Anda di halaman 1dari 66

PENGARUH PEMBERIAN DAN PERILAKU MAKAN ANAK

DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59

BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN

MEKARSARI KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2020

Oleh :

Novita Wahyuni

NIM : 1611015111

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Pengaruh
Pemberian dan Perilaku Makan Anak dengan Kejadian Stunting pada Balita
Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota
Balikpapan Tahun 2020”.
Penulisan proposal skrispi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak pasti akan
sulit untuk dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si., selaku Rektor Universitas

Mulawarman.

2. Ibu Risva, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

beserta Wakil Dekan I dan II.

3. Ibu Dr. Annisa Nurrachmawati, SKM., M.Kes selaku Pembimbing 1

yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran.

4. Ibu Reny Noviasty, SKM., M.kes selaku Pembimbing 2 yang telah

memberikan petunjuk, koreksi serta saran.

5. Bapak Dr. Ismail Kamba, SKM., M.Kes selaku Penguji 1 yang telah

memberikan koreksi dan saran.

6. Ibu Nurul Afiah, S.Gz., M.Kes selaku Penguji 2 yang telah memberikan

koreksi dan saran.

7. Kedua orang tua dan teman-teman saya yang telah memotivasi dan

memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak


terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk perbaikan proposal ini di masa yang

i
akan datang. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga proposal ini
dapat memberikan manfaat dan memberikan edukasi yang baik untuk penulis
maupun pembaca.
Samarinda, Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vii

DAFTAR SINGKATAN......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................9

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu...................................................................9

2.2 Kajian Teori........................................................................................11

2.2.1 Stunting..............................................................................................11

2.2.2 Pemberian Makan Anak (Child Feeding)..........................................17

2.2.3 Perilaku Makan (Eating Behaviour)...................................................21

2.2.4 Instrumen Penelitian..........................................................................25

2.3 Kerangka Teori...................................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................30

3.1 Jenis Penelitian..................................................................................30

3.2 Subjek Penelitian...............................................................................30

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................30

3.4 Populasi dan Sampel.........................................................................31

3.5 Kerangka Konsep Penelitian..............................................................34

iii
3.6 Hipotesis Penelitian............................................................................35

3.7 Variabel Penelitian.............................................................................35

3.8 Definisi Operasional...........................................................................36

3.9 Pengumpulan Data............................................................................37

3.10 Langkah-langkah / Prosedur penelitian.............................................38

3.11 Pengolahan Data...............................................................................42

3.12 Analisis Data......................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44

LAMPIRAN.........................................................................................................47

iv
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 9
2.2 Indeks PB/U atau TB/U 16
3.1 Definisi Operasional 36

v
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
2.1 Kerangka Teori 29
3.1 Kerangka Konsep 34
3.2 Alur Penelitian 41

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul
Lampiran 1 Informed Consent
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

vii
DAFTAR SINGKATAN

Balita : (Anak) Bawah Lima Tahun

BB : Berat Badan

CEBQ : Child Eating Behaviour Questionnaire

CFQ : Child Feeding Questionnaire

HPK : Hari Pertama Kehidupan

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

IMD : Inisiasi Menyusu Dini

ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut

IUGR : Intrauterine Growth Restriction

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

PSG : Pemantauan Status Gizi

PB : Panjang Badan

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

SEAR : South East Asean Regional

TB : Tinggi Badan

UNICEF : United Nations International Children's Emergency Fund

WHO : World Health Organization

viii
DAFTAR ISTILAH

Agriculture : Pertanian

BB/U : Berat Badan menurut Umur

BB/TB : Berat Badan menurut Tinggi Badan

Cleaning : Pemeriksaan kembali data yang telah di entry ada

kesalahan atau tidak

Coding : Pemberian kode

Editing : Pemeriksaan kembali kebenaran data

Informed Consent : Lembar Persetujuan

PB/U : Panjang Badan menurut Umur

Tabulating : Proses penyajian data

TB/U : Tinggi Badan menurut Umur

Scoring : Perhitungan jumlah/skor

Simple random sampling : Pengambilan sampel penelitian yang dilakukan

secara acak sederhana.

Stunting : Pendek

Z-Score : Standar defiasi unit untuk mengetahui status gizi

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi di dunia

khususnya di negara-negara berkembang, stunting menjadi permasalahan

karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan

kematian. Data dari Joint Child Malnutrition Eltimates (2018), kejadian balita

pendek atau biasa disebut dengan stunting pada tahun 2017 terdapat

persentase sebesar 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami

stunting, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%)

sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika.

Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health

Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan

prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional

(SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017

adalah 36,4%. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG), masalah

stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi

lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk.

Prevalensi balita pendek di Indonesia mengalami penurunan maupun

peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di

Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan

manjadi 35,6%. Namun, prevalensi balita pendek kembali meningkat pada

tahun 2013 yaitu 37,2%. Pada tahun 2016 prevalensi menurun menjadi

sebesar 33,6% dan kembali menurun pada tahun 2018 yaitu sebesar

1
2

30,8%. Pada tahun 2019 prevalensi stunting juga mengalami penurunan

menjadi 27,67%. WHO menetapkan batasan masalah gizi tidak lebih dari

20%, sehingga dapat dikatakan Indonesia termasuk memiliki masalah

kesehatan masyarakat (Aryastami, 2017)

Kalimantan Timur merupakan Provinsi di Indonesia dengan

menduduki peringkat ke-14 terendah kasus stunting. Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Timur menyatakan jumlah anak usia dibawah lima

tahun yang stunting tergolong tinggi dan setiap tahun mengalami

peningkatan, dari 26,7% pada tahun 2015, menjadi 27,1% pada tahun

2016, dan kembali meningkat menjadi 30,6% pada tahun 2017. Pada

wilayah provinsi Kalimantan Timur terdapat 10 kabupaten/kota yang masuk

dalam daerah tinggi angka stunting salah satunya adalah kota Balikpapan,

dengan jumlah kasus stunting sebanyak 30,3%, dimana hal ini dikatakan

masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya lebih dari 20%.

Tingginya angka prevalensi keadaan stunting terutama pada balita

dianggap menjadi masalah yang serius dikarenakan memiliki dampak

terhadap kehidupan anak, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Dampak stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya

perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan

gangguan metabolisme tubuh (Kemenkes RI, 2016). Dampak

berkepanjangan akibat stunting yaitu kesehatan yang buruk, meningkatnya

risiko terkena penyakit tidak menular, buruknya kognitif dan prestasi

pendidikan yang dicapai pada masa kanak-kanak. Risiko tinggi munculnya

penyakit dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak
3

kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi

(Kemenkes RI, 2016).

Permasalahan stunting ditentukan oleh faktor yang

mempengaruhinya. Faktor tersebut pada setiap daerah bisa berbeda satu

sama lain. Berdasarkan (Unicef, 2013), secara langsung stunting

dipengaruhi oleh kurangnya asupan gizi masa lalu serta penyakit terutama

penyakit infeksi, dimana penyebab langsung saling mempengaruhi satu

sama lain. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola

asuh dan pola keluarga serta kesehatan lingkungan dan pelayanan

kesehatan. Akar masalah dari stunting adalah pendidikan, kemiskinan,

sosial budaya, kebijakan pemerintah, dan politik.

Seperti yang telah dijelaskan bahwasanya kejadian stunting dapat

dipengaruhi oleh faktor penyebab tidak langsung yaitu pola asuh dan pola

keluarga, keluarga dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting dalam

hal pola asuh anak. Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua dapat

mempengaruhi baik pemberian makan maupun perilaku makan anak

Pemberian makan pada anak erat kaitannya dengan asupan nutrisi, asupan

nutrisi memegang peranan penting dalam optimalisasi tumbuh kembang

pada anak (Sulistyoningsih, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian (Trisnawati et al., 2016), menunjukkan

pada masa balita merupakan masa sulit dalam pemberian makan anak,

karena anak sudah mulai aktif dan pemantauan orang tua juga sudah mulai

berkurang. Keadaan gizi balita dipengaruhi oleh pola asuh keluarga yaitu

orang tua karena pada balita masih tergantung dalam memenuhi asupan

makan dan perawatan kesehatannya. Pada penelitian (Rahman, 2018),


4

mengenai pemberian makan anak, keluarga yang menerapkan pola

pemberian makan yang baik pada balita akan mengurangi risiko stunting.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa salah satu peran orang tua

adalah bertanggung jawab atas pemenuhan nutrisi pada anaknya,

keinginan orang tua untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya seringkali

melatarbelakangi praktik pemberian makan yang kurang tepat. Praktik

pemberian makan yang kurang tepat antara lain selalu memenuhi kemauan

anak untuk mengkonsumsi makanan yang ia inginkan, bahkan melakukan

pemaksaan pada anak untuk mau mengkonsumsi makanan tertentu

(Musher-Eizenman & Holub, 2007). Berdasarkan hasil penelitian (Dranesia

et al., 2019), menunjukkan bahwa memaksa anak dalam pemberian makan

merupakan faktor yang sangat berhubungan dengan kejadian stunting pada

anak di bawah usia 5 tahun.

Balita usia 24-59 bulan termasuk dalam golongan masyarakat

kelompok rentan gizi (kelompok masyarakat yang paling mudah menderita

kelainan gizi), sedangkan pada saat itu mereka sedang mengalami proses

pertumbuhan yang relatif pesat (Azriful et al., 2018). Pada usia 24 bulan

beberapa anak mulai menjadi picky eater atau kesulitan makan sehingga

hal tersebut dapat mempengaruhi asupan nutrisi anak. Saat usia 24 bulan

anak tidak mudah dibujuk untuk mencoba makanan baru (Perlas, 2017).

Berdasarkan penelitian (Chao, 2018), menunjukkan bahwa anak

yang memiliki perilaku kesulitan makan cenderung menjadi gizi kurang,

pendek, dan memiliki IMT rendah (kurang dari persentil 15) dibandingkan

anak yang tidak mengalami kesulitan makan. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Nurmalasari et al., 2020), dimana hasilnya terdapat korelasi


5

yang signifikan antara perilaku makan pemilih makanan dengan kejadian

stunting atau balita pendek.

Kota Balikpapan merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur

yang masih terdapat kejadian stunting tertinggi pada balita. Sebesar 30.3%

balita masih mengalami stunting, hal ini menerangkan bahwa kejadian

stunting di Kota Balikpapan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

yang serius. Walaupun DKK Kota Balikpapan telah mencanangkan program

untuk mencegah dan mengatasi kejadian stunting, namun angka prevalensi

stunting masih tinggi. Berdasarkan data (Dinas Kesehatan Kota Balikpapan,

2019), menyatakan terdapat 1.889 anak yang tumbuh tidak sesuai dengan

umurnya yang didominasi anak usia 24-59 bulan yaitu dengan jumlah 1.175

anak pada tahun 2019, dan tersebar di berbagai wilayah kerja puskesmas

di Kota Balikpapan.

Puskesmas Perawatan Mekarsari merupakan salah satu Puskesmas

yang terdapat di Kota Balikpapan dan merupakan puskesmas perawatan

satu-satunya di wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah dimana letaknya yang

berada di pertengahan kota dimana seharusnya pada pertengahan kota,

dimana akses ke pelayanan kesehatan mudah dan juga mudahnya informasi

kesehatan didapat kasus stunting lebih sedikit terjadi. Namun, pada tahun

2019 di puskesmas ini tercatat balita yang mengalami keadaan stunting

sebanyak 85 kasus dengan persentase sebesar 14,57% yang merupakan

prevalensi tertinggi kedua di wilayah Kota Balikpapan.

Dari hasil studi pendahuluan, didapatkan perencanaan program gizi

Puskesmas Perawatan Mekarsari pada tahun 2019 tidak ada spesifik program

untuk mengatasi kejadian stunting dimana program yang dilakukan hanya

demo pemberian makan bayi dan balita dimana program ini juga dilaksanakan
6

bukan hanya untuk stunting saja namun dilakukan untuk gizi kurang. Pada

tahun 2020 ini tercatat ada sebanyak 74 kasus balita stunting. Berdasarkan

paparan faktor risiko diatas, maka perlu diteliti pengaruh pemberian dan

perilaku makan anak dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan

di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka yang

menjadi rumusan masalah adalah “Apakah ada pengaruh antara pemberian

dan perilaku makan anak dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59

bulan di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan

Tahun 2020?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian dan perilaku makan anak

dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah

kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan Tahun

2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu :

a. Mendeskripsikan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan

di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota

Balikpapan.
7

b. Mendeskripsikan pemberian makan anak dengan kejadian

stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan.

c. Mendeskripsikan perilaku makan balita kejadian stunting pada

balita usia 24 – 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Perawatan

Mekarsari Kota Balikpapan.

d. Mengetahui pengaruh pemberian makan orangtua pada anak

dengan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan.

e. Mengetahui pengaruh perilaku makan pada anak dengan

kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai informasi dan masukan yang diberikan kepada sektor

kesehatan terkait untuk menjadi dasar peningkatan kualitas

pertumbuhan balita serta dapat digunakan sebagai acuan untuk

upaya penurunan angka kejadian stunting di wilayah kerja

Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan.

1.4.2 Bagi Fakultas

Mendapat luaran berupa skripsi yang membahas tentang

stunting dan sebagai bahan kajian tambahan mengenai pentingnya

faktor penyebab kejadian stunting yang terjadi pada balita sehingga


8

penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dalam bentuk kajian

yang lebih mendalam.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita sehingga

terdapat upaya-upaya yang dapat dilakukan keluarga untuk

mencegah terjadinya stunting pada balitanya.

1.4.4 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan keterampilan serta

mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan dan

mengetahui pengaruh pemberian dan perilaku makan dengan

kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Metode
Penelitian
Judul dan Variabel (Jenis, Desain,
No. Peneliti Hasil
Tahun Penelitian Populasi dan
Sampel, Analisis
Data)
1. Farah Danita Pengaruh Pola Variabel Jenis penelitian Hasil penelitian
Rahman Pemberian Independen Observasional menunjukkan besaran
Makanan (Pola analitik, risiko pada pola
Terhadap Pemberian menggunakan pemberian makan
Kejadian Makanan) rancangan Case sebesar 5,1 yang artinya
Stunting Pada Variabel Control. Populasi keluarga yag
Balita (Studi di Dependen penelitian menerapkan pola
Wilayah Kerja (Kejadian sebanyak 12.459 pemberian makan yang
Puskesmas Stunting) balita dan sampel baik pada balita akan
Sumberjambe, penelitian sebesar mengurangi risiko
Kasiyan, dan 142 responden stunting. Uji analisis
Puskesmas (71 kasus dan 71 menunjukkan nilai
Sumberbaru kontrol). Analisis koefisien pengaruh
Kabupaten data dilakukan sebesar 1,7
Jember). Tahun secara bivariat menunjukkan bahwa
2018 menggunakan uji terdapat pengaruh yang
Regresi Logistik. searah antara pola
pemberian makan
terhadap kejadian
stunting.
2. Risna Galuh Hubungan Variabel Jenis Penelitian Prevalensi baduta
Septamarini, Pengetahuan Independen observasional, stunting di Kelurahan
Nurmasari dan Sikap (Pengetahu dengan Bandarharjo 22,6%.
Widyastuti Responsive an dan pendekatan Case Rerata pengetahuan
dan Rachma Feeding Sikap Control. Banyak dan sikap RF kelompok
Purwanti dengan Responsive subjek kelompok kasus 59,4% rendah,
Kejadian Feeding) kasus 32 baduta 68,7% kurang sesuai,
Stunting Pada Variabel dan kelompok pada kelompok kontrol
Baduta Usia 6- Dependen kontrol 32 baduta, 87,5% cukup, 72,9%
24 bulan di (Kejadian dipilih secara cukup sesuai. Terdapat
Wilayah Kerja Stunting) purposive hubungan antara
Puskesmas sampling dengan pengetahuan dan sikap
Bandarharjo, matching dan RF dengan kejadian
Semarang. menggunakan stunting pada baduta
Tahun 2019 rasio 1:1. Data usia 6-24 bulan
dianalisis (p=0,000;OR=10,2;CI=3,
univariat dan 76-27,75);
bivariat dilakukan (p=0,003;OR=5,6;CI=2,1
dengan uji chi- 7-21,67).
square, dan OR
digunakan untuk
mengetahui besar
resiko.
3. Dewi Yuni Hubungan Variabel Jenis penelitian Hasil uji statistic
Yati Pola Independen study korelasi menunjukkan ada

9
10

Metode
Penelitian
Judul dan Variabel (Jenis, Desain,
No. Peneliti Hasil
Tahun Penelitian Populasi dan
Sampel, Analisis
Data)
Pemberian (pola dengan hubungan pola
Makan pemberian pendekatan cross pemberian makan
makan) sectional. Sampel dengan stunting pada
dengan Variabel terdiri dari 30 balita usia 36-59 bulan
Stunting Dependen responden ibu di Desa Mulo dan
pada Balita (Kejadian dan balita Wunung di Wilayah
Usia 36-59 Stunting) stunting usia 36- Kerja Puskesmas
bulan di 59 bulan dengan Wonosari I dengan nilai
teknik purposive p-value (0,001 < 0.05).
Desa Mulo sampling. Analisis
dan Wunung data
di Wilayah menggunakan
Kerja Kendall tau.
Puskesmas
Wonosari I
4. Chikita Perbedaan Variabel di Hasil penelitian
Sarifah Perilaku Makan Independen menunjukkan
Rahmaniar pada Anak (Perilaku
T. Balita Status Makan) bahwa berdasarkan
Gizi Normal Variabel uji yang telah
dan Kurang di Dependen dilakukan
Kelurahan (Status Gizi menunjukkan tidak
Joho, Kec. Normal dan ada perbedaan
Mojolaban, Kurang)
Kab. Sukoharjo. perilaku makan
Tahun 2018 anak status gizi
normal dan kurang
(p=0,670). Tidak
terdapat perbedaan
perilaku makan
anak status gizi
normal dan status
gizi kurang di
Kelurahan Joho
Kecamatan
Mojolaban
Kabupaten
Sukoharjo.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah terletak pada variabel penelitian. Pada penelitian terdahulu peneliti

ingin mengetahui hubungan variabel bebas yaitu pola pemberian makan

dengan stunting sebagai variabel terikatnya. Sedangkan pada penelitian ini,

peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian makan anak oleh orang tua
11

menurut praktik kontrol orang tua dan sikap mengenai pemberian makan

kepada anaknya hal ini tidak terdapat pada penelitian terdahulu. Kemudian

pada penelitian terdahulu yang lain peneliti ingin mengetahui perbedaan

perilaku makan balita dengan status gizi balita sebagai variabel terikatnya.

Oleh karena itu pada penelitian ini ditambahkan pula variabel bebas

mengenai perilaku makan anak. Sehingga pada penelitian ini peneliti ingin

mengetahui pengaruh kedua variabel tersebut yaitu pemberian dan perilaku

makan anak dengan kejadian stunting pada balita. Hal lain yang

membedakan penelitian ini yaitu pada lokasi penelitian dimana karakteristik

lokasi penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Stunting
2.2.1.1 Definisi Stunting

Stunting atau tubuh pendek merupakan akibat

kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di masa

lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk

gizi kurang pada anak (Kemenkes RI, 2015). Stunting atau

sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal

tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita)

akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama

pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu

dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak tergolong

stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di

bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak

seumurnya, sedangkan dikatakan sangat pendek apabila


12

hasil z-score dibawah minus 3 standar deviasi (Kemenkes

RI, 2016).

2.2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stunting

Menurut (Batubara, 2010), faktor-faktor penyebab

stunting erat hubungannya dengan kondisi-kondisi yang

mendasari kejadian tersebut, kondisi-kondisi yang

mempengaruhi faktor penyebab stunting terdiri atas: kondisi

politik ekonomi wilayah setempat, status pendidikan, budaya

masyarakat, agriculture dan sistem pangan, kondisi air,

sanitasi, dan lingkungan. Kondisi-kondisi tersebut dapat

mempengaruhi munculnya faktor penyebab sebagai berikut.

a. Faktor keluarga dan rumah tangga

Faktor maternal, dapat dikarenakan nutrisi yang

buruk selama prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi.

Selain itu juga dipengaruhi perawakan ibu yang pendek,

infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa, IUGR dan

persalinan prematur, jarak persalinan yang dekat, dan

hipertensi. Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh

stimulasi dan aktivitas yang tidak adekuat, penerapan

asuhan yang buruk, ketidakamanan pangan, alokasi

pangan yang tidak tepat, rendahnya edukasi pengasuh.

b. Complementary feeding yang tidak adekuat


13

Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas

micronutrient yang buruk, kurangnya keragaman dan

asupan pangan yang bersumber dari pangan hewani,

kandungan tidak bergizi, dan rendahnya kandungan

energi pada complementary foods. Praktik pemberian

makanan yang tidak memadai, meliputi pemberian

makan yang jarang, pemberian makan yang tidak

adekuat selama dan setelah sakit, konsistensi pangan

yang terlalu ringan, kuantitas pangan yang tidak

mencukupi, pemberian makan yang tidak berespon.

Bukti menunjukkan keragaman diet yang lebih

bervariasi dan konsumsi makanan dari sumber hewani

terkait dengan perbaikan pertumbuhan linear. Analisis

kterbaru menunjukkan bahwa rumah tangga yang

menerapkan diet yang beragam, termasuk diet yang

diperkaya nutrisi pelengkap, akan meningkatkan asupan

gizi dan mengurangi risiko stunting.

c. Beberapa masalah dalam pemberian ASI

Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI

meliputi Delayed Initiation, tidak menerapkan ASI

eksklusif, dan penghentian dini konsumsi ASI. Sebuah

penelitian membuktikan bahwa menunda inisiasi

menyusu (Delayed initiation) akan meningkatkan

kematian bayi. ASI eksklusif didefinisikan sebagai

pemberian ASI tanpa suplementasi makanan maupun


14

minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu

selain ASI. IDAI merekomendasikan pemberian ASI

eksklusif selama 6 bulan pertama untuk mencapai

tumbuh kembang optimal. Setelah enam bulan, bayi

mendapat makanan pendamping yang adekuat

sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia bulan. Menyusui

yang berkelanjutan selama dua tahun memberikan

kontribusi signifikan terhadap asupan nutrisi penting

pada bayi.

d. Infeksi

Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu

infeksi enterik seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat

juga disebabkan oleh infeksi pernafasan (ISPA), malaria,

berkurangnya nafsu makan akibat serangan infeksi, dan

inflamasi.

e. Kelainan endokrin

Terdapat beberapa penyebab perawakan pendek

diantaranya dapat berupa variasi normal, penyakit

endokrin, displasia skeletal, sindrom tertentu, penyakit

kronis dan malnutrisi. Pada dasarnya perawakan pendek

dibagi menjadi dua yaitu variasi normal dan keadaan

patologis. Kelainan endokrin dalam faktor penyebab

terjadinya stunting berhubungan dengan defisiensi GH,

IGF- 1, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, diabetes

melitus, diabetes insipidus, rickets hipopostamemia.


15

Pada referensi lain dikatakan bahwa tinggi badan

merupakan hasil proses dari faktor genetik (biologik),

kebiasaan makan (psikologik) dan terpenuhinya

makanan yang bergizi pada anak (sosial).

2.2.1.3 Dampak Stunting

Menurut World Health Organization (WHO), dampak

yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak

jangka pendek dan jangka panjang.

a. Dampak Jangka Pendek.

1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;

2) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada

anak tidak optimal;

3) Peningkatan biaya kesehatan.

b. Dampak Jangka Panjang.

1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih

pendek dibandingkan pada umumnya);

2) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;

3) Menurunnya kesehatan reproduksi;

4) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal

saat masa sekolah;

5) kProduktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

2.2.1.4 Penilaian Status Gizi Stunting

Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan

adalah dengan cara penilaian antropometri. Secara umum


16

antropometri berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks

antropometri yang sering digunakan adalah BB/U, TB/U, dan

BB/TB yang dinyatakan dengan standar deviasi unit z (z

score) (Supariasa, 2012). Stunting dapat diketahui bila

seorang balita sudah diketahui usianya dan diukur panjang

atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar dan

hasilnya berada di bawah normal. Jadi, secara fisik balita

stunting akan lebih pendek dibandingkan balita seumurnya.

Perhitungan ini menggunakan standar z-score dari WHO.

Tabel 2.2 Indeks PB/U atau TB/U


Kategori Ambang Batas
Indeks
Status Gizi (Z-Score)
Panjang badan Sangat pendek < -3 SD
menurut umur Pendek -3SD s/d <-2SD
(PB/U) atau tinggi Normal -2SD s/d +3SD
badan menurut Tinggi +3SD
umur (TB/U) anak 0-
60 bulan
Sumber: Standar Antropometri Anak Permenkes No. 2

(Kemenkes RI, 2020)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada

keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti

berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah

kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiansi

zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu

yang relatif lama (Supariasa, 2012). Stunting dapat


17

didiagnosis melalui indeks antropometri PB/U atau TB/U

yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada

pra dan pasca persalinan.

2.2.2 Pemberian Makan Anak (Child Feeding)

Perilaku adalah segala bentuk tanggapan dari individu terhadap

lingkungannya dan merupakan suatu perwujudan dari adanya

kebutuhan. Mewujudkan sikap dalam pemberian makanan bergizi

menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Tingkatan

praktik adalah mulai dari persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan

adaptasi. Dalam perilaku pemberian makanan bergizi ini dapat

terlihat dari ibu bisa memilih makanan yang bergizi bagi keluarganya

terutama balita, serta ibu dapat pula memilih bahan makanan yang

bergizi tinggi berdasarkan bahan yang murah dan sederhana

(Notoatmodjo, 2002).

2.2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makan

Menurut (Sulistyoningsih, 2011), faktor-faktor yang

mempengaruhi yaitu meliputi :

a. Faktor Ekonomi

Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam

mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan

keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan

meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan

kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

b. Faktor Sosial Budaya


18

Pantangan dalam mengkonsumsi makanan tertentu

dapat dipengaruhi oleh faktor budaya/kepercayaan.

Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada

umumnya mengandung perlambang atau nasihat yang

dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun

menjadi kebiasaan/adat. Budaya mempengaruhi

seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan,

bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya

serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana

pangan tersebut dikonsumsi.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses

pembelajaran untuk mengembangkan atau

meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan

turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap pengetahuan yang mereka peroleh.

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

pengetahuan dan perilaku seseorang, hal ini

dikarenakan tingkat pendidikan yang terlalu rendah

akan sulit memahami pesan atau informasi yang

disampaikan. Pendidikan bagi seseorang ibu sangat

penting dan tepat terutama dalam merawat anak.

d. Lingkungan
19

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya

terhadap pembentukan perilaku makan. Kebiasaan

makan pada keluarga sangat berpengaruh besar

terhadap pola makan seseorang, kesukaan seseorang

terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan

yang terdapat dalam keluarga.

e. Usia Ibu

Umur berpengaruh dalam proses belajar

menyesuaikan diri, seiring dengan bertambahnya umur

seseorang maka semakin banyak pengalaman yang

didapat dari lingkungan dalam membentuk perilakuya.

Semakin bertambah umur, ibu akan mempunyai

pengalaman yang lebih banyak dari lingkungannya

dalam pola asuh anak khususnya dalam perilaku

pemberian makan bagi anaknya.

2.2.1.2 Praktik Kontrol dan Sikap Orang Tua dalam Pemberian

Makan

Penelitian (Birch et al., 2001), menjelaskan bahwa

praktik kontrol dan sikap orang tua dalam pemberian

makan dibagi dalam tiga aspek yaitu :

a. Pembatasan Makan (Restriction)

Pembatasan makanan merupakan kontrol terlalu

tinggi terhadap apa dan berapa banyak makanan yang

anak makan. Orang tua seringkali berusaha membatasi

konsumsi makanan tertentu pada anaknya dengan cara


20

yang tidak tepat. Menurut Perdani (2016), orang tua

berusaha membatasi makanan cepat saji bagi anak.

Orang tua memiliki tujuan baik dengan melakukan

tindakan tersebut, namun tindakan pembatasan

terhadap konsumsi makanan tertentu akan semakin

meningkatkan minat anak terhadap makanan tersebut.

b. Tekanan untuk Makan (Pressure to eat)

Santoso et al mendefinisikan tekanan untuk makan

sebagai tindakan mendorong anak untuk makan.

Bentuk lain dari tekanan yang seringkali dilakukan

orang tua adalah membentak, berkata kasar, memaksa

anak untuk makan makanan yang disediakan. Tekanan

yang dilakukan orangtua agar anak mau makan atau

menghabiskan makanannya akan mengganggu

psikologis anak. Anak akan merasa bahwa aktivitas

makan merupakan aktivitas yang tidak menyenangkan

sehingga anak akan kehilangan nafsu makan yang

akan berdampak pada pertumbuhannya (Perdani et al.,

2017).

c. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan pola makan anak penting bagi

pertumbuhan, anak seringkali makan apa saja yang

mereka sukai, oleh karena itu penting orang tua untuk

memantau nutrisi anak. Ketika pola makan anak teratur


21

maka gizi anak tercukupi dan terhindar dari masalah

kesehatan (Perdani et al., 2017).

2.2.3 Perilaku Makan (Eating Behaviour)

2.2.3.1. Definisi

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

yang dilakukan oleh organisme (makhluk hidup). Skiner,

seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku adalah

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku manusia pada dasarnya

merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai kegiatan yang sangat luas seperti

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,

membaca dan seterusnya (Notoatmodjo, 2005).

Makan dan perilaku terhadap makanan berpusat pada

keluarga selama masa kanak-kanak. Perilaku makan anak

pertama kali dipengaruhi oleh keluarga, karena anak

terlahir tanpa kemampuan untuk memilih makanan, mereka

belajar makan melalui pengalaman dan pendidikan dalam

keluarga. Kebiasaan makan sangat berkaitan dengan

budaya dan pilihan serta pola individu dalam keluarga.

Orang tua dapat berperan sebagai pendidik gizi melalui

interaksi keluarga untuk mempengaruhi kebiasaan makan


22

anak. Pemilihan makanan, jumlah, waktu makan dapat

dibentuk melalui kelompok sosial (Wong, 2014).

Beberapa literatur mendefinisikan perilaku makan

(eating behaviour) sebagai cara seseorang berfikir,

berpandangan dan berpengetahuan tentang makanan, apa

yang terdapat dalam perasaan dan pandangan tersebut

dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih

makanan. Apabila keadaan tersebut terus menerus

berulang maka tindakan itu akan menjadi kebiasaan

makan. Perilaku makan anak adalah cara atau perilaku

yang ditempuh anak untuk memilih makanan berdasarkan

ketertarikan terhadap makanan, keinginan untuk makan,

perasaan saat makan, dan pemilihan jenis makanan baru

(Suwiji, 2006).

2.2.3.2. Klasifikasi Perilaku Makan Balita

Menurut (Wardle et al., 2001), klasifikasi perilaku

makan anak dapat dibagi menjadi dua golongan besar,

yaitu :

1. Penyuka Makanan (Food Approach)

Penyuka makanan merupakan suatu kondisi dimana

anak menyukai makanan atas dasar ketertarikan pada

makanan (enjoyment of food), keinginan untuk selalu

makan (food reponsiveness), perasaan atau emosi

(takut, terganggu, marah atau senang) ketika sedang


23

makan (emotional overeating), dan keinginan untuk

selalu minum (desire to drink).

2. Penghindar Makanan (Food Avoidance)

Penghindar makanan adalah suatu kondisi dimana

anak kurang tertarik terhadap makanan atas dasar nafsu

makan yang sedikit, mudah merasa kenyang (satiety

reponsiveness), berkurangnya kecepatan saat makan

(slowness in eating) dimana makan membutuhkan waktu

lebih dari 30 menit, asupan makanan yang berkurang

berhubungan dengan emosional saat marah, sedih dan

lelah (emotional undereating), serta hanya menyukai

jenis makanan tertentu dan menolak jenis makanan baru

(food fussiness).

2.2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan

Perilaku makan dipengaruhi oleh beberapa faktor

sebagai berikut:

1. Tekanan Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga dapat dipengaruhi

oelh pendidikan orangtua yang salh satunya

digambarkan dengan tingkatan tekanan ekonomi

keluarga. Tekanan ekonomi keluarga dapat

mengidentifikasikan ada atau tidaknya kelangkaan

sumber daya keluarga dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari dan berpengaruh terhadap proses

pengasuhan dan hubungan dalam keluarga serta makan


24

anak. Status sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh

terhadap ketersediaan pangan keluarga dan status gizi

anggota keluarganya (Hidayat, 2008).

2. Pola Asuh Keluarga

Keluarga mempunyai peran yang sangat penting

dan mempunyai pengaruh paling kuat serta merupakan

sumber institusi paling awal dalam mensosialisasikan

anak-anaknya, bayi laki-laki maupun perempuan sesuai

dengan nilai-nilai keluarga dan norma masyarakat yang

dianut. Pengasuhan yang dilakukan oleh ayah dan ibu

memberi pengaruh baik secara langsung maupun tidak

langsung pada perilaku makan anak. Pengasuhan

sangat penting untuk mengembangkan pola makan

secara secara sehat (Blissett, 2011).

3. Hubungan Orangtua dan Anak

Kualitas hubungan orangtua dan anak dapat

berdampak langsung pada perilaku positif makan anak.

Orangtua berperan memberikan contoh dalam pemilihan

makanan dan mengkonsumsi makanan. Berdasarkan

hasil suatu penelitian, semakin tinggi kasih sayang

antara orangtua dan anak maka akan menciptakan rasa

kepuasaan dan kebahagiaan serta kualitas interaksi

yang lebih baik antara orangtua dan anak (Hidayat,

2008).

2.2.3.4. Karakteristik Perilaku Makan Balita


25

Pada umumnya, balita memiliki perilaku makan yang

khas seperti nafsu makan berkurang, anak lebih tertarik

pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungan

daripada makan, anak mulai senang mencoba jenis

makanan baru, selain itu juga mempunyai makanan yang

disukai dan tidak disukai. Makanan yang disukai balita

umumnya adalah minuman, buah-buahan, daging, permen,

kue yang mudah dipegang dan dimakan. Sementara itu,

makanan yang tidak disukai umumnya adalah sayuran

yang dimasak, makanan kombinasi dan hati. Balita juga

seringkali makan sambil bermain (Lewinsohn et al., 2005).

Perilaku khas lainnya yaitu, balita dapat terus makan

dimana satu makanan lebih disukai selama beberapa hari.

Balita umumnya juga tidak mau makan dalam jumlah yang

banyak, hanya makan beberapa jenis makanan tertentu

dalam beberapa hari seperti chicken nuggets dan ayam

goreng (Muscari, 2005).

Balita juga cenderung memiliki nafsu makan yang

kurang, mereka lebih tertarik pada aktivitas bermain

dengan teman atau lingkungan daripada makanan, anak

mulai senang mencoba jenis makanan baru, waktu makan

merupakan kesempatan yang baik bagi balita untuk belajar

bersosialisasi dengan keluarga. Namun, terdapat pula

balita yang tidak mau mengkonsumsi jenis makanan baru,

tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi


26

seimbang setiap harinya, dan biasanya mereka juga tidak

menghabiskan makanan dipiringnya (Muscari, 2005).

2.2.4 Instrumen Penelitian

2.2.4.1 Child Feeding Questionnaire (CFQ)


Child Feeding Questionnaire (CFQ), merupakan self-

report (laporan diri) untuk mengukur atau menilai keyakinan,

sikap, dan praktik orang tua terkait pemberian makan anak,

CFQ dirancang untuk digunakan dengan orang tua anak-

anak yang berusia mulai dari 2 hingga 11 tahun (Birch et al.,

2001). Sebelum CFQ yang digunakan dalam penelitian ini

terdapat 3 tahap pengembangan CFQ. Tahap pertama CFQ

(Birch & Fisher, 1995), terdiri 24 item pertanyaan, pada versi

ini CFQ digunakan menilai sikap, kepercayaan, dan

kecenderungan orang tua menggunakan kontrol dalam

memberikan makan anaknya.

Tahap kedua pengembangan, pada tahap ini hasil

analisis pada CFQ yang sebelumnya (Birch & Fisher, 1995),

diungkapkan bahwa faktor yang menilai kontrol orang tua

dalam memberikan makan anaknya dikategorikan menjadi

tiga faktor yang berbeda yaitu, tentang kekhawatiran tentang

berat badan anak, berat badan anak yang dirasakan, dan

berat badan orang tua yang dirasakan.

Pada tahap ketiga pengembangan, hal-hal yang

menyangkut tanggung jawab yang dirasakan orang tua untuk

tugas pemberian makan anak ditambahkan untuk

memfasilitasi pemahaman tentang faktor yang mungkin


27

menimbulkan penggunaan kontrol orang tua dalam

memberikan makan pada anak. Pada tahap ini dijelaskan

bahwa orang tua cenderung menggunakan dua jenis kontrol

yang berbeda, yaitu menekan anak untuk makan dan

membatasi anak mengkonsumsi makanan ringan. Oleh

karena itu, pada tahap ini item pertanyaan batasan orang tua

dan tekanan untuk makan ditambahkan pada CFQ,

kemudian ditambahkan pula pemantauan orang tua.

Child Feeding Questionnaire yang digunakan pada

penelitian ini merupakan CFQ yang mengambil tiga faktor saja

yaitu untuk menilai perilaku kontrol dan sikap orangtua

mengenai praktik pemberian makan termasuk mengurangi

makan anak, memaksa anak untuk makan dan pemantauan.

2.2.4.2 Child Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ)

Child Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ)

merupakan parent-report (laporan orang tua) yang dirancang

untuk menilai variasi gaya makan di kalangan anak-anak. Di

masa lalu, sejumlah instrumen psikometri telah

dikembangkan untuk menilai perilaku makan pada anak-

anak, termasuk Dutch Eating Behaviour Questionnaire,

Children’s Eating Behaviour Inventory (CEBI), dan BATMAN

(Bob and Tom’s Method of Assesing Nutrition) (Sleddens et

al., 2008).

Secara umum, CEBQ dianggap sebagai salah satu

instrumen paling komprehensif dalam menilai perilaku makan

anak-anak. Instrumen ini telah dikembangkan dan divalidasi


28

di Inggris dan telah digunakan untuk tujuan penelitian yang

berbeda, misalnya untuk menguji hubungan dengan Indeks

Massa Tubuh, untuk membandingkan preferensi nafsu

makan pada anak-anak dengan orang tua yang kurus dan

gemuk, untuk menemukan kesinambungan dan stabilitas

perilaku makan anak sepanjang waktu, serta untuk

memeriksa perilaku makan anak yang mengalami tubuh

pendek idiopatik (Wudy et al., 2005).

Child Eating Behaviour Questioannaire terdiri dari

delapan skala berikut :

1. Responsif terhadap makanan

2. Makan berlebih secara emosional

3. Kenikmatan saat makan

4. Keinginan untuk minum

5. Respon kenyang

6. Lambatnya makan

7. Kurangnya makan secara emosional

8. Kerewelan saat makan

Skala responsif terhadap makanan dan kenikmatan pada

makanan mencerminkan makan sebagai isyarat lingkungan.

Skala keinginan untuk minum mencerminkan keinginan

anak-anak untuk membawa minuman saat sedang

melakukan aktivitas, biasanya minuman yang berasa atau

minuman manis. Beberapa penelitian menemukan bahwa

Indeks Masa Tubuh berhubungan positif dengan sering


29

mengkonsumsi minuman yang manis (Ludwig et al., 2001).

Salah satu penelitian juga menunjukkan hubungan yang

signifikan antara keinginan untuk minum dengan kejadian

balita pendek (Dranesia et al., 2019).

Skala respon kenyang pada anak mewakili kemampuan

pada anak untuk mengurangi asupan makanan setelah

mengatur asupan energinya. Skala selanjutnya adalah

lambatnya makan pada anak, ditandai dengan berkurangnya

tingkat makan sebagai akibat dari kurangnya kenikmatan

dan minat pada makanan (Viana et al., 2008).

Skala kerewelan dalam makan biasanya didefinisikan

sebagai penolakan sejumlah makanan yang sudah dikenal

serta makanan baru, dengan demikian mengarah kepada

konsumsi berbagai makanan yang tidak memadai. Skala

makan berlebihan secara emosional dan kurang makan

secara emosional dapat dikarakteristikkan dengan

peningkatan atau penurunan makan yang menggambarkan

berbagai emosi negatif seperti kemarahan dan kecemasan

(Viana et al., 2008).


30

2.3 Kerangka Teori


Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan berikut faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap kejadian stunting. Kerangka teori

kejadian stunting dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : UNICEF (2013)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian

observasional analitik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik

untuk mengetahui hubungan suatu faktor resiko (variabel independen)

terhadap kejadian tertentu (variabel dependen) dengan rancangan case

control. Pada studi kasus kontrol (case control) penelitian dilakukan dengan

mengidentifikasi dan membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok kasus

dan kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah balita stunting usia 24-59 bulan

sebagai kelompok kasus dan balita yang tidak mengalami kejadian

stunting sebagai kelompok kontrol yang berada di wilayah kerja Puskesmas

Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Perawatan

Mekarsari Kota Balikpapan pada bulan Juli hingga bulan Agustus tahun

2020.

31
31

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah

balita di wilayah kerja puskesmas Perawatan Mekarsari Kota

Balikpapan pada tahun 2020 yang akan dibagi menjadi dua populasi

yaitu populasi kasus dan populasi kontrol.

Populasi kasus dalam penelitian ini sebanyak 74 balita stunting

pada tahun 2020 di wilayah kerja puskesmas Perawatan Mekarsari.

Sedangkan, populasi kontrol dalam penelitian ini adalah balita yang

tidak mengalami stunting berdasarkan indikator tinggi badan menurut

umur (TB/U) di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota

Balikpapan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam,

2017). Sampel dalam penelitian ini adalah balita stunting yang berada

di wilayah kerja dengan :

a. Kriteria inklusi sampel kasus sebagai berikut :

1) Ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan dan bersedia menjadi

responden.

2) Balita terkategori stunting pada saat penelitian berdasarkan

data dari Puskesmas Perawatan Mekarsari.

3) Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari


32

4) Bersedia menjadi responden.

5) Ibu yang nomor handphone nya tercatat pada data

puskesmas/posyandu.

b. Kriteria inklusi sampel kontrol sebagai berikut :

1) Ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan dan bersedia menjadi

responden.

2) Balita tidak terkategori malnutrisi.

3) Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari

4) Bersedia menjadi responden.

5) Ibu yang nomor handphone nya tercatat pada data

puskesmas/posyandu.

c. Kriteria eksklusi sebagai berikut :

1) Balita yang sedang menderita penyakit bawaan lahir atau

kronis.

2) Ibu yang memiliki balita pada saat lahir terkategori BBLR.

3) Ibu yang memiliki balita pada saat lahir mengalami

prematur/kelahiran tidak cukup bulan.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan uji dua arah.

Berikut adalah rumus studi kasus kontrol untuk menentukan jumlah

sampel.

n1 =n2=¿ ¿

Catatan:

Q1 = (1-P1)

Q2 = (1-P2)
33

P = ½ (P1 + P2)

Q = ½ (Q1 + Q2)

Keterangan:

n1=n2 : Besar sampel pada masing-masing kelompok kasus dan

kontrol.

Zα : Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan

kemaknaan α (untuk α = 0,05 adalah 1,96).

Zβ : Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan

kuasa (power) sebesar diinginkan (untuk β = 0,10 adalah

1,28).

P : Perkiraan Proporsi.

P1 : Perkiraan proporsi paparan pada kelompok kasus

(stunting) sebesar 30,8% (Riskesdas, 2018).

P2 : Perkiraan proporsi paparan pada kelompok kontrol

sebesar 73,1% (Setiawan, 2018).

Perkiraan besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

n1 =n2=¿ ¿

¿¿¿

n1 =n2=¿ ¿

4,85871749
n1 =n2=
0,178929

n1 =n2=27,15

n1 =n2 ≈ 27
34

Besar sampel berdasarkan perhitungan diatas adalah 27

responden. Sehingga besar sampel untuk masing masing kasus dan

kontrol yaitu sebesar 27 responden dengan perbandingan 1:1 dan total

sampel sebesar 54 responden. Menggunakan matching jenis kelamin

dan usia pada kelompok kontrol.

4. Teknik Sampling / Cara Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,

yaitu dengan melihat kriteria inklusi dan eksklusi. Alasan pemilihan

sampel dengan menggunkan purposive sampling adalah karena tidak

semua sampel memiliki kriteria inklusi dan eksklusi sesuai dengan yang

telah penulis tentukan. Oleh karena itu, sampel yang dipilih sengaja

ditentukan berdasarkan kriteria tersebut yang telah ditentukan oleh

penulis untuk mendapatkan sampel yang representatif (Sugiyono,

2017).

3.5 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini untuk mengetahui pengaruh

pemberian dan perilaku makan anak dengan kejadian stunting. Dari hasil

tinjauan kepustakaan maka dapat dikembangkan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut:


35

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


3.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Ada pengaruh pemberian makan orangtua pada anak terhadap kejadian

stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan.

b. Ada pengaruh perilaku makan pada anak terhadap kejadian stunting

pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Perawatan

Mekarsari Kota Balikpapan.

3.7 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (Sugiyono, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah pemberian dan perilaku makan pada anak.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian

stunting pada balita usia 24-59 bulan.


36

3.8 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Alat Skala
No. Variabel Kriteria
Operasional Ukur Ukur
1 Stunting Hasil pengukuran Menggu Klasifikasi Ordinal
antropometri tinggi nakan 1. Stunting, jika
badan yang data rentang Z-
dilakukan oleh sekunde score TB/U
Pendek (-3
puskesmas dan r
SD s/d <-2
dikategorikan SD)
menurut tabel Z- Sangat
Score tinggi badan pendek (<-3
menurut umur. SD)
2. Normal jika
Z-score
TB/U (≥-2
SD s/d
+3SD)
(Permenkes
No. 02, 2020)

2 Pemberian Untuk mengukur 3 Kuisione 1. Kategori Ordinal


Makan faktor praktik control r (CFQ) Tinggi ( >
pada Anak orang tua dan sikap median)
mengenai pemberian 2. Kategori
Rendah(≤
makan anak sebagai
median)
berikut: pembatasan (Birch LL, et al,
makanan (8 2001)
pertanyaan), tekanan
untuk makan (4
pertanyaan) dan
pemantauan (3
pertanyaan)
3 Perilaku Perilaku makan yang Kuisione 1. Penyuka Ordinal
Makan dilaporkan oleh r makanan:
pada Anak orang tua yang (CEBQ) a. Tinggi : >
meliputi: median
b. Rendah:
a. Penyuka
< median
makanan 2. Penghindar
(kesukaan pada makanan:
makanan, a. Tinggi : >
keinginan untuk median
selalu makan, b. Rendah :
emotional < median
overeating, (Wardle, et
keinginan untuk al, 2001)
selalu minum.
37

Definisi Alat Skala


No. Variabel Kriteria
Operasional Ukur Ukur
b. Penghindar
makanan (makan
cepat/lambat,
emotional
undereating,pemil
ih makanan.

3.9 Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung

secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang

dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka (Sugiyono, 2013).

Dalam kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang

dilakukan dengan meto daring/online menggunakan google forms.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung

dengan memberikan pertanyaan melalui kuesioner online.

b. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah balita yang

terkategori stunting dan data balita yang tidak terkategori malnutrisi

di wilyah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari.

3. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara pengumpulan

data yaitu:

a. Wawancara
38

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan wawancara kepada pihak terkait seperti ahli gizi

puskesmas Puskesmas Perawatan Mekarsari untuk mengetahui

jumlah balita yang mengalami stunting sebagai data awal

penelitian.

b. Kuesioner

Kuesioner online merupakan teknik pengumpulan data berbasis

web yang dapat dilakukan secara cepat menggunakan aplikasi

internet computer atau laptop dan handphone. Kuesioner online

dalam penelitian ini adalah menggunakan Child Feeding

Questionnaire dan Child Eating Behaviour Questionnaire.

3.10 Langkah-langkah / Prosedur penelitian

3.10.1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat pengumpul data

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati. Dengan demikian, penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk

mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah (Sugiyono,

2013).

3.10.2. Form Karakteristik Diri/Data Umum Responden

Form yang berisi tentang data diri responden seperti nama Ibu,

nama balita, tanggal lahir balita, jenis kelamin balita, riwayat ASI

eksklusif, riwayat IMD, Riwayat Imunisasi, pendidikan terakhir ibu,

penghasilan rumah tangga dan alamat.

1. CFQ/Child Feeding Questionaire


39

Child Feeding Questionnaire ini berisi 15 pertanyaan yang

menilai tiga faktor untuk mengukur praktik kontrol orang tua dan

sikap mengenai pemberian makan anak sebagai berikut:

pembatasan makanan (8 pertanyaan), tekanan untuk makan (4

pertanyaan) dan pemantauan (3 pertanyaan). Dalam CFQ ini

digunakan skala rating dengan pilihan jawaban 1 sampai 5 pilihan

jawaban untuk menunjukkan pemberian makan pada anak. Lima

pilihan jawaban tersebut berbeda pada setiap faktor-faktor tersebut.

1) Pembatasan makan

(1) Angka 1 menandakan “sangat tidak setuju”,

(2) Angka 2 mendandakan “tidak setuju”,

(3) Angka 3 menandakan “ragu-ragu”,

(4) Angka 4 menandakan “setuju”,

(5) Angka 5 menandakan “sangat setuju”.

2) Tekanan untuk makan

(1) Angka 1 menandakan “sangat tidak setuju”,

(2) Angka 2 mendandakan “tidak setuju”,

(3) Angka 3 menandakan “ragu-ragu”,

(4) Angka 4 menandakan “setuju”,

(5) Angka 5 menandakan “sangat setuju”.

3) Pemantauan

(1) Angka 1 menandakan “tidak pernah”,

(2) Angka 2 menandakan “jarang”,

(3) Angka 3 menandakan “kadang-kadang”,

(4) Angka 4 menandakan “sebagian besar waktu”,


40

(5) Angka 5 menandakan “selalu”.

2. CEBQ/Child Eating Behaviour Questionnaire

Child eating behaviour questionnaire yang digunakan pada

penelitian ini untuk mengetahui perilaku makan anak yang dibagi

menjadi 2 yaitu, penyukan makan dan penghindar makanan.

Kuesioner ini berisi dari 35 butir pertanyaan. Setiap butir memiliki 5

kemungkinan jawaban yaitu tidak pernah (1), jarang (2), kadang-

kadang (3), sering (4), selalu (5).

3.10.3. Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Alat tulis, yaitu pulpen, buku tulis dan laptop/komputer.

2. Kuesioner online, sebagai alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data.

3. Informed Consent, sebagai alat yang digunakan untuk meminta

persetujuan menjadi responden penelitian.

3.10.4. Alur Penelitian


41

Melakukan kajian skala kecil


Menentukan focus penelitian
Pra Penelitian Studi yang relevan

Identifikasi permasalahan
Studi Pustaka
Perencanaan Menentukan Metode penelitian
Menentukan populasi & sampel
Menentukan Hipotesis & Instrumen

Observasi Lapangan
Studi Dokumen
Pengumpulan Data Kuesioner online (Kuesioner CFQ dan CEBQ)

Pengolahan data : Editing, coding, entri


data, cleaning, tabulating
Analisis data: Analisis Univariat, Analisis
Pengolahan & Analisis Data
Bivariat

Hasil & Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Gambar 3.2 Alur Penelitian

3.11 Pengolahan Data

Tahap-tahap pengolahan data yang dilakukan pada penelitan ini

adalah:
42

1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk melakukan pemeriksaan kembali

isian kuesioner tentang kelengkapan, kejelasan, relevansi dan

konsistensi dari data yang diperoleh atau dikumpulkan, hal ini juga

dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.

2. Coding

Setelah data diedit, lalu dilakukan pengkodean pada data yang

didapatkan dari responden untuk mempermudah saat analisa data.

3. Cleaning

Melakukan pengecekan ulang pada semua data yang telah

dimasukkan kedalam komputer, sehingga semua data tidak ada yang

terlewat ataupun salah pada saat memasukkan data maupun

pengkodeannya.

4. Scoring

Merupakan langkah selanjutnya seelah responden memberikan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dilembar kuisioner. Scoring

dilakukan unuk mengetahui skor total.

5. Tabulating

Tabulating adalah proses menyajikan data kedalam tabel dengan

tujuan untuk mempermudah membaca hasil penelitian.

3.12 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah oleh software uji statistik. Analisis data

yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat
43

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk

mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase karakteristik

subjek, responden, dan variable penelitian. Analisis univariat pada

penelitian ini adalah dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi

dari variabel yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perngaruh masing-

masing variable bebas terhadap variabel terikat. Data yang telah ada

kemudian diolah dan diuji dengan uji korelasi rank spearman.

Menurut (Sarwono & Suhayati, 2010), korelasi Rank Spearman

digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua

variabel berskala ordinal, yaitu variabel bebas dan variabel

tergantung. Dilakukan pula uji odds ratio (OR). Odds ratio

merupakan ukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian

penyakit. Pada analisis ini uji dilakukan dengan bantuan perangkat

lunak statistik.
44

DAFTAR PUSTAKA

Aryastami, N. K. (2017). Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi


Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(4), 233–240.
https://doi.org/10.22435/bpk.v45i4.7465.233-240
Azriful, A., Bujawati, E., Habibi, H., Aeni, S., & Yusdarif, Y. (2018). Determinan
Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Rangas
Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Al-Sihah: The Public Health
Science Journal, 10(2), 192–203. https://doi.org/10.24252/as.v10i2.6874
Batubara, J. R. . (2010). Pertumbuhan dan Gangguan Pertumbuhan
(Endokrinologi Anak) (I). IDAI.
Birch, L. L., & Fisher, J. A. (1995). Appetite and eating behavior in children.
Pediatric Clinics of North America, 42(4), 931–953.
https://doi.org/10.1016/S0031-3955(16)40023-4
Birch, L. L., Fisher, J. O., Grimm-Thomas, K., Markey, C. N., Sawyer, R., &
Johnson, S. L. (2001). Confirmatory factor analysis of the Child Feeding
Questionnaire: A measure of parental attitudes, beliefs and practices about
child feeding and obesity proneness. Appetite, 36(3), 201–210.
https://doi.org/10.1006/appe.2001.0398
Blissett, J. (2011). Relationships between parenting style, feeding style and
feeding practices and fruit and vegetable consumption in early childhood.
Appetite, 57(3), 826–831. https://doi.org/10.1016/j.appet.2011.05.318
Chao, H. C. (2018). Association of picky eating with growth, nutritional status,
development, physical activity, and health in preschool children. Frontiers
in Pediatrics, 6(February), 1–9. https://doi.org/10.3389/fped.2018.00022
Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. (2019). Data Balita Stunting.
Dranesia, A., Wanda, D., & Hayati, H. (2019). Pressure to eat is the most
determinant factor of stunting in children under 5 years of age in Kerinci
region, Indonesia. Enfermeria Clinica, 29.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.04.013
Hidayat, A. (2008). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika.
Kemenkes RI. (2015). Situasi dan Analisis Gizi.
Kemenkes RI. (2016). Situasi Balita Pendek.
Kemenkes RI. (2020). Standar Antropometri Anak. Standar Antropometri Anak,
21(1), 1–9. https://doi.org/10.1016/j.solener.2019.02.027
Lewinsohn, P. M., Holm-Denoma, J. M., Gau, J. M., Joiner, T. E., Striegel-
Moore, R., Bear, P., & Lamoureux, B. (2005). Problematic eating and
feeding behaviors of 36-month-old children. International Journal of Eating
Disorders, 38(3), 208–219. https://doi.org/10.1002/eat.20175
Ludwig, D. S., Peterson, K. E., & Gortmaker, S. L. (2001). Relation between
45

consumption of sugar-sweetened drinks and childhood obesity: A


prospective, observational analysis. Lancet, 357(9255), 505–508.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(00)04041-1
Muscari, M. . (2005). Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik (3rd ed.). EGC.
Musher-Eizenman, D., & Holub, S. (2007). Comprehensive feeding practices
questionnaire: Validation of a new measure of parental feeding practices.
Journal of Pediatric Psychology, 32(8), 960–972.
https://doi.org/10.1093/jpepsy/jsm037
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Nurmalasari, Y., Utami, D., & Perkasa, B. (2020). Picky eating and stunting in
children aged 2 to 5 years in central Lampung , Indonesia. 03(1), 29–34.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis (4th ed.). Salemba Medika.
Perdani, Z. P., Hasan, R., & Nurhasanah, N. (2017). Hubungan Praktik
Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun Di Pos Gizi
Desa Tegal Kunir Lor Mauk. Jurnal JKFT, 1(2), 9.
https://doi.org/10.31000/jkft.v2i2.59
Perlas, C. (2017). Panduan lengkap perkembangan anak 2 tahun (Milestone).
In The Asian Parents.
Rahman, F. D. (2018). PENGARUH POLA PEMBERIAN MAKANAN
TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA BALITA (Studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumberjambe, Kasiyan, dan Puskesmas Sumberbaru
Kabupaten Jember). The Indonesian Journal of Health Science, 10(1), 15–
24. https://doi.org/10.32528/the.v10i1.1451
Sarwono, J., & Suhayati, E. (2010). Riset Akuntansi Menggunakan SPSS.
Graha Ilmu.
Sleddens, E. F. C., Kremers, S. P. J., & Thijs, C. (2008). The Children’s Eating
Behaviour Questionnaire: Factorial validity and association with Body Mass
Index in Dutch children aged 6-7. International Journal of Behavioral
Nutrition and Physical Activity, 5, 1–9. https://doi.org/10.1186/1479-5868-5-
49
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sulistyoningsih. (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.
Supariasa, I. D. N. (2012). Penilitian Status Gizi (Revisi). EGC.
Suwiji, E. (2006). Hubungan Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Puskesmas
Medang Kabupaten Blora Tahun 2006. Universitas Negeri Semarang.
46

Trisnawati, M., Pontang, G. S., & Mulyasari, I. (2016). JGK-vol.8, no.19 Juli
2016. 8(19), 113–124.
http://ejournalnwu.ac.id/unggahartikel/0cb0e2f5d22634d68262a2829ed9f0
65.pdf
Unicef, F. (2013). IMPROVING CHILD NUTRITION The achievable imperative
for global progress.
Viana, V., Sinde, S., & Saxton, J. C. (2008). Children ’ s Eating Behaviour
Questionnaire : associations with BMI in Portuguese children. 445–450.
https://doi.org/10.1017/S0007114508894391
Wardle, J., Guthrie, C. A., Sanderson, S., & Rapoport, L. (2001). Development
of the Children ’ s Eating Behaviour Questionnaire. 42(7), 963–970.
Wong, D. . (2014). Buku Ajar Pediatrik (2nd ed.). EGC.
Wudy, S. A., Hagemann, S., Dempfle, A., Ringler, G., Blum, W. F., Berthold, L.
D., Alzen, G., Gortner, L., Hebebrand, J., & Objective, A. (2005). Children
With Idiopathic Short Stature Are Poor Eaters and Have Decreased Body
Mass Index. 116(1). https://doi.org/10.1542/peds.2004-1684
47

LAMPIRAN

Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Novita Wahyuni
NIM : 1611015111

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman,


Samarinda, akan melakukan penelitian skripsi/tugas akhir dengan judul:
“Pengaruh Pemberian dan Perilaku Makan Anak Dengan Kejadian
Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian makan dan perilaku makan anak dengan
kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari
Kota Balikpapan.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka saya selaku peneliti akan
memberikan beberapa lembar pertanyaan dalam bentuk pengisian kuesioner
online menggunakan google form dengan akses internet untuk mengetahui
pemberian makan ibu kepada anak menggunakan Kuesioner Pemberian Makan
Anak (Child Feeding Questionnaire) dan untuk mengetahui perilaku makan
anak menggunakan Kuesioner Perilaku Makan Anak (Child Eating Behaviour
Questionnaire). Setelah itu saya akan melakukan analisis untuk mengetahui
pengaruh pemberian makan dan perilaku makan dengan kejadian stunting pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Kota Balikpapan sesuai
dengan jawaban yang ibu berikan pada lemar kuesioner.
Untuk itu saya mohon partisipasi ibu untuk bersedia menjadi responden.
Kesediaan ibu adalah sukarela atau tanpa paksaan. Data yang diambil dan
disajikan bersifat rahasia, tanpa menyebutkan nama ibu dan disajikan hanya
untuk pengembangan ilmu kesehatan masyarakat. Saya berharap tanggapan
atau jawaban yang ibu berikan sesuai dengan apa yang telah/sedang ibu alami
tanpa dipengaruhi oleh orang lain atau melebih-lebihkan tanggapan. Semua
informasi yang ibu berikan terjamin kerahasiaannya. Informasi hanya akan
dipergunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan dipergunakan untuk
maksud lain. Peneliti akan memberikan reward/hadiah kepada ibu yang
bersedia menjadi responden.
Balikpapan, Juli 2020

Hormat Saya,

Novita Wahyuni
1611015111
48

Setelah ibu membaca maksud dari kegiatan diatas, maka saya mohon
untuk mengisi identitas dibawah ini
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ………………………………..
Usia : ………………………………..
Orang Tua dari : ………………………………..
Alamat : ……………………..…………
Menyatakan bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi
subyek dalam penelitian ini.
*
) Coret salah satu
Balikpapan, Juli 2020

Responden,

(……………………….)
49

Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PEMBERIAN DAN PERILAKU MAKAN ANAK DENGAN
KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PERAWATAN MEKARSARI KOTA BALIKPAPAN

A. DATA UMUM
Tanggal pengisian :
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
3. Tempat/Tanggal Lahir :
4. Berat/Tinggi Badan :
5. Anak ke :
6. Nama Ibu :
7. Pendidikan Terakhir Ibu :
a. Tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. SLTP
d. SLTA
e. Perguruan Tinggi
8. Riwayat ASI Eksklusif :
a. Tidak ASI Eksklusif
b. ASI Eksklusif
*Jika pilihan A sebutkan berapa bulan Ibu
memberikan ASI kepada anaknya.
9. Riwayat IMD :
a. Tidak IMD
b. IMD
10. Penghasilan Orang Tua :
a. < UMK (Rp. 3.069.315 )
b. ≥ UMK (Rp. 3.069.315 )
11. Alamat :
50

B. Child Feeding Questionnaire (CFQ)

Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat.
Mohon jawaban yang anda pilih mengenai anak anda.
Sedikit
Tidak Sedikit
No Pembatasan Makan tidak Netral Setuju
setuju setuju
setuju
1 Saya harus memastikan anak
saya tidak makan terlalu
banyak makanan manis
(permen, es krim, kue).
2 Saya harus memastikan anak
saya tidak terlalu banyak
makan makanan yang tinggi
lemak (makanan berminyak
seperti gorengan, kue kering,
keripik, biskuit kaleng)
3 Saya harus memastikan anak
saya tidak makan makanan
kesukaannya terlalu banyak.
4 Saya sengaja menyimpan
beberapa jenis makanan
tertentu jauh dari jangkauan
anak.
5 Saya menawarkan makanan
manis (permen, es krim, kue)
kepada anak saya sebagai
imbalan bila mereka
berkelakuan baik.
6 Saya menawarkan makanan
kesukaan anak saya jika dia
berkelakuan baik.
7 Jika saya tidak memandu atau
mengatur makan anak saya,
dia akan makan terlalu banyak
junk food (ayam goreng pada
restoran cepat saji, kentang
goreng, makanan manis
seperti ice cream).
8 Jika saya tidak memandu atau
mengatur makan anak saya,
dia akan makan makanan
51

kesukaannya terlalu banyak.

Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat.
Mohon jawaban yang anda pilih mengenai anak anda.
Sedikit
Tidak Sedikit
No Tekanan untuk Makan tidak Netral Setuju
setuju setuju
setuju
9 Anak saya harus selalu
menghabiskan semua
makanan di piringnya.
10 Saya harus memperhatikan
dan memastikan anak saya
makan yang cukup.
11 Jika anak saya mengatakan
dia tidak lapar, bagaimanapun
juga saya tetap mencoba
membuatnya makan.
12 Jika saya tidak memandu atau
mengatur makan anak saya,
dia akan makan lebih sedikit
dari yang seharusnya.

Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat.
Mohon jawaban yang anda pilih mengenai anak anda.
Tidak Sebagia
Kadang-
No Pemantauan perna Jarang n besar Selalu
kadang
h waktu
13 Seberapa sering anda
memperbolehkan anak anda
makan makanan manis
(permen, es krim, kue)?
14 Seberapa sering anda
memperbolehkan anak anda
makan makanan ringan
(cemilan keripik kentang,
keripik jagung, serbuk keju)?
15 Seberapa sering anda
memperbolehkan anak anda
makan makanan yang
berlemak (makanan
berminyak seperti gorengan,
kue kering, keripik, biskuit
kaleng)?
52

Sumber : Birch LL, Fisher JO, Grimm-thomas K, Markey CN, Sawyer R, Johnson SL.
Confirmatory factor analysis of the Child Feeding Questionnaire: a measure of parental
attitudes, beliefs and practices about child feeding and obesity proneness. Appetite.
2001:201---10, http://dx.doi.org/10.1006/appe.2001.0398.

C. CHILD EATING BEHAVIOUR QUESTIONNAIRE

Mohon jawab pertanyaan di bawah ini sesuai dengan seberapa sering anak
anda melakukan aktivitas yang tertera dalam kuesioner ini dengan cara
memberikan tanda checklist (√) pada kotak yang tersedia.

Petunjuk Pengisian Kuesioner


Selalu : apabila dilakukan setiap hari
Sering : apabila dilakukan 5-6 kali dalam 1 minggu
Kadang-kadang : apabila dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam 1 minggu
Jarang : apabila dilakukan sebanyak 1-2 kali dalam 1 minggu
Tidak Pernah : apabila tidak pernah dilakukan

Kadang- Tidak
No Pertanyaan Selalu Sering Jarang
kadang pernah
1 Anak saya menyukai
makanan
2 Porsi makan anak saya
bertambah saat merasa
khawatir
3 Anak saya mempunyai
nafsu makan tinggi
4 Anak saya
menghabiskan
makanannya dengan
cepat
5 Anak saya tertarik
dengan makanan
6 Anak saya selalu
meminta minum
7 Anak saya menolak
makanan baru pada
awalnya
8 Anak saya makan
dengan lambat
9 Porsi makan anak saya
53

Kadang- Tidak
No Pertanyaan Selalu Sering Jarang
kadang pernah
berkurang saat marah
(anak akan
mengeluarkan tantrum,
ngambek, berteriak)
10 Anak saya suka
mencoba makanan baru
11 Porsi makan anak saya
berkurang saat lelah
12 Anak saya selalu
meminta makanan
13 Porsi makan anak saya
bertambah saat kesal
(anak menangis,
ngambek)
14 Jika diperbolehkan,
anak saya akan makan
banyak sekali
15 Porsi makan anak saya
bertambah saat cemas
(saat anak cemas
menjadi agresif)
16 Anak saya
suka/menikmati
berbagai jenis makanan
17 Anak saya menyisakan
makanan dipiring
sehabis makan
18 Anak saya
menghabiskan waktu
lebih dari 30 menit untuk
menghabiskan
makanannya
19 Jika diberi pilihan anak
saya akan makan pada
sebagian besar
waktunya
20 Anak saya menantikan
waktu makan
21 Anak saya merasa
kenyang sebelum dia
selesai makan
22 Anak saya menikmati
makan
54

Kadang- Tidak
No Pertanyaan Selalu Sering Jarang
kadang pernah
23 Porsi makan anak saya
bertambah saat bahagia
24 Anak saya sulit untuk
menyenangi makanan
tertentu
25 Porsi makan anak saya
berkurang saat kecewa
26 Anak saya cepat
merasa kenyang
27 Porsi makan anak saya
bertambah saat tidak
ada kegiatan yang
dilakukan
28 Walaupun sudah
kenyang, anak saya
akan menemukan lokasi
(tempat) untuk makan
makanan kesukaannya
29 Jika diberi kesempatan,
anak saya akan minum
terus menerus
sepanjang hari
30 Anak saya tidak mau
makan jika sebelumnya
sudah mendapatkan
makanan kecil
31 Jika diberi kesempatan,
anak saya akan selalu
minum
32 Anak saya tertarik untuk
mencicipi makanan
yang belum pernah
dimakan sebelumnya
33 Anak saya memutuskan
tidak menyukai
makanan tertentu
walaupun belum pernah
mencobanya
34 Jika diberi kesempatan,
anak saya akan terus
mengunyah makanan di
mulutnya
35 Ketika makan, anak
55

Kadang- Tidak
No Pertanyaan Selalu Sering Jarang
kadang pernah
saya semakin lama
semakin lambat
suapannya

Sumber : Wardle, J, Guthrie CA,Sandersom, S, and Rapoport, L. Development of the


Children’s Eating Behaviour Questionnaire. Journal of Child Psychology and
Psychiatry. 42, 2001, 963-970.

Anda mungkin juga menyukai