Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KATARAK

Disusun oleh :
Kelompok 1

1. Adiartha Mahendra (30902000008)


2. Adelia Maurits Fahira (30902000087)
3. Anis Trisniawati (30902000109)
4. Cahya Khairani M (30902000058)
5. Chyntya Devi Amelia (30902000062)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak merupakan penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh
atau berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi
apabila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami
koagulasi pada lensa. Operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi dapat
terjadi dalam waktu beberapa hari setelah operasi hingga beberapa bulan setelah operasi.
Insiden komplikasi bervariasi, tergantung laporan dari tempat yang berbeda. Umumnya,
komplikasi ini membutuhkan tindakan bedah untuk memperbaiki salah satu efek samping
tersering dari operasi katarak adalah robeknya kapsul posterior (Simanjuntak, 2012).
Pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa, perubahan protein, nekrosis,
dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut lensa. Kekeruhan lensa ini juga
mengakibatkan lensa transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu, yang
mana dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
Katarak dapat mengakibatkan bermacam-macam komplikasi pada penyakit mata seperti
glaukoma ablasio, uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010).
Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun
kadang-kadang anak-anak dapat lahir dengan kondisi katarak kongenital, atau katarak
dapat berkembang setelah trauma, peradangan atau karena suatu penyakit. Lensa menjadi
keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi
apabila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami
koagulasi. Katarak merupakan keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya.
Biasa mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
B. Tujuan
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat mengetahui dan memahami tentang :
1. Pengertian penyakit katarak
2. Etiologi /penyebab penyakit katarak
3. Patofisiologi penyakit katarak
4. Manisfestasi klinik pada penyakit katarak
5. Pemeriksaan penunjang yang diberikan pada pasien katarak
6. Penatalaksanaan yang harus dilakukan penderita katarak
7. Komplikasi pada pasien katarak
8. Anjuran bagi pasien katarak
BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian katarak
Katarak merupakan opasias lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital).
Dapat juga berhubungan dengn trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
korkosteorid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama
sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. [ CITATION Din20 \l 1033 ]
Katarak yaitu penurunan profresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau
berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila
protein-protein lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami kogulasi.
[ CITATION Tim21 \l 1033 ]
B. Etiologi
Penyebab terjadinya katarak bermacam-macam. Umumnya adalah usia lanjut
(katarak senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa
pertumbuhan janin, genetic, dan gangguan perkembangan. Dapa juga terjadi karena
traumatic, terapi kortikosteroid metabolic, dan kelainan sitemik atau metabolic, seperti
diabetes mellitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi alcohol
meningkatkan resiko katarak.
Pembentuka katarak dipercepat oleh factor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya. Katarak bisa di sebabkan oleh cidera mata penyakit metabolic
(missal diabetes) obat-obatan tertentu (missal kortikosteroid).
C. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen antomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di ansterior dan posterior nucleus.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga
mengabutlan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influx air ke dalam lensa, proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenarasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

D. Manifestasi Klinik

Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan


penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dn gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan kafena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfoksu pada retina. Pupil yang nromalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu, atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-
tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koresi yang lebih kuat pun tidak
akan mampu memperbaiki penglihatan.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12– 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
F. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.
C ,vit B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari
(sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat
keluar pada siang hari.
b. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
1. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul
anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal
lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada
ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan
pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat
ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi
partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang
juga memberikan irigasi kontinus.
2. Ekstraksi katarak intrakapsuler Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan. Setelah zonula dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa
kemudian diangkat secara lembut.
G. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka
gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan
satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan
lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi
H. Anjuran Bagi Penderita Katarak
Pola makan teratur bagi penderita gangguan pada mata sangat membantu proses
penyembuhannya. Contohnya, gangguan mata berair (kadar air mata yang cukup banyak
karena ketidaklancaran aliran air mata) dianjurkan tidak mengonsumsi jus buah. Tetapi
harus mengonsumsi buah segar. Tujuannya untuk mengurangi zat cair yang terlalu
banyak. Sementara itu, bagi penderita katarak sebaiknya mtidak mengonsumsi kopi dan
susu. Makanan yang banyak mengandung lemak bisa mengganggu pembuluh darah
karena tidak dapat disaring oleh liver. Lemak biasanya akan naik ke wilayah mata
sehingga bisa membentuk lapisan putih pada mata. Lapisan ini akan terlihat keruh dan
sangat menganggu penglihatan. Makanan yang dianjurkan untuk penderita gangguan
pada mata yaitu ikan, wortel, (sebaiknya direbus dulu agar beta karotennya lebih banyak),
tauge (untuk memperbaiki saraf mata), madu, (sebaiknya ditambah royal jelly), dan buah
segar.(DAPUSNYA BELUM TAKTULIS) 
https://www.google.co.id/books/edition/Menggempur_Gangguan_pada_Mata_dengan_T
an/N4xXovhQXwMC?hl=id&gbpv=0&kptab=overview
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Dasar data pengkajian pasien
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama :
pada penderita katarak akan merasakan Penurunan ketajaman penglihatan dan
silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan
ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan
apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama
pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting.
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat Kesehatan sekarang :
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat
(fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau
menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau
masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
e. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Tampilan lain
yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain
deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau
kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya.

B. Perubahan yang terjadi pada pola fungsi penderita katarak dan glukoma
1. Pola aktivitas dan Latihan :
pada penderita ini maka akan merasakan terganggunya pola aktivitas dikarenakan
gangguan pada penglihatanya maka aktivitas nya akan di bantu oleh keluarga.
2. Pola istirahat tidur
Kaji Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia
atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun. Karena penderita
katarak atau glukoma akan merasakan sulit tidur yang di sebabkan karena nyeri
pada mata nya.
3. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,
melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri
karena suatu hal, penderita katarak terjadi gangguan pada penglihatanya jika ada
keluhan nyeri kaji kualitas nyeri.
C. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi keperawatan
Diagnosa yang muncul pada penderita katarak dan glukoma yaitu :
1. Pre- oprasi
a. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan (katarak) (D.0085)
- Interevensi : Minimalisasi Rangsangan (I.08241)
1. Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan (mis.
Nyeri)
2. Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara, aktivitas)
3. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
4. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis. mengatur pencahayaan
ruangan, mengurangi kebisingan, membatasi kunjungan)
5. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus

b. Anxietas berhubungan dengan kurang terpaparnya inforrmasi tentang proses


pembedahan (D.0080)
- Intervensi : Reduksi Anxietas (I.09314)
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (Mis. Kondisi, waktu,
stresor)
2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
5. Latih Teknik relaksasi
6. Kolaborasi Kolaborasi pemberian antiansietas, jika perlu
2. Post – operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (prosedur oprasi) (D.0077)
- Intervensi :  Manajemen Nyeri (I. 08238)
1. Observasi Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi dan
Edukasi : Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (missal :
relaksasi nafas dalam )
5. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi efek prosedur invasive
(D.0142)
- Intervensi : Pencegahan Infeksi (I.14539)
1. Pemantauan tanda vital
2. Kaji tanda-tanda infeksi ; suhu tubuh, nyeri dan perdarahan
3. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah setiap melakukan kegiatan
perawatan pasien.
5. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
6. Mengajarkan pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi.
7. Mengajarkan pasien merawat luka dengan benar
DAFTAR PUSTAKA

Ayuni, D. Q. (2020). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Post Operasi Katarak.
Padang: Pustaka Galeri Mandiri.
Budiono, S. (2013). Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University Press.
Eduners, T. (2021). Buku Pengayaan Uji Kompetensi Keperawatan Gerontik. Surabaya: Health
Books Publishing.
Sari, W. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Niaga Swadaya.
Wirawan, I. M. (2013). Kesehatan Kulit Dan Mata. Jakarta: Pt Mizan Publika.
Ilyas, Sidarta. (2010). Dasar-Dasar Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.
Jakarta:Balai Pustaka.
Simanjuntak & Gilbert.W.S. 2012. Reimplantasi Lensa Setelah Operasi Katarak
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai