Anda di halaman 1dari 93

Panduan Pengolahan Sampah Organik

Sejenis Rumah Tangga


Berbasis Biokonversi

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


DIREKTORAT PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH,
DAN B3
TAHUN 2020

Keberlanjutan • Ramah Lingkungan •


Agro Pangan • Ekonomi Sirkuler

Menyelesaikan Masalah Sampah organik


dengan teknologi biokonversi
PEDOMAN BAGI PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK
SEJENIS RUMAH TANGGA

Pengarah:
Rosa Vivien Ratnawati

Penanggung jawab
Novrizal tahar

Penasihat
Agus Pakpahan

Editor
Ujang solihin
Arif sumardi

Penulis & penyusun


Heny puspita
Angga prasetya
Adam doni mulyadi

Kontributor
Freddy Sutrisno
Suharno
Misan
Dwi Handayani
Nurhan
Arif Prasojo
Afri Sukmawan
Indah Yuningtyas
Danu Aji
Wayan Rendy

2| Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Seluruh foto, tabel, gambar, diagram
adalah hasil dokumentasi sendiri atau
telah mendapatkan lisensi, kecuali
disebutkan sumber kutipan.

3| Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Maggot BSF, Solusi Menyeluruh Pengolahan
Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga

4| Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Kata Pengantar

Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat dan baik


adalah hak yang dijamin oleh Undang-undang Dasar melalui mandat
untuk pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Pertumbuhan
ekonomi berbasis industri, dipastikan ikut meningkatkan jumlah
timbulan limbah. Untuk itu pertumbuhan ekonomi perlu
mempertimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yaitu
lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Rambu-rambu pengelolaan sampah sejenis rumah tangga diperlukan bagi para pihak yang
berkepentingan dengan jenis kegiatan yang sangat beragam, termasuk persyaratan teknisnya. Mengelola
sampah organik sejenis rumah tangga, sebagai salah satu upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menyediakan pedoman untuk peningkatan pengelolaan limbah B3 khususnya di kawasan
industri.

Semoga pedoman ini dapat menjadi acuan usaha/kegiatan dalam melaksanakan pengelolaan
limbah sampah organik sejenis rumah tangga yang lebih baik demi keberlanjutan bumi, kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya.

Jakarta, 20 November 2020

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Rosa Vivien Ratnawati, SH., M.SD.

5| Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Sekapur Sirih dari Pakar
Indonesia merupakan negara ke empat terbesar dunia menurut jumlah
penduduknya dan secara geografis berada wilayah iklim tropika
memanjang sepanjang garis khatulistiwa. Dengan ciri geografis tersebut maka
akibat dari sifat temperatur udara yang tinggi disertai dengan kelembaban yang
tinggi pula maka proses pembusukkan bahan-bahan organik terjadi sangat
cepat. Sampah organik ini bersifat biodegradable atau bisa diuraikan kembali
dengan menggunakan teknologi biokonversi. Teknologi biokonversi ini memiliki
spektrum yang luas dan dapat digunakan sesuai dengan ruang lingkup
permasalahan dan tujuan dari penyelesaian masalah yang dihadapi. Jadi, apabila
seluruh sampah organik di Jakarta, misalnya, sudah bisa dikelola seluruhnya, maka
sekitar 50% atau lebih permasalahan sampah di Jakarta sudah teratasi.
Pola pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia dapat dilakukan berdasarkan prinsip pemilahan organik
vs. inorganik, dengan penerapan teknologi yang terpisah dan pengembangan komunitas yang terpisah
pula. Keharusan melakukan pemilahan sampah ini sudah merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh Undang-
undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga dan
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 dengan judul yang sama.
Beragam sampah organik seperti sampah sayur-mayur dan buah-buahan, limbah rumah potong sapi dan
potong ayam, kotoran hewan dari peternakan, sisa-sisa makanan rumah tangga, restoran atau swalayan, dapat
diselesaikan dengan menggunakan "mesin biologis" larva Black Soldier Fly (BSF).
Kelebihan teknologi biokonversi ini dibandingkan dengan teknologi biokonversi lainnya adalah selain proses
biologis ini menghasilkan kompos atau pupuk cair, juga dihasilkan larva sebagai sumber protein, lemak dan chitin yang
bermanfaat untuk berbagai jenis kebutuhan terutama sebagai pengganti tepung ikan, yang semakin mahal, dalam
memproduksi pakan ternak. Proses biokonversi tersebut, mengingat prosesnya merupakan proses aerobik, tidak
menyebabkan terjadinya pelepasan gas-gas rumah kaca, tidak menyebarkan bau sebagaimana ditemukan di tempat
penimbunan sampah dan sekaligus pula merupakan pengendalian berkembangnya populasi lalat lainnya mengingat
lalat lain kalah bersaing dan tidak dapat mendapatkan makanan dari sampah yang diolah.
Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memiliki passion untuk ikut berpartisipasi
langsung dalam mempercepat proses upaya bukan hanya mengatasi permasalahan sampah, khususnya sampah
organik, tetapi juga berkehendak untuk mengubah sampah organik menjadi berkah bagi Indonesia pada khususnya
dan dunia pada umumnya.

Jakarta, 20 November 2020

Prof. Dr. Ir Agus Pakpahan, APU

6| Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Dibuat dengan kerjasama antara penulis sebagai konsultan pengolahan sampah
dengan teknologi maggot BSF, dan pihak Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, untuk
digunakan sebagai buku panduan bank sampah maupun pihak lain yang mengolah

sampah organik.

7| Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................... 5


Sekapur Sirih dari Pakar ............................................................................................................ 6
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 8
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................10
Pendahuluan .............................................................................................................................12
BAB 1. Tentang Black Soldier Fly (BSF) ...............................................................................14
1.1. Mengenal BSF ............................................................................................................14
1.2. Mengapa lalat BSF ini yang digunakan? Apa perbedaan lalat ini dengan lalat lain? ..14
1.3. Fisiologi BSF .............................................................................................................15
1.4. Siklus Hidup BSF .......................................................................................................16
1.5. Keunggulan Lain BSF ................................................................................................17
1.6. Perbedaan BSF dengan lalat hijau. ............................................................................18
BAB 2. Skema Keseluruhan Proses Biokonversi .....................................................................20
2.1. Konsep Pengolahan Biokonversi Sirkuler ..................................................................20
2.2. Skema Keseluruhan Proses Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga ...21
2.3. Kebutuhan Dasar Maggot dan lalat BSF ...................................................................22
2.4. Kebutuhan Bangunan .................................................................................................23
BAB 3. Manajemen Sampah Organik untuk Feedstock ...........................................................24
3.1. Identifikasi Sampah Organik Untuk BSF ...................................................................24
3.2. Jenis Sampah Organik................................................................................................26
3.3. Inventarisasi Pengelolaan Sampah Organik ...............................................................28
BAB 4. Rearing House .............................................................................................................30
4.1. Definisi Rearing House ..............................................................................................30
4.2. Detail Rearing House (RH) ........................................................................................32
4.3. Kebutuhan Lalat dalam Rearing House ......................................................................38
4.4. Pemancingan Lalat Dari Alam ...................................................................................39
BAB 5. Hatchery ......................................................................................................................40
5.1. Peralatan Penting Dalam Hatchery ...........................................................................42
5.2. Alat Penampung Telur ...............................................................................................43
5.3. Desain Hatchery .........................................................................................................46
BAB 6. Reaktor ........................................................................................................................48
6.1. Kegiatan dalam reaktor ..........................................................................................53

8| Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
6.2. Jumlah Sampah Organik dan Luas Area ................................................................55
6.3. Desain ....................................................................................................................57
6.4. Bahan dan Struktur ................................................................................................61
BAB 7. PANEN & PASCA PANEN .......................................................................................65
7.1. Proses Panen dan Pengayakan...................................................................................67
7.2. Maggot Sebagai Sumber Protein & Lemak ................................................................70
7.3. Pupuk Organik Hayati Cair dan Padat .......................................................................76
BAB 8. PRAKIRAAN FINANSIAL .......................................................................................79
PENUTUP ...............................................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................83

9| Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
DAFTAR ISTILAH

Anaerob: Sering kali disebut reaksi anaerobik. Yaitu penguraian komponen


organik oleh mikroorganisme tanpa adanya peran oksigen,
mengarah pada produksi biogas.

Anti Semut: Melindungi dari serangan semut. Setiap rak dan ruangan
dilindungi dengan parit air yang mengelilinginya.

Biokonversi: Proses mengubah suatu bahan menjadi produk lain yang berguna
dan memiliki nilai tambah, baik melalui organisme hewan,
tanaman, atau dekomposer lainnya.

BSF: Black Soldier Fly, Hermetica Illucens.


Feedstock: Tempat pengolahan sampah awal dengan memilah antara
organik keras dan lembut maupun komponen anorganik yang
terbawa.
Hama: Sebutan bagi makhluk terutama hewan yang mengganggu atau
bahkan merusak dan dapat menimbulkan kerugian ekonomis.

Hatchery: Tempat untuk melakukan proses penetasan larva muda BSF dari
telur.
Kompos: bahan organik yang telah terurai akibat proses reaksi aerobik.
Biasanya berasal dari kotoran sapi, dapat digunakan sebagai
pupuk.
Lalat Dewasa: Perkembangan akhir setelah proses pupa. Dapat disebut juga
"imago"
Larva: Bentuk muda hewan yang perkembangannya melalui proses
metamorfosis disebut juga bentuk muda (juvenile).

Maggot: Sebutan bagi prepupa maupun pupa saat sedang bermigrasi baik
yang berwarna cerah sampai warna kehitam-hitaman.

Mesin Pengering: Dapat berupa oven, microwave, Industrial microwave atau


bahkan rotary drier yang digunakan untuk mengeringkan
maggot.
Metamorfosis: Perkembangan biologis pada hewan yang melibatkan perubahan
fisik yang signifikan yang dapat mengakibatkan perubahan
struktur setelah kelahiran atau penetasan. Terjadi karena
pertumbuhan dan diferensiasi sel yang secara radikal berbeda.

10 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Pemancing Maggot: Cairan berbau buah kematangan yang cukup tajam yang menarik
BSF betina untuk bertelur di dekatnya. Biasanya cairan ini
mengandung aroma buah yang terfermentasi seperti tape.

Prepupa: Tahapan akhir dari bentuk larva yang bergerak naik mengikuti
insting untuk mencari tempat yang aman untuk menjadi pupa dan
juga menjauhkan diri dari predator yang mengincarnya.

Pupa: Selama proses menjadi pupa, terjadi metamorfosis dari larva


menjadi lalat BSF dewasa. Biasanya proses pupa pada BSF
berlangsung selama kurang lebih 18 hari.

Reaktor: Tempat yang didesain untuk proses pembesaran larva dengan


menuangkan pakan berupa sampah organik. Didesain dengan
kemiringan tertentu dan dibuat sistem pengaliran cairan sekresi
larva BSF.

Rearing House: Fasilitas yang berfungsi sebagai tempat mengawinkan lalat


dewasa BSF dan menghasilkan telur.

Sampah Organik Sejenis Sampah yang dihasilkan dari pemukiman seperti sampah rumah
Rumah Tangga: tangga, komersial, industri, institusi (pendidikan, kesehatan, dan
lain-lain), dan ruang publik.

Sampah Organik: Merupakan sampah yang dapat diuraikan dan berasal dari
makhluk hidup.
Telur: Lalat BSF dewasa dapat bertelur di antara 400-800 telur yang
dapat menetas dalam waktu 4 hari dan memiliki berat 25
mikrogram.

11 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Pendahuluan
MENDAMPINGI KAPASITAS PENGOLAHAN DI DAERAH

“Yellow Bio-Technology”

Dunia kini sedang bergerak menuju era

“Yellow Bioteknologi”, yaitu mengaplikasikan


serangga sebagai solusi berbagai masalah,
mulai dari masalah medis seperti pengobatan
Gangren (kematian sel tubuh, seperti pada

penderita diabetes), masalah agribisnis, dan


masalah pengolahan sampah organik. Gambar 1 Maggot Therapy

Dalam buku panduan ini akan menjelaskan Gambar 2 Foto BSF Close UpGambar 3 Maggot
Therapy
tentang penggunaan serangga lalat, yaitu Black Soldier Fly, yang telah berhasil

dibudidayakan di manca negara untuk menyelesaikan masalah sampah organik, pakan


ternak, dan pupuk sekaligus.

Gambar 4 Foto BSF Close Up

Diagram 1. Peran Maggot BSF.Gambar 5 Foto BSF Close


Up

12 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Diagram 2. Peran Maggot BSF.

Gambar 6. Foto Makro BSF.Diagram 3. Peran Maggot BSF.

13 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
BAB 1. Tentang Black Soldier Fly (BSF)

1.1. Mengenal BSF

Lalat terdiri lebih dari 1.000.000 jenis, dan lalat yang akan digunakan untuk
mengolah sampah organik adalah lalat Black Soldier Fly, atau disingkat dengan BSF.
Untuk menghindari kesalahan dengan jenis lalat lainnya, maka kita harus mengetahui
taksonomi lalat ini, yaitu:

Ordo : Dipterra

Famili : Stratiomyidae Latreille

Sub-famili : Hermetiinae

Genus : Hermetia

Spesies : Hermetia illucens

(Üstüner, Hasbenli, and Rozkošný 2003)

1.2. Mengapa lalat BSF ini yang digunakan? Apa perbedaan lalat ini
dengan lalat lain?

Karakteristik utama dari lalat BSF adalah tidak makan setelah metamorfosis
menjadi lalat. Hal ini membuat umur pendek yang tidak lebih dari seminggu, dan
tidak mempunyai mulut, menjadikan lalat ini bukan vektor penyebab penyakit (Dicke

et al. 2020). Karakter ini yang membuat lalat BSF mudah untuk diternak, dan rendah
resiko untuk menjadi pengganggu.

Catatan: Laporan gangguan lalat BSF terhadap masyarakat hanya terjadi di


Malaysia, dimana lalat ini berkembang biak dalam sebuah peternakan lebah,

14 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
meletakkan telur di dalam sarang lebah, memakan madu dalam sarang
tersebut. Perlu perhatian khusus apabila terdapat peternakan lebah di sekitar

lahan pengolahan. (Hashim et al. 2017)

1.3. Fisiologi BSF

Lalat BSF pertama diteliti tahun 1700an (Linnaeus, 1758), tetapi baru setelah
tahun 2010 akhir pengembangan BSF banyak dilakukan oleh pihak swasta. Ciri utama
perbedaan lalat BSF dengan lalat lain adalah lalat BSF yang tidak mempunyai mulut

untuk makan.

Gambar 10. Foto makro mulut larva BSF. Gambar 13. Foto larva / maggot BSF. Sumber:
Perbesaran mikroskop. Sumber: http://heilufood.com/blog/black-soldier-fly-larvae.
https://www.sciencenews.org/article/how-black-
soldier-fly-larvae-can-demolish-pizza-so-fast.
Gambar 14. Foto Lalat Hijau dari Samping (kanan).Gambar 15.
Foto larva / maggot BSF. Sumber:
Gambar 11. Foto larva / maggot BSF. Sumber: http://heilufood.com/blog/black-soldier-fly-larvae.
http://heilufood.com/blog/black-soldier-fly-
larvae.Gambar 12. Foto makro mulut larva BSF.
Perbesaran mikroskop. Sumber:
https://www.sciencenews.org/article/how-black-
soldier-fly-larvae-can-demolish-pizza-so-fast.

Gambar 7. Foto Makro BSF.

Gambar 8. Foto makro mulut larva BSF. Perbesaran mikroskop. Sumber: https://www.sciencenews.org/article/how-
black-soldier-fly-larvae-can-demolish-pizza-so-fast.Gambar 9. Foto Makro BSF.

15 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
1.4. Siklus Hidup BSF

Diagram 4. Siklus Hidup BSF.

Dalam buku panduan ini akan diuraikan bagaimana siklus hidup ini

dimanfaatkan dalam tiga sistem untuk pengolahan sampah.

1. Sistem Rearing House untuk fase lalat dewasa dan telur

2. Sistem Hatchery untuk fase larva muda

3. Sistem Reaktor untuk fase larva dewasa

Sistem ini akan selalu berputar, dan harus dijaga proporsinya agar tidak memutus
siklus produksi pengolahan sampah organik.

Catatan: Dalam bahasa sehari-hari larva ini sering disebut juga dengan
“Maggot”, yang dalam bahasa inggris jika diterjemahkan adalah belatung.

Namun kini kata maggot lebih di asosiasikan hanya pada belatung BSF.

16 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
1.5. Keunggulan Lain BSF

Memiliki nutrisi yang cocok untuk pakan ternak (Spranghers et al. 2017).

- Memiliki Asam amino dan lemak yang baik.

- Tinggi kandungan protein, rendah kandungan karbohidrat.

Dapat mengkonsumsi sampah secara cepat (Diener, Zurbrügg, and Tockner 2009).

- Memiliki perbandingan FCR (feed conversion ratio) paling efisien untuk


mengolah sampah organik, 1 kg maggot dapat menghabiskan 10 kg sampah

organik

- Dapat dirancang untuk menyelesaikan masalah sampah organik dalam waktu


24 jam.

Siklus hidup yang pendek.

- Lalat betina dapat mengeluarkan telur sampai 800 butir.

- Siklus hidup hanya berkisar 30-40 hari.

- Lalat dewasa tidak makan.

Manajemen mudah.

- Tahan terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit, dan tidak menyebarkan


penyakit.

- Lalat tidak memiliki mulut, sehingga tidak menggigit.

- Memiliki radius terbang yang rendah, sehingga mudah dikendalikan.

Kelemahan:

- Tidak dapat mengolah sampah organik keras

17 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
- Tidak sesuai untuk mengolah sampah organik yang sudah tercampur dengan
sampah anorganik

Gambar 16. Tumpukan Sampah Organik yang Telah Tercampur dan Tidak Dipilah Sulit Diolah oleh Maggot BSF.

1.6. Perbedaan BSF dengan lalat hijau.

Pada foto lalat hijau di bawah ini, terlihat detail mulutnya dan cara makan. Lalat
hijau menyebarkan penyakit dengan cara berpindah-pindah dari sampah satu ke
sampah lainnya, dan menyebarkan penyakit yang menempel di kaki dan mulutnya.
Berbeda dengan lalat BSF yang tidak makan, lalat BSF umumnya tidak hinggap di

sampah, dan tidak juga mencari makanan, sehingga membuat lalat BSF adalah lalat
yang “bersih”.

Gambar 18. Foto Lalat Hijau Sedang Makan Gambar 17. Foto Lalat Hijau dari
(kiri). Samping (kanan).

18 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Secara prinsip larva lalat hijau dapat digunakan sebagai pengolah sampah
organik, tetapi karena sulitnya manajemen lalat hijau, pengolahan dengan lalat hijau

ini berisiko dapat menyebarkan penyakit (Khamesipour et al. 2018).

Gambar 19. Foto larva Lalat Hijau. Gambar 20. Foto Larva BSF.

Diagram 5. Siklus Hidup Lalat Hijau.

Ukuran larva lalat hijau yang kecil juga membuat larva lalat hijau kurang

menarik untuk dijadikan pakan ternak. Dalam siklus hidup lalat hijau, mereka lebih
lama menghabiskan waktu pada fase pupa (kepompong), yaitu 10-20 hari, sehingga
tidak menarik untuk dijadikan alat mengolah sampah, karena hanya menjadi larva
selama 4-7 hari saja.

19 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
BAB 2. Skema Keseluruhan Proses Biokonversi

2.1. Konsep Pengolahan Biokonversi Sirkuler

Diagram 6. Siklus Sistem Biokonversi.

20 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
2.2. Skema Keseluruhan Proses Pengolahan Sampah Organik Sejenis
Rumah Tangga

Diagram 7. Integrasi Biokonversi BSF.

Keterangan Input Output

Sampah Organik Harian -

Telur BSF - Harian

Maggot - Mingguan

Pupuk Padat - Mingguan

Pupuk Cair - Harian


Tabel 1. Tabel Siklus Input - Output.

21 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
2.3. Kebutuhan Dasar Maggot dan lalat BSF

Maggot BSF sebagai salah satu


dekomposer terbaik, akan
membutuhkan banyak asupan nutrisi
untuk bekal saat sudah metamorfosis

menjadi lalat. Jika maggot kekurangan


nutrisi pada fase larva, akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas
telur pada fase lalat.

Gambar 21. Skema Kebutuhan Maggot.

Pada fase lalat, sinar matahari


menjadi parameter penting dalam

aktifitas lalat kawin dan bertelur.

Lalat tidak membutuhkan


makan karena sudah membawa bekal
dari fase larva, tapi tetap
membutuhkan air dan kelembaban 70-

80%.

Aktivitas terbang lalat naik-


Gambar 22. Skema Kebutuhan Lalat.
turun secara vertikal, sehingga penting
untuk menyiapkan ruang vertikal yang memiliki ruang kosong sekaligus terdapat

tempat untuk mereka hinggap.

22 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
2.4. Kebutuhan Bangunan

Gambar 23. Kebutuhan Bangunan Biokonversi

Sampah Kebutuhan Ruang (m2) 1


Per Hari
Rearing Hatchery3 Reaktor Feedstock Gudang Total
(kg)
House2

5.000 250 250 500 250 500 1.750

10.000 500 500 1.000 500 1.000 3.500

20.000 1.000 1.000 2.000 1.000 2.000 7.000


Tabel 2. Perbandingan Sampah dan Kebutuhan Ruang.

1
Kebutuhan ruang hanya menghitung kebutuhan maggot, belum termasuk area sirkulasi pekerja, parkir, dan
lain-lain.
2
Ukuran rearing house dan produksi telur sangat bervariasi karena dipengaruhi banyak faktor. Disarankan untuk
melakukan uji coba skala kecil dahulu untuk menentukan ukuran rearing house.
3
Hatchery dapat dibuat dalam rak bertingkat, membuat ukuran hatchery sangat fleksibel.

23 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
BAB 3. Manajemen Sampah Organik untuk Feedstock

Gambar 24. Diagram Identifikasi Sampah Organik.

3.1. Identifikasi Sampah Organik Untuk BSF

No. Feedstock Keterangan / Kebutuhan

1 Gambar Desain Lihat pada


Feedstock gambar
2 Ukuran Unit Ketersediaan
Pembuatan sampah organik
Pakan menjadi penentu
ukuran
3 Bahan Lantai Semen
Pembuatan Unit
Pengolahan
Sampah
4 Manajemen Pengambilan Penerimaan Penimbangan
Unit Feedstock Sampah Organik Sampah Organik Sampah Organik

24 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
5 Quality Control Quality Control Seleksi / Pencacahan
Feedstock terhadap Pemilahan Sampah
kontaminasi Sampah
- - Pewadahan Pengangkutan
Sampah Hasil Sampah
Olahan ke
Reaktor
6 Pemeliharaan Pemeliharaan Pemeliharan Pemeliharaan
Unit Sarana Sarana Peralatan Pada
Pengangkutan Penerimaan Unit Pengolahan
Sampah
7 Perlindungan Perlindungan Perlindungan
terhadap terhadap banjir
kecelakaan kerja atau kekeringan
Tabel 3. Keterangan Feedstock.

Syarat utama dalam FEEDSTOCK adalah memilah dari bahan-bahan non-

organik dan organik keras.

Maggot mempunyai mulut yang halus dan tidak memiliki gigi. Karena itu
sampah organik yang diolah harus lembut, dan memiliki kandungan air >60%.
Kemampuan maggot BSF mengolah sampah organik sangat luar biasa, dari sampah

organik dapur, sampah pemotongan hewan, sampai kotoran hewan dapat diolah
oleh maggot BSF.

Sedangkan contoh organik keras yang harus dipilah seperti kulit salak, kulit
durian, daun-daunan kering, daun pisang, biji-bijian, dan tulang belulang.

Gambar 25. Desain Feedstock.

25 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
3.2. Jenis Sampah Organik

Gambar 26. Sampah Organik Pasar.

Hampir semua sampah organik dapat diolah oleh BSF, dengan karakteristik sampah
organic seperti pada tabel di bawah ini:

SAMPAH ORGANIK KELEBIHAN KEKURANGAN


Pembusukan cepat,
Protein tinggi, paling baik berbau tajam apabila
Daging dan ikan
untuk maggot. salah teknik; Tulang tidak
bisa diolah.
Protein rendah untuk
Sayur Hijau Mudah didapat
maggot

Umbi-umbian Nutrisi Cukup Susah didapat

Tahu, Kedelai Protein Tinggi Susah didapat

Buah-buahan Nutrisi tinggi Biji tidak dapat diolah


Harus mengumpulkan
Sisa Dapur Nutrisi Cukup
dari berbagai sumber
Tidak dapat diolah
Daun Kering
maggot
Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Sampah.

26 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Secara prioritas, maggot lebih menyukai:

1. Sampah Daging dan Protein (hewani atau nabati)

2. Sampah Nasi dan karbohidrat lain

3. Sampah Buah-buahan

4. Sampah Sayuran

Gambar 27. Sampah Keras (kiri) dan Sampah Lembut (kanan).

Gambar 28. Ayam Habis Dilahap oleh BSF dalam Hitungan Jam.

Catatan: Sampah seperti daun kering tidak dapat diolah oleh maggot, dan

sampah keras seperti kulit jeruk, kulit kelapa, biji-bijian, dan lain-lain tidak
dapat diolah oleh maggot.

27 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
3.3. Inventarisasi Pengelolaan Sampah Organik

Diagram 8. Proses Pengolahan Sampah.

Cara tes sederhana untuk kadar air sampah: peras sampah dengan tangan,

apabila airnya mengalir deras dan tidak berbentuk butiran air, maka sampah
terlalu basah. Apabila airnya hanya beberapa tetes atau bahkan tidak ada,
maka sampah terlalu kering.

Sampah Maggot Pupuk Cair Pupuk Padat Residu


Hidup
100% 10% 30% 50% 10%
Tabel 5. Persentase Pengolahan Sampah dan Hasil Panen

Hasil pada tabel di atas akan bervariasi tergantung dengan kadar air dan jenis
sampah yang diolah oleh maggot. Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan

manajemen pupuk cair dan pupuk padat lebih penting karena jumlah panen yang jauh
lebih banyak dibanding jumlah maggot.

28 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Output Kebutuhan

Panen hanya pupuk Tanki pupuk cair, dan gudang pupuk padat.

Panen pupuk dan prepupa Wadah panen prepupa, tanki pupuk cair,
dan gudang pupuk padat.

Panen pupuk, prepupa, dan maggot Mesin cacah sampah, mesin ayak, mesin
pengering, tanki pupuk cair, gudang pupuk

padat, wadah panen prepupa.

Kesulitan terbesar dalam manajemen pengolahan sampah dengan BSF adalah


memanen maggot usia 14 s/d 20 hari, karena membutuhkan banyak mesin dan
tenaga kerja. Pada bab 7 akan dijelaskan kelebihan dan kekurangan antara maggot
dan prepupa.

Gambar 29. Mesin Pencacah Sampah.

29 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
BAB 4. Rearing House

Gambar 30. Gambar Rearing House di Gunung Madu Plantation, Lampung

Istilah “rearing house” digunakan untuk mengganti istilah “rumah lalat”, untuk
menghindari salah pengertian dengan “lalat rumah”.

4.1. Definisi Rearing House

Rearing house adalah tempat untuk


proses lalat kawin dan bertelur. Proses ini
sangat penting dalam menjaga siklus
produksi lalat karena masa hidup lalat BSF
yang pendek yaitu berkisar antara 3-7 hari.

Syarat utama dalam RH adalah sinar


matahari langsung, ruang vertikal untuk
terbang, dan area hinggap lalat seperti Gambar 31. Atap Transparan yang Membuat
Cahaya dapat Masuk dalam Rearing House.
tanaman berdaun lebar.

Tanpa sinar matahari, lalat enggan untuk kawin dan akhirnya tidak
menghasilkan telur. Pada fase ini, lalat tidak makan dan hanya perlu minum saja.

30 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 32. BSF Hinggap di Dedaunan.

No. Keterangan Kebutuhan

Kebutuhan Lalat dalam


1. Sinar Matahari; Kelembaban >70%
RH
Jam dan jadwal lalat
2. Pagi hari untuk kawin, siang dan sore bertelur
mencari pasangan
Atap Transparan; Jaring ukuran mesh <3mm;
3. Desain RH
Penangkal semut dan tikus.
Kayu atau kardus media bertelur; Media
4. Pemanenan Telur
pemancing lalat; Peralatan panen
Teknik Memancing Lalat Kayu atau kardus media bertelur; Media
5.
di Alam pemancing lalat.
Lalat tidak bertelur; Prepupa tidak berubah
6. Masalah Umum
menjadi lalat; Telur tidak menetas.

Catatan : Tidak disarankan untuk membuat rearing house di dalam ruangan


tanpa matahari langsung karena membutuhkan lampu khusus dengan daya
tinggi, dengan tingkat kesuksesan bertelur tidak sebaik sumber cahaya

matahari (Liu et al. 2020).

31 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
4.2. Detail Rearing House (RH)

Gambar 33. Rearing House dengan kapasitas produksi telur 50 gram / hari.

Skala produksi telur 50 gram / hari dibutuhkan luas area 50m 2 dengan tinggi
plafon lebih dari 2 meter.

Lalat mengenali pasangan lawan jenisnya dengan menerawang cahaya


matahari yang menembus sayap lalat lain. Karena itu kebutuhan cahaya sangat tinggi
dalam RH untuk menentukan kesuksesan lalat kawin dan bertelur.
Lalat akan kawin pada rentang waktu pukul 9.00 s/d 14.00, diharuskan untuk

pengurus RH agar tidak masuk ke dalam pada waktu tersebut agar tidak menggangu
proses lalat kawin dan bertelur. Desain rearing house harus menggunakan atap dengan
warna transparan untuk masuknya sinar matahari.

32 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 34. Desain Rearing House.

Orientasi bangunan menghadap timur - barat untuk memaksimalkan sinar


matahari. Jaring di sekeliling bangunan menggunakan jaring ukuran 3mm agar lalat
tidak bisa keluar dan tidak berusaha untuk keluar.

Tikus dan semut adalah hama utama dalam rearing house, maka harus dibuat
parit keliling untuk mencegah semut, dan menggunakan tembok setinggi 80 cm untuk
mencegah tikus.

CATATAN: Lalat akan mencari sela-sela kecil untuk bertelur. Setiap


sambungan dalam RH disarankan untuk adu manis agar tidak membuat lalat
bertelur di sembarang tempat.

33 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 35. Rearing House Tampak dari Dalam.

Gambar 36. Proses Kawin Lalat BSF.

Kebutuhan Lalat Dalam Rearing House

No Komponen Uraian Alat/Bahan Fungsi/Keterangan

1 Gambar
Lihat pada gambar
Desain RH

2 Atap :
Bahan Dinding : Jaring Kasa
Lantai : Semen Polycarbonate /
Material RH Hijau Insekta
atap transparan

3 Kelengkapan Saluran air pelindung


Thermometer Higrometer
RH dari predator / hama

4 Ukuran
7m x 7m x 2.5m
Standar RH

34 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
5 Pemilihan Jaminan sinar Mudah mengawasi
Air cukup
Lokasi matahari langsung perkembangan

6 Pemilihan
Warna Hitam Ukuran Besar Bergerak Aktif
bibit prepupa

7 Gelap &
Penempatan terlindung dari
Kotak khusus prepupa
prepuae sinar matahari
langsung

8 Penempatan Bahan
media Kotak media telur pemancing
bertelur bertelur

9 Pemanenan Wadah peletakkan Masker &


Cutter tajam
Telur telur Timbangan

10 Waktu dan jadwal Perilaku Pemeriksaan pada


Cara Panen
panen Pemanen media
Telur
Penimbangan
Penempatan telur Penyimpanan Telur
telur

11 Kipas angin Penyemprotan air


Perlindungan Tambahan Paranet
apabila tersedia untuk menurunkan
Suhu RH untuk meredam suhu
listrik suhu

12 Perlindungan Penyemprotan air Menyediakan Menyediakan kain


Kelembaban untuk meningkatkan busa basah pada basah untuk lalat
RH kelembaban lantai minum

13 Mencegah semut
Dinding dan
dengan cara
Perlindungan Pembersihan laba- saluran air
membersihkan dan
Predator laba di atap penangkal tikus,
menghindari air
kadal
gula

14 Manajemen Alat pelindung Rak & kotak


Alat pembantu
Lalat & dari terik penampungan
pengatur kelembaban
Prepupa matahari prepuae

Alat pembersih
Alat dan tempat
kepompong dan lalat
lalat bertelur
mati
Tabel 6. Detail Rearing House.

35 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 37. Material Jaring / Kasa / Hapa Ikan untuk dinding RH, biasa digunakan dalam perikanan untuk dinding
kolam.

BSF pada fase lalat tidak membutuhkan makan, tapi dia membutuhkan minum.
Lalat ini mempunyai mulut non-fungsional yang tidak digunakan untuk makan.
Karena sifatnya ini maka masa hidup lalat tidak lebih dari 7 hari. Kebutuhan lalat
dalam rearing house dapat dikategorikan dalam hal-hal di bawah ini:
1. Untuk memberikan minum cukup disemprot dengan sprayer halus, atau
dengan kain basah. Lalat akan menempel pada kain atau daun basah untuk

minum.
2. Sinar yang kuat adalah suatu keharusan. Apabila lalat tidak mendapat sinar
matahari langsung. Walaupun sumber cahaya dapat digantikan dengan lampu
LED kuat diatas 100 watt, tetap cahaya matahari adalah yang terbaik.

3. Lalat butuh ruang vertikal yang cukup untuk terbang bersama dengan
pasangannya, dan membutuhkan area hinggap yang luas untuk proses
perkawinannya. Maka itu dibutuhkan tanaman dengan daun lebar untuk area
hinggap.

Catatan: Walaupun air gula dapat digunakan sebagai minuman lalat BSF untuk
memperpanjang masa hidupnya, tetapi air gula ini dapat mengundang semut
yang menjadi hama lalat BSF.

36 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
2.2.1. Teknik Panen Telur BSF

Gambar 38. Proses Panen Telur BSF.

Setelah BSF bertelur, dapat dilakukan pengecekan setiap sore jam 16.00-
17.00 untuk memanen telur. Alat yang dibutuhkan:

1. Cutter yang tipis


2. Timbangan dengan skala 0.1 gram
3. Wadah telur
Walaupun telur BSF terlihat rapuh, tetapi sebenarnya telur ini cukup kuat

dengan benda-benda tipis untuk mengambil dari media kayu. Lubang pada kardus
dapat juga digunakan sebagai media bertelur, tetapi lebih sulit untuk melepas telur
dari kardus, ataupun menimbang nya. Maka dari itu lebih disarankan untuk
menggunakan kayu sebagai wadah bertelur.

Gambar 39. Tempat Bertelur BSF.

37 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 40. Telur BSF didalam Kayu.

Gambar 41. Media Bertelur BSF.

Gambar 42. BSF akan Bertelur Dipinggir Media Kayu.

4.3. Kebutuhan Lalat dalam Rearing House

BSF pada fase lalat tidak membutuhkan makan, tapi kadang dia membutuhkan
minum. Lalat ini mempunyai mulut non-fungsional yang tidak digunakan untuk
makan. Karena sifatnya ini maka masa hidup lalat tidak lebih dari 7 hari.

38 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Luas Input Output

Bangunan 50 m2; minimal 50 gr / hari


3 kg / hari Prepupa
Tinggi bangunan minimal 2.5 m Telur BSF
Tabel 7. Korelasi Luas Bangunan dengan Telur yang Dihasilkan BSF.

Catatan : Jumlah telur sangat bergantung dengan intensitas cahaya matahari


dan kualitas pakan maggot pada fase larva. Angka di atas adalah acuan pada

suhu 27C, kelembaban 70%, dan intensitas matahari penuh dari 8.00 WIB s/d
16.00 WIB.

4.4. Pemancingan Lalat Dari Alam

Lalat BSF memiliki banyak sekali pemangsa, sehingga sulit untuk menemukan
populasi BSF yang besar di alam. Karena itu apabila akan memancing dari alam,
sebaiknya memancing dengan di beberapa tempat, dan menggunakan media yang

berbeda.

Peralatan yang dibutuhkan:

1. Wadah penampung buah

2. Buah yang sedang membusuk dan

beraroma kuat, seperti pisang,


nanas, mangga, pepaya

3. Kayu media bertelur

Gambar 43. Pemancingan BSF dari Alam

Seperti halnya memancing ikan di sungai yang, belum tentu terdapat populasi
lalat BSF pada area yang diinginkan. Peletakan media pemancing lalat sebaiknya

ditempatkan di daerah yang terlindung dari air hujan, tetapi tetap mendapat sinar
matahari.

39 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Jika tidak ditemukan BSF di alam, solusi lain adalah harus membeli telur BSF
dengan harga pasaran antara 5.000-8.000 Rupiah per gram. Saat ini sudah banyak

tersedia pelaku usaha BSF yang menjual telurnya secara daring.

BAB 5. Hatchery

Gambar 44. Foto Rak Hatchery.

Hatchery adalah tempat penetasan telur, dengan pemberian media pakan yang
sifatnya lembut dan mudah ditembus oleh maggot kecil. Bahan pakan yang diperlukan
adalah pakan yang halus seperti buah-buahan, ampas tahu, atau ampas

kelapa. Apabila sampah dalam bentuk kering, seperti ampas kelapa, harus diberi air
tambahan.

Formula pemberian telur untuk hatchery:

3 gram telur + 5 kg pakan basah per wadah

40 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Pakan hanya diberikan sekali saja tanpa penambahan pakan, kecuali untuk
daerah panas harus memberi air tambahan setelah beberapa hari apabila pakan mulai

mengering.

Apabila kesulitan dalam mendapat sampah halus atau kesulitan memilah


sampah, dapat menggunakan pelet pakan ayam / ikan, dengan formula penambahan
air sebanyak :

Campuran pakan alternatif hatchery:

3 gram telur BSF + 2 kg pellet pakan ayam + Air 2.5 liter

Penting: Campuran pellet dengan air adalah pakan yang disukai berbagai jenis

lalat, dan mempunyai aroma yang tajam sehingga memancing lalat lain untuk
datang. Perlu perlindungan pada kotak hatchery dengan jaring tambahan
untuk mencegah lalat lain bertelur pada media hatchery.

Gambar 45.. Perbandingan Telur BSF dengan Reaktor.

41 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
5.1. Peralatan Penting Dalam Hatchery

Jenis Peralatan

Peralatan Timbangan dengan presisi Lampu Alat Semprot air

Elektronik skala 0.1 gram pembasmi lalat (sprayer)

Kotak Hatchery Keranjang industri atau wadah lain yang tidak berlubang,

dengan dimensi berkisar 60 x 40 x 15 cm

Media Bertelur Tempat penetasan telur


Tabel 8. Peralatan Penting dalam Hatchery.

Gambar 46. Timbangan, Cutter, Keranjang Industri, dan Jaring.

CATATAN: TELUR BSF DILARANG TERKENA AIR. TELUR AKAN MATI


APABILA TERKENA AIR.

Pakan dalam hatchery ini dapat bertahan selama 7-10 hari tanpa penambahan
pakan, tetapi tetap harus ditambahkan air secukupnya apabila pakan menjadi
kering. Penambahan air dalam hatchery harus menggunakan sprayer agak maggot
tidak tenggelam.

42 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 48. . Tinggi Pakan Gambar 47. Maggot siap pindah
Hatchery max. 10 cm ke reaktor

Gambar 49.Hatchery dengan bahan pakan campuran 20% buah 80% ampas kelapa.

5.2. Alat Penampung Telur

Telur tidak boleh diletakkan langsung di atas media organik karena kelembaban
media bisa membuat telur rusak dan mati. Untuk itu diperlukan penampang untuk

telur yang terbuat dari bahan kawat dan kasa nyamuk atau kain lain dengan pori-pori
ukuran.

43 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 50. Peletakan Telur pada Pakan Awal.

1. Jumlah telur & jenis timbangan

Timbangan yang dibutuhkan adalah sejenis timbangan emas, dengan tingkat


presisi 0.1 gram. Jumlah telur yang dibutuhkan untuk mengolah 100 kg sampah

organik per m2 adalah 6 gram telur. Jadi untuk 1000 kg sampah per hari akan
memerlukan telur sebanyak 60 gram.

Telur akan menetas dalam kurun waktu 3 s/d 4 hari, sehingga jadwal penetasan
telur harus disesuaikan dengan kapasitas pengolahan sampah yang tersedia, karena

apabila kekurangan maggot dalam reaktor dapat menimbulkan polusi udara dari
sampah yang belum diolah oleh maggot.

Jumlah sampah Telur yang dibutuhkan Area pada Reaktor


100 kg 6 gram 2 m2
Tabel 9. Perbandingan Jumlah Sampah, Telur BSF, dan Luas Reaktor.

44 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 51. Kiri : Maggot Umur 3 Hari. Kanan: Maggot 7 Umur Hari yang Siap Dipindahkan ke Reaktor.

Anakan maggot akan hidup dalam wadah hatchery selama 5 s/d 7 hari, dihitung
setelah telur menetas. Setelah ukuran mencapai ukuran 3-4cm, maka maggot sudah
siap untuk dipindah ke dalam reaktor.

Catatan : maggot yang baru lahir sangat kecil dan sulit dilihat dengan
mata telanjang. Gunakan alat bantu seperti kaca pembesar apabila
perlu memeriksa kondisi anakan maggot.

45 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
5.3. Desain Hatchery

Gambar 52. Desain Hatchery.

Gambar 53. Desain Penangkal Semut Hatchery Pada Kaki Rak Hatchery

46 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 54. Atas: Penggunaan Jaring Tambahan Pada Hatcher Digunakan Pada Dinding Rak Untuk Mencegah Lalat
Lain Bertelur. Kiri Bawah: Peletakan Jaring Langsung Pada Kotak Hatchery Akan Memancing Lalat Lain Untuk
Bertelur Diatas Jaring. Kanan Bawah : Jaring ditempatkan di dinding rak.

Pada fase hatchery, lalat jenis lain, terutama lalat rumah dan lalat hijau, akan

berusaha untuk bertelur dan merebut makanan maggot BSF. Perkembangan maggot
lalat hijau dan lalat rumah lebih cepat dari BSF, sehingga harus diberi perlindungan
agar tidak media pakan hatchery tidak dipenuhi oleh lalat lain.

Selain itu, ukuran maggot yang masih sangat kecil, menjadi makanan juga

untuk pemangsa lain seperti semut, laba-laba, dan cicak.

Jumlah Sampah Per Hari Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Pakan

dalam Reaktor (kg) Telur4 (gram) Kotak5 (unit) Hatchery (Kg)6

100 60 20 100

500 120 40 500

1.000 600 200 100


Tabel 10. Perhitungan Kebutuhan Rak Hatchery.

4
Kebutuhan telur dihitung untuk 1 siklus produksi
5
Kotak diisi dengan 3 gram telur
6
Pakan Hatchery dihitung per minggu

47 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
BAB 6. Reaktor

Gambar 55. Sampah Organik Pasar Dalam Reaktor.

Reaktor, atau biopond, adalah tempat larva maggot akan menghabiskan

sampah organik. Dalam mengolah sampah organik sejenis rumah tangga, harus
disadari bahwa sampah organik tersebut mengandung 70-80% air, sehingga
pengolahan sampah harus mempertimbangkan teknik manajemen air dalam reaktor.

Kontrol Kandungan Air Kekurangan Kelebihan

Drainase Pembuatan reaktor lebih Air olahan maggot akan


rumit menjadi Pupuk Cair
Maggot (PCM)

Campuran Bahan Kering Memerlukan biaya Tidak perlu instalasi pipa


(Ampas kelapa, bubuk tambahan pengadaan dan tanki
gergaji, dsb) bahan pencampur

Air diperas dari sampah Memerlukan mesin Desain reaktor lebih


organik tambahan; Air perasan sederhana
belum menjadi pupuk cair
Tabel 11. Manajemen Air dalam Reaktor.

48 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 56. Setting Reaktor Tumpuk Tanpa Drainase.

Gambar 57. Reaktor Lantai Dengan Sistem Drainase.

Reaktor dapat dibuat dalam media keranjang industri menjadi reaktor tumpuk

tanpa drainase dan dapat juga dibentuk dalam bentuk reaktor lantai yang memiliki
sistem drainase dengan mengalirkan cairan yang dihasilkan oleh maggot ke lokasi
yang lain untuk dimanfaatkan cairannya. Dua desain tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing dan untuk menentukan penggunaannya dapat dengan

menilai beberapa aspek sebagai bahan pertimbangan. Beberapa pertimbangan


tersebut adalah:

49 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Pertimbangan dalam Pembuatan Reaktor

No. Reaktor Pertimbangan

1 Jumlah sampah Pemilihan desain


yang tersedia Luas Reaktor reaktor lantai atau
bertingkat

2 Kadar air sampah Tanki Area


Desain manajemen
Penyimpanan Penjemuran
drainase
Pupuk Cair Pupuk Padat

3 Bahan
Adaptasi dengan Rencana jangka
Pembuatan Ketersediaan biaya
faktor lingkungan panjang
Reaktor
Tabel 12. Tiga Aspek yang Diperhatikan dalam Pemuatan Reaktor.

Input Output

Pupuk Cair per Pupuk Padat per Maggot per Prepupa per
Sampah per Hari
Bulan (liter) bulan (kg) bulan (2x siklus) bulan (1x siklus)
(kg)

900 1.500 16 2
100

4.500 7.500 80 10
500

9.000 15.000 160 20


1.000
Tabel 13. Perhitungan Input dan Output Reaktor.

50 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
No. Reaktor Keterangan / Kebutuhan
1 Gambar Bahan Organik Banyak Bahan Organik tidak
Desain RH Mengandung Cairan banyak mengandung
cairan
2 Ukuran Ketersediaan sampah Target Produksi
Reaktor organik sebagai
pembatas utama
3 Bahan Ketersediaan biaya Adaptasi dengan faktor
Pembuatan lingkungan
Reaktor
4 Kelengkapan Sekop terbuat dari Ember penampung Saluran
dalam reaktor kayu prepupa pengairan
bahan pupuk
cair
Bak penampungan Bak penampungan bahan
pupuk cair pupuk organik padat /
kompos
5 Manajemen Seleksi usia maggot Perhitungan ketersediaan
Reaktor dari hatchery sampah berbanding
dengan populasi maggot
6 Pemasukkan Maggot per 1 m2 Penentuan pemberian
Maggot sebanyak 200.000 ekor pakan per minggu atau
per hari
7 Pemeliharaan Pencegahan terjadi Monitoring visibilitas Monitoring
Reaktor reaksi anaerob magot pertumbuhan
Selama dan
Mengolah perkembangan
Sampah maggot
8 Perlindungan Perlindungan terhadap Perlindungan terhadap
predator perubahan cuaca,
terutama temperatur,
dan pencahayaan
9 Teknik Prepupa panen sendiri Panen paksa pada usia
Pemanenan tertentu
10 Pengolahan Pengeringan Penepungan Penyimpanan
Hasil Panen
11 Pemanfaatan Pakan Langsung Pakan Olahan Penjualan
Maggot
12 Pemanenan Pupuk Cair Maggot Pupuk Padat Maggot Penggunaan
hasil pupuk (PCM) (PPM) pada tanaman
dan tanaman &
pemanfaatan Penjualan
Tabel 14. Tabel Kebutuhan Reaktor.

51 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 58. Desain Rumah Reaktor.

Kebutuhan Rumah Reaktor Keterangan

Atap Melindungi dari cahaya matahari

Dinding Melindungi dari hama burung dan tikus

Lantai Lantai kerja kuat menahan beban keluar masuk sampah

Lain-Lain Jalur drainase air, jalur panen prepupa

Tabel 15. Kebutuhan Rumah Reaktor.

52 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
6.1. Kegiatan dalam reaktor

Gambar 60. Pemberian Pakan Awal Pada Reaktor.

Gambar 59. Penggunaan Terpal Tambahan Apabila Terlalu Terang atau Terlalu dingin (dibawah 23°C).

Aktivitas dalam reaktor hanya memberi media pakan kepada maggot setiap hari.
Maggot tidak menyukai cahaya, sehingga harus diberi tutup tambahan apabila reaktor terlalu
terang. Maggot juga sensitif terhadap suhu, lebih dingin dari 24C kemampuan maggot untuk
makan akan berkurang, dan apabila lebih panas dari 34C maggot akan terus berjalan berusaha
mencari tempat yang lebih sejuk.
Sampah diharuskan tidak terlalu hancur dan lunak seperti bubur untuk diberikan kepada
maggot, karena akan menyulitkan maggot untuk bergerak dan bernafas dalam media.
Kesalahan ini cukup umum di kalangan peternak maggot dalam memberikan pakan yang
terlalu halus.

53 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 61. Proses Menuangkan Sampah Organik Ke Reaktor

Gambar. Tampak Atas Modul Reaktor 5m2

Gambar 62. Gambar Detil Jalur Drainase Pupuk Cair.

54 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 63. Bahan Material Reaktor

6.2. Jumlah Sampah Organik dan Luas Area

Luas yang dibutuhkan untuk 1 ton (1.000 kg) sampah per hari adalah 100 m2
reaktor maggot. Luasan ini dapat berupa lahan atau dapat berupa rak bertingkat.
Pemberian pakan sampah organik diberikan setiap hari, dengan tabel ilustrasi di
bawah ini:

25
Jumlah Sampah (Kg)

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021
Umur Maggot (Hari)

55 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Umur Maggot (hari) Jumlah pakan per m2

1-7 Total 2 kg pakan di hatchery

8 4 kg

9 8 kg

10 12 kg

11 15 kg

12 17 kg

13 20 kg

14 23 kg

Fase menuju prepupa, tidak perlu


15 - dst diberi pakan tambahan

Total Pakan 100 kg


Tabel 16. Umur Maggot Dibandingkan dengan Jumlah Pakan per m2 reaktor

Catatan : Tabel ini hanya salah satu contoh pemberian pakan rata-rata, dan
harus disesuaikan kembali dengan kondisi lapangan masing-masing.

56 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
6.3. Desain

Gambar 64 Desain Reaktor

Kandungan air yang terdapat di dalam sampah organik mencapai 80%, dan

kandungan air ini akan dikeluarkan oleh maggot setelah dicerna. Karena itu reaktor
harus dibuat miring dengan sudut minimal 30°, dan diberi saluran drainase untuk
mengalirkan air. Air ini sudah bersifat menjadi bahan awal pupuk cair maggot (PCM)
yang sangat berguna untuk tanaman.

Jika air tidak dikeluarkan maka akan terjadi reaksi anaerob yang membuat
sampah mengeluarkan air lindi dan bau tak sedap, serta akan meracuni maggot.

57 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 66. Reaktor semen dengan Gambar 65. Reaktor tanpa ramp dan
ramp dan jalur drainase, cocok untuk drainase, hanya cocok untuk sampah
pengolahan sampah organik sejenis organik kering, contoh: bungkil
rumah tangga. sawit, ampas kelapa.

Gambar 67. Ketinggian maksimal 20cm untuk kesehatan maggot, kemiringan reaktor dan jalur ramp prepupa 30°.

PENTING: Maggot hanya bisa hidup di kedalaman sampah 15-20 cm. Jika
lebih tebal dari itu, akan terjadi reaksi anaerob yang membuat maggot
mati dan sampah akan bereaksi mengeluarkan bau yang menggangu.

58 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 68. Detil Reaktor

Gambar 69. Ukuran Modul Reaktor Dapat Mengolah 20 kg per hari dalam ukuran reaktor 2 m2

59 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 70.Contoh desain modul reaktor dengan kapasitas 200 kg sampah per hari.

Catatan: maggot dapat memanjat dengan kemiringan 90° apabila dinding

reaktor basah.

Masalah umum adalah maggot berusaha untuk keluar dari reaktor yang disebabkan

oleh beberapa hal ini:

• Periksa apakan pakan yang diberikan cukup

• Periksa suhu dan kelembaban, maggot tidak nyaman dengan suhu panas
di atas 340 C dan tidak suka apabila tenggelam dalam air, periksalah
kondisi drainase

• Periksa kepadatan maggot

60 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 71. Reaktor harus dirancang agar prepupa panen mandiri ke tempat penampungan.

6.4. Bahan dan Struktur

Bahan yang digunakan harus kuat untuk menopang beban total sebanyak 100

s/d 200 kg/m2, dan kuat terhadap ujung cangkul atau sekop. Bahan yang disarankan
adalah bahan aci semen halus atau stainless steel. Reaktor dapat juga bertingkat
secara vertikal untuk menghemat ruang.

Gambar 72. Proses Menyemen Bangunan.

61 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 73. Proses Pembangunan Reaktor Semen.

Gambar 74. Contoh Reaktor tingkat dengan bahan Stainless Steel.

BSF dalam fase larva maggot tidak membutuhkan cahaya, hanya membutuhkan pakan
yang diberikan secara berkala.

Pertanyaan Umum: Apakah pakan bisa diberikan sekaligus untuk 15 hari ke


depan?

Bisa tetapi tidak disarankan karena tingkat kesulitan manajemen lebih tinggi,
dan beresiko memicu pertumbuhan berbagai jenis bakteri dalam sampah organik yang
belum dimakan oleh maggot, sehingga akan menimbulkan bau yang tak sedap.

Kondisi Ideal Maggot Dalam Reaktor

Suhu 25C - 32C

Kelembaban 60%-80%
Tabel 17. Kondisi Ideal Maggot Dalam Reaktor.

62 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Catatan : Maggot tidak suka berada pada permukaan media pakan, apabila
menemukan maggot yang berkumpul di permukaan ataupun di satu sudut,

maka periksalah kondisi pakan, ketersediaan pakan, suhu, dan kelembaban


reaktor.

Gambar 75. Contoh Maggot mencari jalan keluar ketika pakan telah habis.

Gambar 76. Prepupa yang telah keluar dari reaktor harus terlindung dari sinar matahari langsung.

Maggot yang berubah menjadi prepupa akan berdiam diri untuk menjadi pupa.
Dalam fase ini maggot wajar apabila tampak seperti sudah mati karena tidak bergerak,
dan akan keluar dengan sendirinya menjadi lalat setelah 3 s/d 5 hari.

63 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Selama fase ini dilarang untuk membangunkan dan mengganggu maggot,
karena akan mempengaruhi kesehatan dan kemampuan bertelur setelah menjadi

lalat.

Gambar 77. Kiri Lalat BSF Mati Setelah Bertelur, Kanan: Sisa Cangkang Pupa BSF

Sisa lalat mati masih mengandung protein tinggi, tetapi mengandung chitin
yang tinggi pula. Chitin dari BSF kini sedang diteliti dan dikembangkan menjadi aditif
untuk pakan ternak (Jayanegara et al, 2020).

64 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
BAB 7. PANEN & PASCA PANEN

Gambar 78. Maggot Siap Dikirim Menuju Lokasi Penjualan

Terdapat dua cara untuk panen, dibedakan dari umur maggotnya, yaitu panen
saat maggot atau saat prepupa. Panen prepupa akan terjadi otomatis, dan saat ini
pasar yang sudah terbentuk sekarang adalah pasar maggot kering, sehingga harus

dipanen saat maggot umur 15-20 hari.

Perlengkapan yang dibutuhkan untuk panen dan proses pasca panen :

1. Wadah panen maggot

2. Ayakan manual atau mesin

3. Mesin pengering.

Untuk mendapat ukuran lebih akurat, maggot diukur per 100 s/d 200 ekor untuk
mendapat rata-rata berat maggot panen.

Kegiatan Jumlah Keterangan

Panen maggot prepupa 20% s/d 30% Harus memenuhi perhitungan


untuk bibit lalat kebutuhan siklus prepupa per hari
dalam rearing house

65 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Panen maggot untuk 70% s/d 80% Dapat dikeringkan, dibekukan, atau
diolah lebih lanjut dicuci untuk diberikan kepada ternak
Tabel 18. Jumlah Panen Maggot Prepupa untuk Bibit Lalat.

Gambar 79. Berat Standar Panen Maggot 0,15 sampai 0,20 Gram per Ekor.

Teknik Panen Kelebihan Kekurangan


Panen maggot prepupa 20%-30% Harus memenuhi perhitungan kebutuhan
untuk bibit lalat siklus prepupa per hari dalam rearing house
Panen maggot untuk diolah 70-80% Dapat dikeringkan, dibekukan, atau dicuci
lebih lanjut untuk diberikan kepada ternak
Tabel 19. Teknik Panen

66 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
7.1. Proses Panen dan Pengayakan

Gambar 81. Proses Gambar 80. Dalam Kondisi


Pengayakan Maggot Tertentu Panen Maggot Dapat
Setelah Dipanen. Mengeluarkan Asap Uap Air.

Maggot dapat dipanen menggunakan cangkul, dan diletakkan dalam keranjang

industri untuk dibawa ke mesin ayak. Walaupun maggot terlihat rapuh, tetapi dia
kuat dimasukkan dalam mesin ayak dan tidak akan mati dalam proses pengayakan ini.

67 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Pengayakan dengan mesin sangat direkomendasikan karena sangat efiesien dari segi
waktu proses.

Gambar 82. Contoh Mesin Ayak

Setelah proses ayak dengan dengan mesin, tetap diperlukan pengayakan


akhir dan pembersihan manual seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 83. Kegiatan Sortir Akhir.

68 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 84. Bahan Pembuatan meja sortir akhir, menggunakan bahan besi tulangan beton, dan jaring hijau. Setelah
di ayak dan dibersihkan, maggot siap untuk di olah lebih lanjut..

Gambar 85. Ukuran Ayakan Manual

Gambar 86. Karung besar berukuran 60x60x60 dapat memuat lebih dari 40 kg maggot segar.

69 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Untuk pengiriman maggot jarak dekat, dengan lama perjalanan 2-3 jam,
maggot dapat di kemas dalam karung yang terbuat dari jaring. Jaring dengan ukuran

60 cm x 60 cm x 60 cm dapat memuat maggot hidup lebih dari 40 kg.

Pengiriman dengan jumlah besar, dan waktu tempuh perjalanan lebih dari 3
jam tidak disarankan untuk maggot hidup. Untuk jarak jauh disarankan maggot
dikeringkan atau dibekukan terlebih dahulu.

7.2. Maggot Sebagai Sumber Protein & Lemak

Gambar 87. Pengeringan BSF dengan Sinar Matahari Untuk Kebutuhan Pakan Bebek.

Dalam tabel di bawah dapat diambil kesimpulan bahwa kandungan protein


maggot berkisar dari 39% s/d 56%, yang membuat maggot ini sangat bernutrisi untuk
bahan pakan ternak.

Gambar 89. Pencucian Maggot sebelum Gambar 88. Proses Penjemuran Maggot.
Pemberian kepada Ternak.

70 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Tabel 20. Perbandingan Protein, Lemak, dan Abu pada beberapa siklus hidup
maggot. (X. Liu et al. 2017)

Kandungan protein yang terdapat dalam setiap fase BSF sudah memenuhi
syarat untuk menjadi pakan ternak tambahan, dan pemilihan sistem panen saat
maggot atau saat sudah prepupa merupakan pilihan desain yang ditentukan oleh

kepentingan masing-masing.
Dari hasil pengalaman dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa maggot
BSF yang sampah organik yang mengandung bakteri patogen, maka didalam tubuh
sebagian maggot akan ditemukan jenis bakteri yang sama, tetapi hanya dalam

jumlah yang sangat rendah.


Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran penyakit kepada ternak maka
disarankan untuk diolah terlebih dahulu. (Lalander et al. 2013). Direkomendasikan
untuk mengeringkan maggot terlebih dahulu sebelum diberikan sebagai
pakan ternak. Pengolahan dalam bentuk pelet yang melalui proses pengeringan
dapat mengeliminasi potensi terjadinya penularan bakteri patogen,
seperti Salmonella spp. Apabila ingin memberi maggot dalam kondisi hidup,
sebaiknya maggot dipuasakan 1 hari dan dicuci terlebih dahulu untuk membuang

semua isi perut maggot, untuk menghindari bakteri yang masih hidup dalam sisa
pencernaannya.

71 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Pemberian maggot hidup sebagai tambahan pakan ternak harus
memperhitungkan air kandungan air 70% dalam maggot, pengalaman kami untuk

bebek dan ayam setiap pemberian 1 kg maggot hidup memerlukan 2 s/d 3 kg pakan
pellet industri. Walaupun hasilnya tidak sebaik 100% pakan industri, hasilnya cukup
mendekati dan dapat menghemat biaya pakan.

Gambar 90. Perbedaan Warna dari Pakan Maggot. Perbedaan warna dari pakan maggot.

Kiri: Kohe Ayam, Tengah: Sampah Dapur, Kanan: Ampas Kelapa.

Gambar 91. Perbedaan warna setelah maggot dikeringkan. Perbedaan warna setelah maggot dikeringkan.

Kiri: Kohe Ayam , Tengah : Sampah Dapur, Kanan : Ampas Kelapa.

72 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 92. Kiri: Perbandingan Telur dengan dan Tanpa Konsumsi Maggot atau Prepupa BSF.

Maggot setelah dipanen dapat diproses dengan beberapa teknik, seperti


dibekukan, digiling dan campur dengan pakan lainnya, serta cara paling umum adalah
dikeringkan. Maggot yang dikeringkan dengan baik, awet untuk di simpan sampai

dengan 6 bulan.

Skala Peralatan Kekurangan Kelebihan Waktu

Pengeringan

Kecil (1 – 30 Wajan Oseng / Membutuhkan proses Mudah dan murah 15-20


kg) Microwave Rumahan manual menit

Menengah Oven Gas / Listrik Waktu pengeringan Biaya pengeringan 8-24 jam
(30-100 kg) panjang; Tingkat kesulitan rendah; Peralatan (60 C)

tinggi mudah didapat di pasar

Besar (>100 Microwave Industri Biaya investasi besar; Daya Proses cepat dan 15-30

kg) dan biaya listrik besar mudah; Hasil menit


pengeringan seragam.
Tabel 21. Alat untuk Mengeringkan Maggot BSF.

73 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 93. Oven, Microwave, Industrial Microwave, dan Rotary Dryer.

Gambar 94.Kiri: Pengeringan Maggot yang tidak sempurna. Kanan: Pengeringan dengan microwave menghasilkan
maggot kering standar export.

Pengeringan maggot dengan matahari tidak cukup untuk mengeringkan maggot


tanpa merubah warna, dan proses penjemuran matahari akan membuat maggot
berbentuk pipih.

74 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 96. Kiri: BSF dikeringkan dengan Matahari, Kanan: BSF dikeringkan
menggunakan Microwave.

Gambar 95. Kiri: Maggot Setelah Proses Pengeringan Microwave. Kanan : Microwave
Industri

Proses Pengeringan maggot paling cepat adalah dengan menggunakan


microwave yang hanya memerlukan waktu antara 15-20 menit proses. Kekurangan

dari proses pengeringan dengan microwave memiliki kekurangan yaitu kebutuhan


listrik yang tinggi.
Pengeringan maggot dengan
oven akan memakan waktu lebih dari 4-

12 jam, proses, tergantung dari kadar


air maggot, suhu oven, dan jumlah
maggot yang di keringkan. Suhu
pengeringan untuk mendapatkan

protein terbaik adalah di 60C .


(Huang et al, 2017).
Gambar 97. Ikan hias juga menyukai maggot BSF

75 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
7.3. Pupuk Organik Hayati Cair dan Padat

Gambar 98. Drum Cairan Pupuk dan Bahan Pupuk Cair Sebelum Diolah dan Dikemas.

Tabel 22. Hasil Uji lab kandungan bakteri dalam pupuk cair maggot
(Pakpahan, Widowati, and Suryadinata 2020).

76 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Pupuk hayati hasil metabolisme BSF mengandung mikroorganisme yang
menyuburkan tanah, dan membantu tanaman menyerap zat hara. Selain
mikroorganisme terdapat juga hormon seperti auxin dan giberelin yang mempercepat
pertumbuhan tanaman (Galston and Warburg 1959).

Tabel 23. Kombinasi perbandingan campuran pupuk NPK dan Pupuk Cair Maggot untuk mencapai hasil terbaik
dalam perkebunan tebu. (Pakpahan et al, 2020)

Gambar 99. Pupuk Kemasan dan Sawah yang Menggunakan Pupuk BSF.

Dalam percobaan ini, pupuk hayati cair BSF digunakan sebagai perlakuan.
Dosis 60 liter per hektar dan menggunakan 50% dari dosis anjuran NPK tidak memiliki
tingkat produktivitas yang berbeda nyata dengan aplikasi dosis anjuran NPK penuh.

77 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Hal ini membuktikan bahwa biokonversi BSF dapat dilihat sebagai cara baru bagi
sumber pupuk hayati dalam rangka mereduksi pupuk kimia.

Gambar 100. Pupuk Padat BSF sudah dijual dalam online shop.

Banyak petani di Indonesia sudah menggunakan berbagai pupuk kimia, tetapi


hasil panen tidak meningkat. Dahulu dengan dosis pupuk yang serupa dapat
menghasilkan panen yang baik, tetapi sekarang hasil panen tidak meningkat

walaupun dosis pupuk ditingkatkan.

Hal ini disebabkan karena kandungan hara dan mikro-organisme dalam tanah
yang sudah berkurang karena efek pupuk kimia. Banyak tanah di Indonesia yang
memiliki kadar organik tanah kurang dari 2%, yang artinya hampir menjadi tanah

gurun. Pupuk dari BSF dapat menyuburkan tanah kembali dengan hara dan mikro-
organisme.

78 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
BAB 8. PRAKIRAAN FINANSIAL

Perlu diingat bahwa perhitungan di bawah belum memperhitungkan area


kantor, ruang pekerja, parkir, biaya pembelian / sewa lahan, potensi serta resiko bisnis

pada sekitar area pengolahan, dan berbagai faktor lainnya. Diperlukan pembuatan
studi kelayakan lebih lanjut untuk memperhitungkan secara lebih akurat, karena itu
dalam panduan ini hanya akan dijelaskan secara garis besar.

Sampah Kebutuhan Ruang (m2)


Per Hari
Rearing Hatchery Reaktor Feedstock Gudang Total
(kg)
House

5.000 250 250 500 250 500 1.750

10.000 500 500 1.000 500 1.000 3.500

20.000 1.000 1.000 2.000 1.000 2.000 7.000


Tabel 24. Kebutuhan Ruang untuk Pengelolaan Sampah dalam meter kuadrat

Investasi Bangunan : Asumsi Harga Pembangunan Rp. 2.000.000 / m2

Sampah Sampah Investasi Mesin & Total

per Hari Per Tahun Bangunan & Peralatan


Fasilitas Pengolahan

5.000 kg 1.825 ton 3.500.000.000 450.000.000 3.950.000.000

10.000 kg 3.650 ton 7.000.000.000 900.000.000 7.900.000.000

20.000 kg 7.300 ton 14.000.000.000 1.800.000.000 15.800.000.000

Tabel 25. Perhitungan Biaya Investasi Fasilitas dan Peralatan Pengolahan.

79 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Biaya Pengolahan Per Tahun

Sampah Sampah Biaya Operasional Biaya Tenaga Total


per Hari Per Pengolahan Kerja
Tahun

5.000 kg 1.825 ton 260.000.000 650.000.000 910.000.000

10.000 kg 3.650 ton 520.000.000 1.300.000.000 1.820.000.000

20.000 kg 7.300 ton 1.040.000.000 2.600.000.000 3.640.000.000

Tabel 26. Perhitungan Biaya Operasional dan Biaya Tenaga Kerja.

Potensi Pendapatan Per Tahun

Sampah Sampah Pupuk Pupuk Cair Maggot Total


per Hari / Tahun Padat

Harga rp.1000 Harga Rp.8.000 Harga Rp. 8000

5.000 kg 1.825 ton 730.000.000 4.380.000.000 1.460.000.000 6.570.000.000

10.000 kg 3.650 ton 1.460.000.000 8.760.000.000 2.920.000.000 13.140.000.000

20.000 kg 7.300 ton 2.920.000.000 17.520.000.000 5.840.000.000 26.280.000.000

Tabel 27. Potensi Pendapatan Pertahun Pengelolaan Sampah.

80 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Potensi Laba / Rugi

Sampah Sampah Biaya Pendapatan Potensi


/ Hari / Tahun Tahunan Tahunan Keuntungan

5.000 kg 1.825 910.000.000 6.570.000.000 5.660.000.000


ton

10.000 kg 3.650 1.820.000.000 13.140.000.000 11.320.000.000


ton

20.000 kg 7.300 3.640.000.000 26.280.000.000 22.640.000.000


ton

Tabel 28. Tabel Potensi Keuntungan per Tahun.

Potensi Tingkat Pengembalian Investasi

Sampah Sampah Biaya Pendapatan Tingkat


/ Hari / Tahun Investasi Tahunan Pengembalian
Awal Investasi

5.000 kg 1.825 3.500.000.000 5.660.000.000 161,7 %


ton

10.000 kg 3.650 7.000.000.000 11.320.000.000 161,7 %


ton

20.000 kg 7.300 14.000.000.000 22.640.000.000 161,7 %


ton

Tabel 29. Tabel Potensi Tingkat Pengembalian Investasi.

81 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
PENUTUP

Gambar 101. Memancing Menggunakan BSF sebagai Umpan.

Dalam kurun beberapa tahun belakang BSF mulai digemari di Indonesia.


Pemanfaatan BSF baik sebagai pengolah sampah organik sejenis rumah tangga,
hingga BSF pakan ternak mulai dikembangkan. Hal ini merupakan terobosan

teknologi yang perlu terus dikaji dan diaplikasikan.


Begitu luasnya potensi pemanfaatan BSF ini mendorong kami untuk
merangkum seluruh proses belajar kami belasan tahun baik secara teoritis sampai
praktis di lapangan untuk kami tuangkan dalam sebuah buku untuk menjadi salah

satu sumber untuk memperkaya wawasan pelaku sampah organik dan BSF di
Indonesia.
Semoga buku ini dapat memberi jalan bagi pelaku pengolahan sampah organik
di Indonesia agar terus mengembangkan sistemnya agar kian hari dapat semakin

efektif dan efisien. Karena tujuan besar kami adalah membuat lingkungan yang
memiliki keberlanjutan dan memiliki daya ekonomi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dampak penting dari penerapan teknologi
biokonversi ini adalah mempersiapkan masa depan yang lebih baik melalui integrasi

kebijakan pangan dan lingkungan dalam konteks keterkaitan integrasi desa-kota.

Terima Kasih.

82 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
DAFTAR PUSTAKA

Foto berlisensi diperoleh dari shutterstock.com dan freepik.com


Dicke, Marcel, Jørgen Eilenberg, J Salles, A B Jensen, A Lecocq, Gorben Pijlman, Joop
van Loon, and Monique Van Oers. 2020. “Edible Insects Unlikely to Contribute to
Transmission of Coronavirus SARS-CoV-2.” Journal of Insects as Food and Feed
6 (June): 1–8. https://doi.org/10.3920/JIFF2020.0039.
Diener, Stefan, Christian Zurbrügg, and Klement Tockner. 2009. “Conversion of
Organic Material by Black Soldier Fly Larvae: Establishing Optimal Feeding
Rates.” Waste Management & Research : The Journal of the International Solid
Wastes and Public Cleansing Association, ISWA 27 (July): 603–10.
https://doi.org/10.1177/0734242X09103838.
Galston, A W, and H Warburg. 1959. “An Analysis of Auxin-Gibberellin Interaction in
Pea Stem Tissue.” Plant Physiology 34 (1): 16–22.
https://doi.org/10.1104/pp.34.1.16.
Hashim, Nur Aida, Shamsul Bahri Abd Razak, Norasmah Basari, Nur Sharudin, J Bio,
Env, and Sci. 2017. “Mass Infestation of Black Soldier Fly Hermetia Illucens
(Diptera: Stratiomyidae) on Colonies of the Indo-Malayan Stingless Bees
Geniotrigona Thoracica and Heterotrigona Itama.” Journal of Biodiversity and
Environmental Sciences 11 (September): 2222–3045.
Khamesipour, Faham, Kamran Bagheri Lankarani, Behnam Honarvar, and Tebit
Emmanuel Kwenti. 2018. “A Systematic Review of Human Pathogens Carried by
the Housefly (Musca Domestica L.).” BMC Public Health 18 (1): 1049.
https://doi.org/10.1186/s12889-018-5934-3.
Liu, Zhongyi, Adriana J Najar-Rodriguez, Maria A Minor, Duncan I Hedderley, and
Patrick C H Morel. 2020. “Mating Success of the Black Soldier Fly, Hermetia
Illucens (Diptera: Stratiomyidae), under Four Artificial Light Sources.” Journal of
Photochemistry and Photobiology B: Biology 205: 111815.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jphotobiol.2020.111815.
Pakpahan, Agus, Retno Widowati, and Andri Suryadinata. 2020. “Black Soldier Fly

83 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Liquid Biofertilizer in Bunga Mayang Sugarcane Plantation : From Experiment to
Policy Implications” 5 (2): 89–98.
https://doi.org/10.15406/mojes.2020.05.00180.
Spranghers, Thomas, Matteo Ottoboni, Cindy Klootwijk, Anneke Ovyn, Stefaan
Deboosere, Bruno Meulenaer, Joris Michiels, Mia Eeckhout, Patrick De Clercq, and
Stefaan De Smet. 2017. “Nutritional Composition of Black Soldier Fly ( Hermetia
Illucens ) Prepupae Reared on Different Organic Waste Substrates.” Journal of the
Science of Food and Agriculture 97 (June): 2594–2600.
https://doi.org/10.1002/jsfa.8081.
Üstüner, Turgay, Abdullah Hasbenli, and Rudolf Rozkošný. 2003. “The First Record of
Hermetia Illucens (Linnaeus, 1758) (Diptera, Stratiomyidae) from the Near East.”
Studia Dipterologica 10 (January): 181–85.

Huang, Chao, Weiliang Feng, Jing Xiong, Teilin Wang, Weiguo Wang, Cunwen Wang,
and Fang Yang. 2019. “Impact of Drying Method on the Nutritional Value of the
Edible Insect Protein from Black Soldier Fly (Hermetia Illucens L.) Larvae: Amino
Acid Composition, Nutritional Value Evaluation, in Vitro Digestibility, and
Thermal Properties.” European Food Research and Technology 245 (1): 11–21.
https://doi.org/10.1007/s00217-018-3136-y.

Jayanegara, Anuraga, Ratna P. Haryati, Ainun Nafisah, Pipih Suptijah, Muhamad


Ridla, and Erika B. Laconi. 2020. “Derivatization of Chitin and Chitosan from
Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) and Their Use as Feed Additives: An in Vitro
Study.” Advances in Animal and Veterinary Sciences 8 (5): 472–77.
https://doi.org/10.17582/JOURNAL.AAVS/2020/8.5.472.477.

84 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Maggot Therapy ......................................................................................................12


Gambar 2 Foto BSF Close UpGambar 1 Maggot Therapy .......................................................12
Gambar 2 Foto BSF Close Up ..................................................................................................12
Diagram 1. Peran Maggot BSF.Gambar 2 Foto BSF Close Up ...............................................12
Gambar 3. Foto Makro BSF.Diagram 1. Peran Maggot BSF. .................................................13
Gambar 3. Foto Makro BSF. ....................................................................................................15
Gambar 4. Foto makro mulut larva BSF. Perbesaran mikroskop. Sumber:
https://www.sciencenews.org/article/how-black-soldier-fly-larvae-can-demolish-pizza-so-
fast.Gambar 3. Foto Makro BSF. .............................................................................................15
Gambar 4. Foto makro mulut larva BSF. Perbesaran mikroskop. Sumber:
https://www.sciencenews.org/article/how-black-soldier-fly-larvae-can-demolish-pizza-so-fast.
..................................................................................................................................................15
Gambar 5. Foto larva / maggot BSF. Sumber: http://heilufood.com/blog/black-soldier-fly-
larvae.Gambar 4. Foto makro mulut larva BSF. Perbesaran mikroskop. Sumber:
https://www.sciencenews.org/article/how-black-soldier-fly-larvae-can-demolish-pizza-so-fast.
..................................................................................................................................................15
Gambar 5. Foto larva / maggot BSF. Sumber: http://heilufood.com/blog/black-soldier-fly-
larvae. .......................................................................................................................................15
Gambar 7. Foto Lalat Hijau dari Samping (kanan).Gambar 5. Foto larva / maggot BSF.
Sumber: http://heilufood.com/blog/black-soldier-fly-larvae. ...................................................15
Gambar 6. Tumpukan Sampah Organik yang Telah Tercampur dan Tidak Dipilah Sulit Diolah
oleh Maggot BSF. .....................................................................................................................18
Gambar 7. Foto Lalat Hijau dari Samping (kanan). .................................................................18
Gambar 8. Foto Lalat Hijau Sedang Makan (kiri). ...................................................................18
Gambar 9. Foto larva Lalat Hijau. ...........................................................................................19
Gambar 10. Foto Larva BSF. ..................................................................................................19
Gambar 11. Skema Kebutuhan Maggot. ........................................................................22
Gambar 12. Skema Kebutuhan Lalat. ...................................................................................22
Gambar 13. Kebutuhan Bangunan Biokonversi .......................................................................23
Gambar 14. Diagram Identifikasi Sampah Organik. ................................................................24
Gambar 15. Desain Feedstock. .................................................................................................25
Gambar 16. Sampah Organik Pasar. ........................................................................................26
Gambar 17. Sampah Keras (kiri) dan Sampah Lembut (kanan)...............................................27
Gambar 18. Ayam Habis Dilahap oleh BSF dalam Hitungan Jam. ..........................................27
Gambar 19. Mesin Pencacah Sampah.......................................................................................29
Gambar 20. Gambar Rearing House di Gunung Madu Plantation, Lampung ...........................30
Gambar 21. Atap Transparan yang Membuat Cahaya dapat Masuk dalam Rearing House. ....30
Gambar 22. BSF Hinggap di Dedaunan. ..................................................................................31
Gambar 23. Rearing House dengan kapasitas produksi telur 50 gram / hari. .........................32
Gambar 24. Desain Rearing House. .........................................................................................33
Gambar 25. Rearing House Tampak dari Dalam. ....................................................................34
Gambar 26. BSF Kawin. ..........................................................................................................34

85 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 27. Material Jaring / Kasa / Hapa Ikan untuk dinding RH, biasa digunakan dalam
perikanan untuk dinding kolam.................................................................................................36
Gambar 28. Proses Panen Telur BSF. .....................................................................................37
Gambar 29. Tempat Bertelur BSF. ..........................................................................................37
Gambar 30. Telur BSF didalam Kayu. .....................................................................................38
Gambar 31. Media Bertelur BSF. .............................................................................................38
Gambar 32. BSF akan Bertelur Dipinggir Media Kayu. ..........................................................38
Gambar 33. Pemancingan BSF dari Alam ...............................................................................39
Gambar 34. Foto Rak Hatchery. ..............................................................................................40
Gambar 35.. Perbandingan Telur BSF dengan Reaktor. .........................................................41
Gambar 36. Timbangan, Cutter, Keranjang Industri, dan Jaring. ...........................................42
Gambar 37. . Tinggi Pakan Hatchery max. 10 cm ...................................................................43
Gambar 38. Maggot siap pindah ke reaktor ..............................................................................43
Gambar 39.Hatchery dengan bahan pakan campuran 20% buah 80% ampas kelapa. .............43
Gambar 40. Peletakan Telur pada Pakan Awal. ......................................................................44
Gambar 41. Kiri : Maggot Umur 3 Hari. Kanan: Maggot 7 Umur Hari yang Siap Dipindahkan
ke Reaktor. ...............................................................................................................................45
Gambar 42. Desain Hatchery. ..................................................................................................46
Gambar 43. Desain Penangkal Semut Hatchery Pada Kaki Rak Hatchery..............................46
Gambar 44. Atas: Penggunaan Jaring Tambahan Pada Hatcher Digunakan Pada Dinding Rak
Untuk Mencegah Lalat Lain Bertelur. Kiri Bawah: Peletakan Jaring Langsung Pada Kotak
Hatchery Akan Memancing Lalat Lain Untuk Bertelur Diatas Jaring. Kanan Bawah : Jaring
ditempatkan di dinding rak. ......................................................................................................47
Gambar 45. Sampah Organik Pasar Dalam Reaktor. ...............................................................48
Gambar 46. Setting Reaktor Tumpuk Tanpa Drainase. ...........................................................49
Gambar 47. Reaktor Lantai Dengan Sistem Drainase. ............................................................49
Gambar 48. Desain Rumah Reaktor. ........................................................................................52
Gambar 50. Pemberian Pakan Awal Pada Reaktor. ................................................................53
Gambar 49. Penggunaan Terpal Tambahan Apabila Terlalu Terang atau Terlalu dingin
(dibawah 23°C). .......................................................................................................................53
Gambar 51. Proses Menuangkan Sampah Organik Ke Reaktor ...............................................54
Gambar 52. Gambar Detil Jalur Drainase Pupuk Cair. ............................................................54
Gambar 53. Bahan Material Reaktor ........................................................................................55
Gambar 54 Desain Reaktor ......................................................................................................57
Gambar 55. Reaktor tanpa ramp dan drainase, hanya cocok untuk sampah organik kering,
contoh: bungkil sawit, ampas kelapa.........................................................................................58
Gambar 56. Reaktor semen dengan ramp dan jalur drainase, cocok untuk pengolahan sampah
organik sejenis rumah tangga. ..................................................................................................58
Gambar 57. Ketinggian maksimal 20cm untuk kesehatan maggot, kemiringan reaktor dan jalur
ramp prepupa 30°. ...................................................................................................................58
Gambar 58. Detil Reaktor ........................................................................................................59
Gambar 59. Ukuran Modul Reaktor Dapat Mengolah 20 kg per hari dalam ukuran reaktor 2
m2 .............................................................................................................................................59
Gambar 60.Contoh desain modul reaktor dengan kapasitas 200 kg sampah per hari. ............60
Gambar 61. Reaktor harus dirancang agar prepupa panen mandiri ke tempat penampungan. .61
Gambar 62. Proses Menyemen Bangunan. ...............................................................................61
Gambar 63. Proses Pembangunan Reaktor Semen. .................................................................62
Gambar 64. Contoh Reaktor tingkat dengan bahan Stainless Steel. ........................................62

86 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Gambar 65. Contoh Maggot mencari jalan keluar ketika pakan telah habis. ...........................63
Gambar 66. Prepupa yang telah keluar dari reaktor harus terlindung dari sinar matahari
langsung. ..................................................................................................................................63
Gambar 67. Kiri Lalat BSF Mati Setelah Bertelur, Kanan: Sisa Cangkang Pupa BSF .........64
Gambar 68. Maggot Siap Dikirim Menuju Lokasi Penjualan ...................................................65
Gambar 69. Berat Standar Panen Maggot 0,15 sampai 0,20 Gram per Ekor..........................66
Gambar 70. Proses Pengayakan Maggot Setelah Dipanen.......................................................67
Gambar 71. Dalam Kondisi Tertentu Panen Maggot Dapat Mengeluarkan Asap Uap Air. .....67
Gambar 72. Contoh Mesin Ayak ..............................................................................................68
Gambar 73. Kegiatan Sortir Akhir. ..........................................................................................68
Gambar 74. Bahan Pembuatan meja sortir akhir, menggunakan bahan besi tulangan beton, dan
jaring hijau. Setelah di ayak dan dibersihkan, maggot siap untuk di olah lebih lanjut.. ...........69
Gambar 75. Ukuran Ayakan Manual ........................................................................................69
Gambar 76. Karung besar berukuran 60x60x60 dapat memuat lebih dari 40 kg maggot segar.
..................................................................................................................................................69
Gambar 77. Pengeringan BSF dengan Sinar Matahari Untuk Kebutuhan Pakan Bebek. ........70
Gambar 78. Pencucian Maggot sebelum Pemberian kepada Ternak. .......................................70
Gambar 79. Proses Pencucian Maggot dan Penjemuran Maggot. ............................................70
Gambar 80. Perbedaan Warna dari Pakan Maggot. Perbedaan warna dari pakan maggot. ....72
Gambar 81. Perbedaan warna setelah maggot dikeringkan. Perbedaan warna setelah maggot
dikeringkan. ..............................................................................................................................72
Gambar 82. Kiri: Perbandingan Telur dengan dan Tanpa Konsumsi Maggot atau Prepupa
BSF. .........................................................................................................................................73
Gambar 83. Oven, Microwave, Industrial Microwave, dan Rotary Dryer. ...............................74
Gambar 84.Kiri: Pengeringan Maggot yang tidak sempurna. Kanan: Pengeringan dengan
microwave menghasilkan maggot kering standar export. .........................................................74
Gambar 85. Kiri: BSF dikeringkan dengan Matahari, Kanan: BSF dikeringkan menggunakan
Microwave. ...............................................................................................................................75
Gambar 86Gambar 79. Kiri: Maggot Setelah Proses Pengeringan Microwave. Kanan :
Microwave Industri...................................................................................................................75
Gambar 87. Ikan hias juga menyukai maggot BSF ..................................................................75
Gambar 88. Drum Cairan Pupuk dan Bahan Pupuk Cair Sebelum Diolah dan Dikemas. ........76
Gambar 89. Pupuk Kemasan dan Sawah yang Menggunakan Pupuk BSF. .............................77
Gambar 90. Pupuk Padat BSF sudah dijual dalam online shop. ..............................................78
Gambar 91. Memancing Menggunakan BSF sebagai Umpan. ..................................................82

87 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Siklus Input - Output. .......................................................................................21


Tabel 2. Perbandingan Sampah dan Kebutuhan Ruang. ..........................................................23
Tabel 3. Keterangan Feedstock. ...............................................................................................25
Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Sampah..................................................26
Tabel 5. Persentase Pengolahan Sampah dan Hasil Panen ......................................................28
Tabel 6. Detail Rearing House. ................................................................................................35
Tabel 7. Korelasi Luas Bangunan dengan Telur yang Dihasilkan BSF. ..................................39
Tabel 8. Peralatan Penting dalam Hatchery. ...........................................................................42
Tabel 9. Perbandingan Jumlah Sampah, Telur BSF, dan Luas Reaktor..................................44
Tabel 10. Perhitungan Kebutuhan Rak Hatchery. ...................................................................47
Tabel 11. Manajemen Air dalam Reaktor. ................................................................................48
Tabel 12. Tiga Aspek yang Diperhatikan dalam Pemuatan Reaktor. ......................................50
Tabel 13. Perhitungan Input dan Output Reaktor....................................................................50
Tabel 14. Tabel Kebutuhan Reaktor. .......................................................................................51
Tabel 15. Kebutuhan Rumah Reaktor. .....................................................................................52
Tabel 16. Umur Maggot Dibandingkan dengan Jumlah Pakan per m2 reaktor ........................56
Tabel 17. Kondisi Ideal Maggot Dalam Reaktor. .....................................................................62
Tabel 18. Jumlah Panen Maggot Prepupa untuk Bibit Lalat. ..................................................66
Tabel 19. Teknik Panen ...........................................................................................................66
Tabel 20. Perbandingan Protein, Lemak, dan Abu pada beberapa siklus hidup maggot. (X. Liu
et al. 2017) ...............................................................................................................................71
Tabel 21. Alat untuk Mengeringkan Maggot BSF. ..................................................................73
Tabel 22. Hasil Uji lab kandungan bakteri dalam pupuk cair maggot (Pakpahan, Widowati,
and Suryadinata 2020). ............................................................................................................76
Tabel 23. Kombinasi perbandingan campuran pupuk NPK dan Pupuk Cair Maggot untuk
mencapai hasil terbaik dalam perkebunan tebu. (Pakpahan et al, 2020) ..................................77
Tabel 24. Kebutuhan Ruang untuk Pengelolaan Sampah dalam meter kuadrat .......................79
Tabel 25. Perhitungan Biaya Investasi Fasilitas dan Peralatan Pengolahan. ..........................79
Tabel 26. Perhitungan Biaya Operasional dan Biaya Tenaga Kerja. .......................................80
Tabel 27. Potensi Pendapatan Pertahun Pengelolaan Sampah. ...............................................80
Tabel 28. Tabel Potensi Keuntungan per Tahun. ....................................................................81
Tabel 29. Tabel Potensi Tingkat Pengembalian Investasi. ......................................................81

88 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Peran Maggot BSF. .......................................................................................................... 13


Diagram 2. Siklus Hidup BSF. ............................................................................................................ 16
Diagram 3. Siklus Hidup Lalat Hijau................................................................................................... 19
Diagram 4. Siklus Sistem Biokonversi. ................................................................................................ 20
Diagram 5. Integrasi Biokonversi BSF. ............................................................................................... 21
Diagram 6. Proses Pengolahan Sampah. ............................................................................................. 28

89 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Data Temperatur dan Kelembaban
Bulan/Tahun:

90 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Rearing House 1 Rearing House 2
Hatchery 1 Hatchery 2 Reaktor 1 Reaktor 2 Reaktor 3 Nama
Tanggal/Waktu 1 2 1 (DC) 2 Action/Perlakuan
Petugas
Temp Kelemb Temp Kelemb Temp Kelemb Temp Kelemb Temp Kelemb Temp Kelemb Temp Kelemb Temp Kelemb Temp Kelemb
(°C) (%) (°C) (%) (°C) (%) (°C) (%) (°C) (%) (°C) (%) (°C) (%) (°C) (%) (°C) (%)
1-Pagi
1-Siang
1-Sore
1-Malam
2-Pagi
2-Siang
2-Sore
2-Malam
3-Pagi
3-Siang
3-Sore
3-Malam
4-Pagi
4-Siang
4-Sore
4-Malam
5-Pagi
5-Siang
5-Sore
5-Malam
6-Pagi
6-Siang
6-Sore
6-Malam
Data Temperatur dan Kelembaban
Bulan/Tahun:
INDEKS

Lalat dewasa, 18
lalat hijau, 19, 20
A Lubang, 38
air, 23, 26, 29, 36, 37, 41, 42, 43, 44, 50, 52, 59,
62 M
ampas kelapa, 42, 45
ampas tahu, 42 Maggot, 5, 17, 19, 22, 23, 26, 29, 47, 50, 53, 55,
58, 60, 64, 65, 68, 69, 75, 76, 77
Malaysia, 15
B Manajemen, 18, 25, 36, 50, 53
barat, 34 matahari, 23, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 40, 41, 54, 65,
bertelur, 23, 31, 32, 33, 35, 36, 38, 41, 43, 66 77
biji-bijian, 26, 28 MATI, 44
Biokonversi, 21 metamorfosis, 15, 23
Black Soldier Fly, 7, 13, 15 microwave, 67, 77, 78
busa basah, 36 minum, 32, 36, 37, 40
mulut, 15, 16, 18, 26, 37, 40
C
N
cangkul, 63, 69
nutrisi, 18, 23
D
O
daun kering, 28
daun pisang, 26 Orientasi bangunan, 34
daun-daunan kering, 26 Oven, 76
dekomposer, 23
Drainase, 50, 51, 56 P
pakan, 7, 13, 18, 20, 40, 42, 43, 44, 45, 53, 55, 57,
F 58, 62, 64, 65, 73, 75, 76, 83
Feedstock, 25, 26 Panen, 36, 38, 53, 67, 68, 69
PCM, 50, 53, 59
Pemancingan Lalat, 41
H Pembusukan cepat, 27
hama, 34, 36, 37, 54 Pengayakan, 69
Hatchery, 17, 41, 42, 44, 45, 48, 49 pengolahan sampah, 8, 13, 17, 46, 50, 83
Hayati, 80 penyakit, 15, 18, 19, 20
pipih, 77
prepupae, 36
I Protein tinggi, 27
Inventarisasi, 29
R
K Reaktor, 17, 26, 43, 46, 47, 49, 50, 51, 52, 53, 54,
kardus, 32, 38 55, 56, 58, 63, 64
Kebutuhan, 23, 25, 32, 36, 37, 40, 49, 52, 53, 54 Rearing House, 17, 31, 33, 35, 36, 40
kelembaban, 7, 23, 36, 40, 45, 62, 65
Kelembaban, 32, 36, 64 S
Keunggulan, 18
kulit durian, 26 sampah anorganik, 19
kulit salak, 26 sampah organik, 7, 8, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 25,
26, 27, 46, 50, 53, 57, 59, 64, 83
sampah organik keras, 18
L sekop, 63
lalat BSF, 15, 16, 19, 23, 31, 37, 41 semut, 32, 34, 36, 37

91 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
serangga, 13 tulang belulang, 26
Siklus hidup, 18
Sirkuler, 21
suhu, 36, 40, 55, 62, 65
V
vertikal, 23, 31, 37, 63
T
tes sederhana, 29
Y
Thermometer, 36 Yellow Bioteknologi, 13
Tikus, 34
timur, 34

92 | Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi Black Sodlier Fly
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Gd. Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti, Jl. Gatot


Subroto No.2, RT.1/RW.3, Senayan, Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10270

Email: pkplb3@gmail.com
Website: plb3.menlhk.go.id

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Desember 2020
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai