Masyarakat &
Pengembangan
Generasi
Lingkungan
MODUL
BUDIDAYA MAGGOT BLACK SOLDIER FLY
(BSF) DENGAN PAKAN SAMPAH ORGANIK
Tim Penyusun
Pengarah
Cicilia Sulastri, S.H., M.Si.
Kepala Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan
Penanggung Jawab
Setyo Winarso, S.Hut
Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat
Narasumber
Ade Pahrudin, S.Si
IncubiFarm (Inkubator Bisnis di Bidang Pertanian, Peternakan, dan
Pemberdayaan Masyarakat Sukabumi)
Penulis Modul
Eka Sari Nurhidayati, M.Si
Widyaiswara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Anggota
1. Piala Sinuraya, S.E
2. Sigit Rustanto. S.Hut., M.Sc
3. Ir. Normanzis Jambak
4. Tri Prayitno, SE
5. Chaezar Iqbal AAP, S.S
6. Bayu Sanjaya, S.Sn
7. Sukarli
8. Fitria, S.Sos
9. Diyah Arfidianingrum
Diterbitkan oleh :
Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan
Kawasan Puspiptek Gd. 211 Lt. 2, Serpong, Tangerang Selatan, Banten
Kata Pengantar
ii
A. Penyiapan Kandang lalat BSF untuk Bertelur........................................ 21
B. Pemeliharaan Fase Lalat .................................................................................. 23
C. Latihan ..................................................................................................................... 25
D. Rangkuman ............................................................................................................ 25
E. Evaluasi ................................................................................................................... 26
F. Umpan Balik .......................................................................................................... 26
BAB VI Proses Pemanenan Hasil Budidaya .............................................................. 27
A. Pemanenan telur dari kandang lalat........................................................... 27
B. Cara Panen Maggot Muda ................................................................................ 28
C. Cara Panen Prepupa ........................................................................................... 29
D. Pemanfaatan kasgot sebagai pupuk ............................................................ 30
E. Latihan ..................................................................................................................... 31
F. Rangkuman ............................................................................................................ 31
G. Evaluasi ................................................................................................................... 32
H. Umpan Balik .......................................................................................................... 32
BAB VII Penutup .................................................................................................................. 33
A. Simpulan ................................................................................................................. 33
B. Tindak Lanjut........................................................................................................ 33
Kunci Jawaban ..................................................................................................................... 34
A. BAB II........................................................................................................................ 34
B. BAB III ...................................................................................................................... 34
C. BAB IV ...................................................................................................................... 35
D. BAB V ........................................................................................................................ 35
E. BAB VI ...................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 37
GLOSARI.................................................................................................................................. 38
iii
Daftar Gambar
iv
Daftar Tabel
Tabel 1. Contoh pembuatan biopond dengan ramp (sumber: Incubi Farm) ..... 17
v
Petunjuk Penggunaan Modul
vi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) untuk pakan ternak menarik
minat masyarakat untuk melakukannya. Hal tersebut karena secara
ekonomi maggot BSF untuk pakan ternak memiliki harga jual yang
lumayan tinggi perkilo gramnya, informasi harga bisa dilihat pada
beberapa marketplace yang ada di Indonesia. Sementara biaya produksinya
relatif tidak besar, jika sumber pakan maggot berasal dari sampah organik
yang selama ini tidak dimanfaatkan atau dibuang ke tempat pemrosesan
akhir (TPA). Sehingga selisih antara biaya produksi dan harga jual cukup
lumayan untuk peluang suatu usaha.
Penggunaan sampah organik yang selama ini tidak termanfaatkan
untuk pakan maggot, selain akan memperkecil biaya produksi juga
membantu dalam melakukan pengurangan timbulan sampah yang di
buang ke TPA atau yang tidak terkelola. Sehingga ketika melakukan
budidaya maggot BSF dengan pakan dari sampah organik, kita telah turut
membantu mengelola sampah organik yang ada. Maggot BSF bisa saja
dibudidaya dengan menggunakan pakan organik yang bukan merupakan
sampah seperti pellet atau bahan organik lainnya yang masih memiliki
nilai ekonomi tinggi. Hal tersebut tentunya akan menambah biaya
produksi karena harus membeli pakan organik dan tidak membantu
pengelolaan sampah organik yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, maka budidaya maggot BSF dengan
pakan sampah organik merupakan salah satu dari green entrepreneur yang
beberapa tahun belakangan ini sering dibahas dan digaungkan. Green
entrepreneur atau ecopreneur pada dasarnya adalah kegiatan wirausaha
yang memanfaatkan kesempatan bisnis dan mendapatkan keuntungan
dari bisnis tersebut, serta membantu mengatasi permasalahan lingkungan
dan sosial yang ada. Green entrepreneur atau ecopreneur selain
menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang disekitar, juga memberi
kesempatan kepada banyak orang untuk ikut melestarikan lingkungan
dalam bisnis/usaha mereka.
1
Ada banyak bisnis/usaha yang masuk dalam kategori green
entrepreneur, diantaranya adalah bisnis/usaha yang memanfaatkan
limbah/sampah terbuang. Budidaya maggot BSF dengan pakan dari
sampah organik yang terbuang menjadi salah satu diantaranya.
