Anda di halaman 1dari 38

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP

USIA MENARCHE PADA SISWI SMP NEGERI 1


TAKENGON, KABUPATEN ACEH TENGAH

Proposal Tugas Akhir diajukan sebagai


Salah satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diplomat III

Diajukan Oleh

HABLINA MAHGFIRANI
P07131117011

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN ACEH

JURUSAN GIZI 2020


HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir oleh : Hablina Mahgfirani

Judul Tugas Akhir : Hubungan Status Gizi dan Pola Makan Terhadap

Telah disetujui pada tanggal : .................................................................................

Mengetahui

Pembimbing

SILVIA WAGUSTINA ,SST ,M .Kes

NIP.197408281997032001

Ketua Jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes Aceh

(............................................................)

i
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Karya tulis ini telah diseminarkan dan disetujui oleh Reviuwer Seminar Proposal
Tugas Akhir Program Diploma III Gizi pada

Tanggal : .............................................................................

Mengetahui

Penguji I Penguji II

(.............................................................) (.............................................................)

Ketua Jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes Aceh

(............................................................)
ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan  segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan judul “Hubungan Status Gizi dan Pola Makan Terhadap Usia Menarche pada
SMP Negeri 1 Takengon, Kabupaten Aceh Tengah”. Guna memenuhi sebagian
persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir .
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan proposal ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh dosen pengajar mata kuliah tugas
akhir di Diplomat III Gizi politeknik kesehatan aceh .
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis juga bagi para pembaca.

Banda Aceh, 10 Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................................ii

KATA PENGATAR.....................................................................................................iii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................2
C. Tujuan penelitian .............................................................................................2
D. Manfaat penelitian............................................................................................3
E. Keterbatasan penelitan .....................................................................................3
F. Keaslian penelitian............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................9

A. Usia menarche ..................................................................................................9


B. Faktor yang mempengaruhi usia menarche......................................................11
C. Kerangka teori...................................................................................................19
D. Kerangka konsep...............................................................................................19
E. Hipotesis...........................................................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................................21

A. Jenis dan rencana penelitian..............................................................................21


B. Tempat dan waktu ............................................................................................21
C. Populasi dan sampel penelitian ........................................................................21
D. Variabel penelitian dan defenisi operasional ...................................................21
E. Intrumen penelitian ..........................................................................................23
F. Teknik pengolahan data ...................................................................................23
G. Pengolahan data ...............................................................................................23
H. Analisis data .....................................................................................................25
I. Alur penelitian .................................................................................................26

iv
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................27

LAMPIRAN 1 ..............................................................................................................29

LAMPIRAN 2 ..............................................................................................................30

LAMPIRAN 3 ..............................................................................................................32

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu fase dalam pekembangan manusia adalah masa remaja. Masa remaja
merupakan suatu masa yang terjadi diantara masa anak-anak dan masa dewasa atau biasa
disebut masa pubertas. Menstruasi pertama kali atau menarche pada remaja perempuan
merupakan salah satu tanda pubertas pada perempuan.Menstruasi merupakan suatu proses
peluruhan dinding rahim dan disertai dengan pendarahan sebagai akibat tidak terjadinya
proses pembuahan. Menstruasi pertama kali terjadi karena kematangan sel telur dan produksi
hormon esterogen. Menstruasi menandakan mulainya masa reproduktif pada kehidupan
seorang ditandai denganmenarche hingga terjadinya menopause. Siklus menstruasi nomal
berada dalam kisaran 21 – 35 hari dan siklus menstruasi rata-rata terjadi selama 28 hari.

Usia menarche termuda di Indonesia adalah 9 tahun dan usia menarche tertua adalah
18 tahun. Usia rata-rata menarche di Indonesia adalah 12,96 tahun dengan proporsi usia 12
tahun (31,33%), usia 13 tahun (31,30%) dan pada usia 14 tahun (18,24%). Usia rata-rata
menarche di Nanggroe Aceh Darussalam berusia 12 tahun .Faktor-faktor yang mempengaruhi
usia menarchediantaranya adalah status gizi, social ekonomi, kelaian fisik, audio visual,
lingkungan social dan genetic.Kelainan konsumsi kabohidrat dan lemak juga dapat memicu
terjadinya menstruasi (menarche) dini akibat kelebihan berat badan (obesitas).

Penelitian yang dilakukan Dr. Rajalaksmi Laksamana dari Universitas Cembridge


menyatakan sebagian besar kasus menstruasi dini berkaitan dengan jumlah lemak di dalam
tubuh perempuan . Pola makan tinggi lemak, protein dan karbohidrat akan menyebabkan
peningkatan berat badan dan juga menyebabkan status gizi lebih. Siswi dengan IMT yang
lebih tinggi cenderung mengalami menarche dini, hal ini berkaitan dengan jumlah lemak
yang berlebih di dalam tubuhnya. Penumpukan lemak di dalam tubuh akan mempengaruhi
sekresi hormon leptin dan merangsang hipotalamus dalam pembentukan GnRH.
Gonadotropin Releazing Hormone (GNRH) akan merangsang hipofisis anterior untuk
menghasilkan FSH dan LH mengirimkan sinyal melalui gonadotropin menuju ovarium untuk
menghasilkan hormon esterogen. Estrogen akan mempengaruhi kematangan organ-organ
reproduksi dan perubahan organ-organ seks sekunder, diantaranya: distribusi rambut, deposit
jaringan lemak, dan akhirnya perkembangan endometrium di dalam uterus. Rangsangan

1
esterogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnya menyebabkan pendarahan
pertama yang disebut menarche.

Status gizi perlu diperhatikan karena status gizi yang kurang dapat mengakibatkan
menstruasi lebih lambat dari yang seharusnya. Hal ini dikemukakan oleh Riyadi (2003) yaitu
remaja putri yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada
masa sebelum pubertas (prapubertas) dibandingkan dengan remaja yang kurang gizi. Remaja
kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama, karena itu menarche (umur
pertama kali mendapat menstruasi) juga tertunda. Beberapa penelitian mengungkapkan faktor
gizi termasuk faktor utama dalam percepatan usia menarche. Anak yang overweight/obese
lebih cepat mengalami menarche dibandingkan dengan anak yang mempunyai berat badan
normal. Penelitian yang dilakukan di Kuwait oleh Al-Wadhi et.al. menemukan berat badan
anak yang normal merupakan faktor protektif terhadap kejadian menarche. Penelitian kohor
yang dilakukan di Inggris menemukan berat badan anak pada tinggi badan yang sama
berhubungan terbalik dengan usia menarche. Usia menarche juga dipengaruhi oleh pola
makan yang terjadi pada remaja dan jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan yang sering
ditemukan pada usia remaja adalah makanan berlemak dan junk food. Penelitian di Jerman
menemukan kelompok anak yang mengonsumsi lemak pada kuartil keempat berisiko 2,2 kali
untuk lebih cepat mengalami menarche dibandingkan dengan kelompok anak yang
mengonsumsi lemak pada kuartil pertama. Ditemukan hubungan negatif antara konsumsi
junk food dengan usia menarche anak, yang berarti semakin banyak konsumsi kedua
makanan ini maka akan semakin cepat usia menarche anak.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul hubungan pola makan dengan status gizi dan usia menarche pada siswi SMP Negeri 1
Takengon .

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan status gizi dan pola makan terhadap usia menarche pada siswi
SMP NEGERI 1 TAKENGON ?

C. Tujuan Penelitian

1 Tujuan umum

2
1. Untuk mengetahui hubungan status gizi dan pola makan terhadap usia menarche
pada siswi SMP NEGERI 1 TAKENGON

2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pola makan pada siswi SMP Negeri 1 takengon.


2. Untuk mengetahui status gizi pada siswi SMP Negeri 1 takengon.
3. untuk mengetahui usia menarche pada siswi SMP Negeri 1 takengon.
4. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan usia menarche siswi SMP Negeri 1
Takengon
5. Untuk mengetatahui hubungan status gizi dengan uisa menarche siswi SMP Negeri 1
Takengon

D. Manfaat Penelitian

Hasil penilitian ini dapat memberikan manfaat :


1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang pola makan dan status gizi masa
pubertas dan perubahan – perubahan yang terjadi pada masa pubertas terutama yang
berkaitan tentang menstruasi .
2. Bagi pihak sekolah, guru-guru, dan orang tua murid dapat dijadikan acuan untuk
mengenali masalah pola asupan remaja dan perubahan-perubahan yang terjadi pada
remaja putri yang sedang mengalami pubertas, baik itu perubahan fisik maupun
perilaku.
3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai data awal bagi peneliti lain untuk
mengembangkan penelitian ini.

E. Keterbatasan penelitian
Kesulitan di karenakan sedang dalam pandemi covid , sehingga sekolah diadakan
secara daring jadi menyulitkan peneliti untuk pengambilan data secara luring .

F. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan pola makan dengan status gizi
menarche siswi smp negeri 1 takengon belum pernah dilakukan. Penelitain yang terkait
dengan penelitian ini adalah :

3
No Penelitian Judul penelitian Hasil penelitian Persamaan perbedaan
dan tahun
1. Gambaran Pola 1. Pola makan baik 1.melakukan Hubungan
Ita Putri
Makan Dan pada remaja di SMP penlitian status gizi
Kristiana
Status Gizi Advent Lubuk Pakam tentang pola dan pola
Gulo (2019)
Remaja Di Smp secara keseluruhan makan dan makan
Advent Lubuk adalah 44,4% dan status gizi tehadap usia
Pakam pola makan tidak baik 2.desain menarche
adalah 55,5%. penelitian siswi smp
2. Jumlah konsumsi cross sectional
makan yang baik 3.mengukur
pada remaja di SMP dengan food
Advent Lubuk Pakam recall dan FFQ
adalah 44,4%.
3. Jenis konsumsi
baik pada remaja di
SMP Advent Lubuk
Pakam adalah 71,1%.
4. Frekuensi makan
baik pada remaja di
SMP Advent Lubuk
Pakam adalah 71,1%.
5. Status gizi normal
pada remaja dengan
pola makan baik di
SMP Advent Lubuk
Pakam adalah 33,3%.
Dan status gizi sangat
kurus dan kurus
dengan pola makan
baik berturut-turut
adalah 2,2% dan
4,4%. Sedangkan
status gizi gemuk dan

4
No Penelitian Judul penelitian Hasil penelitian Persamaan perbedaan
dan tahun
obesitas dengan pola
makan baik masing-
masing didapat 2,2%.

2. Nurrahmaw Hubungan Status 1. penelitian, usia 1.meneliti Melihat pola


ati Gizi Dengan remaja putri di SMP hubunga status makan siswi
Lasandang Usia menarche Negeri 6 Tidore gizi dengn usia usia
(2016) pada Remaja Kepulauan berada menarche pada menarche
Putridi Smp pada rentang usia 11- remaja
Negeri 6tidore 15 tahun. Rentang 2. desain
Kepulauan usia ini berada pada penelitian
kategori remaja cross sectional
sesuai dengan batasan 3. mengukur
usia remaja menurut TB dan BB
Badan Koordinasi
Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN)
dan World Health
Organisation (WHO),
yaitu 10-19 tahun
(Pitoyo,
Lestariningsih &
Kiswanto, 2013).
Pada usia ini remaja
akan mengalami masa
pubertas. Pubertas
pada remaja
perempuan ditandai
dengan menarche,
yaitu mendapatkan
mensturasi (haid)
pertama (Wong,

5
No Penelitian Judul penelitian Hasil penelitian Persamaan perbedaan
dan tahun
2008).
2. penelitian
mengenai status gizi
menunjukkan bahwa
responden dengan
status gizi normal
sebanyak 47
responden (48,5%),
status gizi kurus
sebanyak 27
responden (27,8%)
dan status gizi gemuk
sebanyak 23
responden (23,7%).
Dapat dilihat bahwa
status gizi responden
yang paling banyak
adalah status gizi
normal sebanyak 47
responden (48,5%).
3. Anisaula Hubungan antara Hasil penelitian 1. meneliti Saya hanya
makarimah status gizi , menujukan bahwa hubungan meneliti
(2017) presen lemak sebagian sebagian status gizi dan hubungan
tubuh ,pola besar responden pola komsumsi status gizi
komsumsi , dan berusia 12 tahun , dengn usia dengan pola
aktivitas fisik rata-rata menstruas di menarch makan usian
dengan usia usia 10 tahun 8 2. desain menarhe
menarche anak bulan , pendidikan penelitaian siswi smp
sekolah dasar terkahir orang tua cross sectional
adalah perguruan dan
tinggi ,perkerjan ayah menggunakan
mayoritas nya adalah simple random

6
No Penelitian Judul penelitian Hasil penelitian Persamaan perbedaan
dan tahun
pegawai , sedangkan sampling .
hampir sembagaian 3.
ibu yang tidak menggunakan
berkerja , dan besar FFQ
uang saku mayoritas
nya berkisaran
Rp.10.000,00-
Rp.20.000,00
Hasil analisi
menujukan terdapat
hubungan antara stus
gigi dengan presen
lemak tubuh dan pola
komsumsi protein
hewani dengan usia
menarche siswi SD
Muhammadiyah ,
tetapi aktivitas fisik
dan pola komsumsi ,
meliputi makanan
pokok , fast
food ,maupun soft
drink tidak memiliki
hubungan dengn usia
menarche .
4. Rahmat Hubungan Hasil studi ini adalah 1.meneliti apa Melihat
Nurul Yuda Indeks Massa rata-rata IMT 19,93 kah ada hubungan
Putra Tubuh (IMT) (±3,162) kg/m2 dan hubungan pola makan
(2016) dengan Usia rata-rata usia dengn usia dengan status
Menarche pada menarche adalah menarche. gizi .
Siswi SMP 11,75 tahun dengan 2. desain
Negeri 1 Padang usia termuda 9 tahun Penelitian

7
No Penelitian Judul penelitian Hasil penelitian Persamaan perbedaan
dan tahun
dan tertua 14 tahun. cross-sectional
Ditemukan adanya study dan
hubungan antara IMT teknik
dengan usia menarche proportional
dengan nilai p=0,000 random
(p<0,05) dan r=- sampling dan
0,429. Kesimpulan wawancara
studi ini ialah menggunakan
semakin tinggi IMT , kuesioner.
maka semakin cepat
terjadi menarche .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Usia Menarche

8
1. Pengertian Menarche
Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16
tahun atau pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa
reproduksi. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus disertai dengan
pengelupasan (deskuamasi) endometrium. Menarche merupakan suatu tanda yang penting
bagi seorang wanita yang menunjukkan adanya produksi hormon yang normal yang dibuat
oleh hipotalamus dan kemudian diteruskan pada ovarium dan uterus. Selama sekitar dua
tahun hormonhormon ini akan merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder seperti
pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan kulit, perubahan siklus, pertumbuhan rambut
ketiak, dan rambut pubis serta bentuk tubuh menjadi bentuk tubuh wanita yang ideal
(Proverawati,2009).

2. Fisiologis Menarche
Menarche merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang
gadis yang sedang menginjak dewasa. Perubahan timbul karena serangkaian interaksi antara
beberapa kelenjar didalam tubuh. Pusat pengendalian yang utama adalah bagian otak, disebut
hypothalamus, yang bekerja sama dengan kelenjar bawah otak untuk mengendalikan urutan-
urutan rangkaian perubahan itu.
Hypothalamus merupakan zat yang disebut faktor pencetus. Faktor pencetus bergerak
melalui pembuluh darah kelenjar bawah otak, dan menyebabkan kelenjar itu mengeluarkan
hormon-hormon tertentu. Salah satu hormon tersebut ialah hormon pertumbuhan yang
menyebabkan pertumbuhan lebih cepat menjelang gadis.
Pertumbuhan yang cepat ini dimulai kira-kira 4 tahun sebelum menarche, terutama
dalam dua tahun pertama, dan melambat saat datangnya menarche. Sekitar usia 12 tahun,
hormon pencetus yang lain, hormon pencetus gonadotrophin (GnRH) mulai dihasilkan oleh
kelenjar pituitary secara bergelombang, yang terjadi setiap 90 menit. Gelombang GnRH
mempunyai efek sangat besar pada kematangan seksual seorang gadis remaja. Hormon itu
mencapai kelenjar pituitary dan menyebabkan sel-sel istimewa tertentu dan menghasilkan dua
hormon yang mempengaruhi indung telur berisi cairan yang dinamai folikel.
Satu diantara dua hormon itu bertugas mempengaruhi folikel, dengan merangsang
pertumbuhannya, sehingga diberi nama hormon perangsang folikel (Follicle Stimulating
Hormone atau FSH). Pada mulanya folikel yang tumbuh sedikit. Sementara itu, sel-sel yang
mengelilinginya membuat seorang anak perempuan memiliki sifat wanita setelah remaja.
Folikel-folikel yang terangsang tadi selama 12 sebulan menghasilkan hormon estrogen, dan

9
kemudian mati. Tetapi pada saat folikel rombongan pertama mati, sejumlah folikel lain sudah
mulai dirangsang FSH dan memproduksi estrogen.
Folikel yang dirangsang oleh FSH dalam tiap bulannya semakin lama semakin benyak
(kira-kira antara 12-20 folikel), sehingga jumlah estrogen yang terbentuk semakin banyak.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan saluran susu dipayudara, sehingga payudara
membesar.
Selain itu estrogen juga dapat merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim,
dan vagina, sehingga membesar. Di vagina, estrogen membuat dinding semakin tebal dan
cairan vagina bertambah banyak. Estrogen juga dapat mengakibatkan timbulnya lemak di
daerah pinggul wanita dan dapat memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah
dirangsang oleh kelenjar bawah otak. Itu sebenarnya mengapa remaja putri tidak setinggi
anak laki- laki yang sama umur.
Kadar estrogen yang beredar bersama darah semakin lama semakin banyak. Masa
menarche pun semakin dekat, kenaikan estrogen merangsang lapisan dalam rongga Rahim
yang disebut endometrium sehingga menebal. Selain itu kenaikan estrogen juga
menyebabkan kelenjar bawah otak tertekan sehingga memproduksi FSH berkurang. Dengan
kadar hormone perangsang folikel (FSH) mulai menurun, pertumbuhan folikel melambat.
Akibatnya produksi estrogen pun menurun. Pembuluh darah yang mengaliri lapisan dalam
Rahim 13 mengerut dan putus, sehingga terjadi perdarahan di dalam rahim. Hal tersebut juga
menyebabkan endometrium runtuh, berbentuk cairan berupa darah dan sel-sel endometrium
yang terkumpul di rahim kemudian mengalir melalui vagina dan mulailah terjadi haid
pertama, yaitu menarche (Marmi,2013).

3. Macam-macam menarche
Macam-macam menarche dibedakan menjadi:
1) Menarche dini
Menarche dini merupakan mestruasi pertama yang di alami seorang wanita subur
pada usia dibawah 12 tahun. Kondisi menarche dini karena mendapat produksi hormon
estrogen lebih banyak dibanding wanita lain pada umumnya. Menarche dini adalah terjadinya
menstruasi sebelum umur 10 tahun yang dikarenakan pubertas dini dimana hormon
gonadotrophin diproduksi sebelum anak usia 8 tahun. Hormon ini merangsang ovarium yang
memberikan ciri-ciri kelamin sekunder. Disamping itu hormon gonadotrophin juga
mempercepat terjadinya menstruasi dini dan fungsi dari organ reproduksi itu sendiri
(Proverawati, 2009).

10
2) Menarche tarda
Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah umur 14 tahun yang
disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan, dan kurang gizi (Proverawati, 2009).

4. Gejala awal usia manarche

Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa tidak nyaman disebabkan karena
selama menstruasi volume air di dalam tubuh kita berkurang. Gejala lain yang dirasakan yaitu
sakit kepala, pegal-pegal dikaki dan di pinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit
perut. Sebelum periode ini terjadi biasanya ada perubahan emosional. Perasaan suntuk, marah
dan sedih yang di sebabkan oleh adanya pelepasan beberapa hormon Gejala menjelang
menstruasi terjadi hampir seluruh di bagian tubuh, dan berbagai sistem yang ada di dalam
tubuh, dan berbagai sistem di dalam tubuh, antara lain adanya rasa nyeri di payudara, sakit
pinggang, pegal linu, perasaan seperti kembung, muncul jerawat, lebih sensitif, mudah marah
(emosional) dan kadang timbul perasaan malas.

B. Faktor yang Mempengaruhi Usia Menarche


1. Status gizi

Status Gizi merupakan gambaran ekspresi dari keadaan keseimbangan zat gizi sebagai
akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Supariasa, 2016 dan Alamtsier,
2009).Status gizi dapat memperlihatkan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi yang didapat
dari asupan makanan yang dikonsumsi serta zat gizi yang digunakan olehtubuh sebagai
sumber energi dalam aktivitas sehari-hari (Buku Penuntun Diet Anak, 2014).

Menurut Angka Kecukupan Gizi 2013 dalam Kemenkes RI, 2014, kebutuhan gizi
remaja adalah sebagai berikut:

11
Tabel 1. Angka kecukupan gizi

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi status gizi pada remaja yaitu :

a) Kejadian Infeksi

Kejadian infeksi merupakan penyebab langsung masalah gizi (Wijono, 2011).


Penyakit infeksi dapat menggangu fungsi imunitas dan metabolime tubuh. Penyakit infeksi
dapat berupa diare, ISPA dan paruparu kronis (Susanti, 2012). Dalam keadaan ini, bahan
makanan yang seharusnya dimetabolisme oleh tubuh bisa hilang dalam kondisi diare
dikarenakan muntah (Septiarini, 2015).

b) Sanitasi Lingkungan

Jika lingkungan dalam keadaan bersih dapat mengurangi resiko terkena penyakit
infeksi.Perilaku hidup bersih dan sehat serta penyediaan air bersih dapat mendukung
terciptanya sanitasi lingkungan yang baik bagi kesehatan tubuh (Wijono, 2011). Kesehatan
lingkungan merupakan kondisi lingkungan yang secara optimal memberi pengaruh positif
pada terwujudnya status kesehatan yang baik dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2011).

c) Status Ekonomi Keluarga

Distribusi pendapatan dalam suatu negara bisa jadi tidak dalam keadaan merata
sehingga ada ketimpangan antara pendapatan yang membagi masyarakat menengah ke bawah
dan menengah ke atas. Kemampuan atau daya beli mereka terhadap penyediaan bahan
pangan di rumah tangga dapat berpengaruh terhadap keanekaragaman bahan pangan yang
dikonsumsi sehingga dapat berpengaruh terhadap asupan zat gizi sehari-hari.

d) Pola Makan

Menurut Moehji dalam Setyawati, 2006, kebiasaan jajan anak dan tidak nafsu makan
karena terlalu banyak bermain dapat mempengaruhi keadaan gizi anak, hal ini juga
dipengaruhi oleh perkembangan anak yang sudah mulai dapat memilih sendiri makanan yang
disukai.

2. Pola makan

12
Pola makan merupakan kesesuaian jumlah, jenis makanan dan frekuensi yang
dikonsumsi setiap hari atau setiap kali makan oleh responden yang terdiri dari jenis makanan
pokok, lauk pauk (lauk hewani dan nabati serta sayur dan buah (Khairiyah, 2016).Pola makan
yang baik beriringan dengan keadaan gizi yang baik, atau apabila konsumsi makannya baik
maka akan memunculkan status gizi yang baik pula selama tidak ada faktor-faktor lain yang
menyertainya seperti misalnya penyakit infeksi (Suhardjo, 1986 dalam Nuzrina, 2016). Pola
makan yang tidak sehat dapat menjadi factor resiko munculnya berbagai penyakit, terutama
penyakit kronis (Depkes, 2017).

Pola makan dikatakan seimbang jika terjadi keteraturan jadwal makan dan konsumsi
makanan yang berkualitas.Pola makan mempengaruhi status gizi seseorang.Status gizi lebih
dapat menimbulkan gangguan psikososial, gangguan pertumbuhan fisik, gangguan
pernapasan, gangguan endokrin, obesitas, dan penyakit tidak menular.Sedangkan status gizi
kurang dapat meningkatkan resiko penyakit infeksi (Khusniyati, 2015).

Gizi seimbang menggambarkan susunan hidangan yang mengandung zat-zat gizi


dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Dalam Pedoman Umum Gizi
Seimbang, poin yang pertama kali menjadi pesan adalah biasakan makan 3 kali sehari dengan
aneka ragam pangan, dalam jumlah yang cukup (Buku Penuntun Diet Anak, 2014). Sehingga
dapat terlihat yang menjadi perhatian dalam mengatur pola makan adalah frekuensi makan
yang tepat, jenis makanan yang beranekaragam, dan jumlah makanan yang dikonsumsi
disesuaikan dengan Angka Kecukupan Gizi Individu 2013 misalnyakebutuhan energi pada
remaja laki-laki berkisar antara 2100-2600 kkal dan pada remaja perempuan berkisar antara
2000-2100 kkal.

Membiasakan konsumsi beranekaragam makanan akan bermanfaat untuk memenuhi


kebutuhan zat pembangun, zat penghasil energi dan zat pengatur di dalam tubuh. Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang
digambarkan dalam logo berbentuk kerucut dan disusun sebagai penuntun pada perilaku
konsumsi makanan di masyarakat secara baik dan benar (Hamzar, 2012). Untuk mendapat
jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh responden digunakan formulir Semi Kuantitatif
FFQ, karena biasanya saat dilakukan recall 24 jam, terkadang responden tidak mengingat
bahan makanan yang mereka konsumsi (Briawan, 2015).

Frekuensi makan berkaitan dengan seberapa sering individu mengonsumsi suatu


bahan makanan.Frekuensi ini dikategorikan dalam pemakaian harian, mingguan, bulanan,

13
tahunan, jarang/tiak pernah.Frekuensi yang didapat kemudiandikonversikan dalam
penggunaan sehari, dan frekuensi yang berulang-ulang setiap hari dijumahkan menjadi
konsumsi per hari (Supariasa, 2016).

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Secara garis besar hal-hal yang dapat mempengaruhi pola konsumsi seseorang adalah
sosial budaya dan lingkungan, pengetahuan, iklan, citra diri, agama dan kepercayaan
(Almatsier, 2011).Keadaan sosial tempat seseorang bekerja ataupun menempuh pendidikan
tertentu salah satunya adalah kebiasaan menambahkan lebih banyak gula dan garam meja saat
sedang makan di kantin yang menyebabkan terjadi penambahan berat badan (Alakaam,
2015).Demikian juga dari lingkungan sendiri, pola makan yang diajarkan oleh orangtua sejak
masa kecil dapat mempengaruhi pemilihan makanan oleh seseorang.

Pengetahuan semakin mudah diakses seiring dengan perkembangan teknologi masa


kini. Baik melalui iklan di media massa dan edukasi yang didapat seseorang dapat menetukan
pola makan seperti apa yang diinginkan. Iklan makanan cepat saji pada kenyataannya terlihat
tidak beriringan dengan berkembangnya iklan makanan sehat di televisi dan
internet.Penelitian Kristianti, 2009 menemukan bahwa 54,7% remaja sering mengonsumsi
fast food atau makanan cepat saji dengan 62,7%dari remaja tersebut memilih
mengonsumsinya dengan alasan malas makan di rumah.Dari pengetahuan yang didapat juga
seseorang akan cenderung lebih memperhatikan kesehatan dan citra dirinya sehingga akan
mempengaruhi pemilihan atau pembatasan frekuensi, jumlah, dan jenis makanan tertentu
dalam menu sehari-hari.

Citra tubuh berkaitan dengan sikap individu tentang bentuk tubuh diri sendiri yang
kadang memiliki rasa malu, cemas dan tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya.Hal ini dapat
berpengaruh pada kesehatan mental, perilaku makan dan keterbatasan aktivitas fisik. Citra
tubuh negatif dapat mendorong seseorang melakukan perilaku kontrol berat badan yang
tidaksehat (Annastasia, 2006 Dalam Erni 2017). Penelitian Widiyanti, 2012 mendapatkan
bahwa 13,9% remaja obesitas tidak puas akan bentuk tubuhnya dan 12,5% dari total tersebut
tidak menjalankan perilaku makan yang baik.

Agama dan kepercayaaan yang dianut seseorang akan mempengaruhi terbentuknya


pola makan, memilih teguh dalam kepercayaan membuat seseorang akan terus memegang
pola makan yang sama terus-menerus. Seperti halnya pada masyarakat muslim yang

14
menghindari makan daging babi, namun mengistimewakan kambing dan sapi dalam upacara-
upacara. Agama Hindu yang mengutamakan makanan nabati dan susu sapi. Dan yang
merupakan kepercayaan dalam hal ini adalah kepercayaan umat gereja Advent yang memiliki
pantanganpantangan tertentu dalam pola konsumsi mereka dengan memegang teguh perintah
dalam kitab suci.

Orang Advent dikenal oleh sebab “pesan kesehatan” mereka yang mengajurkan
vegetarianisme dan kepatuhan terhadap hukum halal-haram dalam Imamat 11 dan Ulangan.
Pesan Kesehatan ini adalah berpantang dari daging babi, sapi, domba, hasil laut seperti ikan
dan kerang, ayam, bebek, binatang menjalar seperti ular serta burung, dan makanan lain yang
digolongkan sebagai “makanan haram”. Sebagian besar menjadi seorang vegan ovo-lacto,
yakni masih mengonsumsi susu dan telur. (Website: tuhanyesus.org). Melarang penggunaan
alcohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang, dan juga kopi dan minuman yang mengandung
kafein.Berdasarkan survey awal yang dilakukan terhadap remaja umat gereja Advent di SMP
Advent Lubuk Pakam, mereka pada umumnya menghindari beberapa makanan tertentu
dalam hidangan makanan sehari-hari, seperti ikan lele, daging babi, daging anjing, ikan hiu,
daging ular, udang, kerang, teh dan kopi. Namun, mereka masih mengonsumsi daging seperti

2. Metode Pengukuran Pola Makan

Dalam Sirajuddin, 2014 berikut ini adalah metode yang digunakan dalam survey
konsumsi pangan untuk mendapat ukuran jumlah, jenis, dan frekuensi makan yaitu:

1) Food Recall

Metode pengukuran pola konsumsi ini dilakukan berdasarkan prinsip bahwa makanan
yang dikonsumsi individu selam 24 jam yang lalu dapat mencerminkan asupan actual
individu, kelompok atau masyarakat yang dilakukan dua atau tiga kali pada hari yang tidak
berturut-turut dalam seminggu. Hasil akhir penilaian ini merupakan rekomendasi pemenuhan
asupan gizi menurut Angka Kecukupan Gizi 2013 dan rekomendasi pemenuhan ketersediaan
pangan dalam keluarga.Metode ini digunakan pada kelompok umur >8 tahun.(Sirajuddin,
2014)

Dalam standar pelaksanaanya, metode ini menggunakan waktu 24 jam terakhir untuk
satu kali pengukuran. Dengan food recall dapat diketahui jenis makanan yang dikonsumsi
dan rata-rata konsumsi harian individu dengan membandingkannya dengan AKG 2013
dengan melihat asupan energinya sehingga diketahui gambaran jumlah makan individu

15
tersebut sehingga metode ini disebut pengukuran konsumsi makan yang bersifat kuantitatif.
Pengukuran dilakukan lebih dari 1x24 jam tidak berturut-turut dikarenakan kurang
representatif untuk menggambarkan asupan zat gizi yang lebih optimal dan asupan harian
individu yang lebih bervariasi (Supariasa, 2016).

2) Food Frequency

Questionaire Prinsip dari metode ini adalah mengetahui informasi frekuensi makan
makanan tertentu pada individu yang diduga beresiko tinggi menderita defisiensi zat gizi atau
kelebihan asupan zat gizi tertentu pada periode waktu yang lalu.FFQ ada dua jenis yakni,
FFQ murni yang tidak mencatat 20 20 kuantitas (porsi) dan semi-FFQ yang mencatat
kuantitas (porsi).Penggunaan FFQ akan efektif jika sebelumnya dilakukan survey
pendahuluan bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh sasaran pengukuran. Metode FFQ
tidak efektif digunakan untuk menilai konsumsi makanan lansia, responden dengan daya
ingat rendah serta memiliki gangguan pendengaran atau penglihatan. FFQ merupakan salah
satu pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kualitatif karena digunakan untuk
mengetahui frekuensi makan, serta cara-cara memperoleh makanan tersebut. Metode ini
menyediakan data kebiasaan makan dari kelompok makanan tertentu atau bahan makanan
yang sering dikonsumsi dan kuesionernya memuat daftar bahan makanan yang berkontribusi
besar terhadap konsumsi zat gizi spesifik dari suatu populasi atau disesuaikan dengan budaya
makan subyek yang diukur dalam beberapa kelompok waktu atau periode seperti yang
terlihat dalam kuesioner (Supariasa, 2016). Kuesioner diisi sendiri oleh responden dan tidak
membutuhkan waktu lama saat pengisian, hanya sekitar 20 menit (Supariasa, 2016), tidak
seperti metode lain yang membebani responden yakni Dietary History yang harus melakukan
penimbangan porsi saji yang berhubungan dengan diet pasien (Sirajuddin, 2014 dan
Supariasa, 2016).

3. Genetik
Faktor genetik antara lain termasuk faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis
kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila faktor genetik dapat berinteraksi dalam
lingkungan yang baik dan optimal maka akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula.
Usia menarche dapat dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor genetik, fisik, emosional dan
lingkungan. Usia menarche anak cenderung mirip dengan usia menarche ibunya. Setiap
manusia akan mewariskan suatu karakteristik dari generasi ke generasi. Masing-masing anak

16
akan memiliki kode genetik yang didapat dari orang tua nya. Hal ini tidak menutup
kemungkinan apabila ibu mengalami menarche pada usia normal, maka anaknya akan
mengalami menarche pada usia yang normal dan sebaliknya, apabila ibu mengalami
menarche lebih cepat/lambat, maka kemungkinan besar anaknya akan mendapatkan
menarche lebih cepat/lambat juga.

4. Status Sosial Ekonomi


Tingkat sosial ekonomi mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat
dengan tingkat sosial menengah ke atas sangat memperhatikan kesehatannya, faktor sosial
ekonomi tidak berpengaruh langsung terhadap menarche namunstatus ekonomi yang rendah
akan mempengaruhi seseorang dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi yang baik
selama menarche. Tingkat sosial ekonomi dalam keluarga meliputi keluarga dan sumber-
sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup semua keluarga. Makin banyak jumlah uang
yang diperoleh makin besar sumber-sumber yang dapat digali untuk meningkatkan taraf
hidup anggota keluarga. Taraf hidup atau pendapatan yang cukup atau tinggi mempermudah
orang tua dalam memenuhi kebutuhan remaja, Sedangkan orang tua yang memiliki
pendapatan relatif rendah pada umumnya sulit untuk memenuhi segala kebutuhan.

5. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan tertentu termasuk yang memengaruhi pikiran, obat penenang
dapat mempengaruhi kejadian menarche.

6. Gaya Hidup
Gaya hidup yang berhubungan dengan kejadian menarche dini meliputi kegiatan fisik,
mengonsumsi makanan siap saji, dan mengonsumsi minuman bersoda. Latihan fisik yang
berat pada masa pra-pubertas, telah menunda usia menarche. Diperkirakan bahwa latihan
fisik yang berat dapat menunda menarche melalui mekanisme hormonal karena menurunkan
produksi progesteron dan akibatnya kematangan endometrium menjadi tertunda saat
menjelang usia menarche. Kebiasaann mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung
tinggi gula, garam, zat adiktif dan juga terdapat sedikit vitamin dan serat yang dapat
memengaruhi kejadian menarche dini. Kebiasaan mengonsumsi minuman bersodayang
mengandung gula tinggi, natrium zat aditif dapat mempercepat proses menstruasi, sebab
mengonsumsi minuman bersoda mempengaruhi sistem hormon wanita yaitu esterogen yang
membuat hormon esterogen meningkat.

17
Gaya hidup merupakan kebiasaan sehari-hari yang dilakukan remaja putrid berkaitan
demngan dengan olahraga, konsumsi soft drink, dan fast food . Remaja putri aktif dalam
kegiatan fisik olahraga yang berlebihan sebelum datang menarche akan mengalami
keterlambatan menarche dari pada remaja putri yang jarang melakukan olahraga bahkan tidak
pernah melakukan olahraga (Nopembri, 2012). Konsumsi soft drink yang mengandung
pemanis buatan cenderung selama fase luteal (masa saat ovulasi terjadi sampai terjadinya
menstruasi) (Path,2005). Sehingga selama fase luteal terjadi peningkatan asupan makanan
atau energi menurut (susuanti,2012). Makanan Fast food banyak mengandung pemanis
buatan, lemak, dan zat aditif bias menyebabkan menarche lebih awal.

7. Rangsangan audiovisual
Faktor penyebab menstruasi dini disebabkan oleh rangsangan audiovisual, baik
berasal dari percakapan maupun tontonan dari film-film atau internet berlabel dewasa, vulgar,
atau mengumbar sensualitas. Rangsangan dari telinga dan mata tersebut kemudian
merangsang sistem reproduksi dan genetalia untuk lebih cepat matang. Bahkan rangsangan
audiovisual ini merupakan faktor penyebab utama menstruasi dini. (Proverawati,2009)

8. Aktivitas fisik
Fakta menunjukkan anak perempuan yang aktif melakukan aktivitas fisik mengalami
menarche lebih lambat daripada yang tidak aktif. Penelitian menunjukkan bahwa wanita
olahragawan/penari seperti pelari dan pelompat mengalami menarche pada usia 13,5-14
tahun, atlet senam 13,7-15 tahun, dan penari balet 15,4 tahun. Fakta tersebut menunjukkan
bahwa penari balet dan beberapa olahragawan seperti atlet senam dan penari mengalami
menarche lebih lambat (Goldman dkk, 2012).

1.

C. Kerangka teori

 Status gizi
 Sanitasi lingkungan
 Infeksi
 Status ekonomi keluarga Usia menarche
 genetik
 Pola makan 18
 Obat-obatan
 Gaya hidup
 Aktivitas fisik
D. kerangka konsep

POLA MAKAN

USIA MENARCHE

STATUS GIZI

Keterangan :

: variabel independen (tidak terikat)

: variabel dependen (terikat)

E.Hipotesis penelitian

Adapun hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat hubungan antra pola makan dan status gizi dengan kejadian usia menarche
siswi

H1 : Terdapat hubungan antara pola makan dan status gizi dengan kejadian usia menarche
siswi

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan rencana penelitian

20
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross-sectional, yakni
mengukur hubungan status gizi dan pola makan terhadap usia menarche pada siswi SMP
NEGERI 1 TAKENGON

B. tempat dan waktu penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMP NEGERI 1 TAKENGON Aceh tengah dan waktu
penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari 2021.

C. populasi dan sampel penelitian

1. populasi

Populasi pada peneltian ini adalah seluruh siswi kelas VII SMP NEGERI 1
TAKENGON yang berjumlah 114 orang

2 sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling.


a) Kriteria Inklusi
1. Responden yang sudah mengalami menstruasi untuk pertama kali
2. Responden bersedia untuk diwawancara
3. Responden telah mengisi inform consent
b) Kriteria Eklusi
1. Responden tidak hadir saat penelitian berlangsung
2. Responden pernah atau sedang mendapatkan steroid jangka panjang
3. Responden pernah atau sedang mendapatkan kemoterapi atau radioterapi
4. Responden pernah menderita penyakit kronis atau keganasan

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1 variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ada 3 yaitu variabel dependen dan variabel independen :
a. Variabel dependen pada penelitian uisa menarche .
b. Variabel independen adalah hubungan pola makan.
c. Variabel independen adalah status gizi .
2 . Defenisi operasional

21
Untuk memudahkan memahami variabel-variabel penelitian ini , penulisan akan
menjelaskan definisi operasional sebagai berikut :

No Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


operasional ukur
1. Independen Kesesuaian Menggunakan Wawancara Kategori Pola Ordinal
Pola makan jumlah, jenis kuesinoner dan Makan : -Baik
makanan dan FFQ semi kuesioner = Jumlah, jenis,
frekuensi yang kuantitatif dan frekuensi
dikomsumsi semuanya baik.
setiap hari atau -Tidak baik =
setiap kali Jumlah, jenis,
makan oleh dan frekuensi
responden yang salah satunya
terdiri dari jenis tidak baik.
makanan pokok ,
lauk pauk (lauk
hewani dan
nabati ) serta
sayur dan buah .
2. Independen Hasil dari Menggunakan Mengukur Sangat kurus : Ordinal
status gizi perhitungan timbangan tinggi badan, >2SD
indeks massa berat badan berat Kurus : -3SD –
2SD
tubuh merek camry badan ,dan
Normal : -2SD –
berdasarkan dan microtoise, menghitung
1SD
pengukuran kuesiner IMT
Gemuk : >1SD –
tehadap berat tabel WHO
2SD
badan dan tinggi 2007
badan
3. Dependen Usia remaja putri Lembar Wawancara Menarche dini : Nomina
usia saat mengalami observasi dan kuesiner ≤ 10 tahun l
menarche menstruasi yang Menarche
pertama kali normal : 11-13
tahun
Menarche tarda:

22
≥ 14 tahun26

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbang berat badan merek
Camry, microtoise, tabel WHO 2007, dan kuesinor/lembar obsevasi.

F. Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data usia
menarche melalui wawancara dengan menggunakan kuesinor /lembar observasi dan berat
badan yang diukur menggunakan alat timbangan merek Camry dan mikrotoise. IMT dihitung
dengan cara membandingkan berat badan (kg) dan tinggi badan 2 (m), lalu hasilnya akan
disesuaikan dengan tabel WHO 2007.

G. Pengolahan Data
Dalam melakukan pengolahan data, penulis akan menggunakan beberapa metode
yaitu :

1. Coding yaitu pemberian kode untuk memudahkan pengolahan data.


2. Editing yaitu memeriksa kembali data untuk menghindari kesalahan, menjamin data
sudah lengkap dan benar.
3. Tabulating yaitu data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan karakterisitk dan
ditampilkan dalam bentuk tabel.
4. Cleaning yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari kesalahan dalam
pengolahan data.
Data pola makan dalam Semi Kuantitatif FFQ diolah menggunakan program SPSS.
1). Jumlah
Setelah didapat hasil jumlah konsumsi energi responden, maka kemudian tentukan
tingkat konsumsinya. Angka Kecukupan Gizi 2013 tidak dapat menggambarkan AKG
Individu, tetapi hanya menyediakan standar kecukupan gizi bagi penggolongan umur dan
jenis kelamin. Maka dari itu, untuk melihat tingkat konsumsi individu tersebut maka harus
dilakukan koreksi terhadap berat badan nyata individu dengan berat badan standar dalam
AKG 2013 (Sirajuddin, 2014).

Tingkat konsumsi individu (Supariasa, 2001) ditentukandengan cara:


AKG Individu = (BB Sekarang/BB AKG 2013) x energi AKG 2013

23
AKG Individu bagian energi = (Energi yang dikonsumsi/AKG Individu) x 100%
Interpretasi hasil: Baik : ≥100% AKG
Sedang : 80-99% AKG
Kurang : 70-80% AKG
Defisit :<70% AKG
2) Jenis
Dari jenis makanan, dapat ditemukan bahan pangan apa saja yang dikonsumsi lebih
banyak dan lebih sering oleh responden. Baik itu dari segi bahan makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayur, dan buah.
Baik = makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah
lengkap dikonsumsi.
Tidak baik = makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah tidak
lengkap dikonsumsi.
3) Frekuensi
Frekuensi makanakan menggambarkan seberapa sering responden mengonsumsi
suatu bahan pangan tertentu dalam periode waktu hari, minggu, bulan, dan makanan yang
tidak pernah dikonsumsi.
Baik ≥ 3 kali
Tidak baik <3 kali
Selanjutnya adalah menginput data ke dalam spss untuk kemudiandicari distribusi
frekuensinya dan rata-ratanya untuk kemudian diketahui pola makan remaja Advent
umumnya seperti apa. Dalam kolom jenis, dilihat apakah ada bahan pangan yang tidak
dikonsumsi.Misalnya jika salah satu bahan pangan tidak dikonsumsi dari pangan sumber
protein, maka dikatakan jenis makanan tidak baik.Ini dikarenakan pemilihan bahan
makanan dalam FFQ sudah dipertimbangkan berdasarkan bahan makanan yang mudah
ditemui di masyarakat sekitar dan sering dikonsumsi.
Demikian juga dengan kolom frekuensi, setiap pangan diisi frekuensi konsumsinya
dan kemudian dicari rata-ratanya per hari, lalu semua dijumlah dan dicari persen rata-rata
akhirnya, itulah yang menggambarkan frekuensi makan responden.
Data hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan menggunakan
program tabelWHO Antro plus untuk mendapatkan data z-skor dengan indeks IMT/U
kemudian dilihat status gizinya melalui klasifikasi dalam SK Antropometri2010 berikut ini:
Sangat Kurus = <-3 SD
Kurus = -3 SD hingga <-2 SD

24
Normal = -2 SD hingga 1 SD
Gemuk = >1 SD hingga 2 SD
Obesitas = >2 SD

H. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel baik
dependen maupun independen. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, dalam analisis ini menggunakan Chi-Square Test pada CI 95% dan α
0,05%. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(O−E)2
χ 2=∑
E

Χ2 = Nilai Uji Chi Square


O (observed) = Nilai Hasil Pengamatan
E (Expected) = Nilai Ekspektasi
Kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value. Adapun kriterianya sebagai
berikut:
1. Jika p value> 0,05 maka tidak ada hubungan kedua variabel
2. Jika p value ≤ 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan.

I. Alur Penelitian
Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2.

Responden siswi SMP NEGERI 1 TAKENGON

Memenuhi kriteri inklusi dan eks


klusi

25
Pengisian kuesioner dan penilaian IMT

Pengumpulan data

Bersedia menjadi responden dan mengisi inform consent


Analisis data

Pembuatan Laporan

Penyajian hasil
penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
1. Adriani, M. & Wirjatmadi, B. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. (Kencana
Prenada Media Group, 2016).
2. Sinaga, E., Saribanon N, Suprihatin, Sa’adah N, Salamah U., et al. Manajemen
Kesehatan Menstruasi. (Universitas Nasional, 2017).
3. Irianto, K. Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. (Alfabeta, 2015).

26
4. Tombokan, K.C., Pangemanan, D.H.C., Engka, J. N. . Hubungan antara Stres dan
Pola Siklus Menstruasi pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya (Co-Assistant)
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado. J. e-Biomedik5, (2017).
5. Kementerian Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Nomor
369/MENKES/SK/2007 Tentang Standart Profesi Bidan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
6. Julia, F. (2018). Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Usia Menarche pada Siswi
SMP di Kota Lhokseumawe. Jurnal Averrous, 4(1), 1-15.
7. Silva, D. P. (2007). Menarche and Lifestyle. Wisconsin Medical Journal Vol 104, No
7 Wisconsin: Gundersen Lutheran Medical Centre.
8. Proverawati, A., & Misaroh, S. (2009). Menarche Menstruasi Penuh Makana.
Yogyakarta: Nuha Medika.
9. Aishah, S., (2011). Karya Tulis Ilmiah Hubungan Antara Status Gizi dengan Usia
Menarche pada Siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2011. Medan : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
10. Banudi, L.A., (2013). Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC: 89-105.
11. Gant, N.F., Gary, C., (2011). Dasar- Dasar Ginekologi & Obstetri. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2-9
12. Mugawati, Aisya. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Menarche di SMA Negeri
1. 2016.
13. Lusiana N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP PGRI
Pekanbaru. Kesehat Komunitas. 2012;2.
14. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahnnnya. Jakarta: Sagung
Seto; 2004.
15. Winkjasastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Sarwono Prewihardjo; 2005.
16. Asupan, H., Gizi, Z. A. T., & Makan, P. (2017). Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi
Santri Di Pondok Pesantren Yatim At-Thayyibah Sukabumi,
17. Khusniyati, E., Sari, A. K., & Ro, I. (2015).Hubungan Pola Konsumsi Makanan
dengan Status Gizi Santri Pondok Pesantren Roudlatul Hidayah Desa Pakis
Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto
18. Kristianti, N., & Sarbini, D. (2009).Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi
Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta.Jurnal
27
Kesehatan. https://doi.org/10.1134/S1062359010070083
19. Kusumaryani, M. (2017). Brief notes : Prioritaskan kesehatan reproduksi remaja
untuk menikmati bonus demografi. Lembaga Demografi FEB UI, 1–6. Retrieved from
http://ldfebui.org/wp-content/uploads/2017/08/BN06-2017.pdf
20. Setyawati, Ririn Indah. 2006. Hubungan Antara Pola Konsumsi Makanan dan Tingkat
Konsumsi Gizi Dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah di Panti Asuhan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
21. Putri, R. D., Simanjuntak, B. Y., & Kusdalinah.(2017). Hubungan Pengetahuan Gizi,
Pola Makan dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri.Jurnal Kesehatan, VIII(3), 400–405.
https://doi.org/10.1108/09513551311293408

LAMPIRAN 1

FORMULIR FOOD RECAL 24 JAM

No.responden :

Nama :

Umur :

28
Tinggi bandan (cm) :

Berat badan (kg) :

Waktu Nama Bahan Zat Gizi

Makanan

Jenis Banyaknya Energi Protein

(Kalori) (Gram)
URT Gram

LAMPIRAN 2

FORMULIR FOOD FREQUENCY

MENURUT JENIS BAHAN – BAHAN MAKANAN

29
No.responden :

Nama :

Umur :

Tinggi bandan (cm) :

Berat badan (kg) :

Jenis bahan Frekuensi


makanan ≤3x sehari >3x sehari 3x seminggu >3x
Bahan
makanan pokok
Nasi
Mie
Roti

Lauk-pauk
Ikan basah
Ikan kering
Telur
Ayam
Daging
Tahu
Tempe

Sayur – sayuran
Daun singkong
Bayam
Kangkung
Wortel
Kol
Kolkembang
Sawi

30
Jenis bahan Frekuensi
makanan ≤3x sehari >3x sehari 3x seminggu >3x
Karng panjang

Buah-buahan
Pisang
Jeruk
Semangka
Pepaya
Nenas
Mangga

Minuman
Teh manis
Kopi
Susu

LAMPIRAN 3

LEMBAR OBSERVASI

Kode Responden :

31
Tanggal Pengisian :

A. Lembar Data Demografi


1. Umur :
2. Kelas :

B. Status Gizi Anak


Tinggi Badan :
Berat Badan :
Indeks Massa Tubuh :

C. Usia Menarche
Umur menarche anak :

32

Anda mungkin juga menyukai