Anda di halaman 1dari 16

Vol. 6 No. 2 November 2019 (pp. 193-209) DOI: 10.17509/t.v6i2.

21273
ISSN : 2580-6181 (Print), 2599-2481 (Online)
Available online at: https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/index

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF


AL-QUR’AN DAN AL-SUNNAH : Kajian Atas Istilah
Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib dan Tazkiyah
Ma’zumi, Syihabudin, dan Najmudin

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten


*E-mail: zumi.mei1970@gmail.com

Abstract. The purpose of this study is to identify the synthesis of education in the interpretation of
thematic studies of terms containing educational connotations. This article is the result of a literary
study (literature) about terms that connotes education in al-Qur’an and al-Sunnah, namely
tarbiyah, taklim, tadris, ta’dib and tazkiyah. This research is library research, with a content
analysis approach. This study concludes that the five terms that connote to education in their contexts
describe the concept of education in a whole synthesis, which is in line with the dynamics of humanity
as God’s representative on earth. The five terms are identical with the term da’wah and all its
connotations, which indicate that education is an accumulation of Islamic da’wah. The results of this
study can be used to formulate the vision, mission and goals of all disciplines and at all levels of
education, both formal and nonformal.

Keywords: Education, tarbiyah, taklim, tadris, ta’dib, and tazkiyah

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sintesa pendidikan dalam
interpretasi kajian tematik istilah-istilah yang tercakup dalam konotasi pendidikan. Artikel ini
adalah hasil dari kajian literatur (pustaka) tentang istilah-istilah yang berkonotasi dengan
pendidikan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, yaitu tarbiyah, taklim, tadris, ta’dib dan tazkiyah.
Jenis penelitian kepustakaan (library research), dengan pendekataan content analysis (kajian isi).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelima istilah yang berkonotasi dengan pendidikan tersebut
dalam konteksnya masing-masing mendeskripsikan konsep pendidikan dalam sintesa yang utuh,
yang searah dengan dinamika kemanusiaan sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Kelima istilah
tersebut identik dengan istilah dakwah dan seluruh konotasinya, yang menunjukkan bahwa
pendidikan merupakan akumulasi dari dakwah Islam. Hasil dari kajian ini dapat digunakan
untuk merumuskan visi, misi dan tujuan dari segala disiplin keilmuan dan pada seluruh jenjang
pendidikan, baik formal maupun nonformal.

Kata Kunci: Pendidikan, tarbiyah, taklim, tadris, ta’dib, dan tazkiyah

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 194


Ma’zumi, Shihabudin, dan Najmudin

PENDAHULUAN merdeka yang melahirkan inovasi dan


kreativitas tanpa batas. Menjadi hal yang
Wahyu pertama, Q.S. al-‘Alaq: 1- sangat penting dan mendasar bagi para
5, mengilustrasikan bahwa Islam adalah muslim untuk memahami konsep
anti kebodohan, amti kedzaliman dan pendidikan menurut al-Qur’an dan al-
anti monopoli, sebagai musuh utama Sunnah. Konsep dasar yang perlu untuk
manusia. Ayat ini menjadi penggerak dikaji berawal dari definisi atau
utama dalam mencapai tujuan pengertian pendidikan dengan berbagai
pendidikan yaitu membentuk manusia
konotasinya yang disandarkan pada Al
yang cerdas dan berkarakter Qur’any
(pemberdaya alam lingkungannya dan Qur’an dan As Sunnah. Seluruh konotasi
mengabdikan diri kepada Allah swt). istilah hamper pendidikan memiliki
Ayat inipun membangun harapan untuk kesamaan dengan istilah dakwah Islam
mewujudkan masyarakat yang progresif, yang menggunakan istilah tabligh, amar
berkontribusi dalam membangun ma’ruf-nahyi munkar, dan mau’idzah.
peradaban yang bermartabat. Namun, Sebagaimana diagram di bawah ini:
terjadi perdebatan hangat para pakar atau
ilmuwan terkait dengan konsep
pendidikan. Peran pendidikan untuk
melahirkan sebuah generasi tidak bisa
dicapai tanpa melalui konsep yang benar.
jika kita menerima teori ilmiah empiris
sebagai sebuah paradigma dalam teori
pendidikan, berati kita telah
meninggalkan konsep metafisika
(Abdullah, 2007: 21). Metode ilmiah
dalam membangun sebuah teori harus
dapat dibuktikan secara empiris untuk
dapat dijadikan dasar dalam menyusun
sebuah teori termasuk di dalamnya teori
pendidikan.
Dalam khazanah bahasa Arab,
istilah pendidikan secara populer
diterjemahkan dengan beberapa istilah,
yaitu tarbiyah, ta’lim, tadris, ta’dib, dan
tazkiyah. Istilah tarbiyyah adalah istilah
yang paling populer dan paling banyak
digunakan. Istilah-istilah ini, dengan
pendekatan semantik, dikaji dari aspek
kebahasaan, aspek penggunaannya secara
leksikal dan penggunaannya dalam
berbagai konteksnya dalam al-Qur’an al-
Sunnah. Bahwa: tarbiyah berkonotasi
Pendidikan menjemput ilham dengan nasy’an, tahdzib, khalqiyah,
Allah dan menuntun untuk melakukan tamlikiyah; taklim berkonotasi dengan
kreatifitas dengan melakukan serang- irsyad, ta’rif, tilawah, tabligh, tadris, dan
kaian uji coba, membangun pemikiran talqin; ta’dib berkonotasi dengan hidayah
imajinatif, sehingga kita menjadi insan tazkiyah dan khalqiyah. Seluruh istilah-

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 195


Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah:
Kajian Atas Istilah Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib dan Tazkiyah

istilah tersebut berkonotasi juga dengan E. Analisis Data


istilah-istilah konotasi dakwah. Analisis meliputi penyajian data
dan pembahasan dilakukan secara
kualitatif konseptual. Analisis data
METODE PENELITIAN
harus selalu dihubungkan dengan
Dalam penelitian ini penulis konteks dan konstruk analisis.
menggunakan jenis penelitian kepustaka- Konteks berkaitan dengan hal-hak
an (library research), dengan prosedur yang berhubungan dengan struktur
penelitian sebagai berikut: karya, sedangkan konstruk berupa
A. Pendekatan Penelitian bangunan konsep analisis. Analisis
Model pendekataan yang diguna- konten kajian kualitatif dengan ranah
kan dalam penelitian ini adalah content konseptual. dimulai dengan membaca,
analysis (kajian isi), bersifat analisis mencatat (mengumpulkan data),
pembahasan yang mendalam terhadap menidentifikasi, menyusunnya dalam
isi suatu informasi tertulis atau satuan-satuan sesuai urutan pola
tercetak dalam karya-karya para Ahli berpikir, kemudian menganalisis
Pendidikan. hingga pada kesimpulan.

B. Sumber Data HASIL PENELITIAN DAN


1. Sumber data primer, diperoleh PEMBAHASAN
langsung dari karya-karya para
Ahli Pendidikan.
2. Sumber data sekunder, diperoleh
A. Tarbiyyah
Dalam literatur-literatur berbaha-
buku-buku yang mendukung
sa Arab kata tarbiyah mempunyai banyak
penulis untuk melengkapi isi
definisi yang intinya sama yaitu mengacu
serta interpretasi dari al-Qur’an
pada proses pengembangan potensi yang
dan al-Sunnah dianugrahkan pada manusia. Definisi-
definisi itu antara lain sebagai berikut:
C. Fokus penelitian Tarbiyyah adalah proses
Fokus dalam penelitian ini adalah pengembangan dan bimbingan jasad,
studi karya-karya para Ahli akal dan jiwa yang dilakukan secara
Pendidikan. berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak
didik) bisa dewasa dan mandiri untuk
D. Teknik Pengumpulan Data hidup di tengah masyarakat (Thabary,
Pengumpulan data dengan 1988): 67).
menghimpun pemikiran para ahli Tarbiyyah adalah kegiatan yang
disertai dengan penuh kasih sayang,
Pendidikan tentang tarbiyah, ta’lim,
kelembutan hati, perhatian bijak dan
tadris, ta’dib, dan tazkiyah. untuk menyenangkan; tidak membosankan (al-
memahami data-data tersebut dapat Maraghy, Tafsir al-Maraghy, juz V,
digunakan teknik content analysis (Beirut: Daar al-Fikr, 1871: 34).
dalam perspekti al-Qur’an dan al- a. Tarbiyyah adalah mendidik anak
Sunnah. melalui penyampaian ilmu,
menggunakan metode yang mudah
diterima sehingga ia dapat

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 196


Ma’zumi, Shihabudin, dan Najmudin

mengamalkannya dalam kehidupan salah satu konsep pendidikan Islam yang


sehari-hari (al-Ashqalany, 2010: penting. Menurut Al-Attas (Naquib, : 65),
243). secara semantik istilah tarbiyyah tidak
b. Tarbiyyah adalah yang mencakup tepat dan tidak memadai untuk
pengembangan, pemeliharaan, membawakan konsep pendidikan dalam
penjagaan, pengurusan, penyam- pengertian Islam, sebagaimana dipapar-
paian ilmu, pemberian petunjuk, kan, bahwa: Istilah tarbiyyah yang
dipahami dalam pengertian pendidikan
bimbingan, penyempurnaan dan
sebagaimana dipergunakam di masa kini,
perasaan memiliki terhadap anak
tidak secara alami mengandung unsur-
didik (Al-Maraghy, 97). unsur esensial pengetahuan, intelegensi
Para ahli memberikan definisi dan kebajikan yang pada hakikatnya
tarbiyah, bila diidentikkan dengan al-rabb merupakan unsur-unsur pendidikan yang
adalah sebagai berikut: sebenarnya. Jika sekiranya dikatakan
a. Menurut al-Quturbi, bahwa; arti ar- bahwa suatu makna yang berhubungan
rabb adalah pemilik, tuan, maha dengan pengetahuan disusupkan dalam
memperbaiki, yang maha pengatur, konsep rabba, maka makna tersebut
yang maha mengubah, dan yang mengacu pada pemilikan pengetahuan
maha menunaikan (al-Qurthuby, (penulis: pada aspek manajerial) dan
tth: 15). bukan penanamannya. Konsep tarbiyyah
b. Menurut Louis al-Ma’luf ar-rabb merupakan proses mengurus dan
berarti tuan, pemilik, memperbaiki, mengatur supaya perjalanan kehidupan
perawatan, tambah, dan mengum- berjalan dengan lancar.
pulkan (Ma’luf, 1960: 6). Kata al-rabb juga berasal dari kata
tarbiyyah yang berarti mengantarkan
Menurut Fahru Razi, ar-rabb
merupakan fonem yang seakar dengan sesuatu kepada kesempurnaan secara
al-tarbiyah yang mempunai arti at- bertahap, sebagaimana Q.S. al Syu’ara: 18,
tanwiyah yang berarti (pertumbuhan dan “Fir’aun menjawab: “Bukankah kami telah
perkemba-ngan) (al-Razi, t.th: 12). mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu
c. Al-Jauhari yang dikutip oleh al- kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
Abrasy memberi arti kata tarbiyah bersama kami beberapa tahun dari umurmu”.
dengan rabban dan rabba dengan Ini menegaskan pada proses pengasuhan
memberi makan, memelihara dan atau membesarkan. Proses tarbiyah tidak
mengasuh (Zuhairini, 1950: 17). mencakup langsung keterlibatan ilmu
sebagai aspek penting dalam pendidikan.
Proses pengembangan (penumbuhan)
Dari pandangan beberapa pakar
diri sebagai pengembangan yang bersifat
tafsir tersebut, kata dasar ar-rabb,
materi, pada dimensi biologis
mempunyai arti yang luas antara lain;
(meterialistik) dan bersifat kuantitatif
memiliki, menguasai, mengatur, meme-
(aturan, fasilitas dan kondisi).
lihara, memberi makan, menumbuhkan,
mengembangkan dan berarti pula
memanaje1. Konsep tarbiyyah merupakan pemilik, dan pengatur. Demikian pula
sebagaimana dalam QS. al-Isra’ ayat 24 “Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
1 Q.S. al-Fatihah: 2, bahwa Allah itu penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku,
Rabb semesta alam, yaitu sebagai pencipta, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
penjaga, yang mengadakan fasilitas hidup, berdua Telah mentarbiyah Aku waktu kecil”.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 197


Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah:
Kajian Atas Istilah Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib dan Tazkiyah

B. Taklim a. Abdul Fatah Jalal, mendefinisi-kan


Taklim berasal dari akar kata taklim sebagai proses pemberi
‘allama (‫)علّم‬, yu‘allimu (‫) يعلّم‬ pengetahuan, pemaha-man,
dan ta’lim (‫)تعليم‬. Yu’allimu diartikan pengertian, tanggung jawab, dan
dengan mengajarkan, dan ta’lim artinya penanaman amanah,…. taklim
pengajaran (instruction; teach-of). M. Thalib menyangkut aspek pengetahuan
mengatakan bahwa ta’lim memiliki arti
memberitahukan sesuatu kepada sese- dan keterampilan yang dibutuhkan
orang yang belum tahu (Thalib, 1996: seseorang dalam hidup serta
16). pedoman perilaku yang baik.
Taklim merupakan proses yang
Dan mu’allim atau pengajar yang terus menerus diusahakan
berarti orang yang melakukan penga- semenjak dilahirkan, sebab
jaran.2 Sebagaimana hadits nabi Muham-
mad SAW.: manusia dilahirkan tidak
mengetahui apa-apa, tetapi dia
‫اعلموا بطا عة هللا واتقوا معا صى هللا‬ dibekali dengan berbagai potensi
yang memper-siapkannya untuk
‫ واجتناب‬,‫ومروا اوالدكم بامتثال اال وامر‬
meraih dan memahami ilmu
‫ فذ لك وقا ية لهم ولكم من النار‬,‫النوا هى‬ pengetahuan serta
Artinya: “Ajarkanlah mereka untuk ta’at
memanfaatkannya dalam
kepada Allah dan takut berbuat maksiat
kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu kehidupan (Jalal, 1977: 32).
untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi b. Menuruit Rasyid Ridho, taklim
larangan-larangan. Karena yang demikian itu adalah proses transmisi berbagai
akan memelihara mereka dan kamu dari api ilmu pengetahuan pada jiwa
neraka” individu tanpa adanya batasan
ketentuan tertentu. Definisi ini
َ ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن ت َ َعلَّ َم ْالقُ ْرآنَ َو‬
ُ‫علَّ َمه‬ berpijak pada Firman Allah yang
berbunyi:
Artinya: “sebaik-baik kamu adalah orang
yang mempelajari al-Qur’an dan mengajar-
kannya”. (H.R. al-Bukhary) ‫ض ُه ْم‬َ ‫ع َر‬ َ ‫علَّ َم آدَ َم األ ْس َما َء ُكلَّ َها ث ُ َّم‬
َ ‫َو‬
‫اء‬ِ ‫علَى ْال َمالئِ َك ِة فَقَا َل أ َ ْنبِئُونِي بِأ َ ْس َم‬ َ
Taklim secara umum hanya
terbatas pada pengajaran (proses transfer َ‫صا ِدقِين‬ َ ‫ُالء ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم‬
ِ ‫َهؤ‬
ilmu pengetahuan) dan pendidikan
Artinya: “ Dan dia mengajarkan
kognitif semata-mata (proses dari tidak
kepada Adam nama-nama (benda-
tahu menjadi tahu). 3 Beberapa ahli benda seluruhnya), kemudian menge-
Pendidikan mendefinisikan taklim, mukakannya kepada para malaikat.
sebagai berikut: Kemudian Allah berfirman: “Sebutkan-
lah kepada-Ku nama-nama itu jka
2 H.R. Thurmudzy dan Darimi dari Abu kamu memang orang-orang yang benar.
Umamah al-Bahily ra. (Q.S. al-Baqarah: 31) (Ridho, 1373:
‫كنا نعلم اوالدنا مغازي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كما‬3 42).
‫نعلمهم السورة من القرأن‬
Dari perkataan Sa’ad bin waqash, “memberi makna
anak-anak yang tidak tahu tentang riwayat Rasulullah,
Rasyid Ridho memahami kata
diajarkan sehingga menjadi tahu”. ‘allama’ sebagai proses transmisi

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 198


Ma’zumi, Shihabudin, dan Najmudin

yang dilakukan secara bertahap 239, Q.S. al-Maidah: 4 dan Q.S. al-
sebagaimana Adam menyaksikan Hujurat: 16.
dan menganalisis asma yang
Penggunaan kata ‘allama-ta’lim
diajarkan Allah kepadanya. taklim juga didapatkan pada hadits-hadits
mencakup fase bayi, anak-anak, berikut:
remaja, dan orang dewasa….
(Ridho, 1373 H: 42). “Barang siapa yang mengajarkan suatu ilmu
c. Muhammad Naquib al-Attas, maka dia memperoleh pahala orang yang
mengartikan taklim dengan mengamalkannya.” (HR. Ibn Majah).
pengajaran. Bila taklim
“Diantara amal dan kebaikan yang menyusul
disinonimkan dengan tarbiyah,
seseorang sesudah matinya adalah: ilmu yang
maka taklim mempunyi arti dia ajarkan dan sebarluaskan, …” (HR. Ibn
pengenalan tempat segala sesuatu Majah, Baihaqi dan Khuzaimah).
dalam sebuah sistem. Menurutnya
ada hal yang membedakan antara Sa’ad bin Abu Waqqash r.a berkata:
tarbiyah dengan taklim, yaitu ruang
‫ى‬
َّ ‫صـل‬ َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ُ ‫ى َر‬ ْ ‫از‬ ِ َ ‫أ َ ْوالَدَنَا َمغـ‬ ‫ُكـنَّا نُعَ ِـلّ ُم‬
lingkup taklim lebih umum
ُّ ‫سـلَّ َم َك َمـا نُ َع ِلّ ُمـ ُه ُم ال‬ ‫علَيـْ ِه‬
daripada tarbiyah, karena tarbiyah
َ‫س ْـو َرة َ ِمـن‬ َ ‫َو‬ َ ُ‫هللا‬
ْ ُ‫ْالق‬
tidak mencakup segi pengetahuan
dan hanya mengacu pada kondisi
‫آن‬
ِ ‫ـر‬
eksistensial, yang mengacu pada
“Kami mengajar anak-anak kami riwayat
segala sesuatu yang bersifat fisik
hidup Rasulullah SAW .Seperti kami
mental (Naquib, 17).
mengajarkan satu surat dari Al Qur’an”
d. Menurut Muhammad Athiyah al-
Abrasy, taklim lebih khusus
dibandingkan dengan tarbiyah,
‫اعملوا بطاعة هللا و اتقوا معاصى هللا و‬
karena taklim hanya merupakan
‫ و اجتناب‬,‫مروا اوالدكم بامتثال االوامر‬
upaya menyiapkan individu dengan ‫ فذالك و قاية لهم و لكم من النّار‬,‫النواهى‬
“Ajarkanlah mereka untuk ta’at kepada
mengacu pada aspek-aspek
Allah dan takut berbuat maksiat kepada
tertentu saja, sedankan tarbiyah
Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk
mencakup keseluruhan aspek- menaati perintah-perintah dan menjauhi
aspek pendidikan (al-Abrasy, 1968: larangan-larangan. Karena itu akan
32). memelihara mereka dan kamu dari api
Beberapa ayat terkait dengan kata neraka ” (HR. Tirmidzi dan Darimi).
taklim dalam pengertian
instruction antara lain: Q.S. al- Umar ibn Khatab berkata:
Jum’ah: 2, Q.S. al-Baqarah: 151,
Q.S. al-Rahman: 1-4, Q.S. Yasin: ‫علموا اوالدكم الرماية و الصباحة و مروهم‬
69, Q.S. al-Syu’ara: 49, Q.S. Thaha: ‫ان يثبوا على الخيل وثبا‬
71, Q.S. al-Kahfi: 66, Q.S. Yusuf::
6 dan 37, 68 dan 101, Q.S. al- “Ajarkanlah memanah dan berenang kepada
Nisa’: 113, QS. Ali Imran: 17 dan anak-anak kamu, dan suruhlah mereka
48, Q.S. al-Baqarah: 30, 31, 129, melompat keatas kuda dengan sekali lompatan”

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 199


Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah:
Kajian Atas Istilah Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib dan Tazkiyah

‫من دخل مسجدنا هذا ليعلّم خيرا او ليتعلّم‬ rakhmat, dikerumuni malaikat dan Allah
‫كان كا المجاهد فى سبيل هللا‬ membanggakan mereka kepada makhluk
“Barang siapa masuk masjid kami ini untuk hidup disisinya” (HR. Muslim).
tujuan mengajarkan kebaikan atau untuk Berdasarkan beberapa ayat dan
belajar, maka dia bagaikan orang berperang di beberapa hadts tersebut, istilah ta’lim
jalan Allah”( HR. Ibn Majah). menunjukkan bahwa ilmu yang bisa
untuk dialihkan meliputi semua ilmu
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, termasuk diantaranya sihir. Sehingga
memang istilah tersebut lebih dekat pada
ّ‫ما من رجل يعلم ولده القرأن فى الدنيا اال‬ pengajaran bukan pendidikan, karena
pendidikan dalam pengertian Islam tentu
‫توج ابوه بتاج فى الجنّة يعرفه به اهل الجنّة‬ ّ saja harus mengarah pada manusia yang
‫بتعليم ولده القرأن فى الدنيا‬ lebih baik, sesuai peran dan fungsinya
“Tidaklah seseorang mengajarkan Al Qur’an menurut al-Qur’an dan al-Sunnah.
kepada anaknya di dunia kecuali ayahnya Dalam konsep ta’lim,Allah adalah “Guru”
pada hari kiamat dipakaikan mahkota surga. para nabi dan manusia. Menurut Az-
Ahli surgamengenalinya dikarenakan dia Zajjaj, taklim merupakan cara Allah
mengajari anaknya Al Qur’an di dunia.” mengajarkan para nabi dan umat
manusia tentang “ilmu pengetahuan”
ّ ‫تعلّمو القرأن فأقرؤوه‬
‫فان مثل القرأن لمن‬ dan “teknologi”, sebagaimana dipahami
‫محشو‬
ٍّ ّ ‫نعلّمه و قرأه و قام به كمثل جراب‬ dalam petikan ayat: “Dan telah Kami
‫مسكا يفوح ريحه فى ك ّل مكان‬ ajarkan kepada Daud membuat baju besi
untuk kamu, guna memelihara kamu dalam
“Belajarlah Al Qur’an, lalu bacalah. peperanganmu, maka hendaklah kamu
Sesungguhnya perumpamaan Al Qur’an bagi bersyukur (kepada Allah)” (Q.S. al-Anbiya:
orang yang mempelajari, membaca dan 80).
beribadah malam dengannya bagaikan tempat Ilmu pengetahuan menurut Islam
yang dipenuhi minyak kesturi yang semerbak merupakan landasan kuat bagi keimanan
bau harumnya di setiap tempat” (HR. dan sekaligus pedoman amal dalam
Thabrani). meningkatkan kualitas hidup manusia
untuk memperoleh ridha Allah SWT.
‫خيركم من تعلّم القرأن و علّمه‬ Konsep taklim secara filosofis dalam al-
Qur’an digunakan khusus untuk
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang menunjukkan ilmu pengetahuan dan
mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya” teknologi yang dapat diulang dan
( HR. Bukhari). dikembangkan, sehingga menghasilkan
pengaruh ke arah ketinggian spiritaul
‫ما اجتمع قوم فى بيت من بيوت هللا يتعلّمون‬ pada diri muta’allim. Ilmu pengetahuan
‫كتاب هللا و يتدارسونه بينهم االّ نزلت عليهم‬
dan teknologi dapat digali melalui budaya
baca dan budaya tulis – bukan sekedar
‫السكينة و غشيتهم الرحمة و حفّتهم المالئكة‬ budaya lisan dan menghapal – dan dapat
‫وذكرهم هللا فيمن عنده‬ dikembangkan dengan semangat kritis
“Sekelompok masyarakat tidak berkumpul di intelectual curiosity dan kekuatan creative
masjid mempelajari kitab Allah dan imagination melalui aktifitas intidzar (Q.S.
bertadarrus diantara mereka, kecuali turun al-‘Alaq: 1-5). Proses pendidikan dalam
kepada mereka ketenangan, mereka diliputi

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 200


Ma’zumi, Shihabudin, dan Najmudin

kansep taklim tidak dapat berdiri sendiri. membebaskan diri dari segala perbuatan
Ia merupakan rangkaian dari aktivitas keji dan munkar sambil menghiasi diri
tilawah, ta’lim, dan tazkiyah, sebagaimana dengan sifat-sifat terpuji sehingga
informasi Allah berikut: terpancar pesona pribadi insan yang
adiluhung; sedangkan ishlah berupa
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka keberanian menegakkan amar ma’rif nahi
seorang Rasul dari kalangan mereka, yang munkar, terpanggil untuk membebaskan
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat masyarakat dari segala penyakit sosial,
Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al- memelihara ukhuwah islamiyah, peka
Kitab (al-Qur’an) dan Hikmah (as-Sunnah) dan memiliki komitmen untuk senantiasa
serta mensucikan mereka. Sesungguhnya memihak kepada si tertindas dan
Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha sungguh-sungguh mereformasi tatanan
Bijaksana.” (Q.S. al-Baqarah: 129). sosial-ekonomi-politik yang tak
berkeadilan. Proses ta’lim ini dapat ditarik
Secara peadagogis, aktifitas tilawah dari makna ayat berikut:
adalah membacakan ayat-ayat Allah
“Orang-orang yang mengikuti Rasul,
secara tartil dan fasih, dengan tujuan
Nabi yang ummi, yang (namanya) mereka
memberikan kabar gembira (tabsyir) dan
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang
peringatan (tanzir), serta mengingatkan
ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mereka yang lupa (tadzkir/tanbih lil
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka
ghafilin); lalu dilanjutkan dengan aktifitas
dari mengerjakan yang munkar dan
ta’lim, yakni menjelaskan esensi
menghalalkan bagi mereka segala yang baik
kandungan al-Qur’an dan al-Sunnah
dan mengharamkan bagi mereka segala yang
tentang halal-haram dengan segala
buruk dan melepaskan dari mereka beban-
konseksewensi yang melekat, yang halal
beban dan belenggu-belengguyang ada pada
dengan kemaslahatannya dan yang haram
mereka. Maka orang-orang yang beriman
dengan segala kemafsadatan yang
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
ditimbulkannya; menafsirkan informasi
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
secara kreatif dan produktif.
kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-
Makna tilawah ini sebangun
orang yang beruntung.” (Q.S. al-A’raf: 157) .
dengan makna tabligh (menyampaikan
suatu informasi secara transparan, Rasa ingin tahu dan pencarian
terbuka, dan lugas); sedangkan makna kebenaran itu dilakukan melalui
ta’lim sebagun dengan makna tabyin, eksplorasi dan ekspresi sensoris (panca
sebagaimana firman Allah: indra) secara konstan. Tugas pendidik
“Kami tidak mengutus seorang Rasul pun, adalah membantu anak dalam
melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia merekonstruksi pengetahuan baru
dapat memberi penjelasan dengan terang dengan memanfaatkan pengalaman dan
kepada mereka…” (Q.S. Ibrahim: 4). pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
Proses ta’lim atau tabyin tersebut Pendidik melatih kognitif anak
diharapkan berpengaruh pada jiwa para merumuskan gagasan menjadi konsep
pembelajar. Mereka dapat bertindak yang lebih sistematis, logis, dan rasional.
sesuai pengetahuan mereka tentang
halal-haram, dengan kesadaran tazkiyah C. Tadris
(internalisasi nilai) dan ishalah
(eksternalisasi nilai). Tazkiyah berarti

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 201


Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah:
Kajian Atas Istilah Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib dan Tazkiyah

Tadris dari akar kata daras – darras, bertujuan agar materi yang dibacakan
artinya pengajaran, adalah upaya atau disampaikan itu mudah dihapal dan
menyiapkan murid (mutadaris) agar dapat diingat. Ia merupakan kegiatan pewarisan
membaca, mempelajari dan mengakaji kepada murid dari para leluhurnya.
sendiri, yang dilakukan dengan cara a. Kegiatan dalam tadris tidak sekedar
mudarris membacakan, menyebutkan membacakan tau menyebutkan
berulang-ulang dan bergiliran, materi, tetapi juga disertai dengan
menjelaskan, mengungkapkan dan mempelajari, mengungkap,
mendiskusikan makna yang terkandung menjelaskan, dan mendiskusikan
didalamnya sehingga mutadrris isi dan maknanya.
mengetahui, mengingat, memahami, b. Tadris adalah suatu upaya
serta mengamalkannya dalam kehidupan
menjadikan dan membelajarkan
sehari-hari dengan tujuan mencari ridho
murid (mutadarris) supaya mau
Allah (definisi secara luas dan formal).
membaca, mempelajari, dan
Al-Juzairi memakai tadarrsu dengan
membaca dan menjamin agar tidak lupa, mengakaji sendiri.
berlatih dan menjamin sesuatu. Menurut c. Dalam tadris, seorang murid
Rusiadi dalam tadris tersirat adanya (mutadarris) diharapkan mengetahui
mudarris. Mudarris berasal dari kata dan memahami benar yang
darasa-yadrusu-darsan-durusan-dirasatan disampaikan oleh mudarris (guru)
yang artinya terhapus, hilang bekasnya, serta dapat mengamalkan di dalam
mengahapus, melatih dan mempelajar. kehidupan sehari-hari.
Artinya guru adalah orang yang berusaha d. Tadris dilakukan dengan niat
mencerdaskan peserta didiknya, beribadah kepada Allah SWT dan
menghilangkan ketidaktahuan atau mendapat ridhaNya.
memberantas kebodoha, serta melatih e. Kegiatan belajar dalam tadris bisa
keterampilan peserta didik sesuai dengan berlangsung dengan cara saling
bakat dan minatnya. 4 Mudarris adalah
bergantian atau bergilirian, yaitu
orang yang memiliki kepekaan intelektual
sebagian membaca sebagian
dan informasi serta memperbaruhi
lainnya memperhatikan dengan
pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan, dan berusaha saing mengoreksi, emmbenarkan
mencerdaskan peserta didiknya, kesalahan lafal yang dibaca
memberantas kebodohan mereka, serta sehingga terhindar dari kekeliruan
melatih keterampilan sesuai dengan dan lupa.
bakat, minat, dan kemampuannya5 f. Tadris menunjukan kegiatan yang
Tadris adalah suatu bentuk terjadi pada diri manusia dalam arti
kegiatan yang dilakukan oleh mudarris yang umum.
untuk membacakan dan menyebutkan Tadris merupakan taklim secra
suatu kepada mutadarris (murid) dengan mendalam dan dengan kajina khusus Al-
berulang-ulang dan sering. Tadris Kitab. Makna kata tadris dapat kita baca
dalam pertikan firman Allah berikut:
4 Rusiadi, Metodologi Pembelajaran Agama “Adakah kamu kamu mempunyai sebuah
Islam, Cet. Ke II, (Jakarta: Sedaun, 2012), hal. 13 kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu
5 Yayan Ridwan, Ilmu Pendidikan Islam,

Cet. Ke I, (Jakarta: Sedaun, 2011), 65 membacanya?” (Q.S. al-Qalam: 37)

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 202


Ma’zumi, Shihabudin, dan Najmudin

“Dan Kami tidak pernah memberikan dipercaya guru besar), dan Mufid
kepada mereka kitab-kitab yang mereka (mahasiswa reguler yang dipercaya syeikh
baca…” (Q.S. Saba’: 44) membantu mahasiswa pemula) dan
Muthalib (mahasiswa) (Asari, 1994: 39),
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang
yang memiliki perlengkapan akademis
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-
tingkat tinggi (Tim Dosen, 2019: 52),
Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempertahankan kelangsungan hidup-
mempelajarinya.” (Q.S. Ali Imran: 79)
nya dan meraik sukses (Buzan, 2005:
Kata tadris berkonotasi pada 130).
proses mempelajari al-Kitab (atau al-
Qur’an). Kata ini telah diserap dalam D. Ta’dib
khazanah bahasa dan budaya bangsa
dengan istilah ngeder’s, atau tadarusan. Ta’dib berasal dari kata addaba (‫)أدّب‬,
Ngeder’s itu belajar dengan cara yuaddibu (‫ )يأدّب‬dan ta’dib (‫)تأديب‬, biasa
mengulang, menghapal, dan melestarikan diartikan dengan ‘allama atau mendidik.
ide, nilai, dan ajaran yang bersifat absolut. Addaba ( ‫ )أدّب‬diterjemahkan oleh Ibnu
Tempat untuk mempelajari kitab suci Al- Manzhur merupakan padanan kata allama
Qur’an itu disebut madrasah. Dari sisi dan oleh Azzat dikatakan sebagai cara
bahasa Arab, madrasah adalah bentuk Tuhan mengajar Nabi-Nya, sehingga Al-
isim makan dari kata tadris yang berarti Attas mengatakan bahwa kata addaba
tempat ngeders. Meskipun demikian, (ta’dib) mendapatkan rekanan
penggunaan kata madrasah di Indonesia konseptualnya di dalam istilah ta’lim. Al-
sama sekali berbeda dengan Attas memaknai pendidikan dari hadith,
penggunaannya dalam tradisi Islam
klasik. Dalam bahasa Indonesia modern, ‫سنَ ت َأ ْ ِديْـبِى‬
َ ْ‫أَدَّبَنِى َربِّى اَح‬
madrasah menunjuk pada lembaga
pendidikan dasar dan menengah orang “Tuhanku (Allah) telah mendidikku dengan
Islam untuk mempelajari bahasa Arab pendidikan yang terbaik”6
dan isi kandungan al-Qur’an serta ilmu
keislaman lainnya secara klasikal. Dalam Selanjutnya Al Attas menyam-
sejarah keemasan Islam klasik, madrasah paikan(Al-Attas, 61), ”Dalam pende-
merujuk pada suatu institusi pendidikan finisian kita tentang ’makna’, kita katakan
tinggi yang secara luas mulai dikenal bahwa ’makna’ adalah pengenalan
sejak abad ke-5/11, seperti Madrasah tempat segala sesuatu dalam sebuat
Nidzamiyah. Madrasah juga berarti sistem. Karena pengetahuan terdiri dari
madzhab (aliran pemahaman keagamaan sampainya, baik dalam arti hushul dan
tertentu), yang kemudian diajarkan di wushul, makna di dalam dan oleh jiwa,
maka kita definisikan ’pengetahuan’
madrasah. Madrasah pada umumnya
sebagai pengenalan tempat-tempat yang
menganut madzhab tertentu para
tepat dari segala sesuatu di dalam
pendirinya, khususnya dalam madzhab penciptaan sedemikian rupa, sehingga
syafi’i. Pendidik di madrasah – hal ini membawa kepada pengenalan
Perguruan Tinggi Ilmu Hukum – itu tentang tempat yang tepat dari Tuhan
disebut Mudarris, meliputi: Syaikh (guru dalam tatanan wujud dan keperiadaan.
besar), Naib (asisten dosen dengan
kualifikasi setara guru besar), Mu’id 6 Lihat Jami’ al-Ahadits wa al-Marasil,
(mahasiswa pascasarjana senior yang nomor 780-781

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 203


Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah:
Kajian Atas Istilah Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib dan Tazkiyah

Agar pengetahuan bisa dijadikan َ‫ـر ِش هللاِ َي ْـو َم ال‬ ْ ‫ع‬َ ‫آن ِفى ِظـ ِّل‬ ْ ُ‫َح َمـا َلةَ ْالق‬
ِ ‫ـر‬
’pengetahuan’, kita masukkan unsur
dasar pengakuan di dalam pengenalan,
ْ َ ‫ِظـ َّل إِالَّ ِظلُّـهُ َم َع أ َ ْنبِـيَآئِـ ِه َوأ‬
‫ص ِفـيَآئِـ ِه‬
dan kita definisikan kandungan “Didiklah anak-anakmu dalam tiga hal:
pendidikan ini sebagai pengenalan dan mencintai Nabimu, mencintai keluarga nabi,
pengakuan tempat-tempat yang tepat dan membaca Al Qur’an. Maka sesungguhnya
dari segala sesuatu di dalam keteraturan yang membaca Al Qur’an berada dalam
penciptaan sedemikian rupa, sehingga naungan Nya, bersama para Nabi dan orang-
hal ini membimbing ke arah pengenalan orang Suci”
dan pengakuan tempat-tempat Tuhan Istilah ta’dib dalam tradisi arab
yang tepat dalam tatanan wujud dan dikaitkan dengan kemuliaan dan
kepriadaan. Kemudian kita definisikan ketinggian pribadi seseorang. Sebagai-
pendidikan, termasuk pula proses mana hadits-hadits berikut:
pendidikan, sebagai pengenalan dan ‫أدّبوا اوالدكم و احسنوا ادابهم‬
pengakuan yang secara berangsur-angsur “Didiklah anak-anak kamu dengan
ditanamkan dalam manusia tentang pendidikan yang baik” (H.R. Ibn Majjah)
tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan ‫علموا اوالدكم و أهليكم الخير و‬
sedemikian rupa, ini membimbing ke ‫أدبوهم‬
arah pengenalan dan pengakuan tempat “Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak
Tuhan yang tepat di dalam tatanan kamu dan didiklah mereka”
wujud dan keperiadaan.”
Al-Attas, mengartikan kata addaba ‫ألن يؤدّب الرجل ولده خير من ان يتصدق‬
(‫ )أدّب‬secara generik (Penulis: kekhasan) ‫بصاع‬
adalah undangan kepada suatu perja- “Seorang yang mendidik anaknya itu lebih
muan (al-Attas, 57). Pengunaan ta’dib baik daripada bersedekah satu sha”
lebih cocok untuk pendidikan islam,
konsep inilah yan diajarkan oleh Rasul. ‫اكرما اوالدكم و احسنوا ادا بهم‬
Ta’dib berarti pengenalan, bimbingan, “Muliakan anak-anak kalian dengan adab
pengakuan yang secara berangsur-angsur yang baik”
ditanamkan kepada manusia tentang ّ ‫من‬
‫حق الولد على الوالد أن يحسن ادبه و‬
segala sesuatu dalam tatanan penciptaan, ‫يحسن اسمه‬
sehingga membimbing kearah kesopanan, “Diantara yang menjadi hak seorang anak
keramahan, kehalusan budi pekerti , dan atas orang tuanya adalah memperbagus
ketaatan terhadap kekuasaan dan adabnya dan menamakannya dengan nama
keagunggan Allah. Konsep ta’dib yang yang baik”
digagas al-Attas ini adalah konsep ‫ما نحل والد ولدا افضل من ادب حسن‬
pendidikan Islam yang integratif (al- “Tidak ada suatu pemberian yang lebih utama
Attas, 1987: 90). yang diberikan oleh seorang ayah kepada
Abdullah Nasih Ulwan (1994: anaknya, kecuali adab yang baik”
200), mengambil hadits yang diri-
wayatkan oleh Thabrani dari Ali r.a. ّ
‫ و يس ّمى و‬,‫يعـق عنه يوم السـابع‬ ‫الغالم‬
untuk menjadi dasar penting terhadap ,‫ست سنـين أدّب‬ّ ‫يـماط عنه األذى فاذا بلـغ‬
pendidikan al-Qur’an untuk anak, bahwa
‫ فاذا‬, ‫و اذا بلغ تسع سنـين عـزل عن فـراشه‬
Rasulullah bersabda:
‫بلـغ عشرة سنة ضرب على الصالة و‬
ِ ّ‫ حُب‬:‫صـا ٍّل‬ َ ‫ث ِح‬ ِ َ‫عـلَى ثَال‬ َ ‫أ َ ِدّب ُْـوا أ َ ْوالَدَ ُك ْم‬
,‫زوجه ابوه‬
ّ ‫ست عشرة سنة‬ ّ ‫ فاذا بلغ‬,‫الصوم‬
‫ فَإ ِ َّن‬.‫آن‬ ْ ُ‫ت اْلق‬
ِ ‫ـر‬ ِ ‫ َو ِتـالَ َو‬,‫نَ ِبـ ِيّ ُك ْم َوحُبّ ِ آ ِل َبيْـتِ ِه‬

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 204


Ma’zumi, Shihabudin, dan Najmudin

‫ث ّم أخذ بيده و قال قد أدّبتك و علّمتك و‬ Dapat disimpulkan, konsep ta’dib


‫ اعوذ باهلل من فـتـنـتك فى الـدنيـا و‬,‫أنكحتك‬ adalah konsep pendidilan yang bertujuan
‫عذابـها فـى االخرة‬ menghasilkan individu beradab, yang
“Seorang anak diselamati pada hari ketujuh mampu melihat segala perseolan dengan
dari kelahirannya, diberi nama dan teropong worldview Islam.
dihilangkan penyakitnya (dicukur rambutnya). Mengintengrasikan ilmu-ilmu sains dan
Jika sudah menginjak usia enam tahun, maka humaniora dengan ilmu syariah.
ia diberi pendidikan. Jika sudah menginjak Sehingga apapun profesi dan keahliannya,
usia sembilan tahun, maka ia dipisahkan syariah dan worldview Islam tetap merasuk
tempat tidurnya. Jika sudah menginjak usia dalam dirinya sebagai parameter utama.
tigabelas tahun maka ia harus dipukul bila Individu-individu yang demikian ini
tidak mau mengerjakan sholat dan puasa. adalah manusia pembentuk peradaban
Dan jika telah menginjak enambelas tahun, Islam yang bermartabat. Dalam tataran
maka ayahnya boleh mengawinkan, lalu
praktis, konsep ini memerlukan proses
memegang anaknya itu dengan tangannya dan
Islamisasi pengetahuan terlebih dahulu.
berkata padanya:’Aku telah mendidikmu,
mengajarmu dan mengawinkanmu’. Aku Karena, untuk mencapai tujuan utama
berlindung kepada Allah dari fitnah (yang konsep pendidikan ini, ilmu-ilmu tidak
disebabkan ulah)mu di dunia dan dari adzab hanya perlu diintegrasikan akan tetapi,
yang (disebabkan) fitnah itu di akhirat” ilmu yang berparadigma sekuler harus
diislamkan basis filosofinya.
Menurutnya, “para pendidik Konsep ta’dib dalam pendidikan
terutama ayah dan ibu, mempunyai menjadi sangat penting mengingat
tanggung jawab besar dalam mendidik semakin terlihatnya gejala keruntuhan
anak dengan kebaikan dan dasar-dasar akhlak di kalangan umat Islam bukan
moral. Mereka bertanggung jawab untuk dikarenakan mereka tidak mempunyai
mendidik anak-anak sejak kecil untuk ilmu pengetahuan, tetapi karena mereka
berlaku benar, dapat dipercaya, telah kehilangan adab. Tindak kejahatan,
istiqomah, … (Ulwan, 1994: 189). korupsi, penyalahgunaan kekuasaan,
Konsep ta’dib adalah konsep pembunuhan dan hal lain justru banyak
pendidikan Islam yang komprensif, dilakukan oleh pihak-pihak yang
karena aspek-aspek ilmu dan proses mengenyam proses pendidikan. Proses
pencapaiannya mesti dicapai dengan bertambahnya ilmu pengetahuan seakan-
pendekatan tauhid dan objek-objeknya akan tidak berbanding lurus bahkan tidak
diteropong dengan pandangan hidup berhubungan dengan peningkatan akhlak
Islami (worldview isalm)(Al- Attas, 1995: 2). yang mulia atau keimanan para mudarist.
Pendekatan tauhid adalah pendekatan
yang tidak dikotomis(Guttenplan, t.th.: E. Tazkiyah
5-7) dalam melihat realita. Menurut al-
Attas, pendidikan Islam bukanlah seperti Secara bahasa, tazkiyah berasal dari
pelatihan yang akan menghasilkan kata zakka-yuzzaki-tazkiyah yang berarti
spesialis. Melainkan proses yang akan pembersihan, penyucian atau pemurnian
menghasilkan individu baik (insan abadi), (Hawwa, 1999: 2); dan berarti ‫النماء‬
yang akan menguasai berbagai bidang ‫ والبركة وزيادة الخير‬yaitu tumbuh, berkah
studi secara integral dan koheren yang dan bertambah baik. Tazkiyah dalam arti
mencerminkan pandangan hidup islam pertama adalah membersihkan dan
(Wan Daud, 186).

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 205


Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah:
Kajian Atas Istilah Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib dan Tazkiyah

mensucikan jiwa dari sifat-sifat tercela, memperhatikan hal-hal spritual yang


sedangkan arti yang kedua, adalah serupa dengan hal-hal material yang
menumbuhkan dan memperbaiki jiwa digunakan Allah bersumpah itu
dengan sifat- sifat terpuji. Dengan (Shihab, 2002: 301).
demikian tazkiyah tidak saja terbatas Lebih rinci lagi menurut Sayyid
pada pembersihan dan penyucian diri, Qutub, tazkiyatun nafs adalah mem-
tetapi juga meliputi pembinaan dan bersihkan jiwa dan perasaan, mensucikan
pengembangan diri. amal dan pandangan hidup, mem-
Dalam al-Qur’an kata kerja bersihkan kehidupan dan hubungan seks,
tazkiyah digunakan sebanyak dua belas dan membersihkan kehidupan masya-
kali. Subjeknya adalah Allah, dan rakat (Qutub, 1967: 3915).
objeknya adalah manusia. Kebanya- Al-Ghazali mengartikan tazkiyah
kan ayat ini berpesan bahwa rahmat berarti pembersihan diri dari sifat-sifat
dan bimbingan Allah-lah yang mensuci- tercela dan imaratun nafs dalam arti
kan dan memberkati umat manusia memakmurkan jiwa (pengembangan jiwa)
mempunyai peranan penting terhadap dengan sifat-sifat terpuji. Tentang makna
hal itu (Chittick, 2002: 84-85). tazkiyatun nafs, para mufassir mempunyai
M. Quraish Shihab dalam Tafsir pandangan yang berbeda-beda:
Al-Mishbah menafsirkan, setelah Allah a. Tazkiyah dalam arti para rasul
berrsumpah dengan sekian banyak hal, mengajarkan manusia, sesuatu
Allah berfirman menjelaskan apa yang yang jika dipatuhi, akan menye-
hendak ditekankan-Nya dengan sumpah- babkan jiwa mereka tersucikan
sumpah di atas, yaitu: Sungguh dengannya (Razi, t.th: 67).
telah beruntunglah meraih segala apa b. Tazkiyah dalam arti mensucikan
yang diharapkannya siapa yang manusia dari syirik, karena syirik
menyucikan dan mengembangkanya itu oleh Al-Quran dipandang
dengan mengikuti tuntunan Allah dan sesuatu yang bersifat najis (Al-
Rasul serta mengendalikan nafsunya, dan Maraghi, t.th.: 123).
sungguh merugilah siapa yang c. Tazkiyah dalam arti mensucikan
memendamnya yakni menyembunyi- dari dosa (Al-Maraghi, t.th.: 123).
kan kesucian jiwanya dengan mengikuti d. Tazkiyah dalam arti mengangkat
rayuan nafsu dan godaan setan, atau manusia dari martabat orang
menghalangi jiwa itu mencapai munafik ke martabat mukhlisin
kesempurnaan dan kesuciannya dengan (Imam, t.th.: 80).
melakukan kedurhakaan serta mengo-
torinya (Shihab, 2002: 300). Al-Baqai, Tazkiyah dimaksudkan sebagai cara
mendefinisikan bahwa taz-kiyah adalah untuk memperbaiki seseorang dari
upaya sungguh-sungguh manusia agar tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih
matahari kalbunya tidak mengalami tinggi didalam hal sikap, sifat,
gerhana, dan bulannya pun tidak kepribadian dan karakter. Semakin sering
mengalami hal serupa. Ia harus berusaha manusia melakukan tazkiyah pada
agar siangnya tidak keruh dan tidak pula karakter kepribadiannya, semakin Allah
kegelapannya bersinambung. Cara membawanya ke tingkat yang lebih
meraih hal tersebut adalah

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 206


Ma’zumi, Shihabudin, dan Najmudin

tinggi. Perkataan tazkiyatun ersimpul


pengertian dan gagasan tentang: ‫ال يستقيم إيمان عبد حتى يستقيم قلبه وال‬
a. Usaha-usaha yang bersifat ‫يستقيم حتى يستيم لسانه‬
pengembangan diri, yaitu usaha Artinya : “Keimanan seseorang
mewujudkan potensi- hamba tidak akan lurus sebelum lurus hatinya,
potensi manusia menjadi kualit dan hatinya tidak akan lurus sebelum lurus
as-kualitas moral yang luhur lisanya” (HR Anas bin Malik).
(akhlakul hasanah); dan
b. Komitmen dengan Adab-adab
b. Usaha-usaha yang bersifat
Pergaulan (Iltizam Bi Adabil ‘Ilaqat)
pembersihan diri, yaitu usaha Berinteraksi dengan batasan-batasan
menjaga dan memelihara diri dari tertentu baik secara agama maupun
kecenderungan immoral (akhlakus budaya.
sayyiah) (Effendi, 1991: 5).
Salah satu tujuan utama diutusnya
Dengan demikian, tazkiyatun na Nabi Muhammad SSAW. adalah untuk
fs adalah proses penyucian, pe- membimbing umat manusia dalam
ngembangan jiwa manusia, proses rangka membentuk jiwa yang suci (suci
pertumbuhan, pembinaan dan pengem- diri dari kemusyrikan dan kekufuran)
bangan akhlakul krimah (moralitas yang (lihat Q.S. al-Jumu’ah: 2), dan
mulia) dalam diri dan kehidupan manusia. menyucikan diri dari keburukan-
Dan dalam proses perkembangan jiwa keburukan amal perbuatan, dengan
itu terletak falah (kebahagiaan), yaitu melakukan amal-amal salih. Menurut
keberhasilan manusia dalam memberi Ibnu Katsir, tazkiyah bermakna
bentuk dan isi pada keluhuran menyucikan dirinya dari dosa, keburukan
martabatnya sebagai makhluk yang dan syirik. Keberuntungan dan
berakal budi. kesuksesan seseorang, sangat ditentukan
Menurut Ibn Taimiyah, tazkiya oleh seberapa jauh ia men-tazkiyah
adalah menjadikan sesuatu suci zat, dirinya (al-Thobari, 1420 H: 454).
keyakinan dan fisiknya ( ‫َوالت َّ ْز ِكيَةُ َج ْع ُل‬ Secara umum aktivitas tazkiya
‫ إ َّما ِفي ذَا ِت ِه َو ِإ َّما ِفي ِاال ْع ِتقَا ِد َو ْال َخ َب ِر‬:‫ش ْي ِء زَ ِكيًّا‬
َّ ‫ )ال‬mengarah pada dua kecenderungan, yaitu
(Taimiyah, 1416: 10). dapat dikatakan membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela,
bahwa pribadi yang secara fisik, mental membuang seluruh penyakit hati,
keimanan dan kejiwaan yang baik dan menjauhi kesyirikan, dan menghiasi jiwa
bersih dari segala kelaliman dan dengan sifat-sifat terpuji.Tazkiyah
kesyirikan, maka secara implementatif merupakan misi kerasulan, yaitu upaya
perilaku yang nampak sebagai buahnya untuk membersikan jiwa manusia dari
adalah: sesuatu yang dapat mengotori tauhid dari
a. Lisan yang terkontrol (Dhabat al- keyakinan yang salah, syirik, khurafat,
Lisan) bid’ah serta dosa-dosa lainnya yang
disebabkan penyimpangan dari jalan
Rasulullah menjadikan lurusnya
lisan sebagai syarat bagi lurusnya yang lurus. Tazkiyah menjadi role value
hati, dan menjadikan lurusnya hati dan ultimate goal pendidikan Islam.
sebagai syarat lurusnya iman.
Sebagaimana diriwayatkan dari Anas KESIMPULAN
bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 207


Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah:
Kajian Atas Istilah Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib dan Tazkiyah

Istilah ta’lim’, ta’dib, tadris, dan tarbiyah menjadi yang “seutuhnya”, sehingga
jika ditinjau dari segi penekanannya mampu mengurangi kehidupan ini baik
terdapat titik perbedaan antara satu sekarang mampu akan datang dengan
dengan lainny, namun apabila dilihat dari baik.
unsur kandungannya, terdapat keter-
kaitan yang saling mengikat, yakni dalam REFERENSI
hal memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah Al-Qur’an Al-Karim
penyampaian ilmu pengetahuan yang Abdullah, Abdurrahman Saleh,
benar, pemahaman, pengertian, tanggung Educational Theory a Quranic
jawab dan penanaman amanah kepada Outlook, Terj.
anak. ta’lim disini mencakup aspek-aspek Teori-teori Pendidikan Berdasarkan
pengetahuan dan keterampilan yang Al-Qur’an. Jakarta: PT Rineke
dibutuhkan seseorang dalam hidupnya Cipta, 2007.
dan pedoman perilaku yang baik. al-Attas, Muhammad Naquib, Konsep
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya Pendidikan Dalam Islam. Bandung:
difokuskan pada bimibangan anak Mizan, 1988
supaya berdaya (punya potensi) dan Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam
tumbuh kelengkapan dasarnya serta Perspektif Islam, Bandung: Rosda
dapat berkembang secara sempurna. Karya, 1992
Yaitu pengembangan ilmu dalam diri Al-Thabary, Abu Ja’far Muhammad Ibn
manusia dan pemupukan akhlak yakni Jaris, Jami’ul Bayan ‘an Ta’wil ayat
pengalaman ilmu yang benar dalam al-Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr,
mendidik pribadi. 1988
Adapun ta’dib, titik tekannya al-Maraghy, Ahmad Musthafa, Tafsir al-
adalah pada penguasaan ilmu yang benar Maraghy, juz V, Beirut: Daar al-
dalam diri seseorang agar menghasilkan
Fikr, 1871
kemantapan amal dan tingkah laku yang
al-Ashqalany, Al-Imam al-Hafidz Ibn
baik. Tadris, titik tekannya adalah upaya
Hajar, Fath al-Barr ‘ala Syarh
menyiapkan anak didik tidak hanya
sekedar dalam hal membaca, tetapi juga Shahih al-Bukhary, Penerjemah:
disertai dengan investasi inernalisasi Gazirah Abdi Ummah, Jakarta:
nilai-nilai moral dan spritual yang Pustaka Azzam, 2010
diemban oleh guru untuk ditransfor- al-Qurthuby, Ibn Abdillah Muhammad
masikan kearah pembentukan kepri- bin Ahmad al-Anshary, Tafsir al-
badian anak didik, mencerdaskan serta Qurthuby, (al-Qahirah: Durusy,
melatih keterampilan, sesuai dengan t.th.
bakat, minat, dan kemampuannya. Ma’luf, Louis, al-Munjid fi Lughah, Beirut:
Sedangkan tazkiyah menjadi role value dan Daar al-Masyriq, 1960
ultimate goal pendidikan Islam. al-Razi, Fath, Tafsir Fat al-Razy,Teheran:
Kelima konsep diatas dalam satu Daar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.
kesatuan utuh proses pendidikan Islam. Zuhairini, Metodik Pendidikan Islam,
Kelimanya mendasari tujuan, metode,
Malang: IAIN Tarbiyah Sunan
kurikulum pendidikan, dan manajemenya,
Ampel Press, 1950
yang akan menghantarkan anak didik

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 208


Ma’zumi, Shihabudin, dan Najmudin

M. Thalib, Pendidikan Islam Metode 30 T, al-Razi, Imam Fakh r, Tafsir Al-Kabir,


Bandung: Irsyad Baitus Salam, cet. III, jilid IV , Beirut: Dar Ihya
1996 Al-Turats Al-Arabi, tth
Jalal, Abdul Fatah, Min Ushul al-Tarbiyyah Taimiyah, Ibnu, Majmu al-Fatawa, Saudi
fi al-Islam, Mesir: Daar al-Kutuh Arabia: Percetakan Mushaf Raja
al-Misriyah, 1977 Fahd, 1416 H
Ridho, Rasid, Tafsir al-Mannar, Mesir:
Daar al-Mannar, 1373 H.
al-Abrasy, M. Athiyah, al-Tarbiyah al-
Islamiyah, Penerjemah: Bustani A.
Goni dkk., Jakarta: Bulan
Bintang, 1968
Rusiadi, Metodologi Pembelajaran Agama
Islam, Cet. Ke II, Jakarta: Sedaun,
2012
Ridwan, Yayan, Ilmu Pendidikan Islam,
Cet. Ke I, Jakarta: Sedaun, 2011
Asari, Hasan, Menyingkap Zaman
Keemasan Islam, Bandung: Mizan,
1994
Tim Dosen MPK PAI Untirta, Kajian
Tematik Peradaban Islam, Serang:
Untirta Press, 2019
Buzan, Toni Brain Child: Cara Pintar
Membuat Anak Jadi Pintar, Jakarta:
Gramedia, 2005
Ulwan, Abdullah Nasih Tarbiyatul Aulad
fil Islam, DJamaludin Miri, Jakarta:
Pustaka Amani, 1994
Hawwa, Said, Almustakhlash Fii Tazkiyatil
Anfus, alih bahasa oleh: Ainur
Rafiq Shaleh Tahmid, Mensucikan
Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs
Terpadu, Jakarta, Robbani Press,
1999
Chittick, William C. Sufism: A short
Introduction, diterjemahkan
Zaimul, Tasawuf di Mata Kaum
Sufi, Bandung, Mizan, 2002
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah,
Jakarta, Lentera Hati, 2002
Qutub, Sayyid, Tafsir Fi Dzilalil Quran,
Bairut Lubnan, Ihya Al-Turats
Al-Arabi, 1967

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 209

Anda mungkin juga menyukai