel dibungkus lamina basal dan jejaring serat retikular halus
yang berperan menggabungkan kekuatan setiap serabut otot polos agar menjadi aksi
bersama, misalnya gerakan peristaltik usus.

Otot polos memiliki aktivitas spontan tanpa adanya stimulus saraf, persarafan
otot polos memiliki fungsi perubahan aktivitas dan bukan mengawalinya. Selain
aktivitas kontraktil, sel otot polos juga menyintesis kolagen, elastin, dan proteoglikan
seperti yang biasa disintesis oleh firoblas.

3
Tulang terdiri dari tulang rawan dan tulang sejati. Tulang sejati merupakan
jaringan ikat bermineral. Osteoblas mensekresikan matriks berkolagen dan juga ion

4
kalsium, fosfat dan magnesium yang akan menyatu dan mengeras didalam matriks
tersebut menjadi hidroksiapatit.

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah mikroskop. Bahan yang
digunakan untuk praktikum ini adalah preparat awetan jaringan otot polos, otot lurik,
otot jantung dan osteogenesis.

D. Cara Kerja
1. Siapkan mikroskop untuk pengamatan
2. Ambil dan amati preparat dibawah mikroskop mulai dari perbesaran paling
lemah hingga perbesaran paling kuat
3. Gambarlah hasil pengamatan jaringan yang telah dilakukan
4. Identifikasi dan buat keterangan bagian-bagian dari jaringan yang diamati

5
2. HISTOLOGI SISTEM PENCERNAAN

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu memahami dan
menjelaskan histologi dari organ-organ sistem pencernaan mamalia.

B. Landasan Teori
Sistem pencernaan terdiri atas saluran cerna dan kelenjar pencernaan. Saluran
cerna merupakan tabung berongga yang terdiri atas lumen dengan diameter yang
bervariasi, dan dikelilingi oleh dinding yang terdiri atas empat lapisan utama yaitu :
Mukosa, Submukosa, Muskularis, dan Serosa.

Mukosa (membran mukosa): Epitel pelapis, Lamina Propria (Jar. ikat yang kaya
pembuluh darah, pembuluh limfe, limfosit dan sel otot polos, terkadang ada kelenjar),
dan muskularis mukosa (selapis tipis otot polos).
Submukosa : jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah, pembuluh
limfe dan suatu pleksus submukosa saraf otonom. Juga mengandung kelenjar dan
jaringan limfoid

6
Muskularis : lapisan dalam (susunan sel otot melingkar), lapisan luar (susunan
sel otot memanjang). Diantara lapisan otot terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe
dan pleksus saraf mienterikus.
Serosa : lapisan tipis jaringan ikat longgar, kaya pembuluh darah, pembuluh limfe
dan jaringan lemak, serta epitel selapis gepeng sebagai epitel pelapis (mesotel).
Ditempat terbentuknya hubungan organ pencernaan dengan organ dan struktur lain,
serosa digantikan oleh lapisan adventisia tebal yang terdiri atas jaringan ikat yang
mengandung pembuluh dan saraf tanpa adanya mesotel.
Kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar liur, hati, dan pangkreas. Hati berfungsi
menampung, mengubah dan mengumpulkan metabolit dari darah serta menetralisir dan
mengeluarkan toksik dalam darah; produksi garam empedu; dan menghasilkan protein
plasma seperti albumin, fibrinogen dan protein pembawa lainnya. Hepatosit merupakan
sel epitel berkelompok yang membentuk lempeng saling berhubungan. Lobulus hati
berbentuk polihedral merupakan unit struktural dan fungsional hati yang tersusun dari
ribuan hepatosit. Setiap lobulus memiliki 3-6 area portal dibagian perifernya dan suatu
venula yang disebut vena sentral di bagian pusatnya.

Zona portal terdiri atas jaringan ikat dengan satu venula (cabang vena portal),
arteriol (cabang a. hepatica), dan duktus epitel kuboid (cabang sistem duktus
biliaris)-ketiga struktur ini disebut trias porta. Terdapat sel kupffer yang berfungsi
menghancurkan eritrosit tua, menggunakan ulang heme, menghancurkan bakteri dan

7
debris yang mampu melewati usus dan sebagai sel penyaji antigen. Terdapat sel
penimbun lemak stelata (sel-sel ito) yang menyimpan banyak vitamin A.
Darah mengalir dari portal ke sentral, sehingga hepatosit periportal dapat
bergantung pada metabolisme aerob dan lebih aktif berperan pada sintesis protein,
sedangkan hepatosit sentrolobular yang terpapar oksigen dan nutrien yang rendah lebih
berperan pada detoksifikasi dan metabolisme glikogen. Diantara 2 hepatosit berkontak
terdapat sebuah kanalikulus biliaris yang bermuara pada duktulus biliaris.

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah mikroskop listrik. Sedangkan
bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah preparat jaringan illeum transversal,
illeum longitudinal, liver transfersal.

D. Cara Kerja
1. Siapkan mikroskop cahaya untuk pengamatan
2. Ambil dan amati preparat dibawah mikroskop mulai dari perbesaran paling
lemah hingga perbesaran paling kuat
3. Gambarlah hasil pengamatan jaringan yang telah dilakukan
4. Identifikasi dan buat keterangan bagian-bagian dari jaringan yang diamati

8
3. HISTOLOGI SISTEM EKSKRESI

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu memahami dan
menjelaskan histologi dari organ-organ sistem ekskresi mamalia.

B. Landasan Teori
Sistem ekskresi merupakan sistem yang bertanggung jawab dalam proses
pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh
seperti keringat, urin, dan karbondioksida. Terdiri atas paru-paru, ginjal, dan kulit serta
hati yang merupakan salah satu kelenjar di sistem pencernaan.
1. Paru-paru
Udara masuk melalui rongga hidung menuju laring dan trakea. Trakea bercabang
menjadi 2 bronkus primer. Bronkus primer membentuk 3 bronkus sekunder (lobaris)
dalam paru kanan dan 2 pada paru kiri. Bronkus sekunder bercabang membentuk
bronkus tersier. cincin kartilago bronkus primer sepenuhnya mengelilingi lumen
bronkus, seiring dengan mengecilnya bronkus cincin kartilago perlahan digantikan
lempeng kartilago hialin. Terdapat kelenjar serosa dan mukosa di lamina propria
dengan saluran yang bermuara ke lumen bronkus, limfosit (juga di antara sel epitel) dan
kelenjar getah bening. Serat elastin, otot polos dan MALT relatif bertambah seiring
mengecilnya bronkus.
Bronkus tersier membentuk bronkus yang semakin kecil dengan cabang
terminal yang disebut bronkiolus yang bercabang membentuk 5 hingga 7 bronkiolus
terminalis. Tidak memiliki kartilago atau kelenjar dalam mukosanya. Bronkiolus yang
besar memiliki epitel bertingkat silindris bersilia yang semakin memendek menjadi
epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid di bronkiolus terminalis. Pada
bronkiolus terminalis terdapat sel clara (sel bronkiolar eksokrin) yang mensekresikan
surfaktan (penurun tegangan permukaan) dan memiliki fungsi pertahanan.
Bronchiolus terminalis bercabang menjadi bronchiolus respiratorius yang
merupakan daerah peralihan antara bagian konduksi dan respiratorik. Dindingnya
diselingi oleh banyak alveolus. Dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel clara, pada
muara alveolus epitelnya menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng. Bronkiolus
respiratorius bercabang menjadi saluran yang disebut duktus alveolaris. Duktus
alveolaris dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus. Duktus alveolaris

9
bermuara pada 2 atau lebih saccus alveolaris. Serat elastin dan retikular membentuk
jalinan rumit yang mengelilingi alveolus yang memungkinkan alveolus mengembang
sewaktu inspirasi dan sebaliknya. Serat retikular mencegah pengembangan berlebih
yang akan mengakibatkan kerusakan kapiler.

10
Alveolus merupakan evaginasi mirip kantong di bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris, dan saccus alveolaris. Alveolus membentuk struktur rongga paru dan
terdapat puluhan juta monosit yang bermigrasi setiap hari dari mikrovaskular. Udara
dalam alveolus dipisahkan dari darah kapiler oleh membran respiratorik (sawar darah-
udara) yang terdiri dari sitoplasma sel alveolus, lamina basal yang menyatu dari sel
alveolus dan endotel kapiler, dan sitoplasma endotel.
2. Ginjal
Memiliki medial cekung tempat masuknya saraf, keluarnya ureter, pembuluh
darah dan limfe yang disebut hilus. Ujung atas ureter disebut pelvis renalis terbagi
menjadi 2 atau 3 calix major, yang kemudian bercabang menjadi calix minor. Area
yang mengelilingi calix disebut sinus renalis yang mengandung jaringan adiposa.
Terdapat kortex di bagian luar dan medula di dalam. Pada manusia, medula terdiri atas
8-15 struktur berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal, yang dipisahkan oleh
penjuluran kortex yang disebut columna renalis. Piramida dan kortex membentuk suatu
lobus ginjal.
Setiap gintal memiliki 1-1,4 juta unit fungsional yang disebut nefron, cabang
utama setiap nefron adalah :
– Korpuskel ginjal, pelebaran bagian awal di korteks
– Tubulus kontortus proksimal, terutama berada dikorteks
– Ansa henle, menurun ke medula dan menanjak ke korteks
– Tubulus kontortus distal
– Tubulus colligens
Tubulus colligens dari sejumlah nefron berkumpul ke duktus colligens yang
mengangkut urin ke calix dan ureter. Nefron korteks hampir sepenuhnya berada di
korteks, sedangkan nefron jukstamedular terdapat gelung panjang di medula.
Korpuskel ginjal terdiri dari kapiler, glomerulus yang dikelilingi oleh simpai
epitel berdinding ganda yang disebut simpai bowman). Simpai bowman terdiri atas
lapisan viceral (menyelubungi kapiler glomerulus) dan lapisan parietal (membentuk
permukaan luar simpai yang terdiri dari podosit). Diantara kedua lapisan terdapat ruang
kapsular yang menampung cairan yang disaring. Membran basal pada kapiler
glomerulus merupakan sawar filtrasi paling efektif. Memiliki kutup vaskular (tempat
masuk dan keluarnya arteriol) dan kutup tubular (tempat tubulus proksimal berasal).
Sel tubulus kontortus proksimal memiliki banyak mitokondria, apeks memiliki
banyak mikrovili panjang yang membentuk brush border untuk reabsorbsi. Karena sel
11
berukuran besar, setiap potongan melintang hanya mengandung 3-5 inti bulat. Sel aktif
melakukan pinositosis protein plasma kecil. Vesikel pinositik akan menyatu dengan
lisosom untuk proteolisis dan asam amino dilepaskan ke sirkulasi.

Tubulus kontortus distal memiliki Sel kuboid lebih kecil dan tidak terdapat brush
border. Sel memiliki banyak invaginasi membran basal dan mitokondria seperti tubulus
proksimal. Absorbsi Na+ dan K+ oleh pompa ion diatur oleh aldosteron yang di
sekresikan oleh kelenjar adrenal. Juga terjadi sekresi H+ dan NH4+ ke dalam urine
tubulus, suatu aktivitas penting untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa di
darah.
3. Kulit
Organ tunggal yang terberat di tubuh, membentuk 15-20% berat tubuh. Memiliki
luas permukaan 1,5-2 m2 yang terpapar dunia luar. Terdiri atas epidermis, dermis, dan
jaringan subkutan.
Epidermis Pada umumnya terdiri dari sel-sel keratinosit (epitel berlapis gepeng
berkeratin ) dan sedikit sel melanosit, sel langerhans dan sel merkel. Terdiri atas :
- Stratum korneum merupakan 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti (sel
mati), sitoplasma dipenuhi keratin.
- Stratum lusidum hanya dijumpai pada kulit tebal, organel dan inti telah
menghilang, sitoplasma hampir sepenuhnya berkeratin.

12
- Stratum granulosum terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng, sitoplasma
berisi massa basofilik intens. Materi kaya lipid membentuk lembaran yang
melapisi sel untuk sawar kehilangan air
- Stratum spinosum, lapisan epidermis paling tebal terdiri atas sel-sel kuboid.
Sangat tebal pada kulit yang rentan terjadi gesekan (telapak kaki)
- Stratum basal terdiri atas selapis sel kuboid basofilik diatas membran basal
pada perbatasan epidermis-dermis. Memiliki aktivitas mitosis yang tinggi

Dermis merupakan jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya


pada jaringan subkutan (hipodermis). Terdapat banyak papila (tonjolan) pada
permukaannya yang saling mengunci dengan juluran-juluran epidermis. Merupakan
tempat turunan epidermis (rambut dan kelenjar) dan banyak serabut saraf. Terdiri atas
lapisan papilar (terdiri dari jaringan ikat longgar dengan firoblas, sel mast, makrofag
dan limfosit yang keluar dari pembuluh) dan lapisan retikular (terdiri atas jaringan ikat
padat iregular dan lebih banyak serat dari pada sel).
Jaringan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara
longgar pada organ dibawahnya, yang memungkinkan kulit bergeser diatasnya.
Mengandung sel-sel lemak yang jumlahnya bervariasi sesuai daerah tubuh dan ukuran
yang bervariasi sesuai status gizi. Suplai vaskular yang luas dilapisan subkutan
meningkatkan pengambilan insulin dan obat yang disuntikkan kejaringan ini

13
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah mikroskop. Bahan yang
digunakan untuk praktikum ini adalah preparat jaringan bronchiolus, malphigian body,
dan kulit.

D. Cara Kerja
1. Siapkan mikroskop untuk pengamatan
2. Ambil dan amati preparat dibawah mikroskop mulai dari perbesaran paling
lemah hingga perbesaran paling kuat
3. Gambarlah hasil pengamatan jaringan yang telah dilakukan
4. Identifikasi dan buat keterangan bagian-bagian dari jaringan yang diamati

14
4. HISTOLOGI SISTEM KOORDINASI

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu memahami dan
menjelaskan histologi dari organ-organ sistem koordinasi mamalia.

B. Landasan Teori
Sistem koordinasi terdiri dari sistem saraf dan sistem hormon. Sistem saraf pusat
terdiri atas serebrum, serebelum dan medula spinalis. Terdapat daerah putih (substansia
alba) dan daerah kelabu (substansia grisea). Komponen utama substansia alba (pusat
otak) adalah akson bermielin. Tidak mengandung badan sel namun terdapat mikroglia.
Komponen utama substansia grisea (permukaan otak) adalah badan sel, dendrit dan
pangkal akson yang tidak bermielin, astrosit dan mikroglia. Merupakan daerah
terbentuknya sinaps.
Pada medula spinalis substansia alba terletak dipinggir dan substansia grisea
terletak di dalam serta berbentuk seperti huruh H. Dibagian pusat terdapat suatu lubang
yaitu canalis centralis yang dilapisi oleh sel-sel ependim. Tungkai substansia grisea
dari huruf H ini membentuk cornu anterior yang mengandung neuron motorik dengan
akson yang membentuk radix ventral saraf spinal, dan cornu posterior yang menerima
serabut sensorik dari neuron di ganglia spinal (radix dorsal).

15
Sistem hormon melepaskan produk berupa hormon untuk diambil oleh kapiler
untuk di edarkan ke seluruh tubuh. Sel endokrin dapat menghasilkan hormon yang
bekerja dalam jarak pendek seperti:
– Parakrin, menyebar didaerah sekitar dalam cairan interstisial atau jalinan pendek
pembuluh darah, contohnya sel G pilorus mencapai target di kelenjar fundus
– Justakrin, molekul pensinyal tetap berada di permukaan sel pensekresi atau
matriks ektrasel dan mempengaruhi sel target ketika bersentuhan, contohnya pada
jaringan yang berkembang
– Autokrin, sel menghasilkan molekul yang bekerja pada sel itu sendiri atau sel
yang bertipe sama, contohnya pada faktor pertumbuhan yang mirip-insulin (IGF)

Selain organ khusus (kelenjar endokrin) terdapat organ seperti jantung, timus,
usus, ginjal, testis dan ovarium yang juga mengandung sel endokrin. Kelenjar endokrin

16
juga sering menjadi organ target oleh kelenjar endokrin lain untuk menjaga kadar
hormon dalam darah dalam batas sempit dengan mekanisme umpan balik. Berupa
molekul hidrofilik (pada neurotransmiter) seperti protein, glikoprotein, peptida atau
asam amino termodifikasi (reseptor pada permukaan sel target) atau berupa steroid
hidrofobik (hormon tiroid) yang harus beredar pada protein pengangkut yang dapat
berdifusi melalui membran sel (reseptor pada sitoplasma sel target).
Salah satu kelenjar endokrin adalah kelenjar adrenal yang terletak di kutup ginjal
dan terbenam pada adiposa perirenal. Dibungkus oleh kapsul jaringan ikat padat yang
memiliki septa tipis hingga kedalam kelenjar membentuk trabekula. Stroma dari
jaringan ikat retikular menopang sel sekretoris. Terdiri atas korteks adrenal (perifer,
kekuningan) yang berasal dari mesoderm dan medula adrenalis (pusat, coklat
kemerahan) berasal dari krista neuralis. Seperti umumnya kelenjar endokrin, sel korteks
dan medula yang berkelompok membentuk deretan (korda) di sepanjang kapiler.

Terdapat 3 zona konsentris yang menghasilkan berbagai hormon steroid :


– Zona glomerulosa : berada di kapsula, sel kolumnar dan piramidal, membentuk
deretan melengkung atau bundar, yang dikelilingi kapiler, Menghasilkan
mineralkortikoid (mempengaruhi ambilan Na+, K+, dan air oleh epitel) dan
aldosteron (mempengaruhi ambilan Na+ oleh T. distal).
– Zona fasciculata : berada di korteks, terdiri atas 1 atau 2 deretan sel polihedral yang
dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sitoplasma sel terisi droplet lipid. Mensekresikan
kortisol (merangsang produksi glukosa dari asam amino atau asam lemak) dan
konversi glukosa menjadi glikogen di hati. Juga menghasilkan hormon androgen.
– Zona reticularis : berada di korteks dan berkontak dengan medula. Merupakan sel
kecil yang tersebar di jalinan irregular dengan kapiler lebar. Sedikit droplet lipid.

17
Menghasilkan kortisol dan dehidroepiandrosteron yang diubah menjadi testosteron
di beberapa jaringan lain.

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah mikroskop. Bahan yang
digunakan untuk praktikum ini adalah preparat jaringan sumsum tulang belakang dan
kelenjar adrenal.

D. Cara Kerja
1. Siapkan mikroskop untuk pengamatan
2. Ambil dan amati preparat dibawah mikroskop mulai dari perbesaran paling
lemah hingga perbesaran paling kuat
3. Gambarlah hasil pengamatan jaringan yang telah dilakukan
4. Identifikasi dan buat keterangan bagian-bagian dari jaringan yang diamati

18
5. HISTOLOGI SISTEM REPRODUKSI

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu memahami dan
menjelaskan histologi dari organ-organ sistem reproduksi mamalia.

B. Landasan Teori
Organ reproduksi jantan terdiri dari testis, saluran kelamin, kelenjar tambahan,
dan penis. Testis berfungsi pada pembentukan hormon dan spermatozoa. Testis
dikelilingi oleh simpai tebal kolagen, yaitu tunica albuginea, menebal pada permukaan
posterior dan membentuk mediastinum testis tempat septa fibrosa mempenetrasi dan
membentuk 250 kompartmen atau lobulus testis. Setiap lobulus terdapat 1-4 tubulus
seminiferus (penghasil spermatozoa) yang dikelilingi jaringan ikat longgar interstisial
yang mengandung pembuluh darah, limfe, saraf, dan sel interstisial (sel leydig) yang
mensekresikan testosteron.

Ductus epididymis merupakan saluran tunggal sangat berkelok yang dikelilingi


sel otot polos, bersama dengan simpai jaringan ikat dan pembuluh darah membentuk
caput, corpus dan cauda epididymis. Epididymis dilapisi epitel kolumnar bertingkat
dengan sel basal bulat dan sel kolumnar bermikrovili panjang irregular bercabang yang

19
disebut stereosilia. Merupakan tempat penyimpanan dan pematangan terakhir sperma
(motilitas, reseptor zona pellucida, pematangan akrosom, dan kemampuan membuahi).
Sel epitel menyerap air dan penghilangan residu spermiogenesis.
Organ reproduksi betina terdiri atas dua ovarium, dua oviduk (tuba falopi atau
tuba uterina), uterus, vagina, dan genitelia eksterna. Ovarium ditutupi oleh epitel
germinativum (selapis kuboid) berlanjut dengan mesotel, diikuti oleh simpai jaringan
ikat padat yang disebut tunica albuginea (seperti simpai testis). Korteks terdiri atas
stroma jaringan ikat yang banyak mengandung sel dan folikel ovarium dengan berbagai
ukuran. Medula merupakan bagian terdalam yang terdiri atas jaringan ikat longgar dan
pembuluh darah yang memasuki organ melalui hilum dari mesenterium yang menahan
ovarium.

20
Pada awal pubertas dengan stimulasi dari FSH (hipofisis), sekelompok kecil
folikel primordial mulai tumbuh setiap bulannya. FSH menyebabkan oosit tumbuh
mencapai ukuran maksimal, inti membesar, mtokondria bertambah dan tersebar, RE
membesar, dan golgi membesar dan menuju perifer. Sel folikel mengalami mitosis dan
membentuk selapis sel kuboid disekitar oosit, disebut folikel primer unilamelar. Sel
folikel terus berproliferasi dan membentuk folikel berlapis yang disebut granulosa, yang
menjadi folikel primer multilaminar.
Folikel berpindah ke korteks ovarium yang lebih dalam dan suatu ruang yang
disebut antrum terbentuk saat granulosa menyekresikan liquor folliculi, folikel ini
disebut folikel antrum. Selama sel-sel granulosa membentuk antrum, terbentuk cumulus
oophorus yang mengelilingi oosit dan menonjol ke dalam antrum, dan corona radiata
yang menyertai oosit saat lepas dari ovarium, folikel ini disebut folikel de graaf. Setelah
ovulasi, granulosa dan theca interna membentuk kelenjar endokrin sementara yang
tervaskularisasi pada korteks ovarium yang disebut corpus luteum.

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah mikroskop. Bahan yang
digunakan untuk praktikum ini adalah preparat jaringan testis dan ovarium.

D. Cara Kerja
1. Siapkan mikroskop untuk pengamatan
2. Ambil dan amati preparat dibawah mikroskop mulai dari perbesaran paling
lemah hingga perbesaran paling kuat
3. Gambarlah hasil pengamatan jaringan yang telah dilakukan
4. Identifikasi dan buat keterangan bagian-bagian dari jaringan yang diamati

21
DAFTAR PUSTAKA

Mescher, A.L. 2002. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas Edisi 12. EGC. Jakarta.
Tortora, G.J dan B. Derrickson. 2016. Dasar Anatomi dan Fisiologi Vol.2. EGC.
Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai