Masyarakat &
Pengembangan
Generasi
Lingkungan
MODUL
PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK
UNTUK PAKAN MAGGOT
BLACK SOLDIER FLY (BSF)
i
MODUL
Tim Penyusun
Pengarah
Cicilia Sulastri, S.H., M.Si.
Kepala Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan
Penanggung Jawab
Setyo Winarso, S.Hut
Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat
Narasumber
Ade Pahrudin, S.Si
IncubiFarm (Inkubator Bisnis di Bidang Pertanian, Peternakan, dan Pemberdayaan
Masyarakat Sukabumi)
Penulis Modul
Eka Sari Nurhidayati, M.Si
Widyaiswara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Anggota
1. Piala Sinuraya, S.E
2. Sigit Rustanto. S.Hut., M.Sc
3. Ir. Normanzis Jambak
4. Tri Prayitno, SE
5. Chaezar Iqbal AAP, S.S
6. Bayu Sanjaya, S.Sn
7. Sukarli
8. Fitria, S.Sos
9. Diyah Arfidianingrum
Diterbitkan oleh :
Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan
Kawasan Puspiptek Gd. 211 Lt. 2, Serpong, Tangerang Selatan, Banten
ii
Kata Pengantar
iii
Maggot Black Soldier Fly (BSF). Modul ini disusun dengan tujuan untuk
mempermudah peserta dalam memahami maksud dan tujuan pembelajaran.
Selain itu, juga merupakan pedoman bagi pengajar yang diharapkan selalu
dikembangkan/disempurnakan untuk menjamin kualitas penyelenggaraan
pelatihan.
Modul ini disusun dengan seoptimal mungkin, namun tak dipungkiri
masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kami
selalu mengharapkan saran dan masukan dari para stakeholders demi
peningkatan kualitas modul dan bahan penyelenggaraan pelatihan.
Akhirnya kami sampaikan penghargaan dan terimakasih kepada Ade
Pahrudin, S.Si dari IncubiFarm (Inkubator Bisnis di Bidang Pertanian,
Peternakan, dan Pemberdayaan Masyarakat Sukabumi) selaku Narasumber
dan Eka Sari Nurhidayati, M.Si Widyaiswara Pusdiklat SDM Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan selaku penulis modul. Semoga modul ini
dapat bermanfaat bagi para pengguna.
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Larva (11 mm), pre pupa dan lalat dewasa Hermetia illucens (12 mm)
(Sumber: McShaffrey, 2013) .............................................................................. 6
Gambar 2. Telur BSF (a) koleksi telur BSF (sumber: Incubi Farm), (b) foto telur
yang diperbesar (sumber: Fransisco,2017) .................................................. 7
Gambar 3. Perkembangan larva/maggot BSF (A) larva setelah menetas, (B) larva
setelah 48 jam menetas (C) larva umur 7 hari dan (D) larva umur 21
hari (Sumber: Fahmi, 2015) .............................................................................. 9
Gambar 4 Perkembangan larva/maggot (A) larva 1-7 hari, (B) larva hingga 21 hari,
(C) larva hingga pre pupa. Garis=2 cm (Sumber: Fahmi, 2015) ........... 9
Gambar 5. (a) fase prepupa (sumber: Incubi Farm), (b) fase pupa (sumber: Fahmi,
2015) ....................................................................................................................... 10
Gambar 6. Lalat BSF Dewasa ................................................................................................ 11
Gambar 7 Siklus Lalat BSF (sumber: Mitra Peternak Indonesia) .............................. 12
Gambar 8. (a) bagian keras dari sayuran kol .................................................................. 21
Gambar 9 Sampah organik yang sudah dicacah dan siap diberikan sebagai pakan
maggot BSF (sumber; Incubi Farm) .............................................................. 22
vi
DAFTAR TABEL
vii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Modul merupakan salah satu bahan pelatihan yang dapat digunakan peserta
pelatihan untuk bisa mempelajari materi diklat secara mandiri. Untuk itu
agar proses belajar mandiri ini dapat tercapai tujuannya, maka sebelum
mempelajari lebih lanjut bacalah petunjuk penggunaan modul di bawah ini:
• Bacalah sepintas isi pendahuluan modul dengan baik, sehingga Anda
mengetahui isi modul, manfaat yang akan Anda peroleh, serta cara
mengkaji isi modul ini.
• Bacalah modul secara sistematis sesuai urutan bab dengan cermat.
• Buatlah catatan/rangkuman atau memberi tanda pada konsep-konsep
penting dengan penjelasannya. Gunakan kalimat yang Anda pahami
tentang konsep yang dibahas. Jika diperlukan gunakan kamus untuk
mencari arti kata-kata yang sulit.
• Ulangi kembali bacaan per bab dengan lebih cermat, untuk lebih
memperkuat pemahaman.
• Selesai membaca materi modul, kerjakan latihan. Hal ini akan membantu
Anda untuk memahami modul dengan berlatih
• Setelah Anda merasakan sudah memahami Bab yang dipelajari lakukan
evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil belajar mandiri yang telah
saudara lakukan.