Pemanfaatan sampah organik untuk pakan maggot BSF akan mengurangi
jumlah timbulan sampah yang dibuang ke TPA sehingga usia TPA dapat
lebih Panjang. Selain itu pemanfaatan sampah organik sebagai pakan
maggot BSF juga membantu dalam mengurangi efek gas rumah kaca.
Timbulan sampah organik di TPA dapat menghasilkan gas metana
(CH4) yang merupakan salah satu rumah kaca (GRK). Gas rumah kaca
(GRK) merupakan penyebab dari terjadinya pemanasan global dan
perubahan iklim. Hasil penelitian menyebutkan bahwa gas metana (CH4)
memiliki bahaya 30 kali lipat lebih tinggi sebagai penyebab pemanasan
global dibanding dengan gas karbondioksida (CO2). Dengan memanfaatkan
sampah organik sebagai pakan maggot BSF maka, harapannya timbulan
sampah organik di TPA bisa berkurang sehingga gas metana yang
dihasilkan juga bisa berkurang.
Terkait hal tersebut di atas, maka perlu adanya peningkatan
kapasitas masyarakat agar bisa menjadi green entrepreneur atau
ecopreneur melalui kegiatan budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) yang
memanfaatkan sampah organik sebagai pakannya. Harapannya dengan
pelatihan ini akan muncul ecopreneur baru yang bisa membantu mengatasi
permasalahan sampah organik yang belum terkelola, sekaligus dapat
membantu meningkatkan perekonomian.
2
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca dan mempelajari video tutorial ini, harapannya peserta
mampu melakukan budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) dengan pakan
sampah organik secara mandiri. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dari tujuan tersebut, maka indikator keberhasilannya adalah, peserta
mampu:
1. mempraktekkan cara mendapatkan bibit BSF dari alam;
2. melakukan penetasan telur;
3. melakukan pembesaran Maggot BSF;
4. melakukan pemeliharaan fase lalat BSF;
5. melakukan pemanenan hasil budidaya lalat BSF.
3
BAB II Mendapatkan bibit BSF dari alam
4
A. Pembuatan Media Pemancing (Atraktan)
Melakukan budidaya maggot BSF dimulai dari mendapatkan bibit BSF.
Bibit BSF bisa didapatkan dengan cara membeli dari pembudidaya maggot
berupa telur, atau prepupa. Selain itu, jika ingin mendapatkan bibit BSF
secara cuma-cuma bisa didapat dari alam, karena lalat BSF banyak hidup di
alam bebas. Agar bisa mendapatkan bibit BSF dari alam, maka hal pertama
yang harus dilakukan adalah mengundang lalat BSF untuk datang ke lokasi
yang diharapkan, untuk kemudian kawin dan bertelur.
Agar lalat BSF mau datang ke tempat yang kita inginkan, perlu dibuat
media pemancing yang sering disebut sebagai atraktan. Atraktan merupakan
substansi yang mirip dengan bahan organik yang membusuk sehingga dapat
menarik para betina untuk meletakkan telurnya di sekitarnya. Secara alami
lalat black soldier fly (Hermetia illucens) betina meletakkan telurnya disekitar
sumber makanan, yaitu bahan/sampah organik.
Lalat Black Soldier Fly (Hermetia illucens) senang meletakkan telur-
telurnya di sela-sela batang bambu, lubang-lubang kayu atau kardus yang
terletak dekat dengan bahan organik/sampah organik. Berbeda dengan lalat
biasa dan lalat biru yang meletakkan telur langsung diatas sampah/sumber
yang busuk. Sehingga ketika ingin mendapatkan bibit telur BSF dari alam,
disamping harus menyiapkan atraktan, juga harus menyiapkan tempat
bertelur lalat BSF.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi, et al. (2017) menyatakan
bahwa lalat BSF dari alam dapat dipancing kedatangannya dengan
menggunakan atraktan yang terbuat dari bekatul (limbah dari penggilingan
padi) yang dicampur dengan EM4. Campuran tersebut kemudian
difermentasi selama 5 hari. Fermentasi media bekatul akan mengeluarkan
bau yang khas sehingga dapat menarik lalat Black Soldier Fly jantan dan
betina untuk datang ke wadah pemancingan. Tujuannya adalah agar lalat
BSF kawin dan mau meletakkan telurnya di tempat yang telah disiapkan.
Biasanya setelah 3 hari media pemancing/atraktan diletakkan, lalat BSF
mulai berdatangan.
Pembuatan media pancing lalat BSF dengan menggunakan bekatul dan
EM4 adalah sebagai berikut (Jayanthi, et al., 2017):
5
- menyiapkan wadah untuk media pancing lalat BSF;
- mengisi wadah dengan 10 kg bekatul, 5 liter air dan 5 tutup botol EM4;
- menutup wadah dengan terpal hitam dan difermentasikan selama 5 hari;
- setelah terfermentasi, di atas media atraktan diberi tumpukan daun pisang
kering sebagai tempat bertelurnya lalat BSF betina.
- media pancing lalat BSF diletakkan dekat dengan sumber sampah organik
yang teduh, seperti dekat dengan kebun sawit.
a b c
6
Pada dasarnya banyak cara yang bisa dilakukan untuk memancing
lalat BSF agar mau datang dan bertelur di tempat yang telah disediakan.
Contoh lain seperti yang dilakukan oleh Fransisco (2017) berikut ini:
- siapkan bahan organik untuk memancing lalat BSF seperti buah-buahan
busuk, sayur layu, kotoran ayam, kotoran sapi, usus ayam, dll;
- semua bahan tersebut diletakkan dalam ember atau kardus bekas;
- di atas ember/kardus bekas yang berisi sampah organik ditutup dengan
kayu yang dilubangi dengan paku, atau karton yang memiliki celah-
celah/lubang tempat lalat BSF bertelur;
- Lalat BSF akan meletakkan telurnya ditempat yang sempit, bercelah-
celah/berlubang dan bersih yang letaknya dekat dengan sampah organik;
- Setelah lalat BSF bertelur di tempat yang telah disediakan, kemudian
dibawa ke tempat budidaya untuk selanjutnya diternakkan.
Gambar 4 kayu yang sudah dilubangi dengan paku untuk tempat bertelur
BSF dan diletakkan di atas sampah/pakan (Fransisco, 2017)
7
Perilaku lalat betina BSF meletakkan telur pada rongga-rongga bertujuan
untuk melindungi telur dari ancaman predator dan pengaruh lingkungan
seperti sinar matahari langsung. Sinar matahari langsung dapat
menghilangkan kadar air pada telur yang dapat mengakibatkan gagal
menetas (Dortmans B.M.A., 2017).
Tempat bertelur lalat betina BSF dapat dibuat dari berbagai material,
diantaranya tumpukan bambu/kayu, kardus bekas atau material lainnya
yang memiliki rongga. Tujuannya agar lalat betina merasa aman untuk
meletakkan telurnya, sehingga mau bertelur di tempat tersebut. Agar lebih
ekonomis, disarankan untuk menggunakan tempat bertelur yang dapat
digunakan berulang kali, dan mudah dibersihkan dengan cepat. Tetapi jika
tidak ada dapat juga menggunakan tempat bertelur sekali pakai. Gambar 5
berikut ini merupakan contoh tempat bertelur lalat betina BSF.
8
C. Latihan
Buatlah media aktraktan dan tempat bertelur lalat BSF, kemudian letakkan
media tersebut di lokasi yang tepat agar lalat BSF tertarik untuk kawin dan
bertelur di tempat yang sudah disiapkan.
D. Rangkuman
Lalat BSF banyak terdapat di alam, ketika akan mengambil bibit BSF dari
alam berupa telur, maka yang harus diperhatikan adalah perilaku lalat di
alam terbuka. Lalat BSF dewasa tidak membutuhkan makanan, namun
memanfaatkan cadangan energi dari lemak yang tersimpan selama fase larva.
Lalat dewasa berperan hanya untuk proses reproduksi. Lalat BSF dewasa
mulai dapat kawin setelah berumur 2 hari. Setelah terjadi perkawinan lalat
BSF betina akan bertelur. Lalat betina BSF akan bertelur di dalam
rongga/celah yang terletak di atas sampah/bahan organik. Sehingga yang
harus dilakukan ketika akan mengambil bibit BSF dari alam adalah menarik
lalat BSF untuk mau datang dengan cara dipancing menggunakan atraktan,
serta menyiapkan tempat berongga yang diletakkan diatas media atraktan
untuk tempat bertelur.
E. Evaluasi
1. Jelaskan bagaimana cara untuk menarik lalat BSF agar mau datang dan
bertelur di tempat yang telah kita siapkan!
2. Jelaskan kriteria yang harus dipenuhi ketika membuat tempat bertelur
bagi lalat BSF betina!
F. Umpan Balik
Silahkan cocokkan jawaban evaluasi Anda dengan jawaban yang ada. Bila
tingkat penguasaan terhadap materi pembelajaran kurang dari 80%, Anda
perlu membaca/mempelajari kembali bab ini. Jika tingkat penguasaan
materi ini lebih dari 80%, maka Anda dapat melanjutkan ke bab berikutnya.
9
BAB III. Penetasan Telur
10
Dedak yang dicampur air diletakkan pada bagian tengah wadah sebagai
media penetasan/sumber pakan larva. Kawat dengan ketinggian sekitar 3 cm
diletakkan di atas media penetasan. Telur diletakkan di atas kawat, agar
ketika menetas bayi larva langsung jatuh ke dalam media yang berisi pakan
bernutrisi tinggi. Agar bayi larva tidak kabur, disekeliling pakan ditaburkan
dedak kering. Setelah usia penetasan sekitar 7 hari, bayi larva bisa
dipindahkan ke media pembesaran dan siap diberikan sampah organik.
Media penetasan selain dibuat dari dedak/pellet, bisa juga dibuat dari
buah yang diblender, seperti pisang, pepaya, serta ampas tahu. Walaupun
sebenarnya media penetasan yang sangat baik dan dapat mempercepat
pertumbuhan bayi larva adalah dedak/pellet. Namun pada dasarnya media
penetasan merupakan bahan organik sebagai pakan untuk bayi larva yang
baru menetas.
Permasalahan yang sering timbul ketika proses penetasan berlangung
diantaranya adalah media penetasan berjamur. Kondisi tersebut
dikarenakan media terlalu basah sehingga tumbuh jamur sebelum telur
menetas. Untuk itu sebaiknya ketika membuat media penetasan, pastikan
kadar air tidak boleh lebih dari 70%. Tips lainnya agar media penetasan tidak
membusuk atau berjamur sebelum telur menetas, sedapat mungkin media
penetasan disiapkan pada saat usia telur BSF baru 2 hari.
Media penetasan yang berjamur bisa menyebabkan bayi larva mati
atau kabur. Jamur akan mengambil nutrisi yang terdapat dalam media
11
penetasan, sehingga bayi larva akan kalah bersaing dalam memperebutkan
makanan. Selain itu jamur akan mengganggu pergerakan bayi larva.
Untuk mencegah agar bayi larva tidak kabur, gunakan wadah untuk
media penetasan yang memiliki ketinggian cukup (minimal 2 jari tangan
orang dewasa). Selain itu, tambahkan dedak kering atau ampas kelapa kering
di sekeliling media penetasan sebagai pembatas, agar bayi larva tidak kabur.
Jangan menggunakan wadah yang bocor.
12
pakan dapat berupa sampah sayur, buah atau sisa makanan yang telah
dihaluskan.
C. Latihan
Buatlah media penetasan dengan menggunakan bahan organik yang
bernutrisi tinggi, perhatikan kadar air dari media penetasan tersebut!
D. Rangkuman
Untuk menetaskan telur BSF dibutuhkan media penetasan sebagai sumber
pakan bayi larva yang baru menetas. Sebagai sumber pakan, maka media
penetasan dibuat dari bahan organik yang memiliki nutrisi tinggi seperti
dedak/pellet/ampas tahu bisa juga pisang/papaya yang diblender.
Prinsipnya media penetasan merupakan bahan organik yang halus dan
lembut dengan kelembapan sekitar 70%. Hal lain yang harus diperhatikan
ketika meletakkan telur BSF jangan langsung bersentuhan dengan media
penetasan untuk menjaga agar telur tetap kering. Kondisi telur yang lembab
atau basah akan berdampak pada lamanya waktu penetasan, bahkan
kegagalan dalam menetas.
E. Evaluasi
1. Bagaimana membuat media penetasan telur? Jelaskan!
2. Apa saja yang bisa menyebabkan kegagalan dalam penetasan telur BSF?
Jelaskan!
13
F. Umpan Balik
Silahkan cocokkan jawaban evaluasi Anda dengan jawaban yang ada. Bila
tingkat penguasaan terhadap materi pembelajaran kurang dari 80%, Anda
perlu membaca/mempelajari kembali bab ini. Jika tingkat penguasaan
materi ini lebih dari 80%, maka Anda dapat melanjutkan ke bab berikutnya.
14
BAB IV Pembesaran Maggot BSF
15
biopond dengan ramp digunakan untuk memproduksi prepupa (usia 18-21
hari) sebagai bahan indukan.
Sebagaimana telah dijelaskan pada modul sebelumnya, bahwa pada fase
larva/maggot, BSF tidak menyukai cahaya matahari. Untuk itu ketika akan
menempatkan/membuat biopond harus dipilih tempat yang tidak terkena
matahari langsung, dan di tempat yang beratap agar ketika hujan tidak
basah. Selain itu, upayakan untuk meletakkan biopond di tempat yang
aman, agar maggot terhindar dari predator.
Secara sederhana biopond biasanya dirangkai dari kayu, GRC, dan pipa
PVC. Namun ada juga biopond yang dibuat secara permanen/bangunan
permanen dengan menggunakan bata dan semen, biasanya untuk budidaya
skala besar. Namun untuk yang baru belajar budidaya maggot BSF, bisa
menggunakan baskom sebagai tempat pembesaran bayi larva/maggot
(Gambar 8).
16
Tabel 1. Contoh pembuatan biopond dengan ramp (sumber: Incubi Farm)
No Bahan Cara membuat Gambar
1 GRC GRC di potong dengan ukuran
120x60 Cm, yang akan digunaan
sebagai alas biopond.
17
Sebelum memindahkan bayi larva/bayi maggot ke biopond, harus
disiapkan media dasar terlebih dahulu. Media dasar merupakan bahan
limbah organik kering yang diletakkan sebagai alas di dasar biopond. Tujuan
pemberian media dasar untuk menjaga suhu dan kelembaban biopond agar
maggot betah berada di dalam biopond. Media dasar bisa dibuat dari bahan
organik seperti; kohe (kotoran hewan) kering (kotoran ayam, sapi,
kambing/domba), serbuk gergaji, dedak, atau merang.
Pada Fase pembesaran, larva sudah bisa diberikan sampah organik
seperti sisa makanan, sampah buah-buahan /sayuran, dll. Sampah organik
tersebut harus sudah diolah terlebih dahulu (lihat modul sebelumnya).
Sampah organik yang mulai mengalami pembusukan akan cepat habis
dimakan maggot karena lembut, dan bekas maggot yang dihasilkan akan
seperti tanah. Untuk itu sebaiknya sampah organik untuk pakan maggot
difermentasikan terlebih dahulu.
Jika budidaya maggot bertujuan untuk menghasilkan pakan ternak,
maka pembesaran maggot cukup sampai usia 14-15 hari. Sementara jika
ingin menghasilkan indukan, maka pembesaran maggot sampai fase prepupa
(usia 18-21 hari). Budidaya maggot yang bertujuan untuk sumber pakan ikan
atau ayam DOC biasanya hanya sampai usia 1 minggu.
Pemberian pakan maggot cukup dilakukan 1 hari sekali. Sebelum
pemberian pakan sebaiknya dikurangi terlebih dahulu media pembesaran
dari sisa makanan maggot (kasgot), supaya ketebalan ideal tetap terjaga (± 5
cm). Jika media terlalu becek dan lengket, bisa ditambahkan bahan
campuran seperti serbuk gergaji/ampas kelapa/merang sehingga menyerap
kadar air yang berlebih. Pakan diberikan secara merata pada permukaan
media.
18
C. Pengurangan Media sisa/bekas maggot (kasgot)
Sampah organik/media tumbuh larva/maggot BSF hanya efektif
dipakai selama 5 hari. Sampah organik yang berumur lebih dari 5 hari akan
tinggi kandungan amoniaknya. Tingginya kandungan amoniak dalam pakan
maggot dapat menghambat pertumbuhan larva, karena dapat menghambat
proses respirasi maggot (Salman, et al., 2020). Maksimal setiap 5 hari sekali
perlu dilakukan pengurangan media sisa pakan maggot (kasgot) dan
menambah sampah organik yang baru.
Pengurang Kasgot bisa dilakukan dengan alat bantu berupa saringan
kawat yang disimpan di atas biopond. Media pembesaran diambil dan
disimpan pada saringan tersebut. Biarkan maggot turun ke bagian bawah,
sehingga yang tersisa kasgot (Gambar 9).
Kasgot dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Sisa pakan maggot
dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung. Setelah
kering selanjutnya dikemas dalam plastik klip untuk siap dipasarkan.
D. Latihan
1. Buatlah biopond untuk tempat pembesaran maggot dengan
memanfaatkan bahan-bahan yang ada disekitar rumah!
2. Buatlah ringkasan bagaimana cara memberi pakan ke maggot dan cara
mengurangi media kasgot dalam biopond!
19
E. Rangkuman
Pembesaran maggot dilakukan untuk menambah bobot maggot sesuai
dengan tujuan awal melakukan budidaya maggot. Jika tujuan budidaya
maggot adalah untuk menghasilkan pakan ternak, maka pembesaran maggot
cukup dilakukan hingga usia maggot 14-15 hari. Tetapi jika tujuan budidaya
juga ingin menghasilkan indukan/bibit, maka pembesaran maggot dilakukan
hingga usia 18-21 hari hingga fase prepupa. Berdasarkan tujuan tersebut,
maka design biopond sebagai tempat pembesaran maggot ditentukan.
Terdapat 2 jenis bentuk biopond, yaitu biopond dengan ramp, dan biopond
tanpa ramp. Ukuran dimensi biopond juga tergantung pada besarnya sakala
budidaya yang akan dilakukan.
F. Evaluasi
1. Jelaskan syarat penempatan biopond agar proses pembesaran maggot
dapat maksimal dilakukan!
2. Jelaskan bagaimana cara memberi pakan kepada maggot selama
proses pembesaran!
G. Umpan Balik
Silahkan cocokkan jawaban evaluasi Anda dengan jawaban yang ada. Bila
tingkat penguasaan terhadap materi pembelajaran kurang dari 80%, Anda
perlu membaca/mempelajari kembali bab ini. Jika tingkat penguasaan
materi ini lebih dari 80%, maka Anda dapat melanjutkan ke bab berikutnya.
20
BAB V Pemeliharaan Fase Lalat BSF
21
Gambar 11 Contoh kandang lalat BSF (sumber: Incubi farm)
22
B. Pemeliharaan Fase Lalat
Salah satu indikator keberhasilan budidaya maggot BSF adalah bisa
menghasilkan telur BSF dari lalat yang dipelihara. Guna memastikan
keberhasilan dalam pemeliharaan lalat BSF, maka hal-hal yang harus
diperhatikan sebagai berikut:
1. untuk mencegah dehidrasi pada lalat, suhu dan kelembaban kandang
harus dijaga agar optimal, dengan cara menyediakan air minum untuk
lalat. Pemberian air minum dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan
air secara halus, dan meletakkan tempat minum di dalam kandang.
23
2. memperbaharui media pancing dan rutin panen telur.
Tujuan memelihara lalat BSF adalah untuk mengambil telurnya sebagai
bahan indukan untuk budidaya. Untuk itu di dalam kandang harus
disediakan media atraktan dan tempat bertelur. Cara pembuatan media
atraktan dan tempat bertelur sama dengan ketika mencari bibit dari
alam, sebagaimana telah dijelaskan pada bab II.
Media pancing ketika sudah tidak menarik bagi lalat (sudah tidak bau)
harus diganti. Biasanya penggantian media pancing dilakukan setiap 1
minggu sekali.
Tempat bertelur (jebakan telur) yang telah berisi telur dipanen setiap 2
hari sekali. Hal tersebut dilakukan agar telur-telur tidak menetas di
dalam kandang lalat (media atraktan).
Tempat hinggap dan berteduh lalat harus disiapkan berupa daun pisang
kering yang digantung, atau dengan cara meletakkan tanaman dalam pot.
3. membersihan bangkai lalat dan kulit pupa yang sudah menetas dari
kandang.
Lalat BSF jantan akan mati setelah kawin, sementara lalat betina mati
setelah bertelur. Sehingga akan banyak bangkai lalat di dalam kandang.
Selain itu bekas kulit pupa yang gagal bermetamofosis menjadi lalat juga
akan berserakan di dalam kandang. Untuk itu kandang harus rutin
dibersihkan dari bangkai lalat dan kulit pupa.
Bangkai lalat dan kulit pupa dapat digunakan untuk media pancing lalat
BSF atau digunakan sebagai pakan ternak.
24
Untuk mencegah masuknya semut ke dalam kandang bisa dilakukan
dengan meletakkan wadah berisi oli pada kaki-kaki kandang.
C. Latihan
1. Jika memungkinkan, coba buat kandang sederhana untuk
pemeliharaan lalat BSF!
2. Buatlah ringkasan terkait hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan kandang lalat BSF, agar daur hidup dari prepupa/pupa
menjadi lalat dan akhirnya bertelur berhasil dilakukan!
D. Rangkuman
Pemeliharaan lalat BSF dari prepupa/pupa yang dihasilkan bertujuan
untuk menghasilkan telur yang akan digunakan sebagai indukan dalam
proses budidaya selanjutnya, agar keberlangsungan budidaya dapat terus
berlanjut. Untuk melakukan pemeliharaan lalat BSF diperlukan kandang
yang luasannya tergantung pada skala budidaya. Dalam pembuatan
kandang BSF harus memperhatikan persyaratan-persyaratan yang
dibutuhkan oleh prepupa/pupa agar bisa bermetamorfosis menjadi lalat, dan
kebutuhan lalat agar bisa bertelur. Selain itu kandang juga harus mudah
dibersihkan dari bangkai lalat dan kulit pupa, serta aman dari predator BSF.
25
E. Evaluasi
1. Mengapa dalam budidaya maggot BSF perlu melakukan pemeliharaan
lalat BSF? bukankah telur BSF bisa dibeli dari pembudidaya lainnya?
Jelaskan!
2. Mengapa di dalam kandang juga harus disediakan media pancing
(atraktan) dan tempat untuk bertelur? Jelaskan!
F. Umpan Balik
Silahkan cocokkan jawaban evaluasi Anda dengan jawaban yang ada. Bila
tingkat penguasaan terhadap materi pembelajaran kurang dari 80%, Anda
perlu membaca/mempelajari kembali bab ini. Jika tingkat penguasaan
materi ini lebih dari 80%, maka Anda dapat melanjutkan ke bab berikutnya.
26
BAB VI Proses Pemanenan Hasil Budidaya
27
yang menempel pada jebakan telur yang terbuat dari kardus atau infraboard,
diletakkan langsung beserta jebakannya pada media penetasan.
Gambar 14. Cara panen telur yang terdapat pada papan jebakan
(sumber: Incubi Farm)
28
2. mengambil maggot dan media yang terdapat dalam biopond (tanpa dipilih),
lalu diletakkan diatas saringan. Secara grafitasi, maggot akan jatuh ke
dalam wadah, sehingga akan terpisah antara maggot dan kasgot.
3. Jika ada kasgot yang ikut jatuh ke dalam wadah, dilakukan pemilahan
secara manual dengan mengambil kasgot tersebut, sehingga yang tersisa
tinggal maggot muda saja.
29
Biasanya prepupa akan mencari jalan secara vertical/tanjakan untuk keluar
dari biopond. Karena itu, pada design biopond yang memiliki ramp (bagian
miring), akan menjadi jalan migrasi bagi prepupa untuk keluar dari biopond.
Pada ujung sisi miring dari biopond diletakkan tempat penampungan
prepupa, bisa terbuat dari talang air atau paralon yang dibelah dua.
30
al., 2011).
Namun dikarenakan proses pengomposan maupun biogas masih
membutuhkan waktu, sehingga upaya pemanfaatan kasgot sebagai pupuk
organik dapat menjadi pilihan (Sipayung, 2015).
Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No.2 Tahun 2006, C/N
rasio untuk pupuk organik sebesar 10-15 dengan kadar C-organik >12%.
Sipayung (2015) menyatakan bahwa kasgot (residu hasil dekompoisisi
larva/maggot BSF) cocok untuk dijadikan sebagai pupuk organik. Walaupun
pada beberapa kasgot kandungan karbonnya masih perlu ditambah agar C/N
rasio sesuai dengan yang diharapkan. Penambahan kandungan karbon pada
kasgot dapat dilakukan dengan penambahan sampah kebun (Sipayung,
2015). Sampah kebun memiliki kadar karbon yang tinggi yaitu sebesar 46%,
dengan kadar nitrogen sebesar 2,2 %, sehingga bisa menjadi campuran
kasgot untuk menaikkan C/N rasionya, jika ingin diaplikasikan sebagai
pupuk organik.
E. Latihan
Buatlah ringkasan bagaimana melakukan panen maggot muda, prepupa
dan telur BSF!
F. Rangkuman
Budidaya maggot BSF selain menghasilkan maggot untuk pakan
ternak, juga bisa menghasilkan telur, prepupa/pupa, dan kasgot. Hasil
panen tersebut secara ekonomi memiliki nilai yang lumayan tinggi karena
permintaan pasar juga cukup tinggi. Sehingga ketika melakukan budidaya
31
maggot dengan pakan sampah organik, selain dapat membantu mereduksi
sampah organik, juga dapat memberi manfaat secara ekonomi.
G. Evaluasi
1. Kapan pemanenan telur BSF dilakukan? jelaskan!
2. Pada saat kapan panen maggot muda dan prepupa bisa dilakukan?
jelaskan!
H.Umpan Balik
Silahkan cocokkan jawaban evaluasi Anda dengan jawaban yang ada. Bila
tingkat penguasaan terhadap materi pembelajaran kurang dari 80%, Anda
perlu membaca/mempelajari kembali bab ini. Jika tingkat penguasaan
materi ini lebih dari 80%, maka Anda dapat melanjutkan ke bab berikutnya.
32
BAB VII Penutup
A. Simpulan
Budidaya maggot BSF yang memanfaatkan sampah organik sebagai
pakan, merupakan salah satu dari green entrepreneur atau ecopreneur. Green
enterpreneur merupakan kegatan wirausaha yang bukan hanya semata-mata
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis tersebut, tetapi juga
bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan lingkungan dan sosial
yang ada. Green entrepreneur atau ecopreneur selain menciptakan lapangan
pekerjaan untuk orang disekitar, juga memberi kesempatan kepada banyak
orang untuk ikut melestarikan lingkungan dalam bisnis/usaha mereka.
Hasil yang bisa diperoleh dari budidaya maggot BSF adalah maggot
muda, telur BSF dan prepupa, serta kasgot. Maggot muda dapat
dimanfaatkan sebagai sumber protein untuk pakan ternak. Sementara telur
BSF dan prepupa dapat dimanfaatkan sebagai indukan untuk budidaya
maggot BSF. Kasgot yang merupakan sisa dari proses reduksi sampah
organik yang dilakukan oleh maggot dapat dimanfaatkan sebagai stater
dalam proses pengomposan dan biogas, pupuk organik, maupun sebagai
campuran dalam pembuatan media atraktan.
B. Tindak Lanjut
Agar dapat memahami isi dari modul ini dengan baik lagi, maka perlu
melihat/mempelajari video tutorial yang terkait dengan pokok bahasan yang
terdapat pada modul ini. Modul dengan video tutorial yang ada merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dan saling melengkapi. Selain itu lakukan
tugas dan evaluasi yang diberikan, untuk mengukur tingkat pemahaman
Saudara. Jangan lupa untuk mempraktekkannya.
33
Kunci Jawaban
A. BAB II
1. Untuk menarik lalat BSF datang bisa dilakukan dengan membuat media
atraktan. Media atraktan merupakan substansi yang mirip dengan bahan
organik yang membusuk sehingga dapat menarik para BSF jantan dan
betina untuk datang dan kawin. Selain media atraktan juga harus
disiapkan tempat bertelur yang memiliki rongga sebagai tempat lalat BSF
betina untuk meletakkan telurnya.
2. Tempat bertelur lalat BSF betina harus berongga/memiliki sela-sela dan
bersih. Tempat bertelur dapat dibuat dari bahan yang bisa diguna ulang
dan dibersihkan atau dari bahan sekali pakai. Tempat bertelur diletakkan
di atas media atraktan.
B. BAB III
1. Media penetasan telur diperlukan sebagai tempat menetaskan telur BSF
menjadi bayi larva. Media penetasan terbuat dari bahan organik yang
memiliki nutrisi yang tinggi, seperti dedak yang dicampur dengan air
bersih, dimana kelembabannya sekitar 70%. Selain itu, media penetasan
juga dapat dibuat dari pisang atau pepaya yang dihaluskan/diblender.
Media penetasan sebagai sumber pakan bagi bayi larva yang baru
menetas, sehingga harus mengandung nutrisi yang berasal dari sampah
organik. Telur BSF diletakkan di atas media penetasan, agar ketika telur
menetas, maka bayi larva bisa jatuh ke dalam media penetasan dan
langsung mendapatkan makanannya. Agar bayi larva tidak lari, disekitar
media penetasan diberi dedak kering/ampas kelapa kering.
2. Penetasan telur BSF dapat gagal jika telur dimakan oeh predator seperti
semut, burung atau ayam dan predator lainnya. Selain itu tumbuhnya
jamur pada media penetasan bisa menyebabkan bayi larva mati karena
tidak mendapatkan makanan, atau kabur mencari makanan di tempat
lain. Selain itu kelembapan telur yang tinggi atau basah bisa
menyebabkan kegagalan dalam penetasan.
34
C. BAB IV
1. Biopond diletakkan pada tempat yang teduh dan beratap, mengingat
larva/maggot BSF tidak menyukai cahaya/sinar matahari, dan untuk
melindungi biopond dari air hujan. Selain itu, penempatan biopond juga
harus memperhatikan faktor keamanan, agar maggot terhindar dari para
predator.
2. Pemberian pakan maggot cukup dilakukan sehari sekali. Sebelum
pemberian pakan sebaiknya dikurangi terlebih dahulu media
pembesaran dari sisa makanan maggot (kasgot), supaya ketebalan ideal
tetap terjaga. Jika media terlalu becek, bisa ditambahkan bahan
campuran seperti serbuk gergaji/ampas kelapa sehingga menyerap kadar
air yang berlebih. Pakan diberikan secara merata pada permukaan media.
D. BAB V
1. Pemeliharaan lalat BSF dilakukan agar siklus hidup BSF dapat terus
berlangsung, dari lalat, telur, larva/maggot, prepupa, pupa yang akan
bermetamorfosis menjadi lalat. Jika siklus tersebut dilakukan dalam
pelaksanaan budidaya maggot BSF, maka keberlanjutan budidaya
maggot dapat terus terjaga. Tetapi jika tidak melakukan pemeliharaan
lalat, maka setiap saat kita harus membeli telur dari pembudidaya
lainnya untuk ditetaskan menjadi larva/maggot, sehingga kita menjadi
tergantung pada pembudidaya lain.
2. Secara alami lalat BSF betina akan meletakkan telurnya di tempat-tempat
berongga yang terletak dekat dengan sumber pakannya (sampah organik).
Perilaku lalat betina tersebut berlaku dimana saja, baik di alam bebas
maupun di dalam kandang. Sehingga walaupun di dalam kandang harus
disiapkan media atraktan dan tempat bertelur, agar lalat betina mau
bertelur dan meletakkan telurnya ditempat-tempat yang telah disediakan.
Dengan menyediakan media atraktan dan tempat bertelur, maka telur-
telur yang dihasilkan akan berada di satu lokasi tertentu yang akan
memudahkan kita dalam melakukan panen telur.
35
E. BAB VI
1. Panen telur BSF dapat dilakukan segera mungkin ketika jebakan telur
telah berisi telur, karena telur BSF akan menetas 3-4 hari. Biasanya
setiap 2 hari sekali panen telur dapat dilakukan, guna mencegah telur
menetas di dalam kandang/dalam media atraktan. Selain itu
pengambilan telur dilakukan pada saat lalat tidak aktif, biasanya
pagi/sore hari.
2. Panen maggot muda (fresh maggot) dapat dilakukan pada saat usia
larva/maggot 14-15 hari. Panen dilakukan dengan cara memisahkan
maggot muda dari media pakannya, dengan menggunakan
saringan/memanfaatkan grafitasi. Maggot muda akan jatuh masuk ke
dalam wadah yang diletakkan di bawah saringan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, M., Sarto & Prasetya, A., 2017. BUDIDAYA LARVA BLACK SOLDIER
FLY (HERMETIA ILLUCENS) DENGAN PAKAN LIMBAH DAPUR (DAUN SINGKONG).
Yogyakarta, UMS.
Diener, S., 2010. A Disertation: Valorisation of Organic Solid Waste using the Black
Soldier Fly, Hermetia illucens, in Low and Middle-Income Countries. Swiss: ETH
Zurich.
Diener, S. et al., 2011. Biological Treatment of Municipal Organic Waste using
Black Soldier Fly Larvae. Waste Biomass Valor, Volume 2, pp. 357-363.
Dortmans B.M.A., D. S. V. B. Z. C., 2017. Black Soldier Fly Biowaste Processing - A
Step-by-Step Guide ,. Dübendorf, Switzerland: Eawag: Swiss Federal Institute of
Aquatic Science and Technology.
Fahmi, M. R., 2015. Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan mini-
larva Hermetia illucens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. s.l., Prosiding
Seminar Nasional Masyarakat Biodiversity Indonesia.
Fransisco, A., 2017. Beranda: Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. [Online]
Available at: https://www.afrid-fransisco.id/2017/08/cara-mudah-mengundang-
lalat-tentara.html
[Accessed 27 April 2020].
Indonesia, M. P., 2020. Koloni BSF Indonesia. [Online]
Available at: https://maggotbsf.com/index.php/maggot-bsf/budidaya-bsf
[Accessed 27 April 2020].
Jayanthi, S. et al., 2017. Teknik Budidaya Black Soldiers Fly (Hermetia Illucens).
Jurnal Jeumpa, pp. 58-66.
Salman, Ukhrowi, L. M. & Azim, M., 2020. Budidaya Maggot Lalat Black Soldier
Flies (BSF) sebagai Pakan Ternak. Jurnal Gema Ngabdi, Volume 1 (3), pp. 7-11.
Sipayung, P. Y. E., 2015. PEMANFAATAN LARVA BLACK SOLDIER FLY (HERMETIA
ILLUCENS) SEBAGAI SALAH SATU TEKNOLOGI REDUKSI SAMPAH DI DAERAH
PERKOTAAN, Surabaya: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember .
37
GLOSARI
Atraktan adalah zat penarik berupa zat kimia yang dapat menyebabkan
serangga bergerak mendekati sumber zat tersebut.
Ayam DOC (Day Old Chiken) adalah ayam dengan umur 10 hari dan paling
lama 14 hari setelah ayam itu menetas, biasanya dipakai
untuk istilah ayam pedaging atau ayam potong.
Bekatul adalah lapisan kulit ari yang dihasilkan dalam proses penggilingan
padi yang kedua.
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas-gas di atmosfer bumi yang berfungsi
menangkap panas.
Pelet adalah bahan baku pakan yang telah dicampur, dikompakkan dan
dicetak dengan mengeluarkan dari lubang melalui proses
mekanik.
38