21273
ISSN : 2580-6181 (Print), 2599-2481 (Online)
Available online at: https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/index
Abstract. The purpose of this study is to identify the synthesis of education in the interpretation of
thematic studies of terms containing educational connotations. This article is the result of a literary
study (literature) about terms that connotes education in al-Qur’an and al-Sunnah, namely
tarbiyah, taklim, tadris, ta’dib and tazkiyah. This research is library research, with a content
analysis approach. This study concludes that the five terms that connote to education in their contexts
describe the concept of education in a whole synthesis, which is in line with the dynamics of humanity
as God’s representative on earth. The five terms are identical with the term da’wah and all its
connotations, which indicate that education is an accumulation of Islamic da’wah. The results of this
study can be used to formulate the vision, mission and goals of all disciplines and at all levels of
education, both formal and nonformal.
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sintesa pendidikan dalam
interpretasi kajian tematik istilah-istilah yang tercakup dalam konotasi pendidikan. Artikel ini
adalah hasil dari kajian literatur (pustaka) tentang istilah-istilah yang berkonotasi dengan
pendidikan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, yaitu tarbiyah, taklim, tadris, ta’dib dan tazkiyah.
Jenis penelitian kepustakaan (library research), dengan pendekataan content analysis (kajian isi).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelima istilah yang berkonotasi dengan pendidikan tersebut
dalam konteksnya masing-masing mendeskripsikan konsep pendidikan dalam sintesa yang utuh,
yang searah dengan dinamika kemanusiaan sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Kelima istilah
tersebut identik dengan istilah dakwah dan seluruh konotasinya, yang menunjukkan bahwa
pendidikan merupakan akumulasi dari dakwah Islam. Hasil dari kajian ini dapat digunakan
untuk merumuskan visi, misi dan tujuan dari segala disiplin keilmuan dan pada seluruh jenjang
pendidikan, baik formal maupun nonformal.
yang dilakukan secara bertahap 239, Q.S. al-Maidah: 4 dan Q.S. al-
sebagaimana Adam menyaksikan Hujurat: 16.
dan menganalisis asma yang
Penggunaan kata ‘allama-ta’lim
diajarkan Allah kepadanya. taklim juga didapatkan pada hadits-hadits
mencakup fase bayi, anak-anak, berikut:
remaja, dan orang dewasa….
(Ridho, 1373 H: 42). “Barang siapa yang mengajarkan suatu ilmu
c. Muhammad Naquib al-Attas, maka dia memperoleh pahala orang yang
mengartikan taklim dengan mengamalkannya.” (HR. Ibn Majah).
pengajaran. Bila taklim
“Diantara amal dan kebaikan yang menyusul
disinonimkan dengan tarbiyah,
seseorang sesudah matinya adalah: ilmu yang
maka taklim mempunyi arti dia ajarkan dan sebarluaskan, …” (HR. Ibn
pengenalan tempat segala sesuatu Majah, Baihaqi dan Khuzaimah).
dalam sebuah sistem. Menurutnya
ada hal yang membedakan antara Sa’ad bin Abu Waqqash r.a berkata:
tarbiyah dengan taklim, yaitu ruang
ى
َّ صـل َ ِس ْو ِل هللا ُ ى َر ْ از ِ َ أ َ ْوالَدَنَا َمغـ ُكـنَّا نُعَ ِـلّ ُم
lingkup taklim lebih umum
ُّ سـلَّ َم َك َمـا نُ َع ِلّ ُمـ ُه ُم ال علَيـْ ِه
daripada tarbiyah, karena tarbiyah
َس ْـو َرة َ ِمـن َ َو َ ُهللا
ْ ُْالق
tidak mencakup segi pengetahuan
dan hanya mengacu pada kondisi
آن
ِ ـر
eksistensial, yang mengacu pada
“Kami mengajar anak-anak kami riwayat
segala sesuatu yang bersifat fisik
hidup Rasulullah SAW .Seperti kami
mental (Naquib, 17).
mengajarkan satu surat dari Al Qur’an”
d. Menurut Muhammad Athiyah al-
Abrasy, taklim lebih khusus
dibandingkan dengan tarbiyah,
اعملوا بطاعة هللا و اتقوا معاصى هللا و
karena taklim hanya merupakan
و اجتناب,مروا اوالدكم بامتثال االوامر
upaya menyiapkan individu dengan فذالك و قاية لهم و لكم من النّار,النواهى
“Ajarkanlah mereka untuk ta’at kepada
mengacu pada aspek-aspek
Allah dan takut berbuat maksiat kepada
tertentu saja, sedankan tarbiyah
Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk
mencakup keseluruhan aspek- menaati perintah-perintah dan menjauhi
aspek pendidikan (al-Abrasy, 1968: larangan-larangan. Karena itu akan
32). memelihara mereka dan kamu dari api
Beberapa ayat terkait dengan kata neraka ” (HR. Tirmidzi dan Darimi).
taklim dalam pengertian
instruction antara lain: Q.S. al- Umar ibn Khatab berkata:
Jum’ah: 2, Q.S. al-Baqarah: 151,
Q.S. al-Rahman: 1-4, Q.S. Yasin: علموا اوالدكم الرماية و الصباحة و مروهم
69, Q.S. al-Syu’ara: 49, Q.S. Thaha: ان يثبوا على الخيل وثبا
71, Q.S. al-Kahfi: 66, Q.S. Yusuf::
6 dan 37, 68 dan 101, Q.S. al- “Ajarkanlah memanah dan berenang kepada
Nisa’: 113, QS. Ali Imran: 17 dan anak-anak kamu, dan suruhlah mereka
48, Q.S. al-Baqarah: 30, 31, 129, melompat keatas kuda dengan sekali lompatan”
من دخل مسجدنا هذا ليعلّم خيرا او ليتعلّم rakhmat, dikerumuni malaikat dan Allah
كان كا المجاهد فى سبيل هللا membanggakan mereka kepada makhluk
“Barang siapa masuk masjid kami ini untuk hidup disisinya” (HR. Muslim).
tujuan mengajarkan kebaikan atau untuk Berdasarkan beberapa ayat dan
belajar, maka dia bagaikan orang berperang di beberapa hadts tersebut, istilah ta’lim
jalan Allah”( HR. Ibn Majah). menunjukkan bahwa ilmu yang bisa
untuk dialihkan meliputi semua ilmu
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, termasuk diantaranya sihir. Sehingga
memang istilah tersebut lebih dekat pada
ّما من رجل يعلم ولده القرأن فى الدنيا اال pengajaran bukan pendidikan, karena
pendidikan dalam pengertian Islam tentu
توج ابوه بتاج فى الجنّة يعرفه به اهل الجنّة ّ saja harus mengarah pada manusia yang
بتعليم ولده القرأن فى الدنيا lebih baik, sesuai peran dan fungsinya
“Tidaklah seseorang mengajarkan Al Qur’an menurut al-Qur’an dan al-Sunnah.
kepada anaknya di dunia kecuali ayahnya Dalam konsep ta’lim,Allah adalah “Guru”
pada hari kiamat dipakaikan mahkota surga. para nabi dan manusia. Menurut Az-
Ahli surgamengenalinya dikarenakan dia Zajjaj, taklim merupakan cara Allah
mengajari anaknya Al Qur’an di dunia.” mengajarkan para nabi dan umat
manusia tentang “ilmu pengetahuan”
ّ تعلّمو القرأن فأقرؤوه
فان مثل القرأن لمن dan “teknologi”, sebagaimana dipahami
محشو
ٍّ ّ نعلّمه و قرأه و قام به كمثل جراب dalam petikan ayat: “Dan telah Kami
مسكا يفوح ريحه فى ك ّل مكان ajarkan kepada Daud membuat baju besi
untuk kamu, guna memelihara kamu dalam
“Belajarlah Al Qur’an, lalu bacalah. peperanganmu, maka hendaklah kamu
Sesungguhnya perumpamaan Al Qur’an bagi bersyukur (kepada Allah)” (Q.S. al-Anbiya:
orang yang mempelajari, membaca dan 80).
beribadah malam dengannya bagaikan tempat Ilmu pengetahuan menurut Islam
yang dipenuhi minyak kesturi yang semerbak merupakan landasan kuat bagi keimanan
bau harumnya di setiap tempat” (HR. dan sekaligus pedoman amal dalam
Thabrani). meningkatkan kualitas hidup manusia
untuk memperoleh ridha Allah SWT.
خيركم من تعلّم القرأن و علّمه Konsep taklim secara filosofis dalam al-
Qur’an digunakan khusus untuk
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang menunjukkan ilmu pengetahuan dan
mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya” teknologi yang dapat diulang dan
( HR. Bukhari). dikembangkan, sehingga menghasilkan
pengaruh ke arah ketinggian spiritaul
ما اجتمع قوم فى بيت من بيوت هللا يتعلّمون pada diri muta’allim. Ilmu pengetahuan
كتاب هللا و يتدارسونه بينهم االّ نزلت عليهم
dan teknologi dapat digali melalui budaya
baca dan budaya tulis – bukan sekedar
السكينة و غشيتهم الرحمة و حفّتهم المالئكة budaya lisan dan menghapal – dan dapat
وذكرهم هللا فيمن عنده dikembangkan dengan semangat kritis
“Sekelompok masyarakat tidak berkumpul di intelectual curiosity dan kekuatan creative
masjid mempelajari kitab Allah dan imagination melalui aktifitas intidzar (Q.S.
bertadarrus diantara mereka, kecuali turun al-‘Alaq: 1-5). Proses pendidikan dalam
kepada mereka ketenangan, mereka diliputi
kansep taklim tidak dapat berdiri sendiri. membebaskan diri dari segala perbuatan
Ia merupakan rangkaian dari aktivitas keji dan munkar sambil menghiasi diri
tilawah, ta’lim, dan tazkiyah, sebagaimana dengan sifat-sifat terpuji sehingga
informasi Allah berikut: terpancar pesona pribadi insan yang
adiluhung; sedangkan ishlah berupa
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka keberanian menegakkan amar ma’rif nahi
seorang Rasul dari kalangan mereka, yang munkar, terpanggil untuk membebaskan
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat masyarakat dari segala penyakit sosial,
Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al- memelihara ukhuwah islamiyah, peka
Kitab (al-Qur’an) dan Hikmah (as-Sunnah) dan memiliki komitmen untuk senantiasa
serta mensucikan mereka. Sesungguhnya memihak kepada si tertindas dan
Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha sungguh-sungguh mereformasi tatanan
Bijaksana.” (Q.S. al-Baqarah: 129). sosial-ekonomi-politik yang tak
berkeadilan. Proses ta’lim ini dapat ditarik
Secara peadagogis, aktifitas tilawah dari makna ayat berikut:
adalah membacakan ayat-ayat Allah
“Orang-orang yang mengikuti Rasul,
secara tartil dan fasih, dengan tujuan
Nabi yang ummi, yang (namanya) mereka
memberikan kabar gembira (tabsyir) dan
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang
peringatan (tanzir), serta mengingatkan
ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mereka yang lupa (tadzkir/tanbih lil
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka
ghafilin); lalu dilanjutkan dengan aktifitas
dari mengerjakan yang munkar dan
ta’lim, yakni menjelaskan esensi
menghalalkan bagi mereka segala yang baik
kandungan al-Qur’an dan al-Sunnah
dan mengharamkan bagi mereka segala yang
tentang halal-haram dengan segala
buruk dan melepaskan dari mereka beban-
konseksewensi yang melekat, yang halal
beban dan belenggu-belengguyang ada pada
dengan kemaslahatannya dan yang haram
mereka. Maka orang-orang yang beriman
dengan segala kemafsadatan yang
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
ditimbulkannya; menafsirkan informasi
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
secara kreatif dan produktif.
kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-
Makna tilawah ini sebangun
orang yang beruntung.” (Q.S. al-A’raf: 157) .
dengan makna tabligh (menyampaikan
suatu informasi secara transparan, Rasa ingin tahu dan pencarian
terbuka, dan lugas); sedangkan makna kebenaran itu dilakukan melalui
ta’lim sebagun dengan makna tabyin, eksplorasi dan ekspresi sensoris (panca
sebagaimana firman Allah: indra) secara konstan. Tugas pendidik
“Kami tidak mengutus seorang Rasul pun, adalah membantu anak dalam
melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia merekonstruksi pengetahuan baru
dapat memberi penjelasan dengan terang dengan memanfaatkan pengalaman dan
kepada mereka…” (Q.S. Ibrahim: 4). pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
Proses ta’lim atau tabyin tersebut Pendidik melatih kognitif anak
diharapkan berpengaruh pada jiwa para merumuskan gagasan menjadi konsep
pembelajar. Mereka dapat bertindak yang lebih sistematis, logis, dan rasional.
sesuai pengetahuan mereka tentang
halal-haram, dengan kesadaran tazkiyah C. Tadris
(internalisasi nilai) dan ishalah
(eksternalisasi nilai). Tazkiyah berarti
Tadris dari akar kata daras – darras, bertujuan agar materi yang dibacakan
artinya pengajaran, adalah upaya atau disampaikan itu mudah dihapal dan
menyiapkan murid (mutadaris) agar dapat diingat. Ia merupakan kegiatan pewarisan
membaca, mempelajari dan mengakaji kepada murid dari para leluhurnya.
sendiri, yang dilakukan dengan cara a. Kegiatan dalam tadris tidak sekedar
mudarris membacakan, menyebutkan membacakan tau menyebutkan
berulang-ulang dan bergiliran, materi, tetapi juga disertai dengan
menjelaskan, mengungkapkan dan mempelajari, mengungkap,
mendiskusikan makna yang terkandung menjelaskan, dan mendiskusikan
didalamnya sehingga mutadrris isi dan maknanya.
mengetahui, mengingat, memahami, b. Tadris adalah suatu upaya
serta mengamalkannya dalam kehidupan
menjadikan dan membelajarkan
sehari-hari dengan tujuan mencari ridho
murid (mutadarris) supaya mau
Allah (definisi secara luas dan formal).
membaca, mempelajari, dan
Al-Juzairi memakai tadarrsu dengan
membaca dan menjamin agar tidak lupa, mengakaji sendiri.
berlatih dan menjamin sesuatu. Menurut c. Dalam tadris, seorang murid
Rusiadi dalam tadris tersirat adanya (mutadarris) diharapkan mengetahui
mudarris. Mudarris berasal dari kata dan memahami benar yang
darasa-yadrusu-darsan-durusan-dirasatan disampaikan oleh mudarris (guru)
yang artinya terhapus, hilang bekasnya, serta dapat mengamalkan di dalam
mengahapus, melatih dan mempelajar. kehidupan sehari-hari.
Artinya guru adalah orang yang berusaha d. Tadris dilakukan dengan niat
mencerdaskan peserta didiknya, beribadah kepada Allah SWT dan
menghilangkan ketidaktahuan atau mendapat ridhaNya.
memberantas kebodoha, serta melatih e. Kegiatan belajar dalam tadris bisa
keterampilan peserta didik sesuai dengan berlangsung dengan cara saling
bakat dan minatnya. 4 Mudarris adalah
bergantian atau bergilirian, yaitu
orang yang memiliki kepekaan intelektual
sebagian membaca sebagian
dan informasi serta memperbaruhi
lainnya memperhatikan dengan
pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan, dan berusaha saing mengoreksi, emmbenarkan
mencerdaskan peserta didiknya, kesalahan lafal yang dibaca
memberantas kebodohan mereka, serta sehingga terhindar dari kekeliruan
melatih keterampilan sesuai dengan dan lupa.
bakat, minat, dan kemampuannya5 f. Tadris menunjukan kegiatan yang
Tadris adalah suatu bentuk terjadi pada diri manusia dalam arti
kegiatan yang dilakukan oleh mudarris yang umum.
untuk membacakan dan menyebutkan Tadris merupakan taklim secra
suatu kepada mutadarris (murid) dengan mendalam dan dengan kajina khusus Al-
berulang-ulang dan sering. Tadris Kitab. Makna kata tadris dapat kita baca
dalam pertikan firman Allah berikut:
4 Rusiadi, Metodologi Pembelajaran Agama “Adakah kamu kamu mempunyai sebuah
Islam, Cet. Ke II, (Jakarta: Sedaun, 2012), hal. 13 kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu
5 Yayan Ridwan, Ilmu Pendidikan Islam,
“Dan Kami tidak pernah memberikan dipercaya guru besar), dan Mufid
kepada mereka kitab-kitab yang mereka (mahasiswa reguler yang dipercaya syeikh
baca…” (Q.S. Saba’: 44) membantu mahasiswa pemula) dan
Muthalib (mahasiswa) (Asari, 1994: 39),
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang
yang memiliki perlengkapan akademis
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-
tingkat tinggi (Tim Dosen, 2019: 52),
Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempertahankan kelangsungan hidup-
mempelajarinya.” (Q.S. Ali Imran: 79)
nya dan meraik sukses (Buzan, 2005:
Kata tadris berkonotasi pada 130).
proses mempelajari al-Kitab (atau al-
Qur’an). Kata ini telah diserap dalam D. Ta’dib
khazanah bahasa dan budaya bangsa
dengan istilah ngeder’s, atau tadarusan. Ta’dib berasal dari kata addaba ()أدّب,
Ngeder’s itu belajar dengan cara yuaddibu ( )يأدّبdan ta’dib ()تأديب, biasa
mengulang, menghapal, dan melestarikan diartikan dengan ‘allama atau mendidik.
ide, nilai, dan ajaran yang bersifat absolut. Addaba ( )أدّبditerjemahkan oleh Ibnu
Tempat untuk mempelajari kitab suci Al- Manzhur merupakan padanan kata allama
Qur’an itu disebut madrasah. Dari sisi dan oleh Azzat dikatakan sebagai cara
bahasa Arab, madrasah adalah bentuk Tuhan mengajar Nabi-Nya, sehingga Al-
isim makan dari kata tadris yang berarti Attas mengatakan bahwa kata addaba
tempat ngeders. Meskipun demikian, (ta’dib) mendapatkan rekanan
penggunaan kata madrasah di Indonesia konseptualnya di dalam istilah ta’lim. Al-
sama sekali berbeda dengan Attas memaknai pendidikan dari hadith,
penggunaannya dalam tradisi Islam
klasik. Dalam bahasa Indonesia modern, سنَ ت َأ ْ ِديْـبِى
َ ْأَدَّبَنِى َربِّى اَح
madrasah menunjuk pada lembaga
pendidikan dasar dan menengah orang “Tuhanku (Allah) telah mendidikku dengan
Islam untuk mempelajari bahasa Arab pendidikan yang terbaik”6
dan isi kandungan al-Qur’an serta ilmu
keislaman lainnya secara klasikal. Dalam Selanjutnya Al Attas menyam-
sejarah keemasan Islam klasik, madrasah paikan(Al-Attas, 61), ”Dalam pende-
merujuk pada suatu institusi pendidikan finisian kita tentang ’makna’, kita katakan
tinggi yang secara luas mulai dikenal bahwa ’makna’ adalah pengenalan
sejak abad ke-5/11, seperti Madrasah tempat segala sesuatu dalam sebuat
Nidzamiyah. Madrasah juga berarti sistem. Karena pengetahuan terdiri dari
madzhab (aliran pemahaman keagamaan sampainya, baik dalam arti hushul dan
tertentu), yang kemudian diajarkan di wushul, makna di dalam dan oleh jiwa,
maka kita definisikan ’pengetahuan’
madrasah. Madrasah pada umumnya
sebagai pengenalan tempat-tempat yang
menganut madzhab tertentu para
tepat dari segala sesuatu di dalam
pendirinya, khususnya dalam madzhab penciptaan sedemikian rupa, sehingga
syafi’i. Pendidik di madrasah – hal ini membawa kepada pengenalan
Perguruan Tinggi Ilmu Hukum – itu tentang tempat yang tepat dari Tuhan
disebut Mudarris, meliputi: Syaikh (guru dalam tatanan wujud dan keperiadaan.
besar), Naib (asisten dosen dengan
kualifikasi setara guru besar), Mu’id 6 Lihat Jami’ al-Ahadits wa al-Marasil,
(mahasiswa pascasarjana senior yang nomor 780-781
Agar pengetahuan bisa dijadikan َـر ِش هللاِ َي ْـو َم ال ْ عَ آن ِفى ِظـ ِّل ْ َُح َمـا َلةَ ْالق
ِ ـر
’pengetahuan’, kita masukkan unsur
dasar pengakuan di dalam pengenalan,
ْ َ ِظـ َّل إِالَّ ِظلُّـهُ َم َع أ َ ْنبِـيَآئِـ ِه َوأ
ص ِفـيَآئِـ ِه
dan kita definisikan kandungan “Didiklah anak-anakmu dalam tiga hal:
pendidikan ini sebagai pengenalan dan mencintai Nabimu, mencintai keluarga nabi,
pengakuan tempat-tempat yang tepat dan membaca Al Qur’an. Maka sesungguhnya
dari segala sesuatu di dalam keteraturan yang membaca Al Qur’an berada dalam
penciptaan sedemikian rupa, sehingga naungan Nya, bersama para Nabi dan orang-
hal ini membimbing ke arah pengenalan orang Suci”
dan pengakuan tempat-tempat Tuhan Istilah ta’dib dalam tradisi arab
yang tepat dalam tatanan wujud dan dikaitkan dengan kemuliaan dan
kepriadaan. Kemudian kita definisikan ketinggian pribadi seseorang. Sebagai-
pendidikan, termasuk pula proses mana hadits-hadits berikut:
pendidikan, sebagai pengenalan dan أدّبوا اوالدكم و احسنوا ادابهم
pengakuan yang secara berangsur-angsur “Didiklah anak-anak kamu dengan
ditanamkan dalam manusia tentang pendidikan yang baik” (H.R. Ibn Majjah)
tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan علموا اوالدكم و أهليكم الخير و
sedemikian rupa, ini membimbing ke أدبوهم
arah pengenalan dan pengakuan tempat “Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak
Tuhan yang tepat di dalam tatanan kamu dan didiklah mereka”
wujud dan keperiadaan.”
Al-Attas, mengartikan kata addaba ألن يؤدّب الرجل ولده خير من ان يتصدق
( )أدّبsecara generik (Penulis: kekhasan) بصاع
adalah undangan kepada suatu perja- “Seorang yang mendidik anaknya itu lebih
muan (al-Attas, 57). Pengunaan ta’dib baik daripada bersedekah satu sha”
lebih cocok untuk pendidikan islam,
konsep inilah yan diajarkan oleh Rasul. اكرما اوالدكم و احسنوا ادا بهم
Ta’dib berarti pengenalan, bimbingan, “Muliakan anak-anak kalian dengan adab
pengakuan yang secara berangsur-angsur yang baik”
ditanamkan kepada manusia tentang ّ من
حق الولد على الوالد أن يحسن ادبه و
segala sesuatu dalam tatanan penciptaan, يحسن اسمه
sehingga membimbing kearah kesopanan, “Diantara yang menjadi hak seorang anak
keramahan, kehalusan budi pekerti , dan atas orang tuanya adalah memperbagus
ketaatan terhadap kekuasaan dan adabnya dan menamakannya dengan nama
keagunggan Allah. Konsep ta’dib yang yang baik”
digagas al-Attas ini adalah konsep ما نحل والد ولدا افضل من ادب حسن
pendidikan Islam yang integratif (al- “Tidak ada suatu pemberian yang lebih utama
Attas, 1987: 90). yang diberikan oleh seorang ayah kepada
Abdullah Nasih Ulwan (1994: anaknya, kecuali adab yang baik”
200), mengambil hadits yang diri-
wayatkan oleh Thabrani dari Ali r.a. ّ
و يس ّمى و,يعـق عنه يوم السـابع الغالم
untuk menjadi dasar penting terhadap ,ست سنـين أدّبّ يـماط عنه األذى فاذا بلـغ
pendidikan al-Qur’an untuk anak, bahwa
فاذا, و اذا بلغ تسع سنـين عـزل عن فـراشه
Rasulullah bersabda:
بلـغ عشرة سنة ضرب على الصالة و
ِ ّ حُب:صـا ٍّل َ ث ِح ِ َعـلَى ثَال َ أ َ ِدّب ُْـوا أ َ ْوالَدَ ُك ْم
,زوجه ابوه
ّ ست عشرة سنة ّ فاذا بلغ,الصوم
فَإ ِ َّن.آن ْ ُت اْلق
ِ ـر ِ َو ِتـالَ َو,نَ ِبـ ِيّ ُك ْم َوحُبّ ِ آ ِل َبيْـتِ ِه
Istilah ta’lim’, ta’dib, tadris, dan tarbiyah menjadi yang “seutuhnya”, sehingga
jika ditinjau dari segi penekanannya mampu mengurangi kehidupan ini baik
terdapat titik perbedaan antara satu sekarang mampu akan datang dengan
dengan lainny, namun apabila dilihat dari baik.
unsur kandungannya, terdapat keter-
kaitan yang saling mengikat, yakni dalam REFERENSI
hal memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah Al-Qur’an Al-Karim
penyampaian ilmu pengetahuan yang Abdullah, Abdurrahman Saleh,
benar, pemahaman, pengertian, tanggung Educational Theory a Quranic
jawab dan penanaman amanah kepada Outlook, Terj.
anak. ta’lim disini mencakup aspek-aspek Teori-teori Pendidikan Berdasarkan
pengetahuan dan keterampilan yang Al-Qur’an. Jakarta: PT Rineke
dibutuhkan seseorang dalam hidupnya Cipta, 2007.
dan pedoman perilaku yang baik. al-Attas, Muhammad Naquib, Konsep
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya Pendidikan Dalam Islam. Bandung:
difokuskan pada bimibangan anak Mizan, 1988
supaya berdaya (punya potensi) dan Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam
tumbuh kelengkapan dasarnya serta Perspektif Islam, Bandung: Rosda
dapat berkembang secara sempurna. Karya, 1992
Yaitu pengembangan ilmu dalam diri Al-Thabary, Abu Ja’far Muhammad Ibn
manusia dan pemupukan akhlak yakni Jaris, Jami’ul Bayan ‘an Ta’wil ayat
pengalaman ilmu yang benar dalam al-Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr,
mendidik pribadi. 1988
Adapun ta’dib, titik tekannya al-Maraghy, Ahmad Musthafa, Tafsir al-
adalah pada penguasaan ilmu yang benar Maraghy, juz V, Beirut: Daar al-
dalam diri seseorang agar menghasilkan
Fikr, 1871
kemantapan amal dan tingkah laku yang
al-Ashqalany, Al-Imam al-Hafidz Ibn
baik. Tadris, titik tekannya adalah upaya
Hajar, Fath al-Barr ‘ala Syarh
menyiapkan anak didik tidak hanya
sekedar dalam hal membaca, tetapi juga Shahih al-Bukhary, Penerjemah:
disertai dengan investasi inernalisasi Gazirah Abdi Ummah, Jakarta:
nilai-nilai moral dan spritual yang Pustaka Azzam, 2010
diemban oleh guru untuk ditransfor- al-Qurthuby, Ibn Abdillah Muhammad
masikan kearah pembentukan kepri- bin Ahmad al-Anshary, Tafsir al-
badian anak didik, mencerdaskan serta Qurthuby, (al-Qahirah: Durusy,
melatih keterampilan, sesuai dengan t.th.
bakat, minat, dan kemampuannya. Ma’luf, Louis, al-Munjid fi Lughah, Beirut:
Sedangkan tazkiyah menjadi role value dan Daar al-Masyriq, 1960
ultimate goal pendidikan Islam. al-Razi, Fath, Tafsir Fat al-Razy,Teheran:
Kelima konsep diatas dalam satu Daar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.
kesatuan utuh proses pendidikan Islam. Zuhairini, Metodik Pendidikan Islam,
Kelimanya mendasari tujuan, metode,
Malang: IAIN Tarbiyah Sunan
kurikulum pendidikan, dan manajemenya,
Ampel Press, 1950
yang akan menghantarkan anak didik