• Jika hasil evaluasi belum tercapai maka ulangi kembali membaca bab yang
belum dipahami.
viii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Timbulan sampah secara nasional di Indonesia pada tahun 2016 sekitar
64 ton (Maspril & Sudiaman, 2017 dalam Nurhidayati, 2017). Komposisi
timbulan sampah tersebut sebesar 60% merupakan sampah organik
(KLHK, 2017). Menurut data KLHK (2017), sumber timbulan sampah
tersebut sebanyak 48% berasal dari rumah tangga, 24% dari pasar
tradisional, 9% dari kawasan komersial, 4% dari Sekolah, 6 % dari kantor,
7,5% berasal dari jalan dan sebesar 1.5% dari sumber lainnya. Sedangkan
menurut Kusnadi et al., (2009) yang menyebutkan dari total sampah
organik kota, sekitar 60% merupakan sampah sayuran dan 40%
merupakan gabungan sampah kebun, kulit buah-buahan, dan sisa
makanan. Jenis sampah organik tersebut bisa diperkirakan dominan
bersumber dari rumah tangga dan pasar.
Pendekatan pengelolaan sampah yang selama ini digaungkan
diantaranya melalui sistem 3R (Reduce,Reuse dan Recycle). Penerapan
konsep 3R, yang diprioritaskan adalah melakukan upaya pengurangan
timbulan sampah (Reduce, Reuse) mulai dari sumber dengan merubah
perilaku. Setelah itu ketika keberadaan timbulan sampah tidak bisa
dihindari, maka upaya recycle baru dilakukan.
Upaya recycle sampah selama ini hanya didasarkan pada tujuan
ekonomi, membuat penerapannya hanya dilakukan pada sampah dengan
nilai recovery factor (RF) yang tinggi (Sipayung, 2015). Sehingga saat ini
upaya daur ulang banyak dilakukan pada sampah anorganik seperti
plastik, kardus yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Sementara untuk
sampah organik masih kurang menarik minat masyarakat, karena nilai
ekonominya tidak setinggi daur ulang sampah anorganik.
Upaya daur ulang sampah organik yang biasa dilakukan diantaranya
melakukan pengomposan. Namun karena harga jual kompos murah, maka
tidak banyak upaya daur ulang sampah organik menjadi kompos dapat
terus berlangsung. Hal tersebut dikarenakan biaya yang dikeluarkan
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 1
untuk melakukan pengomposan tidak bisa tertutupi dari harga jual
kompos yang dihasilkan. Sehingga sampah organik yang jumlahnya bisa
mencapai 60% dari total timbulan sampah, hanya dilihat sebagai barang
sisa tanpa nilai ekonomi sama sekali. Hal ini disebabkan karena kecilnya
keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan sampah organik. Pada
akhirnya sampah organik hanya dibuang dan ditimbun saja di TPA (tempat
pemrosesan akhir).
Menyikapi kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya pemanfaatan
sampah organik yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu upaya
yang ditawarkan adalah dengan memanfaatkan Black Soldier Flies (BSF)
atau Hermetia illucens (Diptera: Stratiomyidae) untuk mendegradasi
sampah organik. Pemanfaatan BSF dengan tujuan untuk mendegradasi
sampah organik, selain akan membantu dalam mengurangi timbulan
sampah organik yang dibuang ke TPA, juga akan memperoleh keuntungan
secara ekonomi dari penjualan larva/maggot, telur, prepupa yang nilai
ekonominya cukup tinggi.
Black Soldier Flies (BSF) atau Hermetia illucens (Diptera:
Stratiomyidae) merupakan sejenis lalat, dimana pada salah satu daur
hidupnya membutuhkan asupan makanan berupa bahan organik.
Sehingga maggot BSF bisa dimanfaatkan untuk mereduksi sampah
organik. Selain itu, larva (maggot) dari BSF dapat dimanfaatkan sebagai
pakanan ternak karena kandungan proteinnya tinggi, sehingga memiliki
nilai ekonomi yang tinggi pula (Hem, 2011). Sebagai gambaran harga 1 kg
maggot kering pada bulan April 2020 yang dapat dilihat pada penjualan
online (beberapa marketplace) berkisar antara 85.000-390.000/kg,
tergantung pada kualitasnya. Belum lagi karena tingginya permintaan
maggot, maka minat masyarakat untuk melakukan budidaya cukup tinggi.
Konsekuensinya telur dan prepupa BSF juga banyak diminati masyarakat
untuk digunakan sebagai bibit atau indukan dalam budidaya maggot BSF.
Berdasarkan uraian di atas, budidaya maggot secara ekonomi
menguntungkan dan juga bisa dimanfaatkan untuk mereduksi sampah
organik. Sehingga masyarakat perlu ditingkatkan kapasitasnya dalam
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 2
melakukan reduksi sampah organik melalui budidaya maggot BSF. Untuk
itu guna meningkatkan kapasitas masyarakat tersebut, maka perlu
dilakukan pelatihan. Harapannya setelah mengikuti pelatihan, masyarakat
dapat melakukan budidaya maggot dengan memanfaatkan sampah
organik yang ada disekitar lingkungan mereka, sehingga permasalahan
sampah organik dapat teratasi dan masyarakat bisa memperoleh manfaat
secara ekonomi dari hasil penjualan maggot untuk pakan ternak; telur dan
prepupa untuk bibit budidaya maggot; serta bekas makanan maggot
(Kasgot) yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca modul ini, peserta diharapkan dapat memahami
pengolahan sampah organik untuk pakan maggot Black Soldier Fly (BSF),
yang kemudian dilanjutkan dengan mempraktekkannya. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari tujuan tersebut, maka indikator
keberhasilannya adalah peserta mampu:
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 3
1. menjelaskan jenis sampah organik dan maggot BSF
2. melakukan pengolahan sampah organik untuk pakan maggot BSF.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 4
BAB II Pengenalan Jenis Sampah Organik dan Maggot BSF
Serta Kemampuannya Dalam Mereduksi Sampah
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 5
keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan larva BSF
diantaranya: (1) dapat mendegradasi sampah organik menjadi nutrisi
untuk pertumbuhannya, (2) dapat mengkonversi sampah organik menjadi
kompos dengan kandungan penyubur yang tinggi, (3) dapat mengontrol
bau dan hama, serta dapat mengurangi emisi gas rumah kaca pada saat
proses dekomposisi sampah, (4) dapat digunakan sebagai pakan ternak
karena tubuh maggot/larva mengandung zat kitin dan protein yang cukup
tinggi, (5) dapat digunakan sebagai bahan biofuel karena kandungan lemak
yang tinggi pada tubuh larva BSF.
BSF mampu mengekstrak energi dan nutrien dari sisa sayuran, sisa
makanan, bangkai hewan, dan sisa kotoran lainnya seperti tinja dan air
limbah domestik sebagai makanannya (Popa & Green, 2012). Rendahnya
nilai ekonomi dari limbah organik yang digunakan sebagai makanan
larva/maggot akan menguntungkan upaya pengembangan bioteknologi
dari BSF. Larva dari BSF dapat mendaur ulang sampah jenis padat
maupun jenis cairan.
BSF cocok untuk dikembangbiakkan secara monokultur karena
mudah disebarkan, aman dan mudah dikembangbiakkan di semua
kondisi. Larva BSF mudah dikembangbiakkan karena sifatnya yang tidak
berpengaruh terhadap musim, meskipun lebih aktif pada kondisi yang
hangat. Selain itu, BSF tidak mudah terpengaruh oleh mikroorganisme,
dan tidak mudah terjangkit parasit (Popa & Green, 2012). BSF juga mampu
bertahan dalam kondisi ekstrem dan mampu bekerjasama dengan
mikroorganisme untuk mendegradasi sampah organik (Popa & Green,
2012).
Gambar 1. Larva (11 mm), pre pupa dan lalat dewasa Hermetia
illucens (12 mm) (Sumber: McShaffrey, 2013)
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 6
B. Siklus/Daur Hidup Maggot BSF
Siklus hidup BSF merupakan sebuah siklus metamorfosis sempurna
dengan 4 (empat) fase, yaitu telur, larva/maggot, pupa, dan BSF dewasa
(Popa & Green, 2012). Siklus metamorfosis BSF berlangsung dalam
rentang kurang lebih 40 hari, tergantung pada kondisi lingkungan dan
asupan makanannya (Alvarez, 2012). Berikut ini [enjelasan siklus hidup
maggot BSF mulai dari telur hingga lalat dewasa:
(1) Fase Telur BSF
Telur BSF berukuran sekitar 0.04 inci (kurang dari 1 mm) dengan
berat 1-2 µg, berbentuk oval dengan warna kekuningan. Telur BSF agak
lengket dan sulit lepas meskipun dibilas dengan air. Gambar Telur BSF
dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
a b
Gambar 2. Telur BSF (a) koleksi telur BSF (sumber: Incubi Farm),
(b) foto telur yang diperbesar (sumber: Fransisco,2017)
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 7
tidak dapat disimpan di tempat yang miskin oksigen ataupun terpapar gas
karbondioksida pada konsentrasi yang cukup tinggi.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 8
yang tidak optimal, kualitas makanan yang rendah nutrien, kelembaban
udara yang kurang, dan adanya zat kimia yang tidak cocok bagi larva.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 9
(3) Fase Pupa
Setelah berganti kulit hingga instar yang keenam, larva BSF akan
memiliki kulit yang lebih keras dari pada kulit sebelumnya, yang disebut
sebagai puparium. Pada saat itu larva mulai memasuki fase prepupa. Pada
tahap ini, prepupa akan mulai bermigrasi untuk mencari tempat yang lebih
kering dan gelap, sebelum mulai berubah menjadi kepompong.
Pupa berukuran kira-kira dua pertiga dari prepupa dan merupakan
tahap dimana BSF dalam keadaan pasif dan diam, serta memiliki tekstur
kasar berwarna cokelat kehitaman. Selama masa perubahan larva menjadi
pupa, bagian mulut BSF yang disebut labrum akan membengkok ke bawah
seperti paruh elang, yang kemudian berfungsi sebagai kait bagi
kepompong. Proses metamorfosis pupa menjadi BSF dewasa berlangsung
dalam kurun waktu antara sepuluh hari sampai dengan beberapa bulan
tergantung kondisi suhu lingkungan.
a b
Gambar 5. (a) fase prepupa (sumber: Incubi Farm), (b) fase pupa
(sumber: Fahmi, 2015)
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 10
BSF jantan, dan ukuran ruas kedua pada perut lalat BSF betina lebih kecil
dibanding pada lalat BSF jantan. Lalat BSF dewasa berumur relatif pendek,
yaitu 4-8 hari.
a b
Gambar 6. Lalat BSF Dewasa
(sumber: a) Yuwono & Mentari (2018), b) Fransisco, 2017)
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 11
kelembaban udara yang cukup. Untuk mengatasi hal tersebut, pada
kandang penangkaran biasanya disedikan pasokan air agar lalat BSF
dapat minum. Lalat BSF dapat mentolerir kelembaban udara hingga
kurang lebih 20%. Gambar 5 di bawah ini menggambarkan siklus lalat BSF
sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 12
dari hewan dan tumbuhan, maupun dari kotoran hewan dan kotoran
manusia sebagai makanannya (Kim et al., 2011).
Beberapa penelitian juga menunjukkan larva BSF mampu
mendegradasi sampah organik, baik dari hewan maupun tumbuhan lebih
baik dibanding serangga lainnya yang pernah diteliti (Kim, et al., 2011).
Larva BSF juga diketahui memiliki rentang jenis makanan yang sangat
variatif. Larva BSF dapat memakan kotoran hewan, daging segar maupun
yang sudah membusuk, buah, sampah restoran, sampah dapur selulosa,
dan berbagai jenis sampah organik lainnya (Alvarez, 2012).
Selain itu, keberadaan larva BSF dinilai cukup aman bagi kesehatan
manusia. Disamping dapat mengurangi populasi lalat rumah, juga dapat
mereduksi kontaminasi limbah terhadap bakteri patogenik Escherichia coli
(Newton, et al., 2005). Jika dilihat dari sudut pandang pengelolaan sampah
organik, keuntungan pemanfaatan larva/maggot BSF untuk reduksi
sampah organik yaitu tidak perlu memisahkan antara sampah hewani
maupun sampah nabati (Žáková & Borkovcová, 2013). Larva BSF akan
memakan segala jenis sampah organik baik dari hewan maupun dari
tumbuhan (Bullock, et al., 2013).
Beberapa percobaan pada skala laboratorium yang telah dilakukan
menunjukkan larva/maggot BSF memiliki potensi pengelolaan sampah
organik yang cukup tinggi. Menurut Bullock, et al. (2013) larva/maggot
BSF mampu mereduksi sampah sisa makanan hingga 46,04 %; sedangkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Diener, et al. (2011) mampu
mereduksi sampah organik antara 65,5-78,9%, tergantung pada
banyaknya sampah yang ditambahkan dan tersedia atau tidaknya sistem
drainase. Larva BSF tidak memiliki jam istirahat, namun mereka juga tidak
makan sepanjang waktu (Alvarez, 2012).
Walaupun larva/maggot BSF mampu mereduksi sampah organik
dengan rentang variasi jenis sampah yang cukup besar, hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian sampah organik sebagai pakan maggot
adalah kadar airnya. Kadar air optimum pada makanan larva BSF berkisar
antara 60-90% (Alvarez, 2012). Ketika kadar air sampah organik yang
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 13
diberikan terlalu tinggi akan menyebabkan larva keluar dari reaktor
pembiakan, mencari tempat yang lebih kering. Namun, ketika kadar airnya
juga kurang akan mengakibatkan konsumsi makanan yang kurang efisien
pula (Alvarez, 2012). Cara bagaimana mengolah sampah organik yang
akan digunakan sebagai pakan larva/maggot BSF dapat dilihat pada
video tutorial yang bisa diunggah/ditonton pada website e-learning
BP2SDM-KLHK.
Suhu makanan/sampah organik optimum yang dapat diberikan
untuk pakan larva/maggot BSF berkisar 27-33°C (Alvarez, 2012). Namun
demikian pada suhu yang lebih rendah larva BSF tetap dapat bertahan
karena adanya asupan panas dari sampah yang dimakannya (Alvarez,
2012).
Ketika larva mencapai tahap dewasa akan mampu mengurai sampah
organik dengan sangat cepat, dan akan menekan pertumbuhan bakteri
serta mengurangi bau tidak sedap pada sampah dengan sangat baik
(Diener, 2010). Selain itu, keuntungan tambahan yang diperoleh dari BSF
adalah kemampuannya untuk mengusir lalat rumah yang merupakan
vektor penyakit menular (Diener, 2010).
Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar larva/maggot BSF optimal
dalam mereduksi sampah adalah sebagai berikut:
(1) Konsentrasi Zn dan kondisi anaerobik pada sampah (Diener, et al.,
2011)
Naiknya konsentrasi Zn pada sampah dapat menyebabkan tingginya
tingkat kematian larva, serta kondisi anaerobik di dalam reaktor. Hasil
penelitian menunjukkan konsentrasi Zn yang tinggi pada reaktor
menyebabkan jumlah telur BSF yang subur menurun akibat
keracunan yang ditimbulkan.
(2) Pola makan larva BSF
Larva BSF umumnya memiliki ciri makan searah horizontal dengan
makanannya. Namun terkadang larva BSF akan bergerak secara
vertikal untuk mengekstrak nutrient yang terdapat pada lindi yang
dihasilkan dari pembusukan sampah makanan yang diberikan.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 14
(3) Ketersediaan oksigen
Larva BSF membutuhkan oksigen untuk bernapas dan sangat tidak
dapat hidup pada kadar karbondioksida yang tinggi. Pada saat kadar
karbondioksida tinggi, maka larva BSF akan berusaha keluar dan
mencari sumber oksigen. Hal ini sering menyebabkan keluarnya larva
BSF meskipun belum mulai berubah menjadi prepupa.
(4) Kadar air sampah (makanan larva/maggot)
Kadar air sampah mempengaruhi waktu konsumsi larva terhadap
sampah yang diberikan. Larva BSF akan optimum mengkonsumsi
sampah yang diberikan dengan kandungan air 60-90%. Semakin tinggi
kadar air dalam sampah yang diberikan membuat larva BSF cenderung
untuk keluar dari reaktor pembiakan, mencari tempat yang lebih
kering. Namun kurangnya kadar air juga tidak baik karena
menghambat proses pencernaan larva BSF.
(5) Ketersediaan cahaya
Larva BSF merupakan hewan fotofobia. Pada fase larva mereka
cenderung menjauhi sumber cahaya. Pada tahap prepupa mereka akan
keluar secara alami dari reaktor pembiakan, dan mencari tempat kering
dan tempat berlindung yang gelap sebelum berubah menjadi
kepompong.
D. Latihan
Berdasarkan uraian di Bab ini, buatlah ringkasan terkait siklus lalat BSF
yang Saudara pahami!
E. Rangkuman
Larva/maggot BSF merupakan salah satu fase dari siklus hidup lalat BSF
yang mampu mereduksi sampah organik hingga 46,04 -78,9%. Sampah
organik yang diberikan sebagai pakan larva/maggot BSF digunakan untuk
pertumbunyanya sehingga bekas makanannya (kargot) yang tersisa dapat
digunakan sebagai pupuk organik. Jenis sampah organik yang dapat
digunakan sebagai pakan maggot terdiri atas sampah sisa makanan,
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 15
sampah sayur dan buah-buahan, bangkai hewan, kotoran
hewan/manusia. Larva/maggot BSF pemakan semua bahan organik.
F. Evaluasi
1. Pada fase apa lalat BSF mampu mereduksi sampah organik?
a. fase telur
b. fase pre pupa
c. fase pupa
d. fase larva
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 16
BAB III Pengolahan Sampah Organik Untuk Pakan Maggot BSF
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 17
dewasa jantan akan banyak menetas dari larva yang dipelihara pada
jumlah media yang terbatas.
Pakan/sampah organik yang berkualitas rendah akan menghasilkan
larva BSF yang lebih sedikit, karena pakan/sampah organik tersebut
mengandung komponen gizi yang kurang atau terbatas. Apabila
kandungan nilai gizi pada pakan/sampah organik kurang, maka fase larva
dapat mencapai empat bulan (Wardhana , 2016).
Berdasarkan uraian di atas, maka jenis sampah organik yang dapat
digunakan sebagai pakan larva/maggot BSF bisa berasal dari:
1. Pasar: sampah sisa buah dan sayuran, baik yang masih segar atau yang
sudah layu/membusuk.
2. Rumah/restoran/hotel/kantor; sampah sisa makanan
3. Agro industri; limbah organik seperti ampas tahu, kelapa sawit, tapioka,
dll
4. Peternakan; kotoran ternak (kotoran ayam, burung puyuh, kotoran
sapi,dll) atau bangkai ternak (bangkai ayam, ikan, dll).
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 18
kandungan protein tinggi masih memiliki harga jual, contohnya sampah
ampas tahu, sampah kotoran ternak burung puyuh. Sehingga jika sampah
tersebut digunakan sebagai pakan larva/maggot BSF akan menambah
biaya dalam melakukan budidaya maggot BSF.
Sampah organik yang memiliki kandungan protein tinggi bisa juga
didapat dari sampah sisa makanan dari rumah tangga, restoran atau
rumah makan. Biasanya sampah sisa makanan tersebut banyak
mengandung protein yang berasal dari hewan, seperti tulang ayam, duri
ikan, sisa daging, kacang-kacangan, dan lain-lain. Sampah organik sisa
makanan tersebut biasanya kurang memliki harga jual, dibuang ke TPA,
sehingga akan lebih baik jika dimanfaatkan sebagai sumber pakan
larva/maggot BSF. Jika hal tersebut dilakukan, maka bisa membantu
mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
Hal yang harus diperhatikan ketika akan memilih jenis sampah
organik untuk budidaya maggot diantaranya adalah sampah yang tidak
memiliki nilai jual supaya mengurangi biaya. Karena tujuan dari budidaya
maggot selain untuk menghasilkan maggot sebagai pakan ternak, dan telur
serta prepupa untuk indukan, juga bertujuan untuk membantu
mengurangi atau mereduksi sampah organik yang tidak memiki nilai jual
supaya tidak dibuang ke TPA. Mengingat bahwa larva/maggot BSF
memiliki rentang variasi makanan yang cukup lebar, bisa memakan bahan
organik apa saja.
Pada akhirnya dalam memilih jenis sampah organik untuk pakan
maggot BSF sangat bergantung pada:
a. tujuan melakukan budidaya maggot
Jika budidaya maggot dilakukan untuk mereduksi sampah organik,
maka semua jenis sampah organik bisa digunakan. Karena tujuan
utamanya adalah untuk mereduksi sampah organik menggunakan
maggot. Menggunakan maggot sebagai salah satu teknologi untuk
mereduksi sampah organik. Tetapi jika tujuan budidaya maggot untuk
ekspor maggot sebagai pakan ternak, maka jenis sampah organik yang
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 19
dipilih adalah sampah yang banyak mengandung protein, agar bobot
maggot maksimal.
b. sumberdaya sampah yang ada disekitar
Sumber sampah yang tersedia disekitar lingkungan tempat budidaya
juga menjadi pertimbangan. Hal tersebut terkait dengan biaya produksi
terutama biaya transportasi pengangkutan sampah.
c. lokasi budidaya
Lokasi budidaya maggot menjadi pertimbangan dalam memilih jenis
sampah organik yang akan digunakan sebagai pakan maggot. Jika lokasi
budidaya dekat/di daerah pemukiman, maka jenis sampah organik yang
dipilih adalah jenis sampah-sampah yang minimal tidak menimbulkan
bau, agar tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 20
biji atau bagian sayuran yang keras. Biji dan sayuran yang keras
selanjutnya akan diolah lebih lanjut dengan proses pencacahan agar
ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu agar pakan/sampah organik
mudah dimakan oleh larva/maggot bisa dilakukan fermentasi agar menjadi
lunak. Contoh sampah organik yang harus dipilah misalnya biji alpukat,
bagian yang keras dari sayuran kol.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 21
dimakan larva/maggot. Untuk mengurangi bau tidak sedap yang
ditimbulkan dari sampah yang busuk bisa dilakukan fermentasi terlebih
dahulu. Fermentasi dilakukan secara anaerob sehingga bakteri yang
muncul adalah bakteri yang tidak menimbulkan bau.
Fermentasi dilakukan dengan menyimpan sampah organik dalam
wadah yang tertutup tidak ada oksigen, sehingga bakteri pengurai yang
akan hidup adalah bakteri anaerob yang tidak mengeluarkan bau busuk.
Setelah sampah terfermentasi/hancur baru digunakan untuk pakan
maggot.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 22
menggunakan screw press horizontal atau sebuah cider press (Dortmans
B.M.A., 2017). Cara lain untuk mengurangi kadar air dalam sampah
organik dengan menambahkan campuran bahan organik seperti serbuk
gergaji atau ampas kelapa. Tujuan dari pemberian serbuk gergaji atau
ampas kelapa untuk membuat pakan menjadi remah dan menyerap
kandungan air yang terkandung dalam sampah organik, agar pakan
menjadi tidak becek.
Jika kandungan air dalam sampah organik kurang dari 70%, maka
perlu ditambahkan air. Kadar air ini dapat ditentukan dengan cara
meremas segenggam sampah. Jika hanya ada beberapa tetes air yang
muncul dari sela-sela jari, maka sampah tersebut terlalu kering. Apabila
sampah kering ditambah kelembabannya dengan air, air yang digunakan
harus aman, tidak mengandung patogen, logam berat, maupun bahan
lainnya yang dapat mengurangi kandungan nutrisi dalam sampah
(Dortmans B.M.A., 2017).
D. Latihan
Identifikasi jenis-jenis sampah organik yang cocok untuk pakan maggot
BSF yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal Saudara!.
E. Rangkuman
Larva/Maggot BSF mampu mereduksi sampah organik berupa sisa
makanan, sayuran/buah, kotoran ternak, bangkai atau limbah organik
dari industri (tahu, kelapa sawit, tapioka, dll). Namun demikian perlu
dipertimbangkan untuk memanfaatkan sampah organik yang kurang
memiliki nilai jual dan biasa dibuang ke TPA. Tujuannya untuk membantu
mengurangi timbulan sampah organik yang dibuang ke TPA. Sehingga
selain mendapatkan keuntungan secara ekonomi dari penjualan maggot
BSF sebagai pakan ternak, juga membantu dalam mengurangi timbulan
sampah yang tidak termanfaatkan. Sampah organik yang akan digunakan
untuk pakan larva/maggot harus diolah terlebih dahulu menjadi potongan
kecil yang lembut agar dapat dimakan oleh larva/maggot BSF.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 23
F. Evaluasi
1. Jelaskan jenis-jenis sampah organik yang bisa dimanfaatkan sebagai
pakan larva/maggot BSF!
2. Jelaskan bagaimana melakukan pengolahan sampah organik sebelum
diberikan ke maggot BSF!
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 24
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Pendekatan dalam melakukan pengelolaan sampah selama ini selalu
dikaitkan dengan nilai ekonomi. Sampah tidak lagi dipandang sebagai
barang yang tidak bernilai, tetapi dianggap masih memiliki nilai secara
ekonomi sehingga bisa di daur ulang. Sampah plastik, sampah kardus
contohnya, masih memiliki nilai jual yang cukup lumayan bagus, sehingga
menarik minat masyarakat untuk mendaur ulang.
Larva/maggot BSF bisa dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif
dalam mereduksi sampah organik. Maggot BSF selain bisa mereduksi
sampah organik, juga bisa memberi nilai secara ekonomi kepada
masyarakat. Harga jual maggot kering BSF yang digunakan sebagai pakan
ternak bisa mencapai 500 ribu per kg. Hal tersebut tentunya akan menarik
minat masyarakat untuk berternak maggot dengan memanfaatkan sampah
organik yang ada disekitar lingkungannya.
B. Tindak Lanjut
Agar dapat memahami isi dari modul ini dengan baik lagi, maka perlu
melihat/mempelajari video tutorial yang terkait dengan pokok bahasan
yang terdapat pada modul ini. Modul dengan video tutorial yang ada
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan saling melengkapi. Selain
itu lakukan tugas dan evaluasi yang diberikan, untuk mengukur tingkat
pemahaman Saudara. Jangan lupa untuk mempraktekkannya.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 25
KUNCI JAWABAN
A. BAB II
1. d
2. Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar maggot BSF optimal
dalam mereduksi sampah:
✓ Konsentrasi Zn dan kondisi anaerobik pada sampah
Naiknya konsentrasi Zn pada sampah dapat menyebabkan
tingginya tingkat kematian larva, serta kondisi anaerobik di dalam
reaktor. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Zn yang tinggi
pada reaktor menyebabkan jumlah telur BSF yang subur menurun
akibat keracunan yang ditimbulkan.
✓ Pola makan larva BSF
Larva BSF umumnya memiliki ciri makan searah horizontal
dengan makanannya. Namun terkadang larva BSF akan bergerak
secara vertikal untuk mengekstrak nutrient yang terdapat pada
lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah makanan yang
diberikan.
✓ Ketersediaan oksigen
Larva BSF membutuhkan oksigen untuk bernapas dan sangat
tidak dapat hidup pada kadar karbondioksida yang tinggi. Pada
saat kadar karbondioksida tinggi, maka larva BSF akan
berusaha keluar dan mencari sumber oksigen. Hal ini sering
menyebabkan keluarnya larva BSF meskipun belum mulai
berubah menjadi prepupa.
✓ Kadar air sampah (makanan larva/maggot)
Kadar air sampah mempengaruhi waktu konsumsi larva terhadap
sampah yang diberikan. Larva BSF akan optimum mengkonsumsi
sampah yang diberikan dengan kandungan air 60-90%. Semakin
tinggi kadar air dalam sampah yang diberikan membuat larva BSF
cenderung untuk keluar dari reaktor pembiakan, mencari tempat
yang lebih kering. Namun kurangnya kadar air juga tidak baik
karena menghambat proses pencernaan larva BSF.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 26
✓ Ketersediaan cahaya
Larva BSF merupakan hewan fotofobia. Pada fase larva mereka
cenderung menjauhi sumber cahaya. Pada tahap prepupa mereka
akan keluar secara alami dari reaktor pembiakan, dan mencari
tempat kering dan tempat berlindung yang gelap sebelum berubah
menjadi kepompong.
B. BAB III
1. Semua jenis sampah organik dapat digunakan sebagai pakan maggot
BSF, sampah yang berasal dari hewan dan tumbuhan, kotoran
hewan dan manusia, sisa makanan, sampah dapur. Secara detail
jenis sampah organik yang dapat digunakan sebagai pakan maggot
adalah yang berasal dari:
✓ Pasar; berupa sampah sisa buah dan sayuran, baik yang masih
segar atau yang sudah membusuk.
✓ Rumah/restoran/hotel/kantor; berupa sampah sisa makanan
✓ Industri makanan; berupa limbah organik seperti ampas tahu,
kelapa sawit, tapioka, dll
✓ Peternakan; berupa kotoran ternak (kotoran ayam, burung
puyuh, kotoran sapi,dll) atau bangkai ternak (bangkai ayam,
ikan, dll).
2. Sampah organik yang ada tidak langsung diberikan kepada
larva/maggot BSF, tetapi harus dipilah terlebih dahulu. Tujuan
pemilahan untuk menyingkirkan sampah plastik/anorganik dan
bahan/materi berbahaya yang kemungkinan tercampur di dalam
sampah organik. Selain itu juga untuk memilih sampah-sampah
yang keras seperti biji untuk diolah lebih lanjut.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 27
dapat diperas atau dicampur dengan serbuk gergaji atau ampas
kelapa. Pencampuran tersebut bertujuan untuk mengurangi kadar
air dalam pakan/sampah dan membuat pakan menjadi remah.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 28
DAFTAR PUSTAKA
Alvarez, L., 2012. A Dissertation: The Role of Black Soldier Fly, Hermetia illucens (L.) (Diptera:
Stratiomyidae) in Sustainable Management in Northern Climates. Ontario: University of Windsor.
Bullock, N. et al., 2013. The Black Soldier Fly – How to Guide, Ontario: University of Windsor.
Diener, S., 2010. A Disertation: Valorisation of Organic Solid Waste using the Black Soldier Fly,
Hermetia illucens, in Low and Middle-Income Countries. Swiss: ETH Zurich.
Diener, S. et al., 2011. Biological Treatment of Municipal Organic Waste using Black Soldier Fly
Larvae. Waste Biomass Valor, Volume 2, pp. 357-363.
Dortmans B.M.A., D. S. V. B. Z. C., 2017. Black Soldier Fly Biowaste Processing - A Step-by-Step
Guide ,. Dübendorf, Switzerland: Eawag: Swiss Federal Institute of Aquatic Science and
Technology.
Fahmi, M. R., 2015. Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan mini-larva Hermetia
illucens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. s.l., Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
Biodiversity Indonesia.
Fransisco, A., 2017. Beranda: Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. [Online]
Available at: https://www.afrid-fransisco.id/2017/08/cara-mudah-mengundang-lalat-
tentara.html
[Accessed 27 April 2020].
Hem, S., 2011. Final Report: Maggot – Bioconversion Research Program in Indonesia, Concept of
New Food Resources Result and Applications 2005-2011., Perancis: Institut de Recherche pour le
Développement.
Holmes, L. A., Vanlaerhoven, S. L. & Tomberlin, J. K., 2012. Holmes, L.A., Vanlaerhoven, S.L.,
Tomberlin, J.K. 2012. Relative Humidity Effects on the Life History of Hermetia illucens (Diptera:
Stratiomyidae). Environmental Entomology, Volume 41 (4), pp. 971-978.
Kim, W. et al., 2011. Biochemical Characterization of Digestive Enzymes in the Black Soldier Fly,
Hermetia illucens (Diptera: Stratiomyidae). Jurnal of Asia-Pasific Entomology, Volume 14, p. 1114.
Kusnadi, Syulasmi, A. & Adisendjaja, Y. H., 2009. Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Bahan
Baku Produksi Bioetanol Sebagai Energi Alternatif’, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
McShaffrey, D., 2013. Hermetia illucens - Black Soldier Fly - Hermetia illucens. [Online]
Available at: https://bugguide.net/node/ view/874940
[Accessed 30 April 2020].
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 29
Newton, L. et al., 2005. Using The Black Soldier Fly, Hermetia Illucens, As A Value-Added Tool For
The Management Of Swine Manure, California: North California Animal and Poultry Waste
Management Center.
Nurhidayati, E. S., 2017. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Sampah di Kota
Depok Jawa Barat, Bogor: Pusdiklat SDM LHK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Popa, R. & Green, T., 2012. Biology and Ecology of the Black Soldier Fly’. e-book ed. s.l.: DipTerra
LCC..
Rachmawati, Buchori, D., Hidayat, P. & Saurin, H. E., 2010. Perkembangan dan Kandungan Nutrisi
Larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera: Stratiomyidae) pada Bungkil Kelapa Sawit. Jurnal
Entomologi Indonesia, Volume 7 (1), pp. 28-41.
Sheppard, C. D., Newton, G. L., Thompson, S. A. & Sava, 1994. A Value Added Manure
Management System Using the Black Soldier Fly. Bioresource Technology, Volume 50, pp. 275-
279.
Sipayung, P. Y. E., 2015. PEMANFAATAN LARVA BLACK SOLDIER FLY (HERMETIA ILLUCENS)
SEBAGAI SALAH SATU TEKNOLOGI REDUKSI SAMPAH DI DAERAH PERKOTAAN, Surabaya:
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember .
Wardhana , A. H., 2016. Black Soldier Fly (Hermetia illucens) sebagai Sumber Protein Alternatif
untuk Pakan Ternak. WARTAZOA, 26(DOI: http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v26i2.1218 ), pp.
069-078 .
Žáková, M. & Borkovcová, M., 2013. Hermetia illucens Application in Management of Selected
Types of Organic Waste. s.l., The 2nd Electronics International Interdisciplinary Conference.
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 30
GLOSARI
Pengolahan Sampah Organik untuk Pakan Maggot Black Soldier Fly (BSF) 31