Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL

REVIEW
CRITICAL JOURNAL REVIEW
MK.PENDIDKAN PANCASILA
PRODI S1 PEND. TEKNOLOGI
INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Skor Niliai:

“ISLAM, IMAN, DAN IHSAN DALAM KITAB MATAN ARBA’IN AN-NAWAWI :


STUDI MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSFEKTIF
HADIS NABI SAW”

DISUSUN OLEH :

NUR APNA PRATAMA (5191151001)

DOSEN PENGAMPU : Sugianto, S.Pd.I, M.A

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunianyalah Penulis dapat
menyelesaikan Critical Journal Review ini. Penulisan Critical Journal Review ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas
Negeri Medan.

Dalam penulisan Critical Journal Review ini penulis merasa banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan Critical Journal Review.

Dalam penulis Critical Journal Review, ini penulis menyampaikan ucapan


Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada Dosen Pengampu yaitu Sugianto, S.Pd.I, M.A
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini.

Medan, April 2021

Penyusun,

Nur Apna Pratama


ANALISIS JURNAL

JURNAL UTAMA

Judul Islam, Iman Dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba„In An-Nawawi
(Studi Materi Pembelajaran Pendidikan Islam dalam Perspektif Hadis
Nabi SAW)
Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam
Download https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/view/3422/2000
Volume, Nomor, Volume 9, Nomor 2, Tahun 2019
dan Tahun
ISSN dan Halaman e ISSN 2579-714X, Halaman 29-44
Penulis 1. Ruri Liana Anugrah
2. Ahmad Asrin
3. Faisal Musa
4. Alwin Tanjung
Reviewer 1. Deri Aldianu
2. Febry Andani Nasution
3. Nahdiyah Juhro Nasution
4. Ulfa Dwi Rizki Nasution
Tanggal 10 November 2020
Abstrak Penelitian
- Tujuan Tujuannya yaitu agar tercapainya tujuan pendidikan Islam sesuai
Penelitian dengan makna tarbiyah, ta„lim, ta‟dib dan tahdzib. Sehingga
terbentuklah insan kamil dengan pola taqwa.
- Subjek
Penelitian
- Assesment 1. Metode deduktif. Pengertian dari metode deduksi adalah cara
Data berpikir yang berangkat dari pengetahuan atau hal-hal yang
bersifat umum kemudian ditarik menuju hal-hal yang bersifat
khusus. Sebagaimana dikatakan oleh Sutrisni Hadi, metode
deduksi berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan
bertitik tolak dari pengetahuan umum, keika hendak memulai
pekerjaan yang bersifat khusus.
2. Deskriptif. Cara berpikir deskriptif merupakan penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek
sesuai dengan apa adanya. Metode deskriptif yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu menggambarkan, mengemukakan
atau menguraikan berbagai data atau teori yang telah ada.
- Kata Kunci Islam, iman, ihsan, matan arba‟in an-nawawi, materi pembelajaran

Pendahuluan
- Latar Menurut Zakiah Darajat (2011: 75), secara umum, ruang lingkup
Belakang dan pengajaran agama Islam itu meliputi rukun Iman yang enam, yaitu
Teori Iman kepada Allah, Iman kepada RasulNya, Iman kepada malaikat-
Nya, Iman kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada Rasul
Allah dan Iman kepada qadha dan qadar. Tentu saja termasuk segala
sesuatu yang berkaitan dengan iman tersebut seperti masalah
kematian, syaithan, jin, iblis, azab kubur, alam barzakh dan
sebagainya. Dalam pelaksanaan pengajaran ini tentu disesuaikan
dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Pendidikan akidah menuntut setiap insan muslim agar mereka dapat


mempertahankan iman dan agama Islam serta keistiqomahannya
dalam beribadah. Penulis menfokuskan konsep Islam, iman dan ihsan
menurut perspektif hadis-hadis nabi saw di dalam kitab matan arba‟in
an-nawawi. Yang mana, kitab ini merupakan karya syaikh Imam
AnNawawi yang berisikan pokok-pokok ajaran Islam yang patut
diajarkan kepada anak didik sebagai materi pembelajaran pendidikan
Islam.

Dasar agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, dan
Ihsan. Tiap-tiap tingkatan memiliki rukun-rukun yang
membangunnya. Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka
yang dimaksud Islam adalah amalanamalan yang tampak (lahir) dan
mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-
amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri
sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan
hukumnya tersendiri. Ketiga konsep di atas, yaitu islam, iman dan
ihsan telah menjadi pokok ajaran agama Islam sendiri yang juga sangat
berperang penting dalam proses pendidikan Islam.

Sesunguhnya, materi-materi yang diuraikan dalam al-Qur‟an dan hadis


menjadi bahan-bahan pokok pelajaran yang disajikan dalam proses
pendidikan Islam, baik formal maupun non-formal. Oleh karena itu,
materi pendidikan Islam harus dipahami, dihayati, diyakini, dan
diamalkan dalam kehidupan umat Islam.
Metode Penelitian
- Jenis Penelitian ini tergolong kepada jenis penelitian pustaka (library
Penelitian research). Menurut Sukardi (2003: 33-35) library research adalah jenis
penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi
degan bantuan bermacammacam material yang terdapat di ruang
perpustakaan, seperti jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah,
surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah yang
belum dipublikasikan, data internet yang ada kaitannya dengan judul
penelitian ini dengan cara menela‟ah dan menganalisa sumbersumber
itu, hasilnya dicatat dan dikualifikasikan menurut kerangka yang sudah
ditentukan.
- Teknik Lexy J. Moleong (2010: 130) menyebutkan dalam bukunya yang
Pengumpulan berjudul Metode Penelitian Kualitatif, bahwa Data yang ada dalam
Data kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:
1. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari data-data yang
diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan
koherensi makna antara yang satu dengan yang lain.
2. Organizing, yakni menyusun data-data yang diperoleh dengan
kerangka yang sudah ditentukan.
3. Penemuan hasil penelitian, yakni melakukan analisis lanjutan
terhadap hasil penyusunan data dengan menggunakan kaidah-
kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga
diperoleh kesimpulan (inferensi) tertentu yang merupakan hasil
jawaban dari rumusan masalah.

- Teknik Berdasarkan jenisnya penelitian ini, adalah penelitian kepustakaan atau


Analisis Data library research yang menggunakan content analysis. Menurut Budd
sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Bungin (2014: 134) bahwa
metode content analysis ini pada dasarnya merupakan suatu teknik
sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau
suatu alat mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi
yang terbuka darikomunikator yang dipilih. Sedangkan menurut
Berelson yang kemudian diikuti oleh Keliger dalam Burhan Bungin
(2014: 134) mendefinisikan analisis ini sebagai suatu metode untuk
mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif
dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak.

Hasil Penelitian Pengertian Islam, Iman, dan Ihsan


Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri
(kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada
Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan perintahNya dan menjauhi
laranganNya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup, di
dunia maupun di akhirat. Islam sebagai agama, maka tidak dapat
terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun
Islam, yaitu:
1. Membaca dua kalimat Syahadat
2. Mendirikan shalat lima waktu
3. Menunaikan zakat
4. Puasa Ramadhan
5. Haji ke Baitullah jika mampu

Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan


lisan dan dilakukan dengan perbuatan. Iman secara bahasa berasal dari
kata Asman-Yu‟minu-limaanan artinya meyakini atau mempercayai.
Pembahasan pokok aqidah Islam berkisar pada aqidah yang
terumuskan dalam rukun Iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat-Nya
3. Iman kepada kitab-kitab-Nya
4. Iman kepada Rasul-rasul-Nya
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada Takdir Allah

Para ulama menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu:


1. Ihsan kepada Allah
2. Ihsan kepada diri sendiri
3. Ihsan kepada sesama manusia
4. Ihsan bagi sesama makhluk
Ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah swt
seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya,
maka sesungguhnya Dia melihatmu.

Alfiah dan Zalyana (2011: 84) memaparkan bahwa secara teori iman,
Islam, dan ihsan dapat dibedakan namun dari segi prakteknya tidak
dapat dipisahkan. Satu dan lainnya saling mengisi, iman menyangkut
aspek keyakinan dalam hati yaitu kepercayaan atau keyakinan,
sedangkan Islam artinya keselamatan, kesentosaan, patuh, dan tunduk
dan ihsan artinya selalu berbuat baik karena merasa diperhatikan oleh
Allah.

Biografi Iman An-Nawawi dan Karya-Karyanya


Para ahli fiqih sepakat, bahwa Imam al-Nawawi adalah seorang yang
„alim, wara‟, zuhud, dhabit dan bertaqwa. Sebagai seorang wara‟,
misalnya beliau megambil sikap tidak mau memakan buah-buahan
Damaskus karena merasa ada syubhat seputar kepemilikan tahan dan
kebun-kebunya di sana. Imam Nawawi berguru pada syaikh Ar-Ridha
bin al-Burhan, Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad Al-Anshari,
Zainuddin bin Abdul Daim, Imaduddin Abdul Karim Al-Khurasani,
Zainuddin Khalaf bin Yusuf, Taqiyyuddin bin Abil Yasar, Jamaluddin
bin As-Shayarfi, Syamsuddin bin Abi Umar dan ulama-ulama lainnya
yang sederajat. Adapun murid-murid Imam Nawawi yang menjadi
ulama terkenal setelah beliau adalah Al-Khatib Shadr Sulaiman Al-
Ja‟fari, Syihabuddin Ahmad bin Ja‟wan, Syihabuddin AlArbadi,
Alauddin bin Al-Atthar, Ibnu Abi Al-Fath dan Al-Mazi serta Ibnu
AlAtthar.

Latar Belakang Penulisan Kitab Matan Arba‘in an-Nawawi


Kitab Al-Arba„in An-Nawawiyyah terdiri atas empat puluh dua hadis
yang setiap hadis merupakan kaidah (pondasi) agung di antara kaidah-
kaidah agama Islam yang dinyatakan oleh para ulama sebagai poros
Islam atau sebagai setengah bagian dari ajaran Islam, atau
sepertiganya, atau sebutan lain yang semisal dengannya. Hadis
Arba„in merupakan kumpulan hadis-hadis nabi pilihan yang memiliki
keutamaan dalam pembahasan yang singkat dan padat berkaitan
dengan kehidupan beragama, ibadah, muamalah dan syariah. Kitab
AlArba„in An-Nawawiyyah diawali dengan mukaddimah dari Imam
al-Nawawi, kemudian tiap-tiap hadis tidak dibuatkan tema pokok
tersendiri artinya dalam Kitab al-Arba„in An-Nawawiyyah Imam
Nawawi pada tiap hadis tidak diberi judul secara spesifik, tapi hanya
disebutkan “hadis pertama”, hadis kedua”, dan seterusnya hinga akhir,
sehingga pembaca tidak mengetahui tema dalam hadis tersebut tanpa
membacanya terlebih dahulu.

Islam, iman dan ihsan dalam Kitab Matan Arba‘in an-Nawawi


a. Diawali dengan mengucapkan dua kalimat syahadat,
dengan maksud bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah saja, Dia-lah Ilah yang haqq, sedangkan ilah selainNya
adalah bathil. Kemudian dilanjutkan dengan kesaksian
bahwasanya Muhammad itu adalah Rasulullah (utusan Allah),
dengan membenarkan semua apa yang diberitakannya, dan
mentaati semua perintahnya serta menjauhi semua yang
dilarang dan dicegahnya. di sisi Allah ta‟ala, Imam an-Nawawi
menambakan bahwa ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu
: (1) dengan niat yang ikhlas karena Allah, dan (2) Setiap
amalan bersumber dari kitabullah dan sunnah Rasulullah.
b. Kewajiban untuk menegakkan shalat fardhu 5 waktu dan
menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya.
hadis ke-29 dalam kitab matan arba‟in an-Nawawi tentang
keutamaan shalat yang artinya Dari Mu‟az bin Jabal
radhiallahuanhu dia berkata: Beliau (Rasulullah) berkata:
Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan
puncaknya adalah Jihad. ....
c. Kewajiban mengeluarkan zakat, bagi yang sudah mencapai
batas nishab zakat dan haulnya. Rasulullah saw telah
menjelaskan pada hadis ke-8 dalam kitab matan arba‟in akibat
tidak menunaikan kewajiban shalat dan zakat yang artinya
“Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda : Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada
ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan
hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali
dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah
ta‟ala.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
d. Berpuasa pada Bulan Ramadhan wajib bagi setiap muslim
e. Menunaikan ibadah haji wajib bagi yang mampu. Menjadi
kewajiban bagi setiap muslim yang mampu melaksanakannya,
baik mampu dalam hal materi ataupun fisik.

Penjelasan tentang rukun Islam telah penulis bahas pada pembahasan


sebelumnya tentang konsep Islam. Sama halnya dengan Islam yang
memiliki 5 rukun, keimanan juga memiliki 6 rukun yang mesti diimani
dan diamalkan oleh setiap mukmin (orang yang beriman). 6 rukun
tersebut telah Rasulullah saw sebutkan tatkala Jibril bertanya apa itu
iman, kemudian beliau menjawab yang artinya ”Yaitu kamu beriman
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya, hari
akhir dan kamu beriman kepada qadar yang baik dan yang buruk.”
(HR. Muslim).
Materi Pembelajaran Pendidikan Islam berbasis Islam, Iman dan
Ihsan
Menurut Zakiha Darajat (2011: 29-30) bahwa pendidikan Islam,
diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya
dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan
mengembangkan ajaran Islam dalam hubungan-Nya dengan Allah dan
sesama manusia, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat
dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat.
Jadi, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia yang muslim yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Iman dalam kaitannya dengan pendidikan maka paling tidak nilai-nilai


yang ada dalam keimanan mampu mewarnai keilmuan yang didapat.
Karakter yang diharapkan adalah melahirkan pesrta didik yang
berwawasan Islami, yang yakin terhadap rukun-rukun keimanan.
Adapun ihsan dalam ranah edukasi (pendidikan), ihsân sangat erat
kaitannya, bahkan sama artinya, dengan kata “afektif”. Sama halnya
dengan ihsân, afektif-pun akan berbicara tentang kebaikan yang
bersumber dari hati. Oleh karenanya pendidikan karakter berbasis
Ihsân sama halnya dengan pendidikan hati.
Analisis Jurnal
- Kekuatan 1. Dari segi pembahasan, pada jurnal ini menjelaskan materi
Jurnal dengan sangat lengkap dan rinci. Sehingga materi yang
dijelaskan sangat lengkap.
2. Memiliki banyak referensi sehingga data yang didapat akurat.
3. Dari segi bahasa, bahasa yang digunakan jurnal ini sangat
mudah dipahami oleh para pembaca. Sehingga memudahkan
pembaca untuk mengerti materi yang dijelaskan dalam jurnal
ini
4. Dari segi tata letak, jurnal ini memiliki susunan yang rapi dan
tidak berantakan.

- Kelemahan 1. Dari segi identitas, tidak lengkapnya identitas pada jurnal


Jurnal 2. Subject penelitian tidak jelas ditujukan kepada siapa
Kesimpulan Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
satu dengan lainnya. Islam adaalah satu-satunya agama yang diakui
Allah di sisi-Nya, sedangkan Iman adalah keyakinan yang menjadi
dasar akidah Islam. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui
pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam
dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada
Allah dan barometer tingkat keimanan dan ketaqwaan seorang hamba.
Maka Islam tidak sah tanpa Iman, dan iman pun tidak sempurna tanpa
ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman pun
tidak akan terwujud tanpa adanya Islam.
Subtansi dari materi pendidikan Islam haruslah mencakup konsep
iman, Islam dan Ihsan. Agar peserta didik setelah mengalami proses
pendidikan membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa.
Insan kamil artinya manusia utuh jasmani dan rohani, dapat
berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah
SWT.

Materi pembelajaran Pendidikan Islam berbasis Islam, iman dan ihsan


ialah bertujuan mengintregasikan ketiga pilar ini dalam materi ajar
yang disampaikan kepada peserta didik. Sehingga peserta didik tidak
hanya paham secara teori saja, namun dapat merealisasikan teori
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Saran
Daftar Pustaka Anugrah, Ruri Liana, dkk. (2019). Islam, Iman dan Ihsan dalam Kitab
Matan Arba„in Annawawi (Studi Materi Pembelajaran Pendidikan
Islam dalam Perspektif Hadis Nabi Saw). Tarbiyah: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Agama Islam. 9(2): 29-44.

JURNAL PEMBANDING

Judul Desain Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Ihsan Bagi Siswa MI


NU Salafiyah Kudus
Jurnal Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology (IJCET)
Download https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet/article/view/15570
Volume, Nomor, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
dan Tahun
ISSN dan p-ISSN 2252-7125 e-ISSN 2502-4558 Halaman : 1- 10
Halaman
Penulis 1. Muhammad Arif Ihwanto
2. Anwar Sutoyo
3. Sudarmin
Reviewer 1. Deri Aldianu
2. Febry Andani Nasution
3. Nahdiyah Juhroh Nasution
4. Ulfa Dwi Rizki Nasution
Tanggal 10 November 2020
Abstrak
Penelitian
- Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendesain pendidikan karakter berbasis
Penelitian nilai-nilai ihsan di MI NU Salafiyah.
- Subjek Subyek penelitiannya yaitu siswa MI NU Salafiyah,
Penelitian
- Assesment Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif-analitis dengan
Data desain fenomenologi. Subyek penelitiannya yaitu siswa MI NU
Salafiyah, pengambilan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Analisis penelitian menggunakan miles dan huberman
yaitu koleksi data, reduksi data, display data dan simpulan.
- Kata Kunci character, design, educational, ihsan, values
Pendahuluan
- Latar Ihsan mengandung nilai-nilai yang menjadi prioritas utama. Menurut
Belakang dan Muhammad Abid al-Gabiri, sebagaimana dikutip oleh Syatibi &
Teori Octavia, dkk (2014) istilah nilai selaras dengan arti fadha‟il (kata plural
fadhilah atau al-fadhl/keutamaan), sebab fadha‟il itu merupakan
substansi atau esensi dari akhlak. Fadha‟il dalam arti sesuatu yang
mendapatkan prioritas utama. Nilai-nilai ihsan yang dikaji dalam
penelitian ini yaitu keyakinan, kepasrahan dan kerakwaan.

Penelitian tentang perilaku ihsan dilakukan oleh Handayanto, dkk


(2014) menunjukkan bahwa Organizational Culture (Budaya
Organisasi) memiliki dampak langsung dalam meningkatkan perilaku
ihsan meskipun nilainya tidak signifikan, sedangkan Leadership
(Kepemimpinan) dan Personal values (Nilai personal) tidak berdampak
langsung dan tidak signifikan dalam meningkatkan perilaku ihsan.
Namun demikian organizational culture, leadership, dan personal
values memiliki nilai positif terhadap peningkatan perilaku ihsan.

Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai ihsan penting untuk diteliti


sebab memiliki keunikan yang terdapat pada desain, aktualisasi dan
esensi pendidikan karakter, yaitu Pertama, mengembangkan kurikulum
pendidikan karakter berbasis nilai-nilai ihsan. Kedua, aktualisasi
nilainilai ihsan dalam proses pembelajaran dilaksanakan di madrasah
dan di luar madrasah secara eklektik dan simultan. Ketiga, memiliki
keyakinan bahwa hanya atas ijin dari Allah SWT maka pembelajaran
akan bernilai ibadah dan menghasilkan output/outcome yang baik, yang
tercermin dalam moto madrasah “we sure, we can, bi Idznillah”.
Metode Penelitian
- Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif-analitis
Penelitian dengan desain penelitian fenomenologi yaitu berupaya menggambarkan
fenomena secara mendalam dan kompleks, melalui pemahaman yang
utuh dan tidak bisa dipisahkan dari konteksnya. Oleh karena itu,
peneliti fokus pada konseptualisasi desain pendidikan karakter berbasis
nilai-nilai ihsan.
- Teknik Menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap
Pengumpulan pengambilan data dan sumber data penelitian dari informan (peneliti
Data sebagai instrumen utama; kepala madrasah, guru dan siswa sebagai
subyek) dan dokumen (kurikulum, foto kegiatan, rekaman audio, data
ke TU an dan artefak lain ‟data insidental‟ yang diperlukan).
- Teknik Analisis data penelitian menggunakan miles dan huberman yaitu
Analisis Data aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: data reduction, data display,
dan conclusion. Peneliti melakukan analisis data dan triangulasi secara
interaktif, berangkat dari fenomena tentang aktualisasi nilai – nilai
ihsan dalam pendidikan karakter, dilanjutkan dengan deskripsi kejadian
yang meliputi temuan di lapangan, reduksi data, dan analisis data serta
pengambilan simpulan dan verifikasi, diakhiri konseptualisasi dalam
bentuk desain pendidikan karakter berbasis nilai-nilai ihsan.
Hasil Penelitian Desain Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Ihsan
Menurut ragam bentuk aktualisasinya, pada periode sebelum tahun
2011 dapat dikatakan; Pertama, bentuk-bentuk kegiatan seperti
istighosah, salim, tadarus, dan sholat berjamaah dilaksanakan namun
sebatas rutinitas kecil tanpa diiringi usaha yang mantap dari madrasah.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran (sintak), periksa kerapian,
sholat dhuha, kepedulian sekitar, hafalan wajib dan IHT (In House
Training) belum ada. Kedua, instrumen seperti moto, kurikulum
pendidikan karakter, jurnal a‟malul yaumiyah, mading, dan info
salafuna belum ada sehingga pendidikan karakter berlangsung tanpa
terfasilitasi.

Berbeda dengan periode tahun 2011 berjalan; Pertama, bentuk-bentuk


kegiatan seperti istighosah, salim, periksa kerapian, tadarus, sholat
dhuha, sholat dhuhur berjamaah, hafalan wajib dan lainnya berlangsung
secara dinamis dengan usaha yang mantap disertai ma‟rifatullah.
Kedua, instrumen seperti moto, kurikulum pendidikan karakter, jurnal
a‟malul yaumiyah, mading, dan info salafuna disediakan oleh madrasah
guna memfasilitasi pendidikan karakter agar optimal.

Hasil dari desain adalah model yang mendeskripsikan sistem yang di


desain. Model merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan untuk disajikan dan menjadikannya lebih mudah dipahami.
Model di bawah ini memberikan gambaran sederhana tentang masukan,
proses, dan keluaran yang dihasilkan dari pendidikan karakter berbasis
nilai-nilai ihsan.

Dimensi input terdiri dari komponen siswa, guru, instrumental (sarana


prasarana, kurikulum, sumber bahan ajar, teknologi, strategi-metode
dan penilaian), environmental (lingkungan sekitar), mileu (budaya) dan
satu hal yang sering diabaikan yaitu hidayah dari Allah SWT.
Penekanan dimensi input terdapat pada hidayah, sebab merupakan hak
prerogatif Allah (Maha Haadii) untuk dikaruniakan kepada siapa yang
dikehendakinya. Hidayah Allah SWT terdiri dari empat bagian;
Pertama, Al-hidayah alwijdani atau al-ghariziyyah. Kedua, Al-hidayah
alhawas. Ketiga, Al-hidayah al-„aqli. dan Keempat, Alhidayah al-dini.
Melalui hidayah aqli, manusia mampu berpikir untuk menemukan ilmu
dan sekaligus merespon peristiwa dalam kehidupannya dengan respon
yang bermanfaat baginya. Sedangkan hidayah dien akan menuntun
manusia untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, yang baik
dan yang buruk serta merupakan standard operating procedure (SOP)
untuk menjalani kehidupan. Sedangkan hidayah taufiq akan terlihat dari
kesungguhannya dalam beramal kebaikan.

Dimensi proses menunjukkan interaksi guru dengan siswa secara ihsan


dan tertuju pada Allah SWT. Nilai-nilai ihsan merupakan nilai universal
yang diambil dari agama sebagai sumbernya. Nilai – nilai ihsan
bertahan dalam proses pendidikan di MI NU Salafiyah dalam dua tes
etika: reversibility (apakah kamu mau diperlakukan seperti itu? ) dan
universability (apakah kamu menginginkan semua orang melakukan hal
yang sama dalam situasi yang serupa?). Hal ini menandakan bahwa
nilai-nilai ihsan bukanlah milik individu melainkan milik bersama yang
sudah seharusnya ditanamkan sejak dini kepada generasi muda.

Pelan namun pasti, keberadaan Tuhan mulai disingkirkan (dihilangkan)


dari pendidikan. Padahal, melalui pandangan tentang agama secara
umum, Tuhan adalah Maha Pemberi Pertolongan, yang Maha Tinggi,
dimana kita sebagai mahluk-Nya memiliki kewajiban untuk melakukan
perbuatanperbuatan baik, seperti yang diperintahkan oleh Tuhan. Cara
pandang ini membuka mata kita bahwa dalam pendidikan karakter kita
membutuhkan pertolongan Tuhan dan manusia memiliki kewajiban
untuk berbuat baik sebagaimana yang diperintahkan oleh Tuhan.

Nilai-nilai ihsan yang diaktualisasikan di MI NU Salafiyah terdiri dari


nilai keyakinan, kepasrahan dan ketakwaan. Nilai-nilai tersebut
memiliki tiga bagian karakter yaitu pengetahuan ihsan, perasaan ihsan
dan tindakan ihsan. Tiga bagian karakter tersebut berintegrasi dan
membentuk makna dari masing-masing nilai dan pada akhirnya
membentuk sebuah karakter ihsan.

MI NU Salafiyah menerapkan metode do‟a, kisah, pembiasaan, hafalan,


mujadalah dan keteladanan; sebagai langkah nyata dari strategi yang
diterapkan berupa mujahadah dalam ilmu dan ma‟rifat dan integrasi
dengan budaya madrasah. Selanjutnya agar strategi dan metode tersebut
dapat berlangsung secara sistematis dibutuhkan proses yang terdiri dari
sintak, prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung.

Langkah-langkah pembelajaran (sintak) yang dilakukan oleh guru dan


siswa, meliputi; pertama, niat, dilakukan diawal waktu; kedua, ihsan,
tahu, sadar dan yakin bahwa Allah selalu melihat kita; ketiga, doa,
memohon kepada Allah sebagai bentuk tawakal; keempat, itqan,
bersungguh-sungguh dalam setiap usaha yang dilakukan; dan kelima,
syukur, berterimakasih dengan banyak memuji Allah SWT. Sintak
tersebut berkorelasi dan berintegrasi dengan nilainilai ihsan, serta
bersifat simultan.

Prinsip-prinsip (reaksi) Ihsan dideskripsikan bahwa Allah telah


menetapkan ihsan terhadap segala urusan, hal tersebut merupakan
ikhtiar (pilihan) yang wajib disertai kasb (usaha), agar kasb tersebut
bernilai ibadah maka harus diniatkan semata-mata karena Allah SWT
(lillahita‟ala), tidak dapat dipungkiri bahwa dalam usaha menegakkan
kebaikan selalu dihadang oleh kejahatan sehingga perlu disikapi dengan
idfa‟ billati hiya ahsan agar memperoleh hikmah, sedangkan
hikmah dan ilmu sepenuhnya milik Allah SWT yang mana ilmu itu
cahaya yang tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.

Pendidikan karakter membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat


melihat hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lulusan MI NU
Salafiyah mampu menjadi pribadi muhsin sesuai dengan kriteria berupa
indikator-indikator ihsan yang telah di kembangkan MI NU Salafiyah.
Disebut dengan pribadi muhsin bukan muhsan menandakan bahwa
karakter ihsan mengandung usaha (kasb) yang sungguh-sungguh dalam
berbuat kebajikan.

Makna dan Urgensi Nilai-nilai Ihsan


Nilai-nilai ihsan sebagai basis pendidikan karakter di MI NU Salafiyah
disajikan dengan pola eklektis yaitu menggunakan nilai-nilai ihsan
(keyakinan, kepasrahan, dan ketakwaan) secara campuran dan simultan,
sebab nilai-nilai tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh.
1. Nilai Keyakinan. Tiga bagian karakter dari nilai keyakinan
yaitu mengetahui bahwa Allah menyaksikan perbuatan yang
dilakukan (pengetahuan ihsan), merasa bahwa Allah
menyaksikan perbuatan yang dilakukan (perasaan ihsan),
Meyakini bahwa Allah menyaksikan perbuatan yang dilakukan
(tindakan ihsan). Tiga bagian karakter tersebut menunjukkan
bahwa makna dari nilai keyakinan yaitu mengetahui, menyadari,
dan meyakini tentang keberadaan Allah dalam I‟tiqad
(keyakinan yang teguh) kepada Allah yang tumbuh dari ilmu
yang dipelajari.
2. Nilai Kepasrahan. Tiga bagian karakter dari nilai kepasrahan
yaitu mengetahui bahwa semua kejadian atas ijin Allah
(pengetahuan ihsan), merasa bahwa semua kejadian atas ijin
Allah (perasaan ihsan), Berdo‟a dan tawakal kepada Allah
sebagai bentuk pasrah kepada-Nya (tindakan ihsan). Tiga bagian
karakter tersebut menunjukkan bahwa makna dari nilai
kepasrahan yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah
setelah berbuat kebajikan disertai ma‟rifatullah (tahu, sadar, dan
yakin akan keberadaan Allah).
3. Nilai Ketakwaan. Tiga bagian karakter dari nilai ketakwaan
yaitu mengetahui bahwa berusaha (kasb) merupakan ikhtiar
(pilihan) yang akan dikenai ta‟lif (pengetahuan ihsan), merasa
tergerak untuk berusaha sebaik mungkin (perasaan ihsan),
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya (tindakan ihsan). Tiga bagian karakter tersebut
menunjukkan bahwa makna dari nilai ketakwaan yaitu berusaha
berbuat kebajikan dan meninggalkan semua hal yang
membahayakan disertai ma‟rifatullah (tahu, sadar, dan yakin
akan keberadaan Allah).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga nilai tersebut merupakan
ruh dalam karakter siswa artinya apabila dalam diri siswa telah
disemaikan nilai tersebut maka nilai-nilai karakter yang mengiringi
seperti taubat, ihlas, tawadhu, dan sabar, lebih mudah ditanamkan.
Demikian pula, posisi nilai-nilai ihsan terhadap 18 nilai karakter
kebangsaan yang dikembangkan pemerintah bersifat membingkai ke-
18 nilai tersebut dalam koridor ibadah. Maksudnya, saat siswa
berperilaku jujur, disiplin, peduli, dan atau tanggung jawab maka
perilaku tersebut diniatkan semata-mata dalam rangka beribadah
kepada Allah.

Urgensi nilai-nilai ihsan (nilai keyakinan, kepasrahan dan ketakwaan)


dipakai sebagai basis pendidikan karakter di MI NU Salafiyah yaitu
pertama, menyuguhkan ide yang orisinal dalam bingkai budaya dengan
menghidupkan moto “we sure, we can, bi‟idznillah”; kedua,
menghidupkan Aqidah Ahlussunnah wal jamaah (ASWAJA) dengan
penekanan pada kasb (usaha) dan ikhtiar (pilihan); dan ketiga,
menyemaikan benih-benih tasawuf melalui tazkiyatun nafs dan berbuat
sesuai dengan apa yang paling baik pada saat itu.
Analisis Jurnal
- Kekuatan 1. Dilihat dari identitas, jurnal ini memiliki identitas yang lengkap,
Penelitian sehingga memudahkan para pembaca untuk mengetahui
identitas jurnal tersebut.
2. Dari segi bahasa, bahasa yang digunakan dalam jurnal ini sangat
mudah dipahami olrh para pembaca.
3. Terdapat gambar dan tabel untuk memperjelas data pada
penjelasan penelitian.
- Kelemahan Jurnal ini sudah sangat bagus, hanya saja masih terdapat beberapa
Penelitian pengulangan kata di dalamnya. Selebihnya jurnal ini sudah bagus.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan;
Pertama, desain menghasilkan model, model pendidikan karakter
berbasis nilai-nilai ihsan menunjukkan bahwa desain proses pendidikan
karakter yang dilakukan guru dengan siswa seharusnya dilaksanakan
dengan usaha yang mantap disertai ma‟rifatullah, sedangkan desain
proses pendidikan karakter memuat nilai-nilai ihsan (keyakinan,
kepasrahan, dan ketakwaan), bagian karakter ihsan (pengetahuan,
perasaan, dan tindakan), strategi - metode, prinsip-prinsip ihsan, sistem
sosial dan sistem pendukung. Kedua, Makna yang terkandung dalam
nilai-nilai ihsan bernuansa esoteric dan berujung pada usaha berbuat
kebajikan disertai ma‟rifatullah (tahu, sadar, dan yakin akan keberadaan
Allah). Makna tersebut merupakan konklusi dari makna nilai
keyakinan, nilai kepasrahan dan nilai ketakwaan, sedangkan urgensi
nilai-nilai ihsan sebagai basis pendidikan karakter berdasar pada
menyuguhkan ide yang orisinal dalam bingkai budaya dengan
menghidupkan moto “we sure, we can, bi‟idznillah”, menghidupkan
Aqidah Ahlussunnah wal jamaah (ASWAJA) dengan penekanan pada
kasb (usaha) dan ikhtiar (pilihan), dan menyemaikan benih-benih
tasawuf melalui tazkiyatun nafs dan berbuat sesuai dengan apa yang
paling baik pada saat itu.
Saran Saran penelitian yaitu agar dilakukan proses diseminasi terhadap desain
pendidikan karakter berbasis nilai-nilai ihsan ke dalam proses
pendidikan ke instansiinstansi pendidikan lain sebagai bahan acuan dan
referensi dalam pendidikan karakter.
Daftar Pustaka Ihwanto, Muhammad Arif., Anwar Sutoyo dan Sudarmin. (2017).
Desain Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Ihsan bagi Siswa MI
NU Salafiyah Kudus. Innovative Journal of Curriculum and Educational
Technology. 6(1): 1-10.

Anda mungkin juga menyukai