Anda di halaman 1dari 23

PERATURAN

KEPALA PUSAT PELATIHAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN


GENERASI LINGKUNGAN

NOMOR : P. 5 /LATMAS/PPM/SDM.2/3/2020

TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH
ORGANIK UNTUK BUDIDAYA MAGGOT BLACK SOLDIER FLY (BSF)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


2020
PERATURAN
KEPALA PUSAT PELATIHAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN GENERASI
LINGKUNGAN
NOMOR : P. 5 /LATMAS /PPM/SDM.2/3/2020
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK
UNTUK BUDIDAYA MAGGOT BLACK SOLDIER FLY (BSF)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PUSAT PELATIHAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN GENERASI


LINGKUNGAN,

Menimbang : a bahwa dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan sampah


. organik, maka peran lembaga masyarakat / komunitas yang
memahami tata kelola pengelolaan sampah organik sekaligus
dapat memberikan nilai ekonomi;
b bahwa untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
. sikap SDM lembaga masyarakat / komunitas sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu dilakukan Pelatihan Pengolahan
Sampah Organik Untuk Budidaya Maggot Black Soldier Fly
(BSF);
c bahwa untuk tercapainya tujuan pada huruf a dan b, perlu
. ditetapkan pedoman penyelenggaraan pelatihan dengan
peraturan Generasi Lingkungan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.

Mengingat : 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


. Sampah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
2 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
. Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 12 Tahun 2010
. tentang Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan dan
Pelatihan Kehutanan;
4 Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
. Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 188Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5347);
5 Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2015 tentang Kementerian
. Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
6 Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan
. Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
7 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.
. 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse,
dan Recycle Melalui Bank Sampah (Berita Negara Republik
Indonesia tahun 2012 Nomor 804);

8 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.


. P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
9 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.9/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Sipil Negara dan Non
Aparatur Sipil Negara di Bidang Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELATIHAN MASYARAKAT DAN


PENGEMBANGAN GENERASI LINGKUNGAN TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN PENGOLAHAN
SAMPAH ORGANIK UNTUK BUDIDAYA MAGGOT BLACK
SOLDIER FLY (BSF);

Pasal 1

Penyelenggaraan Pelatihan Pelatihan Pengolahan Sampah Organik untuk


Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF) mengacu pada Pedoman sebagaimana
dimaksud pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.

Pasal 2

Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


pada tanggal : 23 Maret 2020
LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA PUSAT
PELATIHAN MASAYARAKAT
DAN PENGEMBANGAN
GENERASI LINGKUNGAN
NOMOR : P.5 /LATMAS/PPM/SDM.2/3/2020
TANGGAL : 23 Maret 2020

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK


UNTUK BUDIDAYA MAGGOT BLACK SOLDIER FLY (BSF)
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengelolaan Sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan


berkesinambungan meliputi pengurangan dan penanganan sampah (UU No. 18
tahun 2008). Kondisi pengelolaan sampah di sumbernya yang menyangkut
perilaku masyarakat dengan kebiasaan “kumpul – angkut – buang” atau bahkan
perilaku “membuang sampah sembarangan” serta penanganan sampah yang
belum optimal akan mengakibatkan permasalahan sampah semakin kompleks.
Oleh karena itu, Indonesia berdasarkan Undang-undang Pengelolaan Sampah
dan Peraturan Pemerintah (PP No 81/2012), telah menyusun Kebijakan dan
Staregi Pengelolaan Sampah melalui Perpres Nomor 97 Tahun 2017. Kebijakan
tersebut memberi arah dan strategi dalam pengurangan dan penanganan
sampah menuju Indonesia bersih sampah 2025. Arah dan strategi tersebut yaitu
pengelolaan sampah 100% dengan pengurangan 30% dan penanganan 70%.

Terkait hal tersebut di atas, yang banyak berkaitan dengan masyarakat adalah
pelaksanaan pengurangan sampah dari sumbernya. Pengurangan sampah dari
sumber meliputi pembatasan timbulan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang
sampah. Untuk itu, agar pengurangan sampah dari sumber dapat berjalan efektif,
maka perlu diberikan pemahaman dan dorongan agar tercipta paradigma
“kurangi - pilah–olah (manfaatkan kembali/daur ulang)” atau sering dikenal
dengan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (reduce – reuse – recycle).
Berdasarkan data KLHK tahun 2018, pengelolaan sampah di Indonesia sebagian
besar (55,56%) masih berakhir di Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) dengan
sistem open dumping (Paparan Dir PS pada Rakernis Adipura 23 Juli 2019).
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pengelolaan sampah masih banyak
bertumpu pada TPA. Sementara komposisi sampah di Indonesia sebanyak:
57,68 % merupakan sampah organik, 15,71% sampah plastik, 10,58% sampah
kertas, 3,06% sampah logam dan 12,97% jenis sampah lainnya (data KLHK
tahun 2018). Berdasarkan data komposisi sampah tersebut timbulan sampah
organik paling banyak jika dibandingkan dengan jenis sampah lainnya.
Seharusnya penyelesaian pengelolaan sampah organik bisa dilakukan melalui
pengomposan, biogas, pakan maggot BSF untuk sumber pakan ternak, pakan
cacing untuk obat- obatan dan pakan ikan, atau sebagai bahan pembuatan pelet
untuk pakan ternak, dan lain-lain. Upaya-upaya pengelolaan sampah organik
tersebut dapat menjadi salah satu solusi dalam menangani sampah sebelum
sampah masuk TPA.
Sejalan dengan indikator sasaran strategis KLHK ke-4 yaitu “terselenggaranya
tata kelola dan inovasi pembangunan LHK yang adaptif”, serta arah
pembangunan LHK 2020 butir ke 5 yaitu “penguatan pendidikan vokasional
untuk menghasilkan SDM yang siap kerja”, maka pengembangan diklat vokasi
BP2SDM ke depan diarahkan kepada: 1) entitas bisnis yaitu kebutuhan tenaga
teknis (Ganis) yang sesuai dengan permintaan dunia usaha dan dunia industry
(DUDI), serta 2) kelompok masyarakat profesional yang “kreatif” sehingga
mampu berwirausaha. Salah satu program jangka menengah yang terkait
dengan entitas bisnis dan kelompok masyarakat profesional adalah pelatihan
terkait dengan pengelolaan sampah.
Terkait hal tersebut di atas, maka Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan berupaya untuk meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan
melalui penyelenggaraan pelatihan dalam melakukan pengelolaan sampah yang
bernilai ekonomi. Terkait implementasi kebijakan tersebut Pusat Pelatihan
Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan menyelenggarakan
kegiatan pelatihan Pengolahan Sampah Organik untuk Budidaya Maggot Black
Soldier Fly (BSF).

B. DESKRIPSI PELATIHAN

Pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,


keterampilan dan sikap para pemangku kepentingan termasuk masyarakat
dalam upaya mengolah sampah organik sebagai sumber pakan maggot
BSF, sekaligus dapat melakukan budidaya maggot BSF. Harapannya
dengan pengolahan sampah ini, timbulan sampah organik dapat diolah
dan dikurangi, sekaligus menghasilkan budidaya maggot BSF untuk pakan
ternak, maupun ikan sehingga dapat menambah penghasilan. Materi
pelatihan yang akan diberikan meliputi: Pengolahan Sampah Organik
untuk Pakan Maggot BSF; Budidaya Maggot BSF dengan Pakan Sampah
Organik; Pasca Budidaya Maggot BSF; dengan jumlah jam pelatihan
sebanyak 34 JP @ 45 menit.
Proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran andragogy
dengan metode pelatihan full e-learning baik secara synchronous : (live
chat, video conference) maupun asynchronous : (modul/ bahan ajar
elektronik, pemutaran video tutorial, penugasan, forum diskusi). Adapun
Evaluasi Pembelajaran dilakukan melalui penilaian PreTest dan Post Test
secara On Line, serta penilaian tugas mandiri pada Mata-Mata Pelatihan
tertentu dan praktik.

TUJUAN PELATIHAN

Setelah selesai mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan mampu


melakukan Pengolahan Sampah Organik untuk Budidaya Maggot Black
Soldier Fly (BSF), dalam rangka menciptakan kelompok masyarakat
professional yang kreatif sehingga mampu berwirausaha hijau. Selain
mendapatkan manfaat secara ekonomi, juga turut melakukan upaya
pengelolaan sampah, khususnya sampah organik.
BAB II

KOMPETENSI, KURIKULUM DAN SILABUS

A. KOMPETENSI
Setelah mengikuti pelatihan pengolahan sampah organik untuk pakan maggot
Black Soldier Fly (BSF), peserta mampu melakukan pengolahan sampah
organik untuk pakan maggot Black Soldier Fly (BSF) dengan baik.
B. KOMPETENSI DASAR
Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
1. melakukan pengolahan sampah organik untuk pakan maggot Black
Soldier Fly (BSF);
2. mempraktekkan budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) dengan
pakan sampah organik
3. menjelaskan kegiatan pasca budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF)

C. KURIKULUM DAN SILABUS


Sesuai dengan kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dari
pelatihan ini, maka kurikulum dan silabus pelatihan pengolahan sampah
organik untuk pakan maggot Black Soldier Fly (BSF)dalam tabel berikut :
Kurikulum dan Silabus
Pelatihan pengolahan sampah organik untuk pakan maggot Black Soldier Fly (BSF)
Mata Jam a. Metoda
No Pelatihan Pelajaran Indikator Hasil Pokok Bahasan Sub Pokok b. Alat Bantu Sumber
T P JML Belajar Bahasan Pembelajaran Kepustakaan
1. Penjelasan 2 - 2 Setelah mengikuti 1.1. Menjelaskan 1. E-learning,
Program dan mata pelatihan ini Program Pelatihan belajar mandiri,
Alur peserta dapat: Pengolahan diskusi online
Pelatihan e- 1. Menjelaskan Sampah Organik (forum, Chat,
learning Program Pelatihan untuk Budidaya teleconference),
Pengolahan Maggot Black
Pemutaran video
Sampah Organik Soldier Fly (BSF);
1.2. Menjelaskan Alur tutorial, live chat
untuk Budidaya
Maggot Black Pelatihan e- 2. Video tutorial,
Soldier Fly (BSF); learning; dan LCD, Smart-
2. Menjelaskan Alur 1.3. Menjelaskan phone, komputer/
Pelatihan e- Penugasan dalam laptop fasilitas
learning; dan Pelatihan. jaringan internet,
3. Menjelaskan modul
Penugasan dalam pembelajaran
Pelatihan.

2. Pengolahan 2 4 6 Setelah mengikuti 2.1. Pengenalan Jenis 2.1.1. Siklus/Daur 1. E-learning,


Sampah mata Sampah Organik Hidup Maggot - Darmawan, M.,
dan Maggot BSF
belajar mandiri, Sarto & Prasetya,
Organik pelatihan ini peserta: BSF (termasuk
1. dapat menjelaskan
diskusi online A., 2017.
untuk Pakan penjelasan fase
jenis sampah (forum, Chat, BUDIDAYA LARVA
Maggot dimana mampu
Black Soldier organik dan maggot teleconference), BLACK SOLDIER
mereduksi
Mata Jam a. Metoda
No Pelatihan Pelajaran Indikator Hasil Pokok Bahasan Sub Pokok b. Alat Bantu Sumber
T P JML Belajar Bahasan Pembelajaran Kepustakaan
Fly (BSF) BSF sampah Pemutaran video FLY (HERMETIA
2. mampu melakukan organik) tutorial, live chat ILLUCENS)
Pengolahan 2.1.1 Jenis Sampah 2. Video tutorial, DENGAN PAKAN
Sampah Organik Untuk LCD, Smart- LIMBAH DAPUR
Pakan Maggot phone, komputer/ (DAUN
BSF SINGKONG).
laptop fasilitas
jaringan internet, Yogyakarta, UMS.
2.2. Pengolahan 2.2.1. Pemilahan - Ranncak, G. T.,
Sampah Organik Sampah modul
Alawiyah, T. &
Untuk Pakan Organik pembelajaran
Taufikul, H., 2017.
Maggot BSF untuk Pakan KAJIAN
Maggot BSF PENGOLAHAN
2.1.2 Pencacahan SAMPAH
Sampah Organik ORGANIK
3. Budidaya 6 14 20 Setelah mengikuti 3.1. Mendapatkan 3.1.1. Pembuatan 1. E-learning, DENGAN BSF
Maggot mata pelatihan ini bibit BSF dari Media belajar mandiri, (Black Soldier Fly)
Black Soldier peserta mampu: alam Pemancing diskusi online di TPA Kebon
Fly (BSF) 1. mempraktekkan (Atraktan) (forum, Chat, Kongok. Jurnal
Dengan cara 3.1.2. Pembuatan teleconference), Ilmu Sosial dan
Pakan mendapatkan tempat Bertelur Pendidikan , pp. 1-
Pemutaran video
Sampah bibit BSF dari Lalat (indikator 6.
Organik alam keberhasilan tutorial, live chat
-Sipayung, P. Y.
2. melakukan budidaya lalat) 2. Video tutorial,
E., 2015.
Penetasan Telur LCD, Smart-
PEMANFAATAN
3. melakukan 3.2. Penetasan Telur 3.2.1. Pembuatan phone, komputer/
LARVA BLACK
Pembesaran Media laptop fasilitas SOLDIER FLY
Mata Jam a. Metoda
No Pelatihan Pelajaran Indikator Hasil Pokok Bahasan Sub Pokok b. Alat Bantu Sumber
T P JML Belajar Bahasan Pembelajaran Kepustakaan
Maggot BSF Penetasan jaringan internet, (HERMETIA
4. melakukan Telur BSF modul ILLUCENS)
pemeliharaan 3.2.2. Penetasan pembelajaran SEBAGAI
Fase Lalat Telur BSF SALAH SATU
BSF TEKNOLOGI
5. melakukan 3.3.1. Pembuatan REDUKSI
Pemanenan Hasil 3.3. Pembesaran Biopond SAMPAH DI
Budidaya Maggot BSF untuk DAERAH
Maggot BSF PERKOTAAN,
3.3.2. Pembesaran Surabaya:
Maggot BSF JURUSAN TEKNIK
dan LINGKUNGAN
Pemberian Fakultas Teknik
Pakan untuk Sipil dan
Maggot Perencanaan
3.3.3. Penguranga Institut Teknologi
n Media Sepuluh
sisa/bekas Nopember.
maggot - Jayanthi, S. et al.,
(kasgot) 2017. Teknik
Budidaya Black
3.4.1. Penyiapan Soldiers Fly
3.4. Pemeliharaan Kandang (Hermetia Illucens).
Fase Lalat BSF lalat BSF Jurnal Jeumpa, pp.
Proses untuk 58- 66.
Bertelur -Salman, Ukhrowi,
Mata Jam a. Metoda
No Pelatihan Pelajaran Indikator Hasil Pokok Bahasan Sub Pokok b. Alat Bantu Sumber
T P JML Belajar Bahasan Pembelajaran Kepustakaan
3.4.2. Pemeliharaan L. M. & Azim, M.,
Fase Lalat 2020. Budidaya
Maggot Lalat Black
3.5.1. Pemanenan Soldier Flies (BSF)
telur dari sebagai Pakan
3.5. Pemanenan Hasil kandang lalat Ternak. Jurnal
Budidaya 3.5.2. Cara Panen Gema Ngabdi,
Maggot Muda Volume 1, pp. 7-
3.5.3. Cara Panen 11.
Prepupa
3.5.4.Pemanfaatan
kasgot sebagai
pupuk

4. Pasca 2 4 6 Setelah mengikuti 4.1. Pengolahan 4.1.1. Pengeringan 1. E-learning, belajar - Wardhana , A. H.,
Budidaya mata pelatihan ini produk hasil Maggot BSF mandiri, diskusi 2016. Black Soldier
Maggot peserta dapat: budidaya Maggot 4.1.2. Pembuatan online (forum, Chat,Fly (Hermetia
Black Soldier 1. menjelaskan BSF Pelet Maggot teleconference), illucens) sebagai
Fly (BSF) pengolahan 4.1.3. Pengemasan Pemutaran video Sumber Protein
produk hasil Telur dan tutorial, live chat Alternatif untuk
budidaya Maggot Maggot, serta 2. Video tutorial, LCD, Pakan Ternak.
BSF pupa BSF Smart-phone, WARTAZOA,
2. menjelaskan (termasuk komputer/ laptop 26(DOI:
Mata Jam a. Metoda
No Pelatihan Pelajaran Indikator Hasil Pokok Bahasan Sub Pokok b. Alat Bantu Sumber
T P JML Belajar Bahasan Pembelajaran Kepustakaan
Pemasaran Hasil pelabelan) fasilitas jaringan http://dx.doi.org/10.1
Budidaya Maggot internet, modul 4334/wartazoa.v26i2.
BSF 4.2.1. Peluang Pasar pembelajaran 1 218 ), pp. 069-078.
4.2. Pemasaran Hasil 4.2.2. Jejaring
Budidaya Maggot Kemitraan
BSF

JUMLAH 12 22 34
BAB III

PESERTA PELATIHAN DAN PENCERAMAH/ PENGAJAR/


INSTRUKTUR PELATIHAN

A. PESERTA PELATIHAN
1. Persyaratan
Persyaratan peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah:
a. Usia minimal 17 tahun
b. Pendidikan : Minimal SLTA/sederajat
c. Mempunyai minat untuk melaksanakan pengelolaan sampah
d. Diutamakan peserta sebagai Ketua/pengurus dari
kelembagaan atau komunitas masyarakat yang bergerak di
bidang pengelolaan sampah
e. Tidak sedang mengikuti pendidikan formal
f. Dapat membaca dan menulis bahasa Indonesia
g. Belum pernah mengikuti pelatihan sejenis
h. Sehat jasmani dan rohani

2. Jumlah Peserta

Jumlah peserta maksimal 40 (empat puluh) orang per kelas


dengan representasi laki-laki dan perempuan secara
proposional, dan jika dimungkinkan terdapat representasi
minimal 30 % dari salah satu jenis kelamin

B. PENCERAMAH/PENGAJAR/INSTRUKTUR PELATIHAN
1. Asal
a. Widyaiswara Pusdiklat SDM LHK dan Balai Pelatihan LHK
atau
b. Instruktur Puslatmas & PGL KLHK
c. ASN Non Widyaiswara atau Instruktur
d. Praktisi
2. Persyaratan
a. Widyaiswara, instruktur, praktisi, ASN Non Widyaiswara
atau instruktur lainnya yang ditunjuk oleh Kepala Puslatmas
& PGL LHK, dan Kepala Balai Pelatihan LHK
b. Menguasai materi yang diajarkan
c. Menguasai metodologi pembelajaran dengan jarak jauh (e-
learning )
d. Mampu memberikan motivasi kepada peserta pelatihan
e. Mengetahui teknik evaluasi hasil pelatihan.
f. Memiliki sensivitas gender dalam kegiatan pelatihan
BAB IV
METODE, TEMPAT DAN WAKTU PELATIHAN

A. METODE PEMBELAJARAN

Metode Pelatihan dilakukan dengan secara daring (online), dimana


pembelajaran teori dan pembelajaran praktik dilakukan secara e-
learning sepenuhnya, dengan berbagai metode penyampaian proses
pembelajarannya yaitu:

1. Summary modul/bahan ajar


2. Diskusi / Tanya jawab (live chat)
3. Kerja kelompok / Penugasan pembelajaran simulasi (peserta
mempraktikkan di lokasi)
4. Video tutorial praktik.

B. TEMPAT PELATIHAN

1. Pengarahan program dan tutorial dilaksanakan secara on line di


Puslatmas & PGL LHK, Balai Pelatihan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, dan tempat lain yang memenuhi persyaratan.
2. Peserta pelatihan melaksanakan pembelajaran secara on-line di
tempatnya masing masing

C. WAKTU PELATIHAN

Pelatihan dilaksanakan selama 34 jam pelatihan (JP) @ 45 menit


yang terdiri dari 12 (JP) teori dan 22 (JP) praktik
BAB V
SARANA DAN PRASARANA PELATIHAN

A. SARANA PELATIHAN
Sarana pelatihan meliputi:

1. Untuk kebutuhan peserta: modul pelatihan, video tutorial teori dan


praktik, dan bahan ajar lainnya.
2. Untuk praktik lapang dengan metode pembelajaran project work
ditempatnya masing masing dengan menggunakan video tutorial
(pembelajaran simulasi, peserta mempraktikkan di lokasi)

B. PRASARANA PELATIHAN
1. Laptop
2. Multimedia projector
3. E-learning Management System (ELMS)
4. Web-seminar (webinar)
5. Fasilitasi Jaringan internet
6. Alat untuk praktek pengolahan sampah organik untuk budidaya
maggot BSF
BAB VI

EVALUASI PELATIHAN

A. EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN

Evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan meliputi evaluasi terhadap


peserta pelatihan, penceramah/tenaga pengajar/ instruktur dan
penyelenggaraan pelatihan.

1. Peserta

a. Aspek yang dievaluasi dari peserta pelatihan meliputi


pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta.
1) Aspek pengetahuan dan keterampilan, diperoleh
berdasarkan nilai akademik (teori dan praktek). Praktek
dilakukan dalam waktu paling lama satu bulan setelah
selesai pelatihan.
2) Aspek sikap, diperoleh berdasarkan kehadiran dan
partisipasi peserta selama mengikuti pelatihan.
b. Bobot penilaian
Bobot nilai dari masing-masing aspek adalah:
1) Kehadiran : 10 %
2) Akademik : 60 %
3) Partisipasi : 30 %
c. Cara evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara:
1) Pemenuhan Nilai Kehadiran, diperoleh berdasarkan
kehadiran peserta minimal 90 % total JP. Nilai kehadiran
dikalikan bobot 10%.
2) Pemenuhan Nilai Akademik, berdasarkan nilai tes akhir
evaluasi peserta dan nilai praktek dikalikan bobot 60 %.
3) Pemenuhan Nilai Partisipasi, berdasarkan pengamatan pada
waktu pembelajaran di kelas dan praktik lapangan oleh
pengajar dan penyelenggara. Nilai partisipasi dikalikan bobot
30%.

d. Kelulusan peserta
1) Standar nilai kelulusan akhir minimal 60.
2) Nilai kelulusan akhir diperoleh dari akumulasi nilai kehadiran,
akademik, dan partisipasi.
3) Bagi peserta pelatihan yang dinyatakan lulus berhak
mendapatkan Sertifikat Kelulusan Pelatihan Masyarakat
(SKPM) yang diterbitkan oleh Kepala Pusat Pelatihan
Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan.
4) Bagi peserta yang tidak lulus karena tidak memenuhi nilai
kelulusan akhir, hanya diberikan Surat Keterangan Mengikuti
Pelatihan (SKMP) yang diterbitkan oleh Kepala Pusat
Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi
Lingkungan.

2. Penceramah/Pengajar/Instruktur
a. Aspek penilaian meliputi :
1) Penguasaan materi pelatihan;
2) Sistematika penyampaian materi pelatihan;
3) Kemampuan dalam menyampaikan materi pelatihan;
4) Kemampuan dalam menyampaikan materi pelatihan;
5) Penggunaan metode dalam menyampaikan materi pelatihan;
6) Pemanfaatan sarana dan prasarana dalam menyampaikan
materi pelatihan;
7) Penggunaan bahasa dalam menyampaikan materi;
8) Nada dan suara dalam menyampaikan materi pelatihan;
9) Sikap dan perilaku dalam menyampaikan materi pelatihan;
10) Pemberian motivasi kepada peserta pelatihan.
b. Evaluasi dilakukan dengan cara pengisian Formulir Evaluasi
oleh peserta pelatihan sebagai berikut :

NO KRITERIA PENILAIAN
ASPEK PENILAIAN Sangat Sangat
Kurang Cukup Baik
Kurang Baik
1 Penguasaan materi
pelatihan
2 Sistematika penyampaian
materi pelatihan
3 Kemampuan dalam
menyampaikan materi
pelatihan
4 Keterkaitan materi
pelatihan dengan tujuan
pelatihan
5 Penggunaan metode
dalam menyampaikan
materi pelatihan
6 Pemanfaatan sarana dan
prasarana dalam
menyampaikan materi
pelatihan
7 Penggunaan bahasa
dalam menyampaikan
materi
8 Nada dan suara dalam
menyampaikan materi
pelatihan
9 Sikap dan perilaku dalam
menyampaikan materi
pelatihan
10 Pemberian motivasi
kepada peserta pelatihan

3. Penyelenggaraan Pelatihan
a. Aspek yang dievaluasi adalah:
1) Kualitas alat peraga dan media presentasi pelatihan
2) Kesempatan peserta berpartisipasi aktif dalam pelatihan
3) Penataan dan penempatan media/ sarana pelatihan
4) Pengaturan waktu pelatihan
5) Kecukupan waktu untuk berdiskusi dan praktek pelatihan
6) Porsi latihan / praktek dalam pelatihan
7) Penyediaan sarana dan prasarana pelatihan (summary
modul/bahan ajar, live chat, dan video tutorial praktik)
8) Pelayanan dan sikap panitia penyelenggara pelatihan
b. Cara evaluasi terhadap Penyelengaraan Pelatihan dilakukan
dengan cara pengisian Formulir Evaluasi oleh peserta pelatihan
sebagai berikut :

NO KRITERIA PENILAIAN
ASPEK PENILAIAN Sangat Sangat
Kurang Cukup Baik
Kurang Baik
Kualitas alat peraga dan
1 media presentasi
pelatihan
Kesempatan peserta
2 berpartisipasi aktif dalam
pelatihan
Penataan dan
3 penempatan media/
sarana pelatihan
Pengaturan waktu
4
pelatihan
Kecukupan waktu untuk
5 berdiskusi dan praktek
pelatihan
Porsi latihan / praktek
6
dalam pelatihan
Penyediaan sarana dan
Prasarana pelatihan
(Webiner, summary
7
modul/bahan ajar, live
chat, dan video tutorial
praktik)
Pelayanan dan sikap
8 panitia penyelenggara
pelatihan

4. Petunjuk Pengisian Formulir dan Kriteria Penilaian


a. Pengisian formulir
Evaluasi terhadap penceramah/pengajar/instruktur pelatihan
dan penyelenggaraan pelatihan dilakukan oleh peserta dengan
cara mengisi formulir evaluasi pelatihan yang telah disediakan,
dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang ada
sesuai dengan penilaian masing-masing peserta pelatihan.
b. Kriteria Penilaian
Penilaian dilakukan dengan skoring terhadap hasil evaluasi
terhadap penceramah/pengajar/instruktur dan penyelenggaraan
pelatihan dilakukan sebagai berikut:
NO KRITERIA PENILAIAN SKOR
1 Sangat Kurang 1
2 Kurang 2
3 Cukup 3
4 Baik 4
5 Sangat Baik 5

c. Interpretasi penilaian
Setelah dilakukan skoring dan tabulasi data hasil evaluasi
terhadap penceramah/pengajar/instruktur dan penyelenggaraan
pelatihan, selanjutnya dilakukan interpretasi terhadap data yang
telah ada. Interpretasi data dilakukan sebagai berikut:

NO KATEGORI SKOR KETERANGAN


1 < 10 Sangat Kurang
2 10 – 20 Kurang
3 21 - 30 Cukup
4 31 – 40 Baik
5 41 – 50 Sangat Baik

B. EVALUASI PASCA PELATIHAN

Evaluasi pasca pelatihan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana


penerapan kompetensi alumni peserta pelatihan dalam Pengolahan
Sampah Organik Untuk Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF).

Evaluasi pasca pelatihan dilakukan paling cepat 6 (enam) bulan


setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan. Evaluasi pasca pelatihan
dapat dilakukan menggunakan beberapa metode antara lain:

1) Pengisian Kuesioner
2) Observasi lapangan
3) Wawancara
4) Pelaporan alumni peserta pelatihan kepada penyelenggara
pelatihan
BAB VII

PENUTUP

Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Pengolahan Sampah Organik


Untuk Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF) ini dalam
penerapannya diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan
pelatihan.

Hasil evaluasi peserta, penceramah, penyelenggaraan pelatihan serta


evaluasi pasca pelatihan akan digunakan sebagai dasar untuk
melakukan review terhadap pedoman ini.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


pada tanggal : 23 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai