Anda di halaman 1dari 89

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KABUPATEN/KOTA BELUM MAMPU MEMENUHI


ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN DARI TOTAL
APBD (KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH)

SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
MemenuhiSyarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi

Oleh
EFITA MALASARI BERUTU
1601103010015

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DANKEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SYIAHKUALA
FAKULTAS EKONOMI DANBISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
DARUSSALAM, BANDAACEH
Telepon/Fax: (0651) 7551265
Laman: www.feb.unsyiah.ac.id, Surel: fekon@feb.unsyiah.ac.id Kode Pos 23111

ProgramStudi : Akuntansi Darussalam, 18 Desember 2020


Jenjang : Strata 1 (S.1)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI


Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan Skripsi Saudara:
EFITA MALASARI BERUTU
NIM. 1601103010015
Dengan judul:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KABUPATEN/KOTA BELUM


MAMPU MEMENUHI ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN DARI TOTAL
APBD (KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH)

Yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. Nadirsyah, S.E., M.Si., Ak., CA Endang Surasetyo Ningsih, SE., M.Si
NIP. 196408081990031003 NIP. 197402032008122002

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Nasir, S.E., M.B.A


NIP. 196512021991031001

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DANKEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SYIAHKUALA
FAKULTAS EKONOMI DANBISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
DARUSSALAM, BANDAACEH
Telepon/Fax: (0651) 7551265
Laman: www.feb.unsyiah.ac.id, Surel: fekon@feb.unsyiah.ac.id Kode Pos 23111

ProgramStudi : Akuntansi Darussalam, 18 Desember 2020


Jenjang : Strata 1 (S.1)

LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI UJIAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan Skripsi Saudara:
EFITA MALASARI BERUTU
NIM. 1601103010015
Dengan judul:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KABUPATEN/KOTA BELUM MAMPU


MEMENUHI ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN DARI TOTAL APBD
(KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH)

Yang telah dipertahankan di depan Komisi Ujian pada tanggal 18 Desember 2020

Menyetujui,
Komisi Ujian
Ketua Sekretaris Anggota

Dr. Darwanis, SE., M.Si., Ak., CA Dr. Syukriy Abdullah, SE.,M.Si., Ak.,CA
NIP. 197006181995122001 NIP. 197006301995121001 Endang Surasetyo Ningsih, S.E.,
M.Si
NIP. 197402032008122002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. Mulia Saputra, S.E., Ak., M.Si., CA


NIP. 197312202000121002

iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DANKEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SYIAHKUALA
FAKULTAS EKONOMI DANBISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
DARUSSALAM, BANDAACEH
Telepon/Fax: (0651) 7551265
Laman: www.feb.unsyiah.ac.id, Surel: fekon@feb.unsyiah.ac.id Kode Pos 23111

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Efita Malasari Berutu
NPM : 1601103010015

Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa didalam Skripsi saya tidak terdapat bagian atau
satu kesatuan yang utuh dari skripsi, tesis, disertasi, buku atau bentuk lain yang saya kutip dari
orang lain tanpa saya sebutkan sumbernya yang dapat dipandang sebagai tindakan penjiplakan.
Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat reproduksi karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain yang dijadikan seolah-olah karya asli saya sendiri. Apabila ternyata
dalam skripsi saya terdapat bagian-bagian yang memenuhi unsur penjiplakan, maka saya
menyatakan kesediaan untuk dibatalkan sebahagian atau seluruh hak gelar kesarjanaan saya.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.

Darussalam, 18 Desember 2020


Saya yang membuat pernyataan,

(Efita Malasari Berutu)


NIM. 1601103010015

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri tauladan Nabi Muhammad

SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk kepada umat manusia

menuju kehidupan serta peradaban yang Islami dan berkeadilan. Semoga jalan yang

dirint is beliau tetap menjadi obor bagi perjalanan hidup manusia, sehingga ia

selamat dunia akhirat.

Skripsi dengan judul "Faktor-faktor yang mempengaruhi Kabaupten/kota

belum mampu memenuhi alokasi anggaran pendidikan dari total APBD

(Kabupaten/kota di Provinsi Aceh) " penulis hadirkan sebagai salah satu prasyarat

untuk menyelesaikan studi S1 dan mempero leh gelar Sarjana Ekono mi d i

Universitas Syiah Kuala. Dalam proses penulisan skripsi ini past inya ada

hambatan dan rintangan yang dialami oleh penulis, namun dengan adanya bantuan

moril maupun materil dari segenap pihak yang telah membantu memudahkan

lengkah penulis. Menyadari hal tersebut, maka penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah membantu penyelesaian

skripsi ini.

Sebagai bentuk penghargaan, penulis menuangkan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

v
1) Ayahanda dan Ibunda tercinta…..,yang telah membesarkanku penuh dengan

cinta dan pengorbanan, selalu memberikan segala yang terbaik untuk masa

depan penulis, motivasi, semangat, kasih sayang dan doa yang t iada hent inya

tercurahkan untuk penulis. Semoga penulis bisa membuat mereka bangga dan

menjadi kunci pintu surga untuk mereka, Aamiin Yaa Rabbal ‘Alaamiin.

2) Bapak Prof. Dr. M. Nasir Aziz SE., MBA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Bapak Dr. Abd. Jamal, SE., M.Si. selaku

Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Bapak

Dr. Ridwan Ibrahim, SE., MM. selaku Wakil Dekan 2 Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Syiah Kuala dan Bapak Murkhana, SE., MBA. selaku

Wakil Dekan 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala.

3) Bapak Dr. Mulia Saputra, SE., Ak., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universit as Syiah Kuala.

4) Bapak Dr. Nadirsyah, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekono mi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, dan Bapak Dr. Fazli

Syam BZ, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala.

5) Ibu Endang Suraset yo Ningsih, SE., M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan

memberikan pengarahan serta dorongan dan motivasi kepada penulis dengan

sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

vi
6) Bapak Dr. Fazli Syam BZ, S.E., M.Si., Ak., CA. selaku dosen wali yang tela h

memberikan nasihat dan selalu membantu penulis selama masa perkuliahan

dari awal studi sampai penlisan skripsi ini.

7) Ibu Rulfah M. Daud, S.E., M.Si., A.K., C.A. selaku Ketua Laboratorium

Program Studi Akuntansi yang telah memberikan motivasi dan membantu

penulis dalam proses pengajuan judul hingga persetujuan hasil seminar

proposal akripsi.

8) Ibu Darwanis, SE., M.Si., Ak., CA, Bapak Dr. Syukriy Abdullah, SE., M.Si.,

Ak., CA, dan Ibu Endang Suraset yo Ningsih, SE., M.Si., Ak selaku dosen

komisi ujian waktu sidang.

9) Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala yang

telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.

10) Seluruh staf akademik dan tata usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Syiah Kuala.

11) Seluruh staf jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Syiah Kuala.

12) Untuk ketiga kakak penulis Muriani berutu, Nurmala Dewi Berutu, dan

Irayati Berutu. Untuk abang penulis Ali Amran berutu dan untuk ketiga adik

penulis Mona Pertiwi Berutu, Jihadin Ahlunaza Berutu, Roment i Savira serta

untuk ketiga abang ipar (bang ujang, bang wandi, kaka pahendra), kakak ipar

(Kasidah Tumangger) telah memberikan dukungan dan masukan sehingga

menjadi mot ivasi penulis dalam menyelesaikan tulisan ini

vii
13) Untuk seluruh keponakan-keponakan yang sudah .mendoakan penulis

yang menjadi penyemangat.

14) Seluruh keluarga besar dan sanak famili yang telah membantu penulis

baik berupa materil maupun moril dari awal pendidikan sampai saat ini.

15) Untuk Arfini Lestari, Winnie Amalia Putri terimakasih sudah banyak

meluangkan waktu untuk berdiskusi demi mendapatkan solusi.

16) Untuk Dedi Juliadi teman baik penulis yang selalu memberi

mot ivasi sekaligus membantu dikala penulis malas menget ik.

17) Untuk Fardila, Shant y, Fara zahira, Nurul Azmi, Udin, Mandar, Andrean,

Febrian sudah meluangkan waktu disaat ngopi bareng, refreshing

bareng dan melawak bareng sehingga penulis terhibur.

18) Rekan-rekan seperjuangkan angkatan 2016 terkhusus untuk S1

Akuntansi yang telah membersamai selama masa studi penulis.

19) Semua keluarga, teman-teman, dan berbagai pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dengan

ikhlas dalam penyelesaian studi penulis.

Semoga Allah membalas semua kebaikan dan budi baik mereka

dengan balasan yang set impal. Penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penelit ian skripsi ini. Karenanya,

krit ik dan saran membangun sangat berarti bagi penulis ke depan.

Darussalam, 23 Desember 2020


Penulis,

Efita Malasari Berutu

viii
ABSTRAK

Tujuan Penelitian adalah untuk melihat pengaruh kapasitas fiskal, kinerja


pendapatan keuangan daerah, tingkat kemiskinan dan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) pada realisasi anggaran pendidikan. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh kabupaten maupun kota di Aceh, sampel dipilih secara probilit y
sampling. sample yang digunakan adalah seluruh kabupaten/kota yaitu 23
kabupaten/kota. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan mengumpulkan,
dokumentasi, data yang bersumber dari DJPK Kemenkeu RI. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 1) Kapasitas Fiskal tidak berpengaruh signifikan terhadap realisasi anggaran
pendidikan, 2) Kinerja keuangan pendapatan daerah berpengaruh signifikan
terhadap realisasi anggaran pendidikan, 3) tingkat kemiskinan tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap realisasi anggaran pendidikan, 4) Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap realisasi anggaran
pendidikan.

Kata Kunci: Realisasi anggaran pendidikan, Kapasitas Fiskal, kinerja keuangan


pendapatan daerah, tingkat kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

ix
ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the effect of organizational


culture, fraud risk assessment, and whistleblowing system on fraud prevention with
spiritual intelligence as a moderator. The population of this research were
employeesof manufacturing companies listed on the IDX, the sample was selected
using purposive sampling method. This study uses primary data of questioner which
was distributed at random to 330 respondents. The analysis technique used multiple
linear regression and moderat analyzing regression (MRA) using SPSS version
21.0. The result of study shows that 1) Organizational culture has a significant
positive effect on fraud preventin, 2) Fraud ris assessment has a significant positive
effect on fraud prevention, 3) Whistleblowing system has a significant positive effect
on fraud prevention, 4) Spiritual intelligence is not able moderate the relationship
between organizational culture and fraud prevention, and 5) Spiritual intelligence
is not able moderate the relationship between fraud risk assessment and fraud
prevention.

Keywords: Fraud prevention, organizational culture, fraud risk assessment,


whistleblowing system, spiritual intelligence

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.............................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI UJIAN………………………………. ii

LEMBAR PERNYATAAN………….............................................................. iii

KATA PENGANTAR……………….............................................................. iv

ABSTRAK…………………………….............................................................. v

ABSTRACT………………………….............................................................. vi

DAFTAR ISI..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .........................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Penelit ian ................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelit ian................................................................................ 9
1.4 Kegunaan Hasil Penelit ian................................................................. 10
1.4.1 Kegunaan Praktis ..................................................................... 10
1.4.2 Kegunaan Akademis ................................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS


……………………………………………………………………….......11

2.1 Kajian Pustaka ................................................................................... 11


2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) .................................................. 11
2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah .............................. 12
2.1.3 Alokasi Anggaran Pendidikan .................................................. 13
2.1.3.1 Realisasi Anggaran Pendidikan .................................... 13
2.1.4 Kapasitas Fiskal ....................................................................... 14
2.1.4.1 Peta Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten/Kota ............ 15

xi
2.1.4.2 Komponen Kapasitas Fiskal ......................................... 16
2.1.5 Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah ..................................... 17
2.1.5.1 Analisis Varians Pendapatan Daerah ........................... 17
2.1.6 Tingkat Kemiskinan ................................................................. 18
2.1.6.1 Kemiskinan Abso lut .................................................... 19
2.1.6.2 Kemiskinan Relat if ....................................................... 19
2.1.6.3 Kemiskinan Kultural .................................................... 20
2.1.6.4 Penyebab Kemiskinan .................................................. 21

2.1.7 Indeks Pembangun Manusia .................................................... 22


2.1.7.1 Indeks Harapan Hidup .................................................. 24
2.1.7.2 Indeks Pendidikan ........................................................ 24
2.1.7.3 Indeks Hidup Layak ..................................................... 25
2.2 Penelit ian Terdahulu ......................................................................... 26
2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29
2.3.1 Hubungan Kapasitas Fiskal Dengan Realisasi Anggaran
Pendidikan................................................................................. 29
2.3.2 Hubungan Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah Dengan
Realisasi Anggaran Pendidikan................................................. 31
2.3.3 Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Realisasi Anggaran
Pendidikan............................................................................... 31
2.3.4 Hubungan Indeks Pembangunan Manusia Dengan Realisasi
Anggaran Pendid ikan ................................................................ 33
2.4 Hipotesis ............................................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 35

3.1 Desain Penelit ian..............................................................................35


3.2 Populasi dan Sampel .........................................................................37
3.3 Sumber dan Teknik Pengambilan Data .............................................38
3.4 Defenisi Opersioal Variabel Penelit ian .............................................38
3.5 Metode Analisis dan Rancangan Uji Hipotesis.................................43
3.5.1 Metode Aalisis.........................................................................43
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ...................................................................43
3.5.3 Rancangan Uji Hipotesis.........................................................43

xii
3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R Square)………………44
3.5.3.2 Uji Pengaruh Simultan (F test)…………………........44
3.5.3.2 Uji Parsial (T test) …………………………………..44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……...…46

4.1 Gambaran Objek Penelit ian........................................................... 46


4.2 Hasil Penelit ian…... .........................................................................46
4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik...........................................................46
4.2.1.1 Hasil Uji Normalitas ………..…………………....…46
4.2.1.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ……………………….48
4.2.2 Hasil Uji Hipotesis ………………………………………….50
4.2.2.1 Hasil Uji Regresi Berganda ……………………...…50
4.3 Pembahasan ………………………………………………………...56
4.3.1 Pengaruh Kapasitas Fiskal terhadap Realisasi Anggaran
Pendidikan………………………………………………………….56
4.3.2 Pengaruh Kinerja Pendapatan Keuangan Daerah terhadap
Realisasi Anggaran Pendidikan…………………………………….58
4.3.3 Pengaruh Tingkat Kemiskinan terhdapa Realisasi Anggaran
Pendidikan…………………………………………………………..59
4.3.4 Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap
Realisasi Anggaran Pendidikan…………………………………….60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN….…………….…….......63

5.1 Kesimpulan…………………...........................................................63
5.2 Keterbatasan Penelitian....................................................................64
5.3 Saran………………………..………………………………………64

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..65

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi Anggaran Pendidikan 2015-2018 se-Provinsi Aceh .............. 4


Tabel 2.1 Indeks Kapasitas Fiskal Daerah............................................................14
Tabel 2.2 Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten/Kota ............................................15
Tabel 2.3 Nilai Maksimum dan Minimum Ko mponen IPM ................................24
Tabel 2.4 Penelit ian Terdahulu.............................................................................27
Tabel 3.1 Populasi Penelit ian ..............................................................................37
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ....................................................................41
Tabel 4.1 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test……………..47
Tabel 4.2 Uji Heteroskedastisitas-Uji Glejser…..……………………………….50
Tabel 4.3 Uji Kofisien Determinasi……………………………………………...51
Tabel 4.4 Uji Statistik Simultan (Uji F) ........………………………………...…52
Tabel 4.5 Uji Signifikan Parsial (Uji T)………………………………………....52

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ………………………………. 34


Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas-Grafik Plot……………………………48
Gambar 4.2Hasil Uji Heteroskedastisitas-Grafik Scatter Plot…………...49

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong memprihat inkan.

Human Development Report (HRD), United Nation Development Program (UNDP)

pada tahun 2019 melaporkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia mencapai

0.707, hal ini pertama kalinya naik peringkat sejak tahun 1990 hanya 0.525.

Namun, 17,4 persen dari IPM Indonesia hilang karena masalah ket impangan

seperti adanya inequality yang menjadi topik yang belum teratasi. Menurut Ekonom

UNDP Indonesia Rima Prama Artha menyebutkan bahwa “ada hal lebih besar yang

mungkin belum tercakup dalam indeks yaitu inequality”. Misalnya, partisipasi

pendidikan advance walaupun membaik tapi jumlahnya masih kurang dari 90

persen yaitu masih sekitar 60 persen disitu muncul inequality (www.ko mpas.com).

Sebagai salah satu provinsi di Indonesia, Aceh juga memiliki berbaga i

masalah menyangkut kualitas pendidikan. Aceh yang mendapat jatah dana

pembangunan Rp15,14 triliun pada 2018 yang disetujui o leh Mendagri, dan 30

persen dari jumlah tersebut harus dialokasikan untuk memajukan bidang

pendidikan, namun kualitas pendidikan di Aceh tergolong sangat renda h

dibandingkan dengan 34 provinsi lainnya yang ada di Indonesia. Misalnya

peringkat Aceh berada pada peringkat 27 dari 34 provinsi se-Indonesia. Menurut

Kakanwil Kemenag Aceh daud pakeh, yang dikutip dalam Serambinews.co m

1
2

Pada Rabu, 11 maret 2020 menyatakan bahwa hasil dari ujian ko mpetensi

guru yang dilakukan pihaknya, terungkap bahwa guru Aceh sangat lemah dalam

bidang akademik yang menyebabkan anak-anak didik kurang termotivasi untuk

belajar. Berdasarkan pernyataan diatas, jelas terlihat bahwa t ingkat dan

kualitas pendidikan di Aceh jauh tertinggal dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia (Majid, 2014).

Pendidikan merupakan faktor utama dalam mencapai kemakmuran suatu

negara, hal ini ditegaskan dalam pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

(UUD 1945) yang menyatakan bahwa set iap warga negara berhak mendapat

pendidikan. Sedangkan dalam ayat (4) berisikan tentang penugasan negara untuk

memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dar i

Anggaran Pendidikan dan Belanja Nasio nal (APBN) serta dari Anggaran

Pendidikan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasio nal. Dalam upaya meningkatkan aksebilit as dan

mutu pendidikan nasional, sejak beberapa tahun lalu pemerintah telah

mengucurkan bantuan dana pembangunan pendidikan dalam bentuk Dana Alokasi

Khusus (DAK) bidang pendidikan. Alokasi biaya pendidikan bertujuan

memberikan layanan dan kemudahan dan menjamin terselenggaranya pendidikan

yang bermutu. Pemerintah menetapkan 20 persen untuk pendidikan, agar setiap

warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan bertanggungjawab atas

pendidikan warga negaranya, sehingga warga setiap warga Negara dapat memiliki

kesempatan untuk mendapatkan pendidikan set inggi mungkin.


3

Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi

pembaharuan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasio nal yang

kemudian pendidikan nasio nal akan mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga Negara Indonesia semakin berkualitas, proaktif dan

mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Nandani dkk, 2018).

Dalam qanun No. 11 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan di Aceh.

Pendanaan pendidikan Aceh dan Kabupaten/kota berasal dari PAD, Dana

Perimbangan, TDBH Migas, Dana Otsus dan lain-lain pendapatan yang sah. Paling

kurang 30 persen dari pendapatan pemerintah di Aceh berasal dari TDBH migas

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan untuk membiayai pendidikan di

Aceh terutama untuk membiayai peningkatan sumber daya manusia Aceh.


4

Tabel 1.1
Realisasi Anggaran Pendidikan 2015-2018 se-Provinsi Aceh
KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018

Kab. Aceh Barat 11% 25% 0.23 22


Kab. Aceh Besar 10% 25% 22% 30
Kab. Aceh Selatan 4% 26% 26% 26
Kab. Aceh Singkil 8% 10% 21% 26
Kab. Aceh Tengah 9% 21% 23% 23
Kab. Aceh Tenggara 16% 4% 20% 23
Kab. Aceh Timur 8% 21% 23% 25
Kab. Aceh Utara 9% 25% 25% 29
Kab. Bireuen 12% 30% 30% 25
Kab. Pidie 16% 37% 24% 22
Kab. Simeulue 9% 21% 19% 20
Kota Banda Aceh 10% 32% 25% 25
Kota Sabang 15% 14% 19% 19
Kota Langsa 10% 13% 18% 21
Kota Lhokseumawe 11% 27% 25% 26
Kab. Gayo Lues 16% 16% 17% 16
Kab. Aceh Barat Daya 14% 21% 22% 22
Kab. Aceh Jaya 13% 19% 21% 21
Kab. Nagan Raya 23% 23% 25% 23
Kab. Aceh Tamiang 10% 23% 23% 25
Kab. Bener Meriah 6% 13% 19% 20
Kab. Pidie Jaya 11% 22% 20% 15
Kota Subulussalam 12% 15% 17% 20
Sumber: djpk kemenkeu

Berdasarakan tabel diatas menunjukkan besaran persentase realisasi

anggaran pendidikan set iap kabupaten/kota di provinsi Aceh. Merujuk dari tabe l

tersebut terdapat tiga kabupaten/kota tidak mencapai 20 persen anggaran

pendidikan yaitu kota Sabang tahun terakhir 19 persen, kabupaten Gayo Luwes

tahun terakhir 16 persen dan kabupaten Pidie Jaya 15 persen. Tentu saja ada
5

kendala-kendala mengapa dari tiga kabupaten/kota tersebut belum mampu

memenuhi alokasi anggaran pendidikan dari total APBD tersebut.

Menurut Indah dkk, (2017), karakterist ik daerah yang berbeda menyebabkan

prioritas penggunaan anggaran juga berbeda, termasuk adanya daerah yang tidak

membutuhkan alokasi mencapai 20 persen tersebut. Menurut Nurasa (2013)

karakterist ik daerah dijelaskan melalui struktur organisasi dan lingkungan eksternal

dijelaskan lebih lanjut melalui ukuran pemerintah daerah. Mulyani (2017)

mengemukakan bahwa apabila pemerintah daerah (provinsi) masih ketergantungan

terhadap pemerintah pusat, maka hal ini dapat menimbulkan dampak yang negat if

terhadap sistem pemerintah juga pelayanan terhadap masayarakat (penduduk)

tidak dapat berjalan dengan maksimal karena belanja aparaturnya belum dapat

dibiayai oleh dirinya sendiri oleh pemerintah daerah (provinsi). Fatmayant i (2017)

dan Abdullah (2019) menemukan bahwa kepatuhan Pemda dalam pengalokasian

belanja pendidikan t idak merata pada seluruh kabupaten dan kota di Aceh.

Anggaran pendidikan dapat digunakan sebagai proksi untuk alokasi pengeluaran

pemerintah dalam bidang pendidikan menunjukkan keberpihakan pemerintah daerah

dan legislat if daerah terhadap kepent ingan publik dan pembangunan yang

berkelanjutan di daerah (Abdullah, 2004:9). Faktor yang menjadi kendala

selanjutnya adalah perencanaan penganggaran yang sering memakan waktu yang

lama dan menyebabkan keterlambatan pada pengesahannya menjadikan target

realisasi anggaran tidak tercapai. Kebijakan yang diubah-ubah serta koordinasi


6

antar lembaga dan instansi yang kurang so lid juga memberikan dampak pada

realisasi anggaran. Sumber daya yang mengurus dan menangani proses

penganggaran juga hal yang menentukan tercapainya realisasi anggaran yang

ditetapkan (Abdullah, 2015). Kemandirian daerah menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan

retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah (Halim, 2007 dala m

Imawan, 2014).

Penelit ian ini merupakan replikasi penelit ian yang dilakukan oleh

Abdullah (2015) dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi anggaran

belanja pendidikan di provinsi Aceh” dalam penelit ian ini memiliki replikasi

yang berbeda, perbedaan kedua penelit ian ini terletak pada variabel independen

yang digunakan. Variabel independen yang digunakan dalam penelit ian

sebelumnya adalah (1) Perencanaan, (2) Peraturan, (3) Sumber Daya Manusia, (4)

Teknis, (5) Koordinasi, (6) Pengadaan barang dan jasa terhadap realisasi anggaran

pendidikan. Sedangkan variabel independen penulis yaitu (1) Kapasitas Fiskal, (2)

Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah, (3) Tingkat Kemiskinan, dan (4) Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) terhadap realisasi anggaran pendidikan. Penulis

tertarik menelit i karena variabel independen tersebut belum ada yang

menghubungkan pengaruhnya terhadap alokasi anggaran pendidikan.

Menurut Bawono, Kusumawat i, dan Purbasar (2017) kapasitas fiska l

berpengaruh terhadap alokasi anggaran pendidikan dengan demikian tingginya


7

kapasitas fiskal daerah justru membuat alokasi belanja wajib bidang pendidika n

semakin rendah. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang peta kapasitas

fiskal daerah pasal 1 ayat satu (1) Menyatakan bahwa kapasitas fiskal adalah

gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminka n

melalui penerimaan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (t idak

termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan

lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk

membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan

dengan jumlah penduduk miskin.

Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah berhubungan dengan anggaran

pendidikan (Assidiqi, 2014). Kinerja pendapatan bisa diukur karena anggaran

merupakan sebagai alat untuk mengukur kinerja dalam bentuk komit men dar i

eksekutif kepada pemberi wewenang (legislat ive) maka kinerja eksekut if dapat

dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan

anggaran ( Mahsun, 2006 ; Lampa dan Sabijo no, 2016).

Tingkat kemiskinan mempengaruhi anggaran pemerintah dalam bidang

pendidikan (wahyudi, 2011; Susilo, 2014 ; Adha, 2016). Investasi dalam sumber

daya manusia (human capital) terutama di bidang pendidikan dipercaya dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Pendidika n

menyediakan pengetahuan, keterampilan, nilai dan perilaku guna meningkatkan

kualitas hidup, produktivitas dan kesempatan kerja (Boex et al., 2006). Selain itu,

Boex et al. (2006: 16) berpendapat bahwa dengan melakukan investasi pada

pendidikan, selain akan meningkatkan potensi pendapatan individu, pendidikan


8

akan menjadikan seseorang untuk dapat berpartisipasi dalam pemerintahan baik d i

daerah maupun di t ingkat pusat, pendidikan akan memberikan keterampilan dan

pengetahuan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dan

menjadikan kehidupannya lebih produktif. Yao (2007:108) menyatakan bahwa

pendidikan terutama pendidikan dasar, telah terbukti berperan dalam pengurangan

kemiskinan. Bappenas 2004 bahwa ingkat kemiskinan adalah dimana kondis i

seseorang atau sekelo mpok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya

untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Menurut Lengkong, Rotinsulu dan Walewangko (2017) menyatakan

bahwa dengan adanya alokasi anggaran yang sudah tertata dalam APBN dan

merupaka urusan wajib daerah, pemerintah daerah perlu menjalankan fungsi kontrol

dan mengident ifikasi kebutuhan pent ing sepert i kebutuhan pendidikan di daerah,

untuk dapat melakukan pengalokasian anggaran yang tepat sasaran sehingga dapat

menunjukkan perkembangan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut

Ilhami (2014) terdapat hubungan posit if antara persentase kenaikan anggaran

pendidikan dengan persentase kenaikan Indeks Pembangunan Manusia.

Memperhat ikan latar belakang diatas penulis akan menelit i pengaruh dar i

kapasitas fiskal, kinerja keuangan pendapatan daerah, tingkat kemiskinan dan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) terhadap realisasi anggaran pendidikan, maka

penelit i tertarik untuk menelit i “Faktor- faktor yang mempengaruhi

kabupaten/kota belum mampu memenuhi alokasi anggaran pendidikan dari

total APBD di Provinsi Aceh”.


9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan

masalah dalam penelit ian ini adalah:

1. Apakah kapasitas fiskal berpengaruh terhadap realisasi anggaran

pendidikan di Provinsi Aceh.

2. Apakah kinerja keuangan pendapatan daerah berpengaruh terhadap

realisasi anggaran pendidikan di Provinsi Aceh.

3. Apakah tingkat kemiskinan berpengaruh terhadap realisasi anggaran

pendidikan di Provinsi Aceh.

4. Apakah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh terhadap

realisasi anggaran pendidikan di Provinsi Aceh.

1.3. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelit ian ini

adalah:

1. Untuk menguji pengaruh kapasitas fiscal terhadap realisasi anggaran

pendidikan di Provinsi Aceh.

2. Untuk menguji pengaruh kinerja keuangan pendapatan daerah terhadap

realisasi anggaran pendidikan di Provinsi Aceh.

3. Untuk menguji pengaruh tingkat kemiskinan terhadap realisasi anggaran

pendidikan di Provinsi Aceh.

4. Untuk menguji Indeks Pertumbuhan Manusia (IPM) terhadap realisasi

anggaran pendidikan di Provinsi Aceh.


10

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelit ian ini diharapkan dapat memberikan manfaat Antara lain:

1.4.1 Kegunaan Praktis (operasional)

a. Dari hasil penelit ian ini diharapkan skripsi ini bermanfaat terutama

dalam bidang pemerintah agar dapat menjadi masukan dan sebagai

bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam upaya peningkatan disektor

pendidikan.

b. Hasil penelit ian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi manajemen pemerintahan maupun pihak lan yang

membutuhkan.

1.4.2 Kegunaan Akademis

a. Kegunaan akademis penelit ian ini bagi penelit i dapat memperluas

pengetahuan serta pemahaman mengenai akuntasi sektor publik. Serta

bagi pihak lain dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan

pertimbangan untuk mengadakan penelit ian lebih lanjut.

b. Hasil penelit ian ini diharapkan dapat menjadi referensi guna perluasa n

wawasan dalam bidang akuntansi sektor publik, pembangunan daerah dan

peningkatan dalam hal pendidikan serta dapat dijadikan bahan

masukan, referensi untuk penelit in sejenis o leh penelit i selanjutnya


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Dalam teori keagenan menjelaskan tentang dua pelaku ekonomi yang

saling bertentangan yaitu principal dan agen. Hubungan keagenan merupakan

suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agen)

untuk melakukan suatu jasa atas nama principal serta memberi wewenang kepada

agen membuat keputusan yang terbaik bagi principal (Ichsan, 2013). Menurut Lane

(2000) mendefenisikan bahwa teori keagenan dapat diterapkan dalam organisasi

publik menyatakan bahwa negara modern didasarkan pada serangkaian hubunga n

principal-agen. Teori keagenan memandang bahwa pemerintah daerah sebaga i

agent bagi masyarakat (principle) akan bert indak dengan penuh kesadaran bag i

kepent ingan mereka sendiri serta memandang bahwa pemerintah daerah t idak

dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik- baiknya bagi kepent ingan

masyarakat.

Halim dan Abdullah (2006) menjelaskan dalam agency theory terdapat

dua pihak yang melakukan kesepakatan atau kontrak, yaitu pihak yang

memberikan kewenangan yang disebut principal dan pihak yang menerima

kewenangan yang disebut agent. Agency theory menyangkut hubungan

kontraktual antara dua pihak yaitu principal dan agent serta membahas tentang

hubungan keagenan dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan

pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melaukan pekerjaan.

11
12

Agency theory memandang bahwa agent tidak dapat dipercaya untuk bertindak

dengan sebaik-baiknya bagi kepent ingan principal (Tricker, 1984 dalam Puspitasari

2013).

2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBD merupakan rencana keuangan tahunan daerah yang disetujui o le h

DPR (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 but ir 8 Tentang Keuangan Negara). APBD

mencatat semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah serta dikelo la.

Penerimaan dan pengeluaran tersebut merupakan dalam rangka pelaksanaa n

tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan

dengan pelaksanaan dekosentrasi atau tugas-tugas pembantuan tidak dicatat dala m

APBD.

APBD merupakan dasar pengelo laan keuangan daerah dalam satu tahun

anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan

semua belanja daerah dalam rangka pelaksaan desentralisasi serta pemungutan

seua penerimaan daerah bertujuan untuk memenuhi target untuk memenuhi target

yang ditetapkan dalam APBD. Juga seluruh pengeluaran daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan ssasaran yang ditentukan

dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelo laan keuangan daerah,

maka APBD dasar untuk kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasa n

keuangan daerah (Nugroho, 2012).

APBD disusun dengan pendekatan kinerja yait u suatu sistem anggaran

yang mengutamakan uapaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan

alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan
13

dalam APBD merupakan perkiraan yang telah terukur secara rasional yang dapat

tercapai untuk setiap sumber pandapatan. Pendapatan dapat direalisasika n

melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan belanja,

jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis

belanja. Realisasi belanja t idak boleh melebihi jumalah anggaran belanja yang

dientukan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepast ian

tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang

melakukan t indakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila t idak

tersedianya anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut (Pusdiklat BPKP,

2007: Nugroho,2012).

2.1.3 Alokasi Anggaran Pendidikan

Anggaran pendidikan merupakan sejumlah dana yang dialokasikan oleh

pemerintah dari APBN atau APBD untuk program-program kerja pemerintah

yang ditujukan khusus untuk meningkatkan mutu pendidikan dan dikelo la oleh

fungsi lembaga dinas pendidikan pemerintah daerah (Arifah, 2011).

2.1.3.1 Realisasi Anggaran Pendidikan

Realisasi anggaran pendidikan adalah sejumlah upaya mengelo la dan

mendistribusikan anggaran pendidikan oleh perintah dalam hal ini dinas

pendidikan, selaku pengelo la keuangan negara kepada masyarakat. Realisasi

anggaran tersebut tersalurkan melalui sejumlah realisasi program-program kerja

yang menyentuh kepent ingan masyarakat terkait pendidikan (Arifah, 2011).


14

2.1.4 Kapasitas Fiskal

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia pasal 1

kapasitas fiskal adalah kemampuan masing-masing daerah yang dicerminkan

melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya

sudah ditentukan dan belanja tertentu. Peta kapasitas fiskal adalah gambaran

kemampuan keuangan daerah yang dikelo mpokkan berdasarkan indeks kapasitas

fiskal daerah. APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan yang

dibahas yang disetujui bersama o leh pemerintahan daerah dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Berdasarkan Indeks Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten/Kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), daerah kabupaten/kota dikelo mpokkan

dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut.

Tabel 2.1
Indeks Kapasitas Fiskal Daerah
Rentang IKFD Kategori Kapasitas Fiskal Daerah
IKFD0<509 sangat rendah
0,509 ≤IKFD <0,720 Rendah
0,720≤ IKFD <1,089 Sedang
1,089≤ IKFD< 1,959 Tinggi
IKFD ≥1,959 Sangat tinggi
Sumber :data diolah
15

2.1.4.1 Peta Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten/Kota

Peta dibawah ini menunjukkan besaran kapasitas Fiskal seluruh

kabupaten/kota di Provinsi Aceh dengan bessaran Indeks Kapasitas Fiskal Daerah

(KFD).

Tabel 2.2
Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten/Kota
No Nama Daerah Indeks Kategori KFD
KFD
1 Kab. Aceh Barat 0,553 Rendah
2 Kab. Aceh Besar 0,218 Sangat Rendah
3 Kab.Aceh Selatan 0,509 Rendah
4 Kab.Aceh Singkil 0,343 Sangat Rendah
5 Kab. Aceh Tengah 0,381 Sangat Rendah
6 Kab. Aceh Tenggara 0,222 Sangat Rendah
7 Kab. Aceh Timur 0,568 Rendah
8 Kab. Aceh Utara 0,770 Sedang
9 Kab. Bireuen 0,622 Rendah
10 Kab. Pidie 0,713 Rendah
11 Kab.Simuelue 0,322 Sangat Rendah
12 Kota Banda Aceh 0,751 Sedang
13 Kota Sabang 0,201 Sangat Rendah
14 Kota Langsa 0,429 Sangat Rendah
15 Kota Lhoksumawe 0,406 Sangat Rendah
16 Kab. Gayo Luwes 0,481 Sangat Rendah
17 Kab. Aceh Barat Daya 0,347 Sangat Rendah
18 Kab. Aceh Jaya 0,248 Sangat Rendah
19 Kab. Nagan Raya 0,569 Rendah
20 Kab. Aceh Tamiyang 0,688 Rendah
21 Kab. Bener Meriah 0,182 Sangat Rendah
22 Kab. Pidie Jaya 0,375 Sangat Rendah
23 Kota Subulussalam 0,381 Sangat Rendah
Sumber: Data diolah, 2020
16

2.1.4.2 Komponen Kapasitas Fiskal

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang “perimbangan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah”, PAD adalah pendapatan yang diperoleh

dan di pungut oleh daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelo laan

kekayaan daerah yang dipisahkan d an lain-lain PAD yang sah yang tertuang dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang “pemerintah daerah” . untuk

meningkatkan pendapatan daerah, daerah dapat melakukan peningkatan sarana dan

prasarana yang lebih baik dalam publik sektor dalam meningkatan produktivitas

masyarakat sehingga hal tersebut dapat menarik investor untuk menanamkan modal

(Mujiati, 2014: Bawono, Kusumawati dan Purbasari, 2017)

Belanja Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 belanja daerah merupakan semua

kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam

periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah diprioritaskan untuk

melindungi masyarakat menjaga persatuan., kesatuan dan kerukunan nasional serta

keutuhan NKRI, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, mengebangkan

kehidupan demokrasi, mewujudkan keadilan dan pemerataan, meningkatkan

pelayanan dasar pendidikan, menyediakan sistem jaminan sosial, menyusun

perencanaan dan tata ruang daerah, mengembangkan sumber daya produktif daerah,

melestarikan lingkungan hidup, mengelola administrasi kependudukan,


17

melestarikan nilai nilai sosial budaya, membentuk dan menerapkan peraturan

perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya, dan kewajiban lain yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan.

2.1.5 Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah

Berdasarkan realisasi anggaran dapat dilakukan analisis pendapatan daerah

dengan cara:

2.1.5.1 Analisi Varians Pendapatan Daerah

Analisis Varians Pendapatan Daerah dilakukan dengan cara menghitung

selisih Antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Jika terdapat selisih

lebih (realisasi pendapatan melebihi jumlah yang di anggarkan) maka dapat

dikatakan mempunyai kinerja keuangan pendapatan yang baik, sedangkan jika

ternyata terdapat selisih kurang (realisasi pendapatan kurang dari jumlah yang

dianggarkan) maka kinerja keuangan pendapatan daerah dinilai kurang baik

(Mahmudi, 2010: Assidiqi, 2016).

Analisis varian = x 100% …………..……(1)


18

2.1.6 Tingkat Kemiskinan

Suparlan (2000) dalam Pratama (2014) mendefenisikan bahwa kemiskinan

adalah keadaan serba kekurangan harta dan benda yang diderita oleh seseorang atau

sekelo mpok orang hidup dalam lingkungan serba miskin atau kekurangan modal,

baik dalam pengert ian uang, pengetahuan, kekuatan sosial, polit ik, hukum maupun

akses terhadap fasilitas pelayanan umum, kesempatan berusaha dan bekerja. Lebih

jauh lagi kemiskinan suatu kondisi dimana orang atau kelo mpok orang tidak

mempunyai kemampuan, kebebasan, asset dan aksebilitas untuk kebutuhan

mereka diwaktu yang akan datang, serta sangat rentan (vulnerable) terhadap resiko

dan tekanan yang disebabkan oleh penyakit dan peningkatan secara tiba-t iba

atas harga-harga bahan makanan dan uang sekolah (UNCHS, 1996: Pandji-

Indra,2001: Pratama, 2012).

Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber

daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

kesejahteraan sekelo mpok orang. Bappenas (2004) dalam Usmaliadant i (2011),

mendefenisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelo mpok orang,

laki- laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Kemiskinan menurut PBB didefenisiskan sebagai kondisi dimana seseorang

tidak dapat menikmat i segala macam plihan dan kesempatan dalam pemenuhan

kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup,

kebebasan, harga diri dan rasa dihormat i seperti orang lain. Terdapat beberapa
19

tipe kemiskinan, Sumodiningrat (1999) dalam Pratama (2012) yaitu: kemiskinan

abso lut, kemiskinan relat if, dan kemiskinan struktural.

2.1.6.1 Kemiskinan Absolut

Yaitu pendapatan dibawah garis kemiskinan dan tidak dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya. Hal ini juga ditelit i oleh (Nurkse, 1953: Kuncoro, 1997:

Usmaliadant i, 2011) menemukan bahwa go longan miskin abso lut apabila

pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan dan t idak cukup untuk

menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk

menentukan tingkat pendapatan minuman yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan

hidup.

Kemiskinan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menetukan

komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya

dipengaruhi o leh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu

negara, dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Namun, untuk dapat hidup layak

seseorang membutukan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

fisiknya.

2.1.6.2 Kemiskinan Relatif

Yaitu kemiskinan diatas garis kemiskinan berdasarkan pada jarak antara

miskin dan non-miskin dalam suatu komunitas. Hal ini juga di telit i o leh (Nurkse,
20

1953; Kuncoro, 1997; Usmaliadant i, 2011) menemukan bahwa seseorang

termasuk golongan miskin relat if apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar

hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan

masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini garis kemiskinan akan mengalami

perubahan bila t ingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan

ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karenanya, kemiskinan dapat

dari aspek ketimpangan sosial yang berart i semakin besar ketimpangan antara

tingkat penghidupan golongan atas dan go longan bawah, maka akan semakin

besar jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.

2.1.6.3 Kemiskinan Kultural

Kemiskinan ini terjadi saat orang atau kelo mpok masyarakat enggan untuk

memperbaiki kondisi kehidupannya sampai ada bantuan untuk mendorong mereka

keluar dari konsisi tersebut. Hal ini juga di telit i oleh (Nurkse, 1953; Kuncoro,

1997; Usmaliadant i, 2011) menemukan bahwa seseoarang termasuk golongan

miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak

mau berusaha memperbaiki t ingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak

lain yang membantunya atau dengan kata lain seseoarang tersebut miskin karena

sikapnya sendiri pemalas dan t idak mau memperbaiki kondisinya.

Indikator kemiskinan merupakan ukuran dimana suatu penduduk

dikatakan miskin atau tidak, indikator ini salah satunya dapat diukur dengan

penentuan garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan sebuah ukuran yang

menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum

makanan dan kebutuhan non-makanan, atau standar yang menyatakan batas


21

seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut konsumsi. Garis kemiskin

setiap negara berbeda-beda, sehingga tidak ada satu garis kemiskinan yang

berlaku umum. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar

kebutuha hidup.

Menurut Badan Pusat Statist ik 2015, persentase penduduk miskin maret

2015 mencapai 11,22 persen. Pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin

(penduduk dengan pengeluaran per kapita perbulan dibawah garis kemiskinan) d i

Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta

orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta

orang (10,96 persen).

2.1.6.4 Penyebab Kemiskinan

Sharp (Mudrajad, 1997; Usmaliadant i, 2011) menyebutkan

bahwapenyabab kemiskinan dipandang dari sisi ekonom. Kemiskinan muncul

karena adanya ketidaksamaan po la kepemilikan sumber daya yang

menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Kemiskinan muncul akibat

perbedaan dalam kulaitas sumberdaya manusia.

Penyebab kemiskinan diatas berakibat pada munculnya teori lingkaran

setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Yang dimaksud lingkaran

kemiskinan adalah suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi keadaan

dimana suatu negara akan tetap miskin dan akan banyak mengalami kesukaran

untuk mencapai t ingkat pembangunan yang lebih baik. Adanya

keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan

rendahnya produktivitas, seterusnya mengakibatkan rendahnya pendapatan


22

yang mereka terima dan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan

investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya

logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse (Hutagalung, 1964;

Uamalidant i, 2011).

2.1.6 Indeks Pembangunan Manusia

Usmaliadant i (2011), IPM merupakan indikator untuk mengukur kualitas

derajat perkembangan manusia dari hasil pembangunan ekonomi. UNDP 1990

memperkenalkan IPM yang menggunakan ukuran sosial-ekono mi lebih

komprehensif daripada GNP serta dapat membandingkan negara dengan cara

berbeda. IPM diperhitungkan melalui indikator pembangunan manusia yang

bertujuan untuk:

1. Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan

manusia dan perluasan kebebasan memilih.

2. Memanfaatkan sejumlah indikator untu k menjaga ukuran tersebut

sederhana.

3. Membentuk satu indeks komposit daripada menggunakan sejumlah indeks

dasar.

4. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

IPM terdapat tiga komposisi indikator untuk mengukur besar indeks

pemabangunan manusia dalam suatu negara yaitu:

1. Tingkat kesehatan diukur harapan hidup saat lahir (tingkat kemat ian bayi).
23

2. Tingkat kemat ian diukur dengan jumlah penduduk yang melek huruf atau

tingkat pendidikan yang telah dicapai atau lamanya pendidikan sorang

penduduk.

3. Standar kehidupan diukur dengan t ingkat pengeluaran perkapita pertahun.

Rumus IPM yaitu:

IPM= 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks

X3)………………………..........................................................................(2)

Dimana:

X1 = Indeks Harapan Hidup

X2 = Indeks Pendidikan

X3 = Indeks Standar Hidup Layak

Namun masing-masing komponen tersebut terelbih dahulu dihitung

indeksnya. Untuk memudahkan dalam analisa maka indeks ini dikalikan

100. Berikut teknik penyusunan indeks beserta rumusnya.

IPM= = …………………………………...…….(3)
Dimana:

Ii = Indeks Ko mponen IPM ke I dimana I = 1,2,3

Xi = Nilai indicator komponen IPM ke i

Max Xi= Nilai Maksimum

Min Xi= Nilai Minimum


24

Tabel 2.3
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
Indikator Komponen IPM Nilai Minimum Nilai Maksimum
Angka Harapan Hidup (e0) 25,0 85,0
Angka Melek Huruf 0 100
Rata-rata Lama Sekolah 0 15
Purchasing Power Parity (PPP) 360,000 15737,720
Sumber: bps bappenas undp 2004

2.1.6.1 Indeks Harapan Hidup

Indeks harapan hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan

dapat dinikmat i penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi

mengenai suatu angka kelahiran dan kemat ian pertahun diharapkan akan

mencerminkan rata- rata lama hidup sekaligus hidup sehat pada masyarakat

(Franciari, 2012).

2.1.6.2 Indeks Pendidikan

UNDP dalam Franciari (2012), Perhitungan indeks pendidikan (IP)

terdapat dua indicator yaitu angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah

(MYS). Angka melek huruf merupakan kemampuan membaca dan menulis dan

rata- rata lama seko lah dilihat dari angka rata-rata masa sekolah. Kemudian kedua

nila ini disatukan untuk mendapatkan indeks pendidikan dengan perbandingan

bobot 2 untuk Lit dan 1 untuk MYS, sesuai ketentuan UNDP. Rumus menghitung

indeks pendidikan digunakan rumus:

IP = Indeks Lit + Indeks MYS


…………………………………………………………………………………………...(4)
25

2.1.6.3 Indeks Hidup Layak

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak UNDP menggunakan

Indikator real per kapita GDP adjustied. Pengukuran daya beli penduduk antar

provinsi atau kabupaten/kota di Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata

konsumsi 27 komodit i terpilih dari survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS)

yang dianggap paling dominan dikonsumsi o leh masyarakat Indonesia dan telah

distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan

dengan indeks PPP dengan tahunan sebagai berikut

(berdasarkan ketentuan UNDP):

a. Menghitung rata-rata pengeluaran konsumi perkapita untuk 27 komodit i

dari SESENAS Kor yang telah disesuaikan (=A).

b. Menghitung nilai pengeluaran riil (-B) yaitu dengan membagi rata-rata

pengeluaran (A) dengan IHK tahun yang bersangkutan.

c. (=PPP) atau daya beli per unit adalah indicator yang dipero leh dapat menjamin

keterbandingan antar daerah dan diperlukan indeks “kemahalan”.

Rumus untuk menghitung PPP/unit yaitu:

PPP/unit = Ri =
……………………………………………………………………………………...……...(5)

Dimana :

E (i,j) = Pengeluaran untuk komodit i di kabupaten/Kota i

P(i,j) = Harga komodit i j di kabupaten/kota i

Q(I,j) = Jumlah ko modit i j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten/kota i


26

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelit ian terdahulu yang menelit i mengenai realisasi anggaran pendidikan

yang ditelit i oleh Ruwaida, Darwanis dan dan Syukri Abdullah (2015)

menemukan bahwa baik secara simultan maupun parsial adanya perencanaan,

peraturan, sumber daya manusia, teknis koordinasi, dan pengadaan barang dan

jasa berpengaruh terhadap realisasi anggaran belanja pendidikan di Aceh.

Penelit ian Syukri Abdullah, Mulia Saputra, Dara Fazella, Hasnawat i dan Aulia

Afridzal (2019) menemukan bahwa kemandirian keuangan daerah, sisa anggaran

tahun sebelumnya berpengaruh negat if terhadap kinerja anggaran pendidikan

sedangkan dua variabel lainnya t idak berpengaruh.

Muliza (2017) dalam penelit iannya juga menemukan bahwa variabel

pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan tidak

berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Ejiogu,

Uche, Okezie A. lhugba dan Nwosu (2013) menemukan bahwa pengeluaran

untuk pendidikan berhubungan posit if dengan PDB (Produk Domest ik Bruto)

sementara pembentukan modal tetap bruto berhubungan negat if dengan PDB.

Omo jimite, Ben U (2010) menemukan bahwa kointegrasi antar pengeluaran

publik untuk pendidikan, pendaftaran seko lah dasar dan pertumbuhan ekonomi

hasil mengungkapkan bahwa pengeluaran untuk pendidikan granger

menyebabkan pertumbuhan ekonomi tetapi sebaliknya tidak demikian. Untuk

memperjelas penelit ian sebelumnya ditampilkan matriks penelit ian dalam tabel

2.3.
27

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel Metode
No dan Hasil Penelitian
Persamaan dan
Penelitian Penelitian Perbedaan
tahun
1 Ruwaida, Variabel Untuk Hasil penelitian secara Persamaan:
Dar iwan Independen menganalisis simultan menunjukkan bahwa Metode
nis, (1) perencanaan data perencanaan, peraturan, menggunakan
Syukri (2) peraturan (3) digunakan sumber daya manusia, teknis, kuantitatif,
y SDM, (4) teknis metode koordinasi dan pengadaan menggunakan
Abdull (5) koordinasi kualitatif dan barang dan jasa berpengaruh variael y yang
ah dan (6) metode terhadap realisasi anggaran sama
2015 pengadaan kuantitatif. belanja pendidikan di Provinsi
barang dan jasa Aceh, sedangkan secara Perbedaan:
parsial perencanaan, Menggunakan
Variabel peraturan, sumber daya metode
Dependen manusia, teknis, koordinasi kualitatif, dan
realisasi dan pengadaan barang dan variabel x yang
anggaran jasa juga berpengaruh berbeda
terhadap realisasi anggaran
belanja
belanja pendidikan di Provinsi
Pendidikan Aceh.
28

Tabel 2.3 - Lanjutan


2 Ejiogu, Uche, pengeluaran menggunakan Hasil penelitian menunjukkan Perbedaan:
Okezie A. Pemerintah data time bahwa Pengeluaran untuk Metode yg
Lhugba, and untuk series pendidikan berhubungan berbeda pada
CChinedu pendidikan positif dengan PDB (Produk penelitian
Chinedu dan Domestik Bruto) sementara terdahulu
Nwosu (2013) pertumbuhan
ekonomi dari pembentukan modal tetap Menggunakan
1981-2011 Bruto berhubungan negatif Data time
dengan PDB. Dengan kata series
lain, PDB tahun sebelumnya
cenderung meningkatkan
Pengeluaran untuk pendidikan Persamaan:
pada tahun berjalan dan tahun Melihat
sebelumn ya Pembentukan penegeluaran
modal tetap bruto pemerintah
berhubungan negatif dengan untuk sektor
pengeluaran Pendidikan pada pendidikan
tahun berjalan dengan
koefisien tidak signifikan
secara statistik. Istilah koreksi
kesalahan memiliki tanda
negatif yang diharapkan dan
menunjukkan bahwa 140%
dari pergeseran dari nilai
ekuilibrium jangka panjang
akan dipulihkan dalam waktu
satu tahun dan koefisiennya
sama- sama signifikan secara
statistik. Hasil kausalitas
granger menunjukkan bahwa
granger Produk Domestik
Bruto menyebabkan
Pengeluaran untuk pendidikan
tanpa kausalitas cadangan dari
pengeluaran Pendidikan ke
Produk Domestik Bruto. F-
statistik signifikan pada
tingkat 0,05 persen dan
hipotesis nol tanpa kausalitas
berjalan dari PDB ke
pengeluaran Pendidikan
ditolak.

3 Muliza Variabel Metode Hasil Penelitian Menunjukan Persamaan:


Jurnal Independen Analisis Yang Bahwa Variabel Pengeluaran Menganalisis
Perspektif (Belanja Digunakan Pemerintah Di Sektor Belanja
Ekonomi Pemerintah Dalam Pendidikan Dan Kesehatan Pemerintah
Darussalam, Sektor Penelitian Ini Tidak Berpengaruh Signifikan Sektor
T. Zulham, Kesehatan Adalah Terhadap Indeks Pendidikan,
Chenny Pendidikan, Analisis Pembangunan Manusia, Hal Dan metode
Seftarita Tingkat Regresi Data Ini Terjadi Karena yg
(2017) Kemiskinan Panel Dengan Pemerintah Kabupaten/Kota
Produk Estimasi Masih Lebih Dominan Perbedaan:
Regional Parameter Mengalokasikan Belanjanya Menggunakan
(Pdrb) Model Yang Pada Jenis Belanja Yang Variabel y
Menggunakan Secara Tidak Lansung Berbeda yaitu
Variabel Random Memberikan Pengaruh Variabel y IPM
Dependen Model (Rem) Terhadap Ipm. Pada penelitian
Indeks terdahulu
Pembangunan
Manusia
(Ipm)
29

Tabel 2.3 - Lanjutan


4 Syukriy Variabel Metode Hasil penelitian Persamaan:
Abdullah Independen Regresi Linier menunjukkan Metode yg
Mulia Saputra Kemandirian Berganda bahwa Kemandirian sama
Dara Fazella Keuangan Keuangan Daerah, Melihat sejauh
Hasnawati Daerah, Sisa Sisa Anggaran Mana
Aulia Afridzal Anggaran Tahun Sebelumnya Perkembangan
(2019) Tahun
berpengaruh negatif di
Sebelumnya
terhadap Kinerja Sektor
Variabel Anggaran Pendidikan
Dependen Pendidikan,
Kinerja Perbedaan:
Anggaran sedangkan dua
Pendidikan variabel lainnya Variabel y pada
tidak berpengaruh penelitian ter
Penelitian
terdahulu
Terdahulu
melihat kinerja
pendidikan
5 Omojimite, Pertumbuhan Regresi Linear Hasilnya menujukkan Persamaan:
Ben U ekonomi bahwa ada Melihat kinerja
(2010) mempengaruhi Berganda kointegrasi Antara pendidikan
pengeluaran berganda pengeluaran public
pemerintah Sama melihat
untuk pendidikan, pengeluaran
untuk
sector pendaftran sekolah sektor
pendidikan dasar dan pemerintahidang
pertumbuhan pendidikan, dan
ekonomi. Tes menggunakan
pmengungkapkan regresi linear
bahwa pengeluaran berganda
public untuk
pendidikan Granger Perbedaan:
menyebabkan Variabel x nya
pertumbuhan Lebih melihat ke
ekonomi tetapi pertumbuhan
sebalikn ya tidak ekonomi
demikian. Lebih melihat ke
pertumbuhan
ekonomi
Sumber: Data diolah, 2020

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Hubungan Kapasitas Fiskal dengan Realisasi Anggaran Pendidikan

Pemerintah dan DPR dalam penaganan pendidikan termaktub dala m

amandemen ke 4 UUD 1945, pasal 31 ayat 4 yang memberikan mandate kepada

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan nasio nal. Salah satu

implementasinya adalah amanat kepada pemerintah baik pusat maupun daerah

untuk mengalokasikan minimal 20 persen APBN maupun APBD untuk memenuhi


30

kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasio nal. Menurut Mahkamah Konst itusi

dalam ko mponen tersebut termasuk gaji pendidik. Saat ini pengalokasian belanja

pendidikan hanyalah berdasarkan RPJMD masing-masing kabupaten/kota, karena

muncul persoalan dalam pengalokasian belanja pendidikan di Indonesia tidak

adanya dasar bagi kabupaten/kota dalam mengalokasikan belanja ke urusan

pendidikan.

Ket idaksamaan kapasitas fiskal t iap daerah menyebabkan DAU yang diterima

daerah juga t idak sama, hal ini karena ada beberapa pertimbangan sepert i banyaknya

tingkat kemiskinan, sedikit nya sumber daya alam yang dimiliki daerah, luas

wilayah yang dimiliki dan lain sebagainya. Ketimpangan daerah terjadi karena

adanya variasi sumber daya yang dimiliki, luasnya daerah dan dianggap sebaga i

daerah yang miskin yang menyebabkan PAD dan PDRB yang rendah (Sriningsih,

sit i, dan yasin, 2009; Bawono, Kusumawat i dan Purbasari, 2017). Dengan

melihat kondisi seperti itu pemerintah membuat pertimbangan denga n

pengalokasian dana perimbangan dalam bentuk DAU, dimana DAU yang

dialokasikan ke daerah-daerah berbeda-beda tergantung dari kapasitas fiska l

(PAD dan PDRB) dan kebutuhan fiskal (jumlah penduduk, luas wilayah dan

sebagainya).

Berdasarkan penelit ian Bawono, Kusumawati dan Purbasar, (2017) menemukan

bahwa semakin t inggi indeks kapasitas fiskal daerah justru membuat alokasi belanja

wajib bidang pendidikan semakin rendah, sebagaimana diketahui, kapasitas fiskal

daerah ditunjukkan dari total penerimaan umum APBD (tidak termasuk DAK, dana

darurat, dana pinjaman lama dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi
31

untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintah setelah

dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin.

2.3.2 Hubungan Kinerja Keuangan pendapatan Daerah dengan

Realisasi Anggaran Pendidikan

Pengukuran kinerja keuangan sangat penting untuk menilai akuntabilitas

pemerintah daerah dalam melakukan pengelo laan keuangan daerah. Akuntabilitas

bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan,

akan tetapi meliput i kemampuan yang menunjukkan bahwa uang publik tersebut

telah dibelanjakan secara efisien, efekt if, dan ekonomis (Mardiasmo, 2004:182).

Jika terdapat selisih lebih (realisasi pendapatan melebihi jumlah yang di

anggarkan) maka dapat dikatakan mempunyai kinerja keuangan pendapatan yang

baik, sedangkan jika ternyata terdapat selisih kurang (realisasi pendapatan kurang

dari jumlah yang dianggarkan) maka kinerja keuangan pendapatan daerah dinilai

kurang baik (Mahmudi, 2010; Assidiqi, 2016).

2.3.3 Hubungan Tingkat Kemiskinan dengan Realisasi Anggaran

Pendidikan

Dikut ip dari tirto.id (2018) bahwa menteri keuangan mengingatkan

penambahan alokasi anggaran untuk menurunkan kemiskinan harus mengikut i

kapasitas pengelo laan pemerintah daerah. Kementrian Keuangan terus

memperkuat alokasi anggaran untuk penanggulanagn kemiskinan dan

kesenjangan pada masyarakat berpendapatan rendah, melalui berbagai


32

program meliputi Program Keluarga Harapan (PKH), Program Indonesia Pintar,

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), bantuan pangan, bidikmisi dan dana desa.

Terbitnya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional telah berdampak besar bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Selain sebagai dasar bagi reformasi dunia pendidikan, dengan undang-

undang ini pemerintah sudah harus mengalokasikan anggaran di bidang

pendidikan minimal 20 persen dari total APBN dan APBD. Hal ini menjadi

pent ing karena investasi dalam sumber daya manusia (human capital) terutama

bidang pendidikan dipercaya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

mengurangi kemiskinan. Yao (2007:108) menyatakan bahwa pendidikan terutama

pendidikan dasar, telah terbukt i berperan dalam pengurangan kemiskinan.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia akan meningkatkan produktivitas,

memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pertumbuhan, dan menambah

pendapatan bagi masyarakat miskin. Penelit ian yang dilakukan oleh Wahyudi

(2011) menemukan adanya hubungan negat if antara belanja pendidikan dengan

tingkat kemiskinan yang menunjukkan bahwa kenaikan belanja pendidikan akan

menurunkan indeks kemiskinan. Demikian juga dengan penelit ian yang dilakukan

oleh Susilo (2014) menemukan bahwa belanja pendidikan berpengaruh negat if

dan signifikan terhadap indeks kemiskinan (Adha, 2016).

Berdasarkan penelit ian Adha (2016) bahwa belanja daerah urusan

pendidikan berpengaruh negat ive dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini

menunjukkan bahwakenaikan aggaran belanja pendidikan yang dialokasikan ole h

pemerintah kabupaten/kota akan menurunkan persentase tingkat kemiskinan.


33

2.3.4 Hubungan Indeks Pembangunan Manusia dengan Realisasi Anggaran

Pendidikan

Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan membutuhkan manusia yang

berkualitas sebagai modal dasar bagi pembangunan. Manusia dalam perannya

subjek dan objek pembangunan yang berart i manusia selain sebagai pelaku dari

pembangunan juga merupakan sasaran pembangunan. Dalam hal ini dibutuhkan

berbagai saran dan prasarana untuk mendorong peran manusia dalam

pembangunan. Laisina, Masinambow dan Rompas (2015) mengemukakan bahwa

ada pengaruh posit if antara pengeluaran pemerint ah dibidang pendidikan dengan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Ilhami (2014) dalam penelit iannya menemukan bahwa ada hubungan

linear posit if antara persentase kenaikan anggaran pendidikan per kapita usia

sekolah dan persentase kenaikan IPM. Artinya, semakin besar persentase kenaikan

anggaran pendidikan, semakin tinggi persentase kenaikan IPM. Kenaikan

anggaran pendidikan yang besar tidak sebanding dengan kenaikan IPM. Hal ini

karena IPM DKI Jakarta sudah cukup tinggi. Sedangkan kenaikan anggaran

pendidikan yang tidak terlalu t inggi di NTB, tetapi IPM mengalami kenaikan yang

sangat tinggi.
34

Kapasitas Fiskal

Kinerja Pendapatan
Keuangan Daerah
Realisasi Anggaran
Pendidikan
Tingkat Kemiskinan

IPM

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis

Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan

penulis dari penelit ian ini adalah:

H1: Kapasitas Fiskal, Kinerja Keungan Daerah, Tingkat kimiskinan dan Indeks

Pembangunan Manusia berpengaruh terhadap Realisasi Anggaran

Pendidikan.

H2: Kapasitas Fiskal berpengaruh terhadap Realisasi Anggaran Pendidikan.

H3: Kinerja pendapatan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Realisasi

Anggaran pendidikan.

H4: Tingkat Kemiskinan berpengaruh terhadap Realisasi Anggaran

Pendidikan.

H5: Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh terhadap Realisasi Anggaran

Pendidikan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelit ian adalah suatu kerangka kerja atau perencanaan untuk

pengumpulan, pengukuran, dan analisis data berdasarkan pernyataan penelit i yang

dapat memudahkan penelit i untuk melakukan penelit iannya. Terdapat enam aspek

dalam desain penelit ian, yaitu tujuan studi, jenis penelit i, t ingkat intervensi, situasi

studi, jenis penelit ian, unit analisis dan horizon waktu penelit ian (Sekaran & Bougie,

2017:109).

a. Tujuan Studi

Pada umumnya dalam melakukan penelit ian ada 4 (empat) jenis penelit ian

yang digunakan yaitu: “studi eksploratif (exploratory study), studi deskript if

(descriptive study), pengujian hipotesis (hypothesis testing), danstudi kasus (case

study) (Sekaran Bougie, 2010). Penelit ian ini termasuk pengujian hipotesis

(hypothesis testing) yaitu penelit ian yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang

telah dirumuskan yaitu menguji pengaruh variabel bebas yaitu kapasitas fiskal,

kinerja pendapatan, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(X1, X2, X3 dan X4) terhadap variabel terikat yait u realisasi anggaran pendidikan

(Y).

b. Jenis Penelit ian

Jenis penelit ian adalah penelit ian kuant itatif, penelit ian ini melihat dari

studi kausalitas (causal relatinship’s study) yaitu untuk melihat sebab dan akibat

35
36

yang dit imbulkan dari kapasitas fiskal, kinerja pendapatan, tingkat kemiskinan,

dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap realisasi anggaran pendidika n

di Provinsi Aceh.

c. Tingkat Intervensi

Dalam melakukan penelit ian ini, penelit i menggunakan situasi yang t idak

diatur dan tanpa melakukan intervensi atau memanipulasi data untuk

mempengaruhi hasil penelit ian.

d. Unit Analisis

Unit analisis pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap

analisis data selanjutnya (Sekaran & Bougie, 2017:119). Unit analisis yang

digunakan penelit i berupa Provinsi Aceh dengan 24 Jumlah Kabupaten/Kota yang

ada di provinsi Aceh.

e. Situasi Studi

Penelit ian ini menggunakan situasi studi yang normal atau alami karena

penelit ian ini dilakukan dengan menggunakan sumber data yang sudah ada dan

menggunakan data tersebut tanpa adanya intervensi dari penelit i. kemudian

penelit i akan memberikan kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yang

digunakan dalam penelit ian. Sekaran dan Bougie (2017:100) menjelaskan bahwa

sebuah penelit ian dapat dilakukan dengan situasi alami dimana suatu kejadian

yang terjadi dengan proses yang normal.

f. Horizon Waktu
Horizon waktu yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

Longitudinal Studies, karena menggunakan data yang bersumber dari DJP K

Kemenkeu RI dari tahun 2015-2018.


37

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi mengacu pada keseluruhan objek penelit ian (Arikunto,

2006:130). Penelit ian ini bersifat penelit ian sensus, dimana penelit ian menggunakan

seluruh elemen populasi menjadi data penelit ian. Sasaran populasi yang dipilih

dalam penelit ian ini adalah seluruh kabupaten/kota di provinsi Aceh berjumlah 23

kab/kota. Sampel pada penelit ian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provins i

Aceh. karena Aceh merupakan otonomi khusus. Data jumlah populasi dan sampel

dapat dilihat pada Tabel 3.1

Table 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian
No Wilayah
1 Kab. Aceh Barat
2 Kab. Aceh Besar
3 Kab. Aceh Selatan
4 Kab. Aceh Singkil
5 Kab. Aceh Tengah
6 Kab. Aceh Tenggara
7 Kab. Aceh Timur
8 Kab. Aceh Utara
9 Kab. Bireun
10 Kab. Pidie
11 Kab. Simeulue
12 Kota Banda Aceh
13 Kota Sabang
14 Kota Langsa
15 Kota Lhokseumawe
16 Kab. Gayo Lues
17 Kab. Aceh Barat Daya
18 Kab. Aceh Jaya
19 Kab. Nagan Raya
20 Kab. Aceh Tamiang
21 Kab. Bener Meriah
22 Kab. Pidie Jaya
23 Kota Subulussalam
38

3.3 Sumber dan Teknik Pengambilan Data

Penelit ian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data

yang dipero leh dari informasi atau data yang dikumpulkan penelit i melalui media

perantara atau tidak dikumpulkan sendiri secara langsung. Data yang

dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi dan penelusuran online untuk

menilai suatu informasi secara sistemat is (Sekaran & Bougie, 2017:113). Data

Realisasi anggaran pendidikan yang dipero leh bersumber dari laporan DJPK

KEMENKEU RI. Adapun data yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Data realisasi anggaran pendidikan

2. Data persentase kapasitas fiskal

3. Data Kinerja keuangan pendapatan daerah

4. Data tigkat kemiskinan

5. Data Indeks Pe mbangunan Manusia

3.4 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel adalah mengoperasionalkan atau mendefenisikan

sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada

dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan dalam konsep (Sekaran,

2006:4). Variabel dalam penelit ian ini adalah terdiri dari:

a. Realisasi Anggaran Pendidikan (Y) Adalah sejumlah upaya mengelola dan

mendistribusikan anggaran pendidikan oleh pemerintah dalam hal ini dinas

pendidikan, selaku pengelola keuangan negara kepada masyarakat. Realisasi

anggaran tersebut tersalurkan melalui sejumlah realisasi program-program


39

kerja yang menyentuh kepentingan masyarakat terkait pendidikan. data

idperoleh dari DJPK Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

b. Kapasitas Fiskal (X1) merupakan gambaran kemampuan keuangan masing-

masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana

darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya

dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas

pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah

penduduk miskin. Pengukuran yang digunakan adalah indeks kapasitas

fiskal daerah yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia.

c. Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah (X2) merupakan ukuran kinerja yang

menggunakan indikator keuangan. Indikator yang digunakan yaitu analisis

varians pendapatan daerah yang dipero leh dari DJPK Kementerian Keuangan

Republik Indonesia dengan menggunakan rumus analisis varian pendapatan

daerah.

d. T i n g k a t Kemiskinan (X3), menurut BPS (2004) merupakan suatu kondisi

masyarakat ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Dalam

penelit ian ini data yang digunakan adalah ju mlah penduduk miskin tahun 2015-

2018 (dalam persentase) yang dikeluarkan Badan Pusat Statist ik Aceh 2015-

2018.

e. Indeks Pembangunan Manusia (X4), dinyatakan sebagai indikator

kesejahteraan masyarakat yang mengukur usia harapan hidup, pendidikan, dan

standar hidup layak suatu kabupaten/kota yang diambil dari BPS. Indikator
40

yang digunakan bersumber dari IPM yang dikeluarkan oleh Badan Pusat

Statist ik Aceh 2015-2018.

Adapun tabel Operasio nal dapat dilihat di pada Tabel 3.2 dbawah ini
41

Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
42

Tabel 3.2- Lnjutan


43

3.5 Metode Analisis dan Rancangan Uji Hipotesis

3.5.1 Metode Analisis

Data digunakan metode data sekunder. Data yang diperoleh dar i

pengumpulan informasi yang tersedia. Data sekunder merupakan data primer yang

telah dio lah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak

lain. Menurut Sugiyo no (2014:137) sumber data sekunder adalah sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang

lain atau dokumen.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Pada penelit ia ini penelit i akan menggunakan analisis regresi berganda.

Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah

terpenuhinya uji asumsi klasik. Setelah model yang akan diuji memenuhi asums i

klasik, dan regresi maka tahap selanjutnya dilakukan statist ik. Uji statist ik yang

digunakan ialah uji t dan uji F . Maksud dari uji t adalah pengujian untuk

Membukt ikan adanya pengaruh dari masing-masing variable independen terhadap

variable dependen, sedangkan uji F adalah pengujian untuk membukt ikan ada

atau tidaknya pengaruh secara bersama-sama dari variable independen terhadap

dependen.

a. Uji Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Sepert i diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa


43

nilai residual mengikut i distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka

uji statist ik menjadi t idak valid untuk jumlah sampel kecil.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedast isitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ket idaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang ho moskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi

heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai

ukuran (kecil, sedang, dan besar) (Imam Ghozali, 2013:139).

3.5.3 Rancangan Uji Hipotesis

Rancangan uji hipotesis dilakukan dengan dua tahap yaitu rancangan

pengujian hipotesis secara bersama (simultan) dan rancangan uji hipotesis secara

terpissah (parsial). Kesimpulan yang akan diperoleh dari nilai koefisien regresi

masing-masing variabel. Rancangan ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji pengaruh variabel bebas

(X1, X2, X3, dan X4 ) baik secara bersama- sama maupun terpisah terhadap

variabel terikat (Y) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


44

3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R Square)

Uji Pengaruh Koefisien Determinasi (R Square) bertujuan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2018). Nilai koefisien determinasi terletak pada 0 dan 1. Klasifikasi

koefisien korelasi yaitu, 0 (tidak ada korelasi), 0-0,49 (korelasi lemah),

0,50 (korelasi moderat), 0,51-0,99 (korelasi kuat). 1.00 (korelasi sempurna). Nilai

R Square yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hamper sema informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018:97).

3.5.3.2 Uji Pengaruh Simultan (F test)

Uji Pengaruh F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Dasar

pengambilan keputusannya adalah dengan melihat hasil output regresi pada nilai

significance level dengan menggunakan SPSS, dimana jika nilai signifikan lebih

besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak, yang berarti model regresi tidak fit. Dan

sebaliknya, jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima, yang

berart i moel penelit ian fit.

3.5.3.3 Uji Parsial (t test)

Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel

independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2013:98). Dimana dasar pengambilan keputusannya adalah dengan


45

melihat significance level, jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05maka hipotesis

ditolak, yang berart i bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika

nilai signifikan sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis diterima,

yang berart i bahwa secara parsial variabel independen tersebut memiliki pengaruh

yang signifikan tarhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Objek Penelitian

Objek penelit ian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

kabupaten/kota di Provinsi Aceh yaitu 23 jumlah kabupaten maupun kota. 23

kabupaten/kota tersebut merupakan sebuah lembaga pemerintahan yang bekerja

untuk kepentingan rakyat. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

lembaga pemerintahan tidak mengutamakan atau mencari pro fit/laba karena

tujuannya untuk memakmurkan rakyat yang sejahtera.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang

diperlukan dalam analisis regresi linear terpenuhi. Uji asumsi klasik dalam

penelit ian ini yaitu uji normalitas data secara statistik dan uji heteroskedastisitas.

4.2.1.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah mode l

regresi, variabel yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak. Suatu

persamaan regresi dikatakan normalitas apabila nilai sigfikansi uji Kolmogorov-

smirnov lebih besar dari 0,05.

46
47

Tabel 4.1
Tabel Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Sumber: Output SPSS 21, (2020)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan hasil uji statist ik menggunakan nila i

Kolmogorov smirnov memiliki signifikan diatas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05

yaitu sebesar 0,735. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan terdistribusi

dengan normal.

Selanjutnya faktor lain yang dapat digunakan untuk melihat apakah data

terdistribusi dengan normal yaitu dengn melihat grafik normal plot . Gambar 4.1

dibawah ini menunjukkan bahwa adanya t it ik-t it ik atau data tersebar disekitar garis

diagonal dan hal tersebut mengikut i arah garis diagonal. Hal ini berart i bahwa

model-model regresi yang digunakan dalam penelit ian ini memenuhi asums i

normalitas yang berdasarkan dengan analisis grafik normal probability plot.


48

Sumber: Output SPSS 21, (2020)


Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas-Grafik Plot

4.2.1.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pengujian hteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ket idaksamaan varians dari residual s atu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan menggunakan scatter plot atau dengan uji glesjer.


49

Sumber: Output SPSS 21, (2020)


Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas – Grafik Scatter plot

Berdasarkan pada gambar diatas garfik Scatter plot menunjukkan bahwa

data tersebar diatas dan dibawah angka no l pada sumbu Y dan t idak suatu pola yang

jelas yang terdapat pada penyebaran data tersebut. Dengan demikian tidak terjad i

adanya heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi

layak digunakan untuk menganalisis realisasi anggaran pendidikan berdasarkan

variabel yang mempengaruhinya.hasil ini juga diperkuat dengan hasil pengujian

melalui uji glejser yang menunjukkan bahwa koefisien parameter untuk semua

variabel yang digunakan dalam penelit ian ini t idak ada yang signifikan pada tingkat

0,05.

Tabel 4.2 menunjukkan hasil pengujian glejser


Tabel 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas-Uji Glejser

a. Dependent Variable: ABS_RES


Sumber SPSS 21, (2020)

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa t idak satupun

variabel independen yang signifikannya secara statist ik mempengaruhi variabel

dependen atau nilai absolute-nya. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas dari

signifikansinya diatas 0,05. Jadi dapat disimpulkan bajwa model regresi tidak

mengandung heteroskedastisitas.

4.2.2 Hasil Uji Hipotesis

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis H1, H2, H3, dan

H4 adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda, dengan meregresikan

variabel independen (kapasitas fiskal, kinerja keuangan pendapatan daerah,

tingkat kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia) terhadap variabel

dependen (realisasi anggaran pendidikan). Uji hipotesis ini dibantu dengan

menggunakan SPSS versi 21.

4.2.2.1 Hasil Uji Regresi Berganda

50
51

Pengujian hipotesis H1, H2, H3, dan H4 dilakukan dengan analisis regresi

berganda yang terdiri dari uji koefisien determinasi, uji signifikasi parsial (uji t)

dan uji statist ic F.

1. Hasil Uji Koefisien Determiasi (R Square)

Tabel 4.3 dibawah ini adalah hasil Uji R Square

Tabel 4.3
Hasil Uji Koefisien Deteminasi (R Square)

a. Predictors: (konstan), X1, X2, X3, X4


b. Dependent variabel: Y
Sumber: SPSS 21

Hasil uji koefisien determiasi pada tabel diatas digunakan untuk menentukan

seberapa jauh variabel kapasitas fiskal, kinerja pendapatan keuangan daerah, tingkat

kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dapat menjelaskan variabel

realisasi anggaran pendidikan. nilai R Square (R 2) Sebesar 0,397 menunjukkan

bahwa 39,7 % realisasi anggaran pendidikan dipengaruhi oleh kapasitas fiskal,

kinerja pendapatan keuangan daerah, tingkat kemiskinan dan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM). Sisanya sebesar 61,3% dipengarui oleh faktor-faktor lain diluar

model yang yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2. Hasil Uji Statistik

Tabel 4.5 dibawah ini adalah hasil Uji Statistik F


52

Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik F

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
Sumber SPSS 21, (2020)

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa dalam pengujian regresi

berganda menunjukkan hasil F hitung sebesar 13,693 dengan tingkat signifikan

0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian variabel kapasitas fiskal, kinerja

keuangan pendapatan daerah, tingkat kemiskinan dan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) secara bersama-sama berpengaruh terhadap realisasi anggaran

pendidikan.

Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji T)

Tabel 4.5 dibawah ini adalah hasil Uji Signifikansi Parsial atau Uji T

Tabel 4.5
Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji T)

a. Dependent Variable: Y
Sumber SPSS 21, (2020)
53

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa variabel-variabel independen secara

individual hanya satu variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen

yaitu variabel kinerja keuangan pendapatan daerah (X2) itu berart i H2 diterima.

Selain itu variabel kapasitas fiskal (X1), variabel tingkat kemiskinan dan Indeks

Pembangunan Manusia (X3, X4) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

itu berart i bahwa H1, H3 dan H4 ditolak.

Berdasarkan tabel 4.4 diatas maka dapat diperoleh model persamaan regresi

sebagai berikut:

Y= + �1 ��1 - �2 ��2 - �3 ��3 + �4 X4


��…(1)

Y= 57.207 + 0,019X1 - 0,005 X2 - 0,002 X3 + 0,001 X4 + e

Nilai konstanta (�) sebesar 57,207 bernilai positif memiliki art i bahwa

tanpa adanya variabel kapasitas fiskal (X1), kinerja keuangan pendapatan daerah

(X2), tingkat kemiskinan (X3), Indeks Pembangunan Manusia (X4) maka realisasi

anggaran pendidikan (Y) akan meningkat sebesar 57,207. Nilai koefisien X1 pada

variabel kapasitas fiskal 0,019 yang berniali posit if memiliki arti jika var iabel

lainnya konstan, sementara kapasitas fiskal naik sebesar satu satuan, maka realisasi

anggaran pendidikan akan meningkat sebesar 0,019 satuan. Nilai koefisien X2 pada

variabel kinerja keuangan pendapatan daerah sebesar - 0,005 dan bernilai

negatif memliki art i jika variabel lainnya konstan sementara kinerja keuangan

pendapatan daerah naik sebesar satu satuan, maka realisasi anggaran

pendidikan akan menurun sebesar - 0,005 satuan. Nilai koefisien X3 pada

variabel tingkat kemiskinan sebesar -0,002 bernilai negatif memiliki art i jika
54

variabel lainnya konstan sementara tingkat kemiskinan naik sebesar satu satuan,

maka realisasi anggaran pendidikan akan menurun sebesar - 0,002

satuan.selanjutnya nilai koefisien X4 pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

sebesar 0,001 bernilai posit if memiliki art i jika variabel lainnya konstan

sementara IPM naik sebesar satu satuan, maka realisasi anggaran pendidikan

akan meningkat sebesar 0,001 satuan.

Hasil interpretasi atas hipotesis penelit ian H1, H2, H3 dan H4 yang diajukan

dapat dilihat sebagai berikut:

a. Kapasitas fiskal berpengaruh terhadap realisasi anggaran pendidikan

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa variabel Kapasitas Fiskal memiliki

t hitung sebesar 0,740 < 3,529 dengan koefisien beta undstandarized sebesar

0,70 dan tingkat signifikansi sebesar 0,461 yang lebih besar dari 0,05, maka H1

ditolak. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan kapasitas fiskal

berpengaruh posit if terhadap realisasi anggaran pendidikan t idak terbukti. Hal ini

berarti kapasitas fiskal tidak signifikan terhadap realisasi anggaran pendidikan.

Hasil penelit ian ini menunjukkan bahwa kapasitas fiskal bukan merupakan faktor

yang mempengaruhi kabupaten/kota tidak mampu memenuhi alokasi anggaran

pendidikan dari APBD di Aceh.

b. Kinerja keuangan pendapatan daerah berpengaruh terhadap

realisasi anggaran pendidikan

Berdsarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa variabel kinerja keuangan

pendapatan daerah memiliki t hitung sebesar 6,420 > t tabe 3,529 dengan koefisien

beta unstandardized sebesar 0,607 dan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih
55

kecil dari 0,05, maka H2 diterima. Hal ini berarti kinerja keuangan pendapatan

daerah berpenagruh dan signifikan terhadap realisasi anggaran pendidikan.

Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan kinerja keuangan pendapatan

daerah berpengaruh dan signifikan terhadap realisasi anggaran pendidikan. Hasil

penelit ian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan pendapatan daerah

merupakan faktor penyebab kabupaten dan kota di Aceh t idak memenuhi

alokasianggara pendidikan dari APBD.

c. Tingkat kemiskinan berepngaruh terhadap realisasi anggaran

pendidikan

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa variabel t ingkat kemiskinan

memiliki t hitung sebesar 0,825 < t tabel 3,529 dengan koefisien beta

unstandardized sebesar 0,080 dan tingkat signifikan 0,412 yang lebih besar dari

0,05, maka H3 ditolak. Hal ini berarti tingkat kemiskinan t idak signifikan terhadap

realisasi anggaran pendidikan. Dengan demikian hipotetsis ketiga yang

menyatakan tingkat kemiskinan berpengaruh posit if dan siginifikan terhadap

terhadap realisasi anggaran pendidikan tidak terbukti. Hasil penelit ian ini

menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan bukan merupakan faktor kabupaten/kota

belum mampu memenuhi alokasi anggaran pendidikan dari APBD di Aceh.

d. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh terhadap

realisasi anggaran pendidikan

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa variabel IPM memiliki t

hitung sebesar 0,798 < t tabel 3,529 dengan koefisien beta ustandardized sebesar

0,078 dan tingkat signifikan sebesar 0,428 yang lebih besar dari 0,05, maka H4
56

ditolak. Hal ini berarti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap realisasi anggaran pendidikan. Dengan demikian

hipotesis ketiga yang menyatakan Indeks Pembangunan Manuisa (IPM) tidak

signifikan terhadap realisasi anggaran pendidikan tidak terbukti. Hasil penelit ian

ini menunjukkan bahwa IPM bukan termasuk faktor kabupaten/kota belum

mampu memenuhi alokasi anggaran pendidikan dari APBD di Aceh

4.3 Pembahasan

4.3.1. Pengaruh Kapasitas Fiskal Terhadap Realisasi Anggaran Pendidikan

Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa kapasitas fiskal tidak

memberikan pengaruh dan tidak adanya signifikansi terhadap realisasi anggaran

pendidikan atau ditolak. Hal ini menunjukkan kapasitas fiskal t idak atau bukan

merupakan faktor suatu kota maupun kabupaten belum memenuhi alokasi

anggaran pendidikan dari APBD di Aceh. Karena kemungkinan terlalu banyak

penduduk miskin di beberapa kabupaten/kota di Aceh dan Indeks Kapasitas Fiskal

nya kecil namun belum mampu meminimalisir penduduk miskin walaupun porsi

belanja dibidang pendidikan lumayan besar. Hal ini dikarenakan pemerintah Aceh

fokus pada pembangunan infrastrukur sehingga dalam bidang pendidikan belum

terfokus.

Ket idaksamaan kapasitas fiskal t iap daerah menyebabkan DAU yang

diterima daerah juga tidak sama, hal ini karena ada beberapa pertimbangan seperti

banyaknya t ingkat kemiskinan, sedikit nya sumber daya alam yang dimiliki

daerah, luas wilayah yang dimiliki dan lain sebagainya. Ketimpangan daerah
57

terjadi karena adanya variasi sumber daya yang dimiliki, luasnya daerah dan

dianggap sebagai daerah yang miskin yang menyebabkan PAD dan PDRB yang

rendah (Sriningsih, sit i, dan yasin, 2009; Bawono, Kusumawat i dan

Purbasari, 2017). Dengan melihat kondisi seperti itu pemerintah membuat

pertimbangan dengan pengalokasian dana perimbangan dalam bentuk DAU,

dimana DAU yang dialokasikan ke daerah-daerah berbeda-beda tergantung dari

kapasitas fiskal (PAD dan PDRB) dan kebutuhan fiskal (jumlah penduduk, luas

wilayah dan sebagainya).

Berdasarkan penelit ian (Bawono, Kusumawati dan Purbasar, 2017)

menemukan bahwa Indeks Kapasitas Fiskal Daerah berpengaruh signifikan

negat if terhadap belanja wajib bidang pendidikan. Karena semakin banyak

penduduk miskin maka semakin kecil Indeks Kapasitas Fiskal dan semkin

besar porsi belanja bidang pendidikan sehingga mampu menangani

penduduk miskin. Dilanjutakan penelit ian (Bawono, Purbasar dan Mujiyat i,

2018) menemukan bahwa analisis hipotesis membukt ikan bahwa naik turunnya

Indeks Kapasitas Fiskal dit iap-t iap daerah mampu mempengaruhi tinggi

rendahnya pengalokasian belanja wajib bidang pendidikan dan kesehatan.

Sedangkan dalam path analisis menyatakan bahwa Indeks Kapasitas Fiskal

lebih banyak memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap Indeks

Pembangunan Manusia tanpa adanya pengaruh belanja wajib bidang

pendidikan dan kesehatan.


58

4.3.2. Pengaruh kinerja keuangan pendapatan daerah terhadap

realisasi anggaran pendidikan

Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan

pendapatan daerah berpengaruh dan signifikan terhadap realisasi anggaran

pendidikan. Art inya jika kinerja keuangan pendapatan daerah baik dalam art i

realisasinya lebih besar dari penganggarannya.

Pengukuran kinerja keuangan sangat penting untuk menilai akuntabilitas

pemerintah daerah dalam melakukan pengelo laan keuangan daerah. Akuntabilitas

bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan,

akan tetapi meliput i kemampuan yang menunjukkan bahwa uang publik tersebut

telah dibelanjakan secara efisien, efekt if, dan ekonomis (Mardiasmo, 2004:182).

Hal ini diperkuat oleh penelit ian (Mahmudi, 2020; Assidiqi,2016),

menemukan dalam penelitiannya yaitu kinerja keuangan pendapatan yang baik jika

terdapat selisih lebih (realisasi pendapatan melibihi jumlah yang dianggarkan).

Sedangkan jika ternyata selisih kurang, (realisasi pendapatan kurang dari jumlah

yang dianggarkan) maka kinerja keuangan pendapatan disuatu daerah dinilai

kurang baik (Mahmudi, 2020; Assidiqi, 2016). Hal ini bertolak belakang dengan

penelitian Abdullah dkk, (2019) mengemukakan bahwa pengaruh pertumbuhan

pendapatan daerah terhadap kinerja anggaran pendidikan secara statist ik tidak

berpengaruh signifikan. Menurut Abdullah dkk tersebut dikarenakan pertumbuhan

pendapatan sangat kecil, sehingga tidak cukup berarti untuk mengubah realisasi

belanja pendidikan, kemudian adanya bias dalam penganggaran oleh birokrasi dan

politik anggaran oleh parlemen (dalam Abdullah, 2012a). pengukuran yang tidak
59

tepat karena pendapatan daerah menggunakan nilai persentase kenaikan

pendapatan, bukan persentase pendapatan terhadap belanja.

Hal ini juga dikarenakan perubahan pendapatan daerah kabupaten/kota di

Aceh kemungkinan relatif kecil dampaknya terhadap belanja ketika ada dana

otonomi khusus (otsus) dengan jumlah relatif besar yang output dan outcome-nya

diterima oleh Pemda kabupaten/kota.

4.3.3. Pengaruh tingkat kemiskinan terhadap realisasi anggaran pendidikan

Hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa tingkat kemiskinan

tidak memberikan pengaruh dan tidak signifikan terhadap realisasi anggaran

pendidikan. tingkat kemiskinan sangatlah berhubungan dengan pendidikan.

Selain sebagai dasar bagi reformasi dunia pendidikan, dengan undang-

undang ini pemerintah sudah harus mengalokasikan anggaran di bidang

pendidikan minimal 20 persen dari total APBN dan APBD. Hal ini menjadi

pent ing karena investasi dalam sumber daya manusia (human capital) terutama

bidang pendidikan dipercaya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

mengurangi kemiskinan.

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa kenaikan anggaran belanja

pendidikan yang dialokasikan o leh pemerintah kabupaten/kota tidak berhubungan

dengan persentase tingkat kemiskinan. Karena di Aceh tingkat kemiskinan relatif

rendah ada beberapa kabupaten/kota masih tertinngal jauh dalam pengembangan

pendidikan. Walaupun alokasi anggaaran pendidikannya tinggi namun tetap saja


60

belum mampu meningkatkan kualitas pendidikan karena butuh penanganan yang

serius dalam mengembangkannya.

Penelit ian sebelumnya juga berpengaruh negatif namun signifikan oleh sepert i

penelit ian yang dilakukan oleh Yao (2007:108), wahyudi (2019), susilo, (2014)

yang mengemukakan bahwa adanya hubungan negatif antara belanja pendidikan

dengan t ingkat kemiskinan yang menunjukkan bahwa kenaikan belanja pendidika n

akan menurunkan indeks kemiskinan. Adha (2016) berpendapat bahwa belanja

daerah urusan pendidikan berpengaruh negat if terhadap kemiskinan. Serupa

dengan penelitian Muliza dkk (2017), menemukan bahwa tingkat kemiskinan

berpengaruh negatif namun signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

4.3.4 Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

realisasi anggaran pendidikan

Hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) tidak berpengaruh sinifikan terhadap realisasi anggaran pendidikan.

Seperti yang diketahui bahwa manusia dalam perannya subjek dan objek

pembangunan yang berarti manusia selain sebagai pelaku dari pembangunan

juga merupakan sasaran pembangunan. Dalam hal ini dibutuhkan berbagai saran

dan prasarana untuk mendorong peran manusia dalam pembangunan. Laisina,

Masinambow dan Rompas (2015) mengemukakan bahwa ada pengaruh posit if

antara pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan dengan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM).
61

Penelitian diperkuat oleh hasil penelitian dari Muliza dkk (2017), yaitu

pengeluaran pemerintah untuk belanja pendidikan tidak memberi pengaruh yang

signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan berpendapat bahwa belum

signifikannya pengaruh pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan dan

kesehatan di Kabupaten/kota Provinsi Aceh karena masih adanya disparitas

pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan yang cukup besar.

Pengeluran pemerintah di sektor pendidikan juga masih belum terfokus pada

peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi guru dan siswa tetapi lebih

banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur.

Hal ini t idak sesuai dengan penelit ian Laisini, Masinambow dan Rompas

( 2015) yang mengemukakan bahwa ada pengaruh posit if Antara pengeluaran

pemerintah dibidang pendidikan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Karena ketika pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengeluarkan dana di sektor

pendidikan, akan berdampak positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

Provinsi Sulawesi Utara, selalu mengalami peningkatan. Serupa dengan

pendapat. Mahulauw, Santosa dan Mahardika (2016) menemukan bahwa

pengeluaran pemerint ah bidang pendidikan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap Indeks Pembangunan. Artinya , hal ini sesuai dengnan

teori dan hipotesis yang mengatakan bahwa pengeluaran pemerinta h

bidang pendidikan akan meningkatkan kualit as sumberdaya manusianya.

Larassita (2016) dalam penelit iannya menemukan bahwa r ealisas i

anggaran belanja pemerintah dibidang pendidik an berpengaruh posit if dan

signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dikabupaten


62

Jember. Hal ini membukt ikan bahwa realisasi anggaran belanja pemerintah

dibidang pendidikan yang jumlahnya relat if meningkat akan menghasilkan

masyarakat yang berprodukt ivitas t inggi sehingga kapasit as produksi

tenaga manusia didalam proses pembangunan juga akan menigkat.


63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

yaitu Kapasitas Fiskal, Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah, Tingkat

Kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap variabel dependen

yaitu Realisasi Anggaran Pendidikan. Berdasarkan hasil pengujian yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas fiskal tidak berpengaruh

terhadap realisasi anggaran pendidikan. Hal ini berarti tingkat indeks

kapasitas fiskal tidak mempengaruhi belanja pendidikan.

2. Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan pendapatan daerah

berpengaruh terhadap realisasi anggaran pendidikan. Hal ini berart i

semakin baik kinerja keuangan pendapatan pada suatu daerah maka akan

semakin meningkatkan belanja pendidikan.

3. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan tidak berpengaruh

terhadap realisasi anggaran pendidikan. Hal ini berarti persentase tingkat

kemiskinan tidak ada hubungannya dengan belanja bidang pendidikan.

4. Hasil analisis menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

tidak berpengaruh terhadap realisasi anggaran pendidikan. Hal ini berarti

persentase IPM tidak memberikan pengaruh baik untuk anggaran belanja

pendidikan.
64

5.2 Keterbatasan Penelitian

Realisasi anggaran pendidikan hanya menggunakan sampai dengan tahun

2018. Tahun tersebut dipakai untuk 2019 sehingga untuk tahun 2020 belum

tersedia kemungkinan keterlambatan dalam merealisasikan penganggaran.

5.3 Saran

1. Bagi pemerintah Aceh disarankan untuk lebih memperhatikan secara

maksimal kebutuhan akan pendidikan. Karena akan mempengaruhi

kesejahteraan, produktivitas, kemandirian masyarakat sehingga menjadikan

Aceh lebih maju dalam bidang ekonomi.

2. Bagi peneliti selanjutnya meneliti lingkup yang lebih besar seperti populasi

dan sampel di kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

3. Menambah variabel Independen minimal 6 variabel independen.


65

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. Saputra, M. Fazella, D.Hasnawat i & Afridzal, A. 2019.


Determinan Kinerja Anggaran Belanja Pendidikan pada Kabupaten/Kota
di Aceh. Jurnal Media RisetAkuntansi, Auditing & Informasi. Vol. 19.
No.2. 149-166.
Adha, Bayu, Rendi. 2016. The Influence Of Local Government
Expenditures and Local GovernmentFinancial Reformance on Poverty
(Case Studi At The Regencies/CitiesIn Lampung?Province). Skripsi
Tidak Dipublikasikan. Bandar Lampung. Universitas Lampung.
Ariafah. 2011. Kasus Cybercrie di Indonesia (Indonesia’s cybercrime case). Jurnal
Bisnis dan Ekonomi (JBE).Vo.18, No.2
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rhineka Cipta.
Assidiqi, B,. 2016. Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Klaaten Tahun 2008-2012. Jurnal Profita.
Vol.4, No.5.
Assidiqi, B,.2014. Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja(APBD) Kabupaten klaten 2008-2012. Skripsi. Universitas Negeri
Yogjakarta. Yogjakarta.
Badan Pusat Statist ik, 2004. Persentase Penduduk Miskin Maret 2019 Sebesar
9,41 Persen. Bps Indonesia.
Bawono,BDA ,. & Purbasari, H. 2017. Pengaruh Desentralisasi Fiskal, Sistem
Pengendalian Internal dan Kinerja Pemerintah Daerah terhadap
Akuntabilitas Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi. Vol 2. No.2.
Bawono, BDA., Kusumawati, E. Purbasar, H. 2017.Analisis Indeks Kapasitas
Fiskal terhadap Pengalokasian Belanja Wajib Bidang Pendidikan dan
Kesehatan (Studi padaKabupaten/Kota se-Jawa). University Research
Colloquium.
66

Bawono, BDA,. Purbasar, H,. Mujiyati, M. 2018. Analisis Indeks Kapasitas Fiskal
terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Pengalokasian Belanja
Wajib Bidang Pendidikan dan Kesehatan sebagai Variabel Intervening
(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Jawa). Wrking Papers Of
Innovation Economics. Vol. 1. No.1
Ejiogu. Uche, A. Lhugba, A,. Nwosu, Chinedu Chinedu,. 2013. Causal
Relat ionship between Nigeria Government Budget Allocat ion to the
Education Sector and Economic Growth. Discourse Journal of Education
Reseach. Vol.1(8): 54-64.

Fahrianta, R. Y. & Carolina, V. 2012. Analisis Efisiensi Anggaran Belanja Dinas


Pendidikan Kabupaten Kapus. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol. 13
No. 1
Fat mayant i, F,. & Hadi, F,. 2017. Faktor-gaktor yang mempengaruhi Pemerintah
Daerah dalam Penganggaran. Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing
& Informasi. Vol 4. No.2.
Franciari, sept ina, Purwiyant i. 2012. Analisis Hubungan IPM, dan Korupsi
Terhadap Kemiskinan di Indonesia (studi kasus 28 kab/kota di
Indonesia). Skripsi. Universitas Diponegoro. Jogyakarta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang
Halim, A. & Abdullah, S. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan di
Pemerintah Daerah: Sebuah Peluang Penelit ian Anggaran dan Akuntansi.
Jurnal Akuntansi Pemerintah.Vol.2, No.1.
Imawan, R., & Wahyudin, A. 2014. Analisis Kemandirian Keuangan Daerah
Provinsi Jawa Tengan Tahun Anggaran 2010-2012. Jurnal Analisis
Akuntansi. Vol 3. No.2.
Indah, D. R., Abdullah, S,. Junita, A., & Fahlevi, H. 2017. Kajian Kepatuhan
Daerah atas Peraturan Perundang-undangan dalam Pengelo laan Keuangan
67

Daerah Aceh (Studi Kasus Pada Dinas Kesehatan). Jurnal Manajemen dan
Keuangan. Vol 6. No.1

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Tahun 2019

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


538/KMK.07/2003 Tentang Peta Kapasitas Fiskal dalam Rangka Penerusan
Pinjaman Luar Negeri Pemerintah kepada Daerah dalam Bentuk Hibah.
Ko mpas.co m. UNDP: Untuk pertama kalinya, IPM Indonesia masuk kategori
tinggi.
https://money.ko mpas.co m/read/2019/12/10/190621026/undp-untukpertama-
kalinya-ip m-indonesia-masuk-kat egori- tinggi?page=all. (di akses pada29
Januari 2020).
Laisina, C. Misnambow, V. Rompas, W. 2015. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
di Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan terhadap PDRB Melalui
Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Utara Tahu 2002-201. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 15. No. 04
Lampa, L., & Sabijo no, H. 2016. Analisi Kinerja Pendapatan pada Dinas
Pengelo lah Keuangan Asset dan Pendapatan Kabupaten Minahasa
Selatan. Jurnal Riseet Ekonomi Manajemen, Bisnisdan Akuntansi. Vol. 4
No.1.
Lane, Jan-Erik. 2000. The Public Sector-Concepts, Models and Approaches.
London: SAGE Publicat ions.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan 2011.
Larassita. 2016. Pengaruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Jember Periode
1990-2014. Skripsi tidak untuk dipublikasikan. Jember. Universitas Jember.
Lengkong, S. M. K,. Rotinsulu, Ch. D. N. Een. Walemangko. 2019. Pengaruh
Alokasi Anggaran Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia dan Dampaknya terhadap Pertumbuhan Ekono mi
Kota Bitung. Jurnal Pembangunan Ekonomidan Keuangan Daerah. Vol.19,
No.2.
68

Mahulauw, KA,. Santosa, BD,. Mahardika, P. 2016. Pengaruh Pengeluaran


Kesehatan dan Pendidikan serta Insfrastruktur terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Provinsi Maluku. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol. 14, No.02.
Mardiasmo. 2004. Otonomidan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.
Muliza. Zulham, T., & Seftarita, Chenny. 2017. Analisis Pengaruh Belanja
Pendidikan, belanja Kesehatan, Tingkat Kemiskinan dan PDRB terhadap
IPM di Provinsi Aceh. Jurnal Perspektif Ekonomi. Vol No.1

Nandani,. DCS, Setyadin., B, Nurabadi, A. 2018. Analisis Alokasi Anggaran


Pendidikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Jurnal
Administrasi dan Manajemen Pendidikan. Vol. 1 No. 1 Hal: 22-28.
Nugroho, A,. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelektual Capital
Disclosure (ICD). Accouting Analysis Journal .Vol.1, No.2.
Nurasa, H,. 2013. Analisis Organisasi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Sebagai Sebuah Sistem Terbuka. Jurnal Sosiohumaniora. Vol15, No.1
Hal: 80-90.
Omo jimite,. U. Ben., & Akpokodje, G. 2010. The Impact of Exchange Rate
Reforms on Trade Performance in Nigeria. Journal of Social Sciences,
Vol.23, No.1 Hal: 53-62.
Pratama citra yogi. 2014. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Bisis dan Manajemen.Vol.4, No.2.
Pratama cittra yogi. 2012. Pengaruh Indeks Regional terhadapa Jakarta
Islamic index (JII). Jurnal Etikonomi. Vol.11, No.2.
Pusdiklatwas BPKP. 2007. Sistem Administrasi Keuangan Negara I. Edisi 6.
Jakarta.

Puspitasari, F. & Santoso, S. B. 2013. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Int i


dan Kualitas Layanan Peripheral terhadap Kepuasan Nasabah (Studi Pada
PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Cabang Undip Semarang).
Jurnal Studi Manajemen Organisasi.Vol.10, No.2 Hal: 152-159.
69

Qanun No.11 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan di Aceh. Dan ayat (1) tentang
biaya pendidikan di aceh terutama untuk membiayai peningkatan SDA
Aceh.
Ruwaida, Darwanis, & Abdullah, Syukriy. 2015. Fakto-faktor yang
mempengaruhi Realisasi Anggaran Belanja Pendidikan di Provinsi Aceh.
Jurnal Magister Akuntansi. Pascasarjana Unversitas Syiah Kuala. Vol.4,
No.4.
Sekaran, U., & Bougie, R. 2010. Research Method For Business: A skill
Building Approach. Jhon wiley & Sons, New York.
Sekaran, U., & Bougie, R. 2017. Metode Penelitian Untuk Bisnis
Pendekatan Pengembangan-Keahlian. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyo no. 2014 . Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif da R & D. Bandung: Alfabeta.
Tirto.id. Menteri Keuangan menambah Alokasi Anggaran Kemiskinan Sebesar
Rp297,8 Triliunn. https://tirto.id/menkeu- menambah-
alokas i-anggaran- kemiskinan-sebesar-rp2978-triliun- cCXy [di akses 20
feb 2020].
Undang Undang Dasar (UUD 1945) Pasal 31 ayat (1) tentang setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan. dan ayat (4) tentang penugasan
negara untuk memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20 persen dari Anggaran Pendidikan dan Belanja Nasional
(APBN) serta dari Anggaran Pendidikan dan Belanja Daerah (APBD)
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasio nal.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasio nal telah
berdampak besar bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Usmaliadant i, Christ ina. 2011. Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan,
Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap
Indeks Pembanguunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2007-2009. Skripsi. Universitas Diponegoro. Jogyajakarta.
Wahyudi. 2011. Pengaruh Alokasi Belanja Daerah Untuk Urusan Pendidikan,
Kesehatan, dan Pekerjaan Umum Terhadap Penanggulangan Kemiskinan
70

(Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun


2007-2009). Tesis Tidak Untuk dipublikasikan. Jakarta: Universitas
Indonesia.
LAMPIRAN

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 78
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 4.92425541
Absolute .078
Most Extreme Differences Positive .055
Negative -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .686
Asymp. Sig. (2-tailed) .735
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Hasil Uji Heteroskedastisitas


Coefficientsa

Model Unstandardized Standardiz T Sig.


Coefficients ed
Coefficient
s

B Std. Error Beta

(Constant) 5.034 10.040 .501 .618


kapasitas fiskal -.008 .016 -.057 -.464 .644

kinerja keuangan .000 .000 .112 .911 .365


1 pendapatan daerah

Tingkat kemiskinan -.001 .001 -.086 -.674 .503


IPM
-.001 .001 -.059 -.463 .645
a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber SPSS 21, (2020)


Hasil Uji Statistik F

ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 1400.882 4 350.220 13.693 .000b
1 Residual 1867.118 73 25.577
Total 3268.000 77
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 57.207 16.210 3.529 .001
KapasitasX1 .019 .026 .070 .740 .461
1 X2 -.005 .001 -.607 -6.420 .000
X3 -.002 .002 -.080 -.825 .412
X4 .001 .002 .078 .798 .428
a. Dependent Variable: Y

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 .655 .429 .397 5.05737
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b. Dependent Variable: Y
Gambar Hasil Uji Heteroskedastisitas menggunakan Uji Plot

Gambar Hasil Uji Heteroskedastisitas menggunakan Uji glejser

Anda mungkin juga menyukai